Anda di halaman 1dari 11

SATUAN CARA PENYULUHAN

“Waspadalah Rabies”

OLEH :

Nama Kelompok

Putu Ari Anggareni (1002105002)

I Gede Ardy Winata (1002105008)

Putu Dimas Pramananta Harmaya (1002105031)

I Dewa Ayu Deni Mahadewi (1002105049)

Ni Putu Diah Prabandari (1002105085)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

2010
Topik : Rabies

Judul : “Waspadalah Rabies”

Sasaran : Warga di Banjar Taman, Dusun Kajanan, Desa Bubunan Kecamatan Seririt
Kabupaten Buleleng.

Hari/tanggal : Selasa, 17 Agustus 2010

Waktu : Pukul 09.00-10.00 WITA

Penyuluh : Mahasiswa PSIK FK UNUD

Tempat : Banjar Taman, Dusun Kajanan

A. Latar Belakang

Rabies kini semakin menjadi momok menakutkan bagi masyarakat terutama karena
penyebarannya yang mudah. Penyakit ini dapat menyerang anak-anak, remaja, dewasa, hingga
lansia. Jumlah kasus yang dilaporkan disetiap daerah cenderung meningkat dan daerah
penyebarannyapun meluas. Rabies bukan merupakan penyakit baru dalam sejarah peradaban
manusia. Catatan tertulis mengenai perilaku anjing yang tiba-tiba menjadi buas ditemukan
pada Kode Mesopotamia yang ditulis 4000 tahun yang lalu, serta pada Kode Babilonia
Eshunna yang ditulis pada 2300 SM. Democritus juga menuliskan karakteristik gejala
penyakit menyerupai rabies pada 500 SM. Rabies pertama kali dikenal di Mesir dan Yunani
Kuno sejak 2300 SM. Rabies tersebar disebagian besar dunia. Negara-negara yang hingga kini
bebas dari rabies adalah Australia, Selandia Baru, Inggris, Belanda, Hawaii, dan sejumlah
pulau terpencil di Pasifik. Sampai saat ini, rabies sudah tersebar di 24 provinsi di Indonesia
(Siswono,2010). Penyakit ini tertular melalui gigitan hewan dan menyerang otak. Sebagian
besar penderita rabies tidak dapat disembuhkan karena sampai saat ini belum ditemukan obat
yang dapat menyembuhkan rabies. Namun, dengan penanganan yang tepat sejak awal
terinfeksi penyebaran virus di dalam tubuh dapat dicegah. Pengetahuan awal tentang rabies,
pencegahan, penularan, dan penanganannya perlu ditanamkan di masyarakat luas guna
mengurangi penyebaran rabies. Banyak warga yang belum tahu bagaimana menangani luka
gigitan hewan dengan tepat yaitu dengan membersihkan luka gigitan dengan air dan detergen
serta segera mengonsultasikannya kepada dokter. Sebagian besar warga menganggap gigitan
hewan sebagai sesuatu yang sepele, sehingga banyak pasien yang tidak tertolong.

B. Tujuan

1. Tujuan Instruksional Umum

Setelah mendapatkan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan sasaran dapat memahami


tentang bahaya rabies.

2. Tujuan Intruksional Khusus

Setelah mendapatkan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan sasaran penyuluhan mampu :

1. Menjelaskan pengertian rabies.


2. Menyebutkan tanda dan gejala rabies.
3. Menjelaskan penularan rabies.
4. Menyebutkan cara mencegah rabies.
5. Menyebutkan penanganan rabies.

C. Sasaran

Warga di Banjar Taman, Dusun Kajanan, Desa Bubunan Kecamatan Seririt Kabupaten
Buleleng yang berjumlah ± 20 orang.

D. Garis besar materi

1. Pengertian rabies

2. Tanda dan gejala rabies

3. Penularan rabies

4. Pencegahan rabies

5. Penanganan rabies

E. Pelaksanaan kegiatan
No. Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta

1. 5 menit Pendahuluan

- Penyampaian salam - Membalas salam

- Perkenalan - Memperhatikan

- Menjelaskan topik penyuluhan - Memperhatikan

- Menjelaskan tujuan - Memperhatikan

- Menjelaskan waktu pelaksanaan - Memperhatikan

2. 20 menit (10 Penyampaian materi - Memperhatikan


menit materi, 10 penjelasan dan
- Materi :
menit tanya mencermati materi
jawab) 1. Pengertian rabies

2. Tanda dan gejala rabies

3. Penularan rabies

4. Pencegahan rabies

5. Penannganan rabies

- Membuka sesi tanya jawab


- Mengajukan pertanyaan
- Menjawab pertanyaan peserta
- Memperhatikan
jawaban yang
diberikan

3. 5 menit Penutup

- Menyimpulkan hasil penyuluhan - Memperhatikan

- Melakukan evaluasi - Menjawab pertanyaan


evaluasi
- Mengakhiri dengan salam - Menjawab salam

F. Metode

- Metode ceramah

- Metode tanya jawab

G. Media

- Leaflet

H. Pengorganisasian kelompok

Moderator : Citra Dewi Jayanti

Penyaji : Deni Maha Dewi

Fasilitator : 1. Diah Prabandari

2. Purnamadewi

3. Ari Anggareni

4. Ardy Wiranata

Observer : Dimas Pramananta

I. Setting Tempat
1 2

3 4 4 4 3

3 4 4 4 3

3 4 4 4 3
5

Keterangan Gambar:

1. Penyaji

2. Moderator

3. Fasilator

4. Peserta

5. Observer

J. Evaluasi

1. Evaluasi Struktur

Rencana kegiatan dipersiapkan tiga hari sebelum kegiatan dan informasi kepengurusan
tiga hari sebelum kegiatan.

2. Evaluasi Proses

-Kegiatan berlangsung tepat waktu

-Peserta yang hadir 80% dari jumlah total peserta

-Tempat : Banjar Taman, Dusun Kajanan, Desa Bubunan Kecamatan Seririt Kabupaten
Buleleng.

-Peserta yang aktif bertanya 30% dari total peserta

3. Evaluasi Hasil
-Peserta penyuluhan mampu menjelaskan pengertian rabies

-Peserta penyuluhan mampu menyebutkan tanda dan gejala rabies

-Peserta penyuluhan mampu menjelaskan penularan rabies

-Peserta penyuluhan mampu menyebutkan cara mencegah rabies

-Peserta penyuluhan mampu menyebutkan penanganan rabies

K. DAFTAR PUSTAKA
Steele, JH; Fernandez, J (1991), "History of Rabies and Global Aspects", di dalam Baer, GM,
The Natural History of Rabies (edisi ke-2), Boca Raton, Florida: CRC Press, Inc., hlm. 1, ISBN

Direktorat Kesehatan Hewan : Direktorat Jenderal Peternakan - Departemen Pertanian. 2009.


http://www.preventionindonesia.com/article.php?name=/jangan-lupa-vaksinasi-hewan-
peliharaan&channel=prevention

Yudi. 2009. “Veterinarium Humanumque Saluti" Kesehatan Hewan Untuk Kesejahteraan


Manusia. http://drhyudi.blogspot.com/2010/05/penyebaran-rabies-di-indonesia.html

Bliyanbayem. 2010. Gejala dan Pencegahan Rabies.


file:///C:/Users/COMPAQ/Desktop/rabies/gejala-dan-pencegahan-rabies.html

Lampiran Materi
RABIES

1) PENGERTIAN

Rabies berasal dari kata latin rabere yang berarti gila di Indonesia dikenal sebagai penyakit
anjing gila. Rabies merupakan suatu penyakit hewan menular akut yang bersifat zoonosis
(dapat menular ke manusia). Secara resmi, kasus rabies di Indonesia pertama kali dilaporkan
oleh Esser tahun 1884 pada seekor kerbau. Tahun 1889 oleh Penning dilaporkan terjadi pada
seekor anjing, dan kejadian pada manusia dilaporkan oleh Eilerts de Haan pada tahun 1894.

2) TANDA DAN GEJALA RABIES

Tanda-tanda penyakit yang dapat dilihat adalah manifestasi peradangan otak ( encephalitis )
gejala baru terlihat antara 10 hari sampai dengan 8 minggu setelah terinfeksi. Pada awal
infeksi, hewan menunjukan gejala seperti mencari tempat yang gelap dan dingin serta
menyendiri, takut terhadap sinar. Pada stadium exitasi, hewan menunjukan gejala
menyerang dan menggigit apa saja yang bergerak disekitarnya dan memakan benda – benda
aneh seperti kayu, besi dan yang lainnya, mengeluarkan air liur yang berlebihan (
hypersalivasi ) dan suaranya terdengar serak ( parau ), bola mata terlihat keruh dan selalu
terbuka, pada stadium lanjut, hewan nampak sempoyongan, semua reflek saraf hilang (
kejang ) dan diakhiri dengan kematian. Sedangkan manusia yang terserang penyakit ini
dapat menunjukan tanda-tanda sebagai berikut: tidak mau makan dan minum, takut terhadap
air dan sinar , peka terhadap suara-suara disekitarnya dan selalu gelisah yang diakhiri
dengan kejang-kejang,koma lalu meninggal.

Gejala sakit yang akan dialami seseorang yang terinfeksi rabies meliputi 4 stadium:

- Stadium Prodoromal, dalam stadium prodomal sakit yang timbul pada penderita tidak
khas, menyerupai infeksi virus pada umumnya yang meliputi demam, sulit makan yang
menuju taraf anoreksia, pusing dan pening (nausea), dan lain sebagainya.
- Stadium sensoris, dalam stadium sensori penderita umumnya akan mengalami rasa nyeri
pada daerah luka gigitan, panas, gugup, kebingungan, keluar banyak air liur
(hipersalivasi), dilatasi pupil, hiperhidrosis, hiperlakrimasi.
- Stadium eksitasi, pada stadium eksitasi penderita menjadi gelisah, mudah kaget, kejang-
kejang setiap ada rangsangan dari luar sehingga terjadi ketakutan pada udara (aerofobia),
ketakutan pada cahaya (fotofobia), dan ketakutan air (hidrofobia).[9] Kejang-kejang terjadi
[8]
akibat adanya gangguan daerah otak yang mengatur proses menelan dan pernapasan.
Hidrofobia yang terjadi pada penderita rabies terutama karena adanya rasa sakit yang luar
biasa di kala berusaha menelan air

- Stadium paralitik, pada stadium paralitik setelah melalui ketiga stadium sebelumnya,
penderita memasuki stadium paralitik ini menunjukkan tanda kelumpuhan dari bagian
atas tubuh ke bawah yang progresif.

Karena durasi penyebaran penyakit yang cukup cepat maka umumnya keempat stadium di
atas tidak dapat dibedakan dengan jelas. Gejala-gejala yang tampak jelas pada penderita di
antaranya adanya nyeri pada luka bekas gigitan dan ketakutan pada air, udara, dan cahaya,
serta suara yang keras. Sedangkan pada hewan yang terinfeksi, gelaja yang tampak adalah
dari jinak menjadi ganas, hewan-hewan peliharaan menjadi liar dan lupa jalan pulang, serta
ekor dilengkungkan di bawah perut.

3) PENULARAN RABIES
 Luka gigitan hewan penderita rabies.
 Luka yang terkena / terkontaminasi air liur penderita rabies.
 Infeksi vaksin rabies masih mengandung virus yang belum mati.
 Meskipun sangat jarang terjadi, rabies ditularkan melalui penghirupan udara yang
tercemar oleh hewan penderita rabies.

4) CARA MENCEGAH RABIES


 Vaksinasi diberikan kepada orang-orang yang beresiko tinggi terkena rabies.
 Hindari kontak secara langsung dengan hewan-hewan yang berpotensi menularkan
rabies.
5) CARA PENANGANAN RABIES
 Cuci luka gigitan dengan air mengalir, dan sabun/detergen selama 10-15 menit.
 Olesi luka dengan antiseptic (alcohol 70%, betadine, atau obat merah).
 Luka gigitan tidak boleh dijahit, jika terpaksa di jahit perlu disuntik serum anti rabies di
sekitar luka.

Anda mungkin juga menyukai