None 917c5700
None 917c5700
Moh. Hasyim
Abstract
Law enforcement in the form of control in the district Environmental Impact Assessment
Agency which processes industrial permits in Semarang is still weak. This has occurred
because the District Environmental Impact Assessment Agency's control is not imple
mented in an integrated or coordinated manner with other Associated Institutions. In
terms of the objectunder control, basic issues like industrial permitsand building permits
have not been made the objects of control.
Pendahuluan
' Absori, Penegakan Hukum Lingkungan danAntisipasi dalam EraPerdagangan Bebas, (Muhammadiyah
University Press, Surakarta,2000),him.7.
23
analisis mengenai dampak lingkungan beberapa pasal yang mengatur sanksi
untuk memperoleh izin melakukan usaha administrasi, yaitu Pasal 25,26 dan 27. Pasai
dan/atau kegiatan". 25 dan 26 mengatur paksaan pemerintahan,
sedangkan Pasal 27 mengatur pencabutan
Berkaitan dengan pembangunan industri, izin usaha dan/atau kegiatan.
telah dikeluarkan UU Nomor 5 Tahun 1984 Agar kewajiban tersebut betul-betu!
tentang Perindustrian berikut beberapa peraturan dilaksanakan oleh perusahaan industri yang
perundang-undangan pelaksanaannya. Dalam bersangkutan, dalam UUPLH terdapat
Pasal 13 ayat^1) Undang-undang No. 5 Tahun beberapa pasai yang memberikan wewenang
1984 disebutkan bahwa setiap pendirian kepada pemerintah untuk secara preventif
pemsahaan industri maupun setiap peiluasannya melakukan pengawasan, yaitu Pasal 22, 23
wajib memperoleh Izin Usaha Industri dan 24.
{selanjutnya disingkat lUI). Sesuai dengan Persoalannya adaiah, apakah dalam
ketentuan Pasal 18 ayat (1) UUPLH tersebut, praktek berbagai ketentuan tersebut sudah
pemberlan lUI itu tentu saja harus dikaitkan dilaksanakan sebagaimana mestinya?
dengan pelestarian fungsi lingkungan hidup. Berdasarkan hasil pantauan Badan
Dalam halini Pasal21 ayat (1) UU No. 5 Tahun Pengelolaan Dampak Lingkungan (Bapedal),
1984 menentukan bahwa perusahaan industri kualitas air sungai yang dikutip Bank Dunia
wajib melaksanakan upaya keseimbangan menunjukkan bahwa 25-50 persen polutan
dan kelestarian sumber daya alam serta yang mencemari sungai di Indonesia berasai
pencegahan timbulnya kerusakan dan dari industri. Persoalan lingkungan saat ini
pencemaran terhadap lingkungan hidup masih didominasi oleh sektor industri, balk
akibat kegiatan industri yang dilakukannya. yang berdiri sendiri maupun yang berlokasi di
Apabila kewajiban ini dilanggar, maka kawasan atau zona industri.^
diancam dengan pidana penjara selama- Di Semarang misalnya, sebagai saiah
lamanya 10 (sepuluh) tahun dan atau denda satu kota besar di Indonesia yang di dalamnya
sebanyak-banyaknya Rp 100.000.000,- berdiri ribuan perusahaan industri pembuangan
(seratus juta rupiah) sebagaimana disebutkan limbah dari berbagai industri di wilayah industri
dalam Pasal 27 UU No. 5 Tahun 1984. Genuk dan Tugu yang relatif dekat dengan pesisir
Selain itu, terdapat juga pengaturan yang dan laut telah mempengaruhi kualitas
menyatakan bahwa perbuatan tersebut dapat lingkungan di wilayah pesisir. Indikasi adanya
dikenai sanksi administrasi antara lain berupa pencemaran bisa dilihat dari menurunnya
pencabutan izin usaha industri. Hal ini diatur kualitas air di Kali Babon, Kali Sringin dan Kali
dalam Pasal 10PPNo. 13Tahun 1995 tentang Tenggang di wilayah Genuk. Pencemaran di Kali
Izin Usaha Industri. Babon bahkan menimpa tambak di wilayah
Dalam UUPLH selain diatur sanksi Sayung. Demikian halnya, di wilayah Tugu,
perdata dan sanksi pidana, juga terdapat pencemaran di Sungai Karanganyar juga
^Kompas, 23 Maret2001
dikeluhkan penduduk.^ Di sisi lain, berbagai Kabupaten atau Kota sekaligus juga memiliki
bencanaseperti banjir, rob (banjir pasang) dan kewenangan untuk menjatuhkan sanksi
abrasi yang menyebabkan kerusakan tambak administrasi yang menurut Pasal 25 UUPLH
merupakan indikasi terjadinya penurunan merupakan kewenangan Gubernur Kepala
daya dukung lingkungan di wilayah pesisir Daerah Tingkat I.
Semarang/ Uraian di atas mendorong penulis untuk
Selain permasalahan tersebut, sejak menguraikan pengawasan dan penerapan
diberiakukannya Undang-undang Nomor 22 sanksi administrasi terhadap perusahaan
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah industri di Kota Semarang. Permasalahan
(UUPD)^ yang mencabut UU No. 5 Tahun yang diangkat dalam tulisan ini adalah;
1974, timbu! persoalan yangberkaitan dengan bagaimanakah penegakan hukum preventif
wewenang penerapan sanksi administrasi, dalam bentuk pengawasan yang dilakukan
terutama paksaan pemerintahan. Berdasarkan oleh pemerintah atas penaatan perusahaan
Pasal 25 UUPLH, wewenang menjatuhkan industri yang memperoleh Izin Usaha Industri
sanksi berupa paksaan pemerintahan ada pada terhadap lingkungan hidup di Kota Semarang,
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I yang apa implikasi berlakunya Undang-undang
kemudian dapat dillmpahkan kepada Bupati Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Kepala Daerah Tingkat II dengan terlebih Daerah terhadap kewenangan penerapan
dahulu dikeiuarkan Peraturan Daerah Tingkat I sanksi administrasi, dan bagaimanakah
yang mengatur hal ini. penerapan sanksi administrasi yang dilakukan
Masalahnya adalah bahwa pengaturan oleh pemerintah terhadap pelanggaran atas
Otonomi Daerah dalam UUPD berbeda dengan kewajiban perusahaan industri yang
pengaturan Otonomi Daerah dalam UU No. 5 memperoleh Izin Usaha Industri untuk
Tahun 1974 yang menjadi acuan UUPLH. melakukan upaya penaatan lingkungan hidup
Berdasarkan Pasal 7 jo. 11 UUPD^jelas bahwa Kota Semarang.
Pemerintah Kabupaten atau Kota memiliki Bahan yang dipergunakan dalam tulisan
kewenangan di bidang lingkungan hidup. ini terdiri atas dua macam data, yaitu data
Dengan demikian, muncul permasalahan sekunder dan data primer. Data sekunder
bahwa apakah dengan dimiiikinya diperoleh dari bahan kepustakaan, berupa
kewenangan ini secara otomatis Pemerintah bahan hukum primer, bahan hukum sekunder
25
dan bahan hukum tertier dengan cara studi administrasi meliputi biaya pengawasan
kepustakaan, sedangkan data primer lapangan yang dilakukan secara rutin dan
diperoieh langsung dari lapangan dengan pengujian laboratorium, lebih murah
cara wawancara dengan beberapa dibandingkan dengan upaya pengumpulan
narasumber tentang pengawasan dan bukti, investigasi lapangan, mempekeijakan
penerapan sanksi administrasi terhadap saksi ahli untuk membuktikan aspek
perusahaan industri yang teiah memperoleh kausalitas (sebab akibat) dalam kasus pidana
izin usaha industri kaitannya dengan penaatan dan perdata:
peraturan perundang-undangan di bidang 3. Penegakan hukum administrasi lebih
lingkungan hidup yang dibatasi dalam kurun memiiiki kemampuan mengundang
waktu 2 tahun (2001 dan 2002). partisipasi masyarakat. Partisipasi
masyarakat dilakukan mulai dari proses
Penegakan Hukum Lingkungan perizinan, pemantauan penataan/
Administratif pengawasan, dan partisipasi dalam
mengajukan keberatan dan memintapejabat
Siti Sundari Rangkuti menyatakan tata usaha negara untuk memberlakukan
bahwa penegakan hukum lingkungan sanksi administrasi.®
berkaitan erat' dengan kemampuan aparatur
dan kepatuhan warga warga masyarakat Lebih lanjut Mas Achmad Santosa
terhadap peraturan yang berlaku, yang meliputi menyatakan bahwa perangkat penegakan
tiga bidang hukum, yaitu administratif, pidana hukum administrasi dalam sebuah sistem
dan perdata.^ Menurut Mas Achmad Santosa, hukum dan pemerintahan paling tidak harus
penegakan hukum administrasi dl bidang meliputi lima perangkat yang merupakan
lingkungan hidup memiiiki beberapa manfaat prasyarat awal dari efektivitas penegakan
strategis dibandingkan dengan perangkat hukum administrasi di bidang lingkungan
penegakan hukum lainnya (perdata atau hidup. Kelima perangkat itu iaiah;
pidana) sebagai berikut: 1. Izin, yang didayagunakan sebagai perangkat
1. Penegakan hukum administrasi di bidang pengawasan dan pengendalian;
lingkungan hidup dapat dioptimalkan 2. Persyaratan dalam izin dengan merujuk
sebagai perangkat penoegahan {preven
pada AMDAL, standar baku mutu
tive)] Penegakan hukum administrasi
(yang bersifat pencegahan) dapat lebih lingkungan, peraturan perundang-
efisien dari sudut pembiayaan dibandingkan undangan;
penegakan hukum pidana dan perdata. 3. Mekanisme pengawasan penaatan;
2. Pembiayaan untuk penegakan hukum
' Siti Sundari Rangkuti, Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan Lingkungan Nasional, (Airlangga Univer
sity Press, Surabaya, Edisi Kedua, 2000), him. 208.
®Mas Achmad Santosa, Good Governance &Hukum Lingkungan, (ICEL, Jakarta, 2001), him. 248.
27
ada keterkaitan yang sangat erat antara 24 perusahaan. Hasil pengawasan tersebut
keduanya, yaitu Bidang Pengawasan dan juga menunjukkan bahwa sebagian besar
Pengendalian dan Bidang Pemantauan dan perusahaan industri menghasilkan limbah dari
Pemulihan. Namun demikian, dalam Perda kegiatan industri yang dilakukannya.
No. 3 Tahun 2001 tersebut maupun dalam Dari hasil pengawasan tersebut juga
lampirannya tidakdijelaskan perbedaan antara diketahui bahwa perusahaan industri yang
keduanya. memiiiki instalasi pengolahan limbah (IPAL)
Menurut Suratno, SH, Kepala Bidang dan masih dapat dioperasionalkan berjumlah
Pengawasan- dan Pengendalian Bapedalda 21 perusahaan, yang memiiiki IPALtetapi tidak
Kota Semarang, perbedaan antara keduanya berfungsi dengan balk berjumlah 4
adalah bahwa pengawasan dllakukan perusahaan, sedangkan yang tidak memiiiki
sebelum terjadl suatu masalah atau kasus, IPAL berjumlah 15 perusahaan. Juga dapat
sedangkan pemantauan dllakukan setelah diketahui bahwa perusahaan industri yang
terjadl masalah atau kasus berdasarkan sudah melakukan pemantauan lingkungan
pengaduan dari masyarakat atau berjumlah 27 perusahaan, sedangkan yang
dilampauinya baku mutu lingkungan yang belum melakukan pemantauan lingkungan
ditetapkan.'^ berjumlah 13 perusahaan. Data ini
Dari hasif pengawasan dan pemantauan memperlihatkan masih banyaknya perusahaan
yang dllakukan Bapedaldan Kota Semarang industri yang belum melakukan penaatan
terhadap perusahaan industri pada tahun lingkungan hidup dalam bentuk pelaksanaan
2001'^ dapat diketahui bahwa perusahaan kewajiban pengelolaan lingkungan hidup
Industri belum betul-betui secara optimal (hampir 50 %) dan pemantauan lingkungan
melaksanakan penaatan terhadap peraturan hidup (lebih dari 30 %).
perundang-undangan lingkungan hidup Secafa umum kendala yang dihadapi
sebagai upaya pengendalian pencemaran oleh perusahaan dalam melaksanakan upaya
dan atau perusakan lingkungan hidup. pengelolaan dan pemantauan lingkungan
Dengan lain perkataan,kesadaran masyarakat adalah kurangnya sumber daya manusia yang
industri untuk melaksanakan pengelolaan bertanggung jawab atas kelangsungan
lingkungan pada umumnya masih sangat pengelolaan-lingkungan baik sebagai opera
"rendah. Di antara 40 (empat puluh) tor IPAL maupun pengelolaan limbah padat
perusahaan yang diawasi, yang menghasilkan gas, debu atau udara, di samping-kurang
limbah cair: 34 perusahaan, limbah padat: 36 efektifnya pelaksanaan pengawasan dan
perusahaan, dan limbah gas/debu/kebisingan: pemantauan oleh pemerintah maupun dinas
" Wawancara dengan Suratno, SH, Kepala Bidang Pengawasan dan Pengendalian Bapedalda Kota
Semarang pada tanggal29 April 2003.
Berdasarkan data yang diperoleh dan diolah dari Laporan Kegiatan Proyek Pengawasan dan
Pengendalian Pencemaran Lingkungan Bapedalda Kota Semarang Tahun 2001 dan Laporan Kegiatan
Pemantauan Kasus Pencemaran Lingkungan, Bapedalda Kota Semarang, Tahun 2001, jugadari wawancara
dengan beberapa nara sumber.
" Laporan Peiaksanaan Tugas Pokck dan Fungs! Tahun Anggaran 1999/2000, Kantor Departemen
Perindustrian danPerdagangan Kotamadya Semarang, him. 33.
" Wawancara dengan Bp. Suratno, SH, Kepaia BIdang Pengawasan dan Pengendaiian Bapedalda Kota
Semarang padatanggai 29April 2003.
Wawancara dengan ibu Trull, Staf BIdang Pemantauan dan Pemulihan Bapedalda Kota Semarang pada
tanggai 4 Nopember 2002.
29
Hasil pengawasan dan pemantauan yang didasarkan baik pada dokumen tertulis" yang
dilakukan oleh Bapedalda Kota Semarang pada sama sekali tidak menyebutkan adanya kegiatan
tahun,2002 tidak ada perbedaan yang signiflkan pengawasan dimaksud, maupun pada
dibandingkan dengan tahun 2001. Secara wawancara yang penulis lakukan dengan
kuantitatif, jumlah perusahaan industri yang beberapa responden yang menyatakan bahwa
diawasi dan dipantau pada tahun 2002'® Dinas Perindag baru dilibatkan oleh Bapedalda
memang mengalami peningkatan dibandingkan dalam penanganan kasus, bukan pada
dengan tahun sebelumnya, yaitu dari 50menjadl pengawasan.'®
105 (60 dengan pengawasan dan 45 dengan Salah satufaktor yang menyebabkan hal itu
pemantauan). Namun demikian, apabila adalah adanya persepsi di kalangan Dinas
dibandingkan dengan jumlah perusahaan Perindag bahwa pengawasan itu merupakan
industri yang ada peningkatan itu tidaklah banyak. kewenangan Bapedalda.'® Faktor penyebab
Jumlah perusahaan yang diawasi dan dipantau lainnya yang sangat mendasar adalah bahwa
sebanyak 6,2 %(105 dari 1687). Selain itu, jumlah dalam susunan organisasi Dinas Perindag yang
kasus lingkungan yang diadukan ke Bapedalda diatur dalam Pasal 5 Lampiran VI Perda Kota
Kota Semarang juga meningkat tajam, yaitu dari Semarang No. 2 Tahun 2001 tidak ada bidang
16 perusahaanpadatahunsebelumnya, menjadl yang menangani pengawasan terhadap
45 perusahaan. Dari 16 kasus yang dipantau perusahaan industri dari aspek penaatan
pada tahun 2001, 10 di antaranya muncul lingkungan hidup.
kembali pada tahun 2002.
Sebagaimana dikemukakan di atas,
ImplikasI Berlakunya UUPD terhadap
selain Bapedalda, Dinas Perindustrian dan
Wewenang Pemerintah Kabupaten/Kota
Perdagangan juga memiliki kewenangan
untuk melakukan pengawasan terhadap dalam Menerapkan Sanksi Administras!
terhadap Perusahaaan Industri Yang
perusahaan industri. Namun demikian,
Tidak Melakukan Penaatan Lingkungan
ternyata Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Hidup
tidak melakukan pengawasan tersebut. Hal ini
Berdasarkan data yang diperoleh dan diolah dari Laporan Kegiatan Proyek Peningkatan Kualltas
Lingkungan, Sub Bidang Pengawasan Pencemaran Lingkungan, Bidang Pengawasan dan Pengendalian,
Bapedalda Kota Semarang, Tahun 20p2 dan Laporan Kegiatan Penanganan Kasus Pencemaran Lingkungan,
Bapedalda Kota Semarang, Tahun 2002, juga dari wawancara dengan beberapa riara sumber.
Berupa Laporan Pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungs! Tahun Anggaran 1999/2000, Kantor
Departemen Perindustrian dan Perdagangan Kotamadya Semarang dan Laporan Akuntabilitas KInerja Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kota Semarang Tahun 2002
Wawancara dengan Ibu Mugiarnl, SH, Kasubdin Perindustrian Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kota Semarang padatanggal 11 Desember2001, dengan Ibu Ir. Trull, Staf Bidang Pemantauan dan Pemulihan
Bapedalda Kota Semarang pada tanggal 4Nopember 2002 dan dengan Bp Susanto, Baglan Tata Usaha Dinas
Perindag Kota Semarang padatanggal 29April 2003.
Wawancara dengan Bp. Ir. Sabandi, Kasubdin Perindustrian Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Proplnsi Jawa Tengah pada tanggal 30April 2003.
31
tidak termasuk tanah dan bangunan teguran/peringatan, bahkan 8 di antaranya
tempat usaha. merupakan peringatan terakhir, yaitu PT
Fishindo, PT Kern farm, PT Sampharindo
Perdana, PT Cerah Sampurna, PT Bukit
Penerapan Sanksi Administrasi
terhadap Perusahaan Industri Yang Perak, PT Indo Sentra Pelangi, PTKarya Cipta
Nyata Wisesa dan PT Indofood Sukses
Telah Memperoleh Izih Usaha Industri
Makmur.2^
Yang Tidak Melakukan Penaatan
Mesklpun sanksi administrasi belum
LIngkungan Hidup di Kota Semarang
diberikan, setidak-tidaknyaperingatan/teguran
Di Kota Semarang, penulis tidak itu menurut Mas Achmad Santosa merupakan
menemukan paling tidak daiam kurun waktu tahapan dari pemberian sanksi administrasi yang
5 tahun terakhir ini data tentang pemberian dengan demikian sudah dapat dikategorlkan
sanksi administrasi terhadap perusahaan sebagai pelaksanaan penegakan hukum
industri yang kegiatan usahanya menimbuikan lingkungan administrasi.^^
pencemaran dan atau perusakan lingkungan Hanya saja, perlu dipertanyakan,
hidup. Yang dapat penulis peroleh adalah data apakah pemberian peringatan itu sudahcukup
tentang diterbitkannya surat yang diberikan memadai sehingga tidak diperlukan
oleh Kepala Bapedalda Kota Semarang pemberian sanksi administrasi? Menurut
kepada beberapa perusahaan industri yang hemat penulis, pemberian teguran itu saja
berisi kewajiban yang harus dilakukan oleh belum cukup, akan tetapi perlu ditingkatkan
perusahaan industri dan atau teguran atau menjadi sanksi administrasi, kalaupun tidak
peringatan. Surat Kepala Bapedalda tersebut pencabutan izin, setidak-tidaknya dalam
diterbltkan setelah dilakukan pemantauan bentuk paksaan pemerintahan. Pendapat ini
sebagai tindak lanjut dari permasalahan didasarkan antara lain, pada fakta tentang
lingkungan (pencemaran dan atau perusakan kasus pencemaran di Dukuh Tapak. Kasus
lingkungan hidup) berdasarkan pengaduan ini berawal dari mulai dikembangkannya
darimasyarakat, pemberitaan di media massa Dukuh Tapak pada dekade 1970-an sebagai
dan dari sumber lainnya. kawasan industri yang kemudian padatanggal
Pada tahun 2001 terdapat 4 perusahaan 22 Nopember 1976 warga Dukuh Tapak mulai
industri yang mendapatteguran,yaitu PT BBC, resah terhadap pencemaran yang melanda
UD Bukit Timah, PT Surya Mas dan Jasa sawa dan tambak mereka. Sejak kasus itu
Timbal.^° Pada tahun 2002 terdapat 12 diadukan oleh warga Dukuh Tapak melalui
perusahaan Industri yang memperoleh Lurah Zainal Arifin kepada Walikota Semarang
•Laporan Kegiatan Pemantauan Kasus Pencemaran Lingkungan, Bapedalda Kota Semarang, Tahun
2001.
Laporan Kegiatan Penanganan Kasus Pencemaran Lingkungan, Bapedalda Kota Semarang, Tahun
2002.
^ Mas Achmad Santosa, Pengembangan dan Penegakan Hukum Administrasi diBidang Lingkungan
Hidup dalam Konteks Otonomi Daerah, Makalah disampaikan dalam Environmental Law and Enforcement
Training, Indonesia-Australia Specialised Training Project, di Semarang, 29April-4 Mei 2002, him. 2.
pada bulan Februari 1977, relat'rf bam dapat mengorbankan lingkungan, sehingga sanksi
diselesaikan pada tahun 1992 sebagai admlnistrasipun tidak diterapkan. Sudharto P.
antiklimaks dengan disepakatinya perdamaian Hadi menyatakan bahwa wacana dominan
di antara tripartit dengan model penyelesaian di dari otonomi daerah yang diatur dalam UUPD
luar pengadilan, setelah memakan waktu yang didominasi oleh pemahaman tentang
sangat panjang, yakni 16 tahun.^^ Mesklpun peningkatan PAD sehingga mendorong
demikian, ternyata masalah Dukuh Tapak daerah untuk mengeksploitasi sebesar-
mencuat kembali pada tahun 2001. KIranya besarnya sumber daya alam • tanpa
persoalan pencemaran sungai Tapak memperhitungkan aspek kelestarian daya
memang merupakan salah satu indikator dukungnya. Otonmi daerah juga telah
lemahnya penegakan hukum iirigkungan di menimbulkan kekhawatiran munculnya
Indonesia. pengelolaan lingkungan yang bersifat
Tidak diterapkannya sanksi administrasi fragmentaris (terkotak-kotak) di antara
sebagaimana diuraikan di atas disebabkan Kabupaten dan Kota yang disebabkan oleh
oleh beberapa faktor antara lain bahwa egolsme daerah yang cenderung akan
pemerintah lebih memprioritaskan mengorbankan lingkungan."
pembinaan dan pengembangan kegiatan Faktor penyebab lainnya adalah berbelit-
industri." Padahal, KIT Bumi tahun 1992 belltnya sistem perizinan lingkungan di
jelas mengamanatkan pembangunan Indqesia sehingga mekanisme perizinan pun
berkelanjutan dengan menyerasikan menjadi rumit dan tidak jelas."
pembangunan dengan llngkungan. Dengan Secara komprehensif Mas Achmad
demikian, terlihat bahwa komitmen Santosa menyatakan bahwa seluruh aspek
pemerintah untuk melakukan penegakan penegakan hukum lingkungan di Indonesia
hukum memang masih rendah. sangatlah lemah, termasuk penegakan
Era otonomi daerah kiranya juga hukum administrasi, yang disebabkan
berbengaruh terhadap sikap pemerintah beberapa faktor antara lain:"
daerah yang lebih memprioritaskan untuk 1. Tidak adanya konsep, strategi dan program
memngejar pendapatan asli daerah (PAD) yang jelas dalam memberdayakan
yang sebesar-besarnya meskipun harus penegakan hukum lingkungan administrasi,
" M. Baiquni dan Susilawardani, Pembangunan Yang Tidak Berkelanjutan Refleksi Kritis Pembangunan
Indonesia, (Transmedia Global Wacana, Yogyakarta, 2002), him. 100-113.
Disimpulkan dari wawancara dengan Ibu Mugiami, SH, Kasubdin Perindustrian Dinas Perindustrlan
dan Perdagangan Kota Semarang pada tanggal 11 Desember 2001 dan dengan Ibu Nur Weni, SH, Kepala
Bidang Pemantauan dan Pemulihan Bapedalda Kota Semarang pada tanggal 29April 2003.
^ Sudharto P. Hadi, DImensiLingkungan Perencanaan Pembangunan, (Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta, 2001), him. 89.
" Wawancara dengan Ibu Lilin BudiartI, SH, MM, Sekretaris Bapedalda Kota Semarang pada tanggal 11
Desember 2001.
" Mas Achmad Santosa, Pengembangan dan Penegakan Hukum Administrasi diBidang Lingkungan
Hidup dalam Konteks Otonomi Daerah, Makalah disampaikan dalam Environmental
33
termasuk di dalamnya niat serta tekad untuk diatur "dalam Pasal 25 ayat (3) dan Pasa! 27
mendayakan izin sebagai alatpengendalian ayat (3) UUPLH.
dampak lingkungan; Hanya saja, permohonan tersebut tidak
2. Ketiadaan konsep, strategi dan program dapat berfungsi dengan balk apabila tidak
tersebut jelas berpengaruh pada skala mendapat respons dari pejabat yangberwenang
prioritas program; • untuk menindaklanjuti permohonan itu. Dalam
3. Proses perizinan dilakukan secara tertutup hal demikian, meskipun tidak diatur dalam
antararegulator dengan penerima izin yang UUPLH, menurut hemat penulis, apabila
memudahkan terjadi penyeiewengan pemerintah dengan sengaja atau lalai tidak
mandat dan kewenangan oleh regulator; menerapkan sanksi administrasi sehingga
4. Oleh karena tidak ada niat dan tekad untuk menimbulkan kerugian pada pihak ketiga yang
mendayagunakan izin sebagai alat berkepentingan (masyarakat), maka pihak
pengendalian dampak lingkungan, maka ketiga tersebut dapat menggugat pejabat
izin yang ada pun pada umumnya tidak pemerintah itu atas dasar onrechtmatige
mencantumkan persyaratan-persayratan overheidsdaad (perbuatan melawan hukum
lingkungan yang bersifat operasional dan yang dilakukan oleh pemerintah). Pengertlan
mudah dipahami; "hukum" dalam "perbuatan melawan hukum
5. Pemberian izin selama ini dipersepsikan oleh pemerintah" itu selain mencakup hukum
sebagai sumber pendapatan para pejabat tertulis jugameliputi hukum tidak tertulis,®® yang
yang berurusan dengan izin, sehingga kedua-duanya harus menjadi dasar untuk
keputusan yang diambil tidak didasarkan menerapkan atau tidak menerapkan sanksi
pada pertimbangan-pertimbangan administrasi.
objektif, rasional, dan hukum yang Dalam kondisi lemahnya penegakan
berlaku. hukum lingkungan sebagaimana digambarkan
di atas, Otto Soemarwoto menawarkan konsep
Terkait dengan lemahnya penegakan Atur Diri Sendiri (ADS) sebagai instrumen
hukum lingkungan dari aspek hukum pengelolaan lingkungan hidup selain instrumen
administrasi tersebut, agar pemerintah yuridis (Atur danAwasi), instrumen ekonomi dan
sungguh-sungguh dalam menerapkan sanksi instrumen suasif. Instrumen ADS dilakukan
administrasi, secara yuridis masyarakat luas dengan cara mengubah pandangan dunia
yang berkepentinganpun dapat melakukan bisnis bahwa lingkungan hidup sebagai faktor
"tekanan" dalam bentuk pengajuan eksternal bisnis menjadi faktor internal bisnis.^
permohonan kepada pejabat yang berwenang
untuk menerapkan sanksi administrasi. Hal ini
^ Otto Soemarwoto, Atur Diri Sendiri Paradigma Baru Pengelolaan Lingkungan Hidup, (Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta, 2001), him. 92-124.
35
berpengaruh pada penegakan hukum, dan lingkungan di daerah. Dalam perubahan
tidak adanya konsep, strategi dan program UUPLH tersebut, dalam kaitannyadengan
yang jelas dalam memberdayakan penerapan sanksi administrasi kiranya
penegakan hukum lingkungan administrasi. perlu disebutkan bahwa paksaan
pemerintahan merupakan wewenang
Bupati atau Walikota.
Saran
3. Agar penerapan sanksi adminsitrasi
Mengacu pada beberapa kesimpulan terhadap perusahaan industri yang tidak
tersebut, kiranya perlu dikemukakan beberapa melaksananakan penaatan lingkungan
saran sebagai berikut: hidup dlKota Semarang menjadi lebih kuat,
1. Agar pelaksanaan pengawasan terhadap perlu ditingkatkan komitmen dari pemerintah
perusahaan industri dari aspek penaatan menyelaraskan pembangunan dengan
lingkungan hidup dl Kota Semarang lingkungan hidup, kualitas para aparat
menjadj^ lebih balk, kuantitas maupun penegak hukum sehingga mereka memiliki
kualitasnya, kiranya perlu dilakukan: tekad yang kuat untuk melakukan penegakan
perubahan susunan organisasi Dinas hukum. Di samping itu juga perlu dilakukan
Perindustrian dan Perdagangan Kota penyederhanaan sistem perizinan
Semarang sehingga ada bidang yang lingkungan yang menghasilkan mekanisme
menangani pengawasan terhadap perizinan yang jelas. Masyarakat (pihak
perusahaan industri-dari aspek penaatan ketiga yang berkepentingan) juga perlu
lingkungan hidup, penambahan jumlah meningkatkan upaya dalam bentuk
petugas pengawas sesuai dengan pengajuan permohonan kepada pejabat
kualifikasi yang ditentukan, peningkatan yang berwenang untuk menerapkan sanksi
sarana, prasarana dan dana, dan administrasi.
keterpaduan dan koordinasl dengan
seluruh instansi terkait dalam melakukan
pengawasan. Daftar Pustaka
2. Dengan berlakunya Undang-undang
Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Absori, 2000, Penegakan Hukum Lingkungan
- Pemerintahan Daerah perlu dilakukan dan Antisipasi dalam Era Perdagangan
Bebas, Muhammadiyah University
perubahan terhadap Undang-undang
Press, Surakarta.
Nomor 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH) Hardjasoemantri.Koesnadi, 1999, HukumTata
dalam rangka penyesuaian terhadap Lingkungan, Edisi Ketujuh, Cetakan
Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 Keempat Belas, Gadjah Mada Univer
tersebutyang memuatpengaturan tentang sityPress, Yogyakarta.
—otonbmi daerah yang berbeda dengan
Santosa,Mas Achmad, 2001, Good Gover
pengaturan dalam Undang-undang
nance & Hukum Lingkungan, ICEL,
Nomor 5 Tahun 1974 sebagai dasar bagi Jakarta.
UUPLH dalam mengatur pengelolaan
37
Semarang, Tahun 2002. Perdagangan 'Kotamadya Semarang.
Laporan Kegiatan Penanganan Kasus Laporan Akuntabilitas Kinerja Dinas
Pencemaran Lingkungan, Bapedalda Perindustrian dan Perdagangan Kota
Kota Semarang, Tahun 2002. Semarang Tahun 2002, Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kota
Laporan Pelaksanaan Tugas Pokok dan
Semarang.
Fungsi Tahun Anggaran 1999/2000,
Kantor Deparlemen Perindustrian dan Kompas, tanggal 23 Maret 2001.