Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KELUARGA PADA PASIEN DENGAN RHEUMATOID


ARTHTRITIS

OLEH:

1. Arminiati Ni Wayan (16C11731)


2. Ayu Swanita Ni Komang (16C11738)
3. Desi Suprayani Luh (16C11742)
4. Dian Nopita Dewi Ni Komang (16C11749)
5. Inten Nara Patni I Gst A. A. (16C11758)
6. Jaya Kusuma I Made (16C11759)
7. Satvika Harimahardika Gede (16C11785)
8. Sri Kusumawati Luh (16C11785)
9. Suwenda I Made (16C11788)
10. Yuliawati Sang Ayu Made (16C11799)

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

TAHUN AJARAN 2019-2020


LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi Rheumatoid Athritis


Rheumatoid arthritis merupakan penyakit autoimun (penyakit yang terjadi
pada saat tubuh diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri) yang
mengakibatkan peradangan dalam waktu lama pada sendi. Penyakit ini
menyerang persendian, biasanya mengenai banyak sendi, yang ditandai
dengan radang pada membran sinovial dan struktur-struktur sendi serta atrofi
otot dan penipisan tulang.
B. Anatomi dan Fisiologi
Sendi sinovial memiliki karakteristik sedemikian rupa sehingga
memungkinkan jangkauan gerakan yang luas. Sendi sinovial diklasifikasikan
berdasarkan jangkauan gerakan atau berdasarkan bentuk bagian sendi dari
tulang yang terlibat. Setiap jenis sendi sinovial memiliki karakteristik yang
sama, yaitu :

1. Kartilago hialin
Bagian tulang yang bersentuhan pasti dilindungi oleh kartilago hialin yang
menyediakan permukaan yang lembut dan cukup kuat untuk menyerap
gaya tekan serta menahan berat tubuh. Lapisan kartilago memiliki
ketebalan 7 mm pada orang muda, semakin tipis dan rentan terhadap
tekanan seiring dengan pertambahan usia. Hal ini menyebabkan
bertambahnya tekanan pada struktur sendi. Kartilago tidak diperdarahi
tetapi menerima nutrisi dari cairan sinovial.
2. Ligamentum kapsuler
Sendi dikelilingi dan ditutupi oleh jaringan fibrosa yang mengikat tulang-
tulang yang berkaitan. Jaringan tersebut cukup regang sehingga
pergerakan dapat dilakukan tapi juga cukup kuat untuk dapat melindungi
dari jejas.
3. Membran sinovial
Membran sinovial disusun oleh sel epitel dan berfungsi:
a. Melapisi kapsul.
b. Menutupi bagian tulang di dalam sendi yang tidak ditutupi oleh
kartilago sendi.
c. Menutupi seluruh struktur intrakapsuler yang tidak menyokong berat
tubuh.
4. Cairan sinovial
Cairan sinovial merupakan cairan kental dengan konsistensi menyerupai
putih telur dan disekresikan oleh membran sinovial kedalam kavitas
sinovial, dan berfungsi:
a. Menyediakan nutrisi untuk struktur di dalam kavitas sinovial.
b. Mengandung fagosit yang mengeliminasi mikroba dan debris seluler.
c. Berfungsi sebagai lubrikan.
d. Mempertahankan stabilitas sendi.
e. Mencegah terpisahnya kedua ujung tulang yang berlengketan.
5. Struktur intrakapsular lainnya
Beberapa sendi memiliki struktur-struktur yang terdapat di dalam kapsul,
tetapi berada di luar membran sinovial yang membantu mempertahankan
stabilitas.
6. Struktur ekstrakapsular
a. Ligamentum, bergabung dengan kapsul memberikan stabilitas
b. Otot atau tendon, juga memberikan stabilitas. Jika otot berkontraksi,
otot tersebut akan memendek dan menarik dua tulang sehingga
semakin berdekatan.
7. Suplai darah dan persarafan
Saraf dan pembuluh darah yang melintasi sendi biasanya bertugas
menyuplai kapsul dan otot yang menggerakkannya.

C. Klasifikasi Rheumatoid Arhtritis


Buffern (2010) mengklasifikasikan rheumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu:
1. Rheumatoid arthritis klasik
Pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
2. Rheumatoid arthritis defisit
Pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
3. Probable rheumatoid arthritis
Pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
4. Possible rheumatoid arthritis
Pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 3 bulan.
Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu :
1. Stadium synovitis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang
ditandai hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat bergerak
maupun istirahat, bengkak dan kekauan.
2. Stadium destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi
juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.
3. Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali,
deformitas dan gangguan fungsi secara menetap.
D. Etiologi
Penyebab pasti rheumatoid arthritis tidak diketahui, diperkirakan
merupakan kombinasi dari faktor genetik, lingkungan, hormonal dan faktor
sistem reproduksi. Namun faktor pencetus terbesar adalah faktor infeksi
seperti bakteri, mikoplasma dan virus. Menurut Smith dan Haynes (2002), ada
beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan seseorang menderita
rheumatoid arthritis yaitu:
1. Faktor genetik
Beberapa penelitian yang telah dilakukan melaporkan terjadinya
rheumatoid arthritis sangat terkait dengan faktor genetik.
2. Usia dan jenis kelamin
Insidensi rheumatoid arthritis lebih banyak dialami oleh wanita daripada
laki-laki dengan rasio 2:1 hingga 3:1. Perbedaan ini diasumsikan karena
pengaruh dari hormon namun data ini masih dalam penelitian. Wanita
memiliki hormon estrogen sehingga dapat memicu sistem imun.
Rheumatoid arthritis sering terjadi pada orang-orang usia sekitar 50 tahun.
3. Infeksi
Infeksi dapat memicu rheumatoid arthritis pada host yang mudah
terinfeksi secara genetik. Virus merupakan agen yang potensial memicu
rheumatoid arthritis seperti parvovirus, rubella, EBV, borellia burgdorferi.
4. Lingkungan
Faktor lingkungan dan gaya hidup juga dapat memicu rheumatoid arthritis
seperti merokok. Ada beberapa teori penyebab rheumatoid arthritis antara
lain infeksi streptococcus hemolitikus dan streptococcus non-hemolitikus,
endokrin, autoimun, metabolik dan faktor genetik serta faktor pemicu
lainnya. Pada saat ini, rheumatoid arthritis diduga disebabkan oleh faktor
autoimun dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II,
faktor infeksi disebabkan oleh virus dan organisme mikoplasma atau grup
difterioid yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan
sendi penderita (Alamanos dan Drosos, 2005; Rindfleisch dan Muller,
2005).
E. Tanda Dan Gejala
1. Gejala-gejala konstitusional seperti lelah, anoreksia, berat badan menurun
dan demam.
2. Poliarthritis simetris, terutama pada sendi perifer termasuk sendi-sendi
ditangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs
distal. Hampir semua sendi di artrodial dapat terserang
3. Kekakuan dipagi hari selama lebih dari satu jam, terutama menyerang
sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi pada
osteoartritis yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan
selalu kurang dari satu jam.
4. Artritis erosif, merupakan ciri khas arthritis rheumatoid pada gambaran
radiologik. Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi ditepi
tulang dan dapat dilihat pada radiogram
5. Deformitas, yaitu kerusakan dari struktur-struktur penunjang sendi
dengan perjalanan penyakit

F. Patofisiologi

Rheumatoid arthritis sering disebut radang selaput sinovial. Penyebab


dari rheumatoid arthritis masih belum jelas. Sinovium normal tipis dan terdiri
dari lapisan-lapisan fibroblast synoviocytes dan makrofag. Pada penderita
rheumatoid arthritis sinovium menjadi sangat tebal dan terasa seperti
pembengkakan di sekitar sendi dan tendon. Sinovium berproliferasi ke dalam
lipatan, lipatan ini kemudian disusupi oleh berbagai sel inflamasi diantaranya
polimorf yang transit melalui jaringan ke dalam sel sendi, limfosit dan plasma
sel. Lapisan sel sinovium menjadi menebal dan hiperplastik, kejadian ini
adalah tanda proliferasi vaskuler awal rheumatoid arthritis. Peningkatan
permeabilitas pembuluh darah dan lapisan sinovial menyebabkan efusi sendi
yang mengandung limfosit dan polimorf yang hampir mati (Kumar and Clark,
2009).

Sinovium hiperplastik menyebar dari daerah sendi ke permukaan tulang


rawan. Penyebaran ini menyebabkan kerusakan pada sinovium dan tulang
rawan mengalami peradangan, kejadian ini menghalangi masuknya gizi ke
dalam sendi sehingga tulang rawan menjadi menipis. Fibroblast dari sinovium
berkembang biak dan tumbuh di sepanjang pembuluh darah antara margin
sinovial dan rongga tulang epifis dan merusak tulang (Kumar and Clark,
2009). Sistem kekebalan tubuh memiliki dua fungsi yaitu fungsi humoral dan
sel dimediasi. Komponen humoral diperlukan untuk pembentukan antibodi.
Antibodi ini diproduksi oleh sel-sel plasma yang berasal dari limfosit B.
Faktor rheumatoid sendiri belum diidentifikasikan sebagai patogen, jumlah
antibodi yang beredar selalu berkolerasi dengan aktivitas penyakit. Pasien
seropositif cenderung lebih agresif dari pasien seronegatif. Imunoglobulin
dapat mengaktifkan sistem komplemen. Sistem komplemen menguatkan
respon imun dengan mendorong kemotaksis, fagositosis, dan pelepasan
limfokin oleh sel mononuklear, yang kemudian dijabarkan ke dalam T
limfosit (Dipiroet al., 2008).
Proses awalnya, antigen (bakteri, mikroplasma atau virus) menginfeksi
sendi. Akibatnya terjadi kerusakan lapisan sendi yaitu pada membran sinovial
dan terjadi peradangan yang berlangsung terus-menerus. Peradangan ini akan
menyebar ke tulang rawan kapsul fibroma ligament tendon. Kemudian terjadi
penimbunan sel darah putih dan pembentukan pada jaringan parut sehingga
membran sinovium menjadi hiperatropi dan menebal. Terjadinya hiperatropi
dan penebalan ini menyebabkan aliran darah yang masuk ke dalam sendi
menjadi terhambat. Keadaan seperti ini akan mengakibatkan terjadinya
nekrosis (rusaknya jaringan sendi), nyeri hebat dan deformitas (perubahan
bentuk) (Dipiro et al., 2008).

Sendi yang paling sering terkena rheumatoid arthritis adalah sendi


tangan, pergelangan tangan dan kaki. Selain itu, siku, bahu, pinggung, lutut
dan pergelangan kaki mungkin terlibat. Peradangan kronis dengan kurangnya
program latihan yang memadai bisa berpengaruh pada hilangnya rentang
gerak, atrofi otot, kelemahan dan deformitas. Keterlibatan tangan dan
pergelangan tangan adalah umum pada pasien rheumatoid arthritis.
Keterlibatan tangan dimanifestasikan dengan nyeri, pembengkakan,
ketidakstabilan, dan atrofi dalam fase kronis. Kesulitan fungsional ditandai
dengan berkurangnya gerakan motorik halus.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Faktor rheumatoid, fiksasi lateks, reaksi-reaksi aglutinasi.
2. Laju endap darah: umumnya meningkat pesat (80-100 mm/h) mungkin
kembali normal sewaktu gejala-gejala meningkat.
3. Protein C-reaktif: positif selama masa eksaserbasi.
4. Sel darah putih: meningkat pada waktu timbul proses inflamasi.
5. Hemoglobin: umumnya menunjukkan anemia sedang.
6. Ig (Ig M dan Ig D): peningkatan besar menunjukkan autoimun sebagai
penyebab Rheumatoid Arthritis.
7. Sinar X dari sendi yang sakit: menunjukkan pembengkakkan pada
jaringan lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan
(perubahan awal) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil
jarak sendi dan subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara
bersamaan.
8. Scan radionuklida: identifikasi peradangan sinovium.
9. Artroskopi langsung, aspirasi cairan sinovial.
10. Biopsi membran sinovial: menunjukkan perubahan inflamasi dan
perkembangan panas.
H. Pencegahan
Karena termasuk dari penyakit autoimun, maka tidak ada tindakan spesifik
mencegah arthritis rhematoid. Tapi kita tetap dapat berusaha mencegah agar
tidak jatuh dalam kondisi berfaktor resiko terutama yang telah memiliki faktor
resiko keturunan. Seperti merubah gaya hidup agar lebih sehat dengan cara
istirahat yang cukup, diet sehat, hindari stres berat, dan rutin berolahraga. Juga
termasuk diantaranya berhenti merokok dan menjauhi asap rokok.
I. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
a. OAINS diberikan sejak dini untuk mengatasi nyeri sendi akibat
inflamasi yang sering dijumpai. OAINS yang dapat diberikan:
1) Aspirin: pasien dibawah 50 tahun dapat mulai dengan dosis 3-4
x 1 g/hari, kemudian dinaikan 0,3-0,6 g per minggu sampai
terjadi perbaikan atau gejala toksik. Dosis terapi 20-30
mg/minggu.
2) Ibuprofen, naproksen, piroksikam, diklofenak, dan sebagainya.
b. DMARD (disease-modiflying antirheumatic drugs) digunakan untuk
melindungi rawan sendi dan tulang dari proses destruksi akibat
arhtritis rheumatoid. Mula khasiatnya baru terlihat setelah 3-12 bulan
kemudian. Setelah 2-5 tahun, maka efektivitasnya dalam menekan
proses rheumatoid akan berkurang. Jenis-jenis yang digunakan
adalah:
1) Klorokuin: paling banyak digunakan karena harganya
terjangkau, namun efektivitasnya lebih rendah dibandingkan
dengan yang lain. Dosis anjuran klorokuin fosfat 250 mg/hari,
hidrosiklorkuin 400 mg/hari.
2) Sulfatsalazin dalam bentuk tablet bersalut enteric digunakan
dalam dosis 1x500 mg/hari, ditinggalkan 500 mg per minggu,
sampai mencapai dosis 4x500 mg. Setelah remisi tercapai, dosis
dapat diturunkan hingga 1 g/hari untuk dipakai dalam jangka
panjang sampai tercapai remisi sempurna. Jika dalam waktu 3
bulan tidak terlihat khasiatnya, obat ini dihentikan dan diganti
dengan yang lain, atau dikombinasi.
3) D-penisilamin, kurang disukai karena bekerja sangat lambat.
Digunakan dalam dosis 250-300 mg/hari, kemudian dosis
ditingkatkan setiap 2-4 minggu sebesar 250-300 mg/hari untuk
mencapai dosis total 4x250-300 mg/hari.
4) Garam emas adalah gold standar bagi DMARD. Khasiatnya
tidak diragukan lagi meski sering timbul efek samping. Auro
sodium tiomalat (AST) diberikan melalui intramuskular, dimulai
dengan dosis percobaan pertama sebesar 10 mg, seminggu
kemudian dosis kedua 20 mg. Seminggu kemudian diberikan
dosis penuh 50 mg/minggu selama 20 minggu. Dapat
dilanjutkan dengan dosis tambahan sebesar 50 mg tiap 2 minggu
sampai 3 minggu sampai keadaan remis tercapai.
5) Obat imunosupresif atau imunoregulator, memotreksat sangat
mudah digunakan dan waktu mulai kerjanya relatif pendek.
Dosis dimulai 5-7,5 mg setiap minggu. Bila dalam 4 bulan tidak
menunjukkan perbaikan, dosis harus ditingkatkan. Dosis jarang
melebihi 20 mg/minggu. Penggunaan siklosprorin untuk artritis
reumatoid masih dalam penelitian.
6) Kortikosteroid hanya dipakai untuk pengobatan artritis
reumatoid dengan komplikasi berat dan mengancam jiwa,
seperti vaskulitis, karena obat ini memiliki efek samping yang
sangat berat. Dalam dosis rendah (seperti prednison 5-7,5 mg
satu kali sehari) sangat bermanfaat sebagai bridging therapy
dalam mengatasi sinovitis sebelum DMARD mulai bekerja,
yang kemudian dihentikan secara bertahap. Dapat diberikan
suntikan kortikosteroid intraartikular jika terdapat peradangan
berat. Sebelumnya infeksi harus disingkirkan terlebih dahulu.
c. Pembedahan menjadi pilihan apabila pemberian obat-obatan tidak
berhasil mencegah dan memperlambat kerusakan sendi. Pembedahan
dapat mengembalikan fungsi dari sendi yang telah rusak. Prosedur
yang dapat dilakukan adalah artroplasti, perbaikan tendon,
sinovektomi
1) Sinovektomi
Pengambilan jaringan konektiv yang rusak yang melapisi ruang
(kapsul) sendi. Ini akan mengurangi nyeri, pembengkakan, dan
kerusakan lebih lanjut dari sendi yang meradang. Setelah
dilakukan sinovektomi, tubuh akan beregenerasi dan jaringan
yang sehat akan menggantikan jaringan yang rusak.
2) Arthrotomi
Yaitu operasi penggantian sendi
3) Arthrodesis
Operasi fusi tulang belakang. Ini merupakan prosedur
pembedahan untuk mencangkok tulang untuk menyatukan dua
ujung sendi untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri tulang
dan sendi.
4) Arthroplasty
Pembedahan yang dilakukan untuk merekonstruksi atau
penggantian sendi yang bermasalah (sakit) dengan sendi tiruan
dari bahan dasar metal, karet silikon atau plastik
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Pendidikan pada pasien mengenai penyakitnya dan penatalaksaan
yang akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik dan terjamin
ketaatan pasien.
3. Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan tindakan untuk menggembalikan tingkat
kemampuan pasien AR dengan tujuan:
a. Mengurangi rasa nyeri
b. Mencegah terjadinya kekakuan dan keterbatasan gerak sendi
c. Mencegah terjadinya atrofi dan kelemahan otot
d. Meningkatkan rasa nyaman dan kepercayaan diri
e. Mempertahankan kemandirian sehingga tidak bergantung kepada
orang lain.
Rehabilitasi dilaksanakan dengan mengistirahatkan sendi yang terlibat,
latihan serta dengan menggunakan modalitas terapi fisis seperti pemasan,
pendinginan, peningkatan ambang rasa nyeri dengan arus listrik.
J. Komplikasi
1. Struktur muskuloskeletal.
Dapat menyebabkan otot menciut (atrofi), kerusakan tendon dan tulang,
dan mencetus osteoarthiritis serta carpal tunnel syndrome.
2. Jantung.
Dapat terjadi kerusakan dijantung karena adanya tumpukan cairan
disekitar jantung (pericardial effusion) sebagai hasil dari adanya
peradangan ditubuh. Hal ini dapat merusak otot jantung, katup jantung
dan pembuluh-pembuluh darah di jantung, yang akhirnya mengarah ke
suatu serangan jantung.
3. Paru-paru.
Dengan cara yang sama terjadi penumpukan cairan di sekitar paru (efusi
pleura) dan terbentuk pleuritis, juga dapat terjadi pulmonary fibrosis.
4. Darah.
Dapat terjadi anemia akibat adanya peradangan kronis didalam tubuh.
5. Kulit.
Terbentuk nodul-nodul kecil dibawah kulit pada sekitar sendi yang
disebut rhematoid nodules. Warnanya gelap yang terbentuk akibat
perdarahan dibawah kulit yang pembuluh darahnya rusak akibat penyakit
ini.
6. Ginjal dan saluran pencernaan juga dapat menjadi korban akibat obat-
obatan anti inflamasi yang diberikan kepada penderita.
Pathway Artritis Reumatoid

Inflamasi non-bakterial disebabkan


oleh infeksi, endokrin, autoimun,
metabolic, dan faktor genetic, serta
faktor lingkungan

Artritis Reumatoid

Sinovitis Tenosinovilis Kelainan pada tulang Kelainan pada aringan Gambaran khas
ekstra-artikular nodul subkutan

Hiperemia dan Invasi kolagen Erosi tulang &


pembengkakan kerusakan pada
tulang rawan Miopati sistemik Kelenjar Saraf Inflamasi
limfe keluar ekstra-
artikular
Nekrosis dan Instabilitas dan Atrofi otot
kerusakan dalam Ruptur tendon deformitas sendi Splenomegali
ruang sendi secara parsial atau
Anemia Neuropati
total
Osteoporosis perifer
generalisata
Gangguan mekanis
Hambatan
Nyeri dan fungsional pada Kelemahan fisik Gangguan
mobilitas fisik
sendi
sensorik
Gambara khas Perubahan bentuk Defisit Resiko Perikarditis,
nodul subkutan tubuh pada tulang perawatan diri trauma miokarditis, dan
dan sendi radang katup
jantung

Gangguan
Ansietas Kebutuhan konsep diri, Kegagalan
informasi citra diri fungsi jantung

Perubahan
Kontraktilitas
Miokard
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

1. PENGKAJIAN
Berikut adalah uraian dari pengkajian keluarga model Friedman:
A. Identifikasi Data Keluarga
Informasi identifikasi tentang anggota keluarga sangat diperlukan untuk
mengetahui hubungan masing-masing anggota keluarga dan sebagi upaya untuk
lebih mengenal masing-masing anggota keluarga.
Data yang diperlukan meliputi :
1. Nama keluarga
2. Alamat dan Nomor telepon
3. Komposisi Keluarga
Komposisi keluarga menyatakan anggota keluarga yang diidentifikasi sebagai
bagian dari keluarga mereka. Friedman dalam bukunya mengatakan bahwa
komposisi tidak hanya terdiri dari penghuni rumah, tetapi juaga keluarga besar
lainnya atau keluarga fiktif yang menjadi bagian dari keluarga tersebut tetapi tidak
tinggal dalam rumah tangga yang sama.
Pada komposisi keluarga, pencatatan dimulai dari anggota keluarga yang sudah
dewasa kemudian diikuti anak sesuai dengan urutan usia dari yang tertua, bila
terdapat orang lain yang menjadi bagian dari keluarga tersebut dimasukan dalam
bagian akhir dari komposisi keluarga.
4. Tipe Bentuk Keluarga
Tipe keluarga didasari oleh anggota keluarga yang berada dalam satu rumah.
Tipe keluarga dapat dilihat dari komposisi dan genogram dalam keluarga.
5. Latar Belakang Budaya Keluarga
Latar belakang kultur keluarga merupakan hal yang penting untuk memahami
perilaku sistem nilai dan fungsi keluarga, karena budaya mempengaruhi dan
membatasi tindakan-tindakan individual maupun keluarga. Perbedaan budaya
menjadikan akar miskinnya komunikasi antar individu dalam keluarga. Dalam
konseling keluarga kebudayaan merupakan hal yang sangat penting.
Pengkajian terhadap kultur / kebudayaan keluarga meliputi :
a. Identitas suku bangsa
b. Jaringan sosial keluarga ( kelopok etnis yang sama )
c. Tempat tinggal keluarga ( bagian dari sebuah lingkungan yang secara etnis
bersifat homogen)
d. Kegiatan-kegiatan keagamaan, sosial, budaya, rekreasi dan pendidikan
e. Bahasa yang digunakan sehari-hari
f. Kebiasaan diit dan berpakaian
g. Dekorasi rumah tangga ( tanda-tanda pengaruh budaya )
h. Porsi komunitas yang lazim bagi keluarga-komplek teritorial keluarga ( Apakah
porsi tersebut semata-mata ada dalam komunitas etnis )
i. Penggunaan jasa-jasa perawatan kesehatan keluarga dan praktisi. Bagaimana
keluarga terlibat dalam praktik pelayanan kesehatan tradisional atau memiliki
kepercayaan tradisional yang berhubungan dengan kesehatan.
j. Negara asal dan berapa lama keluarga tinggal di suatu wilayah.
6. Identifikasi Religius
Pengkajian meliputi perbedaan keyakinan dalam keluarga, seberapa aktif
keluarga dalam melakukan ibadah keagamaan, kepercayaan dan nilai-nilai agama
yang menjadi fokus dalam kehidupan keluarga.
7. Status Kelas Sosial ( Berdasarkan Pekerjaan, Pendidikan dan
Pendapatan )
Kelas sosial keluarga merupakan pembentuk utama dari gaya hidup keluarga.
Perbedaan kelas sosial dipengaruhi oleh gaya hidup keluarga, karakteristik
struktural dan fungsional, asosiasi dengan lingkungan eksternal rumah.
Dengan mengidentifikasi kelas sosial keluarga, perawat dapat mengantisipasi
sumber-sumber dalam keluarga dan sejumlah stresornya secara baik. Bahkan fungsi
dan struktur keluarga dapat lebih dipahami dengan melihat latar belakang kelas
sosial keluarga.
Hal-hal yang perlu dikaji dalam status sosial ekonomi dan mobilitas keluarga
adalah :
a. Status kelas Sosial
Status kelas sosial keluarga ditentukan berdasarkan tingkat pendapatan keluarga
dan sumber pendapatan keluarga, pekerjaan dan pendidikan keluarga. Friedman
membagi kelas sosial menjadi enam bagian yaitu kelas atas-atas, kelas atas bawah,
kelas menegah atas, kelas menengah bawah, kelas pekerja dan kelas bawah.
b. Status Ekonomi
Status ekonomi ditentukan oleh jumlah penghasilan yang diperoleh keluarga.
Perlu juga diketahui siapa yang menjadi pencari nafkah dalam keluarga, dana
tambahan ataupun bantuan yang diterima oleh keluarga, bagaimana keluaraga
mengaturnya secara finansial.
Selain itu juga perawat perlu mengetahui sejauhmana pendapatan tersebut
memadai serta sumber-sumber apa yang dimiliki oleh keluarga terutama yang
berhubungan dengan pelayanan kesehatan seperti asuransi kesehatan dan lain-lain.
c. Mobilitas Kelas Sosial
Menggambarkan perubahan yang terjadi sehingga mengakibatkan terjadinya
perubahan kelas sosial, serta bagaimana keluarga menyesuaikan diri terhadap
perubahan tersebut.
8. Aktifitas rekreasi keluarga
Kegiatan-kegiatan rekreasi keluarga yang dilakukan pada waktu luang.
Menggali perasaan anggota keluarga tentang aktifitas rekreasi pada waktu luang.
Bentuk rekreasi tidak harus mengunjungi tempat wisata, tetapi bagaimana keluarga
memanfaatkan waktu luang untuk melakukan kegiatan bersama ( nonton TV,
mendengarkan radio, berkebun bersama keluarga , bersepeda bersama keluarga dll
)
B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
Yang perlu dikaji pada tahap perkembangan adalah :
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
2. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan tentang tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi oleh
keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
3. Riwayat keluarga Inti.
Riwayat keluarga mulai lahir hingga saat ini, yang meliputi riwayat penyakit
keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap
pencegahan penyakit (imunisasi), sumber pelayanan kesehatan yang bisa
digunakan serta riwayat perkembangan dan kejadian-kejadian atau pengalaman
penting yang berhubungan dengan kesehatan (perceraian, kematian, kehilangan)
4. Riwayat keluarga sebelumnya
Menjelaskan mengenai riwayat asal kedua orang tua ( riwayat kesehatan, seperti
apa keluarga asalnya, hubungan masa silam dengan kedua orang tua )
C. Lingkungan Keluarga
Meliputi seluruh alam kehidupan keluarga mulai dari pertimbangan bidang-
bidang yang paling kecil seperti aspek dalam rumah sampai komunitas yang lebih
luas dimana keluarga tersebut berada. Pengkajian lingkungan meliputi :
1. Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan :
a. Tipe tempat tinggal ( rumah sendiri, apartemen, sewa kamar)
b. Gambaran kondisi rumah (baik interior maupun eksterior rumah).
Interior rumah meliputi : jumlah ruangan, tipe kamar/pemanfaatan
ruangan ( ruang tamu, kamar tidur, ruang keluarga ), jumlah jendela,
keadaan ventilasi dan penerangan ( sinar matahari ), macam perabot
rumah tangga dan penataannya, jenis lantai, kontruksi bangunan,
keamanan lingkungan rumah, kebersihan dan sanitasi rumah, jenis
septic tank, jarak sumber air minum dengan septic tank, sumber air
minum yang digunakan, keadaan dapur ( kebersihan, sanitasi,
keamanan ).
Perlu dikaji pula perasaan subyektif keluarga terhadap rumah,
identifikasi teritorial keluarga, pengaturan privaci dan kepuasan
keluarga terhadap pengaturan rumah. Lingkungan luar rumah
meliputi keamanan ( bahaya-bahaya yang mengancam ) dan
pembuangan sampah.
2. Karakteristik Lingkungan dan Komunitas Tempat Tinggal yang Lebih Luas.
Menjelaskan tentang :
a. Karakteristik fisik dari lingkungan, yang meliputi : tipe
lingkungan/komunitas ( desa, sub kota, kota ), tipe tempat tinggal (
hunian, industri, hunian dan industri, agraris ), kebiasaan , aturan /
kesepakatan, budaya yang mempengaruhi kesehatan, lingkungan
umum ( fisik, sosial, ekonomi ),
b. Karakteristik demografis dari lingkungan dan komunitas, meliputi
kelas sosial rata-rata komunitas, perubahan demografis yang sedang
berlangsung.
c. Pelayanan kesehatan yang ada di sekitar lingkungan serta fasilitas-
fasilitas umum lainnya seperti pasar, apotik dan lain-lain
d. Bagimana fasilitas-fasilitas mudah diakses atau dijangkau oleh
keluarga
e. Tersediannya transportasi umum yang dapat digunakan oleh
keluarga dalam mengakses fasilitas yang ada.
f. Insiden kejahatan disekitar lingkungan.
3. Mobilitas geografis keluarga
Mobilitas keluarga ditentukan oleh : kebiasaan keluarga berpindah tempat,
berapa lama keluarga tinggal di daerah tersebut, riwayat mobilitas geografis
keluarga tersebut ( transportasi yang digunakan keluarga, kebiasaan anggota
keluarga pergi dari rumah : bekerja, sekolah ).
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan tentang waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta
perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana keluarga melakukan interak
dengan masyarakat. Perlu juga dikaji bagaimana keluarga memandang kelompok
masyarakatnya.
5. Sistem pendukung keluarga
Siapa yang menolong keluarga pada saat keluarga membutuhkan bantuan,
dukungan konseling aktifitas-aktifitas keluarga. Yang termasuk pada sistem
pendukung keluarga adalah Informal ( jumlah anggota keluarga yang sehat,
hubungan keluarga dan komunitas, bagaimana keluarga memecahkan masalah,
fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan ),
Dan formal yaitu hubungan keluarga dengan pihak yang membantu yang
berasal dari lembaga perawatan kesehatan atau lembaga lain yang terkait ( ada
tidaknya fasilitas pendukung pada masyarakat terutama yang berhubungan dengan
kesehatan ).
D. Struktur Keluarga
Struktur keluarga yang dapat dikaji menurut Friedman adalah :
1. Pola dan komunikasi keluarga
Menjelaskan cara berkomunikasi antar anggota keluarga, sistem
komunikasi yang digunakan, efektif tidaknya ( keberhasilan )
komunikasi dalam keluarga.
2. Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan keluarga mmengendalikan dan mempengaruhi orang
lain/anggota keluarga untuk merubah perilaku. Sistem kekuatan yang
digunakan dalam mengambil keputusan, yang berperan mengambil
keputusan, bagaimana pentingnya keluarga terhadap putusan tersebut.
3. Struktur Peran
Mengkaji struktur peran dalam keluarga meliputi :
a. Struktur peran formal
1) Posisi dan peran formal yang telah terpenuhi dan gambaran
keluarga dalam melaksanakan peran tersebut.
2) Bagaimana peran tersebut dapat diterima dan konsisten
dengan harapan keluarga, apakah terjadi konflik peran dalam
keluarga.
3) Bagaimana keluarga melakukan setiap peran secara
kompeten.
4) Bagaimana fleksibilitas peran saat dibutuhkan
b. Struktur peran informal
1) Peran-peran informal dan peran-peran yang tidak jelas yang
ada dalam keluarga, serta siapa yang memainkan peran
tersebut dan berapa kali peran tersebut sering dilakukan
secara konsisten
2) Identifikasi tujuan dari melakukan peran indormal, ada
tidaknya peran disfungsional serta bagaimana dampaknya
terhap anggota keluarga
c. Analisa Model Peran
1) Siapa yang menjadi model yang dapat mempengaruhi
anggota keluarga dalam kehidupan awalnya, memberikan
perasaan dan nilai-nilai tentang perkembangan, peran-peran
dan teknik komunikasi.
2) Siapa yang secara spesifik bertindak sebagai model peran
bagi pasangan dan sebagai orang tua.

d. Variabel-variabel yang mempengaruhi struktur peran :


1) Pengaruh-pengaruh kelas sosial : bagaimana latar belakang
kelas sosial mempengaruhi struktur peran formal dan
informal dalam keluarga.
2) Pengaruh budaya terhadap struktur peran
3) Pengaruh tahap perkembangan keluarga terhadap struktur
peran.
4) Bagaimana masalah kesehatan mempengaruhi struktur
peran.
4. Nilai-Nilai Keluarga
Hal-hal yang perlu dikaji pada struktur nilai keluarga menurut Friedman
adalah :
a. Pemakaian nilai-nilai yang dominan dalam keluarga
b. Kesesuaian nilai keluarga dengan masyarakat sekitarnya
c. Kesesuaian antara nilai keluarga dan nilai subsistem keluarga
d. Identifikasi sejauh mana keluarga menganggap penting nilai-nilai
keluarga serta kesadaran dalam menganut sistem nilai.
e. Identifikasi konflik nilai yang menonjol dalam keluarga
f. Pengaruh kelas sosial, latar belakang budaya dan tahap
perkembangan keluarga terhadap nilai keluarga
g. Bagaimana nilai keluarga mempengaruhi status kesehatan keluarga.
E. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga yang perlu dikaji menurut Friedman meliputi :
1. Fungsi Afektif
Pengkajian fungsi afektif menurut Friedman meliputi :
a. Pola kebutuhan keluarga
1) Sejauh mana keluarga mengetahui kebutuhan anggota
keluarganya, serta bagaimana orang tua mampu
menggambarkan kebutuhan dari anggota keluarganya.
2) Sejauhmana keluarga mengahargai kebutuhan atau
keinginan masing-masing anggota keluarga
b. Saling memperhatikan dan keakraban dalam keluarga
1) Sejauhmana keluarga memberi perhatian pada anggota
keluarga satu sama lain serta bagaimana mereka saling
mendukung
2) Sejauhmana keluarga mempunyai perasaan akrab dan intim
satu sama lain, serta bentuk kasih sayang yang ditunjukkan
keluarga.
c. Keterpisahan dan Keterikatan dalam keluarga
Sejauhmana keluarga menanggapi isu-isu tentang perpisahan dan
keterikatakan serta sejauhmana keluarga memelihara keutuhan
rumah tangga sehingga terbina keterikatan dalam keluarga.
2. Fungsi sosialisasi
Pengkajian fungsi sosialisasi meliputi :
a. Praktik dalam membesarkan anak meliputi : kontrol perilaku sesuai
dengan usia, memberi dan menerima cinta serta otonomi dan
ketergantungan dalam keluarga
b. Penerima tanggung jawab dalam membesarkan anak
c. Bagaimana anak dihargai dalam keluarga
d. Keyakinan budaya yang mempengaruhi pola membesarkan anak
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola pengasuhan anak
f. Identifikasi apakah keluarga beresiko tinggimendapat masalah dalam
membesarkan anak
g. Sejauhmana lingkungan rumah cocok dengan perkembangan anak.
3. Fungsi Perawatan Kesehatan
Pengkajian fungsi perawatan kesehatan meliputi :
a. Sejauh mana keluarga mengenal masalah kesehatan pada
keluarganya.
1) Keyakinan, nilai-nilai dan perilaku terhadap pelayanan
kesehatan
2) Tingkat pengetahuan keluarga tentang sehat sakit.
3) Tingkat pengetahuan keluarga tentang gejala atau perubahan
penting yang berhubungan ddengan masalah kesehatan yang
dihadapi.
4) Sumber-sumber informasi kesehatan yang didapat
b. Kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan.
c. Kemampuan keluarga melakukan perawatan terhadap anggota
keluarga yang sakit.
d. Kemampuan keluarga memodifikasi dan memelihara lingkungan
e. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan.
F. Koping Keluarga
Pengkajian koping keluarga meliputi :
1. Stressor-stressor jangka panjang dan jangka pendek yang dialami oleh
keluarga, serta lamanya dan kekuatan strssor yang dialami oleh
keluarga.
2. Tindakan obyektif dan realistis keluarga terhadap stressor yang
dihadapi.
3. Sejauh mana keluarga bereaksi terhadap stressor, strategi koping apa
yang digunakan untuk menghadapi tipe-tipe masalah, serta strategi
koping internal dan eksternal yang digunakan oleh keluarga.
4. Strategi adaptasi disfungsional yang digunakan oleh keluarga.
Identifikasi bentuk yang digunakan secara ekstensif : kekerasan,
perlakukan kejam terhadap anak, mengkambinghitamkan, ancaman,
mengabaikan anak, mitos keluarga yang merusak, pseudomutualitas,
triangling dan otoritarisme.
G. Harapan Keluarga
Harapan keluarga tentang masalah kesehatan yang terjadi dan harapan
keluarga terhadap petugas kesehatan keluarga.
HASIL PEMERIKSAAN FISIK

Anggota keluarga
Pemeriksaan fisik

a. Tanda vital
0
Suhu C

Nadi x/mnt
RR x/mnt

TD mm Hg

b. Fisik

1. Kepala Rambut sebagian sudah beruban, bersih

2. Mata Konjungtiva tak anemis, sklera tidak ikterik, tidak ada keluhan
penurunan penglihatan.

3. Telinga Simetris, tida ada serumen, tidak ada peradangan, tidak ada
keluhan penurunan pendengaran

4. Hidung Tidak ada sekret, mengeluh sering pilek, hidung terasa gatal

5. Mulut dan Tidak ada keluhan, gigi geraham sudah tanggal


gigi
6. Leher Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

7. Dada/ thorax Bentuk dada simetris, bunyi nafas vesikuler, tidak ada keluhan
sesak dan nyeri. Ronkhi atau wheezing tidak ditemukan.
Mengatakan kadang batuk berdahak

8. Abdomen Tidak ada pembesaran, bising usus (+), tidak ada nyeri tekan,
tidak ada pembesaran hepar

9. Ektremitas Nyeri lutut, rentang gerak kurang, reflek patela +/+ , kekuatan
otot

5555 5555

5544 5544

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri kronis berhubungan dengan nekrosis dan kerusakan dalam ruang
sendi.
b. Deficit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik.
c. Resiko tinggi terhadap kerusakan penatalaksanaan lingkungan
d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan penyakit, prognosis dan
kebutuhan keperawatan.
e. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk tubuh
pada tulang dan sendi.
f. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan rupture tendon secara
parsial atau total.
3. INTERVENSI
No Diagnosa Tujuan Rencana Tindakan
Keperawatan
1 Nyeri kronis Setelah dilakukan - Kaji keluhan nyeri,
berhubungan tindakan asuhan catat lokasi dan
dengan Nekrosis keperawatan selama 5 intensitas nyeri
dan kerusakan hari, klien akan: (skala 0 – 10),
dalam ruang catat faktor-faktor
- Menunjukkan nyeri
sendi yang mempercepat
hilang/terkontrol
dan tanda-tanda
- Klien terlihat rileks
rasa nyeri.
dapat
- Beri matras dan
tidur/beristirahat dan
kasur keras bantal
berpartisipasi dalam
kecil. Tinggikan
aktivitas
linen tempat tidur
- Mengikuti program
sesuai kebutuhan
terapi
saat klien
- Menggabungkan
beristirahat/tidur.
keterampilan
- Bantu klien
relaksasi dan aktivitas
mengambil posisi
hiburan ke dalam
yang nyaman pada
program kontrol
waktu tidur atau
nyeri.
duduk diskusi,
tinggikan istirahat
di tempat tidur
sesuai indikasi.
- Pantau penggunaan
bantal
- Dorong klien untuk
mengubah posisi.
- Bantu klien untuk
mengompres
hangat pada sendi-
sendi yang sakit
beberapa kali
sehari.
- Pantau suhu
kompres

2 Defisit Setelah dilakukan - Diskusikan tingkat


perawatan diri tindakan keperawatan fungsi umum;
berhubungan
selama 5 hari klien akan: sebelum timbul
dengan
kelemahan fisik eksaserbasi
- Melaksanakan
penyakit dan
aktivitas perawatan
potensial
diri pada tingkat yang
perubahan yang
konsisten pada
sekarang
kemampuan klien
diantisipasi
- Mendemonstrasikan
- Pertahankan
perubahan
mobilitas, kontrol
teknik/gaya hidup
terhadap nyeri dan
untuk memenuhi
program latihan.
kebutuhan perawatan
- Kaji hambatan
diri
terhadap partisipasi
- Mengidentifikasi
dalam perawatan
sumber-sumber
diri, identifikasi
pribadi yang dapat
rencana untuk
memenuhi
memodifikasi
kebutuhan.
lingkungan.
- Kolaborasi untuk
terapi okupasi

3 Resiko tinggi Setelah dilakukan - Kaji tingkat fungsi


terhadap tindakan keperawatan fisik
kerusakan selama 5 hari klien - Evaluasi
penatalaksanaan dapat: lingkungan untuk
lingkungan
mengkaji
- Mempertahankan
kemampuan dalam
keamanan,
perawatan untuk
lingkungan yang
diri sendiri
meningkatkan
- Tentukan sumber-
perkembangan
sumber finansial
- Mendemonstrasikan
untuk memenuhi
penggunaan sumber-
kebutuhan situasi
sumber yang efektif
individu
dan tepat.
- Identifikasi sistem
pendukung yang
tersedia untuk
klien
- Identifikasi untuk
peralatan yang
diperlukan
misalnya alat-alat
bantu mobilisasi.

4 Kurang Setelah dilakukan - Tinjau proses


pengetahuan tindakan keperawatan penyakit, prognosis
(kebutuhan
selama 5 hari klien akan: dan harapan masa
belajar)
mengenai depan
- Menunjukkan
penyakit, - Diskusikan
prognosis dan pemahaman tentang
kebiasaan klien
kebutuhan kondisi/prognosis dan
perawatan dan dalam
perawatan
pengobatan melaksanakan
berhubungan - Mengembangkan
proses sakit
dengan rencana untuk
kurangnya melalui diet, obat-
keperawatan diri
kemampuan obatan dan
klien untuk termasuk modifikasi program diet
mengingat gaya hidup yang seimbang, latihan
informasi yang
konsisten dengan dan istirahat.
diberikan
mobilitas dan atau - Bantu dalam
pembatasan aktivitas merencanakan
jadwal aktivitas
terintegrasi yang
realistis, istirahat,
perawatan diri,
pemberian obat-
obatan, terapi fisik
dan manajemen
stres.
- Tekankan
pentingnya
melanjutkan
manajemen
farmakologi terapi.
- Identifikasi efek
samping obat.
- Diskusikan teknik
menghemat energi
- Berikan informasi
tentang alat bantu
misalnya tongkat,
tempat duduk dan
palang keamanan.
- Beri konseling
sesuai prioritas
kebutuhan klien.
- Teknik manajemen
stres misalnya
relaksasi progresif,
sentuhan terapeutik
biofeedback,
visualisasi,
pedoman
imajinasihipnotis
diri dan
pengendalian
nafas.
- Libatkan dalam
aktivitas hiburan
yang sesuai untuk
situasi individu.
- Beri obat sebelum
aktivitas latihan
yang direncanakan
sesuai petunjuk.
- Bantu klien dengan
terapi fisik

5 Gangguan Citra Setelah dilakukan - Dorong klien


tubuh Perubahan tindakan keperawatan mengungkapkan
bentuk tubuh selama 5 hari klien akan: mengenai masa
pada tulang dan lalu tentang proses
- Mengungkapkan
sendi penyakit, harapan
peningkatan rasa
masa depan.
percaya diri dalam
- Diskusikan arti
kemampuan untuk
dari kehilangan/
menghadapi penyakit
perubahan pada
perubahan gaya hidup
dirinya.
dan kemungkinan
Memastikan
keterbatasan.
bagaimana
- Menyusun tujuan pandangan pribadi
rencana realistis klien dalam
untuk masa memfungsikan
mendatang. gaya hidup sehari-
hari termsuk
aspek-aspek
seksual.
- Akui dan terima
perasaan berduka,
bermusuhan, dan
ketergantungan.
- Perhatikan perilaku
menarik diri,
penyangkalan atau
terlalu
memperhatikan
tubuh/
perubahannya.
- Susun batasan pada
perilaku
maladaptif, bantu
klien
mengidentifikasi
perilaku positif
yang dapat
emmbantu koping.
- Bantu kebutuhan
perawatan yang
diperlukan klien.
- Beri bantuan
positif bila perlu.
- Ikutseratkan dalam
perencanaan dan
pembuatan jadwal
aktivitas.

6 Kerusakan Setelah dilakukan - Pantau tingkat


mobilitas fisik tindakan keperawatan inflamasi/rasa sakit
berhubungan selama 5 hari klien pada sendi.
dengan Ruptur dapat: - Pertahankan tirah
tendon secara baring/ duduk jika
- mempertahankan
parsial atau total diperlukan.
fungsi posisi dengan
- Jadwal aktivitas
tidak hadirnya
untuk memberikan
kontraktor.
periode istirahat
- Mempertahankan
yang terus-
atau meningkatkan
menerus dan tidur
kekuatan dan fungsi
malam hari tidak
komponen bagian
terganggu.
tubuh.
- Bantu klien dengan
- Mendemonstrasikan
rentang gerak
teknik/perilaku yang
aktif/pasif dan
memungkinkan
latihan resistif dan
melakukan aktivitas
isometrik jika
memungkinkan.
- Dorong klien untuk
mempertahankan
posisi tegak dan
duduk tinggi,
berdiri dan
berjalan.
- Berikan
lingkungan yang
aman.
- Kolaborasi ahli
terapi fisik/okupasi
dan spesialis
vokasional.

4. IMPLEMENTASI
Fase implementasi dari proses keperawatan mengikuti rumusan
dari rencana keperawatan. Implementasi mengacu pada pelaksanaan
rencana keperawatan yang sudah disusun dan fase implementasi dari
proses keperawatan di akhiri ketika intervensi keperawatan sudah di
selesaikan dan respon pasien terhadap intervensi tersebut sudah dicatat.

5. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhhir dari proses keperawatan dan
diarahkan untuk menentukan respon pasien terhadap intervensi
keperawatan dan sebatas mana tujuan-tujuan sudah tercapai. Rencana
keperawatan memberikan landasan bagi evaluasi, diagnosa keperawatan,
maslah-masalah kolaboratif, tujuan-tujuan, intervensi keperawatan, dan
hasil yang diperkirakan memberikan panduan yang spesifik yang
menentukan fokus evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA

AMK, Drs.H.Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa


Keperawatan edisi 3.Jakarta:EGC

Herlman,Heather.2012. NANDA International Diagnosis Keperawatan : Definisi


dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC

PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Ed.1. ISBN 978-602-


18445-6-4. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai