Anda di halaman 1dari 19

KARAKTERISTIK

LIMBAH PADI
SEBAGAI BAHAN BAKU
BIOENERGI
Syukri M Nur
Sangatta-Kutai Timur, Februari 2014
02 BIOENERGI UTAMA INDONESIA

1. Pendahuluan

Tanaman Padi (Oriza Sativa) merupakan salah satu komoditi


penghasil beras dan menjadi sumber utama pangan bagi bangsa
Indonesia. Oleh karena itu, hampir setiap daerah di Indonesia
memiliki sentra pertanian padi sebagai penyedia pangan, baik
untuk penduduk diwilayahnya sendiri maupun untuk wilayah di
sekitarnya.

Fungsi pertanian tanaman padi sebagai sumber pangan bagi


rakyat Indonesia sudah menjadi pengetahuan umum, namun akan
menjadi pengetahuan baru jika pertanian dan industri (disingkat,
agroindustri) padi didayagunakan untuk lumbung energi.

Untuk mendayagunakan agroindustri padi sebagai sumber


energi, maka diperlukan upaya membangun pemahaman yang
baik tentang Genus Oryza ini, akan mulai dari klasifikasi ilmiahnya
(seperti yang disajikan pada Gambar 1), karakteristik agroekologi
untuk syarat tumbuhnya, komponen tanaman padi yang dapat
digunakan sebagai bahan baku bioenergi, penggalian informasi Gambar 1. Klasifikasi ilmiah
kuantitatif potensi ketersediaan dan distribusi bahan baku ini di tanaman padi.
Indonesia, sampai pada karakteristik biofisik dari limbah padi yaitu,
sekam dan jerami.

Tujuan penulisan artikel ini untuk membangun pemahaman tersebut, dan juga merupakan bagian
dari membangun rumah ilmu pengetahuan dan teknologi bidang energi baru dan terbarukan.
Tanaman padi merupakan bagian dari upaya Tim penulis untuk membangun publikasi yang
berjudul “Bioenergi Utama Indonesia”.

2. Karakteristik Agroekologi Tanaman Padi

Tanaman padi dapat dibedakan berdasarkan lokasi budidayanya yaitu padi sawah dan padi
ladang.Pembeda utama dua ini terletak pada penggunaan air yang tergenang untuk padi sawah
sedangkan padi ladang hanya mengandalkan air hujan sumber air pada awal penanamannya.
BIOENERGI UTAMA INDONESIA 03

Berdasarkan informasi Lestari (2014) yang disajikan dilaman blognya, mengatakan bahwan
syarat utama yang harus dipenuhi untuk menanam padi sawah adalah kebutuhan air yang
harus tercukupi. Jika tidak maka pertumbuhan padi sawah yang di tanam akan terhambat dan
produktivitasnya akan menurun. Syarat tumbuh tanaman padi sawah yang harus di perhatikan:
1. Lokasi tanam. Tanaman padi jenis ini harus di tanam di lahan sawah dengan ketinggian
optimal 0 – 1500 meter diatas permukaan laut.
2. Kondisi tanah. Padi sawah ditanam di tanah berlumpur yag subur dengan ketebalan 18 – 22
cm. Tanah yang cocok untuk areal persawahan adalah tanah berlempung yang berat atau
tanah yang memiliki lapisan keras 30 cm dibawah permukaan tanah sehingga air dapat
tertampung diatasnya dan menciptakan lumpur.
3. Iklim. Padi sawah dapat tumbuh dalam iklim yang beragam, terutama di daerah dengan
cuaca panas, kelembaban tinggi dengan curah hujan 200 mm/bulan atau 1500-2000 mm/
tahun. Tanaman padi dapat tumbuh baik pada suhu 23oC.
4. Intensitas cahaya matahari harus penuh sepanjang hari tanpa ada naungan.
5. Kemasaman tanah yang terukur dengan indikator pH tanah, harus berkisar antara 4,0 – 7,0.
Nilai pH tanah yang tinggi atau diatas 7,0 akan mengurangi hasil produksi.
6. Angin akan berpengaruh terhadap proses penyerbukan bunga padi. Karena itu lokasi sawah
harus terbuka dan tidak terhalang sehingga angin dapat bertiup dengan bebas.
7. Air harus tersedia setiap saat mencukupi untuk mengenangi tanah persawahan. Kekurangan
dan kelebihan air akan dapat mengurangi hasil produksi. karena itu di perlukan saluran
irigasi yang baik untuk mengatur keluar masuknya air kedalam lahan persawahan yang akan
di tanami padi sawah.

3. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Padi

Untuk mendukung penyediaan pangan bagi rakyat Indonesia, semua wilayah kabupaten dan
kota di setiap provinsi (kecuali DKI Jakarta, Maluku dan Papua) memiliki sentra pertanian padi.
Wilayah DKI Jakarta tidak memiliki sentra padi karena merupakan kota metropolitan, sedangkan
makanan pokok penduduk di wilayah Maluku dan Papua adalah sagu, maka luas sentra tanaman
padi hanya sedikit (Lihat Gambar 2).

Total luas panen tanaman padi di Indonesia pada tahun 2012 adalah 13,4 juta hektar dan sekitar
47% berada di Jawa dan Bali. Sementara di luar Jawa, areal tanaman padi terkonsentrasi di
pulau Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan. Produksi gabah padi mencapai 69 juta ton dengan
produktivitas sekitar 5 ton/ha (BPS, 2012).
04 BIOENERGI UTAMA INDONESIA

Dalam rentang wakyu 2008 sampai dengan 2012, Indonesia berhasil meningkatkan luas panen
rata rata 2.2% dan produksi padi rata-rata 3.5% setiap tahun kendati pada tahun 2011 terjadi
penurunan luas panen karena pengaruh iklim. Peningkatan luas panen dan produksi pada tahun
2008-2011 disajikan pada Gambar 3.

Gambar 2.Luas panen padi setiap Provinsi di Indonesia


Tahun 2012.
BIOENERGI UTAMA INDONESIA 05

Gambar 3. Pertambahan produksi (ton) dan luas panen (ha) tanaman padi di Indonesia pada tahun 2008-2012. (Diolah dari BPS
Indonesia).

Peningkatan produksi dan pertambahan luas panen merupakan upaya pemerintah dan
masyarakat yang harus terus dijalankan untuk mengimbangi peningkatan kebutuhan pangan
Indonesia. Beragam program telah dilaksanakan antara lain, penggunaan benih baru yang tahan
kering, atau juga benih padi khusus untuk daerah pasang surut.

Berdasarkan data pertambahan luas lahan panen untuk setiap provinsi di indonesia dalam
rentang waktu 2008-2012 seperti yang tersaji pada Tabel 1. nampak bahwa provinsi Jawa Barat,
Jawa Tengah, dan Jawa Timur merupakan sentra tanaman padi di Pulau Jawa. Sedangkan Sulawesi
Selatan menjadi sentra padi pulau Sulawesi dan Timur Indonesia.
06 BIOENERGI UTAMA INDONESIA

Tabel 1. Luas panen padi menurut Provinsi di Indonesia


BIOENERGI UTAMA INDONESIA 07

4. Bahan Baku Bioenergi dari Tanaman Padi

Tanaman padi selain berguna sebagai bahan pangan, juga menjadi sumber bahan baku bioenergi.
Bagian dari tanaman padi (Oryza sativa) seperti pada Gambar 4. yang menjadi bagian bioenergi
adalah jerami dan sekam. Jerami padi diperoleh saat panen padi dalam bentuk gabah, sedangkan
sekam diperoleh setelah melalui proses penggilingan padi menjadi beras. Proses untuk mendapat
bahan baku bioenergi dari tanaman padi disajikan pada Gambar 5. yang akan menghasilkan
jerami dan sekam padi.

Gambar 4. Tanaman padi yang menghasilkan jerami dan sekam sebagai bahan baku bioenergi.
Gambar 4. Tanaman padi yang menghasilkan jerami dan sekam
sebagai bahan baku bioenergi.
08 BIOENERGI UTAMA INDONESIA

Gambar 5. Proses menghasilkan beras dengan limbah jerami dan


Gambar 5. Proses menghasilkan beras dengan limbah jerami dan sekam padi.

sekam padi.
5. Potensi Sentra Bahan Baku Bioenergi

Berdasarkan data produksi gabah yang diperoleh dari BPS, sentra panen gabah yang juga menjadi
penghasil jerami dan sekam tersebar di setiap provinsi di Indonesia seperti disajikan pada Gambar
6. Untuk Pulau Sumatera, daerah yang menjadi sentra pertanian tanaman padi adalah DI Aceh,
Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan,dan Lampung. Untuk Pulau Jawa, sentra
produksi padi adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Untuk wilayah Timur Indonesia,
Sulawesi Selatan yang menjadi sentra pertanian tanaman Padi.
BIOENERGI UTAMA INDONESIA 09

Gambar
Gambar 6. 6. Distribusi
Distribusi produksi padiproduksi
gabah di setiap padi gabah
provinsi seluruh di setiap
Indonesia. provinsi seluruh
Indonesia.
10 BIOENERGI UTAMA INDONESIA

6. Estimasi Potensi Bahan Baku Bioenergi dari Jerami dan


Sekam Padi

Berdasarkan studi pustaka, perbandingan untuk produksi gabah-jerami adalah 1:1, sedangkan
untuk gabah-sekam 1:0,24. Berarti setiap ton gabah yang dihasilkan maka akan menyisakan
jerami setara satu ton, sedangkan sekam yang dihasilkan adalah 0,24 ton.

Jika menggunakan algoritma tersebut maka dapat digunakan untuk estimasi produksi jerami dan
gabah Indonesia pada tahun 2008-2012 seperti tersaji pada Gambar 7.

Gambar 7. Estimasi perkembangan produksi jerami dan sekam padi Indonesia pada tahun 2008-2012.

Dari data lima tahun tersebut, tampak ada sedikit peningkatan produksi jerami dan sekam.
Pada tahun 2012, produksi jerami mencapai 69 juta ton dan sekam 16,6 juta ton. Kendati jumlah
produksi jerami dan sekam cukup tinggi, namun kondisi agroekologi wilayah penyebaran yang
luas membuat potensi tersebut harus dikelola dengan baik supaya diperoleh manfaat yang besar.
Selain jumlah potensi bahan baku, faktor waktu ketersediaannya juga menjadi faktor penentu,
disamping akses untuk mengangkut bahan baku tersebut ke lokasi pengolahan bioenergi.
Pertimbangan-pertimbangan lain akan dibahas lebih lanjut pada bagian Strategi Penyediaan
Bahan Baku Biomassa.
BIOENERGI UTAMA INDONESIA 11

7. Distribusi wilayah dan estimasi produksi bahan baku


bioenergi di Indonesia

Berdasarkan data estimasi produksi jerami dan sekam padi setiap provinsi pada tahun 2012 yang
disajikan pada Gambar 8, menunjukkan bahwa hampir setiap provinsi yang memiliki sentra padi
berpotensi menghasilkan bahan baku bioenergi dari jerami dan sekam. Daerah yang menjadi 10
besar penghasil bahan baku bioenergi dari tanaman padi di Indonesia adalah provinsi Jawa Timur,
Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan,
Lampung, Kalimantan Selatan, dan Nusa Tenggara Barat.

Data estimasi perkembangan produksi jerami dan sekam padi untuk setiap provinsi pada tahun
2008-2012 disajikan pada Tabel 2 dengan mempertimbangkan produksi gabah padi.Kendati hanya
10 daerah yang menjadi penghasil jerami dan sekam terbesar di Indonesia namun bukan berarti
daerah lain kehilangan kesempatan untuk mendayagunakan potensinya untuk memproduksi
bioenergi.
12

Tabel 2. Perkembangan data estimasi produksi jerami dan sekam di setiap provinsi di Indonesia pada tahun 2008-2012.
BIOENERGI UTAMA INDONESIA
BIOENERGI UTAMA INDONESIA 13

8. Pendayagunaan Jerami dan Sekam Padi

Pada Gambar 9 dijelaskan pohon industri dari tanaman padi yang menghasilkan beras, jerami dan
sekam. Selain menghasilkan bahan pangan, pertanian padi juga menghasilkan limbah (jerami
dan sekam) yang dapat dijadikan bahan baku untuk bangunan, bahan baku industri, bahan baku
untuk pertanian, karbon aktif, dan lain-lain. Namun demikian, kuantias bahan baku ini sangat
berdayaguna jika dimanfaatkan sebagai bioenergi.

Gambar 9. Pohon industri pertanian tanaman padi


Gambar 9. Pohon industri pertanian tanaman padi
14 BIOENERGI UTAMA INDONESIA27

9. Karakteristik Biofisik Jerami dan Sekam Padi

Karakteristik biofisik jerami dan sekam padi penting dipelajari untuk membuat perencanaan dan
perlakuan yang diperlukan dalam penggunaannya sebagai bahan baku bioenergi.

Tiga kelompok karakteristik utama bahan baku bioenergi yang harus diketahui adalah:

Pertama karakteristik adalah sifat bahan bakar (fuel properties) yang menunjukkan kadar air
(moisture content), kandungan abu (ash content), nilai kalori (calorie value), dan kandungan
pokok dari biomassa yang terkait sebagai energi atau pembakaran.

Kedua adalah kandungan unsur-unsur utama yang menjadi penyusun utama sekam dan jerami
padi seperti karbon (C), Hidrogen (H), Nitrogen (N), Sulphur (S), Oksigen (O).

Ketiga adalah komposisi biokimia yang terdiri dari selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Komposisi ini
penting dipelajari jika bahan baku biomassa akan digunakan untuk menghasilkan biofuel seperti
etanol atau metanol. Namun demikian, karateristik tersebut tidak dibahas dalam artikel ini.

Berdasarkan Publikasi pangkalan data digital yang dikembangkan oleh Pusat Penelitian Energi
Belanda (Energy research Centre of the Netherlands) yang disampaikan melalui laman https://
www.ecn.nl/phyllis2, berhasil diidentifikasi karakteristik komponen tanaman padi yaitu sekam
dan jerami. seperti yang disajikan pada Tabel 3 untuk karakteristik bahan bakar dan karakteristik
kandungan unsur utama. Karakteristik sifat bahan bakar dan kandungan penyusun sekam dan
jerami padi diperoleh dari masing-masing enam contoh data yang diambil dari pangkalan data
Energy research Centre of the Netherlands, kemudian dibuatkan nilai rata-rata untuk setiap
parameternya seperti yang disajikan pada pembahasan berikut.

Karakteristik Sifat Bahan Bakar (Fuel Properties) Sekam Dan Jerami Padi.

a. Kandungan Abu, bahan volatile, dan karbon

Berdasarkan kompilasi data dari Tabel 3, yang divisualkan dalam bentuk grafik seperti pada
Gambar 10, menunjukkan bahwa sekam padi memiliki kandungan abu (ash content) dan
karbon yang lebih tinggi daripada jerami padi. Keunggulan jerami padi terletak pada nilai
Vollatile matter.
BIOENERGI UTAMA INDONESIA 15

Gambar 10. Perbandingan kandungan abu, vollatile mater dan karbon


untuk sekam dan jerami.(Data diolah dari
https://www.ecn.nl/phyllis2)

Sumber: Data diolah dari https://www.ecn.nl/phyllis2

Disamping nilai rata-rata untuk komponen penyusun sekam padi dan jerami padi, juga disajikan
nilai minimum (min) dan nilai maksimum (maks) dari parameter kandungan abu (ash content),
volatile matter, dan karbon seperti pada Tabel 4.
16

Tabel 4. Nilai rata-rata, minimum, dan maksium untuk sekam dan jerami

Sumber data: Data diolah dari https://www.ecn.nl/phyllis2

Kandungan volatile matter mempengaruhi kesempurnaan pembakaran dan intensitas nyala api.
Kesempurnaan pembakaran ditentukan oleh:
Fixed Carbon
Fuel Ratio = ---------------------
Volatile Matter
Semakin tinggi fuel ratio maka carbon yang tidak terbakar semakin banyak. Jika dibandingkan
nilai fuel ratio untuk sekam padi (0.30) dan jerami padi (0.24) dengan batubara (4.16) maka bahan
baku biomassa seperti sekam dan jerami lebih banyak membakar karbo daripada batubara.

b. Nilai Kalori Sekam dan Jerami Padi

Perbandingan nilai kalori antara sekam


dengan padi disajikan seperti pada Gambar
11. Kedua bahan baku bioenergi, sekam
dan jerami hampir memiliki kesamaan nilai
Net Calorific Value (LHV) dan Gross Calorific
Value (HHV). Pada nilai HHV Milne, nilai
jerami padi lebih tinggi daripada sekam
padi.

Gambar11. Perbandingan rata-rata nilai kalori antara sekam


dengan jerami padi. (Data diolah dari
https://www.ecn.nl/phyllis2)
17

Pada Tabel 5 disajikan kisaran nilai kalori sekam dan jerami padi untuk tiga parameter
yaitu Net calorific value (LHV), Gross calorific value (HHV), danHHVMilne.

Sumber: Data diolah dari https://www.ecn.nl/phyllis2

Ketiga parameter dari nilai kalori untuk sekam dan jerami padi hampir sama, dengan kisaran antara
nilai maksiumum dan minimum yang hanya berkisar 3-5 MJ/kg. Indikasi yang dimungkinkan
untuk data tersebut adalah teknologi yang dipakai untuk setiap proses konversi energi tidak
memerlukan perlakuan dan sarana yang berbeda.

Karakteristik Penyusun Utama Sekam dan Jerami Padi

Komponen penyusun utama sekam dan


jerami padi terdiri dari carbon (C), Oksigen
(O), hidrogen (H), dan Nitrogen (N), serta
sulphur (S), nilai kedua limbah tersebut
disajikan pada Gambar 12.
Hampir semua komponen penyusun utama
sekam dan jerami padi menunjukkan bahwa
komponen dominanya adalah unsur carbon
(C) dan oksigen (O). Kendati kedua unsur
tersebut menjadi dominan namun kisaran
nilai antara maksimum dan minimumnya
juga lebih lebar.(Lihat Tabel 6).

Tabel 6.
Nilai dari komponen
penyusun utama
sekam dan jerami
padi.
18

Penutup

Upaya mempelajari karakteristik sekam dan jerami padi sebagai bahan baku bioenergi, yang
dimulai dari klasifikasi spesies, potensi produksi dan distribusi, dan sifat-sifat energi dan komponen
penyusun utamanya, merupakan alternatif dan langkah terbaik untuk mendayagunakannya.

Pemikiran lanjutan yang dibutuhkan adalah strategi pendayagunaannya untuk energi terbarukan
seperti biofuel, biogas, atau langsung digunakan untuk konversi menjadi energi listrik sesuai
dengan kebutuhan daerah yang menjadi sentra produksi padi.

Semoga artikel ini menjadi salah satu upaya dan bahan penyusun buku Bioenergi Utama Indonesia.

Bahan Bacaan

Lestari, I. (2014). Syarat tumbuh tanaman padi sawah di http://kbunq.blogspot.com/2013/09/


syarat-tumbuh-tanaman-padi-sawah.html. Dikunjungi pada tanggal 5 Pebruari 2014.

B.M Jenkins, L.L Baxter, T.R Miles Jr., T.R Miles, Combustion properties of biomass, Fuel Processing
Technology, Volume 54, Issues 1–3, March 1998, Pages 17-46, ISSN 0378-3820, http://dx.doi.
org/10.1016/S0378-3820(97)00059-3.

Mohammad Nurul Islam, Mohammad Uzzal Hossain Joardder, SM Nazmul Hoque, Md. Shazib Uddin,
A Comparative Study on Pyrolysis for Liquid Oil from Different Biomass Solid Wastes, Procedia
Engineering, Volume 56, 2013, Pages 643-649, ISSN 1877-7058, http://dx.doi.org/10.1016/j.
proeng.2013.03.172.
19

M. Syukri Nur, lahir di Pare-Pare, 24 September 1966.  Ia menyelesaikan pendidikan dasar


dan menengah di Samarinda. Lulus SMA Negeri 1 Samarinda pada tahun 1986 dan pada
tahun yang sama di terima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui undangan PMDK
(Penelusuran Minat dan Kemampuan) oleh Rektor IPB Prof. Dr. Ir. H. Andi Hakim Nasution
karena menjadi juara I Lomba Karya Ilmiah Remaja LIPI Bidang Humaniora di tahun 1986. 

Lulus dari program studi Agrometeorologi, IPB tahun 1991, kemudian bekerja di LKBN
Antara Biro Samarinda sebagai wartawan selama dua tahun. Akhir September 1993
melanjutkan S2 dan S3 hingga tahun 2003 di IPB dengan pengalaman studi di musim
panas, kegiatan penelitian dan pembentukan jaringan akademik di Swiss, Perancis,
Jerman, Jepang, dan Austria.

Penelitian tentang model perubahan iklim global di Institut Bioklimatologie, Universitas


Geottingen, Jerman selama 2 tahun lebih atas sponsor DAAD dan Proyek STORMA.

Penghargaan yang pernah diperoleh    LIPI – UNESCO untuk PIAGAM MAB (Man and
Biosphere) tahun 2003 dan sejumlah beasiswa dari START Amerika Serikat, DAAD Jerman,
Yayasan Super Semar, Republika dan ICMI, serta KOMPAS selama menempuh pendidikan
di IPB.
Alamat Lengkap:
Penulis pernah tercatat sebagai staf dosen di STIPER Kabupaten Kutai Timur dan Peneliti
Jl. Malabar Ujung No. 27 bidang Agroindustri dan Teknologi Informasi di PT. VISIDATA RISET INDONESIA, serta
RT 04/03, Tegalmanggah,
tahun 2006-2009 menjadi staf Ahli Bupati Kutai Timur bidang pengembangan Agribisnis
Bogor 16144
dan Agroindustri.
Telp & FAX :
0251-835715, Pada tahun 2011-2012, menjadi Wakil Ketua Tim Likuidator PT. Kutai Timur Energi dan
pernah menjabat sebagai Direktur HR&GA PT. Kutai Timur Energi. Saat ini menjadi Direktur
HP:
di PT. Kutai Mitra Energi Baru.
0811580150

Email : Minat penulis adalah penelitian dan penulisan ilmiah untuk bidang kajian pertanian,
syukrimnur@gmail.com teknologi informasi dan lingkungan hidup, serta energi baru dan terbarukan.

Anda mungkin juga menyukai