BAB 3
3.2. PROFIL WILAYAH STUDI
3.1. Umum
3.2.2. Iklim
Curah hujan rata-rata tahunan di wilayah Kabupaten Bandung
Barat < 1500 – 3500 mm/tahun. Wilayah-wilayah yang mempunyai
curah hujan kurang dari 1500 mm/tahun adalah wilayah dataran yaitu
sebagian Kecamatan Batujajar dan Padalarang. Wilayah-wilayah yang
mempunyai curah hujan 1500-2000 mm/tahun adalah sebagian
Kecamatan Batujajar, Cihampelas, Ngamprah, Padalarang dan
Parongpong. Wilayah-wilayah yang mempunyai curah hujan 2000-
2500 mm/tahun adalah sebagian Kecamatan Lembang, Parongpong,
Cisarua, Ngamprah, Cipatat, Cipongkor, Sindangkerta. Wilayah-
wilayah yang mempunyai curah hujan 2500-3000 mm/tahun sebagian
Kecamatan Lembang, Parongpong, Cisarua, Cikalongwetan,
Cipeundeuy, Cipatat, Rongga, Gununghalu dan Sindangkerta. Curah
hujan tertinggi terjadi di daerah pegunungan di bagian utara Kabupaten
Bandung Barat (3000-3500 mm/tahun) terdapat di sebagian wilayah
Kecamatan Cikalong Wetan dan Cipeundeuy.
3.2.5. Ketinggian
Kabupaten Bandung Barat didominasi oleh kemiringan lereng yang
sangat terjal (>40%), di Kecamatan Gununghalu sebagai kecamatan
yang mempunyai kemiringan lereng sangat terjal terluas (13.480 Ha).
Adapun kemiringan lereng datar (0-8%) merupakan kemiringan lereng
dengan luas dominan kedua. Kecamatan Batujajar adalah kecamatan
dengan luas lereng datar (0-8%) terluas (4.899 Ha). Kemiringan lereng
8-15% cenderung untuk berada di beberapa kecamatan saja.
Sedangkan Desa Karang tanjung Kecamatan Cililin Kabupaten
Bandung Barat merupakan wilayah perbukitan dengan ketinggian
tempat antara 650 - 800 m diatas permukaan air laut, dengan
kemiringan lereng terjal sampai sangat terjal (30° - 45°).
Tabel 3.4. laporan RT/RW tata guna lahan kabupaten bandung barat
3.4. Tata Ruang Wilayah
Penataan ruang adatah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Tujuan penyelenggaraan
penataan ruang di daerah adatah terlaksananya perencanaan tata ruang
secara terpadu dan menyeluruh; terwujudnya tertib pemanfaatan ruang;
serta terselenggaranya pengendalian pemanfaatan ruang.
Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
ruang lingkup penataan ruang meliputi perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Selanjutnya,
berdasarkan Pasal 35, pengendalian pemanfaatan ruang diselenggarakan
melalui kegiatan penetapan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan
disinsentif , serta pengenaan sanksi. Dalam penjelasan pasal 35,
pengendalian pemanfaatan ruang dimaksudkan agar pemanfaatan ruang
dilakukan sesuai dengan rencana tata ruang.
Berdasarkan penjetasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa salah
satu muatan substansi dalam evaluasi adalah menilai kemajuan
pemanfaatan ruang yang dapat diukur dengan melihat kesesuaian dan atau
ketidaksesuaian antara rencana dengan fungsi ruang. Dalam UU No.26
tahun 2007 pasat 26 ayat 5 disebutkan bahwa RTRW Kabupaten ditinjau
kembali 1 (satu) kati datam 5 (tima) tahun.
Sesuai dengan UU Nomor 1,2 tahun 2007 tentang Pembentukan
Kabupaten Bandung Barat, maka RTRW Kabupaten Bandung perlu
disesuaikan dengan adanya pemekaran Kabupaten Barat tersebut. Dengan
demikian pertu adanya kegiatan penyusunan RTRW Kabupaten Bandung
dan penyusunan RTRW Kabupaten Bandung Barat.
penyusunan RTRW adatah sebagai pedoman yang operasionaI
dalam pengelolaan pembangunan yang mampu memadukan kepentingan
sektor-sektor dan keseimbangan perkembangan antar wilayah sesuai
dengan fungsi yang diembannya serta sesuai dengan daya dukung
tingkungannya secara berkelanjutan melalui proses yang partisipatif.
Penataan ruang wilayah Kabupaten bertujuan mewujudkan
Kabupaten sebagai Kabupaten Agroindustri dan Wisata Ramah
Lingkungan untuk mendukung perkembangan PKN Kawasan Perkotaan
Bandung Raya.
3.4.1. Kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten terdiri atas :
a. penetapan sistem pusat pelayanan sesuai fungsi PKN, PKL,
PPK, dan PPL.
b. pengembangan sistem pusat pelayanan yang sesuai dengan
dayadukung dan dayatampung serta fungsi kegiatan
dominannya.
c. pengendalian perkembangan kawasan perkotaan di wilayah
utara untuk menjaga lingkungan yang berkelanjutan.
d. pengendalian perkembangan kawasan perkotaan di wilayah
selatan dengan tidak melebihi dayadukung dan
dayatampungnya.
e. penataan dan pengembangan jaringan prasarana wilayah.
f. mendorong terlaksananya peran Wilayah Pengembangan (WP)
dalam mewujudkan pemerataan pertumbuhan wilayah dan
sebaran penduduk.
g. perwujudan dan pemeliharaan kelestarian kawasan lindung.
h. pencegahan kerusakan kawasan lindung.
i. perwujudan keterpaduan kawasan budidaya.
j. pengendalian perkembangan kegiatan budidaya sesuai daya
dukung dan daya tampung.
k. pengembangan pusat-pusat kegiatan agroindustri.
l. pengembangan kawasan wisata yang ramah lingkungan.
m. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan
negara.
3.6.1. Bronjoung
Bronjong atau Gabions adalah kotak yang terbuat dari
anyaman kawat baja berlapis seng yang pada penggunaannya diisi
batu-batu untuk mencegah erosi yang dipasang pada tebing-tebing,
tepi-tepi sungai, yang proses pembuatannya menggunakan mesin.
Kegunaan Bronjong Adalah ,Penahan tebing menggunakan
bronjong banyak digunakan pada tebing-tebing tanah untuk
menahan tanah agar tidak longsor, juga tebing sungai pada
pelaksanaan pekerjaan normalisasi sungai atau untuk mengatasi
gerusan air sungai yang deras.
Pemasangan bronjong di desa Karang Tanjung, di lakukan
setelah adanya bencana alam yayng terjadi di daerah tersebut.
Teerlihat pada gambar 3.6. kondisi bronjong yang dekat dengan rumah
warga sehingga ketika hujan deras, air yang dari atas merembas kedalam
bronjong dan masuk kedalam rumah warga sekitar.
3.6.2. Longsor
Longsor atau disebut gerakan tanah adalah suatu peristiwa
geologi yang terjadi karena pergerakan masa batuan atau tanah
dengan berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya bebatuan atau
gumpalan besar tanah. Faktor faktor penyebab terjadinya longsor
yaitu :
a. Erosi yang disebabkan aliran air permukaan atau air hujan,
sungai – sungai atau gelombang laut yang mengerus kaki
lereng – lereng bertambah curam.
b. Hutan yang gundul , apabila pohon-pohon besar di hutan di
tebangi, maka struktur lapisan tanah menjadi labil karena
tidak ada nya akar yang menguatkan tanah.
c. Curah hujan yang tinggi, penyebab pertama seringnya
terjadi longsor adalah tingginya curah hujan. Tanah yang
kering pada musim kemarau mempunyai banyak pori- pori
atau rongga tanah. Rongga- rongga tanah tersebut akan
membentuk retakan pada tanah. Ketika musim penghujan,
air hujan akan memenuhi rongga tanah dan menyebabkan
terjadinya pergeseran tanah. Jika tanah bergeser terus
menerus maka akan terjadi longsor.
3.6.2. Hutan
Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat
oleh pepohonan dan tumbuhan lainnya. Kawasan-kawasan
semacam ini terdapat di wilayah-wilayah yang luas di dunia dan
berfungsi sebagai penampung karbon dioksida (carbon dioxide
sink), habitat hewan, modulator arus hidrologika, serta pelestari
tanah, dan merupakan salah satu aspek biosfer Bumi yang paling
penting.
Hutan yang berfungsi sebagai sistem penyangga kehidupan,
tidak dapat dipisahkan sebagai sumber kehidupan makhluk hidup,
termasuk manusia. Rusaknya hutan dapat memutus rantai
kehidupan dan sewaktu-waktu akan mendatangkan bencana serta
kerugian. Kerusakan hutan dengan seluruh komponen biofisiknya
pun secara tidak langsung telah berkontribusi dalam peningkatan
pemanasan global.
Hutan yang gundul dapat mengakibatkan bencana alam
pada daerah sekitar, Hutan yang semakin gundul bisa
menyebabkan tanah longsor. Hal itu dikarenakan akar tumbuhan
berfungsi sebagai pemadat struktur tanah. Saat hujan datang, air
tersebut tidak langsung mengenai tanah sehingga tidak
menyebabkan tanah longsor. Akar pohon tersebut justru akan
menyerap hujan yang datang. Untuk hutan yang gundul, air hujan
bisa langsung jatuh ke atas tanah tanpa terhalang oleh pohon
terlebih dahulu. Air tersebut juga tidak terserap oleh akar pohon.
Tanah yang terkena hujan terus menerus kontur dan struktur
tanahnya bisa rusak kemudian menyebabkan tanah longsor.
3.7. Penanggulangan
Penanggulangan untuk bencana alam yang terjadi pada Desa Karang
tanjung, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat ini yaitu dengan
merencanakan Drainase pada bagian bawah bronjong yang ada di bawah
tebing tersebut sehingga dapat mencegah terjadinya proses perembesan air
dan banjir kedalam rumah warga sekitar
3.6.1. Drainase
Drainase atau pengatusan adalah pembuangan massa air secara
alami atau buatan dari permukaan atau bawah permukaan dari suatu
tempat. Pembuangan ini dapat dilakukan dengan mengalirkan,
menguras, membuang, atau mengalihkan air. Irigasi dan drainase
merupakan bagian penting dalam penataan sistem penyediaan air di
bidang pertanian maupun tata ruang.
Saluran drainase sering kali dirujuk sebagai drainase saja karena
secara teknis hampir semua drainase terkait dengan pembuatan
saluran. Saluran drainase permukaan biasanya berupa parit,
sementara untuk bawah tanah disebut gorong-gorong di bawah tanah.
Dalam lingkup rekayasa sipil, drainase dibatasi sebagai
serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau
membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga
lahan dapat difungsikan secara optimal sesuai dengan kepentingan.
Dalam tata ruang, drainase berperan penting untuk mengatur pasokan
air demi pencegahan banjir.
Drainase yang terdapat di desa karang tanjung kecamatan cililin ini
hanya ada di sekitaran jalan, pada sekitarn bronjong yang di buat
tidak ada saluran pembuang.
C. Jenis – jenis
Menurut H.A Halim Hasmar drainase dibedakan menjadi beberapa
bagian diantaranya :
Menurut sejarah terbentuknya :
1. Drainase Alamiah (Natural Drainage).
Drainase yang terbentuk secara alami dan tidak terdapat
bangunan penunjang seperti bangunan pelimpah, pasangan
batu/ beton, gorong-gorong dan lain-lain. Saluran ini
terbentuk oleh gerusan air yang bergerak karena gravitasi
yang lambat laun membentuk jalan air yang permanen
seperti sungai.
Menurut fungsi
1. Single Purpose
Yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis air
buangan, misalnya air hujan saja atau air jenis buangan
yang lain seperti limbah domestik, air limbah industri dan
lain-lain.
2. Multi Puspose
Yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan beberapa jenis air
buangan baik secara bercampur maupun bergantian.
Menurut Konstruksi
1. Saluran Terbuka
Yaitu saluran yang lebih cocok untuk drainase air hujan
yang terletak didaerah yang mempunyai luasan yang cukup,
ataupun untuk drainase air non-hujan yang tidak
membahayakan kesehatan/ mengganggu lingkungan.
2. Saluran Tertutup
Yaitu saluran yang pada umunya sering dipakai untuk aliran
air kotor (air yang mengganggu kesehatan/ lingkungan) atau
untuk saluran yang terletak ditengah kota
1. Pola Siku
Dibuat pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih
tinggi dari pada sungai. Sungai sebagai saluran pembuang
akhir berada akhir berada di tengah kota.
3. Grid Iron
Untuk daerah dimana sungainya terletak di pinggir kota,
sehingga saluran-saluran cabang dikumpulkan dulu pada
saluran pengumpulan.
2. Persegi
Biasanya saluran ini terbuat dari pasangan batu dan beton.
Berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air
hujan dengan debit yang besar.
4. Setengah lingkaran
Berfungsi untuk menyalurkan limbah air hujan untuk debit yang
kecil. Bentuk saluran ini umum digunakan untuk saluran–
saluran penduduk dan pada sisi jalan perumahan padat.