Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN HASIL WAWANCARA

PROFESIONALISME PENDIDIK

Nama : Elly Zamilatul Mila

NIM : 1701618052

PENDIDIKAN EKONOMI KOPERASI B 2018

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA


A. Narasumber

Nama : Nani

Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan Akhir : SI Pendidikan Sosiologi Universitas Negeri Jakarta

Jabatan : Guru mata pelajaran Sosiologi di SMAS Muhammadiyah 11 Jakarta

B. Lokasi Wawancara : SMAS Muhammadiyah 11 Jakarta Jl. Balai Pustaka


Barat No.2 Rawamangun Pulogadung – Jakarta Timur DKI. Jakarta 13220
C. Hari, Tanggal Wawancara : Jum’at, 8 November 2019
D. Waktu Wawancara : Pukul 12.30 WIB
E. Profil Singkat SMAS Muhammadiyah 11 Jakarta
SMAS Muhammadiyah 11 Jakarta merupakan salah satu SMA swasta Muhammadiyah yang
berlokasi di Jl. Balai Pustaka Barat No. 2 Rawamangun Pulogadung – Jakarta Timur, SMA
ini berdiri dalam satu yayasan atau naungan dengan SMP serta SD. SMAS Muhammadiyah
11 Jakarta dinyatakan telah terakreditasi A oleh BAN-SM. Kegiatan Akademik maupun
Non-Akademik yang dilaksanakan oleh SMAS Muhammadiyah 11 Jakarta mengacu pada
kurikulum 2013 dan kurikulum muhammadiyah.
HASIL WAWANCARA

Pewawancara : Assalamu’alaikum ibu, perkenalkan nama saya Elly. Saya disini selaku
mahasiswa Universitas Negeri Jakarta Program study Pendidikan Ekonomi Koperasi. Maksud
dan tujuan saya datang kemari adalah untuk mewawancarai ibu mengenai profesionalisme
sebagai seorang pendidik, pelaksanaan wawancara ini dengan tujuan untuk memenuhi Ulangan
Tengah Semester mata kuliah Kewirausahaan. Untuk mengawali proses wawancara ini, silahkan
ibu perkenalkan diri terlebih dahulu.

Narasumber : Wa’alaikumsalam. Nama saya ibu nani, saya guru mata pelajaran Sosiologi untuk
kelas 11 dan 12 di SMAS Muhammadiyah 11 Jakarta. Di SMAS Muhammadiyah 11 Jakarta ini
saya sudah mengajar selama 5 tahun.

Pewawancara : Baik ibu terimakasih atas perkenalannya. Untuk mempersingkat waktu, saya
langsung mulai ke pertanyaan pertama ya ibu. Jadi wawancara ini akan saya awali dengan
beberapa pertanyaan seputar Profesioalisme guru. Mengenai pengalaman seorang guru, saya
ingin bertanya kepada ibu, sejauh ini selama menjadi guru pelatihan-pelatihan apa saja yang
pernah ibu nani ikuti dengan tujuan untuk meningkatkan profesionalisme guru?

Narasumber : Selama menjadi guru, saya banyak mengikuti pelatihan baik itu yang diadakan
oleh SMAS Muhamaadiyah 11 Jakarta sendiri maupun pelatihan diluar sebagai perwakilan guru
atas nama SMA. Pelatihan-pelatihan yang pernah saya ikuti seperti pelatihan yang bersifat
administratif seperti membuat RPP, aturan pembuatan soal serta pelatihan yang sifatnya lebih
mengarah kepada pembelajaran seperti teori serta metode pembelajaran yang perlu diterapkan.
Kebetulan sekali minggu depan saya juga akan mengikuti pelatihan tentang pengembangan
karakter siswa.

Pewawancara : Pertanyaan berikutnya, saya disini ingin meminta pendapat ibu terkait
profesionalisme guru. Menurut ibu, Apabila terdapat permasalahan seperti seorang guru tidak
profesional atau tidak terampil dalam bidangnya. Apakah seorang guru tersebut dapat mengelola
pembelajaran dikelas dengan kondusif?
Narasumber : Apabila seorang guru tidak terampil dalam bidangnya, maka hal ini tentu akan
sangat berdampak ke siswa. Pertama, Dalam hal penguasaan materi, apabila seorang guru tidak
terampil dalam bidangnya maka akan menjadi penghambat dalam penyampaian materi kepada
siswanya, materi yang dikuasai pasti akan sangat minim karena alasan tersebut. Kedua, apabila
guru tidak terampil dalam bidangnya maka metode pembelajaran yang dilakukan tentu terasa
sangat konvensional, seperti hanya menerapkan metode ceramah saja, atau singkatnya hanya
menerapkan 1 metode saja dalam satu pertemuan, hal itu tentu akan membuat siswa menjadi
bosan dan proses pembelajaran yang berlangsung tidak dapat kondusif. Oleh karena itu, dalam
profesionalisme mengajar akan sangat terlihat perbedaannya ketika guru tersebut memiliki latar
belakang pendidikan sebagai pendidik atau tidak. Jadi latar belakang pendidikan guru sangat
berperan penting dalam hal ini, setiap orang pasti memiliki kemampuan mengajar tetapi belum
tentu bisa mendidik karena di dalam kuliah pendidikan kita diajarkan dalam hal memahami
psikologis anak.

Pewawancara : Jawaban yang sangat mengagumkan, kemudian pertanyaan berikutnya, ibu nani
sudah mengajar selama 5 tahun ya kalau nggak salah? 5 tahun bagi saya bukan waktu yang
sebentar dan tentunya ibu nani memiliki banyak pengalaman dalam hal mengajar.
Pertanyaannya, selama ibu nani mengajar disini, bagaimana cara Ibu memberikan pembelajaran
yang dapat menumbuhkan kerjasama yang baik antar peserta didik?

Narasumber : Kebetulan karena saya mengajar sosiologi dan cara paling tepat untuk
menumbuhkan kerjasama antar siswa adalah dengan kerja kelompok. Seperti diskusi, presentasi
kelompok. Yang sudah saya terapkan bentuk kerja kelompok antar siswa seperti membuat vlog
secara berkelompok, dari situ siswa akan belajar tentang pembagian kerja, kerjasama, dan
tanggung jawab atas perannya.

Pewawancara : Pertanyaan berikutnya, dalam hal pembelajaran apakah tiap tahunnya ibu
menggunakan metode yg sama dan soal yg sama?

Narasumber : Untuk Metode beberapa ada yang sama dari tahun ke tahun, tetapi untuk soal
jelas berbeda karena harus menyesuaikan dengan kurikulum yang beberapa kali sempat di revisi.

Pewawancara : Kalau untuk penggunaan metode yang sama bu, apakah hal tersebut
berpengaruh pada profesionalisme guru? Apakah masih bisa dikategorikan sesuai standar?
Narasumber : Tentu masih sesuai standar, dan tidak berpengaruh sama sekali antara
penggunaan metode yang sama tiap tahun kemudian guru dikatakan tidak profesional, jelas tidak.
Karena sejauh ini tidak ada aturan pendidikan yang melarang penggunaan metode yang sama
tiap tahunnya.

Pewawancara : Baik ibu, kemudian saya akan beralih pada pertanyaan seputar jenjang
pendidikan seorang guru. Pertanyaannya, menurut ibu, apakah terdapat pengaruh pendidikan
yang baik membuat kualitas hasil kerja yang baik, dalam hal ini berhubungan dengan kualitas
mengajar ya bu.

Narasumber : Sangat berpengaruh. Karena hasil tidak terlepas dari proses, apabila prosesnya
baik maka insyaallah hasilnyapun juga akan baik.

Pewawancara : Menurut ibu, Apakah benar semakin tinggi jenjang pendidikan maka semakin
tinggi jabatan?

Narasumber : Secara teori sebenarnya hal itu tidak benar, tapi secara struktural faktanya di
lapangan bisa jadi iya. Tapi karena SMAS Muhammadiyah 11 Jakarta ini swasta jadi hal itu
tidak begitu berpengaruh. Berbeda dengan negeri, asumsi tersebut memang dibenarkan, karena
prosedur dan aturannya memang harus seperti itu. Misalkan ingin menjabat sebagai Kepala
Sekolah ya minimal harus S2. Tapi untuk berbicara kompetensi, belum tentu yang jenjang
pendidikannya lebih tinggi kompetensinya juga tinggi.

Pewawancara : Kemudian, Prestasi apa saja yang ibu pernah terima diperoleh dari jenjang
pendidikan yang ibu sudah tempuh?

Narasumber : Semasa kuliah saya termasuk mahasiswa yang berprestasi, dan penghargaan yang
paling memuaskan yang saya peroleh adalah IPK yang tergolong tinggi menurut saya.

Pewawancara : Pertanyaan berikutnya seputar kompetensi guru, jadi saya disini ingin bertanya
media apa yang bapak/ibu pergunakan, dan Metode apa yang bapak/ibu terapkan dalam proses
pembelajaran ?

Narasumber : Kalau media jelas media yang berbasis teknologi, seperti laptop, infocus. Dan
untuk metode, saya menerapkan metode yang berbeda-beda seperti metode diskusi, metode
pembelajaran berbasis masalah karena saya mengajar mata pelajaran sosiologi jadi metode ini
dengan memberikan siswa suatu kasus atau masalah dan ia harus bisa mendiagnosis masalah
tersebut kemudian tugas mereka selanjutnya memberikan problem solving. Kemudian metode
sosio-drama, karena sosiologi yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari yang materinya
kebanyakan seperti konflik, masyarakat majemuk, sehingga dengan metode ini anak-anak
memainkan drama yang mana ceritanya harus sesuai dengan materi. Kemudian saya juga
memakai metode outing class, contohnya materi kemiskinan siswa akan saya buat kelompok dan
saya kirim ke tempat-tempat pemukiman miskin, kemudian mereka mengambil gambar dan
membuat vlog. Dari situ akan menumbuhkan empati dari para siswa dan saya ajak untuk
mengadakan baksos per kelas untuk memberikan makanan kepada anak-anak jalanan dan orang-
orang di pemukiman yang dapat dikategorikan kurang mampu. Kesimpulannya, saya disini
memnggunakan metode – metode dalam pembelajaran yang presentasi keaktifannya lebih
mengarah ke siswa, karena saya ingin mereka dapat merasakan jiwa sosiologi sebenarnya di
kehidupan sehari-hari dibanding duduk diam mendengarkan ceramah saya.

Pewawancara : Pertanyaan selanjutnya bagaimana cara ibu menyikapi siswa yang berhasil dan
yang tidak berhasil menjawab pertanyaan bapak ibu dengan benar ?

Narasumber : Benar atau tidak benar tetap saya berikan aplouse, karena saya bukan termasuk
tipe guru yang menuntut siswanya pintar, tapi saya hanya ingin mereka memiliki jiwa sosiologi.

Pewawancara : Disini saya ingin bertanyan bu, Tentunya kemampuan siswa dalam memahami
setiap mata pelajaran itu pasti tidak sama. Kemudian, bagaimana cara ibu menjelaskan materi
pelajaran agar penjelasan tersebut dapat dengan mudah dipahami oleh siswa ?

Narasumber : Saya memilah terlebih dahulu materi-materi yang ingin saya sampaikan sesuai
dengan standar kelulusan karena mengingat sosiologi masuk ke dalam mata pelajaran Ujian
Nasional. Kemudian dalam menjelaskan saya menggunakan bahasa saya sendiri agar mereka
lebih mengerti, dan saya termasuk guru yang mengandalkan catatan dari apa yang saya
sampaikan.

Pewawancara : Kemudian beralih pada pertanyaan seputar lingkungan kerja ya ibu, Menurut
ibu, Lingkungan seperti apa yang dapat membentuk guru yang profesional ?
Narasumber : Menurut saya guru yang profesional dapat dibentuk melalui lingkungan kerja
yang mendukung satu sama lain, lingkungan yang akademis seperti disediakan diskusi publik,
adanya kepelatihan yang bukan dari dinas, tetapi dari lingkungan sekolah sendiri.

Pewawancara : Sikap yang seperti apa yang harus dilakukan seorang guru apabila lingkungan
tempat beliau mengajar tidak sesuai dengan yang diinginkan?

Narasumber : Melakukan diskusi atau bisa menyampaikan sesuatu yang tidak diinginkan
tersebut dalam rapat rutin yang diadakan pihak sekolah.

Pewawancara : Bagaimana tanggapan ibu apabila melihat masih ada guru yang bekerja kurang
optimal?

Narasumber : Sangat disayangkan, dan saya pikir terdapat pemegang kebijakan yang harus
turun tangan seperti melalui supervisi atau angket yang disebarkan ke siswa untuk memberikan
respon atau tanggapan bagaimana kinerja guru yang mengajarnya. Dengan hal tersebut maka
kurang optimalnya guru saat bekerja tersebut dapat didiskusikan dan melakukan perbaikan.

Pewawancara : Kemudian, bagaimana tanggapan ibu terhadap prospek kerja seorang guru
dimasa depan?

Narasumber : Berhubung saya mengajar di sekolah swasta, jika berbicara secara finansial
prospek kerja seorang guru kurang menjanjikan. Tetapi apabila berbicara terkait hal yang bersifat
inttelektual, akademis dengan keinginan kita untuk mendidik anak, kemudian passion kita dalah
hal tersebut maka jalani saja tanpa melihat prospek kerja seorang finansial. Saya sering
menyampaikan ke siswa, kalau ingin kaya, jangan jadi guru, tapi jadi pengusaha. Karena saya
mengalami sendiri, gajinya yang tidak sesuai dan banyak problematika lainnya. Tetapi prospek
secara psikologis ketika menjadi guru sangat baik, karena setiap hari terasah, kita mengajar
sambil belajar, tanpa terlibat rutinitas layaknya orang kerja di kantor, dan saya merasa saya lebih
bijak selama menjadi guru.

Pewawancara : Apakah fasilitas sekolah yang diberikan kepada ibu memberikan semangat
tersendiri bagi ibu nani dalam mengajar?

Narasumber : Sangat, karena saya membutuhkan media.


Pewawancara : Dalam lingkungan kelas pasti tidak semua siswa menikmati proses
pembelajaran ya bu, terkadang ada yang ngantuk, asyik ngobrol sendiri dan lain sebagainya,
mungkin menurut mereka pembelajaran yang dilakukan cukup membosankan. Apakah ibu
mampu membuat suasana belajar yang menyenangkan dan bagaimana cara ibu melakukan hal
tersebut?

Narasumber : Mampu, caranya yaitu guru harus dekat dengan anak terlebih dahulu secara
psikologis, hal ini bukan berarti harus memaksakan siswa untuk dekat tetapi lebih kepada
hantarkan dunia kita kepada dunia siswa, dan bawa dunia siswa ke dunia kita. Jadi antara siswa
dengan guru tersebut lebih terbuka. Cara membuat suasana belajar yang menyenangkan
syaratnya harus menjalin kedekatan emosional dan psikologis. Intinya sebagai guru tidak perlu
jaga image, harus jadi diri sendiri selama itu masih wajar dan tidak melanggar norma dan
batasan. Ketika sudah menjalin 2 kedekatan tersebut maka cara penyampaiannya juga akan lebih
menyenangkan.

Pewawancara : Pertanyaan selanjutnya mengenai hal sikap ya bu, disini ada 4 pertanyaan
seputar sikap seorang guru. Pertanyaan pertama saya ingin meminta pendapat ibu, menurut ibu,
bagaimana sikap guru yang dapat mencerminkan seorang guru yang professional dan sesuai
dengan kode etik seorang pendidik ?

Narasumber : Menurut saya, sikap seorang guru yang profesional adalah sikap guru yang dapat
mencerminkan hal-hal baik kepada para siswanya, seperti menjalankan tanggung jawabnya
sebagai seorang guru untuk mendidik. Untuk hal kode etik, tentunya sebagai seorang guru yang
profesional kode etik sebagai seorang guru harus dipenuhi.

Pewawancara : Lanjut ke pertanyaan berikutnya, bagaimana tanggapan Ibu mengenai tindakan


seorang pendidik yang tidak sesuai dengan kode etik ?

Narasumber : Menurut saya hal tersebut akan sangat berpengaruh terhadap cara dia dalam
melakukan proses pembelajaran, apabila tindakan yang dilakukan tidak sesuai dengan kode etik
maka guru tersebut belum pantas dikatakan sebagai seorang guru yang profesional. Karena
didalam dunia pendidikan kode etik seorang guru harus dikuasai oleh seorang guru, karena guru
adalah elemen yang menentukan dalam dunia pendidikan yang akan melahirkan generasi muda
yang berkualitas.
Pewawancara : Menurut ibu Nani, apakah sekarang ini para guru di Indonesia sudah
menunaikan tugas profesionalnya sesuai dengan kode etik guru atau belum ?

Narasumber : Menurut sepengetahuan saya, saat ini belum semua guru sesuai dengan standar
profesional dan kode etik guru. Tetapi apabila dipresentasikan saat ini Indonesia sudah memiliki
tenaga pendidik yang cukup banyak tentunya tenaga pendidik yang berkualitas.

Pewawancara : Didalam kelas terdapat puluhan siswa yang memiliki sikap beragam. Nah,
bagaimana sikap ibu menghadapi berbagai perbedaan tingkah laku yang ada dalam diri siswa ?

Narasumber : Cara menghadapi perbedaan tingkah laku dalam diri siswa tentunya kita harus
mengenal siswa tersebut terlebih dahulu. Seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya, caranya
kita harus membawa dunia kita ke siswa dan begitupun sebaliknya. Sehingga apabila terdapat
beberapa problem yang dialami siswa, mereka tidak sungkan untuk bercerita dan lebih terbuka.
Sehingga kita dapat memberikan solusi yang terbaik untuk membantu problem yang dialami
siswa tersebut.

Pewawancara : Selanjutnya jabatan apa yang Ibu ayomi saat ini ?

Narasumber : Saya di SMAS Muhammadiyah 11 Jakarta ini sebagai guru mata pelajaran
Sosiologi

Pewawancara : Bagaimana proses untuk mencapai jabatan yang Ibu capai saat ini?

Narasumber : Saya lulusan SI Pendidikan sosiologi di Universitas Negeri Jakarta, SMA ini
adalah sekolahan pertama saya mengajar. Setelah lulus, berselang 1 tahun saya melamar disini
sebagai seorang tenaga pendidik, dan alhamdulillah langsung diterima.

Pewawancara : Menurut Ibu, Bagaimana bentuk pengabdian yang tepat dan sesuai dengan
jabatan Bapak/Ibu yang saat ini telah ibu capai ?

Narasumber : Sebagai seorang guru maat pelajaran pengabdian saya yang paling tepat yaitu
berusaha untuk memberikan proses pembelajaran yang terbaik kepada para peserta didik saya,
mengoptimalkan kemampuan saya dalam hal mengajar.

Pewawancara : Adakah bentuk penghargaan yang pernah Ibu peroleh dari jenjang jabatan
terendah sampai tertinggi ? jika ada, boleh disebutkan beberapa.
Narasumber : Untuk penghargaan sejauh ini belum ada, tetapi saya sering menjadi utusan SMA
untuk mengikuti pelatiahan-pelatihan dinas diluar.

Kesimpulan Wawancara :

Narasumber yang saya wawancarai adalah seorang Guru mata pelajaran Sosiologi di SMAS
Muhammadiyah 11 Jakarta, dimana beliau telah memiliki pengalaman mengajar selama 5 tahun
di SMA tersebut. Beberapa macam kepelatihan telah diikuti oleh ibu Nani untuk menunjang
kemampuan profesionalisme guru. Menurut pendapat ibu nani profesionalisme guru sangat
berpengaruh terhadap proses pembelajaran yang ia lakukan baik itu dalam hal metode
pembelajaran maupun teori yang nantinya diterapkan, ketika mengajar ibu Nani lebih
menonjolkan keaktifan siswa seperti pengadaan kerja kelompok dengan metode diskusi, outing
class, dan beberapa metode lainnya. Dalam hal mengajar ibu nani sangat mengandalkan catatan
dan menjelaskan materi yang telah dipilah-pilah terlebih dahulu serta menyesuaikan terhadap
bahasa yang mudah dipahami oleh siswa. Untuk menciptakan suasana pembelajaran yang tidak
terkesan konvensional, ibu nani menerapkan quantum teaching dimana ibu nani mengajak
siswanya untuk terbuka agar penyampaian materi yang dilakukannya juga lebih enak. Menurut
ibu nani, keterampilan guru serta kode etik menjadi acuan utama dalam menilai keprofesionalan
seorang guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar di kelas. Mengenai jabatan yang
ditempuh ibu nani sejauh ini selama menjadi guru mata pelajaran sosiologi, beliau mengaku
bahwa untuk menjadi seorang guru, prospek kedepan apabila dilihat secara finansial terbilang
kurang menjanjikan, terlebih sekolah swasta. Namun, apabila dilihat dari segi kompetensi dan
intelektual maka profesi sebagai guru bisa dibilang sangat bagus terlebih untuk mengasah
kemampuan psikologis. Bisa dibilang saat ini Indonesia memiliki sejumlah tenaga pendidik yang
cukup banyak serta berkompeten dalam bidangnya.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai