Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Kapita Selekta Geografi

ISSN Print: 2622-4925


ISSN Online: 2622-4933
Volume 2 Nomor 6: Juni 2019 (Halaman: 39 - 43)
http://ksgeo.ppj.unp.ac.id/index.php/ksgeo

Identifikasi Dampak Aktivitas Pengolahan Karet di PT. Lembah


Karet Kota Padang Terhadap Lingkungan
Ririn Eriska, Silvi Widya Rahmi, Febby Fitri Yolanda, Danny Akbar, Suci Ramadani,
Welia Putri, Altra Mainil Ilham, Zurialdi

Program Studi Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Padang


Jln. Prof. Dr. Hamka Air Tawar Padang 25131 INDONESIA
E-mail: ririneriska97@gmail.com

Abstrak
Perkembangan industri di Kota Padang mengalami kemajuan yang pesat. Terdapat dua pabrik
karet yaitu PT. Lembah Karet Kota Padang dan PT. Family Raya CRF yang dibangun untuk
menampung hasil perkebunan masyarakat lokal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui aktivitas pengolahan karet di PT Lembah Karet serta dampak yang ditimbulkan
dengan adanya PT Lembah Karet tersebut terhadap lingkungan. Metode yang digunakan adalah
dilakukan wawancara secara mendalam kepada masyarakat untuk mengetahui besar dampak
yang mereka alami dan dianalisa dengan analisa deskriptif kualitatif serta melihat hasil
pembuangan akhir PT Lembah Karet tersebut.

Kata Kunci : Pabrik Karet, Dampak, Kota Padang.

Abstract

Industrial development in the city of Padang experienced rapid progress. There are two rubber
factories, namely PT. Rubber Valley City of Padang and PT. The CRF Family Kingdom was built to
collect the produce of local community plantations. The purpose of this study was to find out the
rubber processing activities in PT Lembah Karet and the impact caused by the existence of PT
Lembah Karet on the environment. The method used is conducted in-depth interviews with the
community to find out the magnitude of the impact they experienced and analyzed with a
qualitative descriptive analysis and saw the results of PT Lembah Karet's final disposal.

Keyword : Rubber mills, impact. Padang City.

PENDAHULUAN
Sektor industri merupakan sektor potensial yang memiliki peranan penting
dalam pembangunan ekonomi suatu negara, khususnya negara berkembang, oleh
karena itu sektor-sektor industri kini mulai banyak didirikan di negara-negara
berkembang, salah satunya di Indonesia (Hermon, 2010; Hermon, 2015). Pada
dasarnya karet berasal dari getah pohon karet (atau dikenal dengan istilah latex)
maupun produksi manusia (sintetis). Saat pohon karet dilukai, maka getah yang
dihasilkan akan jauh lebih banyak. Saat ini Asia menjadi sumber karet alami, awal
mulanya pohon karet hanya hidup di Amerika Selatan, namun sekarang sudah berhasil
dikembangkan di Asia Tenggara berkat jasa dari Henry Wickham. Saat ini, negara-
negara Asia mengasilkan 93% produksi karet alam, yang terbesar adalah Thailand, dan
diikuti oleh Indonesia, dan Malaysia.
Kawasan industri merupakan pembangunan terhadap suatu kawasan terpilih
berdasarkan perencanaan, pengendalian dan evaluasi program pembangunan secara
terpadu dengan memperhatikan kondisi dan potensi serta pemanfaatan ruang sesuai
dengan kewenangan pemerintah daerah dalam Permen No.72 Tahun 2013. Kawasan

39
Jurnal Kapita Selekta Geografi
ISSN Print: 2622-4925
ISSN Online: 2622-4933
Volume 2 Nomor 6: Juni 2019 (Halaman: 39 - 43)
http://ksgeo.ppj.unp.ac.id/index.php/ksgeo

menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 adalah wilayah dengan fungsi utama
lindung atau budidaya. Kawasan industri adalah suatu daerah yang didominasi oleh
aktivitas industri yang mempunyai fasilitas kombinasi terdiri dari peralatan-peralatan
pabrik (industrial plants), sarana penelitian dan laboratorium untuk pengembangan,
bangunan perkantoran, bank, serta fasilitas sosial dan fasilitas umum (Dirdjojuwono,
2004; Putra, 2017).
PT Lembah Karet merupakan salah satu perusahaan industri manufaktur di
Indonesia yang bergerak dalam bidang produksi karet remah. PT Lembah Karet
berlokasi di Jalan By Pass KM 22 Kelurahan Batipuh Panjang, Kecamatan Koto Tangah,
Kota Padang dan sudah beroperasi sejak tahun 1972. Karet remah yang diproduksi oleh
PT Lembah Karet adalah karet remah jenis Crumb Rubber SIR 20. Pengaruh positif dari
pendirian pabrik adalah peningkatan infrastruktur jalan menuju maupun keluar areal
pabrik. Keadaan ini menguntungkan warga karena daerah ini menjadi ramai sehingga
warga dapat membuat usaha sampingan seperti warung makan, minimarket maupun
sarana lain sebagai penunjang, disamping juga memperlancar penduduk untuk
menjual hasil kebun mereka. Dampak positif lainnya adalah pemakaian tenaga kerja
lokal untuk diperbantukan di pabrik-pabrik karet ini, sehingga dapat mengurangi
tingkat pengangguran.
Pengolahan karet mentah selain menghasilkan produk juga menghasilkan limbah
buangan. Limbah yang dihasilkan berupa pencemaran udara (bau), limbah padat dan
limbah cair. Pencemaran udara yaitu bau yang menyengat dari karet mentah sangat
mengganggu kenyamanan warga sekitar. Limbah padat terdiri dari sisa-sisa karet,
endapan, lembaran plastik, pasir dan potongan potongan kayu yang berbahaya bagi
kesehatan dan merusak nilai estetika sungai. Selain itu limbah cair yang dihasilkan
dari sisa pengolahan karet mentah berupa limbah minyak dibuang ke sungai yang
terletak tidak jauh dari pabrik tersebut. Dampak dari pembuangan limbah cair ini
mengakibatkan air sungai menjadi kotor dan tercemar. Hal ini terlihat dari warna air
sungai yang berubah menjadi keruh. Aktifitas pabrik yang membuang limbah cair ke
Sungai sangat mempengaruhi ekosistem sungai tersebut disamping juga mencemari
sumber air PDAM (Anwar, 2006).
Baku mutu lingkungan disebut sebagai standar lingkungan (Suratmo, 2002; Putra
dkk, 2017; Putra dan Husrin, 2017) yang memberi nilai batasan atau standar terhadap
beberapa bahan pencemar yang tidak dapat diterima oleh kalangan industri. Baku
mutu air limbah di Indonesia dibagi menjadi empat golongan: I, II, III dan IV. Golongan
I adalah baku mutu air limbah yang paling keras atau ketat, sedangkan Golongan IV
adalah baku mutu air limbah yang paling longgar. Penetapan baku mutu didasarkan
pada peruntukannya, juga didasarkan pada kondisi nyata kualitas air yang mungkin
berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya. Tingkat pencemaran dari zat
pencemar harus diketahui secara detail berdasarkan parameter-parameter fisika,
kimia dan biologi berdasarkan kandungan yang ada di dalam air limbah. Cara
pengukuran yang dilakukan pada setiap jenis sifat tersebut dilaksanakan secara
berbeda-beda sesuai dengan keadaannya (Sugiharto, 1987). Hasil pengukuran dan
analisa tersebut dibandingkan dengan baku mutu limbah cair yang sesuai dengan
industri. Adapun baku mutu limbah cair untuk industri karet berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor:
KEP03/MENKLH/1991 tanggal 1 Februari 1991 dan Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup No. 010/Permen LH/2006 tanggal 2 Oktober 2006.

40
Jurnal Kapita Selekta Geografi
ISSN Print: 2622-4925
ISSN Online: 2622-4933
Volume 2 Nomor 6: Juni 2019 (Halaman: 39 - 43)
http://ksgeo.ppj.unp.ac.id/index.php/ksgeo

METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan kualitatif
(Hermon, 2001; Hermon, 2009), Teknik analisis yang digunakan yaitu deskriptif
kualitatif dengan metode pengumpulan data berupa data primer dan data sekunder
(Putra, 2012). Data primer berupa literatur-literatur yang telah diperoleh dari
beberapa jurnal penelitian sebelumnya, baku mutu limbah industri (limbah industri
karet), Serta buku AMDAL dari UGM. Waktu penelitian yaitu senin 13 mei 2019 di PT
Lembah Karet berlokasi di Jalan By Pass KM 22 Kelurahan Batipuh Panjang, Kecamatan
Koto Tangah, Kota Padang
Seiring dengan keinginan manusia menggunakan barang yang bersifat tahan dari
pecah dan elastis maka kebutuhan akan karet saat ini akan terus berkembang dan
meningkat sejalan dengan pertumbuhan industri otomotif, kebutuhan rumah sakit,
alat kesehatan dan keperluan rumah tangga dan sebagainya. Diperkirakan untuk masa
yang akan datang kebutuhan akan menjadi peluang yang baik bagi Indonesia
mengekspor karet dan hasil olahan industri karet yangada di Indonesia ke negara-
negara lainnya. Dari jurnal yang terkait sebelumnya telah diketahui pengambilan
sampel air pembuangan. Yang mana sampel tersebut telah diketahui tingkat
pencemaran yang terjadi terhadap parameter pH, BOD nya, dan beberapa kandungan
zat kimia berbahaya (Amonia dan Nitrogen. Sampel air sungai yang tercemar diolah
menggunakan analisis laboratorium yang terdapat pada air sungai yang telah
dipedomani pada jurnal sebelumnya untuk melanjutkan penelitian ini.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Dampak positif
Dampak positif dari keberadaan pabrik pengolahan karet yaitu PT. Lembah Karet
Kota Pdang ialah memberikan lapangan pekerjaan sehingga bisa mengurangi
pengangguran serta mensejahterakan masyarakat. Masyarakat berpeluang untuk
membuka usaha atau berdagang. Kesempatan kerja dan peluang usaha ini
berkontribusi terhadap pendapatan masyarakat. Sedangkan dampak negatif dari
keberadaan pabrik ialah menimbulkan polusi udara seperti bau busuk yang sangat
mengganggu kenyamanan masyarakat.
3.2 Dampak negatif
Bau busuk menyengat terjadi disebabkan oleh pertumbuhan bakteri pembusuk
yang melakukan biodegradasi protein di dalam bokar menjadi amonia dan sulfida.
Kedua hal tersebut terjadi karena bahan pembeku lateks yang digunakan saat ini tidak
dapat mencegah pertumbuhan bakteri. Kemudian bau busuk tersebut dibawa terus
sampai ke pabrik karet remah dan di pabrik yang menjadi sumber bau busuk tersebut
adalah berasal dari tempat penyimpanan bokar, kamar gantung angin (pre-drying
room), dan mesin pengering (dryer). Masalah bau busuk yang mencemari udara di
sekitar pabrik karet remah ini sampai saat ini sangat sulit diatasi walaupun semua
pabrik sudah menggunakan scrubber (cerobong asap), padahal di sekeliling pabrik
sudah menjadi kawasan perumahan. Pada akhirnya bau busuk ini menimbulkan
keluhankeluhan masyarakat di sekeliling pabrik bahkan yang jauh dari pabrik (bau
terbawa oleh angin). Bau busuk yang ditimbulkan oleh PT. Lembah Karet berdampak
negatif bagi masyarakat sekitar. Masyarakat sangat terganggu terhadap bau busuk, ini
menandakan bahwa masyarakat yang tinggal sekitar pabrik karet mengalami tekanan
dari lingkungan tempat tinggal sehingga kenyamanan masyarakat sekitar terganggu.

41
Jurnal Kapita Selekta Geografi
ISSN Print: 2622-4925
ISSN Online: 2622-4933
Volume 2 Nomor 6: Juni 2019 (Halaman: 39 - 43)
http://ksgeo.ppj.unp.ac.id/index.php/ksgeo

Beberapa akibat merugikan yang disebabkan oleh adanya limbah produk karet
alam adalah : 1) gangguan terhadap kesehatan; 2) gangguan terhadap kehidupan
biotic; dan 3) gangguan terhadap keindahan dan kenyamanan. Limbah padat ini
karena tidak dapat didaur ulang, maka biasanya dibiarkan menumpuk begitu saja,
ditimbun atau dibakar. Hal ini disebabkan karena karat alam merupakan bahan
polimer yang bersifat termoset atau bahan polimer yang tidak dapat diolah kembali
dengan cara pemanasan dan pengepresan. Selain itu karat alam juga merupakan bahan
polimer yang sulit terdegrasi dialam, sehingga limbah karet alam tersebut akan
menumpuk di permukaan bumi, dalam mengatasi limbah produk karet alam, beberapa
upaya telah dilakukan antara lain pembakaran ataupun penimbunan, di mana hal ini
menimbulkan masalah barukarena dengan pembakaran (insenerasi) selain biayanya
cukup mahal juga menghasilkan asap hitam yang mengganggu pernafasan dan
mengganggu kenyamanan. Sedangkan bila ditimbun didalam tanah, akan menganggu
masuknya unsur hara dan menghambat resapan air kedalam tanah.
Untuk mengantisipasi semakin menumpuknya limbah karet,saat ini sedang
dikembangkan bermacam-macam penelitian untuk menanggulangi limbah tersebut
sesuai dengan kebijakan pemerintah yang tertuang dalam pedoman minimisasi limbah
(BAPPEDAL,1992). Limbah lateks merupakan polutan yang potensial jika tidak
ditangani dengan baik. Pengolahan limbah lateks untuk memenuhi persyaratan
lingkungan semata,akan membutuhkan biaya yang cukup besar. Kini limbah lateks
dapat dikonversi secara mikrobiologis untuk menghasilkan, berbagai produk yang
bernilai tambah ekonomis tinggi seperti: IAA (hormon tumbuhan), pupuk bio organik,
dan biomassa mikroalga.Proses biokonversi dapat dibuat berlangsung simultan dengan
pengolahan limbah, sehingga bisa mengurangi volume limbah dan sekaligus
menghilangkan bau busuk. Pupuk bio organik yang dihasilkan terbukti dapat
menghemat sampai 50% pupuk kimia pada tanaman panagan, tanaman perkebunan,
serta tanaman penutup tanah.
KESIMPULAN
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengolahan limbah dapat
dikelompokkan kedalam pengolahan dari sumbernya yang disebut sebagai proses
produksi bersih, dan pengelolaan saat limbah tersebut keluar dari proses produksi.
Pengolahan limbah pendahuluan bertujuan untuk memisahkan zat atau unsur padatan
kasar yang ada dalam air limbah dengan cara penyaringan untuk meminimalisasi
gangguan dalam proses pengolahan limbah berikutnya. Teknik pengolahan air limbah
secara efektif dan efisien serta berkesinambungan harus dilaksanakan dalam
melakukan pengkajian dan inovasi penerapan teknologi produksi bersih, untuk
mendukung terwujudnya industri karet yang berdaya saing tinggi dan berwawasan
lingkungan. Serta disamping itu perlu juga diketahui bahwa untuk hal yang berbau
industri tentunya memiliki dampak terhadap lingkungan baik itu dampak positif
maupun negatif. Untuk itu diperlukannya inovasi pemikiran agar mengakali setiap
dampak negatif terutamanya seperti yang talah diketahui yakni lebih banyaknya
dampak negatif yang ditimbulkan berupa limbah sisa pabrik.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, C. 2006. Perkembangan pasar dan prospek agribisnis karet di Indonesia.
Lokakarya Nasional Budidaya Tanaman Karet. Balai Penelitian Sungei Putih.
Deli Serdang.

42
Jurnal Kapita Selekta Geografi
ISSN Print: 2622-4925
ISSN Online: 2622-4933
Volume 2 Nomor 6: Juni 2019 (Halaman: 39 - 43)
http://ksgeo.ppj.unp.ac.id/index.php/ksgeo

Dirdjojuwono, R W. 2004. Kawasan industri Indonesia: sebuah konsep perencanaan


dan aplikasinya. Pustaka Wirausaha Muda.
Hermon, D. 2001. Studi Kontribusi Penggunaan Lahan dan Vegetasi terhadap
Karakteristik Epipedon. [Tesis]. Pascasarjana Universitas Andalas.
Hermon, D. 2009. Dinamika Permukiman dan Arahan Kebijakan Pengembangan
Permukiman pada Kawasan Rawan Longsor di Kota Padang. [Disertasi] Institut
Pertanian Bogor.
Hermon, D. 2010. Geografi Lingkungan: Perubahan Lingkungan Global. Padang: UNP
Press.
Hermon, D. 2012. Hydrometeorological Disaster Mitigation. Padang: UNP Press.
Hermon, D. 2015. Geography of Natural Disasters. Jakarta: Raja Grafindo.
Putra, A. 2012. Studi Erosi Lahan Pada DAS Air Dingin Bagian Hulu di Kota Padang.
[Skripsi], Universitas Negeri Padang.
Putra, A., Husrin, S dan Mutmainah, H. 2017. Pola Sebaran Kualitas Air Berdasarkan
Kesesuaian Baku Mutu Untuk Biota Laut di Teluk Kendari Provinsi Sulawesi
Tenggara. Maspari Journal, 9(1), 51-60.
Putra, A dan Husrin, S. 2017. Kualitas Perairan Pasca Cemaran Sampah Laut di Pantai
Kuta Bali. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 9(1), pp.57-65.
Putra, A. 2017. Evaluasi Kesesuaian Pemanfaatan Ruang Pada Kawasan Pesisir Teluk
Bungus Kota Padang [Tesis]. Pascasarjana Universitas Andalas.
Suratmo, F G. 2002. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : KEP 51-/MENLH/10/1995,
Tentang : Baku Mutu Limbah Cair Untuk Kegiatan Industri, Tanggal: 23 Oktober
1995.

43

Anda mungkin juga menyukai