Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENGERTIAN BIMBINGAN KONSELING

Disusun guna memenuhi Tugas Mata Kuliah


Manajemen Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikn
Dosen Pengampu : Faiz M,Hum
Prodi : Manajemen Pendidikan Islam (Tingkat II)

Disusun Oleh :

Ilham Maulana
Novia Kurniasari

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIAH


BUNTET PESANTREN CIREBON JAWA
BARAT
2018/2019
KATA PENGANTAR

Dengan rasa syukur kehadirat Allah SWT, atas nikmat dan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan sebuah makalah yang di berikan oleh dosen mata kuliah Manajemen
Kelas STIT BPC dengan tepat waktu. Makalah ini berjudul “Pengertian Bimbingan
Konseling” yang didalamnya berisi pembahasan tentang pengertian, tujuan, fungsi, asas,
landasan dan prinsip layanan bimbingan konseling.

Kami menyadari bahwa makalah ini belum tentu dianggap benar oleh semua
pihak. Oleh karna itu, keritik dan saran oleh semua pihak sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, terlebihdahulu kami ucapkan terima kasih dan mohon maaf, apabia
ada salah-salah kata. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Terima Kasih.

Cirebon, 02 Desember 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bimbingan dan konseling adalah merupakan sebuah proses tolong
menolong antara individu satu dengan individu yang lain untuk memahami diri
mereka sendiri. Di dalam pendidikan bimbingan dan konseling mewakili hasrat
masyarakat untuk membantu individu, sumbangan bimbingan dan konseling
menambah kepahaman tentang informasi pendidikan, vokasional dan social yang
diperlukan untuk membuat pilihan secara berpengetahuam bagi pelajar.

Dalam pendidikan, konselor sekolah sebagai individu yang tidak


diharapkan bertindak sebagai hakim atau penilai. Konselor berbeda dengan guru,
pengurus sekolah dan orang tua dalam tugasnya di sekolah. Konselor tidak
bertanggung jawab seperti guru untuk memastikan bahwa pelajar mencapai
dalam bidang akademik. Oleh karena itu konselor mampu untuk mengadakan
hubungan yang harmonis sehingga tercapai pertumbuhan dan perkembangan
pelajar.

Bimbingan dan konseling ada untuk menolong pelajar memahami berbagai


pengalaman diri, peluang yang ada serta pilihan yang terbuka untuk mereka
dengan menolong mereka mengenal, membuat interpretasi dan bertindak terhadap
kekuatan sendiri, dan bersumber dari diri mereka dan bertujuan untuk
mempercepat perkembangan diri pelajar. Seorang konselor dalam pelayanan
bimbingan dan konseling merupakan pekerjaan profesional, oleh sebab itu
praktiknya harus mengikuti asas-asas, dan landasan-landasan tertentu.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi bimbingan konseling ?
2. Tujuan dan fungsi bimbingan dan konseling?
3. Apa asas, landasan dan prinsip layanan bimbingan konseling ?
4. Apa jenis layanan bimbingan konseling ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi bimbingan komseling
2. Untuk mengetahui tujuan dan fungsi bimbingan konseling
3. Untuk mengetahui asas, landasan dan prinsip layanan bimbingan
konseling
4. Untuk mengetahui jenis layanan bimbingan konseling
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bimbingan dan Konseling


a. Bimbingan

Menurut Abu Ahmadi (1991:1)

Bimbingan ialah bantuan yang diberikan kepada individu (peserta didik) agar
dengan potensi yang dimiliki bisa mengembangkan diri secara optimal dengan
jalan memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi hambatan guna
menentukan rencana masa depan yang lebih baik.

Prayitno dan Erman Amti (2004: 99)

Bimbingan merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang


yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja,
atau orang dewasa; agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan
kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan potensi individu
dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang
berlaku.

Sementara Bimo Walgito (2004: 4-5)

Berpendapat bahwa bimbingan merupakan bantuan atau pertolongan yang


diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau
mengatasi kesulitan-kesulitan hidupnya, agar individu dapat mencapai
kesejahteraan dalam kehidupannya.

b. Konseling

Konseling ialah hubungan pribadi yang dilakukan secara langsung antara dua
orang dimana konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan
khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar.

Dalam hal ini konseli dibantu agar mereka bisa memahami diri sendiri,
keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan yang dapat ia
ciptakan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya, demi untuk
kesejahteraan pribadi maupun masyarakat.

Lebih lanjut konseli diharapkan bisa belajar bagaimana memecahkan masalah-


masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang. (Tolbert, dalam
Prayitno 2004 : 101).
Jones (Insano, 2004 : 11) mengatakan bahwa konseling ialah suatu hubungan
profesional antara seorang konselor yang terlatih dengan klien.

Hubungan ini biasanya bersifat individual atau seorang-perseorang, meskipun


kadang-kadang melibatkan lebih dari dua orang dan dibuat untuk membantu klien
memahami dan memperjelas pandangan terhadap ruang lingkup hidupnya, agar
dapat membuat pilihan yang bermakna bagi dirinya.

Jadi kita bisa mengambil sebuah kesimpulan tentang pengertian Bimibingan


Konseling, yaitu :

Bimbingan Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan secara


langsung oleh seorang konselor kepada individu yang sedang mengalami sesuatu
masalah atau yang disebut konseli yang bertujuan pada teratasinya masalah.

B. Tujuan dan Fungsi


Tujuan layanan bimbingan konseling ialah agar siswa dapat :

1) Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta


kehidupan-nya di masa yang akan datang.
2) Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki peserta didik
secara optimal.
3) Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat
serta lingkungan kerjanya.
4) Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian
dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.

Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, mereka harus mendapatkan kesempatan


untuk :

1) Mengenal dan memahami potensi, kekuatan, dan tugas-tugas


perkembangannya.
2) Mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada di
lingkungannya,
3) Mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta rencana
pencapaian tujuan tersebut
4) Memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri.
5) Menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya, kepentingan
lembaga tempat bekerja dan masyarakat.
6) Menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya.
7) Mengembangkan segala potensi dan kekuatan yang dimilikinya secara
optimal.
Fungsi Bimbingan Konseling

1) Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor


untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi
dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli.
Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada konseli
tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang
membahayakan dirinya.
2) Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang
sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa
berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang
memfasilitasi perkembangan konseli. Konselor dan personel
Sekolah/Madrasah lainnya secara sinergi sebagai teamwork berkolaborasi
atau bekerjasama merencanakan dan melaksanakan program bimbingan
secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu konseli
mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat
digunakan disini adalah pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok
atau curah pendapat (brain storming), home room, dan karyawisata.
3) Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang
bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan
kepada konseli yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek
pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah
konseling, dan remedial teaching.
4) Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam
membantu konseli memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program
studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan
minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam
melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja sama dengan pendidik
lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikan.
5) Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan,
kepala Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk
menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan,
minat, kemampuan, dan kebutuhan konseli. Dengan menggunakan
informasi yang memadai mengenai konseli, pembimbing/konselor dapat
membantu para guru dalam memperlakukan konseli secara tepat, baik
dalam memilih dan menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih metode
dan proses pembelajaran, maupun menyusun bahan pelajaran sesuai
dengan kemampuan dan kecepatan konseli.
6) Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam
membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan
lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.
7) Fungsi Perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk
membantu konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir,
berperasaan dan bertindak (berkehendak). Konselor melakukan intervensi
(memberikan perlakuan) terhadap konseli supaya memiliki pola berfikir
yang sehat, rasional dan memiliki perasaan yang tepat sehingga dapat
mengantarkan mereka kepada tindakan atau kehendak yang produktif dan
normatif.
8) Fungsi Pengentasan, memberikan solusi terhadap masalah sehingga
teratasinya berbagai permasalahan.
9) Fungsi Fasilitasi, memberikan kemudahan kepada konseli dalam
mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras
dan seimbang seluruh aspek dalam diri konseli.
10) Fungsi Pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk
membantu konseli supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi
kondusif yang telah tercipta dalam dirinya. Fungsi ini memfasilitasi
konseli agar terhindar dari kondisi-kondisi yang akan menyebabkan
penurunan produktivitas diri. Pelaksanaan fungsi ini diwujudkan melalui
program-program yang menarik, rekreatif dan fakultatif (pilihan) sesuai
dengan minat konseling.
11) Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang
menghasilkan pemahaman tentang diri peserta didik, masalah peserta
didik, dan lingkungan yang lebih luas. Pemahaman dilakukan oleh peserta
didik (klien ) sendiri, oleh Guru BK atau konselor maupun pihak-pihak
lain (seperti guru, orang tua) yang amat berkepentingan dengan
meningkatnya kualitas perkembangan dan kehidupan peserta didik atau
klien.
12) Fungsi Advokasi, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang
menghasilkan terbantunya atau diperolehnya pembelaan atas hak dan/atau
kepentingan peserta didik yang kurang mendapat perhatian.

C. Asas-Asas Bimbingan Konseling


Menurut Prayetno (2009:115), asas-asas bimbingan dan konseling yaitu
asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan, kekinian, kemandirian, kegiatan,
kedinamisan, keterpaduan, kenormatifan, keahlian, alih tangan dan tut wuri
handayani. Adapun penjelasan mengenai asas-asas tersebut adalah sebagai
berikut:

1. Asas Kerahasiaan. Asas kerahasiaan ini menuntut dirahasiakannya


segenap data dan keterangan tentang peserta didik (klien) yang menjadi
sasaran layanan. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban penuh
memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga
kerahasiaannya benar-benar terjamin.
2. Asas Kesukarelaan. Jika asas kerahasiaan benar-benar sudah tertanam
pada diri siswa atau klien, maka sangat dapat diharapkan bahwa mereka
yang mengalami masalah akan dengan sukarela membawa masalahnya itu
kepada pembimbing untuk meminta bimbingan.
3. Asas Keterbukaan. Bimbingan dan konseling yang efisien hanya
berlangsung dalam suasana keterbukaan. Baik klien maupun konselor
harus bersifat terbuka. Keterbukaan ini bukan hanya sekadar berarti
bersedia menerima saran-saran dari luar tetapi dalam hal ini lebih penting
dari masing-masing yang bersangkutan bersedia membuka diri untuk
kepentingan pemecahan masalah yang dimaksud.
4. Asas Kekinian. Masalah individu yang ditanggulangi adalah masalah
yang sedang dirasakan bukan masalah yang sudah lampau, dan bukan
masalah yang akan dialami masa mendatang. Asas kekinian juga
mengandung pengertian bahwa konselor tidak boleh menunda-nunda
pemberian bantuan. Dia harus mendahulukan kepentingan klien dari pada
yang lain.
5. Asas Kemandirian. Dalam memberikan layanan pembimbing hendaklah
selalu menghidupkan kemandirian pada diri orang yang dibimbing, jangan
sampai orang yang dibimbing itu menjadi tergantung kepada orang lain,
khususnya para pembimbing/ konselor.
6. Asas Kegiatan. Usaha layanan bimbingan dan konseling akan
memberikan buah yang tidak berarti, bila individu yang dibimbing tidak
melakukan kegiatan dalam mencapai tujuan-tujuan bimbingan. Hasil-hasil
usaha bimbingan tidak tercipta dengan sendirinya tetapi harus diraih oleh
individu yang bersangkutan.
7. Asas Kedinamisan. Upaya layanan bimbingan dan konseling
menghendaki terjadinya perubahan dalam individu yang dibimbing yaitu
perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Perubahan tidaklah
sekadar mengulang-ulang hal-hal lama yang bersifat monoton, melainkan
perubahan yang selalu menuju ke suatu pembaruan, sesuatu yang lebih
maju.
8. Asas Keterpaduan. Layanan bimbingan dan konseling memadukan
berbagai aspek individu yang dibimbing, sebagaimana diketahui individu
yang dibimbing itu memiliki berbagai segi kalau keadaanya tidak saling
serasi dan terpadu justru akan menimbulkan masalah.
9. Asas Kenormatifan. Usaha bimbingan dan konseling tidak boleh
bertentangan dengan norma-norma yang berlaku, baik ditinjau dari norma
agama, norma adat, norma hukum/negara, norma ilmu ataupun kebiasaan
sehari-hari. Asas kenormatifan ini diterapkan terhadap isi maupun proses
penyelenggaraan bimbingan dan konseling.
10. Asas Keahlian. Usaha layanan bimbingan dan konseling secara teratur,
sistematik dan dengan mempergunakan teknik serta alat yang memadai.
Untuk itu para konselor perlu mendapatkan latihan secukupnya, sehingga
dengan itu akan dapat dicapai keberhasilan usaha pemberian layanan.
11. Asas Alih tangan. Asas ini mengisyaratkan bahwa bila seorang petugas
bimbingan dan konseling sudah mengerahkan segenap kemampuannya
untuk membantu klien belum dapat terbantu sebagaimana yang
diharapkan, maka petugas ini mengalih-tangankan klien tersebut kepada
petugas atau badan lain yang lebih ahli.
12. Asas Tutwuri handayani. Asas ini menunjukkan pada suasana umum
yang hendaknya tercipta dalam rangka hubungan keseluruhan antara
pembimbing dan yang dibimbing.

D. Landasan Bimbingan Konseling


Menurut Prayitno dan Erman Amti (1999): Landasan Bimbingan dan
konseling ada 6, yaitu:

1. Landasan Filosofis
Filosofis bisa bermakna cinta kebijaksanaan. Pelayanan bimbingan dan
konseling merupakan serangkaian kegiatan atau tindakan yang semuanya
diharapkan merupakan tindakan yang bijaksana. Untuk itu diperlukan
pemikiran filosofis tentang berbagai hal yang menyangkut pelayanan
bimbingan dan konseling. Pemikiran filosofis menjadi alat bermanfaat
bagi pelayanan bimbingan dan konseling secara umum dan bagi konselor
secara khusus, yaitu membantu konselor dalam memahami situasi
konseling dan dapat membuat keputusan yang tepat.

2. Landasan Religius
Landasan religius bagi layanan bimbingan dan konseling setidaknya
ditekankan pada tiga hal pokok, yaitu:

Keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam semesta adalah makhluk Allh
SWT.
Sikap yang mendorong perkembangan dan perikehidupan manusia
berjalan ke arah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama.
Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara
optimal suasana dan perangkat budaya (termasuk ilmu pengetahuan dan
teknologi) serta kemasyarakatan yang sesuai dan mneguhkan kehidupan
beragama untuk membantu perkembangan dan pemecahan masalah
individu.
Landasan Psikologis
Psikologi merupakan tingkah laku individu. Landasan psikologis dalam
bimbingan dan konseling adalah memberikan kepahaman tentang perilaku
individu yang menjadi sasaran layanan. Hal ini sangat penting karena
bidang garapan bimbingan dan konseling adalah perilaku klien, yaitu
perilaku klien yang perlu di ubah atau dikembangkan untuk mencapai
tujuan yang dikehendaki.

3. Landasan sosial-budaya
Merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman kepada konselor
tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan sebagai faktor yang
mempengaruhi terhadap perilaku individu. Seorang individu pada
dasarnya merupakan produk lingkungan sosial-budaya dimana ia hidup.
Sejak lahirnya, ia sudah dididik dan dibelajarkan untuk mengembangkan
pola-pola perilaku sejalan dengan tuntutan sosial-budaya yang ada di
sekitarnya. Masing-masing suku dan berbangsa memiliki sosial budaya
yang berbeda. Perbedaan itu bisa subyektivitas budaya sehingga akan
berpengaruh pula pada upaya pemberian bantuan (bimbingan konseling).

4. Landasan Ilmiah dan Teknologi


Layanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan profesional yang
memiliki dasar-dasar keilmuan, baik yang menyangkut teori maupun
prakteknya. Pengetahuan tentang bimbingan dan konseling disusun secara
logis dan sistematis dengan menggunakan berbagai metode, seperti:
pengamatan, wawancara, analisis dokumen, prosedur tes, inventory atau
analisis laboratoris yang dituangkan dalam bentuk laporan penelitian, buku
teks dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya.

5. Landasan Pedagogis
Bimbingan dan konseling identik dengan pendidikan. Artinya ketika
seseorang sedang melakukan praktek bimbingan dan konseling berarti ia
sedang mendidik; Landasan pedagogis dalam layanan bimbingan dan
konseling ditinjau dari tiga segi, yaitu: (a) pendidikan sebagai upaya
pengembangan individu dan bimbingan merupakan salah satu bentuk
kegiatan pendidikan; (b) pendidikan sebagai inti proses bimbingan dan
konseling; dan (c) pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan layanan
bimbingan dan konseling.

E. Prinsip Layanan Bimbingan Konseling


1. Bimbingan adalah suatu proses membantu individu (peserta didik) agar
mereka dapat membantu dirinya sendiri dalam memecahkan masalah yang
dihadapi.
2. Bimbingan hendaknya bertitik tolak (berfokus) pada individu yang
dibimbing.
3. Bimbingan diarahkan pada individu (peserta didik), dan tiap peserta didik
memiliki karakteristik tersendiri oleh karena itu pemahaman keragaman
dan kemampuan peserta didik yang dibimbing sangat diperlukan dalam
pelaksanaan Bimbingan dan Konseling.
4. Masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh tim pembimbing lingkungan
lembaga pendidikan, hendaknya diserahkan kepada ahli yang berwenang
menyelesaikannya.
5. Kegiatan bimbingan/konseling dimulai dengan identifikasi kebutuhan
yang dirasakan oleh individu yang akan dibimbing.
6. Bimbingan harus luwes dan fleksibel.
7. Program bimbingan dan konseling di lingkungan lembaga pendidikan
harus sesuai dengan program pendidikan pada lembaga yang
bersangkutan.
8. Pelaksanaan program bimbingan dan konseling dikelola oleh orang yang
memiliki keahlian dalam bidang bimbingan, dapat bekerjasama dan
menggunakan sumber-sumber yang relevan didalam maupun diluar
penyelenggaraan pendidikan.
9. Pelaksanaan program bimbingan dan konseling hendaknya dievaluasi
untuk mengetahui hasil dan pelaksanaan pogram.

F. Jenis-Jenis Bimbingan Konseling


1. Layanan Orientasi; layanan yang memungkinan peserta didik memahami
lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah dan obyek-obyek yang
dipelajari, untuk mempermudah dan memperlancar berperannya peserta
didik di lingkungan yang baru itu, sekurang-kurangnya diberikan dua kali
dalam satu tahun yaitu pada setiap awal semester. Tujuan layanan orientasi
adalah agar peserta didik dapat beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan
lingkungan baru secara tepat dan memadai, yang berfungsi untuk
pencegahan dan pemahaman.
2. Layanan Informasi; layanan yang memungkinan peserta didik menerima
dan memahami berbagai informasi (seperti : informasi belajar, pergaulan,
karier, pendidikan lanjutan). Tujuan layanan informasi adalah membantu
peserta didik agar dapat mengambil keputusan secara tepat tentang
sesuatu, dalam bidang pribadi, sosial, belajar maupun karier berdasarkan
informasi yang diperolehnya yang memadai. Layanan informasi pun
berfungsi untuk pencegahan dan pemahaman.
3. Layanan Konten; layanan yang memungkinan peserta didik
mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik dalam penguasaan
kompetensi yang cocok dengan kecepatan dan kemampuan dirinya serta
berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya, dengan tujuan agar
peserta didik dapat mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang
baik. Layanan pembelajaran berfungsi untuk pengembangan.
4. Layanan Penempatan dan Penyaluran; layanan yang memungkinan
peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran di dalam kelas,
kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang,
kegiatan ko/ekstra kurikuler, dengan tujuan agar peserta didik dapat
mengembangkan segenap bakat, minat dan segenap potensi lainnya.
Layanan Penempatan dan Penyaluran berfungsi untuk pengembangan.
5. Layanan Konseling Perorangan;layanan yang memungkinan peserta
didik mendapatkan layanan langsung tatap muka (secara perorangan)
untuk mengentaskan permasalahan yang dihadapinya dan perkembangan
dirinya. Tujuan layanan konseling perorangan adalah agar peserta didik
dapat mengentaskan masalah yang dihadapinya. Layanan Konseling
Perorangan berfungsi untuk pengentasan dan advokasi.
6. Layanan Bimbingan Kelompok; layanan yang memungkinan sejumlah
peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika kelompok
memperoleh bahan dan membahas pokok bahasan (topik) tertentu untuk
menunjang pemahaman dan pengembangan kemampuan sosial, serta
untuk pengambilan keputusan atau tindakan tertentu melalui dinamika
kelompok, dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh bahan dan
membahas pokok bahasan (topik) tertentu untuk menunjang pemahaman
dan pengembangan kemampuan sosial, serta untuk pengambilan keputusan
atau tindakan tertentu melalui dinamika kelompok. Layanan Bimbingan
Kelompok berfungsi untuk pemahaman dan Pengembangan
7. Layanan Konseling Kelompok; layanan yang memungkinan peserta
didik (masing-masing anggota kelompok) memperoleh kesempatan untuk
pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi melalui dinamika
kelompok, dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh
kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi
melalui dinamika kelompok. Layanan Konseling Kelompok berfungsi
untuk pengentasan dan advokasi.
8. Konsultasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak
lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu
dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau masalah peserta didik.
9. Mediasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menyelesaikan
permasalahan dan memperbaiki hubungan antarmereka.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Bimbingan dan konseling adalah suatu proses tolong menolong untuk


mencapai tujuan yang dimaksud, dapat juga diartikan sebagai hubungan timbal
balik antara dua orang untuk menangani masalah klien, yang di dukung dengan
keahlian dalam suasana yang laras dan integrasi, berdasarkan norma-norma yang
berlaku untuk tujuan yang berguna bagi klien. Bimbingan dan konseling adalah
dua komponen yang tak terpisahkan dan saling membutuhkan dan saling berperan
didalam proses bimbingan dan konseling.
DAFTAR PUSTAKA

Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah


Berbasis Intregrasi. Jakarta: RajaGrafindo Pers.

Kartono, Kartini. 1985. Bimbingan dan Dasar-Dasar Pelaksanaannya.


Jakarta: CV Rajawali.

Baraja, Abubakar. 2006. Psikologi Konseling dan Teknik Konseling.


Jakarta: Studio Press.

www.slideshare.net

www.academia.ac.id

Anda mungkin juga menyukai