Anda di halaman 1dari 30

3.1.

BAB 3
3.2. PROFIL WILAYAH STUDI

3.1. Umum

Pada bab ini dibahas secara umum mengenai pengenalan wilayah


atau daerah sasaran perencanaan. Bahan bahasan diperoleh baik melalui
literatur, data sekunder, maupun hasil pengamatan atau wawancara secara
langsung di lapangan. Dalam studi literatur ditelaah hasil pendataan yang
pernah dilakukan sebelumnya.
Dalam rangka pengembangan dan perencanaan suatu daerah,
gambaran umum wilayah studi atau karakteristik suatu daerah perencanaan
harus menjadi perhatian serius.Karakteristik lingkungan diperlukan untuk
mengatur pembangunan dan pola pertumbuhan, agar dapat dipakai untuk
memperkirakan biaya pelaksanaan pembangunan serta dampak‐dampak
lainnya yang mungkin timbul.

3.2. Kondisi geografis

Kabupaten Bandung Barat adalah Kabupaten di provinsi Jawa


Barat, Indonesia, sebagai hasil pemekaran Kabupaten Bandung. Secara
geografis Kabupaten Bandung berada pada 6°41’ - 7°19’ Lintang Selatan
dan dianatara 107°22’ - 108°5’ Bujur Timur dengan luas wilayah 176.239
ha. Kabupaten ini berbatasan dengan kabupaten Purwakarta dan
Kabupaten subang di sebelah barat dan utara, kabupaten Bandung dan kota
Cimahi di sebelah timur, Kota Bandung di sebalah selatan, serta
Kabupaten Cianjur di sebelah barat dan timur. Kabupaten bandung Barat
mewarisi 1.400.000 penduduk dari 42,9 % wilayah lama Kabupaten
Bandung.
Berdasarkan data,luas wilayah Kabupaten Bandung Barat yaitu 1.305,77
𝑘𝑚2 , terletak antara 60°41’ s/d 70°19’ lintang selatan dan 107°22’ sd/
108°05’ Bujur Timur. Mempunyai rata-rata ketinggian 110 M dan
Maksimum 2.2429 M dari permukaan laut. Kemiringan tanah yang
bervariasi antara 0 – 8%, 8 – 15% hingga diatas 45%. Kabupaten Bandung
Barat terdiri dari 16 Kecamatan,165 desa dengan batas wilayah
administrasi sebagai berikut:

Sebelah berbatasan dengan Kecamatan Cikalong Kulon


Utara : Kabupaten Cianjur; Kecamatan (Maniis, Darangdan,
Bojong dan Wanayasa) Kabupaten Purwakarta;
Kecamatan (Sagalaherang, Jalan Cagak dan Cisalak)
Kabupaten Subang.
Sebelah berbatasan dengan Kecamatan (Cilengkrang, Cimenyan,
Timur : Margaasih dan Soreang) Kabupaten Bandung,
Kecamatan (Cidadap dan Sukasari) Kota Bandung dan
Kecamatan (Cimahi Utara, Cimahi Tengah dan Cimahi
Selatan) Kota Cimahi.
Sebelah berbatasan dengan Kecamatan (Campaka, Ciranjang, dan
Barat : Mande) Kabupaten Cianjur.
Sebelah Berbatasan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur.
Selatan :

Desa Karangtanjung dulunya bernama Desa Saar dan merupakan


satu satu Desa tertua di wilayah Kecamatan Cililin. Asal usul nama Desa
Saar diambil dari kejadian pada saat masa Wedana Rongga II Raden
Jayadilaga pada saat itu pindah membawa peralatan senjata dengan dipikul
bersama-sama oleh beberapa orang melewati suatu kampung sehingga
kampung tersebut diberi nama Saar yang artinya dipikul/digotong. Desa
Saar secara resmi diakui oleh Kewedanaan Cililin pada tahun 1911 , Nama
Desa Karangtanjung diusulkan ke Tingkat Kecamatan Cililin seterusnya
ke Kewedanaan Cililin dan sampai ke Kabupaten Bandung, dan pada
tanggal 03 Maret 1963 Desa Saar Resmi diganti menjadi Desa
Karangtanjung. Nama Karangtanjung diambil dari Bahasa Sunda
mempunyai arti 2 kata yaitu Karang artinya Tempat, dan Tanjung artinya
Ujung Gunung, nama Karang tanjung berarti Tempat di Ujung Gunung.
luas wilayah 470 Ha. Terdiri dari 4 Dusun, 10 Rw, dan 45 Rt. Memiliki
batas-batas Desa :

Sebelah Utara : Desa Mekarmukti Kecamatan Cihampelas

Sebelah Selatan : Desa Kidangpananjung

Sebelah Timur : Desa Singajaya Kecamatan Cihampelas

Sebelah Timur : Desa Cililin

Tabel 3.1. wilayah administrasi Kabpaten bandung Barat


Tabel 3.2. wilayah cakupan kabupaten bandung barat

Gambar 3.1. Peta Kabupaten bandung Barat


Gambar 3.2. Peta Kecamatan Cililin
Sumber : Museum Geologi Bandung
3.2.1. Topografi Wilayah
Topografi adalah bentuk permukaan bumi. Topografi umumnya
menyuguhkan relief permukaan, model tiga dimensi, dan identifikasi
jenis lahan. Hamparan wilayah Kabupaten bandung barat mencakup
dataran rendah, dataran tinggi serta daerah perbukitan. Kabupaten
bandung adalah sebuah kabupaten di provinsi Jawa Barat, ibukota nya
adalah Soreang, letak Kabupaten Bandung Barat berada pada 6°41’ -
7°19’ Lintang Selatan dan dianatara 107°22’ - 108°5’ Bujur Timur
dengan luas wilayah 176.239 ha. Jumlah penduduk KBB sebanyak
1.408.550 jiwa dengan proporsi berdasarkan jenis kelamin terdiri dari
laki-laki 705.679 jiwa dan perempuan 702.871 jiwa . penyebaran
penduduk tidak merata terpadat ada di kecamatan Ngamprah
sedangkan terendah adalah kecamatan Gununghalu. Jumlah angkatan
kerja KBB mencapai 447.314 jiwa dan terbagi dalam beberapa jenis
mata pencaharian seperti di sektor pertanian dan buruh tani dengan
prosentase tertinggi mencapai 33.87 %. Sektor Industri l6,53 %, sektor
Perdagangan l5,51%, sektor jasa 9,51 % dan yang lainnya 24.59 %.
Desa Karangtanjung merupakan desa yamg berada didaerah
Lereng-Lereng gunung dengan ketinggian 600-700 m (diatas
permukaan laut). Sebagian besar daerah adalah lereng gunung dengan
kemiringan 300 sampai dengan 450 dibagian tengah desa kehutanan
milik perhutani seluas 250 Ha, dapat dilihat pada peta Desa
Karangtanjung.

3.2.2. Iklim
Curah hujan rata-rata tahunan di wilayah Kabupaten Bandung
Barat < 1500 – 3500 mm/tahun. Wilayah-wilayah yang mempunyai
curah hujan kurang dari 1500 mm/tahun adalah wilayah dataran yaitu
sebagian Kecamatan Batujajar dan Padalarang. Wilayah-wilayah yang
mempunyai curah hujan 1500-2000 mm/tahun adalah sebagian
Kecamatan Batujajar, Cihampelas, Ngamprah, Padalarang dan
Parongpong. Wilayah-wilayah yang mempunyai curah hujan 2000-
2500 mm/tahun adalah sebagian Kecamatan Lembang, Parongpong,
Cisarua, Ngamprah, Cipatat, Cipongkor, Sindangkerta. Wilayah-
wilayah yang mempunyai curah hujan 2500-3000 mm/tahun sebagian
Kecamatan Lembang, Parongpong, Cisarua, Cikalongwetan,
Cipeundeuy, Cipatat, Rongga, Gununghalu dan Sindangkerta. Curah
hujan tertinggi terjadi di daerah pegunungan di bagian utara Kabupaten
Bandung Barat (3000-3500 mm/tahun) terdapat di sebagian wilayah
Kecamatan Cikalong Wetan dan Cipeundeuy.

3.2.3. Hidrologi dan Klimatologi


Aspek hidrologi suatu desa sangat diperlukan dalam pengendalian
dan pengaturan kata air wilayah desa. Berdasarkan hidrologinya aliran
sungai yang ada di Desa Karangtanjung membentuk pola aliran daerah
curam, melewati lembah pegunungan.
Ada pula sumber air dari pegunungan yang dimanfaatkan oleh
masyarakat untuk kebutuhan air minum sumber mata air Cihaur Duni,
Cisoka, Ciseuseup, Cipicung, Cihaur, Genggong, Ciloa, Curug
Paipong. Sumber tersebar di 4 Dusun namun sudah mulai berkurang
karena hutan-hutan pegunungan gundul.
Secara umum terjadi penurunan kualitas curah hujan dapat menjadi
sangat berpengaruh terhadap beberapa sumber mata air yang menjadi
sumber kehidupan masyarakat penggarap sawah. Ditunjang pula akibat
penggundulan hutan dan pemanfaatan tanah perhutani dijadikan kebun
oleh sebagian masyarakat Desa Karangtanjung sendiri akibat tidak ada
pengawasan dari semua pihak terkait.
3.2.4. Kemiringan
Kabupaten Bandung Barat didominasi oleh kemiringan lereng yang
sangat terjal (>40%), di Kecamatan Gununghalu sebagai kecamatan
yang mempunyai kemiringan lereng sangat terjal terluas (13.480 Ha).
Adapun kemiringan lereng datar (0-8%) merupakan kemiringan lereng
dengan luas dominan kedua. Kecamatan Batujajar adalah kecamatan
dengan luas lereng datar (0-8%) terluas (4.899 Ha). Kemiringan lereng
8-15% cenderung untuk berada di beberapa kecamatan saja.

Tabel 3.3. luas kemiringan lereng dikabupaten bandung barat

3.2.5. Ketinggian
Kabupaten Bandung Barat didominasi oleh kemiringan lereng yang
sangat terjal (>40%), di Kecamatan Gununghalu sebagai kecamatan
yang mempunyai kemiringan lereng sangat terjal terluas (13.480 Ha).
Adapun kemiringan lereng datar (0-8%) merupakan kemiringan lereng
dengan luas dominan kedua. Kecamatan Batujajar adalah kecamatan
dengan luas lereng datar (0-8%) terluas (4.899 Ha). Kemiringan lereng
8-15% cenderung untuk berada di beberapa kecamatan saja.
Sedangkan Desa Karang tanjung Kecamatan Cililin Kabupaten
Bandung Barat merupakan wilayah perbukitan dengan ketinggian
tempat antara 650 - 800 m diatas permukaan air laut, dengan
kemiringan lereng terjal sampai sangat terjal (30° - 45°).

3.2.6. Geologi dan Mekanika Tanah


Berdasarkan Peta Geologi Lembar Cianjur (Sujatmiko, P3G, 1972)
daerah bencana tersusun oleh Hasil Gunungapi Tua, yaitu endapan
danau (Qol); andesit (a); dan Batuan gunungapi yang terdiri dari breksi
tufaan, lava, batupasir dan konglomerat.

Gambar 3.3. Peta geologi Kecamatan Cililin


3.3. Tata guna lahan
Total luas Kabupaten bandung Barat adalah 130.821,73 ha.

Tabel 3.4. laporan RT/RW tata guna lahan kabupaten bandung barat
3.4. Tata Ruang Wilayah
Penataan ruang adatah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Tujuan penyelenggaraan
penataan ruang di daerah adatah terlaksananya perencanaan tata ruang
secara terpadu dan menyeluruh; terwujudnya tertib pemanfaatan ruang;
serta terselenggaranya pengendalian pemanfaatan ruang.
Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
ruang lingkup penataan ruang meliputi perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Selanjutnya,
berdasarkan Pasal 35, pengendalian pemanfaatan ruang diselenggarakan
melalui kegiatan penetapan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan
disinsentif , serta pengenaan sanksi. Dalam penjelasan pasal 35,
pengendalian pemanfaatan ruang dimaksudkan agar pemanfaatan ruang
dilakukan sesuai dengan rencana tata ruang.
Berdasarkan penjetasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa salah
satu muatan substansi dalam evaluasi adalah menilai kemajuan
pemanfaatan ruang yang dapat diukur dengan melihat kesesuaian dan atau
ketidaksesuaian antara rencana dengan fungsi ruang. Dalam UU No.26
tahun 2007 pasat 26 ayat 5 disebutkan bahwa RTRW Kabupaten ditinjau
kembali 1 (satu) kati datam 5 (tima) tahun.
Sesuai dengan UU Nomor 1,2 tahun 2007 tentang Pembentukan
Kabupaten Bandung Barat, maka RTRW Kabupaten Bandung perlu
disesuaikan dengan adanya pemekaran Kabupaten Barat tersebut. Dengan
demikian pertu adanya kegiatan penyusunan RTRW Kabupaten Bandung
dan penyusunan RTRW Kabupaten Bandung Barat.
penyusunan RTRW adatah sebagai pedoman yang operasionaI
dalam pengelolaan pembangunan yang mampu memadukan kepentingan
sektor-sektor dan keseimbangan perkembangan antar wilayah sesuai
dengan fungsi yang diembannya serta sesuai dengan daya dukung
tingkungannya secara berkelanjutan melalui proses yang partisipatif.
Penataan ruang wilayah Kabupaten bertujuan mewujudkan
Kabupaten sebagai Kabupaten Agroindustri dan Wisata Ramah
Lingkungan untuk mendukung perkembangan PKN Kawasan Perkotaan
Bandung Raya.
3.4.1. Kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten terdiri atas :
a. penetapan sistem pusat pelayanan sesuai fungsi PKN, PKL,
PPK, dan PPL.
b. pengembangan sistem pusat pelayanan yang sesuai dengan
dayadukung dan dayatampung serta fungsi kegiatan
dominannya.
c. pengendalian perkembangan kawasan perkotaan di wilayah
utara untuk menjaga lingkungan yang berkelanjutan.
d. pengendalian perkembangan kawasan perkotaan di wilayah
selatan dengan tidak melebihi dayadukung dan
dayatampungnya.
e. penataan dan pengembangan jaringan prasarana wilayah.
f. mendorong terlaksananya peran Wilayah Pengembangan (WP)
dalam mewujudkan pemerataan pertumbuhan wilayah dan
sebaran penduduk.
g. perwujudan dan pemeliharaan kelestarian kawasan lindung.
h. pencegahan kerusakan kawasan lindung.
i. perwujudan keterpaduan kawasan budidaya.
j. pengendalian perkembangan kegiatan budidaya sesuai daya
dukung dan daya tampung.
k. pengembangan pusat-pusat kegiatan agroindustri.
l. pengembangan kawasan wisata yang ramah lingkungan.
m. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan
negara.

3.4.2. Rencana struktur ruang wilayah kabupaten bandung barat


Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten digambarkan dalam
peta dengan tingkat ketelitian skala minimal 1:50.000
sebaluasgaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini
Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten terdiri atas:
a. rencana pengembangan sistem pusat pelayanan.
b. rencana pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah.

3.4.3. rencana pola ruang wilayah kabupaten bandung barat


Rencana pola ruang wilayah kabupaten sebagaimana tercantum
dalam Tabel Lampiran IV dan peta dengan tingkat ketelitian skala minimal
1:50.000 pada Lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
Rencana pola ruang meliputi kawasan lindung dan kawasan budidaya.
Kawasan lindung terdiri atas:
a. kawasan hutan lindung.
b. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahannya.
c. kawasan perlindungan setempat.
d. kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya.
e. kawasan rawan bencana alam.
f. kawasan lindung geologi.

Kawasan rawan bencana alam berupa kawasan rawan tanah


longsor terdiri atas:
a. Kecamatan Lembang.
b. Kecamatan Parongpong
c. Kecamatan Cikalongwetan
d. Kecamatan Cipatat
e. Kecamatan Cililin
f. Kecamatan Cipongkor
g. Kecamatan Sindangkerta
h. Kecamatan Gununghalu
i. Kecamatan Rongga.
gambar 3.4. peta tata ruang wilayah kabupaten bandung barat
3.5. Demografi
Dengan luas wilayah 470 Ha. Desa Karang tanjung Terdiri dari 4 Dusun,
10 Rw, dan 45 Rt. Memiliki batas-batas Desa :
Sebelah Utara : Desa Mekarmukti Kecamatan Cihampelas
Sebelah Selatan : Desa Kidangpananjung
Sebelah Timur : Desa Singajaya Kecamatan Cihampelas
Sebelah Timur : Desa Cililin

Secara visualisasi wilayah administratip dapat dilihat pada peta wilayah


Desa Karangtanjung, Desa Karangtanjung merupakan desa yamg berada
didaerah Lereng-Lereng gunung dengan ketinggian 600-700 m (diatas
permukaan laut). Sebagian besar daerah adalah lereng gunung dengan
kemiringan 300 sampai dengan 450 dibagian tengah desa kehutanan milik
perhutani seluas 250 Ha, dapat dilihat pada peta Desa Karangtanjung.
Menurut Aspek hidrologi suatu desa sangat diperlukan dalam
pengendalian dan pengaturan kata air wilayah desa. Berdasarkan
hidrologinya aliran sungai yang ada di Desa Karangtanjung membentuk
pola aliran daerah curam, melewati lembah pegunungan.
Ada pula sumber air dari pegunungan yang dimanfaatkan oleh
masyarakat untuk kebutuhan air minum sumber mata air Cihaur Duni,
Cisoka, Ciseuseup, Cipicung, Cihaur, Genggong, Ciloa, Curug Paipong.
Sumber tersebar di 4 Dusun namun sudah mulai berkurang karena hutan-
hutan pegunungan gundul. Pada umumnya lahan yang terdapat di Desa
Karangtanjung digunakan secara produktif. Hal ini menunjukan bahwa
kawasan desa Karangtanjung memiliki Sumber Daya Alam yang memadai
dan siap untuk diolah.
Luas lahan sawah tadah hujan ± 110 Ha, dan yang lainnya berupa
pekarangan ± 25 Ha, pemukiman ± 78 Ha, Kuburan ± 2,5 Ha,
Perkantoran ± 0,5 Ha dan hutan Negara = 250 Ha dan lain-lain.
Potensi Desa Karang Tanjung
Batas Desa/kel Kecamatan
Sebelah Utara : mekarmukti Cihampelas
Sebelah selatan : Kidangpananjung Cililin
Sebelah timur ; Singajaya Cihampelas
Sebelah barat : Cililin Cililin

Luas wilayah = 470 ha


3.6. Permasalahan Bencana
Permasalahan yang terjadi di desa karang tanjung, Kecamatan
Cililin, Kabupaten bandung barat ini yaitu tidak adanya saluran
pembuang/drainase di sekitaran bronjong sehingga luapan air hujan yang
turun dari atas gunung tidak teralirkan dengan baik dan mengakibatkan
banjir ke rumah penduduk sekitar.

3.6.1. Bronjoung
Bronjong atau Gabions adalah kotak yang terbuat dari
anyaman kawat baja berlapis seng yang pada penggunaannya diisi
batu-batu untuk mencegah erosi yang dipasang pada tebing-tebing,
tepi-tepi sungai, yang proses pembuatannya menggunakan mesin.
Kegunaan Bronjong Adalah ,Penahan tebing menggunakan
bronjong banyak digunakan pada tebing-tebing tanah untuk
menahan tanah agar tidak longsor, juga tebing sungai pada
pelaksanaan pekerjaan normalisasi sungai atau untuk mengatasi
gerusan air sungai yang deras.
Pemasangan bronjong di desa Karang Tanjung, di lakukan
setelah adanya bencana alam yayng terjadi di daerah tersebut.

Gambar 3.5. bronjong di desa karang tanjung


Pemasangan bronjong ini di buat untuk menahan longsoran kembali, akan
tetapi ketika hujan yang tinggi, dan debit air yang besar. Bronjong tak bisa
menahan, sehingga air meresap kedalam bronjong serta kluar dan masuk
kedalm rumah warga. hal itu yangmengakibatkan banjir dan membuat
warga resah serta khawatir.

Gambar 3.6. bronjong yang berdekatan dengan rumah warga

Teerlihat pada gambar 3.6. kondisi bronjong yang dekat dengan rumah
warga sehingga ketika hujan deras, air yang dari atas merembas kedalam
bronjong dan masuk kedalam rumah warga sekitar.
3.6.2. Longsor
Longsor atau disebut gerakan tanah adalah suatu peristiwa
geologi yang terjadi karena pergerakan masa batuan atau tanah
dengan berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya bebatuan atau
gumpalan besar tanah. Faktor faktor penyebab terjadinya longsor
yaitu :
a. Erosi yang disebabkan aliran air permukaan atau air hujan,
sungai – sungai atau gelombang laut yang mengerus kaki
lereng – lereng bertambah curam.
b. Hutan yang gundul , apabila pohon-pohon besar di hutan di
tebangi, maka struktur lapisan tanah menjadi labil karena
tidak ada nya akar yang menguatkan tanah.
c. Curah hujan yang tinggi, penyebab pertama seringnya
terjadi longsor adalah tingginya curah hujan. Tanah yang
kering pada musim kemarau mempunyai banyak pori- pori
atau rongga tanah. Rongga- rongga tanah tersebut akan
membentuk retakan pada tanah. Ketika musim penghujan,
air hujan akan memenuhi rongga tanah dan menyebabkan
terjadinya pergeseran tanah. Jika tanah bergeser terus
menerus maka akan terjadi longsor.

Longsor yang terjadi di daerah desa karang tanjung termasuk


longsor yang paling parah, dan mengakibatkan banyak sekali
rumah warga yang terkena.

3.6.2. Hutan
Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat
oleh pepohonan dan tumbuhan lainnya. Kawasan-kawasan
semacam ini terdapat di wilayah-wilayah yang luas di dunia dan
berfungsi sebagai penampung karbon dioksida (carbon dioxide
sink), habitat hewan, modulator arus hidrologika, serta pelestari
tanah, dan merupakan salah satu aspek biosfer Bumi yang paling
penting.
Hutan yang berfungsi sebagai sistem penyangga kehidupan,
tidak dapat dipisahkan sebagai sumber kehidupan makhluk hidup,
termasuk manusia. Rusaknya hutan dapat memutus rantai
kehidupan dan sewaktu-waktu akan mendatangkan bencana serta
kerugian. Kerusakan hutan dengan seluruh komponen biofisiknya
pun secara tidak langsung telah berkontribusi dalam peningkatan
pemanasan global.
Hutan yang gundul dapat mengakibatkan bencana alam
pada daerah sekitar, Hutan yang semakin gundul bisa
menyebabkan tanah longsor. Hal itu dikarenakan akar tumbuhan
berfungsi sebagai pemadat struktur tanah. Saat hujan datang, air
tersebut tidak langsung mengenai tanah sehingga tidak
menyebabkan tanah longsor. Akar pohon tersebut justru akan
menyerap hujan yang datang. Untuk hutan yang gundul, air hujan
bisa langsung jatuh ke atas tanah tanpa terhalang oleh pohon
terlebih dahulu. Air tersebut juga tidak terserap oleh akar pohon.
Tanah yang terkena hujan terus menerus kontur dan struktur
tanahnya bisa rusak kemudian menyebabkan tanah longsor.

3.7. Penanggulangan
Penanggulangan untuk bencana alam yang terjadi pada Desa Karang
tanjung, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat ini yaitu dengan
merencanakan Drainase pada bagian bawah bronjong yang ada di bawah
tebing tersebut sehingga dapat mencegah terjadinya proses perembesan air
dan banjir kedalam rumah warga sekitar

3.6.1. Drainase
Drainase atau pengatusan adalah pembuangan massa air secara
alami atau buatan dari permukaan atau bawah permukaan dari suatu
tempat. Pembuangan ini dapat dilakukan dengan mengalirkan,
menguras, membuang, atau mengalihkan air. Irigasi dan drainase
merupakan bagian penting dalam penataan sistem penyediaan air di
bidang pertanian maupun tata ruang.
Saluran drainase sering kali dirujuk sebagai drainase saja karena
secara teknis hampir semua drainase terkait dengan pembuatan
saluran. Saluran drainase permukaan biasanya berupa parit,
sementara untuk bawah tanah disebut gorong-gorong di bawah tanah.
Dalam lingkup rekayasa sipil, drainase dibatasi sebagai
serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau
membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga
lahan dapat difungsikan secara optimal sesuai dengan kepentingan.
Dalam tata ruang, drainase berperan penting untuk mengatur pasokan
air demi pencegahan banjir.
Drainase yang terdapat di desa karang tanjung kecamatan cililin ini
hanya ada di sekitaran jalan, pada sekitarn bronjong yang di buat
tidak ada saluran pembuang.

A. Tujuan drainaase adalah


1. Untuk meningkatkan kesehatan lingkungan pemukiman.
2. Pengendalian kelebihan air permukaan dapat dilakukan secara
aman, lancar dan efisien serta sejauh mungkin dapat mendukung
kelestarian lingkungan.
3. Dapat mengurangi genangan-genangan air yang menyebabkan
bersarangnya nyamuk malaria dan penyakit-penyakit lain,
seperti demam berdarah, disentri serta penyakit lain yang
disebabkan kurang sehatnya lingkungan pemukiman.
4. Untuk memperpanjang umur ekonomis sarana-sarana fisik
antara lain : jalan, kawasan pemukiman, kawasan perdagangan
dari kerusakan serta gangguan kegiatan akibat tidak
berfungsinya sarana drainase.
B. Fungsi Drainase
1. Mengeringkan bagian wilayah kota yang permukaan lahannya
rendah dari genangan sehingga tidak menimbulkan dampak
negatif berupa kerusakan infrastruktur kota dan harta benda
milik masyarakat.
2. Mengalirkan kelebihan air permukaan badan air terdekat
secepatnya agar tidak membanjiri/ menggenangi kota yang
dapat merusak selain harta benda masyarakat juga infrastruktur
perkotaan.
3. Mengendalikan sebagiaan air permukaan akibat hujan yang
dapat dimanfaatkan untuk persediaan air dan kehidupan akuatik.
4. Meresapkan air permukaan untuk menjaga kelestarian air tanah.

C. Jenis – jenis
Menurut H.A Halim Hasmar drainase dibedakan menjadi beberapa
bagian diantaranya :
 Menurut sejarah terbentuknya :
1. Drainase Alamiah (Natural Drainage).
Drainase yang terbentuk secara alami dan tidak terdapat
bangunan penunjang seperti bangunan pelimpah, pasangan
batu/ beton, gorong-gorong dan lain-lain. Saluran ini
terbentuk oleh gerusan air yang bergerak karena gravitasi
yang lambat laun membentuk jalan air yang permanen
seperti sungai.

2. Drainase Buatan (Artifical Drainage).


Drainase yang dibuat dengan maksud dan tujuan tertentu
sehingga memerlukan bangunan-bangunan khusus seperti
selokan pasangan batu/ beton, gorong-gorong, pipa-pipa
dan lain sebagainya.
 Menurut letak saluran
1. Drainase Permukaan Tanah (Surface Drainage).
Yaitu saluran drainase yang berada di atas permukaan tanah
yang berfungsi mengalirkan air limpasan permukaan.
Analisa alirannya merupakan analisa open channel flow.
2. Drainase Bawah Tanah (Sub Surface Drainage).
Yaitu saluran drainase yang bertujuan mengalirkan air
limpasan permukaan melalui media di bawah permukaan
tanah (pipa-pipa), dikarenakan alasan–alasan tertentu.
Alasan tersebut antara lain tuntutan artistik, tuntutan fungsi
permukaan tanah seperti lapangan sepak bola, lapangan
terbang, taman dan lain-lain.

 Menurut fungsi
1. Single Purpose
Yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis air
buangan, misalnya air hujan saja atau air jenis buangan
yang lain seperti limbah domestik, air limbah industri dan
lain-lain.
2. Multi Puspose
Yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan beberapa jenis air
buangan baik secara bercampur maupun bergantian.

 Menurut Konstruksi
1. Saluran Terbuka
Yaitu saluran yang lebih cocok untuk drainase air hujan
yang terletak didaerah yang mempunyai luasan yang cukup,
ataupun untuk drainase air non-hujan yang tidak
membahayakan kesehatan/ mengganggu lingkungan.
2. Saluran Tertutup
Yaitu saluran yang pada umunya sering dipakai untuk aliran
air kotor (air yang mengganggu kesehatan/ lingkungan) atau
untuk saluran yang terletak ditengah kota

 Pola – pola Drainase


Pembuatan saluran drainase disesuaikan dengan keadaan lahan
dan lingkungan sekitar, oleh karena itu dalam perencanaan
drainase terdapat banyak pola drainase, yang antara lain :

1. Pola Siku
Dibuat pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih
tinggi dari pada sungai. Sungai sebagai saluran pembuang
akhir berada akhir berada di tengah kota.

Gambar 3.7. pola jaringan drainase siku


2. Paralel
Saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang.
Dengan saluran cabang (sekunder) yang cukup banyak dan
pendek-pendek, apabila terjadi perkembangan kota, saluran-
saluran akan dapat menyesuaikan diri.

gambar 3.8. pola jaringan drainase paralel

3. Grid Iron
Untuk daerah dimana sungainya terletak di pinggir kota,
sehingga saluran-saluran cabang dikumpulkan dulu pada
saluran pengumpulan.

gambar 3.9. pola jaringan drainase grid icon


4. Alamiah
Sama seperti pola siku, hanya beban sungai pada pola
alamiah lebih besar, letak saluran utama ada di bagian
terendah (lembah) dari suatu daerah (alam) yang secara
efektif berfungsi sebagai pengumpul dari anak cabang
saluran yang ada (saluran cabang), dimana saluran cabang
dan saluran utama merupakan suatu saluran alamiah.

Gambar 4.0. pola jaringan drainase alamiah


5. Radial
Pada daerah berbukit, sehingga pola saluran memencar ke
segala arah. Suatu daerah genangan dikeringkan melalui
beberapa saluran cabang dari suatu titik menyebar ke segala
arah (sesuai dengan kondisi topografi daerah).

gambar 4.1. pola jaringan drainase radial


D. Bentuk saluran Drainase
Bentuk dari saluran–saluran dimensi drainase sama halnya dengan
bentuk saluran irigasi, serta dalam perencanaan dimensi saluran
harus diusahakan seekonomis mungkin.
Adapun bentuk saluran antara lain :
1. Trapesium
Pada umumnya saluran terbentuk trapesium terbuat dari tanah
akan tetapi tidak menutup kemungkinan dibuat dari pasangan
batu dan beton. Berfungsi untuk menampung dan menyalurkan
limpasan air hujan dengan debit yang besar.

gambar 4.1. bentuk trapesium

2. Persegi
Biasanya saluran ini terbuat dari pasangan batu dan beton.
Berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air
hujan dengan debit yang besar.

Gambar 4.2. bentuk persegi


3. Segitiga
Saluran sangat jarang digunakan tetapi mungkin digunakan
dalam kondisi tertentu.

Gambar 4.3. bentuk segitiga

4. Setengah lingkaran
Berfungsi untuk menyalurkan limbah air hujan untuk debit yang
kecil. Bentuk saluran ini umum digunakan untuk saluran–
saluran penduduk dan pada sisi jalan perumahan padat.

gambar 4.4. bentuk setengah lingkaran

Anda mungkin juga menyukai