DI SUSUN OELH :
DI SUSUN OELH :
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii
BAB I PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.1 Latar belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.2 Rumusan masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
1.3 Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
1.4 Manfaat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
BAB II LANDASAN TEORI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
2.1 Jagung . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
2.2 Dasar-dasar dalam pemilihan bahan . . . . . . . . . . . . . . . . 7
2.3 Kriteria pemiihan bahan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
2.3.1 Motor penggerak . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
2.3.2 Sistem transmisi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
2.3.3 Poros . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16
2.3.4 Bantalan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 23
BAB III METODE PENELITIAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 26
3.1 Tempat dan waktu penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 26
3.2 Diagram air (Flowchart) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 27
3.3 Studi lapangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 28
3.4 Bahan yang diperlukan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 28
3.5 Schedule penelitian proposal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 29
3.6 Teknik pengumpulan data . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 29
DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Mesin pemipil jagung adalah sebuah mesin yang digunakan untuk memis
ahkan biji jagung dengan dongkolnya. Sebelum adanya mesin pemipil jagung
ini, pemisahan biji jangung dengan dongkolnya dilakukakan secara manual atau
dalam kata lain dengan cara memipil jagung satu-persatu dengan menggunakan
tangan, dan itu merupakan pekerjaan yang sangat melelahkan.
Mesin pemipil jagung ini biasanya dibuat dari bahan yang tidak karat,
jika menggunakan bahan yang mudah karatan, sebaiknya dilakukan pengecatan
pada bagian tersebut, untuk menghindari terjadinya karat yang dapat merusak
bentuk fisik mesin.
Pada saat sekarang ini banyak terdapat berbagai cara untuk pemipilan
jagung, yang pada umumnya hanya terbatas seperti hal pemipilan sebagai
berikut:
1. Pemipilan dengan tangan (manual)
2. Pemipilan dengan mesin
2
Dalam hal ini pemprosesan buah jagung membutuhkan waktu yang lama
dan hasil yang diperoleh sangat terbatas. Melihat dan meninjau masalah yang
dihadapi pemakai, maka penulis membuat suatu peralatan yang lebih berguna
dan efisien mempermudah dalam pengolahan buah jagung
a. Bagaimana desain spesifikasi dari mesin pemipil jagung yang tepat guna?
1.3. Tujuan
3
1.4. Manfaat
4
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Jagung
5
Gambar 2.2 Daun Jagung Gambar
6
Gambar 2.4 Bonggol Jagung
7
Untuk perancangan harus mempunyai pengetahuan yang memadai
tentang sifat mekanik, kimia, termal untuk mesin seperti baja besi cor,
logam bukan besi (non ferro), dan sebagainya. Hal-hal tesebut
berhubungan erat dengan sifat material yang mempengaruhi keamanan
dan ketahanan alat yang direncanakan.
8
2.3 Kriteria Pemilihan Komponen
9
Gambar 2.5 Motor listrik
𝑇 = 𝐹. 𝑅
2. 𝜋. 𝑛. 𝑇
𝑃=
60
Dimana :
T = Torsi ( Nmm )
P = Daya yang dibutuhkan ( kw )
n = Kecepatan putar ( rpm )
F = Gaya putar (N)
R = Jarak pisau dari titik pusat (mm)
10
Jika faktor koreksi adalah 𝐹𝑐, maka daya yang direncanakan adalah :
𝑃𝑑 = 𝑓𝑐. 𝑝 (𝑘𝑤)
Dimana :
P = Daya ( kw )
Fc = Faktor koreksi
11
Gambar 2.6 Roda Gigi
𝑛2 − 𝑛1 (𝑛1 − 𝑛2)2
𝐿 = 2𝐶 + +
2 4𝜋 2 𝐶
12
Dimana :
L= panjang rantai
C= hubungan antara jarak sumbu poros
n1= jumlah gigi sprocket kecil
n2 = Jumlah gigi sprocket besar
13
Pada umumnya ukuran Pulley merupakan suatu standar internasional,
maka untuk menentukan putaran dan poros penggerak (𝑛1 ) dan putaran yang
direncanakan untuk poros (𝑛2 ) menggunakan perbandingan :
𝑛1 𝐷𝑝
=
𝑛2 𝑑𝑝
Dimana :
Dp = diameter pulley penggerak
dp = diameter pulley yang digerakan
i = perbandingan rasio 𝑛1 dan 𝑛2
𝑛1 = putaran Pulley penggerak.
𝑛2 = putaran Pulley yang digerakan
14
Gambar 2.8 Mentukan tipe sabuk Gambar
15
Dimana :
L = panjang keliling sabuk ( mm )
C = jarak sumbu poros ( mm )
Dp = diameter pulley yang digerakan ( mm )
dp = diameter pulley penggerak ( mm )
2.3.3 Poros
Poros Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari
setiap mesin. Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama
dengan putaran. Peranan utama dalam sistem tranmisi seperti itu
dipegang oleh poros.
a) Macam-macam poros Poros untuk meneruskan daya diklasifikasikan
menurut pembebanannya sebagai berikut :
1.Poros transmisi
Poros macam ini meneruskan beban murni atau puntir dan lentur.
Daya yang ditransmisikan kepada poros ini melalui kopling, roda gigi,
puli sabuk atau sproket, rantai dll.
2.Spindel
Poros transmisi yang relatif pendek, seperti poros utama mesin
perkakas, dimana beban utamanya berupa puntiran, disebut spindel.
Syarat yang harus dipenuhi poros ini adalah deformasinya harus kecil
dan bentuk serta ukurannya harus teliti.
3.Gandar
Poros seperti ini yang dipasang di antara roda-roda kereta barang,
dimana tidak mendapat beban puntir, bahkan kadang-kadang tidak
boleh berputar, disebut gandar. Gandar ini hanya mendapat beban
lentur, kecuali jika digerakan oleh penggerak mula dimana akan
mengalami beban puntir juga.
16
Berdasarkan Kiyokatsu Suga dan Sularso (1997), hal-hal penting
dalam perencanaan poros :
a.Kekuatan Poros
Sebuah poros harus direncanakan hingga cukup kuat untuk
menahan beban- beban seperti beban tarik atau tekan, beban
puntir atau lentur dan pengaruh tegangan lainya.
b.Kekakuan poros
Meskipun kekuatan sebuah poros cukup tinggi namun jika
lenturan atau defleksi puntirnya terlalu besar akan mengakibatkan
ketidak telitian atau getaran dan suara. Oleh kerena itu kekakuan
poros haruslah diperhatikan.
c.Bahan poros
Poros untuk mesin umumnya dibuat dari batang baja yang
ditarik dingin dan difinis, baja karbon konstruksi mesin (disebut
bahan S-C) yang dihasilkan dari ingot yang di-“kill” (baja yang
dideoksidasikan dengan ferrosilikon dan dicor ; kadar karbon
terjamin) (JIS G3123)
17
Tabel 2.2 Macam-macam baja
18
Tabel 2.3 Baja paduan untuk poros
19
Baja lunak yang terdapat dipasaran umumnya agak kurang homogen
ditengah, sehingga tidak dapat dianjurkan untuk dipergunakan sebagai
poros penting. Baja agak keras pada umumnya berupa baja yang dikil
seperti telah disebutkan diatas. Baja macam ini
jika diberi perlakuan panas secara tepat dapat menjadi bahan poros
yang baik.
20
Tabel 2.5 Standart baja
Tegangan Lentur :
𝑀. 𝑌
𝜎=
1
21
Dimana :
σ= Tegengan bengkok (N/mm2)
M = Monen Bengkok (Nmm)
Y = Jarak antara titik pusat penampang keserat terluar (mm)
I = Momen inersia luasan linier (mm4)
Tegangan puntir :
𝑇. 𝑟
𝜏=
𝐼𝑝
Dimana :
τ= Tegangan Puntir (N/mm2)
T = Momen Puntir atau Torsi (Nmm)
r = Jari-jari Poros (mm)
Ip = Momen Inersia Luasan Polair (mm4)
Tegangan Kombinasi :
16
𝜎𝑘 = ( 𝐾𝑚 . 𝑀 + √(𝐾𝑚 𝑀)2 + (𝐾𝑡 . 𝑇)2 )
𝜋𝑑 3
Dimana :
𝜎𝑘 = Tegangan Kombinasi (N/mm2)
Km = Faktor koreksi terhadap momen bengkok
Kt = Faktor koreksi terhadap momen puntir
M = Momen benkok maksimum (N)
d = Diameter (mm)
22
2.3.4 Bantalan
Bantalan adalah elemen mesin yang memumpu poros berbeban,
sehingga putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara
halus, aman, dan panjang umur. Bantalan harus cukup kokoh untuk
memungkinkan poros serta elemen mesin lainnya bekerja dengan baik.
Jika bantalan tidak berfungsi dengan baik maka prestasi seluruh sistem
akan menurun atau tak dapat bekerja secara semestinya. Jadi bantalan
dalam permesinan dapat disamakan peranannya dengan pondasi pada
gedung.
a.Klasifikasi Bantalan
1.Bantalan luncur
Pada bantalan ini terjadi gesekan luncur antara poros dan
bantalan karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan
bantalan dengan perantaraannya lapisan pelumas
2.Bantalan Gelinding
Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian
yang berputar dengan yang diam melalui elemen gelinding
seperti bola (peluru), rol atau rol jarum, dan rol bulat.
23
Rumus-rumus yang digunakan bantalan :
𝑃 = 𝑋𝑉 𝐹𝑟 + 𝑌 𝐹𝑎
Keterangan :
P = Beban ekivalen
X = Faktor radial
V = Faktor putaran
= 1.0 untuk inner ring yang berputar
= 1.2 untuk outer rig yang berputar
Fr = Beban radial
Fa = Beban aksial
Y = Faktor aksial
1
33,3 3
𝐹𝑛 = ( )
𝑛
n = kecepatan putaran
24
Setelah itu hitung faktor umur bantalan (Fh) :
𝑐
𝐹ℎ = 𝐹𝑛( )
𝑝
𝐿ℎ = 500(𝐹ℎ)3
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini akan menjelaskan tentang metodoligi penelitian yang mana
merupakan gambaran mengenai langkah-langkah penelitian yang sistematik, sehingga
akan memudahkan dalam penelitian. Kerangka penelitian yang dikerjakan di dalamnya
melalui tahap-tahap yang sangat terkait antara tahap satu dan tahap lainya.
Penyajianurutan dalam melaksanakan penelitian dimulai dari awal yaitu mengangkat
permasalahan, analisa, sampai penarikan kesimpulan.
26
3.2 Diagram air (flowchart)
`
MULAI
DESAIN MESIN
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
SELESAI
3.3 Studi lapangan
Melihat dari studi lapangan yang telah dilakukan, maka perancangan mesin
pemipil jagung ini dibuat dengan menggunakan bahan bahan yang sesuai yaitu:
a. Motor listrik AC
b. Bantalan (Bearing)
c. Sabuk (vanbelt)
d. Puli
e. Poros
f. Gigi dan sprocket
g. Kerangka mesin
h. Baut dan mur
28
3.5 Schedule penelitian proposal
2019 2020
NO KEGIATAN OKT NOV DES JAN
1 Pengajuan judul
2 Survey awal
3 Penyelesaian dan
bimbingan
proposal dari bab
I s/d bab III
4 Sidang proposal
Sumber data penelitian tindakan ini meliputi mahasiswa dan dokumen hasil
pembelajaran, dan proses pembelajaran. Adapun teknik pengumpulan datanya
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Metode Observasi
Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan
pengamatan langsung dan pencatatan secara sistematis
terhadap obyek yang akan diteliti. Observasi dilakukan oleh
peneliti dengan cara pengamatan dan pencatatan mengenai
pelaksanaan penelitian.
29
b. Metode Wawancara
Wawancara dilakukan dengan mahasiswa yang melaksanakan
penelitian. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui respon orang banyak terhadap pelaksanaan
penelitian yang telah dilaksanakan.
c. Tes
Sebelum dilakukan tindakan dengan menggunakan praktek,
terlebih dahulu dilakukan pretest untuk mengetahui hasil
penelitian. Setelah dilakuakan tindakan kemudian dilakukan
posttestuntuk mengetahui hasil penelitian.
d. Dokumentasi
berupa foto-foto kegiatan pelaksanaan penelitian tindakan di
lapangan, dari awal penelitian sampai akhir.
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Sularso & kigokatsu Suga. 1997. Dasar perencanaan dan pemilihan elemen
mesin. Jakarta : Pradnya Paramitha
2. Ir. Zainun Ahmad, M.se 1999. Elemen mesin I . Bandung : Refika aditama
3. Jurnal Abdikarya : Jurnal Karya Pengabdian Dosen dan MahasiswaE-ISSN :
2655-9706Desember 2018 Vol 01 No 2,