Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dengan semakin meningkatnya ilmu pengetahun dan teknologi (IPTEK), semakin


tinggi pula aktivitas kegiatan ekonomi manusia, di antaranya dengan semakin pesatnya
perkembangan sektor industri dan sistem transportasi. Sebagai konsekuensi logis, maka
semakin dampaknya akan meningkatkan pula zat-zat polutan yang dikeluarkan kegiatan
industri maupun transportasi tersebut. Keberadaan zat-zat polutan di udara ini tentu akan
berpengaruh terhadap proses-proses fisik dan kimia yang terjadi di udara. Beberapa
contoh efek negatif perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menjadi isu-isu
global antara lain efek rumah kaca, pemanasan global, polusi, sampah, dan hujan asam.

Istilah hujan asam pertama kali digunakan Robert Angus Smith pada tahun 1972.
Ia menguraikan tentang keadaan di Manchester, sebuah kawasan industri di bagian utara
Inggris. Hujan asam ini pada dasarnya merupakan bagian dari peristiwa terjadinya
deposisi asam. Ia mengatakan bahwa bahan pencemar di udara yang bercampur dengan
air hujan bersenyawa menjadi asam dan menyebabkan kerusakan bangunan dan
monumen bersejarah. Pada dasarnya, air hujan normal memang sudah asam dengan kadar
keasaman antara pH 5,6- 5,0. Keasaman ini dihasilkan ketika karbondioksida dan materi
asam alami lainnya terurai dalam uap air yang bercampur di udara.

Masalah itu masih terjadi hingga kini dan kita tahu bahwa banyak gas polutan
yang menyebabkan pencemaran udara. Ini termasuk sulfur dioksida yang umumnya
dihasilkan oleh pembangkit tenaga listrik yang menggunakan batubara, dan nitrogen
oksida dari kendaraan bermotor serta bahan bakar fosil yang digunakan oleh industri.
Kedua unsur tersebut bersenyawa di atmosfer dengan air, oksigen, dan oksidan dari
senyawa-senyawa asam lainnya. Persenyawaan ini membentuk semacam lapisan
gabungan antara asam sulfur dan asam nitrat. Cahaya matahari mempercepat laju reaksi
proses itu. Hujan asam menyebabkan peningkatan kadar asam di tanah, danau-danau,
sungai serta menyebabkan kematian pohon. Selain itu asam juga merusak material
gedung, patung-patung dan peninggalan sejarah.

1
1.2 Rumusan Masalah

Ada beberapa rumusan yang ingin dibahas dalam makalah yang akan membahas
tentang hujan asam, antara lain:

1. Apa yang dimaksud dengan hujan asam?

2. Bagaimanakah proses terbentuknya hujan asam?

3. Bagaimanakah dampak atau akibat yang ditimbulkan oleh hujan asam terhadap
kehidupan manusia dan lingkungan?

4. Upaya apasajakah yang dapat ditempuh untuk mengurangi dan menegah


terjadinya hujan asam?

1.3 Tujuan

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka penulis
merumuskan beberapa tujuan yang ingin dicapai, antara lain:

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan hujan asam.

2. Untukmengetahui proses terbentuknya hujan asam.

3. Untuk mengetahui dampak atau akibat yang ditimbulkan oleh hujan asam
terhadap kehidupan manusia dan lingkungan.

4. Untuk mengetahui upaya yang dapat ditempuh untuk mengurangi dan menegah
terjadinya hujan asam.

1.4 Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah memberikan kita
pengentahuan dan wawasan mengenai apa yang dimaksud dengan hujan asam,
mengetahui tentang proses terjadinya hujan asam, dampak yang ditimbulkan oleh hujan
asam terhadap kehidupan manusia dan lingkungan, dan usaha yang dapat kita lakukan
untuk mengurangi dan mencegah dampak buruk yang ditimbulkan oleh hujan asam.
Pengetahuan ini diharapkan semoga mampu meningkatkan kesadaran kita untuk menjaga
lingkungan serta mengubah pola hidup untuk mendukung pelestarian lingkungan hidup

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Hujan Asam

Fenomena hujan asam mulai dikenal sejak akhir abad 17, hal ini diketahui dari
buku karya Robert Boyle pada tahun 1960 dengan judul “A General History of the Air“.
Buku tersebut menggambarkan fenomena hujan asam sebagai “nitrous or salino-sulforus
spiris“.

Selanjutnya revolusi industri di Eropa yang dimulai sekitar awal abad ke 18


memaksa penggunaan bahan bakar batubara dan minyak sebagai sember utama energi
untuk mesin-mesin. Sebagai akibatnya, tingkat emisi precursor (faktor penyebab) dari
hujan asam yakni gas-gas SO2, NOx dan HCl meningkat. Padahal biasanya precussor ini
hanya berasal dari gas-gas gunung berapi dan kebakaran hutan.

Istilah hujan asam pertama kali digunakan oleh Robert Angus Smith pada tahun
1872 pada saat menguraikan keadaan di Manchester, sebuah daerah industri di Inggris
bagian utara. Smith menjelaskan fenomena hujan asam pada bukunya yang berjudul “Air
and Rain: The Beginnings of Chemical Technology“.

Hujan asam adalah hujan yang bersifat asam daripada hujan biasa (Hunter BT,
2004 dalam Rahardiman, Arya. 2009). Deposit asam dari atmosfer dapat bersifat abash
(dari hujan, salju, atau hujan es) atau kering (dari pertukaran turbulen dan pengaruh
gravitasi yang tidak berkaitan dengan hujan). Hujan asam dikenal pertama kali pada
tahun 1950, yaitu pada saat hujan asam tersebut memberikan dampak negative berupa air
yang bersifat asam di danau Skandinavia dan Kanada (Mukono, 2000 dalam Rahardiman,
Arya. 2009).

Istilah keasaman berarti bertambahnya ion hydrogen ke dalam suatu lingkungan.


Suatu lingkungan akan bersifat asam jika kemasukan ion hydrogen yang bersal dari asam
sulfat (H2SO4) dan atau asam nitrat (HNO3). Satu reaksi penting dalam oksidasi sulfur
dioksida adalah antara sulfur dioksida yang terlarut dan hydrogen peroksida.

Masalah hujan asam dalam skala yang cukup besar pertama terjadi pada tahun
1960-an ketika sebuah danau di Skandinavia meningkat keasamannya hingga

3
mengakibatkan berkurangnya populasi ikan. Hal tersebut juga terjadi di Amerika Utara,
pada masa itu pula banyak hutan-hutan di bagian Eropa dan Amerika yang rusak. Sejak
saat itulah dimulai berbagai usaha penaggulangannya, baik melalui bidang ilmu
pengetahuan, teknis maupun politik.

Hujan yang normal seharusnya adalah hujan yang tidak membawa zat pencemar
dan dengan pH 5,6. Air hujan memang sedikit asam karena H2O yang ada pada air hujan
bereaksi dengan CO2 di udara. Reaksi tersebut menghasilkan asam lemah H2CO3 dan
terlarut di air hujan. Apabila air hujan tercemar dengan asam-asam kuat, maka pH-nya
akan turun dibawah 5,6 maka akan terjadi hujan asam.

Hujan asam sebenarnya dapat mencegah global warming, gas buang seperti
SO2 penyebab hujan asam mampu memantulkan sinar matahari keluar atmosfer bumi
sehingga dapat mencegah kenaikan temperatur bumi. Akan tetapi, efek samping dari
hujan asam menghasilkan kerusakan lingkungan yang lebih parah dibandingkan global
warming. Sebenarnya “hujan asam” merupakan istilah yang kurang tepat untuk
menggambarkan jatuhnya asam-asam dari atmosfer ke permukaan bumi. Istilah yang
lebih tepat seharusnya adalah deposisi asam, karena pengendapan asam dari atmosfir ke
permukaan bumi tidak hanya melalui air hujan tetapi juga melalui kabut, embun, salju,
aerosol bahkan pengendapan langsung. Istilah deposisi asam lebih bermakna luas dari
hujan asam.

(Sumber: Ophardt, C.O., (2003)).

Karena hujan asam terlihat, dan rasanya seperti air bersih, pengukuran pH diambil
untuk menentukan keasaman yang dimilikinya. Menurut US Environmental Protection
Agency, air murni memiliki pH 7,0, dan hujan normal memiliki pH sekitar 5.6 (Howard,
Rhonda, 2010). Nilai 7,0 dianggap netral, Nilai yang lebih tinggi dari 7,0 semakin alkali
atau dasar, Nilai lebih rendah dari 7,0 semakin asam. ilustrasi di atas juga
menggambarkan pH dari beberapa zat umum

Deposisi asam ada dua jenis, yaitu deposisi kering dan deposisi basah. Deposisi
kering ialah peristiwa kerkenanya benda dan mahluk hidup oleh asam yang ada dalam
udara. Ini dapat terjadi pada daerah perkotaan karena pencemaran udara akibat kendaraan
maupun asap pabrik. Selain itu deposisi kering juga dapat terjadi di daerah perbukitan

4
yang terkena angin yang membawa udara yang mengandung asam. Biasanya deposisi
jenis ini terjadi dekat dari sumber pencemaran.

Deposisi basah ialah turunnya asam dalam bentuk hujan. Hal ini terjadi apabila asap
di dalam udara larut di dalam butir-butir air di awan. Jika turun hujan dari awan tadi,
maka air hujan yang turun bersifat asam. Deposisi asam dapat pula terjadi karena hujan
turun melalui udara yang mengandung asam sehingga asam itu terlarut ke dalam air hujan
dan turun ke bumi. Asam itu tercuci atau wash out. Deposisi jenis ini dapat terjadi sangat
jauh dari sumber pencemaran.

Beberapa penyebab hujan asam diantaranya :

1. Pada dasarnya Hujan asam disebabkan oleh 2 polutan udara, Sulfur Dioxide (SO2)
dan nitrogen oxides (NOx) yang keduanya dihasilkan melalui pembakaran. Akan
tetapi sekitar 50% SO2 yang ada di atmosfer diseluruh dunia terjadi secara alami,
misalnya dari letusan gunung berapi maupun kebakaran hutan secara alami.

Sedangkan 50% lainnya berasal dari kegiatan manusia, misalnya akibat


pembakaran BBF, peleburan logam dan pembangkit listrik. Minyak bumi mengadung
belerang antara 0,1% sampai 3% dan batubara 0,4% sampai 5%. Waktu BBF di bakar,
belerang tersebut beroksidasi menjadi belerang dioksida (SO2) dan lepas di udara. Oksida
belerang itu selanjutnya berubah menjadi asam sulfat.

Oksida nitrogen, atau NOx, dan sulfur dioksida, atau SO2, adalah dua sumber
utama hujan asam. Sulfur dioksida, yang merupakan gas tidak berwarna, dilepaskan
sebagai produk oleh-ketika bahan bakar fosil yang mengandung belerang yang terbakar.

Gas ini dihasilkan karena berbagai proses industri, seperti pengolahan minyak
mentah, pabrik utilitas, dan besi dan pabrik baja. berarti alam dan bencana juga dapat
mengakibatkan belerang dioksida yang dilepaskan ke atmosfer, seperti vegetasi
membusuk, plankton, semprot laut, dan gunung berapi, yang semuanya memancarkan
sekitar 10% belerang dioksida. Secara keseluruhan, pembakaran industri bertanggung
jawab atas 69,4% emisi sulfur dioksida ke atmosfer, dan transportasi kendaraan
bertanggung jawab atas sekitar 3,7% (Anonim , 2009).

1. NOx juga berasal dari aktifitas jasad renik yang menggunakan senyawa organik
yang mengandung N. Oksida N merupakan hasil samping aktifitas jasad renik itu.

5
Di dalam tanah pupuk N yang tidak terserap tumbuhan juga mengalami kimi-fisik
dan biologik sehingga menghasilkan N. Karena itu semakin banyak menggunakan
pupuk N, makin tinggi pula produksi oksida tersebut.

2. Hujan asam juga dapat terbentuk melalui proses kimia dimana gas sulphur dioxide
atau sulphur dan nitrogen mengendap pada logam serta mengering bersama debu
atau partikel lainnya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh National Atmospheric Deposition


Program di Amerika, menunjukkan bahwa pada Tahun 2004 terjadi hujan asam yang
diperkirakan disebabkan oleh pembangkit listrik di New Jersey atau Michigan.

2.2 Proses Terbentuknya Hujan Asam

Deposisi asam terjadi apabila asam sulfat, asam nitrat, atau asam klorida yang ada
do atmosfer baik sebagai gas maupun cair terdeposisikan ke tanah, sungai, danau, hutan,
lahan pertanian, atau bangunan melalui tetes hujan, kabut, embun, salju, atau butiran-
butiran cairan (aerosol), ataupun jatuh bersama angin.

Asam-asam tersebut berasal dari prekursor hujan asam dari kegiatan manusia
(anthropogenic) seperti emisi pembakaran batubara dan minyak bumi, serta emisi dari
kendaraan bermotor. Kegiatan alam seperti letusan gunung berapi juga dapat menjadi
salah satu penyebab deposisi asam. Reaksi pembentukan asam di atmosfer dari prekursor
hujan asamnya melalui reaksi katalitis dan photokimia. Reaksi-reaksi yang terjadi cukup
banyak dan kompleks, namun dapat dituliskan secara sederhana seperti dibawah ini.

1. Pembentukan Asam Sulfat (H2SO4)

Gas SO2, bersama dengan radikal hidroksil dan oksigen melalui reaksi
photokatalitik di atmosfer, akan membentuk asamnya.

SO2 + OH → HSO3

HSO3 + O2 → HO2 + SO3

SO3 + H2O → H2SO4

6
Selanjutnya apabila diudara terdapat Nitrogen monoksida (NO) maka radikan
hidroperoksil (HO2) yang terjadi pada salah satu reaksi diatas akan bereaksi kembali
seperti:

NO + HO2 → NO2 + OH

Pada reaksi ini radikal hidroksil akan terbentuk kembali, jadi selama ada NO diudara,
maka reaksi radikal hidroksil akan terbantuk kembali, jadi semakin banyak SO2, maka
akan semakin banyak pula asam sulfat yang terbentuk.

2. Pembentukan Asam Nitrat (HNO3)

Pada siang hari, terjadi reaksi photokatalitik antara gas Nitrogen dioksida dengan
radikal hidroksil.

NO2 + OH → HNO3

Sedangkan pada malam hari terjadi reaksi antara Nitrogen dioksida dengan ozon

NO2 + O3 → NO3 + O2

NO2 + NO3 → N2O5

N2O5 + H2O → HNO3

Didaerah peternakan dan pertanian akan concong menghasilkan asam pada


tanahnya mengingat kotoran hewan banyak mengandung NH3 dan tanah pertanian
mengandung urea. Amoniak di tanah semula akan menetralkan asam, namun garam-
garam ammonia yang terbentuk akan teroksidasi menjadi asam nitrat dan asam sulfat.
Disisi lain amoniak yang menguap ke udara dengan uap air akan membentuk ammonia
hingga memungkinkan penetralan asam yang ada di udara.

HNO3 sangat asam dan larut dengan baik sekali. Selain itu juga merupakan asam
keras dan reaktif terhadap benda-benda lain yang menyebabkan korosif. Oleh sebab itu,
presipitasinya akan merusak tanaman terutama daun (Manahan, 1994 dalam Rahmawaty,
2002).

7
3. Pembentukan Asam Chlorida (HCl)

Asam klorida biasanya terbentuk di lapisan stratosfer, dimana reaksinya


melibatkan Chloroflorocarbon (CFC) dan radikal oksigen O*

CFC + hv(UV) → Cl* + produk

CFC + O* → ClO + produk

O* + ClO → Cl* + O2

Cl + CH4 → HCl + CH3

Reaksi diatas merupakan bagian dari rangkaian reaksi yang menyebabkan deplesi
lapisan ozon di stratosfer. Perbandingan ketiga asam tersebut dalam hujan asam biasanya
berkisar antara 62 persen oleh Asam Sulfat, 32 persen Asam Nitrat dan 6 persen Asam
Chlorida.

Pulau Jawa memiliki tingkat emisi penyebab hujan asam tertinggi di Indonesia,
terutama disebabkan oleh sebagian besar kegiatan perekonomian yang terpusat di pulau
ini. Pada tahun 1989, tingkat precursor SOx di Indonesia mencapat 157.000 ton per tahun,
sedangkan NOx mencapai 175.000 ton per tahun. Kota Surabaya pada tahun 2000 tercatat
mengemisikan 0,26 ton SO2 dan 66,4 ton NOx ke udara dari berbagai sumber pencemar
(Musfil A.S., (2008) dalam Sumahamijaya, I., (2009)).

Secara alami hujan asam dapat terjadi akibat semburan dari gunung berapi dan
dari proses biologis di tanah, rawa, dan laut. Akan tetapi, mayoritas hujan asam
disebabkan oleh aktivitas manusia seperti industri, pembangkit tenaga listrik, kendaraan
bermotor dan pabrik pengolahan pertanian (terutama amonia). Gas-gas yang dihasilkan
oleh proses ini dapat terbawa angin hingga ratusan kilometer di atmosfer sebelum berubah
menjadi asam dan terdeposit ke tanah. Hujan asam karena proses industri telah menjadi
masalah yang penting di Republik Rakyat Cina, Eropa Barat, Rusia dan daerah-daerah di
arahan anginnya. Hujan asam dari pembangkit tenaga listrik di Amerika Serikat bagian
Barat telah merusak hutan-hutan di New York dan New England. Pembangkit tenaga
listrik ini umumnya menggunakan batu bara sebagai bahan bakarnya.

Bukti terjadinya peningkatan hujan asam diperoleh dari analisa es kutub. Terlihat
turunnya kadar pH sejak dimulainya revolusi industri dari Ph 6 menjadi 4,5 atau 4.

8
Informasi lain diperoleh dari organisme yang dikenal sebagai diatom yang menghuni
kolam-kolam. Setelah bertahun-tahun, organisme-organisme yang mati akan mengendap
dalam lapisan-lapisan sedimen di dasar kolam. Pertumbuhan diatom akan meningkat pada
pH tertentu, sehingga jumlah diatom yang ditemukan di dasar kolam akan
memperlihatkan perubahan pH secara tahunan bila kita melihat ke masing-masing lapisan
tersebut.

Sejak dimulainya Revolusi Industri, jumlah emisi sulfur dioksida dan nitrogen
oksida ke atmosfer turut meningkat. Industri yang menggunakan bahan bakar fosil,
terutama batu bara, merupakan sumber utama meningkatnya oksida belerang ini.
Pembacaan pH di area industri terkadang tercatat hingga 2,4 (tingkat keasaman cuka).
Penggunaan cerobong asap yang tinggi untuk mengurangi polusi lokal berkontribusi
dalam penyebaran hujan asam, karena emisi gas yang dikeluarkannya akan masuk ke
sirkulasi udara regional yang memiliki jangkauan lebih luas. Sering sekali, hujan asam
terjadi di daerah yang jauh dari lokasi sumbernya, di mana daerah pegunungan cenderung
memperoleh lebih banyak karena tingginya curah hujan di sini.

2.3 Dampak Hujan Asam Terhadap Kehidupan Manusia dan Lingkungan

Terjadinya hujan asam harus diwaspadai karena dampak yang ditimbulkan


bersifat global dan dapat menggangu keseimbangan ekosistem. Hujan asam memiliki
dampak tidak hanya pada lingkungan biotik, namun juga pada lingkungan abiotik, antara
lain :

a) Danau
Kelebihan zat asam pada danau akan mengakibatkan sedikitnya spesies yang
bertahan. Terdapat hubungan yang erat antara rendahnya pH dengan berkurangnya
populasi ikan di danau-danau. pH di bawah 4,5 tidak memungkinkan bagi ikan untuk
hidup, sementara pH 6 atau lebih tinggi akan membantu pertumbuhan populasi ikan.
Asam di dalam air akan menghambat produksi enzim dari larva ikan trout untuk keluar
dari telurnya. Asam juga mengikat logam beracun seperi alumunium di danau.
Alumunium akan menyebabkan beberapa ikan mengeluarkan lendir berlebihan di sekitar

9
insangnya sehingga ikan sulit bernafas. Pertumbuhan Phytoplankton yang menjadi
sumber makanan ikan juga dihambat oleh tingginya kadar pH.

b) Tanah

Efek tidak langsung dari hujan asam adalah efek terhadap tanah. Gejala ini
menyebabkan terjadinya pencucian mineral seperti Ca, Mg, dan Potassium, yang
merupakan yamg merupakan mineral utama bagi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Mineral tersebut digantikan oleh logam berat seperti Al, yang justru
menghambat pertumbuhan akar dan menghambat penyerapan air. Tanaman kemudian
mulai mati, karena kekurangan air. Adanya pelapukan dalam batang menandakan
terjadinya kerusakan sistem transportasi air pada tanaman. Dr. Ulrich dari Universitas
Gottingen (Jerman) menyimpulkan bahwa hujan asam menghambat beberapa pohon
spruce dan beech mencapai umur lebih dari 30 – 40 tahun (Nandika, Dodi.,2004).

c) Tumbuhan

Tanaman dipengaruhi oleh hujan asam dalam berbagai macam cara. Lapisan lilin
pada daun rusak sehingga nutrisi menghilang sehingga tanaman tidak tahan terhadap
keadaan dingin, jamur dan serangga. Pertumbuhan akar menjadi lambat sehingga lebih
sedikit nutrisi yang bisa diambil, dan mineral-mineral penting menjadi hilang.

Hujan asam yang larut bersama nutrisi didalam tanah akan menyapu kandungan
tersebut sebelum pohon-pohon dapat menggunakannya untuk tumbuh. Serta akan
melepaskan zat kimia beracun seperti aluminium, yang akan bercampur didalam nutrisi.
Sehingga apabila nutrisi ini dimakan oleh tumbuhan akan menghambat pertumbuhan dan
mempercepat daun berguguran, selebihnya pohon-pohon akan terserang penyakit,
kekeringan dan mati.

d) Kesehatan Manusia

Dampak deposisi asam terhadap kesehatan telah banyak diteliti, namun belum ada
yang nyata berhubungan langsung dengan pencemaran udara khususnya oleh senyawa
NOx dan SO2. Kesulitan yang dihadapi dkarenakan banyaknya faktor yang
mempengaruhi kesehatan seseorang, termasuk faktor kepekaan seseorang terhadap
pencemaran yang terjadi. Misalnya balita, orang berusia lanjut, orang dengan status gizi

10
buruk relatif lebih rentan terhadap pencemaran udara dibandingkan dengan orang yang
sehat.

Akan tetapi, kuat dugaan bahwa ion-ion beracun yang terlepas akibat hujan asam
menjadi ancaman yang besar bagi manusia. Tembaga di air berdampak pada timbulnya
wabah diare pada anak dan air tercemar alumunium dapat menyebabkan penyakit
Alzheimer. Walaupun hujan asam ditemukan di tahun 1852, baru pada tahun 1970-an
para ilmuwan mulai mengadakan banyak melakukan penelitian mengenai fenomena ini.
Kesadaran masyarakat akan hujan asam di Amerika Serikat meningkat di tahun 1990-an
setelah di New York Times memuat laporan dari Hubbard Brook Experimental Forest in
New Hampshire tentang banyaknya kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh hujan
asam.

e) Korosi
Hujan asam juga dapat mempercepat proses pengkaratan dari beberapa material
seperti batu kapur, pasirbesi, marmer, batu pada diding beton serta logam. Ancaman
serius juga dapat terjadi pada bagunan tua serta monument termasuk candi dan patung.
Hujan asam dapat merusak batuan sebab akan melarutkan kalsium karbonat,
meninggalkan kristal pada batuan yang telah menguap. Seperti halnya sifat kristal
semakin banyak akan merusak batuan.

Lebih lanjut, Harjanto, N.T., (2008) mengungkapkan beberapa dampak dari


deposisi asam ini sangat luas yakni terhadap makhluk hidup, vegetasi dan struktur
bangunan

2.4 Upaya-Upaya Untuk Mengurangi dan Mencegah Dampak Dari Hujan Asam

Usaha untuk mengendalikan deposisi asam ialah menggunakan bahan bakar yang
mengandung sedikit zat pencemaran, menghindari terbentuknya zat pencemar saar
terjadinya pembakaran, menangkap zat pencemar dari gas buangan dan penghematan
energi.

11
a) Menggunakan Bahan Bakar Dengan kandungan Belerang Rendah

Kandungan belerang dalam bahan bakar bervariasi. Penggunaan gas asalm akan
mengurangi emisi zat pembentuk asam, akan tetapi kebocoran gas ini dapat menambah
emisi metan. Usaha lain yaitu dengan menggunakan bahan bakar non-belerang atau bahan
bakar alternatif yang ramah lingkungan, misalnya metanol, etanol dan hidrogen.

b) Pengendalian Pencemaran Selama Pembakaran

Beberapa teknologi untuk mengurangi emisi SO2 dan Nox pada waktu
pembakaran telah dikembangkan. Salah satu teknologi ialah lime injection in multiple
burners (LIMB). Selain itu, bisa juga dilakukan dengan penggunaan Scrubbers. Alat ini
mampu mengurangi emisi sulfur okida hingga 80-95 % (Ophardt, C.O., 2003).

c) Pengendalian Setelah Pembakaran

Zat pencemar juga dapat dikurangi dengan gas ilmiah hasil pembakaran.
Teknologi yang sudah banyak dipakai ialah fle gas desulfurization (FGD). Cara lain ialah
dengan menggunakan amonia sebagai zat pengikatnya sehingga limbah yang dihasilkan
dapat dipergunakan sebagi pupuk.

d) Mengaplikasikan prinsip 3R (Reuse, Recycle, Reduce)

Hendaknya prinsip ini dijadikan landasan saat memproduksi suatu barang, dimana
produk itu harus dapat digunakan kembali atau dapat didaur ulang sehingga jumlah
sampah atau limbah yang dihasilkan dapat dikurangi.

e) Untuk mengurangi dampak buruk yang muncul dari hujan asam terhadap tanah
ataupun danau dapat dilakukan dengan menambahkan zat kapur kedalam tanah atau
kedalam danau. Penambahan kapur kedalam tanah maupun danau dapat menetralkan sifat
asam.

f) Melakukan Reboisasi atau penanaman kembali. Keberhasilan program reboisasi


dan rehabilitasi lahan akan dapat meningkatkan produktivitas lahan dan kualitas
lingkungan terutama dalam aspek:

1. Fungsi hidrologi

2. Fungsi perlindungan tanah

12
3. Stabilitas iklim mikro

4. Penghasil O2, dan penyerap gas-gas pencemar udara

5. Potensi sumberdaya pulih yang dapat dipanen

6. Pelestarian sumberdaya plasma nutfah

7. Perkembangbiakan ternak dan satwa liar

8. Pengembangan kepariwisataan dan rekreasi

9. Menciptakan kesempatan kerja

10. Penyediaan fasilitas pendidikan dan penelitian.

Pada tahun 1970 Amerika mulai mengontrol emisi SO2 dan NOx dengan peraturan
pemerintah. Peraturan ini menentukan standar polutan dari kendaraan bermotor dan
industri. Pada tahun 1990 kongres menyetujui amandemen untuk lebih memperketat
kontrol emisi yang menyebabkan hujan asam. Amandemen tersebut tercatat mempu
mengurangi pengeluaran SO2 dari 23,5 juta ton menjadi sekitar 16 juta ton. US juga
merencanakan untuk mengurangi emisi NOx hingga 5 juta ton pada tahun 2010.

13
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

1. Hujan asam didefinisikan sebagai segala macam hujan dengan pH di bawah 5,6.
Hujan secara alami bersifat asam (pH sedikit di bawah 6) karena karbondioksida
di udara yang larut dengan air hujan memiliki bentuk sebagai asam lemah.

2. Hujan asam disebabkan oleh belerang (sulfur) yang merupakan pengotor dalam
bahan bakar fosil serta nitrogen di udara yang bereaksi dengan oksigen
membentuk sulfur dioksida dan nitrogen oksida. Zat-zat ini berdifusi ke atmosfer
dan bereaksi dengan air untuk membentuk asam sulfat dan asam nitrat yang
mudah larut sehingga jatuh bersama air hujan. Secara sedehana, reaksi
pembentukan hujan asam sebagai berikut: Pada dasarnya Hujan asam disebabkan
oleh 2 polutan udara, Sulfur Dioxide (SO2) dan nitrogen oxides (NOx) yang
keduanya dihasilkan melalui pembakaran.

3. Adapun beberapa dampak yang ditimbulkan oleh hujan asam antara lain
Kelebihan zat asam pada danau akan mengakibatkan sedikitnya species yang
bertahan, hujan asam yang larut bersama nutrisi didalam tanah akan menyapu
kandungan tersebut sebelum pohon-pohon dapat menggunakannya untuk tumbuh,
korosi dan menyebabkan terganggunya kesehatan manusia.

3.2. Saran

Agar pemerintah dan masyarakat baik dari kalangan industri maupun umum,
untuk bekerja sama dalam menjalankan peraturan yang berkaitan dengan upaya
penurunan polusi udara agar dapat terlaksana dan diterapkan dengan baik dan seksama.
Dengan penurunan polusi udara, diharapkan akan mampu mencegah terjadinya hujan
asam yang membawa akibat buruk tidak hanya erhadap lingkungan namun terhadap
kelangsungan hidup manusia.

14
Daftar Pustaka

Anonim . 2009. Cause and Effects of Acid Rain. Diperoleh dari: http://www.buzzle.com/
articles/ causes – and – effects – of – acid –rain.html. Diakses pada: 4 Mei 2011.

Harjanto, N.T., 2008. Dampak Lingkungan Pusat Listrik Tenaga Fosil Dan Prospek Pltn
Sebagai Sumber Energi Listrik Nasional. Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir, BATAN.
Diperoleh dari: http://www.batan.go.id/ptbn/php/pdf-publikasi /PIN/ pin-pdf/
06Anto.pdf. Diakses pada: 5 Mei 2011.

15

Anda mungkin juga menyukai