Anda di halaman 1dari 3

Pendidikan Multikultur Dalam Pembelajran IPS

Nama Khaerunnisa
Npm 16110167
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berjalan beriringan dengan berjalannya arus
globalisasi, hal ini membuat setiap orang harus siap untuk menerima peubahan-perubahan yang terjadi.
Mudahnya interaksi dengan masyarakat secara global membuat batasan-batasan nampak tak bisa dibendung
lagi. Indonesia merupakan negara dengan keberagaman budaya, etnis, suku bangsa, agama, dan bahasa
yang sangat beragam, hal ini sangat memungkinkan Indonesia akan terpecah jika tidak menerapkan maupun
memahami menghargai perbedaan. Dalam pendidikan multikultural menghargai perbedaan adalah hal yang
dapat membuat kehidupan bermasyarakat menjadi rukun dan tenteram.
Multikularisme merupakan institusional dan keanakaragaman kebudayaan yang dimiliki oleh kelompok
kelompok tertentu di dalam suatu nation state( bahasa ,bidang bidang,sistem hukum ,kebijakan pemerintah
dalam sistem hukum ,kesehatan, perumahan, pendidkan, dan bidang lainnya( Tilaar, 2004). Multikularisme
merupakan paham yang mengakui perbedaan dan keberagaman dalam sustu bingkai kebersamaan dan
kesederajatan. Pendidkan IPS merupakan sarana efektif untuk menenamkan kesadaran multikular karena
salah satu misi pendidikan ips pada jenjang pendidkan dasar dan menengah adalah : membekali peserta didik
dengan seperangkat pengetahuan, sikap, nilai, dan moral serta keterampilan hidup yang berguna dalam
memahami diri dan lingkungan bangsa serta negaranya( Hasan, 2005).
Pendidikan multikultur di Indonesia sendiri telah diajarkan pada mata pelajaran IPS, PKN, dan agama
sejak dahulu, namun hal ini dirasa belum cukup mampu untuk dapat menanamkan pendidikan multikultur ini,
seperti yang diketahui bersama, dalm pendidikan IPS hanya membahas beberapa persen (%) saja muatan
multikultural didalamnya selebih lagi dibagi dengan muatan ilmu sosial lainya. Seandainya pendidikan
multikultur lebih difokuskan lagi tidak menutup kemungkinan bahwasanya bangsa Indonesia akan memiliki
masyarakat yang bermultikultural denga segala perbedaan yang ada. Hal ini tentu tidak bisa dianggap remeh
oleh masyarakat indonesia karena menyakut jati diri bangsa sekaligus kedamaian dalam bermasyarakat. yang
layak dikembangkan di negara-negara yang memiliki heterogenitas tinggi seperti Indonesia yaitu, dengan cara
memasukkan pendidikan multikultur secara integrasi dalam mata pelajaran atau disiplin ilmu,
mengembangkan atau mengadakan satu bidang kajian atau mata pelajaran khusus tentang multikultur dalam
kurikulum nasional, dan menjadikan multikultur sebagai paradigma dalam pengembangan kurikulum nasional.
Pengintegrasian pendidikan mullikultur dalam kurikulum telah mulai dilakukan sejak dekade 1980-an
diAmerika. Esensi dan substansi dari pendidikan multikultur bagi masyarakat yang heterogen telah menjadi
focus beberapa penelitian, seperti yang dilakukan oleh Jannes Pelly (1999) yang menyimpulkan bahwa
pendidikan multikultur dalam dunia persekolahan akan serta (2001) dan rasismensi sukuisme, menghindarkan
mengarahkan perhatian masyarakat pada isu-isu ringan terkait dengan dinamika sosial dan budaya nasional.
Temuan ini sejalan dengan pendirian kaum relativistik yang menyalakan bahwa semua praktek budaya di
lingkungan asli (daerah sendiri) akan diterima secara mudah, walaupun ada beberapa perubahan ke arah
inovasi karena mereka percaya bahwa dinamika budaya tersebut adalah sesuatu yang mereka kenal dan
miliki. Terkait dengan preposisi tersebut, Prof. Dr. Wayan Lasmawan 286.

Banks menawarkan beberapa solusi untuk mengatasi msalah ini dengan menggunakan tiga model
pendidikan multikultur yang layak dikembangkan di negara-negara yang memiliki heterogenitas tinggi seperti
Indonesia yaitu, dengan cara memasukkan pendidikan multikultur secara integrasi dalam mata pelajaran atau
disiplin ilmu, mengembangkan atau mengadakan satu bidang kajian atau mata pelajaran khusus tentang
multikultur dalam kurikulum nasional, dan menjadikan multikultur sebagai paradigma dalam pengembangan
kurikulum nasional.
Ada sejumlah rasional yag mendasari mengapanpendidikan muilikulturaln itu sangat penting
dikembangkan. Rasional utamanya adalah untuk menjadikan masyarakat terdidik jiwanya, sikap, dan
keterampilan diri dalam menyikapi perbedaan untuk menumbuhkan nasionalisme kebangsaan. Ada 3 jenis
pendidkan multikultural yang selama ini telah dikembangkan dibebrapa negara Amerika , Asia, Eropa, dan
Australia. Yaitu : Pendidikan multikultural yang menekankan pada pencapaian informasi, yaitu model
pendidikan yang membelajarkan siswa untuk mengenal ras ,agama, dan hal hal lainnya, Kedua, Pendidikan
mltikultural yang menekankan pada bagaimana siswa belajar tentang keberagaman yang ada , dan ketiga,
Model pendidikan multikultural yang menekankan pada isu atau tindakan.

Menurut Schement, 2002; Jannes, 2001; Katryn, 2000 ) ada beberapa metode mengajar yang visible
untuk dikembangkan dalam pendidikan multicultural yaitu:

1. Modelling, yaitu menjadikan diri sendiri atau orang lain sebagai contoh atau teladan dalam menghayati nilai
– nilai pluralitas dalam kegiatan real di dalam kelas.
2. Trials and errors atau Laisez fair, yaitu memberikan kebebasan kepada peseta didik untuk menentukan
sikapnya sendiri, termasuk untuk melakukan kesalahan dan memberikan ia belajar dari kesalahannya
dalam memahami paradigma pluralitas masyarakat.
3. Values Claviracion Tehnique ( VCT ), yaitu penjernihan, penjelasan, dan penyadaran ( conscientization )
nidiskusi, refleksi, nilai – nilai, lewat simulasi dan sosiodrama, sarasehan, refleksi dan sebagainya.
4. Conflict Resulution, yaitu mengajak siswa auntuk menggagas, menerapkan, dan merumuskan resolusi
terbaik terkait dengan keberagaman masyarakat local, regional, nasional, dan global melalui kegiatan
proyek kelas, diskusi, dan melaksanakan tindakan dan tentang sebuah permasalahan yang timbul karena
pluralitas mayarakat.
Melalui berbagai metode diatas, pendidikan multicultural dapat dikembangkan dalam aktivitas
keseharian dikelas. Simposium pendidikan dibangkok tahun 1999 yang diselenggarakan oleh UNESCO dan
Simposium: Multikulturalisme Diantara kita di Kuta Bali yang diselenggarakan oleh World Bank – ADB –LP3ES
( Schement, 2002 ), sama – sama menjelaskan bahwa perhatian pembangunan pendidikan lebih ditekankan
pada pengembangan model pendidikan multikultur untuk menghindari bias nasionalisme dan hilangnya
nasionalisme kebangsaan warga masyarakat. Untuk mengaplikasikan pendidikan multikultural dalam
konyeks instruksional kelas, ada beberapa strategi pengorganisasian materi yang dapat diilih oleh guru ,
seperti pengorganisasian materi secara terpisah, korelasi, dan integrasi dalam mata pelajaran tertentu.
PKn merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang harus di belajarkan kepada siswa dari jenjang
SD sampai SMA. Pembelajaran PKn akan dapat membangun sumber daya manusia ( SDM ) Indonesia yang
taguh dan berkualitas serta memiliki wawasan dan keterampilan hidup bernegara sesuai dengan tata aturan
perundang – undangan yang berlaku ( kurikulum PKn SMP 2004 ). Esensi dari pembelajaran PKn adalah
bagaimana menjadikan siswa sebagai warga negara yang paham dan sadar ( literasi) akan hak dan
kewajibannya sebagai warga masyarakat, bangsa, dan negara yang terikat oleh berbagai piranti hukum formal
dan adat istiadat.
Penelitian yang dilakukan oleh lasmawan (2005) tentang pengembangan model pendidikan nilai
dalampembelajaran IPS menunjukkan bahwa hampir 65% guru tidak memiliki kurikulum meata pelajaran yang
dibinanya dan pembelajaran sangat gersang dengan pesan nilai moral realistik yang sangat dibutuhkan oeleh
siswa. Sementara menurut Mahfud (2004) menyimpulkan dalam analisisnya terhadap kurikulum IPS masih
terlalu syarat dengan pengembangan disiplin ilmu geografi, ekonomi , dan sejarah sehingga saat terbbatas
ruang gerak guru untuk memasukkan dimensi pendidikan budi pekerti didlamnya. NCSS 2004
merekomendasikan sebuah strategi pengembangan pendidikan multikultur dalam social studies ( pendidikan
IPS). Integrasi pendidkan multikular secara korelasi dalam setiap unit atau pokok bahasan harus bersifat
propesional sehingga ada keseimbangan disiplin ilmu dengan pendidikan multikular.

Anda mungkin juga menyukai