Anda di halaman 1dari 57

BAB III

PELAKSANAAN PROYEK

3.1 Tinjauan Umum


Pada saat pelaksanaan kerja praktek di The Pakubuwono Menteng, pekerjaan
yang sedang berjalan adalah pekerjaan Tower dan area basement. Pekerjaan area
basement menggunakan metode top & down .oleh sebab itu penulis akan
membahas untuk tinjauan umum tentang:
1) Pekerjaan kolom area ground floor, balok dan pelat lantai diarea mezzanine.
2) Pekerjaan RAMP dibasement 3.
3) Pekerjaan Grouting kepala Kolom.

3.2 Metode pelaksanaan pekerjaan kolom


3.2.1 Pengertian kolom
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul
beban dari balok. Kolom juga komponen struktur bangunan yang tugas utamanya
menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang
paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil. Kolom merupakan suatu elemen
struktur tekan yang memegang peranan penting dari suatu bangunan, sehingga
keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan
runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total (total
collapse) seluruh struktur.
Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi.
Bila diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang memastikan
sebuah bangunan berdiri. Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat
bangunan dan beban lain seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta
beban hembusan angin. Kolom berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak
mudah roboh. Beban sebuah bangunan dimulai dari atap. Beban atap akan
meneruskan beban yang diterimanya ke kolom. Seluruh beban yang diterima
kolom didistribusikan ke permukaan tanah di bawahnya. Pekerjaan kolom pada

74
proyek The pakubuwono Menteng ini dari segi pekerjaan tulangannya
menggunakan pembesian di fabrikasi dan pembesian di tempat, karena perbedaan
diameter tulangan.
Pemakaian mutu pada kolom berbeda dengan balok dan slab, pekerjaan
kolom dilaksanakan terlebih dahulu, baru pekerjaan balok dan slab dilakukan.

3.2.2 Pelaksanaan pekerjaan kolom


1. Marking kolom/ penentuan As kolom
Titik-titik dari as kolom diperoleh dari hasil pengukuran dan pematokan.Hal
ini disesuaikan dengan gambar yang telah direncanakan. Pengukuran as kolom
menggunakan metode pengukuran horizontal. Pengukuran ini bertujuan agar letak
atau posisi kolom sesuai dengan as yang telah direncanakan, Cara menentukan as
kolom membutuhkan alat-alat seperti: theodolit/waterpass, meteran, tinta, sipatan
dan lain-lain.
Langkah-langkah pekerjaan marking, sebagai berikut:
a) Siapkan alat-alat yang digunakan untuk pekerjaan markingan seperti,
Theodolite/Waterpass, meteran, tinta,sipatan, dan lain-lain.
b) Bersihkan area pekerjaan yang akan dilakukannya pembuatan marking,
areanya harus kering agar tinta sipatan bisa menempel sempurna.
c) Membaca shopdrawing untuk mengetahui ukuran dan posisi kolom.
d) Pasang theodolite diatas garis pinjaman yang tegak lurus terhadap lantai.
Garis pinjaman dibuat 1 meter dari as kolom, didapat dari hasil survey atas
garis as bangunan.
e) Bidik theodolite ke arah kolom yang akan diukur, lakukan setting sudut
yaitu 00 untuk acuan penembakan kolom.
f) Lalu ukur jarak kolom menggunakan meteran sesuai gambar.
g) Gunakan sipatan tinta dasar warna hitam, Garis sipatan dibuat untuk
posisi pasangan Light break / plester / finísh dan pinjaman garis untuk
mempermudah proses pengukuran selanjutnya juga garis markingan dibuat
di dinding existing untuk menjaga verticality saat pemasangan.
h) Begitu juga pekerjaan untuk kolom selanjutnya.

75
Gambar 3.1 Marking kolom
(sumber: dokumentasi kerja praktek,2019)

2. Pabrikasi tulangan
Material yang digunakan untuk pekerjaan pembesian gedung pada umumnya
adalah baja tulangan ulir. Material berasal dari supplier dan diangkut ke lokasi
proyek menggunakan truk. Material yang telah sampai ke lokasi proyek akan diuji
terlebih dahulu untuk memeriksa mutu dan kualitas seperti yang sudah ditetapkan.
Pengujian dilakukan pada umumnya adalah tes tarik, tes tekan dan tes tekuk.
Sampel diambil secara acak untuk setiap ton baja untuk diameter yang panjang
masing-masingnya 1 meter. Apabila mutunya sesuai dengan spesifikasi, maka
material baja tulangan ak an disimpan. Jika tidak sesuai,maka material baja akan
dikembalikan pada supplier. Dalam proyek ini terdapat 2 metode pekerjaan yaitu:
pembesian di area pabrikasi dan pembesian ditempat.
Pekerjaan kolom pada area ground floor untuk tower merupakan metode
pekerjaan pembesian langsung, karena area yang ditinjau menggunakan
sambungan coupler. Pada area pabrikasi tulangan pekerjaan yang dilakukan
seperti: pemotongan besi, pembengkokkan besi, perakitan dan pemasangan
stirrups (sengkang dan cross ties). Penulangan pada kolom terdiri dari tulangan
utama dan tulangan sengkang. Tulangan utama adalah tulangan yang memanjang
searah dengan panjang balok ataupun kolom. Tulangan daerah tumpuan dan

76
lapangan tidak berlaku pada kolom, melainkan hanya pada balok saja, sedangkan
kolom cukup tulangan ujung atas dan bawah.

Gambar 3.2 Area fabrikasi besi untuk persiapan tulangan kolom


(sumber: dokumentasi kerja praktek,2019)

Untuk tulangan sengkang atau Tulangan geser disebut juga


begel, sengkang, ties, dan stirrups yaitu tulangan melingkar yang mengikat
tulangan utama pada balok maupun kolom. Fungsinya untuk memegang tulangan
utama, dan sebagai tulangan geser (menahan gaya geser).
Tinggi lantai per lantai pada proyek pakubuwono menteng adalah 3,85 m,
sehingga panjang minimal baja yang 12 m (panjang yang ada dipasaran) dipotong-
potong dan pemotongannya diatur oleh bagian Bar Bending Schedule
( BBS). Selain pemotongan, pembengkokkan besi pada sengkang dilakukan
untuk besarnya sesuai dengan dimensi kolom. ( BBS dilampiran A-3)

Gambar 3.3 Pembengkokkan besi (alat bar bender)


(sumber: dokumentasi kerja praktek,2019)

77
Gambar 3.4 Pemotongan besi (alat bar cutter)
(sumber: dokumentasi kerja praktek ,2019)

3. Penulangan kolom
Penulangan kolom dilakukan pada area yang disediakan untuk
pemasangan tulangan, setelah kolom selesai dirangkai dan diikat menggunakan
kawat bendrat maka tulangan kolom diangkat menggunakan tower crane kearah
tempat kolom yang akan dipasang, proses ini dinamakan erection. Penyambungan
tulangan kolom dipasang pada stek kolom yang berasal dari lantai sebelumnya.
Setelah diangkat, maka barulah proses pemyambungan coupler dilakukan
menggunakan mesin press coupler.

Gambar 3.5 tampak penulangan kolom diarea fabrikasi


(sumber: dokumentasi kerja praktek ,2019)

78
Gambar 3.6 pemasangan tulangan utama sengkang dan cross ties
(sumber: dokumentasi kerja praktek ,2019)

Gambar 3.7 Tampak kolom k1A dari B1 ke Gf podium (S-200)


(sumber: dokumentasi proyek the pakubuwono menteng, 2019)

79
Gambar 3.8 Potongan 1 kolom k1A (S-200)
(sumber: dokumentasi proyek the pakubuwono menteng, 2019)

Gambar 3.9 Potongan 2 kolom k1A (S-200)


(sumber: dokumentasi proyek the pakubuwono menteng, 2019)

80
Gambar 3.10 erection tulangan kolom yang sudah dirakit
(sumber: dokumentasi kerja praktek,2019)

Untuk kolom free standing yang ada diarea ground floor memakai coupler
tipe R, dan kolom dilantai mezzanine ke atas memakai sambungan (overlapping).
Untuk kolom memakai besi D25 untuk seluruh kolom yang ada diarea podium
(Gf). Coupler dipakai dari basement 3 sampai lantai mezzanine, lantai 2 ke atas
memakai sambungan overlap. Setelah selesai dipasang lakukan pengecekan
kerataan penyambungan.

Gambar 3.11 Stek kolom yang dipasang kedalam coupler tipe E yang tertanam
dalam beton, sebelum dilakukan proses erection.
(sumber: dokumentasi kerja praktek,2019)

81
Gambar 3.12 Pemasangan coupler pada kolom saat posisi erection
(sumber: dokumentasi kerja praktek,2019)

Gambar 3.13 Penjepitan sambungan coupler


menggunakan mesin press coupler
(sumber: dokumentasi kerja praktek,2019)

82
Gambar 3.14 Pengecekan sleeve coupler
(sumber: dokumentasi kerja praktek,2019)

4) Pemasangan sepatu kolom


Setelah Penulangan kolom selesai dilaksanakan, maka dilakukanlah
pemasangan sepatu kolom disetiap sisinya. Sepatu kolom merupakan sebuah alat
bantu berbentuk siku yang terletak di bawah kaki tulangan kolom. Biasanya
sepatu kolom terbuat dari baja diameter 10 dan ada juga yang terbuat dari blok
beton yang tingginya kurang lebih dari 5 cm. pemasangan sepatu kolom dilakukan
dengan cara dilas ke sengkang kolom.
Sepatu kolom dibuat sesuai dengan markingan kolom, pemasangan sepatu
kolom dilakukan setelah pembuatan marking kolom selesai. Sepatu kolom
berfungsi sebagai pengaku posisi tulangan kolom agar tidak berubah posisi pada
saat proses pengecoran atau sepatu kolom juga berfungsi sebagai penahan
bekisting bagian bawah agar posisi bekisting tidak berubah dan ukuran kolom
tetap, serta menjaga jarak antara tulangan kolom dengan permukaan bekisting
kolom untuk memastikan tercapainya ketebalan selimut beton.
Pengecekan posisi sepatu kolom disesuaikan dengan garis markingan yang berada
disisi luar kolom. Setelah selesai dipasang pengawas melakukan pengecekan
apakah sesuai dengan yang direncanakan atau tidak.

83
Gambar 3.15 Pemasangan sepatu kolom
(sumber: dokumentasi kerja praktek,2019)

5) Pemasangan bekisting
Setelah pemasangan sepatu kolom dan dilakukan pengecekan tulangan oleh
pelaksana dan MK , maka lakukan pelaksanaan pekerjaan pemasangan bekisting
adalah sebagai berikut:
Pengukuran lokasi pekerjaan yang tepat sesuai gambar untuk bekisting
a) Bersihkan bekisting sebelum dipasang, adanya sisa cor beton pada
dinding bekisting dapat menimbulkan hasil cor beton tidak rapi, retak
atau bisa menyebabkan kegagalan struktur.
b) Kemudian oleskan minyak bekisting ke plywood agar mudah dilepas
nanti.
c) Pastikan kolom sudah diberi tahu beton atau beton decking tebal 4 cm,
guna untuk memastikan bahwa jarak antara pembesian dengan selimut
beton sesuai yang direncanakan.
d) Setelah itu bekisting diangkat meggunakan tower crane.
e) Pemasangan sesuai garis marking yang telah dibuat.
f) Cek posisi ketegakan dan kedataran bekisting.
g) Setelah cek ukuran, maka cek juga perkuatan bekisting kolom, apakah
pemasangan bekisting sudah benar-benar kuat.

84
h) Sebelum itu pastikan semua peralatan bekisting sudah benar-benar
kuat seperti tie rod, wing nut, support,dan kickers. Lakukan
pengecekan ulang.

Gambar 3.16 Pemasangan bekisting


(sumber: dokumentasi kerja praktek,2019)

6) Pengecekan verticality bekisting sebelum pengecoran


Pengecekan ketegakan bekisting, biasanya dilakukan menggunakan alat yang
dinamakan unting-unting atau plummet. Berbentuk sederhana, cukup ikatkan
ujung tali dengan beton decking yang bulat atau bisa juga dengan bandul
berbentuk kerucut yang diruncingkan, tali yang diikatkan beton decking tadi (tahu
beton) digantungkan ke bagian atas bekisting yang terlebih dahulu diberi balok
atau kayu panjang.
Setelah unting-unting digantung, tunggu beberapa saat hingga goyangan tali
berhenti dan tidak bergerak lagi. Setelah diam, lakukan pengecekan yaitu dengan
cara mengukur jarak tali yang ada dibagian bawah menggunakan meteran kearah
dinding bekisting dan lakukan hal yang sama dibagian atas bekisting. Jika kedua
jarak bawah dan atas sama maka bekisting berdiri tegak. Pengecekan juga
dilakukan mrnggunakan sinar laser. Untuk ketentuan verticallity dan kelurusan
bekisting lihat diperaturan total.
85
Gambar 3.17 Cek verticallity dengan benang yang digantung
(sumber: dokumentasi kerja praktek,2019)

7) Pengecoran
Pengecoran dilaksanakan apabila telah lolos pemeriksaan pembesian,
bekisting, kebersihan dan lain-lain. Pemeriksaan dilakukan oleh pihak pelaksana
dan pengawas dari MK sendiri. Setelah semuanya sudah oke, maka barulah proses
pengecoran kolom dilakukan. Adapun proses pengecoran kolom sebagai berikut:
a) Sediakan peralatan pengecoran kolom seperti concrete bucket dan
tremie pipe ( pipa tremie). Pastikan semuanya bersih dari sisa
pengecoran, agar sisa-sisanya tidak terbawa disaat pengecoran.
b) Selanjutnya pastikan pengecoran lama sudah diberi perekat beton
(calbond).
c) Beton ready mix yang telah datang, dilakukan pengujian sampel
untuk uji tes slump beton. Guna untuk menguji kelayakan dan
kekentalan beton. Jika disetiap truck mixer yang datang di uji
sampelnya harus membawa docket/komposisi beton dari supplier,
maka sampel akan diuji, apabila tes sesuai yang direncanakan maka
beton ready mix bisa digunakan. Caranya beton segar yang sudah di
mix, dituangkan kedalam penampung beton, lalu beton dimasukan
kedalam cetakan slump, cetakan harus terisi penuh dan padat, setelah
itu slump dilepas dan ukur ketinggian slump apabila tinggi tidak
86
kurang dari 17 cm maka beton yang di uji memenuhi standar ( tidak
terlalu encer). Dan terakhir akan dilakukan tes tekan.

Gambar 3.18 Pengujian slump beton


(sumber: dokumentasi kerja praktek,2019)

d) Setelah truck mixer sudah diperbolehkan masuk, maka tuangkan


beton segar kedalam concrete bucket, selanjutnya concrete bucket
yang berisi beton segar diangkat menggunakan tower crane kea rah
kolom yang akan dicor. Sebelum itu pastikan pipa tremie sudah
terpasang dan bagian bawah bucket tertutup rapat.

Gambar 3.19 Concrete bucket dan truck mixer saat beton segar dituangkan
(sumber: dokumentasi kerja praktek,2019)
87
e) Selanjutnya masukkan concrete bucket dan pipa tremie kedalam
kolom yang dibekisting, fungsi dari pipa tremie untuk menyalurkan
beton ready mix ke permukaan yang telah dicor sebelumnya, pastikan
jarak tidak terlalu jauh (jatuhnya beton). Tinggi jatuhnya beton tidak
boleh melebihi 1,5 meter untuk mencegah terjadinya segregasi yaitu
pemisahan ikatan agregat pada beton ready mix yang akan membuat
agregat kasar menumpuk pada bagian bawah kolom.

Gambar 3.20 Proses pengecoran kolom


(sumber: dokumentasi kerja praktek,2019)

f) Selama proses pengecoran, gunakan vibrator untuk memadatkan


beton agar rongga udara pada beton dapat hilang, guna mencegah
keroposnya beton dan mencegah berkurangnya mutu beton.
g) Vibrator dimasukkan kedalam lubang yang disediakan pada bagian
depan bekisting, vibrator tidak boleh mengenai tulangan dan
bekisting, maksimum jarak vibrator 5 cm dari bekisting.
h) Posisi vibrator harus vertikal, jika keadaan khusus maka boleh miring
450. Penggetaran dengan sudut yang lebih besar akan menyebabkan
terjadinya pemisahan agregat.
i) Vibrator tidak boleh lama ditempat, karena untuk menghindari
segregasi beton. Vibrator hanya boleh dilakukan selama 5 detik.
j) Biasanya kalau sudah kelihatan mengkilap disekitar area penggetaran
maka hentikan penggetaran.
88
k) Setelah pengecoran selesai dan terisi penuh, maka cek kembali
verticality bekisting. Tujuannya apabila terjadi pergeseran bekisting
akibat terkena vibrator, dapat langsung diperbaiki dengan cara setting
ulang posisi bekisting.
l) Lakukan pengawasan berkala.

8) Pembongkaran bekisting kolom


Pembongkaran bekisting dilakukan setelah 8 jam berlalu proses pengecoran.
Waktu pembongkaran bisa berbeda-beda tergantung pada setting time beton ,
setiap mix design yang dibuat juga berbeda tergantung dari bahan admixture yang
digunakan. Berikut adalah tahap-tahap pembongkaran bekisting:
1. Buka pengunci wing nut atau kendurkan, lepaskan tie rod yang
mengikat ke sabuk kolom.
2. Pukul-pukul bekisting agar lekatan-lekatan beton terpisah.
3. Kendurkan tiang support kempat sisi bekisting maka secara
bersamaan bekisting tersebut akan lepas secara sendirinya dari
permukaan beton.
4. Terakhir bekisting diangkat menggunakan tower crane.

Gambar 3.21 Pembongkaran bekisting


(sumber: dokumentasi kerja praktek,2019)

89
9) Perawatan beton
Pada saat pembongkaran bekisting selesai, maka langsung dilakukan
perawatan beton yang biasa digunakan yaitu curing compound, caranya
yaitu dengan membasahi permukaan kolom menggunakan roll secara
merata.
Tujuan utama dari perawatan beton untuk menghindari:
1) Kehilangan air yang banyak saat proses pengerasan beton yang
mempengaruhi proses pengikatan awal beton.
2) Penguapan air dari beton saat pengerasan beton dihari pertama.
3) Perbedaan temperature dalam beton yang akan mengakibatkan
retak-retak pada beton.

3.3 Metode pekerjaan plat lantai dan balok mezzanine


3.3.1 Pengertian plat lantai dan balok serta area mezzanine
a. Plat lantai
Merupakan sebuah elemen utama horizontal yang menyalurkan beban yang
diterimanya ke balok. Plat lantai ini juga berfungsi sebagai pemisah ruangan
dibawah dengan ruangan diatasnya. Lantai yang tidak terletak di atas tanah
langsung, yang didukung oleh balok-balok yang bertumpu pada kolom-kolom
bangunan. Ketebalan plat lantai ditentukan oleh besarnya beban yang didukung,
besarnya lendutan yang diinginkan, lebar bentangan atau jarak antara balok-balok
pendukung dan bahan konstruksi.
b. Balok
Merupakan elemen bangunan yang dapat berfungsi untuk menangani gaya
geser dan momen lentur. balok yang berguna untuk menyangga lantai yang
terletak di atasnya. Selain itu, balok juga dapat berperan sebagai penyalur momen
menuju ke bagian kolom bangunan. konstruksi balok pada bangunan umumnya
mengadopsi konstruksi balok beton bertulang. Balok mempunyai karakteristik
utama yaitu lentur.

90
3.3.2 Pelaksanaan pekerjaan slab dan balok
1) Persiapan tulangan slab dan balok
Sebelum pekerjaan slab dan balok dilakukan, persiapan tulangan dari mulai
pemotongan, pembengkokkan dan peralatan-peralatan seperti bar cutter untuk
pemotongan serta bar bender untuk membengkokan. Setelah itu besi/tulangan
yang telah diproses dibawa ke area pembesian slab dan balok untuk dirakit.
Tulangan yang dipasang harus sesuai dengan Bar bender schedule (BBS).

2) Penentuan Elevasi lantai dan balok


Pengecekan elevasi pada plat lantai dan balok berguna agar lantai kerja rata
dan ketinggian dari balok atau plat lantai sesuai gambar kerja.
Tahapan pelaksanaan elevasi plat lantai dan balok yaitu:
a) Buat marking (garis pinjaman) setinggi 1 meter pada kolom menggunakan
meteran yang diukur dari tinggi elevasi lantai.
b) Kolom yang sudah dimarking, digunakan sebagai titik koordinat untuk
mengukur dan mengecek elevasi balok dan plat lantai.
c) Dari markingan tersebut, waterpass diletakkan untuk mengecek elevasi
balok dan lantai, kemudian diukur ketinggian elevasi dasar bekisting
balok dan lantai.
d) Pembacaan dilakukan dibeberapa titik, apabila terjadi kesalahan maka
naikan atau turunkan posisi jack base atau u head sesuai bacaan yang
terlihat pada waterpass yang dibaca oleh surveyor.

3) Pemasangan bekisting plat lantai dan balok


Yang bertugas dalam pemasangan scaffolding/perancah pada pemasangan
plat lantai dan balok adalah subkontraktor dari PT Presisi Tbk. Pekerjaan
bekisting balok dan plat lantai merupakan satu kesatuan, karena pekerjaannya
dilakukan bersamaan.
Sebelum melakukan pekerjaan penulangan, pemasangan slab dan balok pada
lantai mezzanine terlebih dahulu dilakukan pengukuran dan menghitung luasan
balok dan plat lantai untuk menentukan berapa kebutuhan scaffolding/perancah

91
yang digunakan. Berikut adalah tahapan pekerjaan bekisting balok dan pelat
lantai:
a) Setelah dilakukan pengukuran dan pengecekan,maka pasang lantai
kerja/plywood pada bagian atas pelat lantai.
b) Setelah itu pasang scaffolding, berikut langkah-langkah pemasangan
scaffolding:
1) Lakukan pemasangan support vertical dengan jack base dan U-
head. jack base adalah alat yang digunakan sebagai alas kaki dari
perancah atau scaffolding, konstruksinya berulir sehingga dapat
menyesuaikan dengan jarak dari lantai. Dan U-head berfungsi untuk
mengapit bagian konstruksi diatasnya yang juga sebagai penahan
dari perancah agar tidak mudah goyah.
2) Pasang main frame merupakan alat yang berFungsi untuk mengatur
ketinggian dan lebar scaffolding yang akan dirangkai sesuai dengan
kebutuhan bangunan.
3) Memasang cross brace digunakan untuk menggabung dua buah
main frame struktur bersama-sama. Dan asesori ini selalu digunakan
dalam sendi di mana dua atau lebih pipa digabung bersama-sama .
4) Kemudian pasang gelagar dengan mengunakan suri-suri dan hollow
4x4.

Gambar 3.22 Pemasangan scaffolding


(sumber: dokumentasi kerja praktek,2019)

92
Tabel 2.6 Alat-alat Scaffolding
Gambar Fungsi
Jack base

Sebagai kaki/pondasi scaffolding

Standart

Bagian utama scaffolding sebagai


penyalur beban dari atas ke jack base

Cross brace

Sebagai pengaku dan pengikat antar


standart

Ledger

sebagai pengaku horizontal dan


pengikat standart

93
Wedges Sebagai penggunci pada standart

Hollow

Sebagai penopang acuan dan


penyalur beban dari plywood ke u-
head jack

Beam bracket

sebagai penahan bekisting balok

cantilever

sebagai penahan bekisting balok

94
U-head

berfungsi sebagai tempat


bertumpunya suri-suri (hollow)

Sumber: googles

c) Selanjutnya pasang bekisting balok yaitu:


1) Plywood dipotong berdasarkan shopdrawing, lalu permukaan
plywood diolesi dengan mould oil agar saat pembongkaran bekisting
beton tidak menempel pada bekisting.
2) Setelah itu lakukan pemasangan bekisting balok dengan plywood,
kemudian lakukan pengecekan elevasi balok menggunakan
theodolite, apabila sesuai maka lanjutkan pemasangan, diikat
menggunakan form ties dan bracing.
d) Selanjutnya dilakukan pemasangan bekisting lantai menggunakan
plywood , oleskan lagi mould oil pada plywood. Lalu lakukan pengecekan
dengan waterpass untuk menentukan kerataannya. Selain plywood
diproyek ini juga menggunakan bekisting Aluminium formwork pada slab
dimulai pada lantai dua bagian tower.

Gambar 3.23 Pemasangan papan kerja/ plywood


(sumber: dokumentasi kerja praktek,2019)

95
Gambar 3.24 slab panel dari bekisting aluminium formwork
Untuk lantai dua
(sumber: dokumentasi kerja praktek,2019)

4 . Pekerjaan penulangan
1) Penulangan balok
Setelah lantai kerja sudah terpasang lakukan Penulangan balok yang
disambungkan ke stek kolom yang ada diarea tersebut. Perakitan tulangan
dilakukan ditempat Penulangan balok, untuk pemotongan dan
pembengkokan dilakukan diarea pabrikasi sesuai dengan ketentuan yang
berlaku pada BBS. Berikut adalah tahapan Penulangan balok:
a) Setelah pembengkokan dan pemotongan diarea pabrikasi selesai,
maka besi diangkut menggunakan tower crane ke area pemasangan
balok.
b) Pasang beton decking setebal 40 mm pada dasar bekisting balok.
Gunanya untuk mematok tebal selimut beton yang diinginkan.
c) Pasang tulangan utama dibawah terlebih dahulu sesuai shopdrawing.
Untuk daerah tumpuan, tulangan utama dibawah jumlahnya lebih
sedikit dibandingan yang diatas, gunanya yaitu untuk menahan
momen negative, dimana daerah atas tulangannya mengalami tarik
dan tulangan bawah mengalami tekan. Pada daerah lapangan tulangan
disisi bawah jumlahnya lebih banyak dibandingkan bagian bawah,
karena menahan momen positif, dimana tulangan bagian atas tertekan
dan dibagian bawah tertarik.

96
d) Pasang sengkang dan ties sesuai gambar kerja. Ikat menggunakan
kawat bendrat.
e) Jarak tulangan didaerah tumpuan lebih rapat dibandingkan daerah
lapangan.

Gambar 3.25 detail balok dan lantai tipikal as AB& AD (S-4002)


(sumber: dokumentasi the pakubuwono menteng,2019)

Gambar 3.26 potongan 1 (S-4002)


(sumber: dokumentasi the pakubuwono menteng,2019)

97
Gambar 3.27 Pemasangan balok
(sumber: dokumentasi kerja praktek,2019)

Gambar 3.28 Pengecekan tulangan balok


(sumber: dokumentasi kerja praktek,2019)

f) Setelah semuanya selesai dipasang , pengecekan dilakukan oleh QC


dan Supervisor.
2) Penulangan pelat lantai
Berikut adalah tahapan-tahapan Penulangan pelat lantai:

98
a) Setelah pembengkokan dan pemotongan dilakukan diarea pabrikasi,
maka besi diangkat menggunakan tower crane ke area pembesian
pelat.

Gambar 3.29 Persiapan Penulangan pelat lantai


(sumber: dokumentasi kerja praktek,2019)

b) Selanjutnya dipasang plastic chair pengganti beton decking.


c) Pasang tulangan bawah lapis satu sesuai jarak yang telah ditentukan
diatas dudukan plastik. Baik itu tulangan menerus maupun tulangan
ekstra.
d) Selanjutnya pasang tulangan bawah lapis dua diatas tulangan lapis
satu, arahnya tegak lurus dengan tulangan lapis satu. Lalu ikat dengan
kawat bendrat.
e) Sesudah tulangan bawah selesai dipasang, maka pasang tulangan
cakar ayam D10, yang berfungsi untuk penyangga antara tulangan
bawah dengan tulangan bagian atas. agar jarak antar tulangan tersebut
tetap pada posisinya, Kemudian ikat cakar ayam ke tulangan bawah
dengan kawan bendrat.

99
Gambar 3.30 cakar ayam pembatas antara
tulangan atas dan tulangan bawah
(sumber: dokumentasi kerja praktek,2019)

f) Selanjutnya pasang tulangan bagian atas lapis satu diatas cakar ayam,
atur jarak sesuai gambar kerja. Kemudian ikat dengan kawat bendrat.
g) Lalu pasang tulangan atas lapis dua diatas tulangan lapis satu yang
arahnya tegak lurus dengan tulangan lapis satu, ikat dengan kawat
bendrat.

Gambar 3.31 Penulangan pelat lantai


(sumber: dokumentasi kerja praktek,2019)

100
h) Terakhir dilakukan pengecekan oleh QC dan pengawas dari MK.

5 . Pengecoran
Pengecoran pelat lantai dan balok dilakukan secara bersamaan, pengecoran
dilakukan menggunakan concrete pump dan pipa tremie.Pengecoran dibagi
menjadi beberapa zona, masing-masing zona dibatasi dengan stop cor berupa
kawat ayam. Hal ini dapat membatasi proses pengecoran pada zona tertentu, jika
pekerjaan pada zona dua belum selesai, maka zona satu sudah dapat dicor.
Pengecoran sudah bisa dilaksanakan apabila pembesian sudah selesai dilakukan,
pengecekan oke dan sudah mendapatkan izin dari MK.
Berikut tahapan pengecoran pelat lantai dan balok:
a) Setelah pembesian dan stop cor selesai dipasang maka bersihkan area
yang dicor menggunakan air compressor.

Gambar 2.32 kawat ayam untuk stop cor


(sumber:dokumentasi kerja praktek,2019)

b) Pasang plastik disekitar area kolom, agar cairan beton tidak mengenai
area tersebut.
c) Pasang stop cor untuk membatasi area pengecoran.
d) Setelah persiapan pengecoran telah selesai disiapkan maka pengecoran
bisa dilakukan.
101
e) Selanjutnya beton ready mix yang telah dilakukan uji tes slump yang
dibawa oleh truck mixer telah memenuhi spesifikasi, maka beton tersebut
bisa digunakan untuk pengecoran balok dan pelat lantai.
f) Beton segar dituangkan kedalam concrete pump dan disalurkan melalui
pipa tremie ke area yang akan dicor.
g) Selagi pengocoran berlangsung, lakukan penggetaran menggunakan
concrete vibrator, dan diratakan secara manual keseluruh area yang
dicor.
h) Setelah dilakukan perataan, maka gunakan alat trowel untuk
mernghaluskan secara rata.
i) Dan yang terakhir, surveyor melakukan pengukuran terhadap ketinggian
dan kerataan permukaan yang dicor.

Gambar 3.33 Pengecoran pelat lantai dan balok


(sumber: dokumentasi kerja praktek,2019)

6 . Pembongkaran Bekisting
Berikut tahapan pembongkaran bekisting balok dan pelat lantai:
a) Harus adanya pemeriksaan dan persetujuan dari pihak pelaksana untuk
pembongkaran.
b) Kendurkan jack base dan u head jika ingin melepas formwork table
pada scaffolding.

102
c) Pelepasan form work dilakukan pada bagian terdekat dengan kolom,
lalu lanjut ketengah balok dan terakhir pada pelat lantai, hal ini
berguna agar saat form work dilepas balok dan pelat lantai tidak
langsung menerima beban berat.
d) Lepaskan catwalk dan papan kerja/plywood.
e) Lepaskan menggunakan linggis secara perlahan, agar tidak
menyebabkan kerusakan pada beton maupun pada plywood.

7. Perawatan beton
Perawatan pada lantai menggunakan curing antisol yang dapat
membuat beton tetap dalam keadaan tidak mudah menyusut dan kering.

Gambar 3.34 curing compound


(sumber: dokumentasi kerja praktek,2019)

Gambar 3.35 sika antisol untuk curing


(sumber: google)

103
3.4 Pekerjaan RAMP Basement 2 ke 3
3.4.1 Pengertian RAMP
Ramp adalah bidang miring, yang pada dasarnya ramp digunakan untuk
menggantikan fungsi tangga, untuk memindahkan manusia atau barang dari lantai
bawah ke lantai atas. Biasanya ramp berfungsi sebagai tempat landasan mobil
menuju area basement.

3.4.2 Tahapan pekerjaan RAMP pada basement 3


1) Pemasangan scaffolding (perancah)
Scaffolding adalah suatu struktur sementara yang digunakan untuk
menyangga manusia dan material dalam konstruksi atau perbaikan gedung dan
bangunan-bangunan besar lainnya. Fungsi scaffolding adalah sebagai struktur
sementara untuk menahan beton yang belum mampu memikul beratnya sendiri.
Scaffolding dirakit mulai dari peletakan jack base di bagian bawah, kemudian jack
base dimasukkan ke dalam main frame, antara main frame yang satu dengan main
frame yang satu dihubungkan dengan cross brace. Untuk menghubungkan
scaffolding ke atas, main frame disambung menggunakan join pin, di bagian atas
main frame di beri u head untuk peletakan balok kayu sebagai suri-suri.

strutting

Gambar 3.36 pemasangan scaffolding pada Ramp


(sumber: dokumentasi kerja praktek,2019)

104
2) Pemasangan bekisting Ramp
Papan bekisting terdiri dari plywood sebagai lantai kerja yang tebalnya 12
mm , jarak antar papan bekisting harus sesuai dengan pelat lantai RAMP. papan
bekisting dipasang setelah scaffolding selesai dipasang
3) Pemasangan tulangan Ramp
pemasangan tulangan harus sesuai dengan shop drawing Penulangan ramp
berupa tulangan 2 lapis (wiremesh), dalam pemasangan tulangan ramp terlebih
dahulu di lakukan penulangan lapis pertama setelah itu tulangan lapis kedua,
kedua lapis tulangan di beri jarak 5 cm. selanjutnya pasang beton decking dibawah
tulangan, setelah itu ikat tulangan dengan kawat bendrat. Selanjutnya dilakukan
pengujian tarik besi tulangan terhadap beton, apakah beton mampu menahan
beban atau tidak.

Gambar 3.37 sebelum dilakukan Penulangan lantai


Dipasang plywood , selanjutnya di pasang tulangan balok
(sumber: dokumentasi kerja praktek,2019)

Gambar 3.38 penulangan lantai Ramp


(sumber: dokumentasi kerja praktek,2019)
105
Gambar 3.39 Detail balok Ramp #03 (S-6103B)
(sumber: dokumentasi proyek the pakubuwono menteng,2019)

Setelah selesai penulangan lantai, maka dilakukan pengujian tarik tulangan


terhadap beton gunanya untuk melihat apakah beton yang tertancap tulangan
tersebut keropos atau tidak, jika beton keropos maka jarum pada alat pull out test
akan turun drastis, dan apabila tidak maka jarum pada alat tidak turun.

parapet

Gambar 3.40 Pengujian tarik tulangan terhadap beton


106
(sumber: dokumentasi kerja praktek,2019)

4) . pengecoran Ramp
Setelah pemasangan tulangan ramp selesai dan pastikan tidak ada kotoran
diarea yang akan dicor dan mendapat persetujuan dari MK maka bisa dilakukan
pengecoran. pengecoran dilakukan melalui concrete pump yang dibawa dari truck
mixer yang berisi beton ready mix. dan yang terakhir padatkan beton
menggunakan concrete vibrator agar tidak terdapat rongga udara yang
mengurangi kekuatan beton.

Gambar 3.41 tampak atas Pengecoran Ramp


(sumber: dokumentasi kerja praktek,2019)

Secant
pile

strutting
Gambar 3.42 Finishing Ramp
107
(sumber: dokumentasi kerja praktek,2019)

Setelah dilakukan pengecoran sampai tahapan penghalusan , ramp ditutup


menggunakan triplek yaitu salah satu cara perawatan ramp agar beton tidak
getas atau tidak mengalami retak-retak. Selanjutnya setelah Ramp diberi
perawatan, Strutting yang diatas Ramp dibongkar, karena strutting yang
mulanya berfungsi sebagai penahan dinding secant pile terhadap bangunan
basement. Setelah finishing dan perawatan selesai dilakukan, maka subkon
bagian pondasi melakukan pembobokan terhadap secant pile, guna untuk
mencari sumber aliran air tanah dari dinding secant pile kemudian dipasang
pipa agar air mengalir keluar dinding. Hal tersebut dilakukan disetiap bagian
area basement yang ditahan oleh secant pile.

Gambar 3.43 pembobokan secant pile diarea ramp basement


(sumber: dokumentasi kerja praktek,2019)

3. 5 Pekerjaan grouting kepala kolom


3.5.1 Pengertian grouting
Grouting merupakan proses memasukan cairan berupa sika yang dicampur
air dan material ke dalam bagian struktur yang retak. Alasan dilakukan
pengroutingan pada kepala kolom diproyek ini adalah karena metode top down,
grouting dilakukan hanya pada bagian basement saja, pengecoran kolom tidak
bisa sampai penuh ke atas karena lantai diatasnya sudah dicor, jadi mau tidak mau
harus dilakukan pengroutingan. Manfaat dari suatu pekerjaan grouting antara lain
adalah sebagai berikut (Dwiyanto, 2005):
a) Menahan aliran air dan mengurangi rembesan

108
b) Menguatkan tanah dan batuan
c) Mengisi rongga dan celah pada tanah dan batuan sehingga menjadi
padat
d) Memperbaiki kerusakan struktur
e) Meningkatkan kemampuan anchor dan tiang pancang
f) Menghindarkan dari material fluida yang dapat merusak tanah atau
batuan. Pada pembahasan dibab ini, penulis meninjau hanya bagian
grouting pada kepala kolom. Berikut adalah tahapan pelaksanaan
pekerjaan grouting kepala kolom:

Gambar 3.44 bentuk kolom basement yang akan digrouting


(sumber: dokumentasi kerja praktek,2019)

1) Setelah pembongkaran bekisting selesai dilakukan, maka lakukan


grouting pada kepala kolom.
2) Pastikan permukaan beton hasil pengecoran kolom harus beton keras,
apabila tidak maka bobok sampai ketemu dengan beton keras.

109
Gambar 3.45 Tampak kolom setelah dicor pada area basement
(sumber: dokumentasi proyek the pakubuwono menteng,2019)

3) Sebelum melakukan proses pengroutingan, maka persiapkan peralatan


dan material untuk grouting seperti sika grout 214-11, air biasa, batu
es, agregat jagung, ember, alat sagola (mesin injeksi beton), sampel
kubus 5x5x5 cm, pipa grouting, pastry blender (alat mixer)
4) Selanjutnya, lihat ukuran kolom yang akan digrouting jika tebal kepala
kolom yang harus digrouting < 10 cm maka spek teknis yang harus
diikuti adalah campuran berupa sika 214-11 + air biasa (dicampur
dengan air es) sebanyak 4,25 liter. Dan jika tebal kepala kolom 10cm -
15cm, maka spek teknisnya yaitu sika 214-11 + air biasa (yang
dicampur es) + agregat jagung.
5) Split jagung ukuran 5-8 mm, bersih, tidak rapuh, dan tidak banyak
pipih.
6) Pasang scaffolding untuk pijakan atau catwalk.
7) Dan setelah mengetahui detail kepala kolom, maka pasang bekisting
kepala kolom sesuai shopdrawing.
8) Pasang pipa intlet dan outlet sesuai gambar.

Gambar 3.46 Potongan Bekisting kepala kolom


(sumber: dokumentasi proyek the pakubuwono menteng,2019)

110
Gambar 3.47 Persiapan grouting kepala kolom
(sumber: dokumentasi kerja praktek,2019)

9) Setelah semua peralatan dipasang, dan bahan material telah tersedia,


maka campurkan material sika 214 dengan air yang telah dicampur es
untuk tebal kepala kolom dibawah 10 cm, jika diatas maka tambahkan
agregat jagung.
10) Setelah dicampur, maka aduk campuran menggunakan pastry blender
sampai adukannya benar-benar merata.

Gambar 3.48 pencampuran sika 214 11 dengan air es


(sumber: dokumentasi kerja praktek,2019)

111
11) Selanjutnya masukan adukan ke mesin sagola dengan tekanan 2-5 bar,
campuran grouting disalurkan melalui pipa dan dimasukan kedalam
lubang intlet yang ada pada bekisting kepala kolom sampai penuh.

Gambar 3.49 Memasukan adukan grouting ke dalam mesin grouting


(sumber: dokumentasi kerja praktek,2019)

Gambar 3. 50 Proses pengaliran campuran grouting


ke bekisting kepala kolom
(sumber: dokumentasi kerja praktek,2019)

12) Jika material grouting terlihat meluap dari lubang outlet, maka tekanan
grouting ditahan 2-5 bar selama 1 menit.

112
13) Setelah grouting kepala kolom selesai dilakukan, maka siapkan sampel
grouting kubus 5x5x5 cm sebanyak 3 buah, dan dicuring didalam bak
curing untuk mengetahui kuat tekan mutu grouting.

Gambar 3.51 Sampel grouting kubus 5x5x5 cm untuk crushing test


(sumber: dokumentasi kerja praktek,2019)

14) Terakhir, setelah berselang 12 atau 24 jam, bekisting sudah boleh


dibuka. Maka lakukan curing compound pada kepala kolom yang
mengeras menggunakan antisol s.
15) Setiap pekerjaan grouting selalu diawasi dan dicek oleh bagian
finishing pelaksana dan supervisor MK.

113
BAB IV

METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK

SPANDREL ATAU COUPLING BEAM

4.1 Pengertian balok spandrel atau Coupling beam


Balok spandrel merupakan balok penghubung antara dua buah dinding geser
berangkai (coupled walls system). Balok ini membuat dinding geser berangkai
bekerja sebagai sebuah unit dalam menahan gaya gempa. Pada proyek ini balok
spandrel menghubungkan corewall satu dengan yang lain. Balok perangkai
membuat struktur menjadi kaku dan dapat mendisipasi energi. Dalam istilah
internasional, balok perangkai dikenal dengan nama coupling beam atau spandrel
beam.

(a) Model Coupled Walls System (b) Denah Corewall

(a) Coupled Walls System dengan Coupling Beam


(b) Coupling Beam yang Berperilaku Sebagai Link Beam

114
Imran, Yuliari, Suhelda, dan Kristianto (2008:4) mengatakan bahwa dinding geser
sebagai elemen penahan gaya lateral memiliki keuntungan utama karena
menyediakan kontinuitas vertikal pada sistem lateral struktur gedung. Struktur
gedung dengan dinding geser sebagai elemen penahan gaya lateral pada umumnya
memiliki performance yang cukup baik pada saat gempa. Hal ini terbukti dari
sedikitnya kegagalan yang terjadi pada sistem struktur dinding geser di kejadian-
kejadian gempa yang lalu. Beberapa kerusakan yang terjadi akibat genpa pada
umumnya berupa cracking , yang terjadi pada dasar dinding dan juga pada bagian
coupling beam , khususnya untuk sistem dinding berangkai. Karena kekakuan
balok perangkai yang sangat tinggi, dinding geser berperilaku seperti dua buah
kantilever bebas.
Balok perangkai menyalurkan gaya geser dari satu dinding ke dinding lainnya
sehingga mengakibatkan deformasi struktur yang besar. (Sumber : Wight, James
K. dan F.E. Richart (1964) : Design of Shearwall Coupling Beam Using High
Performance Fiber Reinforced Concrete, Michigan, 5.)
Pada awalnya balok perangkai didesain mempunyai tulangan yang sama
dengan balok konvensional. Namun Robert Park dan Thomas Paulay (Reinforced
Concrete Structures, 1975) mengatakan dalam eksperimennya bahwa tulangan
diagonal dapat menyalurkan gaya geser lebih baik dari tulangan konvensional.

Perbandingan Antara Tulangan Konvensional dan Diagonal


(Sumber : A. Harries, Kent, M.EERI, Bingnian Gong, dan Bahram M.Shahrooz
(2000) : Behaviour and Design Of Reinforced Concrete, Steel, and Steel-Concrete
Coupling Beams, Columbia. 4.)

115
4.2 Tahapan pelaksanaan pekerjaan coupling beam
1. Fabrikasi tulangan coupling beam (balok spandrel)
Pada Penulangan balok spandrel dilakukan perakitan tulangan diarea
fabrikasi, setiap lantai memiliki ukuran diameter yang berbeda-beda. Dimulai
dengan tulangan corewall memakai tulangan utama D25, dirakit sesuai gambar.
Pemotongan dan pembengkokkan sesuai dengan aturan BBS, untuk
pemakaian coupling beam pada corewall dimulai pada lantai ground floor sampai
lantai 36. Dengan jumlah cross beam/pengaku pada rangkaian corewall semakin
ke atas semakin kecil, namun ada balok spandrel yang tidak memakai cross beam,
itu tergantung dengan perencanaan proyek tersebut. Pemakaian sambungan
coupler pada corewall yang disambung oleh coupling beam dimulai pada lantai
GF sampai lantai mezzanine. Selebihnya memakai sambungan overlapping.
Pemasangan tulangan tersebut meliputi pemasangan stirrup, ties dan links.
Setelah perakitan dinding sudah selesai, maka rangkai tulangan untuk balok
spandrel yang menghubungkan 2 dinding corewall. Selanjutnya pasang cross
beam pada area balok, dengan cara memasukkan tulangan sepanjang ukuran dan
metode pemasangan harus sesuai shopdrawing. cross beam yang seperti huruf X
memiliki jumlah tulangan yang berbeda dan ukuran diameter yang berbeda, itu
semua dilihat pada shopdrawing sesuai dengan perencanaan struktur proyek.
Untuk lantai mezzanine sampai lantai 6 dipasang 4 jumlah tulangan cross beam
D32 pada bagian bawah dan 4 juga dibagian atas. Cross beam sendiri berfungsi
sebagai pengaku yaitu untuk membuat struktur stabil, biasanya dilakukan untuk
membantu mencegah struktur mengalami deformasi yang besar pada arah
horizontal.

Gambar 4.1 denah corewall dan balok spandrel


(sumber: dokumen proyek the pakubuwono menteng, 2019)

116
Gambar 4.2 pemasangan tulangan balok spandrel
(sumber: dokumentasi kerja praktek, 2019)

Gambar 4.3 pemasangan tulangan corewall dan balok spandrel (coupling beam)
(sumber: dokumentasi kerja praktek, 2019)

2. Penentuan elevasi pemasangan dinding corewall


Penentuan elevasi dinding core wall harus dilakukan secara cermat dan teliti
oleh tim surveyor, agar menghasilkan elevasi dan vertikal yang sama dalam
pembuatan balok dan plat lantai. Titik-titik as core wall ditentukan dan diperoleh
dari hasil pengukuran dengan menggunakan alat thedolite. Titik as core wall harus

117
ditentukan secara akurat karena sangat menentukan hasil pekerjaan selanjutnya.
Jika terjadi kesalahan dalam penentuan titik as, maka letak as core wall akan
berubah dengan core wall dibawahnya atau diatasnya. Letak as-as ini harus selalu
dikontrol karena bukan tidak mungkin karena salah satu dan lain hal, as-as
tersebut berubah dari yang telah dibuat sebelumnya. Garis as yang diambil adalah
1 meter dari lantai.
Shop drawing tentu juga perlu dipersiapkan sebelum melakukannya
pelaksanaan pekerjaan core wall untuk mempermudah melakukan pekerjaan
tersebut. Shop drawing yang akan digunakan untuk pekerjaan konstruksi terlebih
dahulu harus mendapat persetujuan baik itu dari MK maupun owner

3. Pekerjaan penulangan fabrikasi balok spandrel


Penulangan balok spandrel yang menghubungkan dinding corewall dilakukan
diarea fabrikasi, setelah tulangan dirakit maka dilakukanlah proses erection yaitu
pengangkatan corewall menggunakan tower crane. corewall diangkat kearah stek
corewall yang ada diarea yang akan dipasang corewall. Kemudian corewall
disambung menggunakan coupler ( khusus untuk area tower ground floor),
pemakaian coupler digunakan hanya sampai lantai mezzanine. Lantai selanjutnya
memakai overlap. Lalu dipasang beton decking disetiap ketinggian 1 m, dan tebal
4 cm yang berfungsi sebagai penentu tebal selimut beton dan Setelah pembesian
selesai maka surpervisor struktur melakukan pengecekan apakah telah sesuai
dengan shop drawing.

118
Gambar 4.4 balok spandrel 1 pada corewall #1 lantai dasar (S-2301)
(sumber: dokumen proyek the pakubuwono menteng, 2019)

Gambar 4.5 potongan sp1 2A (S-2302)


(sumber: dokumen proyek the pakubuwono menteng, 2019)

119
Gambar 4.6 Balok spandrel dan cross spandrel lantai
mezzanine corewal #1 (S-2301)
(sumber: dokumen proyek the pakubuwono menteng, 2019)

Gambar 4.7 potongan sp1 3A (S-2302)


(sumber: dokumen proyek the pakubuwono menteng, 2019)

120
Gambar 4.8 cross spandrel dipasang pada bagian tengah balok dan
headed bar dipasang pada ujung tulangan cross spandrel.
(sumber: dokumentasi kerja praktek,2019)

Gambar 4.9 proses erection balok berangkai


(sumber: dokumentasi kerja praktek, 2019)

4. Pemasangan coupler
Coupler merupakan alat berbentuk besi yang berfungsi sebagai pengganti
sambungan untuk tulangan pada corewall. Pada proyek ini pemakaian coupler

121
hanya dari basement sampai lantai mezzanine saja. Ada 3 kondisi proyek memakai
coupler pada bangunan, yaitu:
a) Memakai metode topdown
Jika suatu proyek memakai metode topdown pada saat galian basement,
maka mengharuskan proyek memakai coupler, karena kekuatan satu coupler
sama dengan 12 meter baja tulangan. pemakaian coupler juga memperkecil
momen yang terjadi pada bangunan.
b) Pada kolom free standing tidak boleh ada sambungan
Kolom free standing merupakan kolom menerus keatas sampai batas lantai
2, oleh sebab itu pemakaian overlap tidak dibolehkan, untuk itu mengharuskan
kolom memakai coupler.
c) Biaya
Jika suatu proyek memiliki budget yang besar dalam pembangunan maka
lebih baiknya proyek menggunakan sambungan coupler yang mempunyai
kekuatan lebih besar daripada overlap, coupler di design juga untuk menahan
gaya gempa. Sehingga dibutuhkan biaya yang besar jika menggunakan coupler
agar bangunan tetap aman. Pemakaian coupler dimulai saat corewall yang
sudah dirangkai dengan balok spandrel dan diberi cross beam diangkat
menggunakan tower crane kearah stek tulangan untuk corewall yang sudah ada
sebelumnya, selanjutnya corewall yang masih tegak mulai dipasang coupler
dengan menggunakan mesin press coupler yang nantinya dijepit menggunakan
alat tersebut. Mesin press dilakukan tiga kali penjepitan pada coupler. Untuk
tipe coupler yang dipakai adalah tipe R untuk corewall maupun kolom
sedangkan tipe E untuk coupler yang ditanam pada beton.

122
Gambar 4.10 pemasukan tulangan ke dalam coupler
(sumber: dokumentasi keja praktek,2019)

Gambar 4.11 penjepitan coupler


(sumber: dokumentasi keja praktek,2019)

123
Gambar 4.12 balok spandrel atau coupling beam dan cross spandrel
(sumber: dokumentasi kerja praktek,2019)

Gambar 4.13 tampak depan balok spandrel atau balok berangkai dan cross
spandrel
(sumber: dokumentasi kerja praktek,2019)

124
5. Pemasangan bekisting aluminium formwork pada balok spandrel dan
corewall
Sebenarnya, pada proyek the pakubuwono menteng ini menggunakan dua
macam pekerjaan bekisting yaitu konvensional dan modern, untuk bekisting
konvensional memakai bekisting biasa khusus untuk dinding geser sedangkan
untuk cara modern memakai aluminium formwork dari kumkang. Pada proyek ini
pemakaian alform dimulai dari lantai 2 sampai lantai 36. Pemakaian alform
bertujuan untuk mempercepat progress pekerjaan pembangunan. Oleh sebab itu
alform membutuhkan biaya yang sangat besar dalam penggunaanya. Adapun
tahapan pemasangan alform sebagai berikut:
Persiapan pemasangan bekisting aluminium yang meliputi
a. Pengukuran jalur struktural dan pemeriksaan ketinggian.
b. Shell Drawing yang sudah terverifikasi dengan benar.
c. Panel dinding, panel slab, panel slab balok bawah, slab sudut, slab sudut
dalam, slab sudut luar, prop head (PH), middle beam (MB), end beam
(EB), batang penghubung, prop head khusus, Pelepasan AL - (A/G),
wedge & round pin, long pin, al tie, PVC sleeve, prop baja yang dapat
diatur, baut, mur, ring, panel tangga pendaratan, panel dinding tangga
(dw), panel dinding tangga (atas), panel gun, panel tangga pos pendaratan
1, panel tangga pos pendaratan 2, panel anak tangga, panel dinding
samping dan panel langkah tangga.
d. Body harness untuk safety saat berada di tempat ketinggian.

Pemasangan bekisting aluminium elemen vertikal yang meliputi


1) Pasang kelistrikan, komponen jalur air dan tulangan baja.
2) Pasang panel dinding beserta al-tie dan PVC Sleeve.
3) Kencangkan wedge dan round pin hingga tercapai posisi vertikal dengan
benar

125
Gambar 4.14 bekisting alform pada corewall untuk elemen vertical
(sumber: dokumentasi kerja praktek,2019)

Gambar 4.15 bekisting alform pada balok spandrel


(sumber: dokumentasi kerja praktek,2019)

126
6. Pembongkaran bekisting aluminium
Pembongkaran bekisting aluminium vertikal
1) Pembongkaran dilakukan min 2-3 x 24 jam setelah pengecoran
(sesuai ijin Konsultan Pengawas).
2) Melepas perkuatan wedge dan round pin beserta al-tie.
3) Bongkar panel vertikal, biarkan PVC sleeve tertanam pada elemen
vertikal.
4) Tutup dan rapikan panel yang tertanam PVC sleeve dengan adukan
semen/mortar
5) Bersihkan beton yang tercecer di luar bekisting.
6) Bersihkan dan rapikan kembali bekisting aluminium elemen
vertikal.
7) Angkat ke lantai atasnya melalui lubang shaft atau lubang yang
telah dlsediakan.

7. Perawatan beton
Setelah bekisting Core Wall dan balok spandrel dilepas, dilakukan perawatan
beton pada Core wall yang dilakukan dengan cara memberikan curing compound
(merk sika/fosfoc atau merk yang setara). yang diaplikasikan dengan
menggunakan kuas roll untuk mengurangi penguapan berlebih pada beton, yang
dapat menyebabkan retak pada beton. perawatan beton berfungsi untuk
melindungi beton selama terjadinya pengerasan beton terhadap sinar matahari,
pengeringan oleh angin, hujan atau aliran air, dan perusakan secara mekanis atau
perbedaan suhu yang terlampau jauh antara beton bagian luar dan bagian dalam.

127
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Selama melakukan kerja praktek pada proyek pembangunan Apartemen
The Pakubuwono Menteng ini,. Penulis dapat menyimpulkan:
1) Sistem manajemen proyek, unsur-unsur manajemen, pengendalian
proyek, serta gambaran umum proyek lainnya memiliki sistem yang
jelas dan pengendalian yang memiliki standar yang telah ditentukan
oleh perusahaan maupun standar dari pemerintah.
2) Mengikuti pelaksanaan proyek mulai dari bulan maret melihat
pekerjaan basement sampai bulan mei terakhir pemasangan bekisting
aluminium formwork pada lantai 5.
3) Memperoleh pengalaman secara langsung dalam mengamati proses
pelaksanaan kontruksi yang sedang berjalan dan mengetahui
permasalahan yang terjadi selama pelaksanaan dilapangan.
4) Secara umum pada proyek ini pelaksanaan pekerjaan struktur
mengikuti shop drawing dan syarat-syarat teknis yang telah
ditentukan.
5) Penerapan fungsi K3 pada proyek the pakubuwono menteng dimana
semua pihak terkait yang berada di lapangan menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD) seperti helm, safety shoes, body hardness dan
lain – lain. Diproyek ini sangat menjunjung tinggi keselamatan
pekerja, dan kebersihan lingkungan proyek.
6) Adapun kendala-kendala yang terjadi selama proyek berlangsung
seperti pengaruh cuaca seperti hujan dan keterlambatan pengadaan
bahan material. Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi
keterlambatan tersebut adalah memberlakukan jam kerja lembur dan
menambah jumlah tenaga pekerja yang dibutuhkan.

128
5.2 Saran
Selama melakukan Kerja Praktek, penulis dapat melihat, mengamati dan
mempelajari banyak hal baik dari segi teknis maupun non teknis. Ada beberapa
saran yang akan penulis ajukan, diantaranya:
1) Perlu ditingkatkan koordinasi diantara seluruh elemen proyek,agar
mencapai tujuan proyek yang diharapkan.
2) Perlunya ditingkatkan pengawasan terhadap pekerja yang lalai serta
malas dalam mengikuti toolbox meeting disetiap paginya.
3) Perlunya penambahan pengawas/bagian Quality Control dilapangan.

129
DAFTAR PUSTAKA

Aulia, Harizona. 2012. Pengenalan Grouting. Semarang: Teknik Geologi


UNDIP.
SNI 03-2847-2002 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk
Bangunan Gedung Halaman 222.

Wight, James K. dan F.E. Richart (1964) : Design of Shearwall Coupling


Beam Using High Performance Fiber Reinforced Concrete, Michigan, 5

Park, Robert dan paulay, Thomas (1975) Reinforced Concrete Structures

A. Harries, Kent, M.EERI, Bingnian Gong, dan Bahram M.Shahrooz


(2000) : Behaviour and Design Of Reinforced Concrete, Steel, and Steel-
Concrete Coupling Beams, Columbia. 4.

SNI 07-2052-2002. (2002).

59 UU No.2/2017 tentang k3. (2017).

UU No. 2/2017 tentang kegagalan bangunan. (2017). Jakarta.

agency, i. a. (2002). ultrasonic testing.

D. Girlbert, R. (n.d.). managing construction contract.

Imran, Y. S. (2008). balok spandrel.

messah, Y. (2013). kajian keterlambatan proyek.

RI, p. (1987). p2k3 no per04/men/1987.

soeharto, I. (1999). manajemen kontruksi. jakarta: 1999.

sudarmoko. (1996). perancangan kolom beton bertulang. yogyakarta.

V.M, M. &. (n.d.). ultrasonic pulse velocity test.

weele, & A.J.Van, W. (2010). puchasing and supply chain management (5


ed.). london.

130

Anda mungkin juga menyukai