Anda di halaman 1dari 2

ANALISIS KASUS

CONTOH KASUS :

PERSEKUSI YANG TERJADI DI TANGGERANG

Kronologi kejadian :

Peristiwa ini terjadi katika M (wanita) meminta dibawakan makanan oleh R


(pria) yang tidak lain adalah calon suaminya. Beberapa saat R datang dan langsung
masuk ke kontrakan. Pintu kontrakan ditutup tetapi tidak dikunci karena mereka
sedang makan bersama.

Begitu usai makan, M masuk ke kamar mandi untuk sikat gigi sedangkan R
masih menunggu di ruang tamu. Saat itu juga datang T(ketua RT setempat) membuka
pintu dan berteriak-teriak memanggil warga ke lokasi.

R dan M pun merasa bingung dan panik karena dituduh melakukan tindak
asusila di dalam kontrakan. “Mereka dipaksa untuk mengakui berbuat mesum”.
Keduanya berkukuh tidak berbuat mesum. Namun, warga sudah tersulut emosi oleh
ucapan T untuk menelanjangi dan mengarak keduanya keliling kampung menuju
kerumah G (ketua RW setempat).

Ditengah jalan mereka berpapasan dengan G. Namun, yang terjadi bukanlah


pembelaan terhadap keduanya , justru pengadilan jalanan yang didapat. R dan M pun
mengalami trauma yang cukup berat.

Dalam hal ini Polres Kota Tanggerang, Banten, menetapkan enam tersangka
persekusi terhadap pasangan muda-mudi R (28 tahun) dan M (20 tahun), di Cikupa,
Kabupaten Tanggerang. Para pelaku adalah aparatur setempat yakni, T (Ketua RT),
G (Ketua Rw) dari Kampung Kadu, Desa Sukamulya, Kecamatan Cikupa, Kabupaten
Tanggerang, beserta empat tetangga atau warga lainnya yaitu, A, S, N, I.

Yang dalam aksinya mereka melakukan kekerasan dan penelanjangan, juga


mengarak sepasang kekasih yang akan menikah itu. Mereka juga merekam aksi
persekusi dengan ponsel sehingga video berdurasi 53 detik yang diunggah di media
sosial itu viral di masyarakat.

Dalam kasus tersebut, para pelaku dijerat dengan Pasal 170 KUHP tentang
Penganiayaan dan Pasal 335 KUHP tentang Perbuatan Tidak Menyenangkan. Mereka
terancam hukuman di atas lima tahun penjara.
Analisis Kasus:

Dari kasus yang telah kami ambil tentang persekusi di Tanggerang ini adalah
merupakan pelanggaran HAM. Mengapa demikian ? Sebab para warga dan aparatur
setempat melakukan penganiayaan pada korban dimana dalam Pasal 28B ayat 2 yang
berbunyi “hak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi” dalam pasal tersebut telah jelas
dikatakan bahwa tiap orang berhak mendapatkan perlindungan dari kekerasan.
Sedangkan yang dilakukan oleh warga dan aparat adalg menganiaya (melakukan
tindak kekerasan) terhadap korban. Serta melanggar Pasal 28G ayat 2 yang berbunyi
“bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat martabat
manusia...” dari kejadian tersebut dapat diketahui bahwa para pelaku telah menyiksa
korban dan korban mendapat perlakuan yang merendahkan derajat martabat korban
itu sendiri yaitu pada saat diarak dan ditelanjangi didepan umum.
Selain itu para pelaku melanggar Pasal 170 KUHP tentang penganiayaan dan Pasal
335 KUHP tentang perbuatan tidak menyenangkan.

Dari kronologi kejadian, para pelaku bahkan tidak mempunyai bukti bahwa
korban melalukan perbuatan mesum. Bahkan korban masih menggunakan pakaian
lengkap. Sebaiknya jika terdapat hal yang mencurigakan pelaku harus mengumpulkan
bukti yang sangat kuat agar tidak terjadi kesalahpahaman dan agar mereka tidak
melakukan main hakim sendiri dan melakukan perbuatan yang tidak pantas seperti
itu. Dan untuk warganya akan jangan mudah terpancing oleh omongan dari orang
lain.

Anda mungkin juga menyukai