Akep Gerontik
Akep Gerontik
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada tahun 2000 jumlah lansia di Indonesia diproyeksikan sebesar 7,28% dan pada tahun
2020 menjadi sebesar 11,34% (BPS, 1992). Bahkan data Biro Sensus Amerika Serikat
memperkirakan Indonesia akan mengalami pertambahan warga lanjut usia terbesar diseluruh
dunia pada tahun 1990-2025, yaitu sebesar 414% (Kinsella dan Taeuber, 1993).
Menurut Dinas Kependudukan Amerika Serikat (1999), jumlah populasi lansia berusia 60
tahun atau lebih diperkirakan hampir mencapai 600 juta orang dan diproyeksikan menjadi 2
milyar pada tahun 2050, pada saat itu lansia akan melebihi jumlah populasi anak (0-14 tahun)
Proyeksi penduduk oeleh Biro Pusat Statistik menggabarakn bahwa antara tahun 2005-2010
jumlah lansia akan sama dengan jumlah balita, yaitu sekitar 19 juta jiwa atau 8,5% dari seluruh
jumlah penduduk.
Seiring dengan berkembangnya Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat
perkembangan yang cukup baik, maka akan makin tinggi pula angka harapan hidup
penduduknya. Diproyeksikan harapan hidup orang Indonesia dapat mencapai 70 tahun pada
tahun 2000. Perlahan tapi pasti masalah lansai mulai mendapat perhatian pemerintah dan
masyarakat. Hal ini merupakan konsekuensi logis terhadap berhasilnya pembangunan, yaitu
bertambahnya usia harapan hidup dan banyaknya jumlah lansia di Indonesia. Dengan
meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut dan makin panjangnya usia harapan hidup sebagai
akibat yang telah dicapai dalam pembangunan selama ini, maka mereka yang memiliki
pengalaman, keahlian dan kearifan perlu diberi kesempatan untuk berperan dalam pembangunan.
Kesejahteraan penduduk usia lanjut yang karena kondisi fisik dan/atau mentalnya tidak
memungkinkan lagi untuk berperan dalam pembangunan, maka lansia perlu mendapat perhatian
khusus dari pemerintah dann masyarakat (GBHN, 1993).
Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh instansi pemerintah, para profesional kesehatan,
serta bekerjasama dengan pihak swasta dan masyarakat untuk mengurangi angka kesakitan
(morbiditas) dan kematian (mortalitas) lansia. Pelayanan kesehatan, sosial, ketenagakerjaan, dan
lain-lainnya telah dikerjakan pada berbagai tingkatan, yaitu ditingkat individu lansia, kelompok
lansia, keluarga, Panti Sosial Tresna Wreda (PSTW), Sasana Tresna Wreda (STW), Sarana
1
Pelayanan Kesehatan Tingkat Dasar (primer), Sarana Pelayanan Kesehatan Rujukan Tingkat
Pertama (sekunder), dan Sarana Pelayanan Kesehatan Tingkat Lanjutan (tersier) untuk mengatasi
permasalahan yang terjadi pada lansia.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi salah satu tugas dari Mata Kuliyah Keperawatan Gerontik serta
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan lansia.
2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa mengetahui pengertian lansia dan tipe-tipe lansia
b. Agar mahasiswa mengetahui berbagai teori lansia
c. Agar mahasiswa mengetahui masalah-masalah kesehatan lansia
d. Agar mahasiswa mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan lansia
C. Manfaat
Manfaat yang diharapkan oleh penulis adalah sebagai berikut :
1. Untuk masyarakat: sebagai bahan informasi untuk menambah pengetahuan kesehatan
2. Untuk Mahasiswa: di harapkan makalah ini dapat bermanfaat sebagai bahan
pembanding tugas serupa.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Lansia
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia
(Budi Anna Keliat, 1999). Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998
tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih
dari 60 tahun.
1. Klasifikasi Lansia
a. Pralansia (prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun
b. Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
c. Lansia Resiko Tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun dengan
masalah kesehatan (Depkes RI, 2003)
d. Lansia Potensial
Lansia yagn masih mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan yang dapat
menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003)
e. Lansia tidak Potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada
orang lain (Depkes RI, 2003)
2. Karakteristik Lansia
Menurut Budi Anna Keliat (1999), lansia memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No. 13 tentang
Kesehatan)
b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta kondisi adaptif hingga kondisi
maladaptif
c. Lingkungan tempat tinggal yang bervasiasi
3. Tipe Lansia
3
Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, penglaman hidup, lingkungan,
kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho, 2000). Tipe tersebut dapat
dijabarkan sebagai berikut:
4
Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap
bunyi suara, antara lain nada nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit
mengerti kata kata, 50 % terjadi pada usia diatas umur 65 tahun
Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis.
Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya kreatin
2) Pengecap dan penghidu
Menurunnya kemampuan pengecap.
Menurunnya kemampuan penghidu sehingga mengakibatkan selera makan
berkurang
3) Peraba
Kemunduran dalam merasakan sakit.
Kemunduran dalam merasakan tekanan, panas dan dingin.
4) cardiovaskuler pada usia lanjut
Katub jantung menebal dan menjadi kaku
Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % pertahun sesudah berumur 20
tahun Hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya
Kehilangan elastisitas pembuluh darah.
Kurangnya efektifitasnya pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan
posisi dari tidur keduduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah
menurun menjadi 65 mmHg (mengakibatkan pusing mendadak).
Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
(normal ± 170/95 mmHg).
5) Sistem genito urinaria
Ginjal, Mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun
sampai 50 %, penyaringan diglomerulo menurun sampai 50 %, fungsi tubulus
berkurang akibatnya kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis
urin menurun proteinuria (biasanya + 1)
Vesika urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun
sampai 200 ml atau menyebabkan frekwensi BAK meningkat, vesika urinaria
susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga meningkatnya retensi urin
Pembesaran prostat ± 75 % dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun.
5
Atropi vulva.
Vagina, Selaput menjadi kering, elastisotas jaringan menurun juga permukaan
menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya lebih alkali terhadap
perubahan warna.
Daya sexual, Frekwensi sexsual intercouse cendrung menurun tapi kapasitas
untuk melakukan dan menikmati berjalan terus
6) Sistem endokrin / metabolik pada lansia
Produksi hampir semua hormon menurun.
Pituitary, Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya ada di
pembuluh darah dan berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan LH.
Menurunnya aktivitas tiriod
Menurunnya produksi aldosteron.
Menurunnya sekresi hormon: progesteron, estrogen, testosteron.
Defisiensi hormonall dapat menyebabkan hipotirodism, depresi dari sumsum
tulang serta kurang mampu dalam mengatasi tekanan jiwa (stress)
7) Perubahan sistem pencernaan pada usia lanjut
Kehilangan gigi, Penyebab utama adanya periodontal disease yang biasa terjadi
setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi
yang buruk.
Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi
indera pengecap (± 80 %), hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap dilidah
terutama rasa manis, asin, asam & pahit.
Esofagus melebar.
Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun), asam lambung
menurun, waktu mengosongkan menurun.
Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi.
Fungsi absorbsi melemah (daya absorbsi terganggu).
Liver (hati), Makin mengecil & menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya
aliran darah.
8) Sistem muskuloskeletal
6
Tulang rapuh.
Resiko terjadi fraktur.
Kyphosis.
Persendian besar & menjadi kaku.
Pada wanita lansia > resiko fraktur.
Pinggang, lutut & jari pergelangan tangan terbatas.
Pada diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tinggi badan berkurang)
9) sistem kulit & jaringan ikat
Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
Kulit kering & kurang elastis karena menurunnya cairan dan hilangnya jaringan
adiposa
Kelenjar kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik, sehingga tidak begitu
tahan terhadap panas dengan temperatur yang tinggi.
Kulit pucat dan terdapat bintik bintik hitam akibat menurunnya aliran darah dan
menurunnya sel sel yang meproduksi pigmen.
Menurunnya aliran darah dalam kulit juga menyebabkan penyembuhan luka luka
kurang baik.
Kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh.
Pertumbuhan rambut berhenti, rambut menipis dan botak serta warna rambut
kelabu
Pada wanita > 60 tahun rambut wajah meningkat kadang kadang menurun.
Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang menurun.
Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak
rendahnya akitfitas otot.
10) sistem reproduksi dan kegiatan sexual
Perubahan sistem reprduksi
Selaput lendir vagina menurun/kering.
Menciutnya ovarium dan uterus.
Atropi payudara.
7
Testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan secara
berangsur berangsur
Dorongan sex menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi kesehatan
baik
Kegiatan sexual
Sexualitas adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi kehidupan
yang berhubungan dengan alat reproduksi. Sexualitas pada lansia sebenarnya
tergantung dari caranya, yaitu dengan cara yang lain dari sebelumnya, membuat
pihak lain mengetahui bahwa ia sangat berarti untuk anda. Juga sebagai pihak
yang lebih tua tampa harus berhubungan badan, msih banyak cara lain unutk
dapat bermesraan dengan pasangan anda. Pernyataan pernyataan lain yang
menyatakan rasa tertarik dan cinta lebih banyak mengambil alih fungsi hubungan
sexualitas dalam pengalaman seks.
8
Pada wanita, kekurangan hormon estrogen dapat menyebabkan khilangan masa
tulang dampak terhadap metabolisme kalsium akhirnya membuat tulang patah. Pada
pria, karena defisiensi testosteron, alkohol, penggunaan kortikosteroid, dan faktor
penuaan.
c. Dementia type Alzheimer
Dipengaruhi oleh hormon juga, pada wanita estrogen dapat meningkatkan
produksi zat dan aktifitas neorotransmeter, penurunan testoteron pada laki-laki akan
berpengaruh penurunan fungsi memori dan fungsi kognitif. Kondisi yang sangat berat
akan menyebabkan terjadinya penimbunan protein amiloid di darah otak sehingga
terjadi sindroma alzeimer.
Gejala-gejala Demensia Alzheimer sendiri meliputi gejala yang ringan sampai
berat. Sepuluh tanda-tanda adanya Demensia Alzheimer adalah:
Gangguan memori yang memengaruhi keterampilan pekerjaan, seperti; lupa
meletakkan kunci mobil, mengambil baki uang, lupa nomor telepon atau
kardus obat yang biasa dimakan, lupa mencampurkan gula dalam minuman,
garam dalam masakan atau cara-cara mengaduk air.
Kesulitan melakukan tugas yang biasa dilakukan, seperti; tidak mampu
melakukan perkara asas seperti menguruskan diri sendiri.
Kesulitan bicara dan berbahasa
Disorientasi waktu, tempat dan orang, seperti; keliru dengan keadaan sekitar
rumah, tidak tahu membeli barang ke kedai, tidak mengenali rekan-rekan atau
anggota keluarga terdekat.
Kesulitan mengambil keputusan yang tepat
Kesulitan berpikir abstrak, seperti; orang yang sakit juga mendengar suara atau
bisikan halus dan melihat bayangan menakutkan.
Salah meletakkan barang
Perubahan mood dan perilaku, seperti; menjadi agresif, cepat marah dan
kehilangan minat untuk berinteraksi atau hobi yang pernah diminatinya.
Perubahan kepribadian, seperti; seperti menjerit, terpekik dan mengikut
perawat ke mana saja walaupun ke WC.
Hilangnya minat dan inisiatif
9
d. Penyakit Jantung
Penyakit jantung yang dijumpai pada orang-orang lanjut usia ada beberapa
macam, yaitu :
Penyakit Jantung Koroner
Akibat yang besar dari penyakit jantung koroner adalah kehilangan
oksigen dan makanan kembali ke jantung karena aliran darah ke jantung melalui
arteri koroner berkurang. Penyakit jantung koroner lebih banyak menyerang pria
daripada wanita, orang kulit putih dan separoh baya sampai dengan lanjut usia.
Penyebab dari penyakit jantung koroner ini adalah aterosklerosis, pada
aterosklerosis terjadi plak lemak dan jaringan serat sehingga menyempitkan
bagian dalam arteri jantung. Penyebab lainnya adalah faktor keturunan, hipertensi,
kegemukan, merokok, diabetes, stress, kurang olahraga dan kolesterol tinggi.
Gejala yang muncul pada penyakit jantung koroner ini adalah angina,
yaitu ketidakcukupan aliran oksigen ke jantung. Perasaan sakit angina terjadi
seperti: terbakar, tertekan, dan tekanan berat di dada kiri yang dapat meluas ke
lengan kiri, leher, dagu dan bahu. Tanda yang khas saat penyerangan adalah
timbulnya rasa mual, muntah, pusing, keringat dingin dan tungkai serta lengan
menjadi dingin.
Serangan Jantung
Serangan jantung terjadi apabila salah satu arteri jantung tidak sanggup
lagi mensuplai darah ke bagian otot jantung yang dialirinya. Apabila terjadi
keterlambatan dalam pengobatan akan mengakibatkan kematian. Hampir separoh
dari kematian mendadak karena serangan jantung terjadi sebelum pasein tiba di
rumah sakit. Penyebab dari serangan jantung ini adalah karena pembentukan
arterisklerosis (pengerasan arteri jantung) yang berakibat pada penurunan aliran
darah. Faktor resikonya meliputi: faktor keturunan, tekanan darah tinggi,
merokok, kolesterol tinggi, diabetes, kegemukan, kurang olahraga, pemakaian
obat-obatan (terutama kokain), umur dan stres.
Gejala utama serangan jantung ini adalah rasa sakit seperti menusuk-
nusuk dan bersifat persisten pada dada kiri, menyebar ke lengan, rahang, leher,
dan bahu sampai 12 jam lamanya atau bahkan lebih. Tanda lain adalah perasaan
10
seperti bingung (bodoh), lelah, mual, muntah, sesak napas, dingin di lengan dan
tungkai, keringat dingin, cemas dan gelisah.
11
membujang, atau punya pasangan hidup namun tidak punya anak dan pasangannya sudah
meninggal, apalagi hidup dalam perantauan sendiri, seringkali menjadi terlantar.
12
Kurang percaya diri
Sering merasa bersala
Pesimis
Ide bunuh diri
Gangguan pada tidur
Gangguan nafsu makan
Berdasarkan gejala di atas, depresi pada lansia dapat dibedakan beberapa bentuk
berdasarkan berat ringannya :
Depresi ringan: 2 gejala utama + 2 gejala lain+ aktivitas tidak terganggu.
Depresi sedang: 2 gejala utama + 3 gejala lain+ aktivitas agak terganggu.
Depresi berat: 3 gejala utama + 4 gejala lain+ aktivitas sangat terganggu.
Penyebab terjadinya depresi merupakan gabungan antara faktor-faktor psikologik,
sosial dan biologik.
Biologik: sel saraf yang rusak, faktor genetik, penyakit kronis seperti hipertensi,
DM, strokeketerbatasan gerak, gangguan pendengaran atau penglihatan.
Sosial: kurang interaksi sosial, kemiskinan, kesedihan, kesepian, isolasi sosial.
Psikologis: kurang percaya diri, gaul, akrab, konflik yang tidak terselesai.
c. Gangguan Tidur
Usia lanjut adalah faktor tunggal yang paling sering berhubungan dengan
peningkatan prevalensi gangguan tidur. Fenomena yang sering dikeluhkan lansia dari
pada usia dewasa muda adalah :
Gangguan tidu
Ngantuk siang hari
Tidur sejenak di siang hari
Pemakaian obat hipnotik
Secara klinis, lansia memiliki gangguan pernafasan yang berhubungan dengan
tidur dan gangguan pergerakan akibat medikasi yang lebih tinggi dibanding dewasa
muda. Disamping perubahan sistem regulasi dan fisiologis, penyebab gangguan tidur
primer pada lansia adalah insomnia. Selain itu gangguan mental lain, kondisi medis
umum, faktor sosial dan lingkungan. Ganguan tersering pada lansia pria adalah
13
gangguan rapid eye movement (REM). Hal yang menyebabkan gangguan tidur juga
termasuk adanya gejala nyeri, nokturia, sesak napas, nyeri perut.
Keluhan utama pada lansia sebenarnya adalah lebih banyak terbangun pada dini
hari dibandingkan dengan gangguan dalam tidur. Perburukan yang terjadi adalah
perubahan waktu dan konsolidasi yang menyebabkan gangguan pada kualitas tidur
pada lansia. Terapi dapat diberikan obat hipnotik sedatif dengan dosis yang sesuai
dengan kondisi masing-masing lansia dengan tidak lupa untuk memantau adanya
gejala fungsi kognitif, perilaku, psikomotor, gangguan daya ingat, dan insomnia.
d. Paranoid
Lansia terkadang merasa bahwa ada orang yang mengancam mereka,
membicarakan, serta berkomplot ingin melukai atau mencuri barang miliknya. Bila
kondisi ini berlangsung lama dan tidak ada dasarnya, hal ini merupakan kondisi yang
disebut paranoid.
Gejala-gejalanya antara lain:
Perasaan curiga dan memusuhi anggota keluarga, teman-teman, atau orang-
orang disekelilingnya;
Lupa akan barang-barang yang disimpannya kemudian menuduh orang-orang
disekelilingnya mencuri atau menyembunyikan barang miliknya;
Paranoid dapat merupakan manisfestasi dari masalah lain, seperti depresi dan
rasa marah yang ditahan.
Tindakan yang dapat dilakukan pada lansia dengan paranoid adalah memberikan
rasa aman dan mengurangi rasa curiga dengan memberikan alasan yang jelas dalam
setiap kegiatan. Konsultasikan dengan dokter bila gejala bertambah berat.
14
pemberhentian jabatan atau pension juga dapat mempengaruhi kesehatan lansia. Hal tersebut
dapat meningkatkan risiko lansia untuk mengalami disablitas dan kematian lebih awal.
Dukungan social yang tidak cukup, sangat erat hubungannya dengan peningkatan kematian,
kesakitan dan depresi juga kesehatan dan kesejahteraan secara keseluruhan.
2. Budaya
Walaupun sudah lebih dari separuh abad penelitian telah menunjukkan bahwa pola
penuaan bervariasi secara dramatis diantara budaya berbeda, tetapi hanya baru-baru ini
perhatian yang serius diberikan kepada bagaimana faktor budaya memengaruhi pengalaman
penuaan pada lansia di Amerika serikat. Sebagian dari penelitian tidak memperhatikan
faktor budaya tersebut, akibat mitos orang Amerika tentang “ketidakjelasannya”. Mitos ini
muncul dari suatu teori budaya tentang adanya persamaan dengan perpekstif etnosentris
orang Eropa. Mitos ini mempromosikan gagasan bahwa semua orang Amerika adalah sama
(misalnya: seperti orang kelas menengah dari keturunan Eropa). Selama beberapa tahun,
gagasan bahwa kesukuan tidak perlu diperhitungkan merupakan hal yang menonjol dalam
pemberian pelayanan kesehatan, termasuk keperawatan. Namun, gagasan yang slah ini
menghalangi suatu pemahaman yang sensitif tentang pasien, keluarga dan masyarakat dan
mengaburkan isu penting di dalam keperawatan gerontologi. Perawat perlu disiapkan untuk
bekerja bersama klien dari berbagai kelompok budaya dan untuk memahami bagaimana
faktor budaya memengaruhi perilaku kesehatan. Perawat yang memahami dan menerima
perbedaan yang timbul dari variasi budaya berada pada posisi yang lebih baik untuk
memenuhi kebutuhan kesehatan lansia dari suku manapun. Afiliasi budaya memberikan latar
belakang kontekstual yang perlu diantisipasi oleh perawat tentang perbedaan di dalam nilai-
nilai. Agama, garis otoritas, pola kehidupan, proses komunikasi dan bahasa, dan pola
kepercayaan dan praktik-praktik berhubungan dengan penyakit dan kesehatan. Kedua,
pemahaman terhadap faktor budaya membuat suatu pemahaman yang lebih lengkap .
3. Ekonomi
Faktor ekonomi sangat mempengaruhi kesehatan lansia. Pada lansia secara umum yang
memiliki pendapatan sendiri cenderung menolak bantuan orang lain, sedangkan lansia yang
tidak memiliki pendapatan akan menggantungkan hidupnya pada anak atau saudaranya.
Lansia yang tidak memiliki cukup pendapatan meningkatkan risiko untuk menjadi sakit dan
disabilitas. Banyak lansia yang tinggal sendiri dan tidak mempunyai cukup uang untuk
15
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Hal ini dapat mempengaruhi mereka untuk membeli
makanan yang bergizi, rumah yang layak, dan pelayanan kesehatan. Lansia yang sangat
rentan adalah yang tidak mempunyai asset, sedikit atau tidak ada tabungan, tidak ada
pensiun dan tidak dapat membayar keamanan atau merupakan bagian dari keluarga yang
sedikit atau pendapatan yang rendah.
Sehingga pelayanan yang didapatkan lansia dengan ekonomi dibawah rata-rata sangat
minim. Mereka bahkan tidak lagi berpikir bagaimana cara pemenuhan kesehatan yang layak
untuknya melainkan bagaimana mereka bisa makan hari ini, esok dan seterusnya. Kondisi
lansia seperti ini yang sangat memprihatinkan, seharusnya petugas kesehatan harus cepat
tanggap terhadap kondisi seperti ini.
4. Spiritual
Agama Islam memandang lansia dengan pandangan terhormat sebagaimana
perhatiannya terhadap generasi muda. Agama Islam memperlakukan dengan baik para lansia
dan mengajarkan metode supaya keberadaan mereka tidak dianggap sia-sia dan tak bernilai
oleh masyarakat. Dukungan terhadap para lansia dan penghormatan terhadap mereka adalah
hal yang ditekankan dalam Islam. Nabi Muhammad Saw bersabda, “penghormatan terhadap
para lansia muslim adalah ketundukan kepada Tuhan”.
Sebuah penelitian menyatakan bahwa lansia yang lebih dekat dengan agama
menunjukkan tingkatan yang tinggi dalam hal kepuasan hidup, harga diri dan optimisme.
Studi lain menyatakan bahwa praktisi religius dan perasaan religius berhubungan dengan
sense of well being, terutama pada wanita dan individu berusia di atas 75 tahun (Koenig,
Smiley, & Gonzales, 1988 dalam Santrock, 2006). Studi lain di San Diego menyatakan hasil
bahwa lansia yang orientasi religiusnya sangat kuat diasosiasikan dengan kesehatan yang
lebih baik (Cupertino & Haan, 1999 dalam Santrock, 2006).
Hasil studi menyebutkan bahwa aktivitas beribadah atau bermeditasi diasosiasikan
dengan panjangnya usia (McCullough & Others, 2000 dalam Santrock, 2006). Hasil studi
lainnya yang mendukung adalah dari Seybold&Hill (2001 dalam Papalia, 2003) yang
menyatakan bahwa ada asosiasi yang positif antara religiusitas atau spiritualitas dengan well
being, kepuasan pernikahan, dan keberfungsian psikologis; serta asosiasi yang negatif
dengan bunuh diri, penyimpangan, kriminalitas, dan penggunaan alkohol dan obat-obatan
terlarang. Hal ini mungkin terjadi karena dengan beribadah dapat mengurangi stress dan
16
menahan produksi hormon stres oleh tubuh, seperti adrenalin. Pengurangan hormon stress
ini dihubungkan dengan beberapa keuntungan pada aspek kesehatan, termasuk sistem
kekebalan tubuh yang semakin kuat (McCullough & Others, 2000 dalam Santrock, 2006).
Agama dapat memainkan peran penting dalam kehidupan orang-orang tua (Mcfadden,
1996).
5. Lingkungan
Lingkungan memiliki pengaruh besar bagi kesehatan fisik dan mental manusia. Agama
Islam memiliki perhatian khusus terhadap masalah lingkungan. Rasulullah bersabda, "Alam
dan seluruh tanah di muka bumi adalah masjid dan tempat ibadah".
(http://indonesian.irib.ir). Aspek lingkungan yang dipengaruhi kualitas dan keterjangkauan
sarana kesehatan, keadaan tempat tinggal, sumber finansial, serta kesempatan rekreasi pada
lansia juga akan mempengaruhi kesehatan lansia. Sebagai contoh, bila di daerah lansia itu
tinggal sulit diakses pelayanan kesehatan karena jauhnya jarak atau medan yang tidak
bersahabat, hal ini akan menghambat lansia mendapat pelayanan kesehatan yang pada
akhirnya dapat mempengaruhi kesehatanya.
Contoh lain, lingkungan tinggal yang mendukung aktivitas keagamaan, atau anggota
masyarakat yang islami atau keterjangkauannya tempat-tempat ibadah hal ini akan
mendukung peningkatan perkembangan spiritualitas lansia menjadi lebih matang. Pada
akhirnya membantu lansia untuk menghadapi kenyataan termasuk dampak dari penuaan
fisik yang dialami, dan mengahadapi kenyataan tersebut. Sehingga lansia dapat berperan
aktif dalam kehidupan.
17
BAB III
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN
A. Data Umum
1. Nama lansia : Tn. R
2. Usia : 72 tahun
3. Agama : Islam
4. Suku : Jawa
5. Jenis kelamin : laki-laki
6. Nama wisma : Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang Gading
7. Riwayat Pendidikan : SD
8. Riwayat pekerjaan : Pengangguran
9. Status perkawinan : Belum menikah
10. Pengasuh wisma : Ny. Y
B. Alasan Berada di Panti :
Mbah R berkata mengatakan “ saya dibawa kesini gara-gara saya sakit stroke mbak,
keluarga saya tidak mampu buat ngobatin saya, tetangga kasian melihat saya sakit dan
terlantar terus saya dibawa kesini mbak”.
C. Dimensi Biofisik
1. Riwayat Penyakit (dalam 6 bulan terakhir)
Mbah R berkata “ kadang-kadang saya merasa pusing, batuk, pilek dan kadang juga
merasa panas dingin mbak , ya sama itu mbak tensinya tinggi terus, kemarin ditensi
150/110 mmHg“.
2. Riwayat Penyakit Keluarga
Mbah R berkata “ tidak ada keluarga saya yang sakit seperti saya mbak, semuanya
sehat mbak”.
3. Riwayat Pencegahan Penyakit
a. Riwayat Monitoring Tekanan Darah
Mbah R berkata “itu tadi mbak tensi saya naik terus dan kemaren waktu ditensi
150/110 mmHg”.
b. Riwayat Vaksinasi
18
Mbah R berkata “saya tidak ingat mbak”
c. Skrining Kesehatan yang Dilakukan
Mbah R berkata “itu saya juga tidak tahu mbak tentang itu”
4. Status Gizi (diukur dengan grafik indeks massa tubuh)
IMT = BB (kg) : TB (m2)
= 55 kg : 160 cm
= 55 kg : 2.56 m2
= 21.4
IMT Mbah R termasuk dalam kategori normal yaitu 21.4
5. Masalah Kesehatan Terkait Status Gizi
a. Masalah pada Mulut
Mbah R berkata “giginya masi banyak mbak, masih bisa mengunyah makanan,
gigi depan udah lepas satu didepan dan 3 yang dibelakang mbak”. Mbah R
terlihat giginya menguning kehitam-hitaman tidak ada stomatitis pada mulut
klien, saat dilakukan pengkajian tidak tercium bau muulut.
b. Perubahan Berat Badan
Mbah R berkata “saya tidak tahu mbak, soalnya saya jarang timbang berat
badan, terakhir nimbang itu berat badannya 55 kg mbak, tapi lupa itu kapan”.
c. Masalah Nutrisi
Mbah R berkata “tiap makan, nasi saya selalu habis mbak, tidak ada sisa,
ditambah biasanya buah pisang mbak, saya makan sehari 3x, minumnya air putih
biasanya habis banyak mbak”.
6. Masalah Kesehatan yang Dialami Saat Ini
Mbah R berkata “karena stroke ini mbak, tangan kanan dan kaki kiri saya tidak bisa
digerakan, dulu saya itu tidak bisa apa-apa cuma bisa tiduran, kalau sekarang sudah
lumayan”
7. Obat-obatan yang Dikonsumsi Saat Ini
Mbah R berkata “ saya setiap hari minum obat yang buat menurunkan darah tinggi,
itu loh mbak obatnya didekat tv”. Saat pengkajian terlihat obat yang diminum Mbah
R adalah obat amlodipine.
8. Status Fungsional (AKS) (dinilai dengan indeks KATZ)
19
No Aktivitas Mandiri Tergantung
1 Mandi √
2 Berpakaian √
3 Ke kamar kecil √
4 Berpindah √
5 Kontinensia √
6 Makan √
Hasil:
Nilai D yang berarti kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, dan
satu fungsi tambahan
9. Status Mobilisasi
a. Tes Keseimbangan
No. Instruksi Reaksi Pasien Skor
1 Keseimbangan Bersandar 0
duduk Tenang dan Aman 1
2 Duduk ke berdiri Tidak mampu tanpa bantuan 0
Mampu dengan bantuan tangan 1
Mampu 2
3 Upaya untuk bangkit Tidak mampu tanpa bantuan 0
(duduk ke berdiri) Mampu dengan lebih dari 1 kali upaya 1
20
dada
7 Berdiri dengan kaki Goyah 0
rapat dan menutup Stabil 1
mata
8 Berputar 360 derajat Langkah tidak kontinyu 0
Langkah kontinyu 1
Goyah 0
Stabil 1
9 Berdiri ke duduk Tidak aman (salah penempatan, duduk 0
dengan menjatuhkan diri ke kursi)
b. Tes Berjalan
Instruksi Reaksi pasien Skor
1 Inisiasi berjalan Memulai dengan ragu-ragu 0
dengan Instruksi Tanpa ragu 1
2 Panjang dan tinggi
langkah
Ayunan kaki kanan Tidak melewati kaki kiri yang menumpu 0
Melewati kaki kiri yang menumpu 1
Kaki kanan menyentuh lantai 0
Kaki kanan tidak menyentuh lantai 1
Panjang dan tinggi
langkah
Ayunan kaki kiri Tidak melewati kaki kanan yang 0
menumpu
Melewati kaki kanan yang menumpu 1
21
Kaki kiri menyentuh lantai 0
Kaki kiri tidak menyentuh lantai 1
3 Kesimetrisan langkah Jarak langkah kanan dan kiri tidak sama 0
Jarak langkah kanan dan kiri sama 1
4 Kontinyuitas langkah Stop atau tidak kontinyu pada setiap 0
langkah
Kontinyu pada setiap langkah 1
5 Berjalan lurus pada Terdapat deviasi 0
jalur ( estimasi jarak Deviasi moderat/ berjalan dengan alat 1
antar kaki seukuran bantu
tubuh ) Berjalan lurus tanpa alat bantu 2
6 Trunk Badan Badan Instabil dan berjalan dengan 0
alat bantu
Badan tidak mengayun, tetapi lutut 1
menekuk/tanan melebar
Berjalan tanpa instabil, tanpa alat bantu, 2
tanpa kompensasi tangan
7 Posisi Berjalan Tumit terangkat sepanjang berjalan 0
Tumit menyentuh lantai 1
SKOR BERJALAN/GAIT : 5
TOTAL NILAI : SKOR KESEIMBANGAN + SKOR BERJALAN :
5+5 = 10
Interpretasi:
Pada keseimbangan total score ada 5 dan pada score berjalan total 5. Sehingga
total nilai adalah 10 yang menunjukkan resiko jatuh tinggi
b. Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
a. Mobilisasi
Mbah R bisa berpindah dengan mandiri tanpa bantuan dengan berjalan pelan-
pelan dan tertatih.
b. Berpakaian
22
Mbah R kesusahan jika harus berpakaian sendiri karena tangan kirinya belum bisa
digerakkan.
c. Makan dan Minum
Mbah R bisa makan dan minum dengan mandiri tanpa bantuan walaupun agak
berantakan.
d. Toileting
Mbah R dapat melakukan toileting secara mandiri walau agak kesusahan.
e. Personal Hygiene
Mbah R dapat menggosok gigi secara mandiri, namun ketika kramas
membutuhkan bantuan.
f. Mandi
Mbah R masih membutuhkan bantuan ketika mandi, terutama saat memakai
sabun.
D. Dimensi Psikologi
1. Status Kognitif (short portable mental state quesonnare)
No. Pertanyaan Jawaban
1. Tanggal berapa hari ini? X
2. Hari apa sekarang?
3. Apa nama tempat ini?
4. Berapa nomor telepon anda? X
4a. Dimana alamat anda?
5. Berapa umur anda?
6. Apan anda dilahirkan?
7. Siapa presiden Indonesia sekarang?
8. Siapa presiden sebelumnya?
9. Siapa nama kecil ibu anda?
10. Kurangi anka 20 dengan angka 3 berturut-turut 3
kebawah atau menurun
TOTAL 8
Baik
23
2. Perubahan yang Timbul Akibat Status Kognitif
Tidak terdapat perubahan pada fungsi inteektual Mbah R. Klien memiliki fungsi
intelektual utuh ditandai dengan kesalahan jawaban yang hanya 2.
3. Dampak yang Timbul Terkait Status Kognitif
Ingatan Mbah R. masih bagus, beliau berkata “Masih ingat saya, kalau ingatan
masih bagus. Akper yang dulu-dulu saya juga masih ingat namanya”.
4. Status Depresi
The Geriatric Dpresion Scale
No. Pertanyaan Jawaban
1. Apakah pada dasarnya anda puas dengan Ya
kehidupan anda?
2. Sudahkah anda meninggalkan aktivitas dan minat Tidak
anda?
3. Apakah anda merasa bahwa hidup anda kosong? Tidak
4. Apakah anda sering bosan? Tidak
5. Apakah anda mempunyai semangat setiap waktu? Tidak
6. Apakah anda takut sesuatu akan terjadi pada anda? Tidak
7. Apakah anda merasa bahagia disetiap waktu Ya
8. Apakah anda merasa jenuh? Tidak
9. Apakah anda lebih suka tinggal dirumah pada Ya
malam hari, daripada pergi melakukan sesuatu?
10. Apakah anda merasa bahwa anda lebih banyak Tidak
mengalami masalah dengan ingatan anda daripada
yang lainnya?
11. Apakah anda berfikir sangat menynangkan hidup Ya
sekarang ini?
12. Apakah anda merasa tidak berguna saat ini? Tidak
13. Apakah anda merasa penuh berenergi saat ini? Ya
14. Apakah anda saat ini sudah tidak ada harapan lagi? Tidak
15. Apakah anda berfikir banyak orang yang lebih baik Tidak
24
dari anda?
Intrepretasi : jumlah skor GDS pendek pada klien didapatkan hasil yaitu 4
pertanyaan yang sesuai, hal tersebut dapat disimpulkan bahwa klien tidak mengalami
depresi
5. Perubahan yang Timbul Terkait Status Depresi
Klien terlihat sering tersenyum dan ramah ketika diajak berbicara.
6. Dampak yang Timbul Terkait Status Depresi
Mbah R. berkata “Rasanya ya biasa aja, seneng-seneng aja di sini. Apalagi kalau
ada akper-akper gini tambah seneng soale ndak sepi.”
7. Status Kesepian
UCLA Loneliness Scale
No Pertanyaan Tidak Jarang Kadang- Selalu
pernah kadang
1 Apakah anda pernah merasa cocok 2
dengan orang-orang disekitar anda?
2 Apakah anda pernah merasa tidak/ 2
kurang memiliki teman?
3 Apakah anda pernah merasa tidak ada 3
seorang pun yang dapat
diandalkan/anda mintai tolong?
4 Apakah anda pernah merasa sendiri? 2
5 Apakah anda pernah merasa menjadi 1
bagian dari kelompok teman-teman
anda?
6 Apakah anda merasa bahwa anda 3
memiliki banyak persamaan dengan
orang-orang disekitar anda?
7 Apakah anda pernah merasakan bahwa 4
anda tidak dekat dengan siapapun?
8 Apakah anda pernah merasa bahwa 3
minat dan ide anda dibagikan dengan
25
orang-orang di sekitar anda?
9 Apakah anda pernah merasa ramah/ 1
mudah bergaul dan bersahabat?
10 Apakah anda pernah merasa dekat 3
dengan orang lain?
11 Apakah anda pernah merasa 1
ditinggalkan?
12 Apakah anda pernah merasa hubungan 4
anda dengan orang lain tidak berarti?
13 Apakah anda pernah merasa tak satu 3
pun orang mengerti anda dengan baik?
14 Apakah anda pernah merasa terasing 2
dari orang lain?
15 Apakah anda dapat menemukan 2
teman/ sahabat ketika anda
menginginkannya?
16 Apakah anda merasa bahwa ada 3
seorang yang benar-benar dapat
mengerti anda?
17 Apakah anda pernah merasa malu? 3
18 Apakah anda pernah merasa bahwa 3
orang-orang banyak di sekitar anda,
tetapi tidak bersama anda?
19 Apakah anda merasa bahwa ada orang 2
yang dapat anda ajak bicara (ngobrol)?
20 Apakah anda merasa bahwa ada orang 2
yang dapat anda diandalkan/dimintai
tolong?
Total score 47
26
Interpretasi : Jumlah skor UCLA pada klien didapatkan hasil yaitu 47, hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa klien mengalami kesepian rendah.
8. Keadaan Emosi
a. Anxietas
Mbah R. berkata “saya selalu memikirkan keadaan diri saya yang seperti ini,
saya takut jika sewaktu-waktu kondisi saya semakin parah”.
b. Perubahan perilaku
Mbah R. berkata “Saya dari dulu ya gini-gini aja, ndak ada yang berubah mbak.”
c. Mood
Mbah R berkata “Kalau lagi rame gini ya seneng, tapi kalau sepi dan gak ngapa-
ngapain ya sedih juga. Rasanya bosen.”
E. Dimensi Fisik
1. Luas Wisma
Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang Gading Semarang terletak diatas
tanah yang luasnya ± 4.400 m2 dengan luas bangunan fisik ± 1800 m2. Sarana yang
dimiliki adalah aula, asrama/ bangsal, poliklinik, dapur, ruang makan dan Musholla
serta pemulasaran Jenazah.
2. Keadaan lingkungan didalam wisma
a. Penerangan
Penerangan diwisma cukup baik. Ada beberapa lampu didalam masing-masing
bangsal dan cahaya dari luarpun bisa masuk ruangan melalu jendela.
b. Kebersihan dan Kerapian
Lingkungan sekitar panti bersih dan rapi. Setiap pagi hari masing-masing bansal
dibersihkan seperti di sapu dan di pel. Tempat tidur para lansia juga dibersihkan,
diberi karpet dan diganti sarung bantal jika sudah kotor.
c. Pemisahan Ruangan antara Pria dan Wanita
Ruang atau bangsal antara pria dan wanita dipisah. Mereka berada di ruangan
yang berbeda berdasarkan kemampuan lansia yaitu potensial dan tidak potensial.
d. Sirkulasi Udara
27
Setiap bangsal dilengkapi dengan jendela, pintu, dan ventilasi atau lubang angin.
Dalam satu ruang ada 16 jendela besar dan 16 jendela kecil seperti ventilasi.
Jendela dibuka pada waktu pagi hari dan ditutup pada waktu malam hari. Pintu
ada 2 yaitu pintu utama dan pintu penyekat dengan ruangan lain. Pintu dibuka dan
ditutup sesuai kebutuhan.
e. Keamanan
Lantai ruangan rata, disapu dan dipel setiap pagi. Kadang lantai licin akibat ada
air bercereran atau air kencing lansia yang suka BAK sembarangan. Di dalam
ruangan tidak ada pegangan tetapi di kamar mandi terdapat pegangan. Lansia
dengan risiko jatuh memakai alat bantu.
f. Sumber Air Minum
Air minum yang digunakan adalah air galon isi ulang. Galon yang sudah habis
akan diganti dengan air isi ulang yang baru.
g. Ruang Berkumpul Bersama
Terdapat ruang berkumpul bersama untuk menonton TV dalam satu bangsal
berupa kursi panjang dan TV. Ruangan sedikit berisik karena suara TV yang
lumayan keras.
3. Keadaan Lingkungan di Luar Wisma
a. Pemanfaatan Halaman
Halaman panti yang berada di depan digunakan untuk kegiatan apel dan senam
bersama setiap pagi. Sedangkan halaman tengah panti dibuat taman untuk duduk
bersantai dan halaman lainnya ditanami tanaman dan pohon kecil.
b. Pembuangan Air Limbah
Air limbah di panti dibuang ke saluran pembuangan air berupa selokan yang
terbuka. Saluran pembuangan limbah di sekitar panti cukup lancar sehingga tidak
berbau
c. Pembuangan Sampah
Sampah dibuang di tempat sampah atau tong sampah yang sudah disediakan
didepan masing-masing bangsal atau tempat tertentu. Sistem pembuangan sampah
menggunakan sistem pengangkutan oleh lembaga penganggung jawab
28
pengelolaan sampah. Pengumpulan sampah dilakuakan dengan menyatukan
sampah dari ruangan ke bak sampah utama di belakang panti.
d. Sanitasi
Kondisi sanitasi panti cukup baik. Terdapat tempat pembuangan sampah dan
limbah yang telah disediakan oleh pengurus panti.
e. Sumber Pencemaran
Pencemaran ruangan di panti kebanyakan berupa bau tidak sedap dari air kencing
lansia.
F. Dimensi Sosial
1. Hubungan lansia dengan lansia didalam wisma
Mbah R berkata “saya kenal dengan orang-orang satu kamar saya mbak, saya
biasanya cerita dan ngobrol dengan orang-orang disekitar tempat tidur saya”.
2. Hubungan antar lansia diluar wisma
Mbah R berkata “saya tidak kenal dengan lansia lain selain yang diruangan saya
mbak, hanya sekedar tau saja tidak tau namanya, saya jarang keluar kamar, saya lebih
banyak hanya didalam kamar saja”.
3. Hubungan lansia dengan anggota keluarga
Mbah R berkata “hubungan dengan keluarga saya masih baik mbak, keluarga
nengokin kesini setiap hari raya”.
4. Hubungan lansia dengan pengasuh wisma
Mbah R berkata “saya kenal dan lumayan dekat dengan Bu Y sebagai pengasuh saya
mbak”.
5. Kegiatan organisasi social
Mbah R berkata “saya tidak pernah mengikuti organisasi apapun mbak, saya tidak
mengerti tentang semua itu”.
6. Dimensi Tingkahlaku
1. Pola Makan
Klien makan 3x dalam sehari, porsi makan cukup dan setiap kali makan klien selalu
menghabiskan porsi makanannya, tidak mengalami kesulitan saat menguyah makanan
karena kondisi gigi yang masih utuh. Klien selalu suka dengan menu makanan yang
disediakan.
29
2. Pola Tidur
Mbah R berkata “saya sering terbangun saat malam hari mbak, saya merasa tidak
tenang dan merasa was-was, tidurnya tidak nyenyak, tiba-tiba kalau malam sering
terbangun terus tidak bisa tidur lagi, kadang bisa tidur lagi mbak dan saya sering
mengantuk dipagi hari”.
Mbah R berkata “saya tidur malam kira-kira ya mulai jam 20.00-04.00 tidur nyenyak
paling sejam sampai dua jamanan saja mbak, setelah itu susah tidur kalau tidur siang
biasanya jam 13.00-14.00”.
Sleep Quality Assessment (PSQI)
5. During the past month, how often have you had Not Less Once or Three or
trouble sleeping because you during than twice a more
the past once a week (2) times a
month week (1) week (3)
(0)
A. Cannot get to sleep within 30 minutes √
B. Wake up in the middle of the night or early √
morning
C. Have to get up to use the bathroom √
D. Cannot breathe comfortably √
30
because of this reason (s):
6. during the past month, how often have you had √
taken medicine (prescribed or över the counter”) to
help you sleep?
7. during the past month, how often have you had √
trouble staying awake while driving, eating meals,
or engagingin social activity ?
8. during the past month, how much of a problem √
has it been for you to keep up enthusiasm to get
things done ?
9. during the past month, how would you rate your Very Fairly Fairly Very
sleep quality overall? good good (1) bad (2) bad (3)
(0) √
Scoring :
C1 : 2
C2 : 1
C3 : 3
C4 : 3
C5 : 2
C6 : 0
C7: 2
Total : 13
Interpretasi : Kualitas tidur buruk
3. Pola Eliminasi
Klien BAK ±5-6x/hari dan BAB 1x/hari
4. Kebiasaan Buruk Lansia
Jika malam hari klien merasa gerah, klien akan mandi.
5. Pelaksanaan Pengobatan
Berdasarkan hasil pengkajian, di panti tersebut terdapat adanya poliklinik untuk
lansia yang mempunyai masalah kesehatannya, maka diberi obat yang sudah
disediakan di panti.
6. Kegiatan Olahraga
Setiap hari klien mengikuti kegiatan olahraga di bangsal yang diadakan oleh pihak
panti
31
7. Rekreasi
Bentuk rekreasi klien yaitu dengan berbincang dengan lansia yang lain dan menonton
televisi
8. Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan dilakukan oleh klien dan pengasuh panti.
7. Dimensi system kesehatan
1. Perilaku Mencari Pelayanan Kesehatan
Jika klien kurang enak badan, hanya dipakai untuk istirahat saja. Namun, jika dirasa
sudah tidak kuat klien melaporkan kondisinya pada petugas panti. Mbah R berkata
“Ya kalau sakitnya sedikit saya diem-diem aja, tapi nek gak betah pergi ke poliklinik
minta obat.”
2. System Pelayanan Kesehatan
a. Fasilitas Kesehatan Yang Tersedia
Mbah R berkata “Di sini ada poliklinik, biasane nek sakit teng mriku minta
obat.”
b. Jumlah Tenaga Kesehatan
Mbah R berkata “Wah ndak tau kalau itu, banyak di sini mbak.”
c. Tindakan Pencegahan Terhadap Penyakit
Mbah R berkata “Yo sering jalan-jalan aja biar gak kaku.”
d. Jenis Pelayanan Kesehatan Yang Tersedia
Mbah R berkata “Ya poliklinik itu yang biasanya saya minta obat kesitu dan
setiap minggu diukur tensi”
e. Frekuensi Kegiatan Pelayanan Kesehatan
Mbah R berkata “yah rutin, yaa kayak seminggu sekali, kadang juga gak ada”
8. Pemeriksaan Fisik
No Bagian/region Hasil pemeriksaan Masalah
keperawatan yang
muncul
1 Kepala Inspeksi: Tidak ada
Bentuk kepala klien mesochepal,
warna rambut hitam bercampur
32
putih, penyebaran rambut merata,
kulit rambut bersih, tidak ada lesi
pada kulit kepala.
Palplasi: Tidak ada nyeri tekan atau
benjolan pada kepala klien.
2 Wajah/muka Inspeksi: Tidak ada
Bentuk muka klien normal, tidak
ada benjolan, kulit wajah bersih
dan lembab, tidak ada luka atau
lesi.
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan pada
wajah klien.
3 Mata Inspeksi: Tidak ada
Mata kanan dan kiri simetris, bulu
mata sedikit dan pendek, tidak ada
cairan abnormal yang keluar dari
mata, sklera jernih, konjungtiva
non anemis, tidak memakai kaca
mata, terlihat kantung mata.
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
4 Telinga Inspeksi: Tidak ada
Telinga klien bersih, bentuk
simetris antara kanan dan kiri, tidak
ada luaran serum, tidak ada lesi
atau luka, klien masih mampu
mendengar dengan baik.
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan pada
telinga, tidak teraba benjolan.
5 Mulut dan gigi Inspeksi: Tidak ada
Mulut klien bersih, bibir lembab,
simetris antara atas dan bawah, gigi
33
beberapa sudah tanggal, warna gigi
menguning kehitaman, tidak
terdapat stomatitis, lidah bersih.
6 Leher Inspeksi: Tidak ada
Leher klien bersih, warna kulit
merata, reflek telan baik.
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan,
tidak ada pembesaran kelenjar
limfe atau tiroid.
7 Dada Inspeksi: Tidak ada
Perkembangan antara dada kanan
dan kiri simetris
Palpasi: Taktil fremitus teraba sama
antara dada kanan dan kiri
Perkusi: Bunyi resonan
Auskultasi: Suara paru vesikuler
8 Jantung Inspeksi: Tidak ada
Tidak nampak pembesaran pada
permukaan jantung
Palpasi: Tidak ada nyeri pada area
jantung, teraba ictus cordis pada
SIC 5 midklavikula sinistra
Perkusi: Terdengar suara pekak
Auskultasi: terdengar bunyi lup dup
secara teratur tanpa adanya bunyi
tambahan
9 Abdomen Inspeksi: Tidak ada
Warna kulit merata, tidak ada lesi
atau luka
Auskultasi: bising usus 10x/menit
Palpasi: tidak ada nyeri tekan pada
34
area abdomen
Perkusi: bunyi timpani
10 Ekstremitas atas Inspeksi: Warna cokelat, kering, Gangguan mobilitas
tidak terdapat lesi, kuku kotor dan fisik
pecah-pecah.
Kekuatan otot:
5 1
3 2
3 2
35
ANALISA DATA
Hari,
No Data Fokus Diagnosa Keperawatan
Tanggal
1. Senin, 23 DS : Resiko Jatuh (01155)
Oktober Mbah R berkata “karena stroke ini mbak, tangan kanan dan kaki kiri
2017 saya tidak bisa digerakan, dulu saya itu tidak bisa apa-apa cuma bisa
tiduran, kalau sekarang sudah lumayan”
DO:
- Usia Mbah R 72 tahun
- Mbah R mengalami kesulitan berjalan
- Mbah R mengalami kesulitan menggerakan tangan kiri
- Tangan dan kaki kiri Mbah R mengalami hemiplegia
- Total score keseimbangan adalah 10 yang menunjukkan resiko
jatuh tinggi
2. Senin, 23 DS: Gangguan mobilitas fisik berhubungan
Oktober - Mbah R berkata, Mbah R berkata “karena stroke ini mbak, dengan gangguan neuromuscular
2017 tangan kanan dan kaki kiri saya tidak bisa digerakan, dulu saya (00085)
itu tidak bisa apa-apa cuma bisa tiduran, kalau sekarang sudah
lumayan”
- Mbah R berkata “Ya kalau buat jalan bisa, tapi harus pelan-
pelan dan jalannya kaki kiri agak diseret mbak. Tapi kalau
yang tangan ini ndak belum bisa digerakkan.”
36
DO:
- Klien post stroke 5 tahun yang lalu
- Ektremitas kiri mengalami hemiplegia
- Kekuatan otot ekstremitas kiri mengalami penurunan
5 1
5 2
- Klien mengalami kesulitan berjalan dan tidak dapat
menggerakkan tangan kiri
- Pada pengkajian POMA didapatkan hasil nilai keseimbangan=
5 dan nilai berjalan/gait= 5 yang menunjukka kemampuan
mobilisasi lansia memiliki resiko jatuh tinggi.
3. Senin, 23 DS : Gangguan pola tidur berhubungan
Oktober - Mbah R berkata “saya sering terbangun saat malam hari mbak, dengan faktor psikologis (ansietas)
2017 saya merasa tidak tenang dan merasa was-was, tidurnya tidak (00198)
nyenyak, tiba-tiba kalau malam sering terbangun terus tidak
bisa tidur lagi, kadang bisa tidur lagi mbak dan saya sering
mengantuk dipagi hari”.
- Mbah R berkata “saya tidur malam kira-kira ya mulai jam
20.00-04.00 tidur nyrnyak paling sejam sampai dua jamanan
saja mbak, setelah itu susah tidur kalau tidur siang biasanya jam
13.00-14.00”.
- Mbah R. berkata “saya selalu memikirkan keadaan diri saya
37
yang seperti ini, saya takut jika sewaktu-waktu kondisi saya
semakin parah”.
DO :
- Klien tampak lelah
- Saat dilakukan pengkajian klien terlihat menguap dan
mengantuk
- Terlihat kantung mata
4. Senin, 23 DS: Resiko kesepian (00054)
Oktober - Mbah R berkata “Ya kadang ngerasa sepi, sedih kalo inget keluarga
2017 di rumah, paling ngobrol dengan teman sebelah mbak kalo merasa
sepi”
- Mbah R berkata “Ya kadang bosen mbak, tapi ya mau gimana lagi?
Hehe”
- Mbah R berkata “Pengene ya di rumah, tapi kan kasian keluarga”
- Mbah R berkata “Keluarga ya kesini paling kalo pas hari raya
mbak”
DO :
- Berdasarkan hasil pengkajian skor UCLA Loneliness Scale
didapatkan skor 47 sehingga dapat dikatakan bahwa Mbah R
mengalami kesepian ringan.
- Mbah R terkadang terlihat murung
- Mbah R terlihat sering melamun
38
PRIORITAS MASALAH
Dx. Keperawatan Prioritas masalah Pembenaran
Resiko Jatuh (00155) High Priority Urgensi:
Penyebab jatuh pada lansia adalah penyakit yang sedang diderita oleh
pasien itu sendiri salah satunya adalah stroke. Lansia mempunyai
konsekuensi untuk jatuh salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi
pada lansia adalah instabilitas yaitu berdiri dan berjalan tidak stabil atau
mudah jatuh.
Dampak:
Dengan adanya kesulitan gerak pada kaki jika tidak ditangani dapat
menimbulkan dampak yang buruk seperti cedera pada kepala
Keefektifan intervensi:
Pemberian terapi latihan: keseimbangan dinilai efektif untuk membantu
mencegah resiko jatuh. Sehingga tidak terjadi dampak buruk pada klien
Gangguan Mobilitas Fisik Medium Priority Urgensi:
b.d gangguan Pada lansia terjadi penurunan struktur dan fungsi organ tubuh sehingga
neuromuscular (00085) lansia lebih rentan terhadap berbagai penyakit baik degeneratif maupun
infeksi. Proporsi penyebab kematian pada lansia paling tinggi adalah
stroke. Lansia yang mengalami stroke dapat berdampak pada berbagai
fungsi tubuh diantaranya adalah deficit motoric berupa hemiparese.
Lansia akan mengalami kelemahan pada satu sisi tubuh yang nantinya
akan menghambat gangguan mobilitas fisiknya.
39
Dampak:
Jika lansia memiliki masalah pada mobilitasnya maka lansia akan
mengalami gangguan pula pada pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Lansia
akan mengalami ketergantungan total jika masalah ini tidak segera
ditangani.
Keefektifan intervensi:
Pemberian terapi ROM dinilai efektif dalam meningkatkan fleksibilitas
dan luas gerak sendi. Latihan ROM dapat menimbulkan rangsangan
sehingga meningkatkan aktivitas dari ki,iawi neuromuskuler dan
muskuler yang akan meningkatkan kontraksi dan tonus otot.
Gangguan pola tidur b.d Urgensi :
faktor psikologis (ansietas) Pada lansia istirahat dan tidur merupkan bagian terpenting untuk
memulihkan dan menjaga kesehatan baik secara mental maupun fisik.
Dampak :
Jika lansia mengalami gangguan pola tidur dapat mempengaruhi
kesehatan fisik maupun psikologisnya. Bagi lansia yang kurang tidur akan
berpotensi menderita berbagai masalah kesehatan seperti mengalami
penurunan terhadap fokus, sering kebingungan,mudah kehilangan memori
(ingatan), mudah merasa cemas dan gelisah.
Kefektifan intervensi:
Dengan menciptakan lingkungan yang nyaman dinilai efektif untuk
meningkatkan kuliatas dan kuantitas tidur klien. Sehingga klien merasa
40
nyaman, tenang dan aman untuk tidur.
41
RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan Kode
No Intervensi
Keperawatan Umum Khusus NIC
1. Resiko jatuh Setelah dilakukan tindakan Setelah dilakukan tindakan 6490 Pencegahan Jatuh:
(00155) keperawatan selama 3x24 keperawatan selama 3x24 jam 1. Kaji adanya faktor-faktor
jam diharapkan klien diharapkan klien mampu: resiko jatuh
mampu: 1. Mengidentifikasi dan 2. Ajarkan tentang upaya
1. Memperlihatkan mengetahui bahaya pencegahan jatuh
upaya menghindari lingkungan yang dapat Latihan Terapi:
jatuh atau tidak terjadi meningkatkan 0222 Keseimbangan:
dengan kemungkinan jatuh 1. Jelaskan kepada pasien
2. Klien melakukan 2. Mampu melaporkan cara tujuan dan rencana dari
latihan keseimbangan yang tepat dalam latihan keseimbangan
secara aktif melindungi diri dari risiko 2. Ajarkan latihan terapi:
jatuh keseimbangan
3. Melakukan latihan 3. Beri apresiasi setiap apa
keseimbangan secara yang dilakukan oleh
mandiri klien
4. Anjurkan melakukan
gerakan keseimbangan
secara mandiri
5. Jadwalkan kembali untuk
42
latihan
2. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Setelah dilakukan tindakan 0224 NIC: Exercise Therapy:
mobilitas fisik keperawatan selama 3x24 keperawatan selama 3x24 jam Joint Mobility
berhubungan jam diharapkan terdapat diharapkan tidak terjadi stroke 1. Tentukan batasan dari
dengan gangguan peningkatan derajat Range berulang dengan kriteria hasil: perpindahan sendi dan
neuromuscular of Motion dengan kriteria 1. TTV dalam rentang dampak dari fungsinya
(00085) hasil: normal 2. Jelaskan kepada pasien
1. Klien bersedia 2. Klien patuh tujuan dan rencana dari
melakukan terapi mengkonsumsi terapi latihan sendi
ROM 3. Mengontrol lokasi dan
2. Klien berpartisipasi ketidaknyamanan dari
aktif dalam nyeri selama
melakukan terapi beraktivitas/berpindah
ROM 4. Lakukan latihan ROM
3. Klien mau aktif atau pasif
melakukan terapi 5. Jadwalkan latihan ROM
ROM secara aktif atau pasif
terjadwal 6. Berikan semangat
43
ambulasi jika diperlukan
7. Sediakan pertolongan
yang positif untuk
aktivitas latihan sendi
3. Gangguan pola Setelah dilakukan tindakan Setelah dilakukan tindakan 1850 NIC: Sleep Enchancement
tidur keperawatan selama 3x24 keperawatan selama 3x15 (1850)
berhubungan jam diharapkan kualitas dan menit diharapkan kegelisahan 1. Jelaskan pentingnya
dengan factor kuantitas tidur klien dan sering terbangun dimalam tidur yang adekuat
psikologis meningkat dengan kriteria hari dapat teratasi dengan 2. Fasilitas untuk
(anxietas) hasil : kriteria hasil: mempertahankan
(00198) 1. Klien mengatakan 1. Klien merasa nyaman, aktivitas sebelum tidur
tidur klien cukup 6- aman dan tenang (membaca)
7 jam 2. Klien merasa lebih 3. Ciptakan lingkungan
2. Klien mengatakan baik dari sebelumnya yang nyaman
tidurnya nyenyak 4. Diskusikan dengan
3. Tidak terlihat pasien dan tentang
kantung mata teknik tidur pasien
5. Monitor/catat
kebutuhan tidur pasien
setiap hari
5820 Pengurangan Kecemasan
44
1. kaji untuk tanda
verbal dan non verbal
kecemasan
2. Bina hubungan saling
percaya dengan klien
3. Dorong verbalisasi
perasaan, persepsi
dan ketakutan
4. Dengarkan klien
dengan baik
5. Berikan pujian
dengan tepat
4. Resiko kesepian Setelah dilakukan tindakan Setelah dilakukan tindakan 5270 Spiritual Support
(00054) keperawatan selama 45 keperawatan selama 1 x 45 1. Gunakan komunikasi
menit x 1 pertemuan dalam menit, diharapkan klien terapeutik untuk
3 hari diharapkan resiko mampu: membangun hubungan
kesepian pada klien dapat - Ikut aktif dalam saling percaya dan empati
dicegah dengan kriteria melakukan terapi 2. Bantu klien untuk
hasil: pendekatan spiritual mengingat pengalaman
Loneliness Severity (1203) yang telah diajarkan spiritual pada masa lalu
- Klien tidak - Melakukan kembali 3. Dorong klien untuk
45
mengutarakan secara mandiri berdoa dan selalu
respon kesepian mengenai terapi mengingat Allah SWT
- Klien tidak pendekatan spiritual 5320 Coping Enhancement
menunjukkan yang diajarkan 1. Identifikasi apa yang
respon kesepian - Mengisi kekosongan dirasakan oleh klien.
waktu dengan 2. Apresiasi setiap apa yang
melakukan terapi diungkapkan oleh klien.
pendekatan spiritual 3. Sediakan waktu untuk
- Mengusir rasa kesepian mendengar keluhan klien.
yang terkadang muncul 4. Fasilitasi klien dalam
dengan melakukan hal peningkatan kualitas
yang disukai hidup dengan
memberikan terapi
pendekatan spiritual.
5. Evaluasi keberhasilan
klien dalam melakukan
setiap intervensi yang
telah dianjurkan
46
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan
Waktu Implementasi Evaluasi Formatif
Keperawatan Umum Khusus
24 Resiko Jatuh Setelah dilakukan Mengkaji adanya faktor-faktor S: Mbah R berkata
Oktober (00155) tindakan keperawatan resiko jatuh “karena stroke ini mbak,
2017 Setelah dilakukan selama 3x24 jam tangan kanan dan kaki
tindakan keperawatan diharapkan klien kiri saya tidak bisa
selama 3x24 jam mampu: digerakan, dulu saya itu
diharapkan klien - Mengidentifikas tidak bisa apa-apa cuma
mampu: i dan bisa tiduran, kalau
- Memperlihatkan mengetahui sekarang sudah
upaya bahaya lumayan”
menghindari lingkungan O : Tangan dan kaki kiri
jatuh atau tidak yang dapat Mbah R mengalami
terjadi dengan meningkatkan hemiplegia
- Klien kemungkinan Menjelaskan kepada pasien S : Mbah R berkata “iya
melakukan jatuh tujuan dan rencana dari latihan mbak saya bersedia”
latihan - Mampu keseimbangan O : klien terlihat
keseimbangan melaporkan kooperatif dan tersenyum
secara aktif cara yang tepat
dalam Mengajarkan tentang upaya S : Mbah R berkata
melindungi diri pencegahan jatuh ”hmmm, iya mbak
47
dari risiko jatuh selama ini saya juga
- Melakukan melakukan seperti yg
latihan mbak bilang, saya kalau
keseimbangan berjalan sering
secara mandiri memegang dinding dan
jalan dengan pelan-
pelang.”
O : klien tampak antusias
dan menganggukkan
kepala ketika diberi
penjelasan
48
Mengajarkan latihan terapi: S : Mbah R berkata “kaki
keseimbangan kiri saya susah untuk
menahan badan saya
mbak, rasanya sakit.”
O : klien tampak tidak
menjaga keseimbangan
ketika kaki kanan
diangkat
49
O : klien terlihat
menganggukkan kepala
50
Menjelaskan kepada pasien S : Mbah R berkata “baik
tujuan dan rencana dari latihan mbak saya mengerti, itu
keseimbangan janji kita yg kemaren
kan?.”
O : klien terlihat
tersenyum
51
Menganjurkan melakukan S : Mbah R berkata “iya
gerakan keseimbangan secara mbak, saya akan
mandiri melakukannya.”
O : klien terlihat
menganggukkan kepala
52
yang telah diajarkan
53
melakukan terapi 2. Klien patuh tangane gak iso sama
ROM mengkonsumsi sekali.”
2. Klien terapi O : Ekstremitas kanan
berpartisipasi aktif dapat digerakkan
dalam melakukan secara maksimal
terapi ROM sedangkan kaki kiri
3. Klien mau bisa sedikit
melakukan terapi digerakkan, tapi
ROM secara tangan kiri sama
terjadwal sekali tidak bisa
digerakkan.
54
selama beraktivitas/berpindah sakit kalau
digerakin.”
O : Mbah R terlihat tidak
menahan nyeri selama
mobilisasi.
55
nggeh, jam 9.”
O : Mbah R terlihat
senang dan bersemangat
ketika diajak ROM
setiap hari.
56
Oktober perpindahan sendi dan dampak berkata,”nggeh
2017 dari fungsinya ngoten niki, masih
sama kayak kemarin-
kemarin.”
O : Kaki kiri mbah R
masih sulit digerakkan
dan tangan belum bisa
digerakkan sama sekali
57
“Iya mbak, mangga-
mangga.”
O : Mbah R
melaksanakan latihan
ROM dengan baik, beliau
kooperatif dan antusias
saat latihan berlangsung.
Mbah R mulai hafal
gerakan-gerakan ROM
58
positif untuk aktivitas latihan O : Mbah R mulai
sendi berusaha memakai
pakaiannya sendiri
walaupun masih
memerlukan bantuan.
59
mobilisasi ataupun
latihan ROM.
60
latihan”.
O : Mbah R terlihat
senang dan bersemangat
ketika melakukan ROM
61
2. Klien 2. Klien tidak - Menjelaskan pentingnya S : Mbah R berkata
mengatakan merasa gelisah tidur yang adekuat “saya merasa saya lebih
tidurnya dan was-was banyak ditempat tidur
nyenyak mbak tapi susah tidur”.
3. Tidak terlihat
O : klien terlihat
kantung mata
mendengarkan dan
menanggapi
S : mbah R berkata
- Mendiskusikan dengan
“saya biasanya sebelum
pasien dan tentang teknik
tidur nonton tv terlebih
tidur pasien
dahulu mbak”.
S : mbah R berkata
- Menciptakan lingkungan “sebelum tidur saya
yang nyaman biasanya memakai
sarung biar tidak
kedinginan dan di
62
kerubuti lalat mbak”.
S : Mbah R berkata
- Memberikan terapi “baunya harum sekali
aromaterapi mbak, saya merasa lebih
enakan”.
63
S : mbah R berkata “saya
- Memonitor/catat
tidur malam jam 20.00-
kebutuhan tidur pasien
04.00, sering terbangun
setiap hari
mbak dan susah tidur
lagi”.
64
- Menciptakan lingkungan S : mbah R berkata “saya
yang nyaman lebih nyaman saat tidur
sekarang mbak, sudah
tidak banyak lalat”.
O : klien terlihat
tersenyum
65
aktivitas sebelum tidur kalau nonton tv mbak”.
O : klien terlihat
tersenyum
66
26-10- - Memonitor tanda verbal S : mbah R berkata “saya
2017 dan non verbal sudah dapat menerima
kecemasan kondisi saya saat ini
mbak”
67
wangi”.
68
Loneliness Severity pendekatan dirasakan oleh klien kadang ngerasa sepi,
(1203) spiritual yang sedih kalo inget
- Klien tidak telah diajarkan keluarga di rumah
mengutarakan - Melakukan mbak”
respon kesepian kembali secara O : klien terlihat sedih
- Klien tidak mandiri
menunjukkan mengenai terapi - Membantu klien untuk S : klien mengatakan
respon kesepian pendekatan mengingat pengalaman beragama islam dan
spiritual yang spiritual pada masa lalu jarang sholat da dzikir
diajarkan selama di panti
- Mengisi O : klien terlihat antusias
kekosongan dalam bercerita
waktu dengan
melakukan - Mengapresiasi setiap apa S : Klien mengatakan
terapi yang diungkapkan oleh senang
pendekatan klien O : klien terlihat
spiritual tersenyum
- Mengusir rasa
kesepian yang - Menyediakan waktu untuk S : Klien mengatakan
terkadang mendengar keluhan klien senang apabila ada
muncul dengan mahasiswa praktek
melakukan hal karena panti jadi
69
yang disukai ramai
O : klien terlihat
tersenyum
70
26 - Mengidentifikasi apa yang S: klien mengatakan
Oktober dirasakan oleh klien nyaman dan senang
2017 O: klien terlihat tenang
71
EVALUASI SUMATIF
Senin, 24 Oktober 2017
No. Diagnosa Keperawatan Evaluasi Sumatif
1. Resiko Jatuh (00155) S: Mbah R berkata “karena stroke ini mbak, tangan
kanan dan kaki kiri saya tidak bisa digerakan, dulu
saya itu tidak bisa apa-apa cuma bisa tiduran, kalau
sekarang sudah lumayan”
O:
- Usia Mbah R 72 tahun
- Mbah R mengalami kesulitan berjalan
- Mbah R mengalami kesulitan menggerakan
tangan kiri
- Tangan dan kaki kiri Mbah R mengalami
hemiplegia
- Total score keseimbangan adalah 10 yang
menunjukkan resiko jatuh tinggi
- Klien kooperatif dan mengikuti instruksi ajaran
yang dijelaskan
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi:
- Kaji adanya faktor-faktor resiko jatuh
- Ajarkan tentang upaya pencegahan jatuh
- Jelaskan kepada pasien tujuan dan rencana
dari latihan keseimbangan
- Ajarkan latihan terapi: keseimbangan
- Beri apresiasi setiap apa yang dilakukan oleh
klien
- Anjurkan melakukan gerakan keseimbangan
secara mandiri
- Jadwalkan kembali untuk latihan
2. Gangguan mobilitas fisik S : Mbah R berkata “ Tangan yang kiri belum bisa
72
berhubungan dengan gangguan digerakkan mbak, kakine udah lumayan, sitik-
neuromuscular (00085) sitik isa digerakin, bisa buat jalan pelan-pelan.”
O : - Ekstremitas kiri mengalami hemiplegia
- Belum terlihat adanya peningkatan derajat
range of motion
- Kekuatan otot
5 1
5 2
- Klien mengikuti terapi ROM dengan aktif
dan antusias
- Klien mengkonsumsi terapi tepat waktu
- TTV: TD: 140/100 mmHg HR: 98 x/menit
RR: 23 x/menit Suhu: 37,50C
A : Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
- Tentukan batasan dari perpindahan sendi dan
dampak dari fungsinya
- Kontrol lokasi dan ketidaknyamanan dari
nyeri selama beraktivitas/berpindah
- Lakukan latihan ROM aktif atau pasif
- Jadwalkan latihan ROM aktif atau pasif
- Berikan semangat ambulasi jika diperlukan
- Sediakan pertolongan yang positif untuk
aktivitas latihan sendi
74
beda sama yg kemaren.”
O:
- Usia Mbah R 72 tahun
- Mbah R mengalami kesulitan berjalan
- Mbah R mengalami kesulitan menggerakan
tangan kiri
- Tangan dan kaki kiri Mbah R mengalami
hemiplegia
- Total score keseimbangan adalah 10 yang
menunjukkan resiko jatuh tinggi
- Klien terlihat sangat antusias dan berusaha
untuk menjaga keseimbangan badan
A : Masalah belum teratasi
P : Pertahankan intervensi
2. Gangguan mobilitas fisik S : Mbah R berkata “ Ya sehat, masih sama kayak
berhubungan dengan gangguan kemarin ndak ada yang berubah. Kaki sama
neuromuscular (00085) tangane juga belum bisa digerakin..”
O : - Ekstremitas kiri mengalami hemiplegia
- Terlihat adanya peningkatan derajat range of
motion sebesar 50
- Kekuatan otot
5 1
5 2
- Klien mengikuti terapi ROM dengan aktif
dan antusias
- Klien mengkonsumsi terapi tepat waktu
- TTV: TD: 130/100 mmHg HR: 95 x/menit
RR: 20 x/menit Suhu: 36,50C
A : Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
- Tentukan batasan dari perpindahan sendi dan
75
dampak dari fungsinya
- Kontrol lokasi dan ketidaknyamanan dari
nyeri selama beraktivitas/berpindah
- Lakukan latihan ROM aktif atau pasif
- Jadwalkan latihan ROM aktif atau pasif
- Berikan semangat ambulasi jika diperlukan
- Sediakan pertolongan yang positif untuk
aktivitas latihan sendi
76
A : masalah gangguan pola tidur teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
- Memonitor tanda verbal dan non verbal
kecemasan
- Menciptakan lingkungan yang nyaman
- Memberikan terapi aromaterapi
- memfasilitas untuk mempertahankan
aktivitas sebelum tidur
- Memonitor/catat kebutuhan tidur pasien
setiap hari
4. Resiko Kesepian (00054) S : klien mengatakan akan mengingat Allah dan
melakukan terapi spiritual ketika merasa sepi
O : klien terlihat mengucapkan istigfar dan takbir
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
77
untuk menjaga keseimbangan badan
- Klien memperlihatkan kemajuan untuk
menjaga keseimbangan
A : Masalah belum teratasi
P : Pertahankan intervensi
2. Gangguan mobilitas fisik S : Mbah R berkata “Kakine niki sampun lumayan,
berhubungan dengan gangguan tapi tangane dereng saget nopo-nopo..”
neuromuscular (00085) O : - Ekstremitas kiri mengalami hemiplegia
- Terlihat adanya peningkatan derajat range of
motion sebesar 100
- Kekuatan otot
5 1
5 2
- Klien mengikuti terapi ROM dengan aktif
dan antusias
- Klien mengkonsumsi terapi tepat waktu
- TTV: TD: 125/90 mmHg HR: 96 x/menit
RR: 20 x/menit Suhu: 36,80C
A : Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
- Tentukan batasan dari perpindahan sendi dan
dampak dari fungsinya
- Kontrol lokasi dan ketidaknyamanan dari
nyeri selama beraktivitas/berpindah
- Lakukan latihan ROM aktif atau pasif
- Jadwalkan latihan ROM aktif atau pasif
- Berikan semangat ambulasi jika diperlukan
- Sediakan pertolongan yang positif untuk
aktivitas latihan sendi
79
RENCANA TINDAK LANJUT
Nama lansia/wisma : Mbah R / Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang Gading
Alamat :-
Anggota Masalah Intervensi yang telah RTL Paraf
wisma Kesehatan dilakukan
Mbah R Resiko Jatuh Pencegahan Jatuh: 1. Menganjurkan klien
(00155) 1. Kaji adanya faktor- untuk tetap
faktor resiko jatuh melakukan latihan
2. Ajarkan tentang terapi keseimbangan
upaya pencegahan tubuh sesuai dengan
jatuh yang telah diajarkan
Latihan Terapi: minimal 2xseminggu
Keseimbangan: 2. Menganjurkan klien
1. Jelaskan kepada untuk tetap
pasien tujuan dan melakukan upaya
rencana dari latihan pencegahan jatuh
keseimbangan sesuai dengan yang
2. Ajarkan latihan telah diajarkan
terapi:
keseimbangan
3. Beri apresiasi setiap
apa yang dilakukan
oleh klien
4. Anjurkan
melakukan gerakan
keseimbangan
secara mandiri
5. Jadwalkan kembali
untuk latihan
Mbah R Gangguan mobilitas NIC: Exercise 1.Melaksanakan latihan
fisik berhubungan Therapy: Joint ROM secara rutin tiap
80
dengan Mobility pagi
gangguan Tentukan batasan dari 2.Melakukan
neuromuscular perpindahan sendi dan pemantauan terhadap
(00085) dampak dari pengkonsumsian
fungsinya terapi
Jelaskan kepada 3.Memonitor tanda-
pasien tujuan dan tanda vital
rencana dari latihan
sendi
Mengontrol lokasi
dan ketidaknyamanan
dari nyeri selama
beraktivitas/berpindah
Lakukan latihan
ROM aktif atau pasif
Jadwalkan latihan
ROM aktif atau pasif
Berikan semangat
ambulasi jika
diperlukan
Sediakan pertolongan
yang positif untuk
aktivitas latihan sendi
Mbah R Gangguan pola tidur NIC: Sleep 1. Lanjutkan intervensi
berhubungan Enchancement (1850) ciptakan lingkungan
dengan factor 1. Jelaskan pentingnya yang nyaman
psikologis tidur yang adekuat 2. Lanjutkan intervensi
(anxietas) (00198) 2. Fasilitas untuk berikan terapi
mempertahankan aromaterapi
aktivitas sebelum 3. Lanjutkan intervensi
tidur (membaca) fasilitasi untuk
81
3. Ciptakan lingkungan mempertahankan
yang nyama aktivitas sebelum
4. Berikan terapi tidur (anjurkan klien
aromaterapi untuk menonton TV
5. Diskusikan dengan sebelum tidur)
pasien dan tentang
teknik tidur pasien
6. Monitor/catat
kebutuhan tidur
pasien setiap hari
NIC :Pengurangan
Kecemasan (5820)
1. Kaji untuk tanda
verbal dan non
verbal kecemasan
2. Bina hubungan
saling percaya
dengan klien
3. Dorong verbalisasi
perasaan, persepsi
dan ketakutan
4. Dengarkan klien
dengan baik
5. Berikan pujian
dengan tepat
Mbah R Resiko Kesepian Spiritual Support 1. Menyarankan kepada
(00054) 1. Gunakan klien untuk lebih
komunikasi mendekatkan diri
terapeutik untuk kepada Allah SWT
membangun dengan terapi
hubungan saling pendekatan spiritual
82
percaya dan empati yang telah diajarkan.
2. Bantu klien untuk 2. Menyarankan kepada
mengingat klien untuk
pengalaman berinteraksi dan
spiritual pada masa berbincang dengan
lalu teman di panti untuk
3. Dorong klien untuk menghilangkan rasa
berdoa dan selalu kesepian
mengingat Allah
SWT
Coping Enhancement
4. Identifikasi apa
yang dirasakan
oleh klien.
5. Apresiasi setiap
apa yang
diungkapkan oleh
klien.
6. Sediakan waktu
untuk mendengar
keluhan klien.
7. Fasilitasi klien
dalam peningkatan
kualitas hidup
dengan
memberikan terapi
pendekatan
spiritual.
8. Evaluasi
keberhasilan klien
83
dalam melakukan
setiap intervensi
yang telah
dianjurkan
84
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia
(Budi Anna Keliat, 1999). Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun
1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai
usia lebih dari 60 tahun.
Tipe-tipe lansia:
Tipe arif bijaksana
Tipe mandiri
Tipe tidak puas
Tipe pasrah
Tipe bingung
Teori-teori proses penuaan:
1. Teori biologi
Teori genetik dan mutasi
Immunology slow theory
Teori stress
Teori radikal bebas
Teori rantai silang
2. Teori psikologi
3. Teori sosial
Teori interaksi sosial
Teori penarikan diri
Teori aktivitas
Teori kesinambungan
Teori perkembangan
Teori stratifikasi usia
4. Teori spiritual
Masalah-masalah pada kesehatan lansia:
a. Penurunan Masalah Fisik Dan Fungsi Tubuh
Sistem pernapasan
85
Sistem kardiovaskular
Sistem reproduksi
Sistem gastrointestinal
Sistem persyarafan
Sistem muskuloskeletal
Sistem urinarius
Penurunan fungsi panca indera
Penurunan fungsi endokrin
Penyakit yang sering diderita lansia:
Diabetes militus
Osteoporosis
Dementia type Alzheimer
Penyakit Jantung
Sosial
Budaya
Ekonomi
Spiritual
Lingkungan
B. Saran
Sebagaimana dalam pandangan islam, orang tua atau orang yang lebih tua dari kita harus
dihormati, dikasihi serta disayangi dan diperhatikan. Betapa beruntungnya menjadi tua, ada
banyak sekali orang yang tidak bisa menginjak usia tua, ada banyak sekali mereka yang tidak
bisa melihat anak serta cucunya tumbuh menjadi dewasa. Jadi, ketika kita bisa melihat
orang tua kita menjadi tua atau menginjak usia lanjut itulah saatnya kesempatan untuk kita
menyenangkan masa-masa tua mereka dengan kesuksesan anak-anaknya.
Sebagai perawat yang profesional yang sudah mempelajari ilmu gerontologi sudah
sewajarnya memberikan pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya untuk para lansia tidak
hanya memberikan pelayanan terhadap kebutuhan biologisnya saja tetapi mencakup
kebutuhan psikologis dan spiritualnya.
86
DAFTAR PUSTAKA
Beare, Stanley. 2012. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi ke-2. Jakarta: ECG
http://miracleofnursing.blogspot.com/2012/10/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html?m=1
http://yenitarosaria.blogspot.com/2012/01/masalah-masalah-pada -lanjut-usia.html?m=1
Maryam, R. Siti. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika
87