Anda di halaman 1dari 2

UTS STUDI PROFESI

Belinda 22416106

Banyak hal yang harus diperhatikan dalam membangun sebagai arsitek. Menurut UU
RI No. 6 tahun 2017 Bab II Pasal 2, arsitek memiliki 9 asas yang harus dipatuhi dalam
berpraktik, yaitu (a) profesionalitas; (b) integritas; (c) etika; (d) keadilan; (e) keselarasan; (f)
kemanfaatan; (g) keamanan dan keselamatan; (h) kelestarian; dan (i) keberlanjutan. Dengan
pasal tersebut, arsitek harus memperhatikan hal-hal tersebut agar dapat mengembangkan
profesi arsitek dan menghasilkan pekerjaan yang berkualitas.

Pada asas yang pertama yaitu profesionalitas, dalam menjalankan profesinya, arsitek
dituntut untuk memiliki ilmu atau keahlian di bidang tersebut sesuai dengan system dan standar
yang berlaku. Hal ini tentu merupakan kewajiban agar segala hasilnya dapat dipertanggung
jawabkan kebenaran dan kualitasnya. Dengan ini memberi gambaran bahwa mengambil
pendidikan di bidang arsitektur merupakan dasar dari profesi arsitek. Ilmu dan gelar yang
didapat dari pendidikan arsitektur tentu dapat diaplikasikan pada profesi dan sangat
berpengaruh dalam membantu pembangunan nasional dalam penguasaan ilmu, teknologi, dan
seni dan membuktikan kompetensi dari seorang arsitek.

Hal lain yang perlu diperhatikan merupakan asas integritas. Yang dimaksud dengan
integritas adalah dalam menjalankan profesinya, arsitek harus menjunjung tinggi kode etik
profesi dan kewajiban moral dalam melaksanakan praktik arsitek. Dalam hal ini, IAI (Ikatan
Arsitek Indonesia) memiliki standar untuk kode etik profesi arsitek dan kaidah tata laku yang
dapat membantu arsitek dalam berpraktik. Apabila seorang arsitek melanggar tentu akan diberi
sanksi sesuai dengan perbuatan yang dilakukan.

Asas etika menjelaskan bahwa dalam menjalankan profesinya, setiap arsitek harus
berdasarkan norma dan kaidah profesi arsitek. Kaidah tata laku harus ditaati oleh arsitek dalam
berpraktik. Contohnya menilai karya arsitek lain. Seorang arsitek tidak diperkenankan untuk
melecehkan karya arsitek lain secara tidak adil dalam forum terbuka maupun media massa.
Kritik dilakukan dalam batas professional dan objektifitas teruji.

Asas keadilan menegaskan arsitek yang dalam menjalankan profesinya menjamin


terlaksananya hak dan kewajiban serta tidak diskriminatif bagi arsitek dan pengguna jasanya.
Kewajiban dari seorang arsitek pada penggunanya harus dilakukan dengan segala kecakapan
dan kepakaran yang dimiliki secara professional. Salah satu contoh yaitu tidak membeda-
bedakan seseorang atau golongan berdasarkan ras/suku, agama, cacat, kebangsaan, maupun
orientasi gender. Hal tersebut merupakan salah satu upaya untuk menjunjung tinggi hak asasi
manusia dalam praktik arsiteknya.

Terdapat asas keselarasan yang memberi penjelasan bahwa praktik arsitek harus
seimbang dan sejalan dengan kepentingan masyarakat dan Negara serta sesuai dengan
kebudayaan dan peradaban Indonesia. Arsitek, yang merupakan masyarakat, harus mengangkat
nilai-nilai budaya melalui karya-karyanya. Selain itu, arsitek juga harus mengutamakan
kepentingan masyarakat umum.

Dalam praktik arsitek terdapat asas kemanfaatan yang berarti praktik arsitek dapat
menjamin terwujudnya nilai tambah dan daya guna yang optimal bagi pemangku kepentingan
dan bagi kepentingan nasional. Dengan adanya pernyataan ini, arsitek dalam semua praktiknya
harus memperhatikan fungsi yang harus diselaraskan dengan estetika. Setiap pembangunan
yang memiliki tujuan baik akan memiliki nilai tambah dan daya guna bagi penggunanya.

Asas keamanan dan keselamatan merupakan asas yang harus terpenuhi tertib praktik
arsitek dengan memperhatikan keamanan dan keselamatan masyarakat dan lingkungan di
sekitarnya. Hal ini bisa ditinjau dari segi struktur, kenyamanan interior, system dalam
bangunan. Dalam mebangun tentu perlu ditinjau dari cara penyelamatan saat kebakaran, cara
mengatasi gempa, dan dampak yang ditimbulkan dari pembangunan pada lingkungan di
sekitar.

Yang dimaksud dengan asas kelestarian merupakan dalam praktiknya, arsitek


memperhatikan dan mengutamakan perlindungan dan pemeliharaan lingkungan hidup dan
cagar-cagar budaya. Dalam membangun, arsitek tidak diperkenankan merugikan lingkungan.
Segala pembangunannya harus memikirkan budaya-budaya agar tetap dilestarikan dan tidak
menghilangkan identitas suatu daerah.

Salah satu asas yang terakhir merupakan asas keberlanjutan yang dalam praktiknya
harus berlangung secara berkesinambungan demi tercapainya tujuan yang diharapkan. Tujuan
pembangunan adalah untuk masa depan yang lebih baik, sehingga apapun yang dilakukan
sekarang akan berdampak di kemudian hari. Oleh karena itu segala hal harus dipertimbangkan
untuk meminimalisir permasalahan pada saat pembangunan selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai