Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Harga Diri

1. Pengertian Harga Diri

Coopersmith mendefinisikan harga diri adalah evaluasi yang dibuat oleh

individu mengenai dirinya sendiri, di mana evaluasi diri tersebut merupakan hasil

interaksi antara individu dengan lingkungannya serta perlakuan orang lain

terhadap dirinya. Evaluasi ini diekspresikan dengan sikap setuju atau tidak setuju,

tingkat keyakinan individu terhadap dirinya sendiri sebagai orang yang mampu,

penting, berhasil, dan berharga atau tidak (Wangge & Hartini, 2013).

Sedangkan menurut Roosenberg harga diri adalah evalusi seseorang

tentang bagaimana individu menilai dan menghargai dirinya sendiri. Harga diri

yang rendah menyiratkan penolakan diri, penghinaan diri dan evaluasi diri yang

negatif bahkan menurutnya perasaan yang mengandung arti “cukup” atau “layak”

termasuk dalam harga diri yang positif pula, dengan kata lain Roosenberg

menekankan pada keberhargaan diri (Mualfiah & Indrijati, 2014).

Buss berpendapat bahwa harga diri memiliki dua makna, yaitu kecintaan

pada diri sendiri (self love) dan percaya diri (self confidence). Kedua makna

tersebut terpisah tetapi saling berhubungan. Individu bisa menyukai dirinya,

namun juga merasa kurang percaya diri khususnya saat berhadapan dengan tugas

tertentu. Disisi lain, individu juga bisa merasa percaya diri tetapi tidak merasa

berharga (Sari, Rejeki, & Mujab, 2006).

8
9

Learner dan Spanier berpendapat bahwa harga diri adalah suatu tingkat

penilaian terhadap diri seseorang baik yang positif atau negatif yang dihubungkan

dengan konsep diri seseorang. Harga diri merupakan evaluasi seseorang terhadap

dirinya sendiri secara positif yaitu individu bisa menerima dirinya atau memilki

penghargaan yang baik terhadap dirinya dan bisa juga sebaliknya dapat

menghargai dirinya secara negatif (Ghufron & Risnawita, 2012).

Berne & Savary menyatakan harga diri yang sehat adalah kemampuan

melihat dirinya sendiri berharga, berkemampuan, penuh kasih sayang dan

menarik, memiliki bakat-bakat pribadi yang khas serta kepribadian yang berharga

dalam berhubungan dengan orang lain (Haryanti, 2018). Menurut Knepp (dalam

Widodo & Pratitis, 2013) Harga diri merupakan salah satu aspek yang

menentukan keberhasilan seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungan

sosialnya. Bagaimana individu berinteraksi dengan lingkungannya dan bagaimana

individu melakukan penyesuaian sosial akan dipengaruhi oleh bagaimana individu

tersebut menilai keberhargaan dirinya. Individu yang menilai tinggi keberhargaan

dirinya merasa puas atas kemampuan diri dan merasa menerima penghargaan

positif dari lingkungan. Hal ini akan menumbuhkan perasaan aman dalam diri

individu sehingga dia mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya.

Dari teori yang dikemukakan oleh para ahli psikologi diatas mengenai

pengertian harga diri dapat disimpulkan bahwa harga diri adalah penilaian

terhadap diri individu mengenai siapa dirinya yang berdasarkan pada keyakinan

dari individu itu sendiri. Individu yang melihat dirinya secara positif yaitu

individu yang bisa menerima dirinya sendiri, memiliki kemampuan, melihat


10

dirinya berharga, percaya diri, penuh kasih sayang, berhasil, menganggap dirinya

itu penting, dan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Dan

individu yang melihat dirinya secara negatif yaitu individu yang tidak bisa

menerima dirinya sendiri, menyiratkan penolakan diri, penghinaan diri, merasa

bahwa dirinya tidak berharga, tidak memiliki kemampuan, kurang percaya diri,

dan menarik diri dari lingkungan sosialnya.

2. Faktor–faktor yang Memengaruhi Harga diri

Faktor-faktor yang memengaruhi harga diri menurut Coopersmit (Ghufron

& Risnawita 2012) adalah :

a. Faktor jenis kelamin

Wanita selalu merasa harga dirinya lebih rendah dari pada pria seperti

perasaan kurang mampu, kepercayaan diri yang kurang mampu, atau merasa

harus dilindungi. Hal ini mungkin terjadi karena peran orang tua dan

harapan-harapan masyarakat yang berbeda-beda baik pada pria maupun

wanita.

b. Inteligensi

Individu yang memilki harga diri tinggi akan lebih mudah dalam

mencapai prestasi akademik yang tinggi dari pada individu dengan harga

tinggi rendah. Selanjutnya, dikatakan individu dengan harga diri tinggi

memiliki skor inteligensi yang lebih baik, taraf aspirasi lebih baik, dan

selalu berusaha keras.dalam pencapaian prestasi.


11

c. Kondisi Fisik

Adanya hubungan yang konsisten antara daya tarik fisik dan tinggi

badan dengan harga diri. Individu dengan kondisi fisik yang menarik

cenderung memiliki harga diri yang lebih baik dibandingkan dengan kondisi

fisik yang kurang menarik.

d. Lingkungan Keluarga

Perlakuan adil, dengan memberi kesempatan untuk aktif, dan

mendidik secara demokratis akan membuat anak mendapat harga diri yang

baik dan tinggi. Berkenaan dengan hal tersebut bahwa keluarga berperan

dalam menentukan perkembangan harga diri anak. Orang tua yang sering

memberikan hukuman dan larangan tanpa alasan dapat menyebabkan anak

merasa tidak berharga.

e. Lingkungan Sosial

Ada beberapa perubahan dalam harga diri yang dapat dijelaskan

melalui konsep-konsep kesuksesan, nilai, aspirasi, dan mekanisme

pertahanan diri. Kesuksesan tersebut dapat timbul melalui pengalaman

dalam lingkungan, kesuksesan dalam bidang tertentu, kompetisi, dan nilai

kebaikan.

Kemudian Lubis menyatakan berikut adalah faktor-faktor yang

mempengaruhi harga diri seseorang (Husnaniyah, Lukman, & Susanti, 2017) :

a. Jenis Kelamin

Jenis kelamin atau gender adalah salah satu faktor yang

mempengaruhi harga diri seseorang.


12

b. Sosial Ekonomi

Perbedaan tingkat ekonomi membawa perbedaan harga diri di antara

tiap kelompok, perbedaan gaya hidup sehari-hari secara signifikan

mempengaruhi harga diri seseorang.

c. Usia

Lansia memiliki tingkat harga diri yang rendah seiring berkurangnya

kemampuan yang dimiliki di masa muda

d. Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga adalah tempat pertama individu berinteraksi

sehingga sangat besar berpengaruh terhadap harga diri seseorang.

e. Kondisi Fisik

Keadaan kondisi fisik saat yang optimal mempengaruhi tingginya

kepercayaan diri seseorang begitu juga sebaliknya.

f. Psikologis

Keadaan psikologis yang sehat berpengaruh positif terhadap harga diri

seseorang.

g. Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial tempat seseorang berinteraksi menjadi faktor yang

mempengaruhi harga diri seseorang.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi harga diri adalah faktor jenis kelamin, inteligensi,

kondisi Fisik, lingkungan Keluarga, lingkungan Sosial, usia, psikologis,

dan sosial ekonomi.


13

3. Aspek-Aspek Harga Diri

Cooppersmith menjabarkan empat aspek harga diri yaitu, (Wangge &

Hartini, 2013)

a. Self Values (Nilai Diri)

Self Values, diartikan sebagai nilai-nilai pribadi individu yaitu isi dari

diri sendiri. Lebih lanjut dikatakan bahwa harga diri ditentukan oleh nilai-

nilai pribadi yang diyakini individu sebagai nilai-nilai yang sesuai dengan

dirinya

b. Leadership popularity (Popularitas Kepemimpinan)

Leadership popularity, Coopersmith menunjukkan bahwa individu

memiliki harga diri yang tinggi cenderung mempunyai kemampuan yang

dituntut dalam kepemimpinan (leadership). Sedangkan popularitas

merupakan penilaian individu terhadap dirinya sendiri berdasarkan

pengalaman keberhasilan yang diperoleh dalam kehidupan sosialnya dan

tingkat popularitasnya mempunyai hubungan dalam harga diri, oleh sebab

itu semakin populer individu diharapkan mempunyai harga diri yang tinggi.

c. Family parents (Keluarga)

Family parents, Coopersmith dalam membahas harga diri sangat

menekankan perasaan keluarga merupakan tempat sosialisasi pertama bagi

anak. Penerimaan keluarga yang positif pada anak-anak akan member dasar

bagi pembentukan rasa harga diri yang tinggi pada masa dewasanya kelak.
14

d. Achievement (Prestasi)

Achievement individu dengan harga diri yang tinggi cenderung

memiliki karakteristik kepribadian yang dapat mengarahkan pada prestasi,

kemandirian sosial dan kreativitas yang tinggi.

Kemudian Susanti (2012) memaparkan terdapat 4 aspek harga diri sebagai

berikut :

a. Power (kekuasaan)

Kekuasaan yang dimiliki untuk mengendalikan atau mempengaruhi

orang lain.

b. Significance (penerimaan)

Penerimaan yang diperoleh berdasarkan penilaian orang lain.

c. Virtue (Ketat)

Ketat terhadap etika atau norma moral pada masyarakat.

d. Competence (kemampuan)

Kemampuan untuk berhasil sesuai dengan tujuan yang dimiliki.

Berdasarkan uraian tentang aspek-aspek harga diri dapat disimpulkan

aspek-aspek harga diri terdiri Self values (nilai diri), Leadership popularity

(popularitas kepemimpinan), family parents (keluarga), achievement

(prestasi), power (kekuasaan), significance (penerimaan), Virtue (ketat),

competence (kemampuan).

4. Pembentukan Harga Diri

Coopersmith (Ghufron & Risnawita, 2012) mengemukakan bahwa

pembentukan harga diri dipengaruhi beberapa faktor yaitu :


15

a. Keberartian Individu

Keberartian individu sangat berpengaruh terhadap pembentukan harga

diri dengan cara bagaimana individu menilai dirinya dengan positif dan

yakin bahwa dirinya mampu, berarti dan berharga menurut standard an nilai

pribadi.

b. Keberhasilan Seseorang

Keberhasilan yang dapat berpengaruh terhadap pembentukan harga

diri yaitu keberhasilan yang dicapai oleh individu yang berhubungan dengan

kekuatan atau kemampuan individu dalam memengaruhi dan

mengendalikan diri sendiri maupun orang lain.

c. Kekuatan Individu

Kekuatan individu yang dimaksud yaitu kekuatan individu terhadap

aturan-aturan, norma, dan ketentuan yang berlaku dalam masyarakat

semakin individu taat terhadap perintah yang sudah di tentukan dalam

masyarakat maka akan dianggap sebagai panutan dalam masyarakat dan

semakin tinggi juga penerimaan masyarakat terhadap individu ini akan

mendorong harga diri yang lebih tinggi tersebut.

5. Dimensi Harga Diri

Gecas & Rosenberg Harga diri terdiri atas dua dimensi yaitu kemampuan

dan keberhargaan. Dimensi kemampuan (bermakna berdasar pada harga diri)

menunjuk pada tingkat di mana seseorang melihat dirinya sendiri sebagai

seseorang yang memiliki kemampuan dan bermakna. Dimensi keberhargaan diri


16

(berharga berdasar harga diri) menunjuk pada tingkat di mana seseorang melihat

dirinya sendiri sebagai seseorang yang bernilai (Adilia, 2010).

Kemudian menurut Rosenberg, harga diri memiliki lima dimensi sebagai

berikut (Rahmania dan Yuniar, 2012) :

a. Dimensi akademik, mengarah kepada persepsi indivudu terhadap kualitas

pendidikan individu.

b. Dimensi sosial, mengarah kepada persepsi individu terhadap hubungan

sosial individu

c. Dimensi emosional, merupakan hubungan keterlibatan individu terhadap

emosi individu

d. Dimensi keluarga, mengacu pada keterlibatan individu dalam partisipasi dan

integrasi di dalam keluarga.

e. Dimensi fisik, yang mengacu pada persepsi individu terhadap kondisi fisik

individu

B. Dukungan Sosial

1. Pengertian Dukungan Sosial

Banyak ahli yang mendefinisikan dukungan sosial, diantaranya adalah

Zimet menyatakan bahwa dukungan sosial adalah sebagai sebuah pertukaran

sumber daya antara dua minimal individu yang dipersepsikan oleh salah satu

pihak bertujuan untuk membantu (Evelyn & Savitri, 2015).

Sarafino menyatakan bahwa dukungan sosial adalah suatu kenyamanan,

perhatian, penghargaan, ataupun bantuan yang diterima individu dari orang lain

maupun kelompok. Dalam pengertian lain, disebutkan bahwa dukungan sosial


17

adalah kehadiran orang lain yang dapat membuat individu percaya bahwa dirinya

dicintai, diperhatikan dan merupakan bagian dari kelompok sosial, yaitu keluarga,

rekan kerja, dan teman dekat (Wahyuni, 2016).

Menurut Rook mengatakan bahwa dukungan sosial merupakan salah satu

fungsi dari ikatan sosial, dan ikatan-ikatan sosial tersebut menggambarkan tingkat

kualitas umum dari hubungan interpersonal. Ikatan dan persahabatan dengan

orang lain dianggap sebagai aspek yang memberikan kepuasan secara emosional

dalam kehidupan individu. Saat seseorang didukung oleh lingkungan maka

segalanya akan terasa lebih mudah. Dukungan sosial menunjukkan pada

hubungan interpersonal yang melindungi individu terhadap konsekuensi negatif

dari stres. Dukungan sosial yang diterima dapat membuat individu merasa tenang,

diperhatikan, dicintai, timbul rasa percaya diri dan kompeten (Kumalasari &

Ahyani, 2012).

Sarason (Kumalasari & Ahyani, 2012) mengungkapkan dukungan sosial

adalah keberadaan, kesediaan, kepedulian dari orang-orang yang dapat

diandalkan, menghargai dan menyayangi kita.

Cobb berpendapat bahwa dukungan sosial adalah suatu kenyamanan,

perhatian, penghargaan, atau bantuan yang dirasakan individu dari orang-orang

atau kelompok-kelompok lain. Cohen dan Wills mendefinisikan dukungan sosial

sebagai pertolongan dan dukungan yang diperoleh seseorang dari interaksinya

dengan orang lain. Dukungan sosial timbul oleh adanya persepsi bahwa terdapat

orang-orang yang akan membantu apabila terjadi suatu keadaan atau peristiwa

yang dipandang akan menimbulkan masalah dan bantuan tersebut dirasakan dapat
18

menaikkan perasaan positif serta mengangkat harga diri. Kondisi atau keadaan

psikologis ini dapat mempengaruhi respon-respon dan perilaku individu sehingga

berpengaruh terhadap kesejahteraan individu secara umum (Maslihah, 2011).

Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan dukungan sosial adalah pemberian bantuan dalam berbagai

bentuk baik verbal maupun non-verbal seperti perhatian, kasih sayang, penilaian,

dan nasehat yang berdampak positif bagi individu. Dukungan sosial didapatkan

individu dari hubungan dengan orang lain dalam suatu jaringan sosial yang dapat

diandalkannya.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dukungan Sosial

Menurut Stanley, faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan sosial

adalah (Yulisetyaningrum & Rosiana, 2018) :

1) Kebutuhan fisik

Kebutuhan fisik dapat mempengaruhi dukungan sosial. Adapun

kebutuhan fisik meliputi sandang, pangan dan papan. Apabila seseorang

tidak tercukupi kebutuhan fisiknya maka seseorang tersebut kurang

mendapat dukungan sosial.

2) Kebutuhan sosial

Dengan aktualisasi diri yang baik maka seseorang lebih dikenal oleh

masyarakat daripada orang yang tidak pernah bersosialisasi di masyarakat.

Orang yang mempunyai aktualisasi diri yang baik cenderung selalu ingin

mendapatkan pengakuan di dalam kehidupan masyarakat. Untuk itu

pengakuan sangat diperlukan untuk memberikan penghargaan.


19

3) Kebutuhan psikis

Dalam kebutuhan psikis seperti rasa ingin tahu, rasa aman, perasaan

religius, tidak mungkin terpenuhi tanpa bantuan orang lain. Seseorang yang

sedang menghadapi masalah baik ringan maupun berat, maka orang tersebut

akan cenderung mencari dukungan sosial dari orang-orang sekitar.

Myers (Wahyuni, 2016) mengemukakan bahwa sedikitnya ada 3

faktor penting yang mendorong seseorang untuk memberikan dukungan

yang positif, diantaranya:

a. Empati, yaitu turut merasakan kesusahan orang lain dengan tujuan

mengantisipasi emosi dan motivasi tingkah laku untuk mengurangi

kesusahan dan meningkatkan kesejahteraan orang lain.

b. Norma dan nilai sosial, yang berguna untuk membimbing individu untuk

menjalankan kewajiban dalam kehidupan.

c. Pertukaran sosial, yaitu hubungan timbal balik perilaku sosial antara

cinta, pelayanan, informasi. Keseimbangan dalam pertukaran akan

menghasilkan kondisi hubungan interpersonal yang memuaskan.

Pengalaman akan pertukaran secara timbal balik ini membuat individu

lebih percaya bahwa orang lain akan menyediakan.

3. Aspek-Aspek Dukungan Sosial

Menurut Zimet (Evelyn & Savitri, 2015) menjabarkan tiga aspek

dukungan sosial yaitu:


20

a. Keluarga (family)

Dukungan yang berasal dari keluarga dapat diartikan sebagai

pemberian kenyamanan dan penghargaan kepada anak berupa layanan

pengasuhan.

b. Teman (friends)

Dukungan yang berasal dari teman dapat diartikan sebagai pemberian

kenyamanan dan penghargaan kepada pribadi yang saling mengenal dengan

pribadi yang lain.

c. Seseorang yang berarti (significant others)

Dukungan yang berasal dari seseorang yang berarti. Seseorang yang

berarti bisa berasal dari sahabat terdekat, maupun guru, atau seseorang

dengan hubungan tertentu.

Sarafino memaparkan terdapat 4 aspek dukungan sosial sebagai berikut

(Kusrini & Prihartanti, 2014) :

a. Dukungan emosional.

Dukungan ini melibatkan ekspresi rasa empati dan perhatian terhadap

individu sehingga individu tersebut merasa nyaman, dicintai dan

diperhatikan. Dukungan ini meliputi perilaku seperti memberikan perhatian

dan afeksi serta bersedia mendengarkan keluh kesah orang lain.

b. Dukungan penghargaan.

Dukungan ini melibatkan ekspresi yang berupa pernyataan setuju dan

penilaian positif terhadap ide-ide, perasaan dan performa orang lain.


21

c. Dukungan instrumental.

Bentuk dukungan ini melibatkan bantuan langsung, misalnya yang

berupa bantuan finansial atau bantuan dalam mengerjakan tugas-tugas

tertentu.

d. Dukungan informasi

dukungan yang bersifat informasi ini dapat berupa saran, pengarahan

dan umpan balik tentang bagaimana cara memecahkan persoalan.

House menjabarkan lima aspek dukungan sosial, yaitu dukungan

emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan

instrumental, dan dukungan jaringan sosial (Wahyuni, 2016).

a. Dukungan emosional (Emotional support).

Dinyatakan dalam bentuk bantuan yang memberikan dukungan untuk

memberikan kehangatan dan kasih sayang, memberikan perhatian, percaya

terhadap individu serta pengungkapan simpati.Perhatian emosi, dukungan

dalam bentuk kelekatan, kehangatan, kepedulian, dan ungkapan empati

sehingga timbul keyakinan bahwa individu yang bersangkutan dicintai dan

diperhatikan.

b. Dukungan penghargaan (Esteem support).

Dukungan penghargaan dapat diberikan melalui penghargaan atau

penilaian yang positif kepada individu, dorongan untuk maju dan semangat

atau persetujuan mengenai ide atau pendapat individu serta melakukan

perbandingan secara positif terhadap orang lain.


22

c. Dukungan instrumental (Tangible or Instrumental support).

Mencakup bantuan langsung seperti, memberikan pinjaman uang atau

menolong dengan melakukan suatu pekerjaan guna membantu tugas-tugas

individu.

d. Dukungan instrumental (Informational support).

Memberikan informasi, nasehat, sugesti ataupun umpan balik

mengenai apa yang sebaiknya dilakukan oleh orang lain yang

membutuhkan.

e. Dukungan jaringan sosial (Network support).

Jenis dukungan ini diberikan dengan cara membuat kondisi agar

seseorang menjadi bagian dari suatu kelompok yang memiliki persamaan

minat dan aktifitas sosial. Dukungan jaringan sosial juga disebut sebagai

dukungan persahabatan (Companioship support) yang merupakan suatu

interaksi sosial yang positif dengan orang lain, yang memungkinkan

individu dapatmenghabiskan waktu dengan individu lain dalam suatu

aktifitas sosial maupun hiburan.

Berdasarkan aspek-aspek dukungan sosial diatas dapat disimpulkan

bahwa aspek dukungan sosial meliputi dukungan emosi yaitu

kehangatan, kepedulian dan perhatian terhadap individu sehingga individu

merasa ada yang memberikan perhatian dan mendengarkan keluh kesah,

dukungan penghargaan untuk individu sehingga ada dorongan maju,

penguatan ide-ide yang positif dan perbandingan sosial yang digunakan

untuk dorongan maju, dukungan instrumental melibatkan bantuan langsung


23

sesuai dengan kebutuhan individu, dukungan informatif berupa nasehat,

petunjuk-petunjuk, saran sehingga individu mendapat jalan keluar,

meningkatkan kesejahteraan psikologis dan penyesuaian diri.

4. Manfaat Dukungan Sosial

Menurut Johnson & Johnson ada empat manfaat dukungan sosial,

yaitu (Widyastuti & Pratiwi, 2013) :

a. Dukungan sosial dihubungkan dengan pekerjaan akan meningkatkan

produktivitas

b. Meningkatkan kesejahteraan psikologis dan penyesuaian diri dengan

memberikan rasa memiliki

c. Memperjelas identitas diri, menambah harga diri serta mengurangi stress

d. Meningkatkan dan memelihara kesehatan fisik serta pengelolaan

terhadap stress dan tekanan.

Selanjutnya, menurut Taylor (2012) ada tiga manfaat dukungan sosial

yaitu :

a. Bantuan yang nyata

Keluarga dan teman dapat membantu dengan berbagai barang dan

jasa dalam situasi yang penuh stress, misalnya hadiah makanan dari

teman sehingga dapat mengurangi beban pikiran dari individu yang

membutuhkan dukungan sosial.

b. Informasi

Seseorang juga dapat memberikan bantuan dukungan sosial berupa

informasi guna memberikan saran atau masukan yang spesifik untuk


24

membantu seseorang dalam menyelesaikan permasalahannya dan hal

tersebut sangat membantu.

c. Dukungan emosional

Menyadarkan individu yang berada di bawah tekanan dan stress

merupakan manfaat dari dukungan sosial. Dalam situasi penuh tekanan,

individu kerap merasakan penderitaan emosional dan pengembangan

depresi serta kecemasan. Teman-teman dan keluarga dapat menenangkan

seseorang dengan memberikan dukungan emosional berupa pemberian

semangat secara emosional.

5. Sumber Dukungan Sosial

Sumber-sumber dukungan sosial menurut Goldberger adalah orang

tua, saudara kandung, anak-anak, kerabat, pasangan hidup, sahabat rekan

sekerja dan tetangga (Apollo & Cahyadi, 2012).

Kemudian Kahn & Antonoucci, membagi sumber-sumber dukungan

sosial menjadi tiga kategori sebagai berikut (Aridhona, Barmawi & Junita,

2017) :

a. Sumber dukungan sosial yang berasal dari orang-orang yang selalu ada

sepanjang hidupnya yang selalu bersama dengannya dan mendukungnya.

Misalnya keluarga dekat, pasangan (suami atau istri) atau teman dekat.

b. Sumber dukungan sosial yang berasal dari individu lain yang sedikit

berperan dalam hidupnya dan cenderung mengalami perubahan sesuai

dengan waktu. Sumber dukungan ini meliputi teman kerja, sanak

keluarga dan teman sepergaulan.


25

c. Sumber dukungan sosial yang berasal dari individu lain yang sangat

jarang memberi dukungan dan memiliki peran yang sangat cepat

berubah, meliputi dokter atau tenaga ahli atau profesional dan keluarga

jauh.

C. Atlet Penyandang Disabilitas

1. Pengertian Atlet

Menurut kamus besar bahasa Indonesia arti dari kata atlet adalah

olahragawan yang terlatih kekuatan, ketangkasan dan kecepatannya untuk diikut

sertakan dalam pertandingan. Atlet berasal dari bahasa Yunani yaitu athlos yang

berarti "kontes". Istilah lain atlet adalah atlilete yaitu orang yang terlatih untuk

diadu kekuatannya agar mencapai prestasi (Setiyawan, 2017).

Menurut Jannah atlet adalah orang yang turut serta dalam mengikuti

pertandingan mengadu kekuatannya untuk mencapai suatu prestasi. Atlet pada

kenyataannya adalah seorang manusia (Murdiansyah, 2015).

Sondakh berpendapat bahwa individu yang disebut atlet adalah pelaku

olahraga yang berprestasi baik tingkat daerah, nasional maupun internasional.

Atlet adalah orang yang melakukan latihan agar mendapatkan kekuatan badan,

daya tahan, kecepatan, kelincahan, keseimbangan, kelenturan dan kekuatan

dalam mempersiapkan diri jauh-jauh sebelum pertandingan dimulai (Sholichah &

Jannah, 2015).

Beberapa definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa atlet adalah

individu yang melakukan olahraga yang terprogram, terukur, dan tercatat untuk

tujuan meraih prestasi.


26

2. Atlet Penyandang Disabilitas

Manusia yang terlahir di dunia tidak semuanya mempunyai kondisi tubuh

yang lengkap, artinya banyak terjadi ketidaksempurnaan fisik pada orang-orang

tertentu sehingga menjadi bentuk kekurangan atau disabilitas. Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Convention on the

Rights of Persons with Disabilities (Konvensi mengenai Hak-Hak Penyandang

Disabilitas) tidak lagi menggunakan istilah penyandang cacat, diganti dengan

penyandang disabilitas.

Atlet penyandang disabilitas (disability) adalah individu yang memiliki

keterbatasan fisik, mental, intelektual, atau sensorik, dalam jangka waktu lama di

mana ketika berhadapan dengan berbagai hambatan, hal ini dapat menghalangi

partisipasi penuh mereka dalam masyarakat berdasarkan kesetaraan dengan

individu normal lainnya (Lampiran UU RI Nomor 19 Tahun 2011, Pasal 1).

Pengertian sehat menurut Undang - Undang No. 36 tahun 2009 tentang

kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial

yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

ekonomis. Sementara definisi sehat menurut WHO adalah keadaan sehat jasmani,

rohani (mental) dan sosial, yang bukan hanya bebas dari penyakit, cacat dan

kelemahan (Wijayanti, Soegiyanto & Nasuka, 2016).

Pengertian tersebut tersirat bahwa bagi penyandang disabilitas tentunya

bukan berarti tidak sehat, selama masih mampu melakukan aktivitas sesuai

dengan kemampuan fungsional tubuh yang masih dimiliki. Selain itu kesehatan

merupakan hak asasi yang mendasar bagi setiap orang untuk mendapatkannya
27

tanpa terkecuali bagi penyandang disabilitas, sehingga untuk menjaga agar

penyandang disabilitas tetap sehat perlu dilakukan secara menyeluruh dan

terpadu, dengan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup

sehat agar terwujud derajat kesehatan yang tinggi (Wijayanti, Soegiyanto &

Nasuka, 2016).

Olahraga bagi penyandang disabilitas dijadikan media untuk

mengembangkan potensi dan bakat yang dimilki, mengingat setiap manusia selain

mempunyai kekurangan juga mempunyai kelebihan, kemampuan, dan keunikan

tersendiri. Pilihan sebagai atlet bagi para penyandang disabilitas memang dapat

dimaklumi karena dengan media olahraga para penyandang disabilitas dapat

membuktikan bahwa dirinya mampu berkompetisi dan meraih prestasi. Kegiatan

olahraga tidak membutuhkan banyak persyaratan dan setiap orang berhak

mengikuti termasuk para penyandang disabilitas.

Pembinaan dan pengembangan olahraga penyandang disabilitas adalah:

(1) Pembinaan dan pengembangan olahraga penyandang disabilitas dilaksanakan

dan diarahkan untuk meningkatkan kesehatan, rasa percaya diri, dan prestasi

olahraga; (2) Pembinaan dan pengembangan olahraga penyandang disabilitas

dilaksanakan oleh organisasi olahraga penyandang disabilitas yang bersangkutan

melalui kegiatan penataran dan pelatihan serta kompetensi yang berjenjang dan

berkelanjutan pada tingkat daerah, nasional, dan internasional; (3) Instansi terkait,

Pemda, dan/atau organisasi olahraga penyandang disabilitas yang ada dalam

masyarakat berkewajiban membentuk sentra pembinaan dan pengembangan

olahraga khusus penyandang disabilitas; (4) Pembinaan dan pengembangan


28

olahraga penyandang disabilitas diselenggarakan pada lingkup olahraga

pendidikan, olahraga rekreasi, dan olahraga prestasi berdasarkan jenis olahraga

khusus bagi penyandang disabilitas yang sesuai dengan kondisi kelainan fisik

dan/atau mental seseorang (UU No. 3/2005 tentang SKN Pasal 6), (Wijayanti,

Soegiyanto & Nasuka, 2016).

Pembinaan dan dukungan kepada atlet penyandang disabilitas, maka akan

menumbuhkan rasa percaya diri, kemandirian, dan harga diri. Peran instansi

terkait juga terlihat dari adanya suatu wadah pembinaan bagi atlet penyandang

disabilitas yang bernama NPC (National Paralympic Commite).

Jenis penyandang disabilitas menurut UU No. 8 Tahun 2016 adalah

sebagai berikut (Salsabila, Krisnani & Apsari, 2018) :

a. Penyandang Disabilitas fisik yaitu terganggunya fungsi gerak, antara lain

amputasi, lumpuh layuh atau kaku, paraplegi, celebral palsy (CP), akibat

stroke, akibat kusta, dan orang kecil.

b. Penyandang Disabilitas intelektual yaitu terganggunya fungsi pikir karena

tingkat kecerdasan di bawah rata-rata, antara lain lambat belajar,

disabilitas grahita dan down syndrom;

c. Penyandang Disabilitas mental yaitu terganggunya fungsi pikir, emosi,

dan perilaku, antara lain:

d. Psikososial di antaranya skizofrenia, bipolar, depresi, anxietas, dan

gangguan kepribadian; dan

e. Disabilitas perkembangan yang berpengaruh pada kemampuan interaksi

sosial di antaranya autis dan hiperaktif; dan/atau


29

f. Penyandang Disabilitas sensorik yaitu terganggunya salah satu fungsi dari

panca indera, antara lain disabilitas netra, disabilitas rungu, dan/atau

disabilitas wicara.

Seseorang dapat mengalami jenis disabilitas tersebut di atas secara

tunggal, ganda, atau multi dalam jangka waktu yang lama (paling singkat 6 bulan

atau bersifat permanen). Keadaan ini ditetapkan oleh tenaga medis sesuai dengan

ketentuan yang berlaku. Orang dengan disabilitas ganda atau multi adalah Orang

dengan disabilitas yang mempunyai dua atau lebih ragam disabilitas, antara lain

disabilitas rungu-wicara dan disabilitas netra-tuli.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa atlet penyandang

disabilitas adalah individu yang mengalami kecacatan baik fisik atau mental.

Dengan keterbatasan yang dimiliki penyandang disabilitas masih mampu

melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan fungsional tubuh yang masih

dimiliki.

D. Hubungan Harga Diri Dengan Dukungan Sosial

Salah satu faktor dari dalam diri individu yang memiliki peran penting

dalam kehidupan individu adalah harga diri, sedangkan salah satu faktor dari luar

diri individu adalah dukungan sosial. Harga diri adalah evaluasi yang dibuat oleh

individu mengenai hal–hal yang berkaitan dengan dirinya, yang diekspresikan

melalui suatu bentuk sikap setuju atau tidak setuju dan menunjukkan tingkat

individu dalam meyakini dirinya sendiri sebagai individu yang mampu, penting,

dan berharga (Febriana, Poeranto & Kapti, 2016).


30

Harga diri merupakan salah satu faktor internal yang memiliki peran

penting dalam mempengaruhi kinerja dan perilaku seseorang dalam menjalankan

kegiatan sehari-hari. Seseorang dengan harga diri yang relatif tinggi akan

memiliki pandangan positif terhadap dirinya dan memiliki kepercayaan bahwa

individu memiliki kemampuan untuk mengatasi persoalan dalam kehidupannya.

Seseorang dengan harga diri yang relatif rendah akan memandang dirinya dengan

penuh ketidakberdayaan dan merasa tidak aman terhadap keberadaan dirinya,

sehingga individu merasa tidak mampu menghadapi persoalan dalam

kehidupannya.

Banyak hal yang terjadi di dunia ini yang tidak dapat ditentukan oleh

manusia. Sehingga manusia harus menerima apa yang terjadi dalam hidupnya,

seperti manusia yang dilahirkan dalam keadaan cacat fisik atau mental. Kondisi

kecacatan inilah yang menyebabkan seseorang tidak dapat melakukan kegiatannya

sehari‐hari, sehingga mereka sering dianggap sebagai individu yang tidak

produktif dan tidak mampu menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.

Keadaan cacat fisik atau mental mempengaruhi pandangan individu

terhadap dirinya sendiri yang merasa kurang mampu untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya sendiri atau sering dibayangi rasa bersalah dan ketidakberdayaan

sehingga banyak difabel yang membutuhkan dukungan sosial yang khusus untuk

menunjang kebutuhan harga diri dari para penyandang disabilitas tersebut.

Dukungan sosial adalah perasaan menjadi bagian, diterima, dicintai, dan

dipedulikan oleh keluarga, teman, rekan kerja, dan orang lain yang dapat

memberikan hal-hal tersebut. Dukungan sosial membentuk perasaan aman dalam


31

berelasi, yakni perasaan cinta dan kedekatan yang menjadi aspek utama dalam

relasi tersebut.

Seseorang yang mendapatkan dukungan sosial akan lebih memiliki

perasaan aman dan tenteram bila dibandingkan dengan individu yang tidak

memperoleh dukungan sosial, maka dukungan sosial merupakan salah satu faktor

dari luar diri manusia yang berperan penting dalam mempengaruhi sikap,

perilaku, dan kecenderungan kepribadian seseorang. Besarnya dukungan sosial

yang dimiliki individu juga akan meningkatkan performan siakan suatu

penyelesaian masalah coping performance, sehingga dapat mengurangi efek dari

sebuah stress (Febriana, Poeranto dan Kapti, 2016).

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa disabilitas fisik

mempengaruhi aspek–aspek harga diri, baik dalam kompetensi atletik, sosial,

maupun penampilan fisik. Penyandang disabilitas fisik tidak hanya merasa kurang

mampu dalam kemampuan secara fisik, namun juga pada penampilan fisik dan

kehidupan sosialnya (Jarmitia, Sulistyani & Yulandari, 2016).

Menjadi seorang difabel memang bukanlah hal yang mudah. Damayanti

dan Rostiana memaparkan bahwa individu tunadaksa seringkali menghadapi

berbagai masalah, baik dari segi emosi, sosial, dan bekerja dikarenakan kecacatan

yang dimilikinya (Machdan & Hartini, 2012). Hal ini membuat difabel lebih

rentan untuk memiliki harga diri yang rendah karena sulit menerima keadaan dan

kurang memberikan pandangan yang positif pada dirinya, serta memandang

dukungan sosial yang didapatkan secara negatif.


32

Penelitian Forouzan (2013), menunjukkan bahwa penyadang disabilitas

fisik tidak memiliki keadaan yang menyenangkan sehubungan dengan dukungan

sosialnya yang diterima dari lingkungan sosialnya. Padahal dukungan sosial

merupakan salah satu faktor sosial yang menentukan kesehatan, serta memiliki

peran dalam meningkatkan keadaan psikologis individu ( Adiana, 2015).

Penyandang disabilitas fisik yang memiliki harga diri rendah cenderung

akan mengevaluasi dirinya secara lebih negatif, sehingga mereka akan

memandang dirinya dengan penuh ketidakberdayaan. Penyandang disabilitas fisik

yang kurang mendapat dukungan sosial dari lingkungannya juga akan memiliki

performansi akan suatu penyelesaian masalah coping performance yang buruk.

Hal ini membuat penyandang disabilitas mudah terkena efek stres. Padahal coping

performance yang buruk memiliki kaitan yang erat dengan perasaan

ketidakberdayaan dan keduanya berkaitan dengan perasaan kecemasan.

E. Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan sementara yang diajukan oleh peneliti. Hipotesis

dalam penelitian ini adalah:

Ha: Ada hubungan antara dukungan sosial dengan harga diri pada atlet

penyandang disabilitas di Banda Aceh.

H0: Tidak terdapat hubungan dukungan sosial dengan harga diri pada

atletpenyandang disabilitas di Banda Aceh.

Anda mungkin juga menyukai