Bab Iii Iv Edit Riri
Bab Iii Iv Edit Riri
PELAKSANAAN PROYEK
74
proyek The pakubuwono Menteng ini dari segi pekerjaan tulangannya
menggunakan pembesian di fabrikasi dan pembesian di tempat, karena perbedaan
diameter tulangan.
Pemakaian mutu pada kolom berbeda dengan balok dan slab, pekerjaan
kolom dilaksanakan terlebih dahulu, baru pekerjaan balok dan slab dilakukan.
75
Gambar 3.1 Marking kolom
(sumber: dokumentasi kerja praktek,2019)
2. Pabrikasi tulangan
Material yang digunakan untuk pekerjaan pembesian gedung pada umumnya
adalah baja tulangan ulir. Material berasal dari supplier dan diangkut ke lokasi
proyek menggunakan truk. Material yang telah sampai ke lokasi proyek akan diuji
terlebih dahulu untuk memeriksa mutu dan kualitas seperti yang sudah ditetapkan.
Pengujian dilakukan pada umumnya adalah tes tarik, tes tekan dan tes tekuk.
Sampel diambil secara acak untuk setiap ton baja untuk diameter yang panjang
masing-masingnya 1 meter. Apabila mutunya sesuai dengan spesifikasi, maka
material baja tulangan ak an disimpan. Jika tidak sesuai,maka material baja akan
dikembalikan pada supplier. Dalam proyek ini terdapat 2 metode pekerjaan yaitu:
pembesian di area pabrikasi dan pembesian ditempat.
Pekerjaan kolom pada area ground floor untuk tower merupakan metode
pekerjaan pembesian langsung, karena area yang ditinjau menggunakan
sambungan coupler. Pada area pabrikasi tulangan pekerjaan yang dilakukan
seperti: pemotongan besi, pembengkokkan besi, perakitan dan pemasangan
stirrups (sengkang dan cross ties). Penulangan pada kolom terdiri dari tulangan
utama dan tulangan sengkang. Tulangan utama adalah tulangan yang memanjang
searah dengan panjang balok ataupun kolom. Tulangan daerah tumpuan dan
76
lapangan tidak berlaku pada kolom, melainkan hanya pada balok saja, sedangkan
kolom cukup tulangan ujung atas dan bawah.
77
Gambar 3.4 Pemotongan besi (alat bar cutter)
(sumber: dokumentasi kerja praktek ,2019)
3. Penulangan kolom
Penulangan kolom dilakukan pada area yang disediakan untuk
pemasangan tulangan, setelah kolom selesai dirangkai dan diikat menggunakan
kawat bendrat maka tulangan kolom diangkat menggunakan tower crane kearah
tempat kolom yang akan dipasang, proses ini dinamakan erection. Penyambungan
tulangan kolom dipasang pada stek kolom yang berasal dari lantai sebelumnya.
Setelah diangkat, maka barulah proses pemyambungan coupler dilakukan
menggunakan mesin press coupler.
78
Gambar 3.6 pemasangan tulangan utama sengkang dan cross ties
(sumber: dokumentasi kerja praktek ,2019)
79
Gambar 3.8 Potongan 1 kolom k1A (S-200)
(sumber: dokumentasi proyek the pakubuwono menteng, 2019)
80
Gambar 3.10 erection tulangan kolom yang sudah dirakit
(sumber: dokumentasi kerja praktek,2019)
Untuk kolom free standing yang ada diarea ground floor memakai coupler
tipe R, dan kolom dilantai mezzanine ke atas memakai sambungan (overlapping).
Untuk kolom memakai besi D25 untuk seluruh kolom yang ada diarea podium
(Gf). Coupler dipakai dari basement 3 sampai lantai mezzanine, lantai 2 ke atas
memakai sambungan overlap. Setelah selesai dipasang lakukan pengecekan
kerataan penyambungan.
Gambar 3.11 Stek kolom yang dipasang kedalam coupler tipe E yang tertanam
dalam beton, sebelum dilakukan proses erection.
(sumber: dokumentasi kerja praktek,2019)
81
Gambar 3.12 Pemasangan coupler pada kolom saat posisi erection
(sumber: dokumentasi kerja praktek,2019)
82
Gambar 3.14 Pengecekan sleeve coupler
(sumber: dokumentasi kerja praktek,2019)
83
Gambar 3.15 Pemasangan sepatu kolom
(sumber: dokumentasi kerja praktek,2019)
5) Pemasangan bekisting
Setelah pemasangan sepatu kolom dan dilakukan pengecekan tulangan oleh
pelaksana dan MK , maka lakukan pelaksanaan pekerjaan pemasangan bekisting
adalah sebagai berikut:
Pengukuran lokasi pekerjaan yang tepat sesuai gambar untuk bekisting
a) Bersihkan bekisting sebelum dipasang, adanya sisa cor beton pada
dinding bekisting dapat menimbulkan hasil cor beton tidak rapi, retak
atau bisa menyebabkan kegagalan struktur.
b) Kemudian oleskan minyak bekisting ke plywood agar mudah dilepas
nanti.
c) Pastikan kolom sudah diberi tahu beton atau beton decking tebal 4 cm,
guna untuk memastikan bahwa jarak antara pembesian dengan selimut
beton sesuai yang direncanakan.
d) Setelah itu bekisting diangkat meggunakan tower crane.
e) Pemasangan sesuai garis marking yang telah dibuat.
f) Cek posisi ketegakan dan kedataran bekisting.
g) Setelah cek ukuran, maka cek juga perkuatan bekisting kolom, apakah
pemasangan bekisting sudah benar-benar kuat.
84
h) Sebelum itu pastikan semua peralatan bekisting sudah benar-benar
kuat seperti tie rod, wing nut, support,dan kickers. Lakukan
pengecekan ulang.
7) Pengecoran
Pengecoran dilaksanakan apabila telah lolos pemeriksaan pembesian,
bekisting, kebersihan dan lain-lain. Pemeriksaan dilakukan oleh pihak pelaksana
dan pengawas dari MK sendiri. Setelah semuanya sudah oke, maka barulah proses
pengecoran kolom dilakukan. Adapun proses pengecoran kolom sebagai berikut:
a) Sediakan peralatan pengecoran kolom seperti concrete bucket dan
tremie pipe ( pipa tremie). Pastikan semuanya bersih dari sisa
pengecoran, agar sisa-sisanya tidak terbawa disaat pengecoran.
b) Selanjutnya pastikan pengecoran lama sudah diberi perekat beton
(calbond).
c) Beton ready mix yang telah datang, dilakukan pengujian sampel
untuk uji tes slump beton. Guna untuk menguji kelayakan dan
kekentalan beton. Jika disetiap truck mixer yang datang di uji
sampelnya harus membawa docket/komposisi beton dari supplier,
maka sampel akan diuji, apabila tes sesuai yang direncanakan maka
beton ready mix bisa digunakan. Caranya beton segar yang sudah di
mix, dituangkan kedalam penampung beton, lalu beton dimasukan
kedalam cetakan slump, cetakan harus terisi penuh dan padat, setelah
itu slump dilepas dan ukur ketinggian slump apabila tinggi tidak
86
kurang dari 17 cm maka beton yang di uji memenuhi standar ( tidak
terlalu encer). Dan terakhir akan dilakukan tes tekan.
Gambar 3.19 Concrete bucket dan truck mixer saat beton segar dituangkan
(sumber: dokumentasi kerja praktek,2019)
87
e) Selanjutnya masukkan concrete bucket dan pipa tremie kedalam
kolom yang dibekisting, fungsi dari pipa tremie untuk menyalurkan
beton ready mix ke permukaan yang telah dicor sebelumnya, pastikan
jarak tidak terlalu jauh (jatuhnya beton). Tinggi jatuhnya beton tidak
boleh melebihi 1,5 meter untuk mencegah terjadinya segregasi yaitu
pemisahan ikatan agregat pada beton ready mix yang akan membuat
agregat kasar menumpuk pada bagian bawah kolom.
89
9) Perawatan beton
Pada saat pembongkaran bekisting selesai, maka langsung dilakukan
perawatan beton yang biasa digunakan yaitu curing compound, caranya
yaitu dengan membasahi permukaan kolom menggunakan roll secara
merata.
Tujuan utama dari perawatan beton untuk menghindari:
1) Kehilangan air yang banyak saat proses pengerasan beton yang
mempengaruhi proses pengikatan awal beton.
2) Penguapan air dari beton saat pengerasan beton dihari pertama.
3) Perbedaan temperature dalam beton yang akan mengakibatkan
retak-retak pada beton.
90
3.3.2 Pelaksanaan pekerjaan slab dan balok
1) Persiapan tulangan slab dan balok
Sebelum pekerjaan slab dan balok dilakukan, persiapan tulangan dari mulai
pemotongan, pembengkokkan dan peralatan-peralatan seperti bar cutter untuk
pemotongan serta bar bender untuk membengkokan. Setelah itu besi/tulangan
yang telah diproses dibawa ke area pembesian slab dan balok untuk dirakit.
Tulangan yang dipasang harus sesuai dengan Bar bender schedule (BBS).
91
yang digunakan. Berikut adalah tahapan pekerjaan bekisting balok dan pelat
lantai:
a) Setelah dilakukan pengukuran dan pengecekan,maka pasang lantai
kerja/plywood pada bagian atas pelat lantai.
b) Setelah itu pasang scaffolding, berikut langkah-langkah pemasangan
scaffolding:
1) Lakukan pemasangan support vertical dengan jack base dan U-
head. jack base adalah alat yang digunakan sebagai alas kaki dari
perancah atau scaffolding, konstruksinya berulir sehingga dapat
menyesuaikan dengan jarak dari lantai. Dan U-head berfungsi untuk
mengapit bagian konstruksi diatasnya yang juga sebagai penahan
dari perancah agar tidak mudah goyah.
2) Pasang main frame merupakan alat yang berFungsi untuk mengatur
ketinggian dan lebar scaffolding yang akan dirangkai sesuai dengan
kebutuhan bangunan.
3) Memasang cross brace digunakan untuk menggabung dua buah
main frame struktur bersama-sama. Dan asesori ini selalu digunakan
dalam sendi di mana dua atau lebih pipa digabung bersama-sama .
4) Kemudian pasang gelagar dengan mengunakan suri-suri dan hollow
4x4.
92
Tabel 2.6 Alat-alat Scaffolding
Gambar Fungsi
Jack base
Standart
Cross brace
Ledger
93
Wedges Sebagai penggunci pada standart
Hollow
Beam bracket
cantilever
94
U-head
Sumber: googles
95
Gambar 3.24 slab panel dari bekisting aluminium formwork
Untuk lantai dua
(sumber: dokumentasi kerja praktek,2019)
4 . Pekerjaan penulangan
1) Penulangan balok
Setelah lantai kerja sudah terpasang lakukan Penulangan balok yang
disambungkan ke stek kolom yang ada diarea tersebut. Perakitan tulangan
dilakukan ditempat Penulangan balok, untuk pemotongan dan
pembengkokan dilakukan diarea pabrikasi sesuai dengan ketentuan yang
berlaku pada BBS. Berikut adalah tahapan Penulangan balok:
a) Setelah pembengkokan dan pemotongan diarea pabrikasi selesai,
maka besi diangkut menggunakan tower crane ke area pemasangan
balok.
b) Pasang beton decking setebal 40 mm pada dasar bekisting balok.
Gunanya untuk mematok tebal selimut beton yang diinginkan.
c) Pasang tulangan utama dibawah terlebih dahulu sesuai shopdrawing.
Untuk daerah tumpuan, tulangan utama dibawah jumlahnya lebih
sedikit dibandingan yang diatas, gunanya yaitu untuk menahan
momen negative, dimana daerah atas tulangannya mengalami tarik
dan tulangan bawah mengalami tekan. Pada daerah lapangan tulangan
disisi bawah jumlahnya lebih banyak dibandingkan bagian bawah,
karena menahan momen positif, dimana tulangan bagian atas tertekan
dan dibagian bawah tertarik.
96
d) Pasang sengkang dan ties sesuai gambar kerja. Ikat menggunakan
kawat bendrat.
e) Jarak tulangan didaerah tumpuan lebih rapat dibandingkan daerah
lapangan.
97
Gambar 3.27 Pemasangan balok
(sumber: dokumentasi kerja praktek,2019)
98
a) Setelah pembengkokan dan pemotongan dilakukan diarea pabrikasi,
maka besi diangkat menggunakan tower crane ke area pembesian
pelat.
99
Gambar 3.30 cakar ayam pembatas antara
tulangan atas dan tulangan bawah
(sumber: dokumentasi kerja praktek,2019)
f) Selanjutnya pasang tulangan bagian atas lapis satu diatas cakar ayam,
atur jarak sesuai gambar kerja. Kemudian ikat dengan kawat bendrat.
g) Lalu pasang tulangan atas lapis dua diatas tulangan lapis satu yang
arahnya tegak lurus dengan tulangan lapis satu, ikat dengan kawat
bendrat.
100
h) Terakhir dilakukan pengecekan oleh QC dan pengawas dari MK.
5 . Pengecoran
Pengecoran pelat lantai dan balok dilakukan secara bersamaan, pengecoran
dilakukan menggunakan concrete pump dan pipa tremie.Pengecoran dibagi
menjadi beberapa zona, masing-masing zona dibatasi dengan stop cor berupa
kawat ayam. Hal ini dapat membatasi proses pengecoran pada zona tertentu, jika
pekerjaan pada zona dua belum selesai, maka zona satu sudah dapat dicor.
Pengecoran sudah bisa dilaksanakan apabila pembesian sudah selesai dilakukan,
pengecekan oke dan sudah mendapatkan izin dari MK.
Berikut tahapan pengecoran pelat lantai dan balok:
a) Setelah pembesian dan stop cor selesai dipasang maka bersihkan area
yang dicor menggunakan air compressor.
b) Pasang plastik disekitar area kolom, agar cairan beton tidak mengenai
area tersebut.
c) Pasang stop cor untuk membatasi area pengecoran.
d) Setelah persiapan pengecoran telah selesai disiapkan maka pengecoran
bisa dilakukan.
101
e) Selanjutnya beton ready mix yang telah dilakukan uji tes slump yang
dibawa oleh truck mixer telah memenuhi spesifikasi, maka beton tersebut
bisa digunakan untuk pengecoran balok dan pelat lantai.
f) Beton segar dituangkan kedalam concrete pump dan disalurkan melalui
pipa tremie ke area yang akan dicor.
g) Selagi pengocoran berlangsung, lakukan penggetaran menggunakan
concrete vibrator, dan diratakan secara manual keseluruh area yang
dicor.
h) Setelah dilakukan perataan, maka gunakan alat trowel untuk
mernghaluskan secara rata.
i) Dan yang terakhir, surveyor melakukan pengukuran terhadap ketinggian
dan kerataan permukaan yang dicor.
6 . Pembongkaran Bekisting
Berikut tahapan pembongkaran bekisting balok dan pelat lantai:
a) Harus adanya pemeriksaan dan persetujuan dari pihak pelaksana untuk
pembongkaran.
b) Kendurkan jack base dan u head jika ingin melepas formwork table
pada scaffolding.
102
c) Pelepasan form work dilakukan pada bagian terdekat dengan kolom,
lalu lanjut ketengah balok dan terakhir pada pelat lantai, hal ini
berguna agar saat form work dilepas balok dan pelat lantai tidak
langsung menerima beban berat.
d) Lepaskan catwalk dan papan kerja/plywood.
e) Lepaskan menggunakan linggis secara perlahan, agar tidak
menyebabkan kerusakan pada beton maupun pada plywood.
7. Perawatan beton
Perawatan pada lantai menggunakan curing antisol yang dapat
membuat beton tetap dalam keadaan tidak mudah menyusut dan kering.
103
3.4 Pekerjaan RAMP Basement 2 ke 3
3.4.1 Pengertian RAMP
Ramp adalah bidang miring, yang pada dasarnya ramp digunakan untuk
menggantikan fungsi tangga, untuk memindahkan manusia atau barang dari lantai
bawah ke lantai atas. Biasanya ramp berfungsi sebagai tempat landasan mobil
menuju area basement.
strutting
104
2) Pemasangan bekisting Ramp
Papan bekisting terdiri dari plywood sebagai lantai kerja yang tebalnya 12
mm , jarak antar papan bekisting harus sesuai dengan pelat lantai RAMP. papan
bekisting dipasang setelah scaffolding selesai dipasang
3) Pemasangan tulangan Ramp
pemasangan tulangan harus sesuai dengan shop drawing Penulangan ramp
berupa tulangan 2 lapis (wiremesh), dalam pemasangan tulangan ramp terlebih
dahulu di lakukan penulangan lapis pertama setelah itu tulangan lapis kedua,
kedua lapis tulangan di beri jarak 5 cm. selanjutnya pasang beton decking dibawah
tulangan, setelah itu ikat tulangan dengan kawat bendrat. Selanjutnya dilakukan
pengujian tarik besi tulangan terhadap beton, apakah beton mampu menahan
beban atau tidak.
parapet
4) . pengecoran Ramp
Setelah pemasangan tulangan ramp selesai dan pastikan tidak ada kotoran
diarea yang akan dicor dan mendapat persetujuan dari MK maka bisa dilakukan
pengecoran. pengecoran dilakukan melalui concrete pump yang dibawa dari truck
mixer yang berisi beton ready mix. dan yang terakhir padatkan beton
menggunakan concrete vibrator agar tidak terdapat rongga udara yang
mengurangi kekuatan beton.
Secant
pile
strutting
Gambar 3.42 Finishing Ramp
107
(sumber: dokumentasi kerja praktek,2019)
108
b) Menguatkan tanah dan batuan
c) Mengisi rongga dan celah pada tanah dan batuan sehingga menjadi
padat
d) Memperbaiki kerusakan struktur
e) Meningkatkan kemampuan anchor dan tiang pancang
f) Menghindarkan dari material fluida yang dapat merusak tanah atau
batuan. Pada pembahasan dibab ini, penulis meninjau hanya bagian
grouting pada kepala kolom. Berikut adalah tahapan pelaksanaan
pekerjaan grouting kepala kolom:
109
Gambar 3.45 Tampak kolom setelah dicor pada area basement
(sumber: dokumentasi proyek the pakubuwono menteng,2019)
110
Gambar 3.47 Persiapan grouting kepala kolom
(sumber: dokumentasi kerja praktek,2019)
111
11) Selanjutnya masukan adukan ke mesin sagola dengan tekanan 2-5 bar,
campuran grouting disalurkan melalui pipa dan dimasukan kedalam
lubang intlet yang ada pada bekisting kepala kolom sampai penuh.
12) Jika material grouting terlihat meluap dari lubang outlet, maka tekanan
grouting ditahan 2-5 bar selama 1 menit.
112
13) Setelah grouting kepala kolom selesai dilakukan, maka siapkan sampel
grouting kubus 5x5x5 cm sebanyak 3 buah, dan dicuring didalam bak
curing untuk mengetahui kuat tekan mutu grouting.
113
BAB IV
114
Imran, Yuliari, Suhelda, dan Kristianto (2008:4) mengatakan bahwa dinding geser
sebagai elemen penahan gaya lateral memiliki keuntungan utama karena
menyediakan kontinuitas vertikal pada sistem lateral struktur gedung. Struktur
gedung dengan dinding geser sebagai elemen penahan gaya lateral pada umumnya
memiliki performance yang cukup baik pada saat gempa. Hal ini terbukti dari
sedikitnya kegagalan yang terjadi pada sistem struktur dinding geser di kejadian-
kejadian gempa yang lalu. Beberapa kerusakan yang terjadi akibat genpa pada
umumnya berupa cracking , yang terjadi pada dasar dinding dan juga pada bagian
coupling beam , khususnya untuk sistem dinding berangkai. Karena kekakuan
balok perangkai yang sangat tinggi, dinding geser berperilaku seperti dua buah
kantilever bebas.
Balok perangkai menyalurkan gaya geser dari satu dinding ke dinding lainnya
sehingga mengakibatkan deformasi struktur yang besar. (Sumber : Wight, James
K. dan F.E. Richart (1964) : Design of Shearwall Coupling Beam Using High
Performance Fiber Reinforced Concrete, Michigan, 5.)
Pada awalnya balok perangkai didesain mempunyai tulangan yang sama
dengan balok konvensional. Namun Robert Park dan Thomas Paulay (Reinforced
Concrete Structures, 1975) mengatakan dalam eksperimennya bahwa tulangan
diagonal dapat menyalurkan gaya geser lebih baik dari tulangan konvensional.
115
4.2 Tahapan pelaksanaan pekerjaan coupling beam
1. Fabrikasi tulangan coupling beam (balok spandrel)
Pada Penulangan balok spandrel dilakukan perakitan tulangan diarea
fabrikasi, setiap lantai memiliki ukuran diameter yang berbeda-beda. Dimulai
dengan tulangan corewall memakai tulangan utama D25, dirakit sesuai gambar.
Pemotongan dan pembengkokkan sesuai dengan aturan BBS, untuk
pemakaian coupling beam pada corewall dimulai pada lantai ground floor sampai
lantai 36. Dengan jumlah cross beam/pengaku pada rangkaian corewall semakin
ke atas semakin kecil, namun ada balok spandrel yang tidak memakai cross beam,
itu tergantung dengan perencanaan proyek tersebut. Pemakaian sambungan
coupler pada corewall yang disambung oleh coupling beam dimulai pada lantai
GF sampai lantai mezzanine. Selebihnya memakai sambungan overlapping.
Pemasangan tulangan tersebut meliputi pemasangan stirrup, ties dan links.
Setelah perakitan dinding sudah selesai, maka rangkai tulangan untuk balok
spandrel yang menghubungkan 2 dinding corewall. Selanjutnya pasang cross
beam pada area balok, dengan cara memasukkan tulangan sepanjang ukuran dan
metode pemasangan harus sesuai shopdrawing. cross beam yang seperti huruf X
memiliki jumlah tulangan yang berbeda dan ukuran diameter yang berbeda, itu
semua dilihat pada shopdrawing sesuai dengan perencanaan struktur proyek.
Untuk lantai mezzanine sampai lantai 6 dipasang 4 jumlah tulangan cross beam
D32 pada bagian bawah dan 4 juga dibagian atas. Cross beam sendiri berfungsi
sebagai pengaku yaitu untuk membuat struktur stabil, biasanya dilakukan untuk
membantu mencegah struktur mengalami deformasi yang besar pada arah
horizontal.
116
Gambar 4.2 pemasangan tulangan balok spandrel
(sumber: dokumentasi kerja praktek, 2019)
Gambar 4.3 pemasangan tulangan corewall dan balok spandrel (coupling beam)
(sumber: dokumentasi kerja praktek, 2019)
117
ditentukan secara akurat karena sangat menentukan hasil pekerjaan selanjutnya.
Jika terjadi kesalahan dalam penentuan titik as, maka letak as core wall akan
berubah dengan core wall dibawahnya atau diatasnya. Letak as-as ini harus selalu
dikontrol karena bukan tidak mungkin karena salah satu dan lain hal, as-as
tersebut berubah dari yang telah dibuat sebelumnya. Garis as yang diambil adalah
1 meter dari lantai.
Shop drawing tentu juga perlu dipersiapkan sebelum melakukannya
pelaksanaan pekerjaan core wall untuk mempermudah melakukan pekerjaan
tersebut. Shop drawing yang akan digunakan untuk pekerjaan konstruksi terlebih
dahulu harus mendapat persetujuan baik itu dari MK maupun owner
118
Gambar 4.4 balok spandrel 1 pada corewall #1 lantai dasar (S-2301)
(sumber: dokumen proyek the pakubuwono menteng, 2019)
119
Gambar 4.6 Balok spandrel dan cross spandrel lantai
mezzanine corewal #1 (S-2301)
(sumber: dokumen proyek the pakubuwono menteng, 2019)
120
Gambar 4.8 cross spandrel dipasang pada bagian tengah balok dan
headed bar dipasang pada ujung tulangan cross spandrel.
(sumber: dokumentasi kerja praktek,2019)
4. Pemasangan coupler
Coupler merupakan alat berbentuk besi yang berfungsi sebagai pengganti
sambungan untuk tulangan pada corewall. Pada proyek ini pemakaian coupler
121
hanya dari basement sampai lantai mezzanine saja. Ada 3 kondisi proyek memakai
coupler pada bangunan, yaitu:
a) Memakai metode topdown
Jika suatu proyek memakai metode topdown pada saat galian basement,
maka mengharuskan proyek memakai coupler, karena kekuatan satu coupler
sama dengan 12 meter baja tulangan. pemakaian coupler juga memperkecil
momen yang terjadi pada bangunan.
b) Pada kolom free standing tidak boleh ada sambungan
Kolom free standing merupakan kolom menerus keatas sampai batas lantai
2, oleh sebab itu pemakaian overlap tidak dibolehkan, untuk itu mengharuskan
kolom memakai coupler.
c) Biaya
Jika suatu proyek memiliki budget yang besar dalam pembangunan maka
lebih baiknya proyek menggunakan sambungan coupler yang mempunyai
kekuatan lebih besar daripada overlap, coupler di design juga untuk menahan
gaya gempa. Sehingga dibutuhkan biaya yang besar jika menggunakan coupler
agar bangunan tetap aman. Pemakaian coupler dimulai saat corewall yang
sudah dirangkai dengan balok spandrel dan diberi cross beam diangkat
menggunakan tower crane kearah stek tulangan untuk corewall yang sudah ada
sebelumnya, selanjutnya corewall yang masih tegak mulai dipasang coupler
dengan menggunakan mesin press coupler yang nantinya dijepit menggunakan
alat tersebut. Mesin press dilakukan tiga kali penjepitan pada coupler. Untuk
tipe coupler yang dipakai adalah tipe R untuk corewall maupun kolom
sedangkan tipe E untuk coupler yang ditanam pada beton.
122
Gambar 4.10 pemasukan tulangan ke dalam coupler
(sumber: dokumentasi keja praktek,2019)
123
Gambar 4.12 balok spandrel atau coupling beam dan cross spandrel
(sumber: dokumentasi kerja praktek,2019)
Gambar 4.13 tampak depan balok spandrel atau balok berangkai dan cross
spandrel
(sumber: dokumentasi kerja praktek,2019)
124
5. Pemasangan bekisting aluminium formwork pada balok spandrel dan
corewall
Sebenarnya, pada proyek the pakubuwono menteng ini menggunakan dua
macam pekerjaan bekisting yaitu konvensional dan modern, untuk bekisting
konvensional memakai bekisting biasa khusus untuk dinding geser sedangkan
untuk cara modern memakai aluminium formwork dari kumkang. Pada proyek ini
pemakaian alform dimulai dari lantai 2 sampai lantai 36. Pemakaian alform
bertujuan untuk mempercepat progress pekerjaan pembangunan. Oleh sebab itu
alform membutuhkan biaya yang sangat besar dalam penggunaanya. Adapun
tahapan pemasangan alform sebagai berikut:
Persiapan pemasangan bekisting aluminium yang meliputi
a. Pengukuran jalur struktural dan pemeriksaan ketinggian.
b. Shell Drawing yang sudah terverifikasi dengan benar.
c. Panel dinding, panel slab, panel slab balok bawah, slab sudut, slab sudut
dalam, slab sudut luar, prop head (PH), middle beam (MB), end beam
(EB), batang penghubung, prop head khusus, Pelepasan AL - (A/G),
wedge & round pin, long pin, al tie, PVC sleeve, prop baja yang dapat
diatur, baut, mur, ring, panel tangga pendaratan, panel dinding tangga
(dw), panel dinding tangga (atas), panel gun, panel tangga pos pendaratan
1, panel tangga pos pendaratan 2, panel anak tangga, panel dinding
samping dan panel langkah tangga.
d. Body harness untuk safety saat berada di tempat ketinggian.
125
Gambar 4.14 bekisting alform pada corewall untuk elemen vertical
(sumber: dokumentasi kerja praktek,2019)
126
6. Pembongkaran bekisting aluminium
Pembongkaran bekisting aluminium vertikal
1) Pembongkaran dilakukan min 2-3 x 24 jam setelah pengecoran
(sesuai ijin Konsultan Pengawas).
2) Melepas perkuatan wedge dan round pin beserta al-tie.
3) Bongkar panel vertikal, biarkan PVC sleeve tertanam pada elemen
vertikal.
4) Tutup dan rapikan panel yang tertanam PVC sleeve dengan adukan
semen/mortar
5) Bersihkan beton yang tercecer di luar bekisting.
6) Bersihkan dan rapikan kembali bekisting aluminium elemen
vertikal.
7) Angkat ke lantai atasnya melalui lubang shaft atau lubang yang
telah dlsediakan.
7. Perawatan beton
Setelah bekisting Core Wall dan balok spandrel dilepas, dilakukan perawatan
beton pada Core wall yang dilakukan dengan cara memberikan curing compound
(merk sika/fosfoc atau merk yang setara). yang diaplikasikan dengan
menggunakan kuas roll untuk mengurangi penguapan berlebih pada beton, yang
dapat menyebabkan retak pada beton. perawatan beton berfungsi untuk
melindungi beton selama terjadinya pengerasan beton terhadap sinar matahari,
pengeringan oleh angin, hujan atau aliran air, dan perusakan secara mekanis atau
perbedaan suhu yang terlampau jauh antara beton bagian luar dan bagian dalam.
127
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Selama melakukan kerja praktek pada proyek pembangunan Apartemen
The Pakubuwono Menteng ini,. Penulis dapat menyimpulkan:
1) Sistem manajemen proyek, unsur-unsur manajemen, pengendalian
proyek, serta gambaran umum proyek lainnya memiliki sistem yang
jelas dan pengendalian yang memiliki standar yang telah ditentukan
oleh perusahaan maupun standar dari pemerintah.
2) Mengikuti pelaksanaan proyek mulai dari bulan maret melihat
pekerjaan basement sampai bulan mei terakhir pemasangan bekisting
aluminium formwork pada lantai 5.
3) Memperoleh pengalaman secara langsung dalam mengamati proses
pelaksanaan kontruksi yang sedang berjalan dan mengetahui
permasalahan yang terjadi selama pelaksanaan dilapangan.
4) Secara umum pada proyek ini pelaksanaan pekerjaan struktur
mengikuti shop drawing dan syarat-syarat teknis yang telah
ditentukan.
5) Penerapan fungsi K3 pada proyek the pakubuwono menteng dimana
semua pihak terkait yang berada di lapangan menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD) seperti helm, safety shoes, body hardness dan
lain – lain. Diproyek ini sangat menjunjung tinggi keselamatan
pekerja, dan kebersihan lingkungan proyek.
6) Adapun kendala-kendala yang terjadi selama proyek berlangsung
seperti pengaruh cuaca seperti hujan dan keterlambatan pengadaan
bahan material. Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi
keterlambatan tersebut adalah memberlakukan jam kerja lembur dan
menambah jumlah tenaga pekerja yang dibutuhkan.
128
5.2 Saran
Selama melakukan Kerja Praktek, penulis dapat melihat, mengamati dan
mempelajari banyak hal baik dari segi teknis maupun non teknis. Ada beberapa
saran yang akan penulis ajukan, diantaranya:
1) Perlu ditingkatkan koordinasi diantara seluruh elemen proyek,agar
mencapai tujuan proyek yang diharapkan.
2) Perlunya ditingkatkan pengawasan terhadap pekerja yang lalai serta
malas dalam mengikuti toolbox meeting disetiap paginya.
3) Perlunya penambahan pengawas/bagian Quality Control dilapangan.
129
DAFTAR PUSTAKA
130