Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Menghadapi wanita yang dalam proses persalinan, harus
mengetahui letak dan posisi janin dalam kandungan. Hal ini penting untuk
menentukan apakah persalinan dapat berlangsung normal/spontan,atau di
perlukan tindakan lain untuk membantu menyelesaikan proses persalinan.
1.1.1 Sikap/Habitus
Merupakan hubungan antara bagian-bagian badan fetus satu sama
lain. Biasanya fetus berasa dalam sikap fleksi. Membentuk ovoid
mengikuti bentuk kavum uteri (ruangan fundus lebih luas dari serviks).
Fleksi yang terjadi pada keadaan normal adalah fleksi maksimal kepala.
Punggung membungkuk, kedua tangan bersilang didepan dada dan kedua
tungkai bersilang di depan perut. Tali pusat terletak diantara kedua lengan
dan tungkai.
1.1.2 Letak/Situs
Hubungan antara sumbu fetus dengan jalan lahir.
a. Letak memanjang
Sumbu fetus Searah/ sejajar sumbu jalan lahir.
b. Letak melintang
Sumbu fetus tegak lurus sumbu jalan lahir.
c. Letak Oblik
Sumbu fetus dalam sudut tertentu dengan sumbu jalan lahir.
Prognosis keberhasilan persalinan spontan pervaginam terbesar
adalah pada janin letak memanjang, dan nilai prognosis akan
berbanding terbalik dengan sudut antara sumbu fetus dengan jalan
lahir (letak lintang memiliki nilai prognosis persalinan spontan
pervaginam yang terkecil).

1
1.1.3 Posisi

Posisi merupakan indikator untuk menetapkan arah bagian


terbawah janin apakah sebelah kanan, kiri, depan, atau belakang terhadap
sumbu ibu (maternal pelvis). Misalnya pada letak belakang kepala ( LBK)
ubun – ubun kecil (uuk) kiri depan, uuk kanan belakang ( Mochtar, 2012:
69).
1.1.4 Presentasi

Presentasi digunakan untuk menentukan bagian janin yang ada di


bagian bawah rahim yang dijumpai pada palpasi atau pada pemeriksaan
dalam. Misalnya presentasi kepala, presentasi bokong, presentasi bahu,
dan lain – lain ( Mochtar, 2012: 68).
Dalam keadaan normal, presentasi janin adalah belakang kepala
dengan penunjuk ubun – ubun kecil dalam posisi transversal ( saat masuk
pintu atas panggul), dan posisi anterior ( setelah melewati pintu tengah
panggul). Dengan presentasi tersebut, maka kepala janin akan masuk
panggul dalam ukuran terkecilnya apabila sikap kepala janin fleksi. Sikap
yang tidak normal akan menimbulkan malpresentasi pada janin, dan terjadi
kesulitan persalinan karena diameter kepala yang harus melalui panggul
menjadi lebih besar ( Prawirohadjo, 2009: 582).
1.1.5 Kedudukan bagian terbawah janin
Menurut Manuaba ( 2010: 131), kedudukan terbawah janin adalah :
Tabel 2.1 Kedudukan Terbawah Janin
Kedudukan bagian terndah janin Denominator
Kepala belakang kepala Ubun ubun kecil
Puncak Ubun ubun besar
Muka Os mandibularis Os
Sungsang Sacrum
Lintang Os scapula dan arah penutup

2
ketiak

1.2 Hal-hal yang harus di periksa waktu toucher

1. Jari pemeriksa dimasukkan sampai meraba cervix.


Dari cervix tentukan :
a. Apakah cervix kaku atau lunak:
Cervix yang kaku ialah yang kerasnya seperti sayap hidung
dapat memperlambat pembukaan
b. Apakah cervix sudah mendatar atau belum. Kalau belum
apakah masih panjang atau pendek.
c. Apakah bibir cervix masih tebal atau tipis.
d. Berapa pembukaan
2. Keadaan ketuban :
a. Apakah ketuban ada atau tidak.
b. Bagaimana keadaan ketuban.

3. Tantukan persentasi dana posisi :


Caranya :
a. Tentukan apa yang menjadi bagian depan.
b. Turunnya Kepala
c. Tentukan ada atau tidaknya caput succedaneum dan berapa
besarnya caput succedaneum.
d. Priksa apakah ada bagian-bagian anak yang menumbung
seperti tangan,lengan.kaki atau tali pusat.
e. Periksa keadaan panggul
f. Pemeriksaan apakah selaput sudah robek
4. Memeriksa apakah adanya Massa/tumor
5. Memeriksa adanya varises vagina
6. Memeriksa penyusupan kepala

3
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan kelainan Letak ?
2. Bagaimana cara mengetahui adanya kelainan letak ?
3. Apa sajakah macam-macam kelainan letak?
1.3 Tujuan Makalah
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kelainan letak.
2. Mengetahui apa saja macam-macam kelainan letak.

4
BAB II
PEBAHASAN

2.1 Definisi Letak Janin Dalam Rahim

Letak janin dalam rahim terutama di akhir sangat penting berkaitan


dengan prognosis persalinan. Letak janin saat hamil tidak memerlukan
perhatian, karena kedudukannya belum dapat dipastikan ( Manuaba, dkk.,
2009: 129). Sebagian besar janin dalam rahim akan menuju pada letak kepala
karena :

1. Berat kepala lebih dari bokong


2. Kepala yang bulat lebih sesuai dengan pintu atas panggul

3. Kepala menyesuaikan diri, dengan ruangan yang lebih kecil pada pintu
atas panggul.

4. Bokong menyesuaikan diri dengan ruangan yang luas pada fundus


uteri.

2.2 Istilah yang berkaitan dengan letak janin

1. Situs ( Letak Janin)


Hubungan sumbu panjang ibu dengan sumbu panjang janin
sehingga dijumpai kedudukan membujur atau lintang ( Manuaba,
dkk., 2009: 130).
Hubungan sumbu panjang janin dan sumbu panjang rahim
dikenal dua bentuk membujur ( letak kepala, letak sungsang dan
letak lintang.
2. Habitus ( Sikap)
Letak bagian janin satu terhadap lainnya. Hubungan antara kepala,
bokong, tangan, dan kaki satu dengan yang lainnya. Letak janin fisiologi
adalah :

5
a) Badan melengkung, menyesuaikan diri dengan rahim.

b) Kepala fleksi, dimana dagu menempel pada dada.

c) Lengan bersilang didepan dada.

d) Kaki melipat pada paha, dan lutut rapat pada badan.

e) Kepala janin berada di atas panggul.

6
2.3 Konsep Dasar Kelainan Presentasi dan Posisi
Perubahan letak terendah dan sikap badan dari
apat diketahui pada saat kehamilan dan persalinan. Adapun kelainan
presentase dan posisi yaitu:
a. Puncak kepala
Batasan : Bagian terendah adalah puncak kepala dimana kepala
berada dalam defleksi ringan.Etiologi :
1. Kelainan panggul
2. Kepala bentuknya bundar
3. Anak kecil atau bayi mati
4. Kerusakan dasar panggul
Diagnosis :
VT : UUB lebih rendah dan berputar ke depan atau sesudah anak lahir
terdapat caput di daerah UUB.
Pengelolaan :
1. Sabar menunggu, 75 % lahir spontan.
2. Untuk membantu perputaran, ibu tidur miring ke arah punggung
anak.
3. Bila ada indikasi dpt ditolong dgn menggunakan vakum atau
forsep.
Mekanisme persalinan :
a. Dalam persalinan kita jumpai UUB selalu di depan & glabella
akan berada dibawah simpisis sebagai hipomoklion.
b. Lingkaran kepala yg melewati panggul adalahplanum fronto-
oksiput sebesar 34 cm, krnnya partus akan berlangsung lebih
lama.
Komplikasi :
Pada ibu dpt terjadi partus yang lama atau robekan jalan lahir
yang lebih luas. Selain itu karena partus lama dan moulage hebat,
maka mortalitas anak agak tinggi (9 %).

7
b. Dahi
Batasan : Kepala berada pada defleksi sedang.frekuensi persistens
brow jarang ditemukan dan lebih banyak pada multi dari pada primi.
Etiologi :
a. Panggul sempit
b. Bayi besar
c. Multiparitas
d. Llilitan tali pusat di leher
e. Pembesaran yang menyolok
f. Anesefal

Diagnosis :
Sering ditegakkan dalam persalinan
a. Palpasi : Tonjolan kepala sepihak dgn bokong, ditemukan
sudut fabre (sudut agak tajam yg terbentuk dari kepala dan
bokong pd tempat punggung),
b. Auskultasi : BJF sepihak dgn bagian kecil, atau pd bagian dada.
c. VT : teraba UUB, pinggir orbita, hidung, pipi mulut dan dagu
tidak teraba.
Pengelolaan :
a. Observasi apakah bisa lahir spontan
b.Mencoba reposisi mjd LBK atau letak muka.
c. Kala II : bila dagu di depan : partus pervaginam bila dagu
di belakang : SC.
Mekanisme persalinan :
Kepala memasuki panggul biasanya dgn dahi melintang atau
miring. Pada waktu PPD, dahi melintang ke depan.
Maxilla (fosa canina) sebagai hipomoklion berada dibawah simpisis,
kemudian terjadi fleksi utk melahirkan belakang kepala melewat
perineum, lalu defleksi, maka lahirlah mulut, dagu dibawah
simpisis.Lingkaran kepala memasuki panggul :

8
Plan. Maxillo parietale : 35 cm
atau diameter mento oksipital : 12,5 cm

Prognosis :
Partus menjadi lama at lebih sulit, bisa jadi terjadi
robekan yg hebat dan ruptur uteri. Dan bagi anak
mortalitas lebih tinggi.

c. Muka
Batasan : Kepala berada dlm defleksi maksimal.
hal ini jarang terjadi 0, 27 % - 5 %.
•Etiologi :
a. Primer
sejak dari masa kehamilan sdh terjadi letak
muka, karena : anensefal, hidrosefal, kongenital
anomali, struma, higroma koli (kista leher) lilitan tali
pusat erat, congenital shortening of the cervikal
muscle.
b. Sekunder
Terjadi pada awal persalinan panggul sempit, tangan
menumbung, anak besar, Plac. Previa,
grandemultipara, pergerakan anak bebas
(hidramnion at perut gantung), posisi uterus miring.
Diagnosis
1. Palpasi : teraba kepala sgt tengadah, cekung punggung kepala
menudik (sudut fabre), dan belakang kepala menonjol.
2. Aukultasi DJJ terdengar pada toraks janin.
3. VT : teraba dagu, mulut (terasa gerakan mengisap),hidung, & lekuk
mata.
4. Foto rontgen/USG : kepala tengadah.
Pengelolaan :

9
a. Observasi hrs teliti, biasanya 80-90% dpt lahirnormal.
b. Pada penempatan dahi, anjurkan ibu tidur miring kesamping sebelah
dagu.
c. Usaha untuk merubah letak :Reposisi mento posterior menjadi anterior
cara schatz dan cara zangemesteister- thorn.
d. Bila ada indikasi untuk menyelesakan partus segera,pembukaan
lengkap dan anak hidup (vakum/forseps), anak mati (embriotomi).
Bila pembukaan kecil lakukan SC, Pada mento posterior dan atau
primi gravida lakukan SC.

d. Persistent oksipito posterior


Batasan : UUK dibelakang adalah suatu keadaan yg disebabkan karena
kegagalan rotasi interna.
Etiologi :
1. Kelainan panggul : antropoid, android.
2. Kesempitan panggul tengah,
3. KPD/KPSW
4. Fleksi kepala kurang karena : inersia ut. Perut
5. gantung, janin kecil atau janin.
Diagnosis :
UUK pada pemeriksaan dlm teraba dibelakang, putar PPD
terhalang at tidak terjadi.
Penyulit :
a. Kala II lebih panjang.
b. sekitar 6-10 % pertolongan persalinan dilakukan secara operatif.
Terapi :
Partus pervaginam
a. Sabar menunggu, dgn harapan UUK akan memutar ke depan dan
janin bisa lahir spontan.
b. Ibu berbaring miring ke arah punggun janin
c. SC bila ada indikasi.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kelainan letak kepala terdiri dari beberapa macam yaitu : letak
puncak kepala, letak dahi,letak muka dan sebagainya yang dapat terjadi
karena suatu keadaan yang abnormal. Jika tanpa indikasi yang
membahayakan maka masih bisa di tangani dengan persalinan normal
oleh bidan. Namun jika sudah ada indikasi tertentu yang membahayakan
maka dilakukan perasi SC.
3.2 Saran
Seharusnya seluruh bidan harus mengetahui teori dan praktik
penanganan kelainan letak ini untuk meningkatkan pelayanan dan
meningkatkan angka kesejahteraan ibu dan bayi,khususnya di Indonesia.

11

Anda mungkin juga menyukai