Bab 1 C3 Fix PDF
Bab 1 C3 Fix PDF
KETENTUAN JALAN
Trase jalan adalah garis proyeksi sumbu jalan-jalan pada bidang horizontal,
merupakan bidang datar yang berupa lengkungan atau tikungan. Trase jalan juga
dapat diartikan garis tengah atau sumbu jalan yang merupakan garis lurus yang
terhubung pada peta topografi dan merupakan garis acuan dalam penentuan tinggi
muka tanah dasar dalam perencanaan jalan baru (Sukirman, 1999).
Sistem jaringan jalan merupakan satu kesatuan jaringan jalan yang terdiri dari
sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder yang terjalin
dalam hubungan hierarki. Sistem jaringan jalan disusun dengan mengacu pada
rencana tata ruang wilayah dan dengan memperhatikan keterhubungan
antarkawasan dan/atau dalam kawasan perkotaan, dan kawasan pedesaan. Sistem
jaringan jalan dibagi dua jenis, diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Sistem jaringan jalan primer
Sistem jaringan jalan primer disusun berdasarkan rencana tata ruang dan
pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di
tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang
berwujud pusat-pusat kegiatan sebagai berikut:
1) Jalan arteri
Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan
jumlah jalan atau akses masuk dibatasi.
2) Jalan kolektor
4) Jalan lingkungan
1) Jalan nasional
Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor primer yang
menghubungkan antar ibukota provinsi dan jalan strategis nasional, serta
jalan tol.
2) Jalan provinsi
Jalan provinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan primer
yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten atau kota,
atau antar ibukota kabupaten/kota, jalan strategis provinsi, dan jalan di
Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
3) Jalan kabupaten
4) Jalan kota
Jalan kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan sekunder yang
menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat
pelayanan dengan persil (sebidang tanah dengan ukuran tertentu untuk
keperluan perumahan atau kegiatan lainnya), menghubungkan antara persil,
serta menghubungkan antarpusat permukiman yang berada di dalam kota.
5) Jalan desa
Tebal perkerasan jalan ditentukan sesuai dengan kelas jalan. Semakin berat
kendaraan-kendaraan yang melalui suatu jalan, makin banyak pula persyaratan
yang ditentukan untuk pembuatan jalan itu.
1) Kelas I
Kelas jalan ini mencakup semua jalan utama dan dimaksudkan untuk
dapat melayani lalu lintas cepat dan berat. Dalam komposisi lalu lintasnya tak
terdapat kendaraan lambat dan kendaraan tak bermotor. Jalan raya dalam
kelas ini merupakan jalan-jalan raya yang berjalur banyak dengan konstruksi
perkerasan dari jenis yang terbaik dalam arti tingginya tingkatan pelayanan
terhadap lalu lintas.
2) Kelas II
3) Kelas II A
Adalah jalan-jalan raya sekuder dua jalur atau lebih dengan konlstruksi
permukaan jalan dari jenis aspal beton (hot mix) atau yang setaraf, di mana
dalam komposisi lalu lihtasnya terdapat kendaraan lambat tetapi, tanpa
kendaraan tanpa kendaraan yang tak bermotor. Untuk lalu lintas lambat, harus
disediakan jalur tersindiri.
4) Kelas II B
5) Kelas II C
MULA
Data
1. Peta topografi
2. Azimuth awal trase jalan
3. Titik koordinat
4. Vr (Kecepatan rencana)
NO
Analisa
Multi
Kriteria
YES
Selesai
B EKONOMIS
B1 Panjang trase 1. Pengembangan ( pembebasan lahan,
pemeliharaan dan kontruksi) yang
tidak terlalu banyak dan panjang
trase jalan baru tidak terlalu panjang
sehingga tidak membutuhkan terlalu
banyak anggaran
Tabel 1.3. Tabel lanjutan
25%
D.Operasi Jalan
Keselamatan & 2 3 3 3 25% 0,5 0,75 0,75 0,75
Kenyamanan
operasi
25%
Total 100% 2,456 3,039 2,665 2,747
1.3.3 Kesimpulan
Pada perencanaan trase dalam peracangan jalan ini terdapat 4 trase
yang direncanakan yaitu.
Gambar 1.
Gambar 1.4 Trase 2
Gambar 1. 5 Trase 3
Gambar 1. 6 Trase 4
Dari beberapa alternatif rencana trase jalan raya yang ada, maka
dipilih yang alternatif ke-2 paling optimal, dengan kondisi topografinya
juga bagus dan alternatif 2 juga sangat unggul dalam kriteria cagar alam
dimana tidak memerlukan dana untuk menggusur bangunan karena trase
yang dibuat tidak menabrak ataupun mengganggu bangunan cagar alam.
Trase alternatif 2 memiliki penilaian tertinggi dari ketiga alternatif trase
yang dibuat. Dengan kata lain bisa memenuhi pertimbangan-pertimbangan
tersebut dengan memperhatikan faktor-faktor pembatas yang ada, seperti
unggul di tiap aspek topografi kondisi geologi dan aspek aspek yang
lainnya. Trase terpilih dapat dilihat pada Gambar 1.4