Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari listrik sangat berguna bagi manusia. Listrik
memiliki banyak kegunaan seperti untuk barang elektronik, dan yang
berhubungan dengan pembangkit listrik, bahkan kendaraan roda empat sudah
menggunakan listrik. Listrik sangat berguna untuk mendorong kelancaran
aktivitas manusia. Dalam ilmu fisika tidak terlepas dari listrik, salah satu adalah
rangkaian seri RLC.
Listrik berasal dari kata elektron, yang berarti batu ambar. Pada dasarnya
sebuah rangkaian listrik terjadi ketika sebuah penghantar mampu dialiri oleh
elektron bebas secara terus menerus, sedangkan tegangan adalah beda potesial
yang ada diantara titik rangkaian listrik. Arus listrik yang searah, merupakan arus
listrik yang nilainya hanya positif atau negatif saja tidak berubah ubah. Penerapan
arus listrik searah dapat dilihat dalam rangkaian hambatan seri dan rangkaian
hambatan paralel.
Hambatan listrik merupakan karakteristik suatu bahan penghantar
listrik/konduktor yang digunakan untuk mengatur besarnya arus listrik yang
melewati suatu rangkaian. Pada rangkaian AC terdapat tiga jenis tahanan yaitu
tahanan yang memiliki sifat relatif (R), Induktif (XL) dan Kapasitif (XC), ini
dikarenakan bentuk awal AC yang sinusoidal, sehingga nilainya selalu berubah
terhadap waktu, ada nilai tegangan maksimum, namun yang terukur dalam
keseharian adalah nilai tegangan efektif.
Hal itu mengakibatkan perbedaan fase antara arus dan tegangan ketika arus
AC melewati kapasitir dan induktor sehingga mengakibatkan sifat tahanan yang
kapasitif dan induktif. Kapasitor dan Induktor sngat jarang digunakan sendirian
dalam sebuah rangkaian, biasanya tahanan tersebut dirangkai secara seri dan
secara paralel dengan resistor.
Rangkaian hambatan seri terdiri dari dua atau lebih hambatan disusu
secara berurutan, hambatan yang satu berada dibelakang hambatan yang lainnya.
Pada rangkaian hambatan paralel terdapat dua atau lebih hambatan disusun secara
bertingkat.
Rangkaian seri RLC merupakan sebuah rangkaian yang terdiri dari
resistor, induktor dan juga kapasitor yang disusun secara seri ataupun paralel
dengan suatu rangkaian. Rangkaian seri RLC ini disimbolkan untuk rangkaian
aliran listrik ketahanan. Induktansi dan juga Kapasitansi yang tentu saja disusun
secara seri. Rangkaian RLC memang bisa digabung secara seri dan secara paralel
dan juga kombinasi kedua rangkaian tersebut.
Rangkaian RLC menghubungkan suatu resistor yang beresistansi R
dengan satuan ohm. Rangkaian seri RLC yaitu rangkaian yang terdiri atas
hambatan, induktor dan kapasitor yang dihubungkan seri, kemudian dihubungkan
dengan sumber tegangan AC. Pada rangkaian hambatan arus tegangan sefase,
sedangkan pada induktor tegangan mendahului arus, dan pada kapasitor arus
mendahului tegangan. Rangkaian R-L-C seri merupakan sifat rangkaian seri dari
sebuah resistor dan sebuah induktor yang dihubungkan dengan sumber tegangan
bolak-balik sinusioda adalah terjadinya pembagian tegangan di (VR), (VL) dan
(VC) secara vektoris.
Resistor adalah komponen dasar elektronika yang selalu digunakan dalam
setiap rangkaian elektronika karena berfungsi sebagai pengatur atau untuk
membatasi jumlah arus yang mengalir dalam suatu rangkaian, baik itu rangkaian
seri maupun rangkaian paralel. Dalam rangkaian seri, resistor berfungsi untuk
memperbesar suatu hambatan sedangkan rangkaian paralel untuk memperkecil
hambatan. Penggunaan rangkaian yang membuat resistor, kapasitor dan juga
induktor dapat dijumpai dalam beragam aplikasi elektronik, seperti tunning radio,
Amplifier, system control otomatis dan berbagai aplikasi elektronik lainnya.
Dalam penggunaan aplikasi elektronik yang memuat kapasitor dan resistor
tersebut ada yang menggunakan arus DC dan arus AC. Pada arus DC arusnya
akan berubah terhadap waktu.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah:
1. Mempelajari pengruh frekuensi terhadap resistor,induktor dan kapasitor.
2. Menentukan pengaruh antar arus dan tegangan dalam rangkaian seri RLC.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Rangkaian RLC seri adalah rangkaian dual dari rangkaian RLC paralel dan
pengetahuan tentang hal ini saja sudah cukup untuk menjadikan analisis rangkaian
ini jauh lebih sederhana. Persamaan integral diferensial karakteristik untuk
rangkaian jenis ini adalah :

𝑡
𝑑𝑖 1
L + 𝑅𝑖 + + ∫ 𝑖 𝑑𝑡 ′ − 𝑉𝑐(𝑡0) = 0
𝑑𝑡 𝐶
𝑡0

dan jika dibandingkan dengan persamaan untuk rangkaian RLC paralel :

𝑡
𝑑𝑣 1 1
C + 𝑉 + + ∫ 𝑉 𝑑𝑡 − 𝑖2 (𝑡0) = 0
𝑑𝑡 𝑅 𝑙
𝑡0

persamaan derajat kedua yang diperoleh dengan mendiferensiasikan masing-


masing dari kedua persamaan diatas terhadap fungsi waktu juga merupakan dua
bagi satu sama lainnya :
𝑑2 𝑖 𝑑𝑖 1
L 2
+𝑅 + 𝑖 =0
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝐶

𝑑2 𝑣 1 𝑑𝑣 1
C + + 𝑣=0
𝑑𝑡 2 𝑅 𝑑𝑡 𝑙

Pemberitahuan mengenai rangkaian RLC paralel dapat ditarik analoginya


secara langsung untuk rangkaian RLC seri awal tegangan kapasitor pada
rangkaian paralel ekivalen dengan kondisi awal arus induktor pada rangkaian seri
dan juga sebaliknya kondisi awal arus induktor paralel ekuivalen dengan kondisi
awal tegangan kapasitor rangkaian seri. Tanggapan tegangan menjadi tanggapan
arus dan Demikian pula sebaliknya. Baik pada rangkaian paralel maupun pada
rangkaian seri, kenaikan 𝛼 dengan w0 tetap konstan akan membawa rangkaian
menuju keadaan terendam berlebih. Satu-satunya hal yang harus dicermati dalam
perhitungan nilai 𝛼 itu sendiri. Yakni 1/2 RL untuk rangkaian paralel dan R/2 L
untuk rangkaian seri, dengan demikian 𝛼 akan naik jika memperbesar tahanan seri
atau memperkecil tahanan paralel. Sebagai rangkuman:
1 𝑅
𝛼= 𝛼=
2𝑅𝐿 2𝐿
(paralel) (seri)

Rangkaian-rangkaian RLC yang melibatkan sumber-sumber DC yang


menghasilkan tanggapan paksaan rangkaian. Dimana tanggapan ini tidak akan
meluruh habis dengan berjalannya waktu solusi umum untuk rangkaian semacam
ini dapat diperoleh dengan mengikuti prosedur yang sama dengan prosedur untuk
rangkaian rangkaian RL dan RC, tanggapan paksaan ditentukan oleh sebuah
fungsi eksponensial negatif yang mengandung konstanta-konstanta yang belum
diketahui tanggapan total dituliskan sebagai jumlah dan dari tanggapan paksaan
ditambah tanggapan nilai-nilai konstanta Analisis untuk interval waktu ini harus
dimulai dari besaran-besaran yang nilainya tidak dapat berubah yaitu arus
induktor dan tegangan kapasitor (Hayt, 2005: 286-289).
Sebuah vektor adalah besaran yang berperilaku dalam banyak hal layaknya
faktor-faktor digunakan untuk menjelaskan rangkaian rangkaian RLC seri karena
pernyataan mengenai impendansi dapat dihubungkan dengan teorema Pythagoras
untuk segitiga siku-siku Bagaimana Z merupakan hipotenusa dari segitiga sisinya
sudut yang diberi nama Teta adalah sudut fase antara arus dan tegangan hubungan
yang serupa berlaku untuk tegangan pada elemen-elemen dalam rangkaian seri
yaitu:
2
𝑣2 = v + (𝑉𝑙 − 𝑉𝑐 )
𝑅

karena perbedaan fase ukuran tegangan pada rangkaian seri tidak sama dengan
jumlah aljabar dari masing-masing tegangan dari elemen-elemennya resonansi
terjadi dalam rangkaian RLC seri jika x y = x l pada kondisi ini z = r minimum
sehingga i maksimum untuk nilai F yang diketahui dengan menyatakan XL = XC
untuk frekuensi resonansi atau alami dari rangkaian diperoleh sebagai berikut:

1
𝑓0 =
2𝜋√𝐿𝐶
misalnya satu tegangan arus bolak-balik V dipasang pada impedans sembarang.
Tegangan tersebut mengalirkan arus yang melalui impedans dan sudut sudut fase
antara V dan I adalah ∅. Kehilangan daya dalam impedans ditentukan oleh
besarnya nilai cos. jika menerapkan gaya penggerakan yang berubah-ubah secara
periodik dengan frekuensi sudut wd pada suatu osilator harmonik teredam, gerak
yang terjadi dinamakan osilasi paksa atau osilasi yang digerakkan. osilasi ini
berbeda dengan gerak yang terjadi jika sistem secara sederhana dipindahkan dari
kesetimbangannya dan dibiarkan bergerak sendiri, gimana pada kasus tersebut
sistem berosilasi dengan frekuensi sudut alami (Bueche, 2006:234).
Aplikasi rangkaian RLC seri tidak sebanyak rangkaian RLC paralel dari
sebuah rangkaian resonansi seri Jika diperhatikan bahwa elemen-elemen
rangkaian diberi subskrip s (berarti seri) untuk menghindari kesalahpahaman
dalam membandingkannya dengan elemen-elemen rangkaian paralel. Frekuensi
Resonansi W0s adalah frekuensi dimana bagaimana imajiner dari impedansi
masukan menjadi sama dengan nol. Dengan demikian W0s = 1/√𝐿𝑠𝐶𝑠. Parameter
Q0s rangkaian didefinisikan sebagai 2𝜋 kali rasio antara energi maksimum yang
tersimpan dalam rangkaian setiap periodenya. Dari definisi ini, ditemukan bahwa
Q0s= W0s Ls/Rs. Kedua frekuensi setengah daya Wis dan Wzs didefinisikan
sebagai frekuensi-frekuensi di mana besar magnitudo impedansi √2 kali
magnitudo impedansi minimum .
Rangkaian resonansi seri dicirikan oleh nilai impedansi minimum pada
kondisi resonansi, sementara rangkaian resonansi paralel menghasilkan impedansi
resonansi maksimum. rangkaian yang disebut terakhir, yakni rangkaian resonansi
paralel, pada kondisi resonansi akan menghasilkan arus induktor dan arus
kapasitor yang mempunyai amplitudo Q0 kali lebih besar daripada arus sumber.
sementara itu rangkaian resonansi akan menghasilkan tegangan induktor dan
tegangan kapasitor yang mempunyai amplitudo Q0s kali lebih besar daripada
tegangan sumber pada kondisi resonansi . Jadi rangkaian seri akan menghasilkan
penguatan tegangan pada kondisi resonansi perbandingan. Untuk mendapatkan
sebuah rangkaian RLC seri perlu mengganti rangkaian RC paralel dengan
rangkaian RLC seri. Sifat induktif saling meniadakan dengan sifat kapasitif,
sehingga rangkaian bersifat resistif (Hayt, 2006:133).
Rangkaian listrik adalah suatu kumpulan elemen atau komponen listrik
yang saling dihubungkan dengan cara tertentu dan yang paling sedikit mempunyai
satu lintasan tertutup. Pada rangkaian listrik tersusun oleh rangkaian pasif dan
rangkaian aktif. Keberadaan dua komponen pasif induktor dan kapasitor dalam
rangkaian listrik secara bersamaan yakni rangkaian RLC akan menghasilkan
sebuah sistem diferensial rangkaian RLC adalah suatu rangkaian listrik yang
terdiri atas komponen resistor (R) induktor (L) dan kapasitor (C) yang tersusun
secara seri maupun paralel konfigurasi ini membentuk suatu sistem osilator
harmonik. Rangkaian RLC yang ditunjukkan pada rangkaian yang disebut
rangkaian penala (tuner) pada rangkaian resonansi. Elemen-elemen rangkaian
adalah hambatan-hambatan yang didalam nya terdapat arus-arus yang tidak
berubah dengan waktu. Kapasitor adalah elemen rangkaian, yang akan
mengantarkan konsep arus-arus yang berubah terhadap waktu. Karakteristik
rangkaian RLC yaitu tegangan DC yang disebut tegangan searah dimana didalam
tegangan ini mempunyai polaritas yang sama positif dan negatif. Tegangan AC
disebut tegangan bolak balik, mempunyai dua polaritas yang positif serta
sebaliknya yang diukur dari netral. Frekuensi 50 H pada tegangan AC (Maulinda,
2017:91).
Harga frekuensi resonansi pada rangkaian seri RLC diperoleh dari grafik
kuat arus terhadap frekuensi dengan harga tegangan generator tetap yaitu 1 V.
Frekuensi resonansi diperoleh ketika kuat arus yang berharga maksimum atau
berada di puncak grafik sedangkan harga frekuensi resonansi pada rangkaian
paralel RLC diperoleh dari grafik kuat arus terhadap frekuensi, dengan harga
tegangan function generator tetap yaitu 1 V. Frekuensi resonansi diperoleh ketika
kuat arusnya berharga minimum pada keadaan ini sudut fase bernilai nol.
Rangkaian Seri RLC Arus AC yaitu terdapat gejala transier, diperoleh grafik
sinusoidal dan diperoleh nilai tetapan waktu. Gejala transier pada tiap rangkaian
berbeda-beda yaitu pada rangkaian RL yaitu kearah vertikal sedangkan pada
rangkaian RC yaitu kearah diagonal. Dan gejala transier rangkaian RLC yaitu ke
arah vertikal dan diagonal. Sebuah tahanan dengan nilai berhingga di dalam
rangkaian RLC paralel akan berperan sebagai energi listrik yang setiap kali
energi akan dipindahkan dari L ke C atau sebaliknya dari C ke L sebagian dari
energi yang dipindahkannya. Elemen L dan C yang kehabisan Joule tidak
memiliki arus maupun tegangan rangkaian ( Lizelwati, 2011:95-96).
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
1. Osiloskop, Berfungsi untuk memetakan atau membaca sinyal listrik
maupun frekuensi.
2. Generator Nada, Berfungsi untuk mengukur besar tegangan listrik
maupun amplitudo gelombangnya.
3. Amperemeter AC, Berfungsi untuk mengukur kuat arus listrik.
4. Papan Rangkaian, Berfungsi sebagai tempat untuk meletakkan
komponen-komponen menjadi suatu rangkaian elektronika.
5. Set Kabel Penghubung, Berfungsi untuk menghubungkan
komponen rangkaian listrik.

3.1.2 Bahan
1. Resistor, Berfungsi untuk menahan sebagian arus listrik agar sesuai
dengan kebutuhan suatu rangkaian elektronika.
2. Kapasitor, Berfungsi untuk menyimpan arus listrik dalam waktu
sementara.
3. Induktor, Berfungsi untuk melawan fluktuasi arus yang melewatinya.
3.2 Cara Kerja

1. Diatur amplitudo gelombang dari generator nada pada 5 volt (10 volt
peak to peak).
2. Dibuat rangkaian percobaan seperti gambar.
3. Dipasang kapasitor dengan harga 22 µF R = 10 Ω dan L = 500 lilitan.
4. Diatur frekuensi dari generator nada untuk mendapatkan frekuensi
resonansi (terjadi saat arus yang mengalir pada rangkain maksimum).
5. Dicatat arus yang mengalir pada rangkaian dan diukur tegangan pada
ujung-ujung R,L, dan C serta frekuensi gelombang pada osiloskop.
6. Diatur frekuensi generator nada untuk beberapa nilai frekuensi di bawah
dan di atas frekuensi resonansi, kemudian diulangi langkah 5.
7. Diulangi langkah 4 sampai 6 untuk nilai R yang lebih besar.
3.3 Gambar Alat
1. Osiloskop

1 2 3 4 5 6 7

8 9 10 11 12 13 14

Keterangan :
1. Pengatur fokus gambar
2. Pengatur intensitas
3. Saklar daya
4. ON-OFF pengatur horizontal
5. Pengatur sumbu waktu horizontal
6. Saklar pemilih tampilan tunggal atau ganda
7. Saklar triger otomatis
8. Pengatur vertikal kanal
9. Pembalik kanal
10. Lead kanal
11. Kalibrasi kanal
12. Saklar pemilih moda
13. Pengatur amplitudo kanal
14. Pengatur rentang kanal
2. Amperemeter AC
1

Keterangan :
1. Penunjuk kuat arus
2. Pengaturan ampere

3. Generator Nada

4 1 2

Keterangan :
1. Penampil hasil masukan
2. Tombol input
3. Tombol play
4. Pengatur volume

4. Set Kabel Penghubung

Keterangan :
1. Kabel penghubung

5. Papan Rangkaian

Keterangan :
1. Papan rangkaian
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Keadaan Laboratorium Keadaan Sebelum Keadaan Sesudah

Suhu 32˚C 32˚C

Keadaan relatif 79 % Rh 64 % Rh

R = 1000 Ω

L = 250 µF

C = 10 mH

Frekuesi VR (V) VL (V) VC (V) V(VP-P) F T (s)

generator osiloskop

100 0,05 0,055 0,045 0,28 208,33 4,8 x 10-3

200 0,05 0,055 0,045 0,32 250 4 x 10-3

300 0,05 0,06 0,05 0,28 454,5 2,2 x 10-3

400 0,05 0,06 0,05 0,28 500 2 x 10-3

500 0,055 0,06 0,05 0,32 384,6 2,6 x 10-3

600 0,055 0,06 0,05 0,32 454,5 2,2 x 10-3

700 0,055 0,06 0,05 0,32 500 2 x 10-3

800 0,055 0,06 0,035 0,32 555,5 1,8 x 10-3


4.2 Perhitungan
4.2.1 Rangkaian Seri
1. Frekuensi Generator 100 Hz
V= Jumlah Garis x 0,2 x skala y
= 7 x 0,2 x 0,2
= 0,28 V
T = jumlah garis x 0,2 x 2 skala x
= 24 x 0,2 x 1
= 4,8 ms
= 4,8 x 10-3 s
1 1
f    208,33 Hz
T 4,8 x 10 -3

2. F Generator 200 Hz
V = Jumlah Garis x 0,2 x 2 skala y
= 8 x 0,2 x 0,2
= 0,32 V
T = jumlah garis x 0,2 x skala x
= 20 x 0,2 x 1
= 4 ms
= 4 x 10-3 s
1 1
f    250 Hz
T 4 x 10 -3
3. F Generator 300 Hz
V= Jumlah Garis x 0,2 x skala y
= 7 x 0,2 x 0,2
=0,28 V
T = jumlah garis x 0,2 x skala x
= 11 x 0,2 x 1
= 2,2 ms
= 2,2 x 10-3 s
1 1
f    454,5 Hz
T 2,2 x 10 -3
4. F Generator 400 Hz
V = Jumlah Garis x 0,2 x skala y
= 7 x 0,2 x 0,2
= 0,28 V
T = jumlah garis x 0,2 x 2 skala x
= 10 x 0,2 x 1
= 2 ms
= 2 x 10-3 s
1 1
f    500 Hz
T 2 x 10 -3
5. F Generator 500 Hz
V = Jumlah Garis x 0,2 x skala y
= 8 x 0,2 x 0,2
= 0,32 V
T = jumlah garis x 0,2 x skala x
= 13 x 0,2 x 1
= 2,6 ms
= 2,6 x 10-3 s
1 1
f    384,6 Hz
T 2,6 x 10 -3
6. F Generator 600 Hz
V = Jumlah Garis x 0,2 x skala y
= 8 x 0,2 x 0,2
= 0,32 V
T = jumlah garis x 0,2 x skala x
= 11 x 0,2 x 1
= 2,2 ms
= 2,2 x 10-3 s
1 1
f    454,5 Hz
T 2,2 x 10 -3
7. F Generator 700 Hz
V = Jumlah Garis x 0,2 x skala y
= 8 x 0,2 x 0,2
= 0,32 V
T = jumlah garis x 0,2 x skala x
= 10 x 0,2 x 1
= 2 ms
= 2 x 10-3 s
1 1
f    500 Hz
T 2 x 10 -3
8. F Generator 800 Hz
V = Jumlah Garis x 0,2 x skala y
= 8 x 0,2 x 0,2
= 0,32 V
T = jumlah garis x 0,2 x skala x
= 9 x 0,2 x 1
= 1,8 ms
= 1,8 x 10-3 s
1 1
f    555,5 Hz
T 1,8 x 10 -3
4.3 Ralat

F f-𝒇̅ (f-𝒇̅)2

208,33 - 205,1 42066,01

250 - 163,43 26709,36

454,5 41,07 1686,75

500 86,57 7494,36

384,6 -28,83 831,17

454,5 41,07 1686,75

500 86,57 7494,36

555,5 142,07 20183,88

̅𝒇 = 𝟒𝟏𝟑, 𝟒𝟑 ∑(f-𝒇̅)2 ∑(f-𝒇̅)2 = 108.152,64

√∑(𝐟−𝒇̅ )² RM
RM = RN = X 100%
n−1 𝒇̅

√108152,64 46,98
= = 413,43 X 100%
7

328,87
= = 11,36%
7

= 46,98
4.4 Pembahasan
Pada percobaan kali ini, diuji cobakan megenai teori suatu rangkaian listrik
seri RLC. Dimana pada rangkaian ini menggabungkan antara kapasitor,induktor
dan resistor. Dalam praktikum kali ini, pertama yang akan dilakukan adalah
menghitung nilai pada resistor, pada induktor dan pada kapasitor,dengan
menggunakan metode rangkaian seri.
Ada dua jenis rangkaian yaitu rangkaian seri dan rangkaian paralel yang
paling sederhana dalam menghubungkan komponen sebuah rangkaian listrikatau
rangkaian elektronik. Rangkaian seri disusun secara berurutan, hemat kabel,
ketika ada satu lampu padam maka semua lampu yang ada ikut padam, berpijar
tidak semua terang dan hambatan total lebih besar dari hambatan terbesar
rangkaian seri. Sedangkan pada rangkaian paralel disusun secara bersusun atau
sejajar, boros kabel, ketika ada yang padam satu yang lai akan tetap menyala,
berpijar sama terang dan hambatan total lebih kecil dari hanbatan terkecil
rangkaian paralel.
Rangkaian RLC adalah rangkaian yang terdiri dari resisitor, induktor , dan
juga kapasitor dihubungkan secara seri atau paralel. Mengapa dinamakan RLC
karena nama ini menjadi symbol listrik biasa untuk Ketahanan, Induktansi, dan
Kapasitansi masing-masing. Rangkaian RLC ini membentuk osilator harmonic
dan akan beresonansi hanya dalam cara yang sama dalam rangkaian LC. Untuk
rangkaian seri RLC menggunakan arus AC, maka arus listrik akan mendapat
hambatan dari R, L dan C. hambatan tersebut dinamakan impendensi (Z) yang
mana merupakan gabungan secara vector dari XL, Xc dan yang besarnya dilihat
dari satuan (Z).
Resonansi adalah peristiwa ikut bergetarnya suatu benda lain, syarat
terjadinya resonansi adalah frekuensi alami kedua sumber bunyi harus sama atau
kelipatannya. Sedangkan frekuensi resonansi adalah frekuensi yang mana
frekuensi sumber sama dengan frekuensi pribadi system. Frekuensi pribadi adalah
getaran ketika system bergetar tanpa adanya gangguan luar.
Dalam percobaan ini dilakukan pengukuran dari tegangan frekuensi yang
berbeda, yaitu dari nilai 100 Hz hingga 800 Hz. Dari pengukuran ini
menghasilkan suatu tegangan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Dapat diketahui bahwa pengaruh frekuensi terhadap tegangan resisitor yaitu
frekuensi berbanding lurus dengan besarnya nilai resistor, dimana semakin besar
tegangan resistor maka semakin besar pula frekuensinya. Hubungan frekuensi
dengan tegangan induktor adalah frekuensi akan berbanding lurus dengan
besarnya nilai tegangan pada induktor, dimana semakin besar frekuensi yang
digunakan maka nilai tegangan pada induktor juga akan semakin besar.
Sedangkan pada kapasitor nilai tegangan berbanding terbalik dengan besar nya
frekuensi, dimana semakin besar atau semakin tinggi frekuensinya maka akan
semakin kecil atau semakin rendah nilai tegangan kapasitornya. Untuk melakukan
percobaan ini digunakan bahan yang merupakan komponen penting yaitu,
Resistor, Induktor dan Kapasitor. Apabila ketiga komponen ini bernilai lebih
besar maka akan menghasilkan nilai frekuensi yang besar pula. Begitupun
sebaliknya, apabila ketiga komponen ini bernilai lebih kecil maka frekuensi yang
dihasilkan juga kecil.
Dengan menggunakan beberapa variasi dari frekuensi yang ditentukan,
dapat dibandingkan gelombang yang terbentuk dari masing-masing nilai
frekuensi. Pada saat frekuensi yang digunakan sebesar 100 Hz gelombang ang
terbentuk menghasilkan gelombang yang lebih besar dibandingkan dengan ketika
menggunakan nilai frekuensi yang sebesar 800 Hz yang menghasilkan gelombang
yang lebih kecil. Hal ini dikarenakan nilai frekuensi berbanding terbalik dengan
panjang gelombang yang dihasilkan. Dengan demikian ketika frekuensinya 100
Hz akan menghasilkan gelombang yang lebih panjang dibandingkan ketika
frekuensinya 800 Hz.
Pada percobaan ini frekuensi yang digunakan mulai dari 100 Hz sampai 800
Hz. Pada frekuensi generator sebesar 100 Hz didapatkan nilai frekuensi pada
osilator sebesar 208,38 HZ. Pada frekuensi generator sebesar 200 Hz didapatkan
nilai frekuensi pada osilator sebesar 250 Hz. Pada frekuensi generator sebesar 300
Hz didapatkan nilai frekuensi pada osilator sebesar 454,5 Hz. Pada frekuensi
generator sebesar 400 Hz didapatkan nilai frekuensi pada osilator sebesar 500 Hz.
Pada frekuensi generator sebesar 500 Hz didapatkan nilai frekuensi pada osilator
sebesar 384,6 Hz. Pada frekuensi generator sebesar 600 Hz didapatkan nilai
frekuensi pada osilator sebesar 454,5 Hz. Pada frekuensi generator sebesar 700 Hz
didapatkan nilai frekuensi pada osilator sebesar 500 Hz. Pada frekuensi generator
sebesar 800 Hz didapatkan nilai frekuensi pada osilator sebesar 555,5 Hz.
Berdasarkan data-data yang didapatkan maka dapat disimpulkan bahwa
semakin besar frekuensi pada generator nada maka akan semakin besar frekuensi
yang didapatkan pada perhitungan atau yang terbaca pada osilator, sehingga
panjang gelombang yang dihasilkan kecil.
Pada rangkaian paralel tegangan R sama dengan tegangan induktor karena
sesuai dengan prinsip pada rangkaian paralel bahwa tegangan pada setiap masing-
masing bahan itu adalah sama. Berbeda dengan prinsip pada rangkaian seri yang
mana jumlah tegangan akan terbagi dengan jumlah tahanan seri.

Rangkaian seri Rangkaian paralel


Pada percobaan ini tidak dilakukan percobaan menggunakan rangkaian
paralel. Menurut literatur yang ada, bahwa paralel pada suatu rangkaian yang
disusun sejajar akan mempunyai nilai tegangan resistor yang sama dengan nilai
tegangan induktor, hal ini dikarenakan arus yang mengalir pada setiap
percabangan bergantung pada besarnya nilai dari resistor. Dimana resistor ini
memiliki sifat menghambat arus, sehingga pada setiap percabangan yang nilai
resistornya besar maka akan semakin kecil arus yang mengalir melewatinya, dan
begitu juga sebaliknya. Inilah yang menyebabkan tegangan resistor sama dengan
tegangan induktor.
Selanjutnya adalah pengaruh frekuensi terhadap panjang gelombang dapat
dituliskan sebagai berikut :
c

f
Dari persamaan diatas dapat disimpulkan bahwa semakin besar suatu frekuensi
maka panjang gelombang yang dihasilkan adalah semakin kecil karena panjang
gelombang berbanding terbalik dengan frekuensi.
Pada rangkaian paralel, tegangan kapasitor sama dengan induktor. Hal ini
dikarenakan jika VR menyatakan tegangan pada ujung-ujung hambatan (R), VL
menyatakan tegangan pada ujung-ujung indikator, maka dalam rangkaian ini nilai
VR sefase dengan arus listrik, sedangkan VL mendahului arus sebesar 90˚. Maka
besarnya tegangan V dapat dicari dengan menjumlahkan nilai VR dengan VL
secara vector yaitu
V = VR2 + VL2
Pada percobaan ini didapatkan ralat mutlak sebesar 46,98 sedangkan ralat
nisbinya adalah 11,36%. Dari penelitian yang telah dilakukan, terdapat juga
berbagai keakuratan data yang kurang tepat, hal tersebut dikarenakan bahwa dari
pembacaan monitoring gelombang yang kurang cermat. Kecerobohan dan ketidak
mampuan dalam memahami isi dari meteri dan terutama dari teori, maka akan
berdampak pada hasil yang akan didapatkan.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yag telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut yaitu :
1. Frekuensi akan sangat berpengaruh pada resistor, induktor,dan kapasitor.
Pada resistor, semakin tinggi frekuensi maka tegangan akan semakin
redah. Pada induktor, apabila frekuensi semakain tinggi, maka
teganganpun akan semakin tinggi. Pada kapasitor,semakin tinggi frekensi
makan tegangan akan semakin rendah.
2. Pengaruh frekuensi terhada bedafase tegangan dan arus adalah, apabila
frekuensi naik maka tegangan akan turun.

5.2 Saran
Pada praktikum mengenai rangkain seri RLC, ditekankan agar praktikan
memperhatikan apa yang dijelaskan, karena percobaan akan sedikit rumit. Konsep
dalam praktikum juga harus dipahami betul, agar tidak terjadi kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA

Hayt, W.H., J.E. Kemmerly dan S.M. Durbin. 2005. Rangkaian Listrik Edisi
Keenam Jilid 1. Jakarta : Erlangga.

Hayt, W.H., J.E. Kemmerly dan S.M. Durbin. 2005. Rangkaian Listrik Edisi
Keenam Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Maulinda, K.R dan Ishafis. 2017. “ Pengembangan Laboratorium Virtual


Rangkaian RLC Seri Berbasis LabView Untuk Pembelajaran Fisika
SMA”. Jurnal UAD. Vol 4 (2): 90-94.

Parinduri, I. 2018.” Model dan Simulasi Rangkaian RLC Menggunakan Aplikasi


Matlab Metode Simulink”. Jurnal Of Science and Social Research. Vol 1
(1):42-47.

Young, H.D dan R.A. Freedman. 2001. Fisika Universitas Edisi 10 Jilid 2.
Jakarta : Erlangga.
PERTANYAAN

1. Buktikan bahwa beda fase tegangan dan arus dalam induktor, kapasitor dan
tahanan berturut-turut adalah 90˚-90˚dan 0˚....
Jawab:
Analisis rangkaian induktor menurut hukum lentz.
𝑑𝑖
E = -L(𝑑𝑡 )
∑𝐸 = 0
𝑑𝑖
A. L (𝑑𝑡) + V sin Wt = 0
𝑑𝑖 𝑣
= ( 𝑙 )sin Wt
𝑑𝑡

𝑣
I = ( 𝑙 ) ∫ sin 𝑤𝑡 𝑑𝑡

−𝑉
I = 𝑊𝑙 cos wt

𝑉 −1
I = (𝑊𝑙) sin (wt 2 𝜋 )
1
Terlihat bahwa fase pada induktor ketinggalan 𝜋 radian, jadi beda fase untuk
2
1
induktor adalah 𝜋.
2

Analisis rangkaian kapasitor menurut hukum coloumb :

B. Q = CV

𝑑𝑞 𝑑𝑣
= c 𝑑𝑡
𝑑𝑡

𝑑𝑣
I = c 𝑑𝑡 ( v sin wt )

I = V wc cos wt

1
I = V wc sin ( wt + 2 𝜋 )

1
Terlihat fase konduktor mendahului 𝜋 radian jadi beda fase untuk kapasitor
2

adalah -90˚.
Jadi, pada rangkaian reistor arus dan tegangan adalah sefase karena tidak
terjadi beda fase. Maka bada fasenya adalah 0˚.
2. Terangkan mengapa terjadi resonasi, v menjadi minimum dan arus pada
rangkaian mencapai harga maksimum...?
Jawab:
Karena rangkaian resonasi seri memiliki impedensi yang sangat rendah pada
kondisi resonasi, bahkan pada rangkaian ideal nilai impedansi rangkaian akan
sama dengan nol.

3. Ceritakan tentang resonasi pada rangkaian paralel?

Jawab:
Arus yang mengalir pada rangkaian mencapai nilai minimumnya. Syarat
frekuensi resonasi dari hubungan paralel L dan C adalah jumlah
impedensinya sama pada frekuensi tertentu. Dan frekuensi ini adalah
frekuensi resonasi.
EVALUASI AKHIR

1. Hitung nilai reaktamsi induktif XL, reaktansi kapasitif XC, dan nilai
impedansi Z untuk setiap perubahan frekuensi !

Jawab :
a. Frekuensi Osiloskop 208,38 Hz

W = 2𝜋𝐹 XL = W.L

W = 2x3,14x208,38 XL = 1308,62x25x10-5

W = 1308,62 XL = 0,327155 ohm

XC =
1 Z = √𝑅 2 + 𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 )2
𝑊.𝐶

1 Z = √106 + (0,327155 − 76,416)2 X


XC = 1308,62𝑥 10−5

XC = 76,416 atm Z = √1005789,51

Z = 1002,89

b. Frekuensi Osiloskop 250 Hz

W = 2𝜋𝐹 XL = W.L

W = 2x3,14x250 XL =1570x25x10-5

W = 1570 XL = 0,3925 ohm

XC =
1 Z = √𝑅 2 + 𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 )2
𝑊.𝐶

1 Z = √106 + (0,3925 − 63,694)2


XC = 1570𝑥 10−5
Z = √1004007,079
XC = 63,694 atm
Z = 1002

c. Frekuensi Osiloskop 454,5 Hz

W = 2𝜋𝐹 XL = W.L
W = 2x3,14x454,5 XL =2854,26x25x10-5

W = 2854,26 XL = 0,713565 ohm

XC =
1 Z = √𝑅 2 + 𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 )2
𝑊.𝐶

1 Z = √106 + (0,713565 − 35,0877)2


XC = 2854,26𝑥 10−5

Z = √1001181,58
XC = 35,0877 atm
Z = 1000,59

d. Frekuensi Osiloskop 500 Hz

W = 2𝜋𝐹 XL = W.L

W = 2x3,14x500 XL =3140x25x10-5

W = 3140 XL = 0,785 ohm

XC =
1 Z = √𝑅 2 + 𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 )2
𝑊.𝐶

1 Z = √106 + (0,785 − 31,847)2


XC =
3140𝑥 10−5
Z = √1000964,847
XC = 31,847 atm
Z = 1000,48

e. Frekuensi Osiloskop 384,6 Hz

W = 2𝜋𝐹 XL = W.L

W = 2x3,14x384,6 = 2415,288 XL =2415,288x25x10-5 = 0,6038 ohm

1 Z = √𝑅 2 + 𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 )2
XC = 𝑊.𝐶

1 Z = √106 + (0,6038 − 41,4078)2


XC =
2415,288𝑥 10−5
Z = √1001664,96
XC = 41,4078 atm
Z = 1000,83

f. Frekuensi Osiloskop 454,5 Hz

W = 2𝜋𝐹 XL = W.L
W = 2x3,14x454,5 XL =2854,26x25x10-5

W = 2854,26 XL = 0,713565 ohm

XC =
1 Z = √𝑅 2 + 𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 )2
𝑊.𝐶

1 Z = √106 + (0,713565 − 35,0877)2


XC = 2854,26𝑥 10−5

Z = √1001181,58
XC = 35,0877 atm
Z = 1000,59

g. Frekuensi Osiloskop 500 Hz

W = 2𝜋𝐹 XL = W.L

W = 2x3,14x500 XL =3140x25x10-5

W = 3140 XL = 0,785 ohm

XC =
1 Z = √𝑅 2 + 𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 )2
𝑊.𝐶

1 Z = √106 + (0,785 − 31,847)2


XC =
3140𝑥 10−5
Z = √1000964,847
XC = 31,847 atm
Z = 1000,48

h. Frekuensi Osiloskop 555,5Hz

W = 2𝜋𝐹 XL = W.L

W = 2x3,14x555,5 XL =3488,54x25x10-5

W = 3488,54 XL = 0,872135 ohm

XC =
1 Z = √𝑅 2 + 𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 )2
𝑊.𝐶

1 Z = √106 + (0,872135 − 28,669724)2


XC = 3488,54𝑥 10−5
Z = √1000772,7
XC = 28,669724 atm
Z = 1000,38
2. Buatlah Grafik untuk nilai XL, XC, dan Z !

1
Nilai XL
0.8

0.6

0.4

0.2

0
208.38 250 454.5 500 384.6 454.5 500 555.5

Nilai Xc
100
80
60
40
20
0
208.38 250 454.5 500 384.6 454.5 500 555.5

Nilai Z
1004
1003
1002
1001
1000
999
208.38 250 454.5 500 384.6 454.5 500 555.5

Anda mungkin juga menyukai