Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota Padang merupakan salah satu wilayah kota pesisir yang rentan terhadap

bahaya gempa bumi besar yang berasal dari zona subduksi Sumatra. Salah satu

peristiwa gempa bumi yang terjadi tahun 2009 (Mw 7.6) menimbulkan kerusakan

ringan hingga berat pada bangunan dan infrastruktur jalan di Kota Padang. Selain

getaran yang kuat, fenomena likuifaksi juga terjadi di beberapa daerah pesisir dan

pinggir sungai, terutama di kecamatan Koto Tangah, Padang Utara, Padang

Selatan dan Padang Barat . Peristiwa likuifaksi menyebabkan pondasi rumah dan

bangunan tinggi mengalami penurunan, retakan pada badan jalan dan tanggul

sungai maupun perpindahan lateral dan longsoran (Tohari et al., 2011). Hasil

penelitian Tohari et al (2011) menunjukkan bahwa fenomena likuifaksi ini terjadi

karena keberadaan lapisan pasir jenuh air dengan kepadatan yang bervariasi dari

lepas hingga medium hingga kedalaman 10 m. Mempertimbangkan bahwa

fenomena likuifaksi akan menjadi ancaman ikutan saat gempa bumi besar terjadi

di wilayah Kota Padang, maka pengetahuan karakteristik dinamik setiap lokasi

yang mengalami likuifaksi diperlukan untuk menentukan struktur bangunan tahan

likuifaksi.

Likuifaksi merupakan fenomena munculnya lumpur dari dalam tanah yang

naik ke permukaan saat gempa bumi hebat terjadi. Ketika itu tanah yang jenuh

atau agak jenuh air kehilangan kekuatan dan kekakuan akibat adanya tegangan

(karena gempa), sehingga bangunan dan apa pun yang berada di atas tanah (tiang

listrik, pohon dan lainnya) seolah tertelan oleh tanah. Bahkan jika tanah itu
berada pada daerah yang miring, ia bisa hanyut mengikuti gaya gravitasi.

Terjadinya likuifaksi yang mengiringi sebuah gempa juga bukan hal aneh

sebenarnya. Tapi ketika ia menimpa areal yang luas seperti yang terjadi baru-baru

ini di Palu, itu sangat mengejutkan. Beberapa kejadian likuifaksi yang terjadi

sesudah gempa seperti di Jepang, Amerika, New Zealand dan sejumlah daerah di

Indonesia sendiri (seperti Nias 2005) tidak separah di Palu. Demikian luasnya

likuifaksi yang terjadi, sampai tiga kelurahan mengalaminya, yakni Balaroa,

Petobo dan Jono Oge, di mana ribuan rumah tenggelam/ hanyut. Tidak sedikit

korban yang meninggal dan hilang. Secara umum daerah yang berada di atas

endapan lumpur dan pasir dari pesisir atau sungai yang tidak terkonsolidasi dan

jenuh air, berpotensi terjadi likuifaksi (Sumber Berita : Badrul Mustafa - Pakar Gempa

Unand). Tapi bagaimana tingkat kerawanan likuifaksi suatu daerah atau kawasan

tergantung kepada kondisi litologi daerah tersebut. Karena itu, salah satu unsur

penting dalam penyelidikan likuifaksi adalah penelitian mengenai kondisi litologi.

Dalam menentukan suatu daerah memiliki potensi likuifaksi atau tidak

bisa dengan cara tes uji laboratorium dan tes uji lapangan yang nantinya akan

dihitung faktor keamanannya. Pada tes uji lapangan, tes yang sering dilakukan

adalah CPT,SPT,BPT dan Vs. mengacu pada fenomena likuifaksi maka penting

bagi kita menganalisa potensi likuifaksi ketika mendirikan bangunan pada daerah

berpotensi likuifaksi. Hal inilah yang melatar belakangi penulis menganalisi

potensi likuifaksi pada daerah zona merah pesisir pantai kota padang, khususnya

daerah Ulak karang dan Tabing yang mana terdapat perumahan warga dan

universitas. Data yang disajikan adalah analisis data CPT pada lokasi tersebut

untuk mengetahui potensi likuifaksi jika terjadi gempa.


Hal inilah yang melatar belakangi penulis mengangkat topik

“ANALISIS POTENSI LIKUIFAKSI DARI DATA CPT PADA

BANGUNAN DI DAERAH RAWAN GEMPA KOTA PADANG”

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari penulisan tugas akhir ini adalah sebagai penerapan ilmu yang

telah didapatkan selama di bangku kuliah untuk menganalisa potensi likuifaksi

dikawasan zona merah kota Padang dan juga merupakan salah satu syarat untuk

mendapatkan gelar Sarjana Teknik pada Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan,

Jurusan Teknik Sipil Universitas Bung Hatta, Padang.

Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah :

1.Agar dapat menganalisa potensi likuifaksi pada daerah rawan gempa

menggunakan data CPT .

2.Agar dapat menganalisa dan mengantisipasi bahaya likuifaksi pada

daerah padat penduduk disekitaran zona merah yaitu Ulak Karang dan

Tabing.

3. Perilaku tanah terhadap struktur.

4. Faktor keamanan pada tanah berpasir akibat peristiwa likuifaksi dari

data CPT.
1.3 Batasan Pembahasan

Batasan masalah dalam pembahasan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

1.Pada perencanaan ini tidak meninjau analisa biaya dan manajemen

konstruksi dalam menyelesaikan pekerjaan proyek.

2. Analisa dilakukan untuk melihat seberapa besar potensi likuifaksi.

3. dilakukan pengujian pada tanah yang ada pada daerah tersebut.

1.4 Metodologi Penulisan

Dalam penulisan tugas akhir ini penulis menggunakan studi literatur,

dimana perhitungan yang dilakukan dengan berpedoman kepada buku-buku dan

peraturan yang ada seperti analisa saringan dan hydrometer, CPT.

1.5 Sistematika Laporan

Agar penulisan tugas akhir ini tetap terarah maka penulis membuat

sistematika penulisan. Dimana sistem penulisannya adalah :

BAB I :Pendahuluan

Bab ini menguraikan tentang latar belakang, maksud dan tujuan,

metodologi penulisan, batasan masalah dan sistematika penulisan

Tugas Akhir.

BAB II :Dasar Teori

Bab ini membahas tentang teori-teori yang digunakan dalam

perhitungan sebagai dasar Analisis potensi likuifaksi pada daerah

zona merah.
BAB III :Metodologi Perhitungan

Bab ini berisikan tentang langkah-langkah kerja perhitungan, cara

serta rumus-rumus yang digunakan dalam penyelesaian

perhitungan.

BAB IV :Perhitungan Tanah

Berisikan analisa saringan dan hydrometer, data CPT, serta

perhitungan gaya gempa.

BAB V :Penutup

Berisikan tentang kesimpulan dan saran dari pembahasan penulisan

Tugas Akhir ini.

Anda mungkin juga menyukai