Anda di halaman 1dari 19

TAKE HOME EXAM

” Optimalisasi peran perawat Pada Pelayanan Keperawatan, di tatanan klinik dan


Komunitas dengan pendekatan psikososial budaya di masyarakat di kelompok lansia”

Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memenuhi Proses Penilaian


Salah Satu Mata Ajar “Keperawatan Psikososial Budaya”

Dosen: Ns Susi Wahyuning Asih, S.Kep., M.Kep.

Disusun Oleh:
Alfianti Lutfi Syafika
NIM. 1711011005

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan rahmat serta karunia-Nya, kami dapat menyusun makalah ini dengan tepat pada
waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai ” Optimalisasi peran perawat Pada
Pelayanan Keperawatan, di tatanan klinik dan Komunitas dengan pendekatan psikososial budaya
di masyarakat di kelompok lansia”
Makalah ini dibuat dengan bantuan dari berbagai pihak untuk menyelesaikan hambatan
selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada
semua belah pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu, kami membuka saran dan kritik yang membangun bagi para pembaca. Kritik
konsuktrif dari para pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Jember,24 Desember 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 2
BAB III TINJAUAN KASUS ............................................................................... 8
BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................... 9
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 11
DOKUMENTASI ................................................................................................ 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan adalah bagian integral dari tenaga kesehatan yang berlandaskan pada ilmu
dan kiat dalam keperawatan. Berdasarkan Undang-Undang (UU) Republik Indonesia nomor
38 Tahun 2014 tentang Keperawatan, perawat merupakan profesi yang memberikan asuhan
keperawatan kepada klien dengan kondisi sehat maupun sakit, serta telah lulus dari
Pendidikan Tinggi Keperawatan yang mendapatkan pengakuan oleh Pemerintah. Asuhan
keperawatan yang diberikan kepada klien yaitu penerapan praktik keperawatan
yang memiliki tujuan dalam pemenuhan kebutuhan dasar serta kemandirian klien dalam
merawat dirinya sendiri. Tindakan asuhan keperawatan dapat melalui interaksi antara perawat,
klien dan lingkungannya. Klien merupakan individu, kelompok, atau masyarakat yang telah
menerima pelayanan keperawatan. Pelayanan keperawatan yang diberikan kepada klien
merupakan pelayanan yang profesional (Pasal 1 Ayat (1) sampai (5) UU RI Keperawatan
Nomor 38 Tahun 2014). Pencapaian atas nilai profesional tersebut menjadi tanggung jawab
perawat sebagai profesi yang diaplikasikan saat pemberian asuhan keperawatan kepada
klien.Akan tetapi perlu diingat bagi seluruh perawat, agar supaya terus memperhatikan
kondisi psikososial klien dan masyarakat sekitarnya demi keberhasilan dalam pemberian
asuhan keperawatan.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Agar supaya perawat mampu memahami perannya dalam memberikan asuhan
keperawatan yang optimal berbasis psikososial budaya yang berkembang
2. Tujuan Khusus
a. Memahami peran perawat dalam tatanan klinik
b. Memahami peran perawat dalam tatanan komunitas
c. Memahami cara pengoptimalan peran perawat berbasis psikososial budaya
masyarakat di kelompok lansia

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Perawat
Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan,
berwenang di negara bersangkutan untuk memberikan pelayanan dan bertanggung jawab dalam
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta pelayanan terhadap pasien (Praptiningsih,
2006).Menurut Hutahaean (2010), kegiatan keperawatan ditujukan kepada pencapaian
kemampuan individu untuk merawat dirinya yang disebut dengan asuhan
keperawatan.Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan
berbentuk pelayanan biopsikosisial dan spiritual kompreshensif, ditujukan kepada individu,
keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan
manusia. Pada hakekatnya keperawatan merupakan suatu ilmu dan kiat profesi yang berorientasi
pada pelayanan, memiliki empat tingkatan klien (individu, keluarga, kelompok dan masyarakat)
serta pelayanan yang mencakup seluruh rentang pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
Keperawatan sebagai profesi merupakan salah satu pekerjaan di mana dalam menentukan
tindakannya didasari pada ilmu pengetahuan serta memiliki keterampilan yang jelas dalam
keahliannya. Selain itu sebagai profesi keperawatan mempunyai otonomi dalam kewenangan dan
tanggung jawab dalam tindakan serta adanya kode etik dalam bekerja dan berorientasi pada
pelayanan dengan pemberian asuhan keperawatan kepada individu, kelompok dan masyarakat.
(Hidayat, 2008).
Proses keperawatan memiliki beberapa fungsi, antara lain:

1) Memberikan pedoman dan bimbingan sistematis dan ilmiah bagi tenaga

keperawatan dalam memcahkan masalah klien melalui asuhan

keperawatan.

2) Memberi ciri profesional dengan pemberian asuhan keperawatan melalui

pendekatan pemecahan masalah dan pendekatan komunikasi yang efektif

dan efisien.

3) Memberikan kebebasan pada klien untuk mendapatkan pelayanan yang

optimal sesuai dengan kebutuhan dalam kemandirian dalam bidang

kesehatan.

2
B. Pengertian Lansia
Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang yang telah
memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah
memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan
terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan. Proses penuaan adalah
siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapan-tahapan menurunnya berbagai fungsi organ
tubuh, yang ditandai dengan semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang
dapat menyebabkan kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah,
pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain sebagainya. Hal tersebut disebabkan seiring
meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta
sistem organ. Perubahan tersebut pada umumnya mengaruh pada kemunduran kesehatan fisik
dan psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh pada ekonomi dan sosial lansia. Sehingga
secara umum akan berpengaruh pada activity of daily living (Fatmah, 2010).
Batasan umur pada usia lanjut dari waktu ke waktu berbeda. Menurut World Health Organitation
(WHO) lansia meliputi :
a. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun

b. Lanjut usia (elderly) antara usia 60 sampai 74 tahun

c. Lanjut usia tua (old) antara usia 75 sampai 90 tahun

d. Usia sangat tua (very old) diatas usia 90 tahun

Berbeda dengan WHO, menurut Departemen Kesehatan RI (2006) pengelompokkan lansia


menjadi :
a. Virilitas (prasenium) yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan kematangan jiwa
(usia 55-59 tahun)

b. Usia lanjut dini (senescen) yaitu kelompok yang mulai memasuki masa usia lanjut dini (usia
60-64 tahun)

c. Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif (usia >65 tahun)
Masa menjadi kakek nenek adalah pengalaman yang heterogen, terdapat banyak variasi

mengenai bagaimana peran kakek dan nenek dikukuhkan. Kontek sejarah, usia, etnisitas, kelas

sosial dan jenis kelamin kakek nenek serta cucu cenderung menyebabkan perbedaan dalam peran

3
kakek nenek. Bengston (1985) membagi fungsi simbolik masa menjadi kakek nenek yaitu (1)

sekadar “ada disana” (hanya hadir),(2) bertindak sebagai pengawas keluarga (3) menjadi pelerai,

(4) menjadi peserta konstruksi aktif dalam konstruksi sosial riwayat keluarga hubungan antara

masa lalu, masa sekarang, dan masa depan keluarga.peran informal bersifat implisit sering kali

tidak tampak pada permukaannya dan diharapkan memenuhi kebutuhan emosional anggota

keluarga dan atau memlihara keseimbangan keluarga. (Satir, 1976 dikutip oleh Friedman, 1998)

menurut Friedman (1998) peran- peran informal tersebut ada yang bersifat adaptif dan

maladaptif yaitu :

1) Pendorong memuji, menyetujui menerima kontribusi orang

2) Penyelaras menengahi perbedaan yang ada

3) Insiator–kontributor penyarankan, pengusulkan ide perubahan,

4) Negosiator menyerahkan posisinya, menawarkan jalan tengah

5) Penghalang cenderung negatif menolak semua ide

Keluarga usia lanjut, tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dari salah satu
pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal
dunia. Adapun tugas perkembangan keluarga ini, yaitu menghadapi pensiun, saling rawat,
memberi arti hidup, mempertahankan kontak dengan anak, cucu dan masyarakat.Dari konsep
keluarga di atas peneliti telah menyimpulakan bahwa keluarga merupakan dua orang atau lebih
yang dipersatukan oleh ikatan perkawinan, ikatan darah dan kemudian tinggal dalam satu atap
yang berbeda tipe, struktur, fungsi bahkan tahapan perkembangannya.
Gerontik adalah ilmu yang mempelajari tentang proses penuaan yang terjadi pada
manusia pada umur 60 tahun (Sofia, 2014).Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60
tahun ke atas. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh.Banyak diantara lanjut usia yang masih
produktif dan mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia pada hakikatnya merupakan pelestarian nilai-
nilai keagamaan dan budaya bangsa (Siti Nur Khalifah,2016).

4
C. Peran Perawat Dalam Tatanan Klinik Dan Komunitas Berbasis Pendekatan
Psikososial Budaya Di Masyarakat Kelompok Lansia
Peran merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai
dengan kedudukannya dalam sistem . Peran perawat menurut Hidayat dalam konsorsium ilmu
kesehatan tahun 1989 (2008) terdiri dari peran sebagai asuhan keperawatan, advokat pasien,
pendidik, koordinator, kolaborator,konsultan dan pembaharu dalam pelayanan kesehatan.
1. Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat dengan
memperhatikan keadaaan kebutuhan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan
menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar dapat
direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar
manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatan
ini dilakukan dari yang sederhana sampai dengan kompleks.
2. Peran sebagai advokat klien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam
menginterpretasikan berbagai informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas
tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien, juga berperan dalam mempertahankan dan
melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi
tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk
menerima ganti rugi akibat kelalaian.
3. Peran Pendidik
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan
kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku
dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.
4. Peran Koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi
pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah
serta sesuai dengan kebutuhan klien.
5. Peran kolaborator
Peran perawat ini dapat dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang
terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi
pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan
bentuk pelayanan selanjutnya.

5
6. Peran konsultan
Peran di sini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan
keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap
informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.
Peran perawat dalam ranah komunitas yaitu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
seoptimal mungkin melalui praktik keperawatan komunitas, dilakukan melalui peningkatan
kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventif) di semua tingkat pencegahan (levels of
prevention). Perawat dalam melaksanakan praktik kelapangan melaksanakan atau memberikan
asuhan keperawatan di komunitas atau masyarakat pertama, berbasis institusi pendidikan ketika
sedang menempuh program diploma, pada saat menempuh program sarjana (tahap akademik dan
profesi), pada tahap menempuh pascasarjana baik aplikasi maupun spesialis, dan ketika berada di
tatanan tempat kerja yaitu didinkes dan puskesmas. Orientasi praktik perawat komunitas tidak
hanya kepada masalah sakit saja tetapi juga kepada masalah sehat, dimana perawat komunitas
mengajarkan kepada masyarakat bagaimana mengatasi sakit supaya tidak terjadi keparahan dan
menjadi sehat sehat, dan bagi yang sehat bagaimana menjaga kesehatannya dan meningkatkan
kesehatannya. Juga menjadikan masyarakat dari yang tidak tau menjadi tahu, dari yang tidak
mau menjadi mau dan dari yang tidak mampu menjadi mampu.
Smith, et.all (1995) menjelaskan bahwa tanggung jawab perawat adalah: 1. Menyediakan
pelayanan bagi orang sakit atau orang cacat di rumah mencakup pengajaran terhadap
pengasuhnya, 2. Mempertahankan lingkungan yang sehat, 3. Mengajarkan upaya-upaya
peningkatkan kesehatan, 4. Pencegahan, penyakit dan injuri. 5. Identifikasi standar kehidupan
yang tidak adekuat atau mengancam penyakit/injuri. 6. Melakukan rujukan. 7. Mencegah dan
melaporkan adanya kelalaian atau penyalahgunaan (neglect & abuse). 8. Memberikan pembelaan
untuk mendapatkan kehidupan dan pelayanan kesehatan yang sesuai standart. 9. Kolaborasi
dalam mengembangkan pelayanan kesehatan yang dapat diterima, sesuai dan adekuat, 10.
Melaksanakan pelayanan mandiri serta berpartisipasi dalam mengembangkan pelayanan
profesional, 11. Menjamin pelayanan keperawatan yang berkualitas, dan 12. Melaksanakan riset
keperawatan.
Beberapa permasalahan yang sering terjadi pada lansia menurut Nugroho (2008),antara
lain adalah :
1. Sebagian besar penduduk lansia terlantar, hal ini diakibatkan oleh banyaknya

lansia yang tidak memiliki bekal hidup, pekerjaan atau penghasilan.

2. Perubahan pola perkembangan bentuk keluarga dari extended family yang

mengarah kepada bentuk keluarga inti (nuclear family) membuat lansia merasa

6
terasingkan akibat melemahnya nilai kekerabatan.

3. Sarana transportasi dan komunikasi bagi lanjut usia yang belum memadai.

4. Keterbatasan pembinaan kesejahteraan lansia oleh pemerintah dan masyarakat.

5. Adanya kecenderungan munculnya nilai sosial baru yang dapat mengakibatkan

berkurangnya penghargaan atau penghormatan kepada lansia sehingga lansia

merasa terisolasi dari kehidupan masyarakat.

6. Berkurangnya daya tahan tubuh lansia dalam mengahadapi perubahan

lingkungan yang menyulitkan mereka untuk beraktivitas.

7. Semakin lanjut usia, semakin terjadi kemunduran fungsi fisik, sosial, mental,

maupun sosial ekonomi pada lansia yang cenderung akan meningkatkan

ketergantungan terhadap bantuan orang lain.

8. Kondisi yang terjadi pada lanjut usia mengakibatkan perlunya tempat tinggal dan

fasilitas perumahan yang khusus bagi lansia.

9. Lanjut usia tidak hanya mengalami kemunduran fisik tetapi juga mengalami

penurunan fungsi mental.

10. Penangan khusus pada lansia mengakibatkan biaya pemeliharaan kesehatan

lansia yang tidak murah.

11. Lansia mengalami ketakutan terutama pada hal ketergantungan fisik dan

ekonomi, sakit yang kronis, kesepian, dan kebosanan.

Proses optimalisasi peran perawat dalam tatanan pelayanan kesehatan bisa kita
implementasikan melalui asuhan keperawatan sembari menerapkannya terhadap pasien lansia
dengan memperhatikan konsep social budaya yang tengah mengalir dalam kehidupan mereka.
Adapun tujuan dalam pemberian asuhan keperawatan antara lain:

1) Membantu individu untuk mandiri.

2) Mengajak individu atau masyarakat berpartisipasi dalam bidang kesehatan.

3) Membantu individu mengembangkan potensi untuk memelihara kesehatan

secara optimal agar tidak tergantung pada orang lain dalam memelihara

7
kesehatannya.

4) Membantu individu memperoleh derajat kesehatan yang optimal

Sesuai dengan tujuan tersebut,sebagai perawat sudah semestinya memperhatikan konsep-


konsep yang terdapat dalam konsep asuhan keperawatan,seperti yang pertama kita perlu
mengkaji dan mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis untuk dikaji dan dianalisis
sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang di hadapi klien baik fisik, mental, sosial
maupun spiritual dapat ditentukan tahap ini mencakup tiga kegiatan, yaitu pengumpulan data,
analisis data, dan penentuan masalah kesehatan serta keperawatan.Yang kedua adalah tahapan
diagnosa dimana ,kita mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga
status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah segala permasalahan yang
sedang dialami pasien. Perumusan diagnosa keperawatan :

1) Aktual : menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik yang

ditemukan.

2) Risiko : menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika tidak di lakukan

intervensi.

3) Kemungkinan : menjelaskan bahwa perlu terdapat data tambahan untuk

memastikan masalah keperawatan kemungkinan.

4) Wellness : keputusan klinik tentang keadaan individu,keluarga,atau masyarakat

dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ketingkat sejahtera yang lebih tinggi.

Selanjutnya adalah kita perlu melakukan perencanaan karena Semua tindakan yang

dilakukan oleh perawat untuk membantu klien beralih dari status kesehatan saat ini kestatus

kesehatan yang di uraikan dalam hasil yang di harapkan (Gordon,1994).Langkah sebelum

terakhir adalah implementasi Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan

yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan disusun dan

ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh

karena iturencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang

mempengaruhi masalah kesehatan klien.Setelah kita melakukan berbagai rangkaian –rangkaian

proses keperawatan,kita perlu mengadakan satu hal yang bernama evaluasi,karena evaluasi

memuat kriteria keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan


8
proses dapat dilihat dengan jalan membandingkan antara proses dengan pedoman atau rencana

proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara

tingkat kemandirian klien dalam kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan klien

dengan tujuan yang telah di rumuskan sebelumnya.

9
BAB III
TINJAUAN KASUS
Di suatu desa di daerah Situbondo,terdapat seorang nenek dengan inisial Ny.I berusia
80 tahun menderita hipertensi,nenek ini hanya tinggal bersama suaminya yang sudah berumur
82 tahun.Meskipun nenek ini sudah tahu menderita hipertensi,nenek tetap mengkonsumsi
makanan yang sembarangan terutama makanan yang banyak mengandung garam dalam
jumlah yang sering.Nenek mengatakan bahwa nenek kurang memahami betul tentang
penyakit Hipertensi dan minimnya ia mendapatkan informasi tentang salah satu penyakit
yang selalu terjadi pada lansia ini,menurutnya tak ada tenaga kesehatan yang melakukan
edukasi tentang penyakit hipertensi ini.Ny.I mengatakan kepala terasa sakit, pusing, nyeri
pada leher dan terasa berat, Skala nyeri 5-6, Ny.I mengatakan nyeri hilang timbul.Setelah
dilakukan pemeriksaan,didapatkan bahwa TD : 160/90 mmHg, Nadi 88 x/menit, Ny.I tampak
meringis.

10
BAB IV
PEMBAHASAN
Hipertensi merupakan keadaan dimana tekanan sistemik diatas 140 mmHg dan
tekanan diastolik diatas 90 mmHg (Brunner & Suddarth (2005) dalam Wijaya & putri (2013).
Hipertensi juga salah satu penyakit degeneratif yang banyak terjadi dan mempunyai tingkat
mortalitas yang cukup tinggi serta mempengaruhi kualitas hidup dan produktivitas
seseorang.Hipertensi dapat diklasifikasikan sebagai hipertensi primer atau hipertensi esensial
yang merupakan95 % dari seluruh pasien hipertensi dan hipertensi sekunder (Yolanda
2017).Sugiharto (2007) dalam Masriadi (2016), mengemukakan bahwa hipertensi sekunder
merupakan hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, sering berhubungan dengan
beberapa penyakit misalnya ginjal, jantung koroner dan diabetes, kelainan sistem saraf
pusat.Sedangkan menurut Brunner & Suddart, (2015), Penyebab hipertensi primer adalah
gangguan emosi, obesitas, konsumsi alcohol yang berlebihan, kopi, obat–obatan, faktor
keturunan.Umumnya gejala baru terlihat setelah terjadinya komplikasi. Komplikasi yang
terjadi apabila tekanan darah tinggi tidak diobati dan ditanggulangi, maka dalam jangka
panjang akan menyebabkan kerusakan arteri didalam tubuh sampai organ yang mendapat
suplai darah dari arteri tersebut. Komplikasi hipertensi dapat terjadi pada organ jantung, otak,
ginjal dan mata, sehingga dapat mengakibatkan gagal jantung, resiko stroke, kerusakan pada
ginjal dan kebutaan (Yolanda, 2017).Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi telah
membunuh 9,4 juta warga dunia setiap tahunnya. Badan Kesehatan Dunia (WHO) Angka
memperkirakan, jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring dengan jumlah
penduduk yang membesar. Pada 2025 mendatang, diproyeksikan sekitar 29 % warga dunia
terkena hipertensi.Presentase penderita hipertensi saatini paling banyak terdapat di negara
berkembang. Data Global Status Report on Noncommunicable Disesases 2010 dari WHO
menyebutkan, 40% negara ekonomi berkembang memiliki penderita hipertensi, sedangkan
negara maju hanya 35 %. Kawasan Afrika memegang posisi puncak penderita hipertensi
sebanyak 46 %. Sementara kawasan Amerika menempati posisi buncit dengan 35 %.Untuk
kawasan Asia, penyakit ini telah membunuh 1,5 juta orang setiap tahunnya. Hal ini
menandakan satu dari tiga orang menderita tekanan darah tinggi.
Hipertensi dapat didefenisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Hipertensimerupakan
penyebab utama gagal jantung, gagal ginjal. Disebut sebagai “pembunuh diam-diam“ karena
orang dengan hipertensi sering ridak menampakkan gejala (Brunner & Suddart,

11
2015).Sedangkan menurut Sheps (2005) dalam Masriadi (2016), hipertensi adalah penyakit
dengan tanda adanya gangguan tekanan darah sistolik maupun diastolik yang naik diatas
tekana darah normal.Tekanan darah sistolik adalah tekana puncak yang tercapaiketika
jantung berkontraksi dan memompakan darah keluar melalui arteri.Tekanan darah diastolik
diambil tekanan jatuh ketitik terendah saat jantung rileks dan mengisi darah kembali
(Yolanda,2017).Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan angka
diastolic(bagian bawah) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan
darah baik yang berupa cuff air raksa (Sphygomanometer) ataupun alat digital lainnya (
Irwan,2016).
1. Pengkajian
Ny.I mengatakan masih sering mengosumsi garam yang berlebihan, mengosumsi ikan
asin dan tidak pernah mengikuti senam hipertensi dan berolahraga, dan menyatakan bahwa
penyebab hipertensi sesuai dengan menurut (Brunner & Suddart, 2015) yaitu gangguan
emosi, obesitas, konsumsi alkohol yang berlebihan, kopi, obat-obatan, faktor keturunan,
penyempitan arteri renalis, penyakit parenkim ginjal, berbagai obat, disfungsi organ, tumor
dan kehamilan. Lain halnya menurut (Black & Hawks, 2014) faktor-faktor resiko hipertensi
yang tidak dapat diubah yaitu riwayat keluarga, usia, jenis kelamin dan etnis. Sedangkan
faktor-faktor resiko yang tidak dapat diubah yaitu diabetes mellitus, stress, obesitas, Nutrisi
(mengosumsi garam yang belebihan) dan penyalahgunaan obat.
2. Diagnosa
Diagnosa pertama yang mungkin terjadi ini terdapat kesenjangan antara teori dimana
dalam teori menyebutkan penanggulangan secara nonfarmakologi dari hipertensi menurut
yaitu dengan cara menurunkan berat badan, pembatasan alkohol, naitrium dan tembakau,
latihan dan relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap anti
hipertensi.Juga mengatakan bahwa penanggulangan nonfarmakologi terdiri dari berbagai
macam cara modifikasi gaya hidup untuk menurunkan hipertensi.Diagnosa kedua yaitu Nyeri
Akut b/d ketidakmampuan keluarga dalam merawata keluarga yang sakit data ini didukung
oleh yaitu Ny.I mengatakan kepala terasa sakit, pusing, nyeri pada leher dan terasa berat,
Skala nyeri 5-6, Ny.I mengatakan nyeri hilang timbul. Sedangkan data objektif yang
mendukung yaitu: TD : 160/90 mmHg, Nadi 88 x/menit, Ny.I tampak meringis. Diagnosa
ketiga sesuai dengan teori dimana obesitas, gangguan emosi. Konsumsi alkohol yang
belebihan, kopi obat-obatan dan faktor keturunan, mengurangi asupan natrium, gejala baru
terlihat setelah terjadinya komplikasi. Komplikasi yang terjadi apabila tekanan darah tinggi
12
tidak diobati dan ditanggulangi, maka dalam jangka panjang akan menyebabkan kerusakan
arteri didalam tubuh sampai organ yang mendapat suplai darah dari arteri tersebut.
Komplikasi hipertensi dapat terjadi pada organ jantung, otak, ginjal dan mata, sehingga dapat
mengakibatkan gagal jantung, resiko stroke, kerusakan pada ginjal dan kebutaan. (Brunner &
Suddart, 2015).
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan pengkajian, diagnosis
keperawatan, pernyataan keluarga, dan perencanaan keluarga, dengan merumuskan tujuan,
mengidentifikasi strategi intervensi alternative dan sumber,serta menentukan prioritas,
intervensi tidak bersifat rutin, acak, atau standar, tetapi dirancang bagi keluarga tertentu
dengan siapa perawat keluarga sedang bekerja.Selanjutnya merawat anggota keluarga dengan
cara mendemonstrasikan teknik relaksasi (nafas dalam). Selanjutnya melakukan konseling
dan memotivasi keluargauntuk dapat memodifikasi lingkungan yang nyaman dan
Memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk mengatasi masalah hipertensi. Intervensi diagnosa
ketiga Resiko tinggi terjadinya komplikasi b/d ketidakmampuan keluarga dalam merawat
keluarga yang sakit Sesuai dengan tugas perawatan keluarga yang pertama yaitu mengenal
masalah dengan cara mengakaji pengetahuan keluarga tentang akibat lanjut dari hipertnsi,
dan mendiskusikan akibat lanjut dari hipertensi. Selanjutnya mengambil keputusan dengan
mendiskusikan tindakan yang harus dilakukan jika terjadi masalah dalam keluarga.
Selanjutnya merawat anggota keluarga dengan cara mendemonstrasikan obat tradisional
(parutan sari mentimun). Selanjutnya melakukan konseling dan memotivasi untuk dapat
memodifikasi lingkungan yang nyaman dan Memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk
mengatasi masalah Hipertensi.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi dari diagnosa pertama sesuai dengan teori menurut Ridwanamiridin
(2007) dalam Wijaya & Putri (2013) dimana dalam penatalaksanaan non farmakologi terdiri
dari berbagai macam cara modifikasi gaya hidup yang sangat penting dalam mencegah
peningkatan tekanan darah tinggi yaitu Diet yang mengandung kalim dan kalsium, kurangi
asupan natrium, penurunan stress, menghindari merokok. Di dukung oleh penelitian
Situmorang (2015).Implementasi diagnosa kedua Nyeri Akut b/d ketidakmampuan keluarga
dalam merawata keluarga yang sakitpada Ny.I mengenal masalah dilakukan dengan
caramengakaji pengetahuan keluarg tentang nyeri dan mendiskusikan penyebab nyeri yang
dirasakan, selanjutnya memutuskan tidakan yang akan dilakukan, implementasi elanjutnya
selanjutnya mendemonstrasikan teknik relaksasi (nafas dalam). Dilanjutkan dengan
13
memodifikasi lingkungan yang nyaman dan memanfaatkan pelayanan kesehatan.
Implementasi diagnosa ketiga Resiko tinggi terjadinya komplikasi b/d ketidakmampuan
keluarga dalam merawata keluarga yang sakit Pada Ny.M menngenal masalah dilakukan
dengan mengkaji pengetahuan keluarga tentang akibat lanjut dari hipertensi dan
mendiskusikan akibat lanjut dari hipertensi, selanjutnya memutuskan tindakan yang akan
dilakukan, implementasi selanjutnya melakukan demonstrasi obat tradisional parutan sari
mentimun. Dilanjutkan dengan memodifikasi lingkungan yang nyaman dan memanfaatkan
pelayanan kesehatan. Implementasi diagnosa ketiga sesuai dengan teori dimana Tujuan tiap
program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah terjadinya morbiditas dan
mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah dibawah 140/90
mmHg. Efektivitas setiap program ditentukan oleh derajat hipertensi, komplikasi, biaya
perawatan dan kualitas hidup sehubungan dengan terapi.
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan keluarga adalah proses untuk menilai keberhasilan keluarga
dalam melaksanakan tugas kesehatannya sehinga memiliki produktivitas yang tinggi dalam
mengembangkan setiap anggota keluarga. Sebagai komponen kelima dalam proses
keperawatan, evaluasi adalah tahap yang menetukan apakah tujuan yang telah ditetapkan
akan menentukan mudah atau sulitnya dalam melaksanakan evaluasi (Sugiharto,2012).

14
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Peran perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan berbasis psikososial budaya
dikalangan lansia merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap
seseorang sesuai dengan kedudukannya dalam sistem . Peran perawat menurut Hidayat dalam
konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 (2008) terdiri dari peran sebagai asuhan keperawatan,
advokat pasien, pendidik, koordinator, kolaborator,konsultan dan pembaharu dalam
pelayanan kesehatan.

B. Saran
Diharapkan tenaga kesehatan khususnya perawat,terus memperhatikan kondisi
kesehatan terutama dikalangan lansia,supaya tercipta kehidupan akhir yang optimal bagi
mereka.

15
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, L. M. (2011) Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Nugroho, W. (2008) Keperawatan Gerontik & Geriatrik. 3rd edn. Edited by M. Ester and E.
Tiar. Jakarta: EGC.
Siti Maryam, R. (2012) mengenal usia lanjut dan perawatannya. jakarta: salemba medika.

16

Anda mungkin juga menyukai