Anda di halaman 1dari 1

Duduk Bersama, Duluu

Kalau kau masih ingat, di ayunan kumuh itulah kita mengenal cinta rasa itu masih terayun-ayun dan
mengetuk-ngetuk hati yang rapuh "Masih ingatkah sya? dulu aku yang menghampirimu dengan berjuta
Rindu" ucap burhan dengan angin yang lalu-lalang membawa ucapan itu pergi dari benak hati.

Sambil mengusap-usap Nisan yang ter selimut oleh debu yang terbawa angin kemari, sudah pasti butir-
butir air mata tertitih, jatuh dalam kelopak-kelopak mawar putih. Penyesalan 6 bulan terakhir adalah
penyesalan yang amat mendalam, yang dia rasakan seumur hidup ini.

"kenapa jujur itu sangat berat dimulutmu?" kata burhan pada tanah yang bergelombang karena gesya
menyembunyikan segala rasa sakit yang mengikis sedikit demi sedikit nyawanya. Kenapa penantian yang
dinanti burhan selama ini hanyalah kepedihan. Disamping itu Burhan juga bersyukur karena ia telah
dipertemukan dengan gesya yang telah merubah hidupnya menjadi indah.

Pikirnya akankah hidupnya akan suram kembali, bagaimana jika ia Kian menjadi-jadi dan tidak ada yang
peduli lagi semua masalahnya terpecahkan melalui pesan singkat indah dalam mimpi. Burhan pun sadar
sedihnya tiada berarti justru akan membuat gesya sedih.

"Baiknya aku enggak kayak gini terus aku harus bangkit agar kamu bahagia di sana sya" ujarnya lalu
berdiri tegak memandangi liang kubur itu "Oh ya sya, aku berjanji nggak akan menggantikan posisimu
untuk selalu dihatiku, setelah mu tidak ada lagi wanita yang akan ku cintai" janji burhan pada gesya.
Burhan selalu berharap agar ia dipertemukan lagi dengan Gesya di Surga.

Burhan mempunyai suatu keinginan yaitu, agar kisahnya ditulis di sebuah novel. Dalam kurun waktu 26
hari, Burhan sudah menyelesaikan novelnya. Entah muncul dari mana ide tersebut, Burhan memberi
judul "duduk bersama, dulu" di setiap luangnya Burhan membaca novel tersebut dan selalu merasakan
kehadiran gesya, dan kini membuat hidupnya bahagia kembali.

Anda mungkin juga menyukai