OLEH:
1. Kartilago hialin
Bagian tulang yang bersentuhan pasti dilindungi oleh kartilago hialin yang
menyediakan permukaan yang lembut dan cukup kuat untuk menyerap
gaya tekan serta menahan berat tubuh. Lapisan kartilago memiliki
ketebalan 7 mm pada orang muda, semakin tipis dan rentan terhadap
tekanan seiring dengan pertambahan usia. Hal ini menyebabkan
bertambahnya tekanan pada struktur sendi. Kartilago tidak diperdarahi
tetapi menerima nutrisi dari cairan sinovial.
2. Ligamentum kapsuler
Sendi dikelilingi dan ditutupi oleh jaringan fibrosa yang mengikat tulang-
tulang yang berkaitan. Jaringan tersebut cukup regang sehingga
pergerakan dapat dilakukan tapi juga cukup kuat untuk dapat melindungi
dari jejas.
3. Membran sinovial
Membran sinovial disusun oleh sel epitel dan berfungsi:
a. Melapisi kapsul.
b. Menutupi bagian tulang di dalam sendi yang tidak ditutupi oleh
kartilago sendi.
c. Menutupi seluruh struktur intrakapsuler yang tidak menyokong berat
tubuh.
4. Cairan sinovial
Cairan sinovial merupakan cairan kental dengan konsistensi menyerupai
putih telur dan disekresikan oleh membran sinovial kedalam kavitas
sinovial, dan berfungsi:
a. Menyediakan nutrisi untuk struktur di dalam kavitas sinovial.
b. Mengandung fagosit yang mengeliminasi mikroba dan debris seluler.
c. Berfungsi sebagai lubrikan.
d. Mempertahankan stabilitas sendi.
e. Mencegah terpisahnya kedua ujung tulang yang berlengketan.
5. Struktur intrakapsular lainnya
Beberapa sendi memiliki struktur-struktur yang terdapat di dalam kapsul,
tetapi berada di luar membran sinovial yang membantu mempertahankan
stabilitas.
6. Struktur ekstrakapsular
a. Ligamentum, bergabung dengan kapsul memberikan stabilitas
b. Otot atau tendon, juga memberikan stabilitas. Jika otot berkontraksi,
otot tersebut akan memendek dan menarik dua tulang sehingga
semakin berdekatan.
7. Suplai darah dan persarafan
Saraf dan pembuluh darah yang melintasi sendi biasanya bertugas
menyuplai kapsul dan otot yang menggerakkannya.
F. Patofisiologi
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Faktor rheumatoid, fiksasi lateks, reaksi-reaksi aglutinasi.
2. Laju endap darah: umumnya meningkat pesat (80-100 mm/h) mungkin
kembali normal sewaktu gejala-gejala meningkat.
3. Protein C-reaktif: positif selama masa eksaserbasi.
4. Sel darah putih: meningkat pada waktu timbul proses inflamasi.
5. Hemoglobin: umumnya menunjukkan anemia sedang.
6. Ig (Ig M dan Ig D): peningkatan besar menunjukkan autoimun sebagai
penyebab Rheumatoid Arthritis.
7. Sinar X dari sendi yang sakit: menunjukkan pembengkakkan pada
jaringan lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan
(perubahan awal) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil
jarak sendi dan subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara
bersamaan.
8. Scan radionuklida: identifikasi peradangan sinovium.
9. Artroskopi langsung, aspirasi cairan sinovial.
10. Biopsi membran sinovial: menunjukkan perubahan inflamasi dan
perkembangan panas.
H. Pencegahan
Karena termasuk dari penyakit autoimun, maka tidak ada tindakan spesifik
mencegah arthritis rhematoid. Tapi kita tetap dapat berusaha mencegah agar
tidak jatuh dalam kondisi berfaktor resiko terutama yang telah memiliki faktor
resiko keturunan. Seperti merubah gaya hidup agar lebih sehat dengan cara
istirahat yang cukup, diet sehat, hindari stres berat, dan rutin berolahraga. Juga
termasuk diantaranya berhenti merokok dan menjauhi asap rokok.
I. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
a. OAINS diberikan sejak dini untuk mengatasi nyeri sendi akibat
inflamasi yang sering dijumpai. OAINS yang dapat diberikan:
1) Aspirin: pasien dibawah 50 tahun dapat mulai dengan dosis 3-4
x 1 g/hari, kemudian dinaikan 0,3-0,6 g per minggu sampai
terjadi perbaikan atau gejala toksik. Dosis terapi 20-30
mg/minggu.
2) Ibuprofen, naproksen, piroksikam, diklofenak, dan sebagainya.
b. DMARD (disease-modiflying antirheumatic drugs) digunakan untuk
melindungi rawan sendi dan tulang dari proses destruksi akibat
arhtritis rheumatoid. Mula khasiatnya baru terlihat setelah 3-12 bulan
kemudian. Setelah 2-5 tahun, maka efektivitasnya dalam menekan
proses rheumatoid akan berkurang. Jenis-jenis yang digunakan
adalah:
1) Klorokuin: paling banyak digunakan karena harganya
terjangkau, namun efektivitasnya lebih rendah dibandingkan
dengan yang lain. Dosis anjuran klorokuin fosfat 250 mg/hari,
hidrosiklorkuin 400 mg/hari.
2) Sulfatsalazin dalam bentuk tablet bersalut enteric digunakan
dalam dosis 1x500 mg/hari, ditinggalkan 500 mg per minggu,
sampai mencapai dosis 4x500 mg. Setelah remisi tercapai, dosis
dapat diturunkan hingga 1 g/hari untuk dipakai dalam jangka
panjang sampai tercapai remisi sempurna. Jika dalam waktu 3
bulan tidak terlihat khasiatnya, obat ini dihentikan dan diganti
dengan yang lain, atau dikombinasi.
3) D-penisilamin, kurang disukai karena bekerja sangat lambat.
Digunakan dalam dosis 250-300 mg/hari, kemudian dosis
ditingkatkan setiap 2-4 minggu sebesar 250-300 mg/hari untuk
mencapai dosis total 4x250-300 mg/hari.
4) Garam emas adalah gold standar bagi DMARD. Khasiatnya
tidak diragukan lagi meski sering timbul efek samping. Auro
sodium tiomalat (AST) diberikan melalui intramuskular, dimulai
dengan dosis percobaan pertama sebesar 10 mg, seminggu
kemudian dosis kedua 20 mg. Seminggu kemudian diberikan
dosis penuh 50 mg/minggu selama 20 minggu. Dapat
dilanjutkan dengan dosis tambahan sebesar 50 mg tiap 2 minggu
sampai 3 minggu sampai keadaan remis tercapai.
5) Obat imunosupresif atau imunoregulator, memotreksat sangat
mudah digunakan dan waktu mulai kerjanya relatif pendek.
Dosis dimulai 5-7,5 mg setiap minggu. Bila dalam 4 bulan tidak
menunjukkan perbaikan, dosis harus ditingkatkan. Dosis jarang
melebihi 20 mg/minggu. Penggunaan siklosprorin untuk artritis
reumatoid masih dalam penelitian.
6) Kortikosteroid hanya dipakai untuk pengobatan artritis
reumatoid dengan komplikasi berat dan mengancam jiwa,
seperti vaskulitis, karena obat ini memiliki efek samping yang
sangat berat. Dalam dosis rendah (seperti prednison 5-7,5 mg
satu kali sehari) sangat bermanfaat sebagai bridging therapy
dalam mengatasi sinovitis sebelum DMARD mulai bekerja,
yang kemudian dihentikan secara bertahap. Dapat diberikan
suntikan kortikosteroid intraartikular jika terdapat peradangan
berat. Sebelumnya infeksi harus disingkirkan terlebih dahulu.
c. Pembedahan menjadi pilihan apabila pemberian obat-obatan tidak
berhasil mencegah dan memperlambat kerusakan sendi. Pembedahan
dapat mengembalikan fungsi dari sendi yang telah rusak. Prosedur
yang dapat dilakukan adalah artroplasti, perbaikan tendon,
sinovektomi
1) Sinovektomi
Pengambilan jaringan konektiv yang rusak yang melapisi ruang
(kapsul) sendi. Ini akan mengurangi nyeri, pembengkakan, dan
kerusakan lebih lanjut dari sendi yang meradang. Setelah
dilakukan sinovektomi, tubuh akan beregenerasi dan jaringan
yang sehat akan menggantikan jaringan yang rusak.
2) Arthrotomi
Yaitu operasi penggantian sendi
3) Arthrodesis
Operasi fusi tulang belakang. Ini merupakan prosedur
pembedahan untuk mencangkok tulang untuk menyatukan dua
ujung sendi untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri tulang
dan sendi.
4) Arthroplasty
Pembedahan yang dilakukan untuk merekonstruksi atau
penggantian sendi yang bermasalah (sakit) dengan sendi tiruan
dari bahan dasar metal, karet silikon atau plastik
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Pendidikan pada pasien mengenai penyakitnya dan penatalaksaan
yang akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik dan terjamin
ketaatan pasien.
3. Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan tindakan untuk menggembalikan tingkat
kemampuan pasien AR dengan tujuan:
a. Mengurangi rasa nyeri
b. Mencegah terjadinya kekakuan dan keterbatasan gerak sendi
c. Mencegah terjadinya atrofi dan kelemahan otot
d. Meningkatkan rasa nyaman dan kepercayaan diri
e. Mempertahankan kemandirian sehingga tidak bergantung kepada
orang lain.
Rehabilitasi dilaksanakan dengan mengistirahatkan sendi yang terlibat,
latihan serta dengan menggunakan modalitas terapi fisis seperti pemasan,
pendinginan, peningkatan ambang rasa nyeri dengan arus listrik.
J. Komplikasi
1. Struktur muskuloskeletal.
Dapat menyebabkan otot menciut (atrofi), kerusakan tendon dan tulang,
dan mencetus osteoarthiritis serta carpal tunnel syndrome.
2. Jantung.
Dapat terjadi kerusakan dijantung karena adanya tumpukan cairan
disekitar jantung (pericardial effusion) sebagai hasil dari adanya
peradangan ditubuh. Hal ini dapat merusak otot jantung, katup jantung
dan pembuluh-pembuluh darah di jantung, yang akhirnya mengarah ke
suatu serangan jantung.
3. Paru-paru.
Dengan cara yang sama terjadi penumpukan cairan di sekitar paru (efusi
pleura) dan terbentuk pleuritis, juga dapat terjadi pulmonary fibrosis.
4. Darah.
Dapat terjadi anemia akibat adanya peradangan kronis didalam tubuh.
5. Kulit.
Terbentuk nodul-nodul kecil dibawah kulit pada sekitar sendi yang
disebut rhematoid nodules. Warnanya gelap yang terbentuk akibat
perdarahan dibawah kulit yang pembuluh darahnya rusak akibat penyakit
ini.
6. Ginjal dan saluran pencernaan juga dapat menjadi korban akibat obat-
obatan anti inflamasi yang diberikan kepada penderita.
Pathway Artritis Reumatoid
Artritis Reumatoid
Sinovitis Tenosinovilis Kelainan pada tulang Kelainan pada aringan Gambaran khas
ekstra-artikular nodul subkutan
Gangguan
Ansietas Kebutuhan konsep diri, Kegagalan
informasi citra diri fungsi jantung
Perubahan
Kontraktilitas
Miokard
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
1. PENGKAJIAN
Berikut adalah uraian dari pengkajian keluarga model Friedman:
A. Identifikasi Data Keluarga
Informasi identifikasi tentang anggota keluarga sangat diperlukan untuk
mengetahui hubungan masing-masing anggota keluarga dan sebagi upaya untuk
lebih mengenal masing-masing anggota keluarga.
Data yang diperlukan meliputi :
1. Nama keluarga
2. Alamat dan Nomor telepon
3. Komposisi Keluarga
Komposisi keluarga menyatakan anggota keluarga yang diidentifikasi sebagai
bagian dari keluarga mereka. Friedman dalam bukunya mengatakan bahwa
komposisi tidak hanya terdiri dari penghuni rumah, tetapi juaga keluarga besar
lainnya atau keluarga fiktif yang menjadi bagian dari keluarga tersebut tetapi tidak
tinggal dalam rumah tangga yang sama.
Pada komposisi keluarga, pencatatan dimulai dari anggota keluarga yang sudah
dewasa kemudian diikuti anak sesuai dengan urutan usia dari yang tertua, bila
terdapat orang lain yang menjadi bagian dari keluarga tersebut dimasukan dalam
bagian akhir dari komposisi keluarga.
4. Tipe Bentuk Keluarga
Tipe keluarga didasari oleh anggota keluarga yang berada dalam satu rumah.
Tipe keluarga dapat dilihat dari komposisi dan genogram dalam keluarga.
5. Latar Belakang Budaya Keluarga
Latar belakang kultur keluarga merupakan hal yang penting untuk memahami
perilaku sistem nilai dan fungsi keluarga, karena budaya mempengaruhi dan
membatasi tindakan-tindakan individual maupun keluarga. Perbedaan budaya
menjadikan akar miskinnya komunikasi antar individu dalam keluarga. Dalam
konseling keluarga kebudayaan merupakan hal yang sangat penting.
Pengkajian terhadap kultur / kebudayaan keluarga meliputi :
a. Identitas suku bangsa
b. Jaringan sosial keluarga ( kelopok etnis yang sama )
c. Tempat tinggal keluarga ( bagian dari sebuah lingkungan yang secara etnis
bersifat homogen)
d. Kegiatan-kegiatan keagamaan, sosial, budaya, rekreasi dan pendidikan
e. Bahasa yang digunakan sehari-hari
f. Kebiasaan diit dan berpakaian
g. Dekorasi rumah tangga ( tanda-tanda pengaruh budaya )
h. Porsi komunitas yang lazim bagi keluarga-komplek teritorial keluarga ( Apakah
porsi tersebut semata-mata ada dalam komunitas etnis )
i. Penggunaan jasa-jasa perawatan kesehatan keluarga dan praktisi. Bagaimana
keluarga terlibat dalam praktik pelayanan kesehatan tradisional atau memiliki
kepercayaan tradisional yang berhubungan dengan kesehatan.
j. Negara asal dan berapa lama keluarga tinggal di suatu wilayah.
6. Identifikasi Religius
Pengkajian meliputi perbedaan keyakinan dalam keluarga, seberapa aktif
keluarga dalam melakukan ibadah keagamaan, kepercayaan dan nilai-nilai agama
yang menjadi fokus dalam kehidupan keluarga.
7. Status Kelas Sosial ( Berdasarkan Pekerjaan, Pendidikan dan
Pendapatan )
Kelas sosial keluarga merupakan pembentuk utama dari gaya hidup keluarga.
Perbedaan kelas sosial dipengaruhi oleh gaya hidup keluarga, karakteristik
struktural dan fungsional, asosiasi dengan lingkungan eksternal rumah.
Dengan mengidentifikasi kelas sosial keluarga, perawat dapat mengantisipasi
sumber-sumber dalam keluarga dan sejumlah stresornya secara baik. Bahkan fungsi
dan struktur keluarga dapat lebih dipahami dengan melihat latar belakang kelas
sosial keluarga.
Hal-hal yang perlu dikaji dalam status sosial ekonomi dan mobilitas keluarga
adalah :
a. Status kelas Sosial
Status kelas sosial keluarga ditentukan berdasarkan tingkat pendapatan keluarga
dan sumber pendapatan keluarga, pekerjaan dan pendidikan keluarga. Friedman
membagi kelas sosial menjadi enam bagian yaitu kelas atas-atas, kelas atas bawah,
kelas menegah atas, kelas menengah bawah, kelas pekerja dan kelas bawah.
b. Status Ekonomi
Status ekonomi ditentukan oleh jumlah penghasilan yang diperoleh keluarga.
Perlu juga diketahui siapa yang menjadi pencari nafkah dalam keluarga, dana
tambahan ataupun bantuan yang diterima oleh keluarga, bagaimana keluaraga
mengaturnya secara finansial.
Selain itu juga perawat perlu mengetahui sejauhmana pendapatan tersebut
memadai serta sumber-sumber apa yang dimiliki oleh keluarga terutama yang
berhubungan dengan pelayanan kesehatan seperti asuransi kesehatan dan lain-lain.
c. Mobilitas Kelas Sosial
Menggambarkan perubahan yang terjadi sehingga mengakibatkan terjadinya
perubahan kelas sosial, serta bagaimana keluarga menyesuaikan diri terhadap
perubahan tersebut.
8. Aktifitas rekreasi keluarga
Kegiatan-kegiatan rekreasi keluarga yang dilakukan pada waktu luang.
Menggali perasaan anggota keluarga tentang aktifitas rekreasi pada waktu luang.
Bentuk rekreasi tidak harus mengunjungi tempat wisata, tetapi bagaimana keluarga
memanfaatkan waktu luang untuk melakukan kegiatan bersama ( nonton TV,
mendengarkan radio, berkebun bersama keluarga , bersepeda bersama keluarga dll
)
B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
Yang perlu dikaji pada tahap perkembangan adalah :
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
2. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan tentang tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi oleh
keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
3. Riwayat keluarga Inti.
Riwayat keluarga mulai lahir hingga saat ini, yang meliputi riwayat penyakit
keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap
pencegahan penyakit (imunisasi), sumber pelayanan kesehatan yang bisa
digunakan serta riwayat perkembangan dan kejadian-kejadian atau pengalaman
penting yang berhubungan dengan kesehatan (perceraian, kematian, kehilangan)
4. Riwayat keluarga sebelumnya
Menjelaskan mengenai riwayat asal kedua orang tua ( riwayat kesehatan, seperti
apa keluarga asalnya, hubungan masa silam dengan kedua orang tua )
C. Lingkungan Keluarga
Meliputi seluruh alam kehidupan keluarga mulai dari pertimbangan bidang-
bidang yang paling kecil seperti aspek dalam rumah sampai komunitas yang lebih
luas dimana keluarga tersebut berada. Pengkajian lingkungan meliputi :
1. Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan :
a. Tipe tempat tinggal ( rumah sendiri, apartemen, sewa kamar)
b. Gambaran kondisi rumah (baik interior maupun eksterior rumah).
Interior rumah meliputi : jumlah ruangan, tipe kamar/pemanfaatan
ruangan ( ruang tamu, kamar tidur, ruang keluarga ), jumlah jendela,
keadaan ventilasi dan penerangan ( sinar matahari ), macam perabot
rumah tangga dan penataannya, jenis lantai, kontruksi bangunan,
keamanan lingkungan rumah, kebersihan dan sanitasi rumah, jenis
septic tank, jarak sumber air minum dengan septic tank, sumber air
minum yang digunakan, keadaan dapur ( kebersihan, sanitasi,
keamanan ).
Perlu dikaji pula perasaan subyektif keluarga terhadap rumah,
identifikasi teritorial keluarga, pengaturan privaci dan kepuasan
keluarga terhadap pengaturan rumah. Lingkungan luar rumah
meliputi keamanan ( bahaya-bahaya yang mengancam ) dan
pembuangan sampah.
2. Karakteristik Lingkungan dan Komunitas Tempat Tinggal yang Lebih Luas.
Menjelaskan tentang :
a. Karakteristik fisik dari lingkungan, yang meliputi : tipe
lingkungan/komunitas ( desa, sub kota, kota ), tipe tempat tinggal (
hunian, industri, hunian dan industri, agraris ), kebiasaan , aturan /
kesepakatan, budaya yang mempengaruhi kesehatan, lingkungan
umum ( fisik, sosial, ekonomi ),
b. Karakteristik demografis dari lingkungan dan komunitas, meliputi
kelas sosial rata-rata komunitas, perubahan demografis yang sedang
berlangsung.
c. Pelayanan kesehatan yang ada di sekitar lingkungan serta fasilitas-
fasilitas umum lainnya seperti pasar, apotik dan lain-lain
d. Bagimana fasilitas-fasilitas mudah diakses atau dijangkau oleh
keluarga
e. Tersediannya transportasi umum yang dapat digunakan oleh
keluarga dalam mengakses fasilitas yang ada.
f. Insiden kejahatan disekitar lingkungan.
3. Mobilitas geografis keluarga
Mobilitas keluarga ditentukan oleh : kebiasaan keluarga berpindah tempat,
berapa lama keluarga tinggal di daerah tersebut, riwayat mobilitas geografis
keluarga tersebut ( transportasi yang digunakan keluarga, kebiasaan anggota
keluarga pergi dari rumah : bekerja, sekolah ).
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan tentang waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta
perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana keluarga melakukan interak
dengan masyarakat. Perlu juga dikaji bagaimana keluarga memandang kelompok
masyarakatnya.
5. Sistem pendukung keluarga
Siapa yang menolong keluarga pada saat keluarga membutuhkan bantuan,
dukungan konseling aktifitas-aktifitas keluarga. Yang termasuk pada sistem
pendukung keluarga adalah Informal ( jumlah anggota keluarga yang sehat,
hubungan keluarga dan komunitas, bagaimana keluarga memecahkan masalah,
fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan ),
Dan formal yaitu hubungan keluarga dengan pihak yang membantu yang
berasal dari lembaga perawatan kesehatan atau lembaga lain yang terkait ( ada
tidaknya fasilitas pendukung pada masyarakat terutama yang berhubungan dengan
kesehatan ).
D. Struktur Keluarga
Struktur keluarga yang dapat dikaji menurut Friedman adalah :
1. Pola dan komunikasi keluarga
Menjelaskan cara berkomunikasi antar anggota keluarga, sistem
komunikasi yang digunakan, efektif tidaknya ( keberhasilan )
komunikasi dalam keluarga.
2. Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan keluarga mmengendalikan dan mempengaruhi orang
lain/anggota keluarga untuk merubah perilaku. Sistem kekuatan yang
digunakan dalam mengambil keputusan, yang berperan mengambil
keputusan, bagaimana pentingnya keluarga terhadap putusan tersebut.
3. Struktur Peran
Mengkaji struktur peran dalam keluarga meliputi :
a. Struktur peran formal
1) Posisi dan peran formal yang telah terpenuhi dan gambaran
keluarga dalam melaksanakan peran tersebut.
2) Bagaimana peran tersebut dapat diterima dan konsisten
dengan harapan keluarga, apakah terjadi konflik peran dalam
keluarga.
3) Bagaimana keluarga melakukan setiap peran secara
kompeten.
4) Bagaimana fleksibilitas peran saat dibutuhkan
b. Struktur peran informal
1) Peran-peran informal dan peran-peran yang tidak jelas yang
ada dalam keluarga, serta siapa yang memainkan peran
tersebut dan berapa kali peran tersebut sering dilakukan
secara konsisten
2) Identifikasi tujuan dari melakukan peran indormal, ada
tidaknya peran disfungsional serta bagaimana dampaknya
terhap anggota keluarga
c. Analisa Model Peran
1) Siapa yang menjadi model yang dapat mempengaruhi
anggota keluarga dalam kehidupan awalnya, memberikan
perasaan dan nilai-nilai tentang perkembangan, peran-peran
dan teknik komunikasi.
2) Siapa yang secara spesifik bertindak sebagai model peran
bagi pasangan dan sebagai orang tua.
Anggota keluarga
Pemeriksaan fisik
a. Tanda vital
0
Suhu C
Nadi x/mnt
RR x/mnt
TD mm Hg
b. Fisik
2. Mata Konjungtiva tak anemis, sklera tidak ikterik, tidak ada keluhan
penurunan penglihatan.
3. Telinga Simetris, tida ada serumen, tidak ada peradangan, tidak ada
keluhan penurunan pendengaran
4. Hidung Tidak ada sekret, mengeluh sering pilek, hidung terasa gatal
7. Dada/ thorax Bentuk dada simetris, bunyi nafas vesikuler, tidak ada keluhan
sesak dan nyeri. Ronkhi atau wheezing tidak ditemukan.
Mengatakan kadang batuk berdahak
8. Abdomen Tidak ada pembesaran, bising usus (+), tidak ada nyeri tekan,
tidak ada pembesaran hepar
9. Ektremitas Nyeri lutut, rentang gerak kurang, reflek patela +/+ , kekuatan
otot
5555 5555
5544 5544
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri kronis berhubungan dengan nekrosis dan kerusakan dalam ruang
sendi.
b. Deficit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik.
c. Resiko tinggi terhadap kerusakan penatalaksanaan lingkungan
d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan penyakit, prognosis dan
kebutuhan keperawatan.
e. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk tubuh
pada tulang dan sendi.
f. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan rupture tendon secara
parsial atau total.
3. INTERVENSI
No Diagnosa Tujuan Rencana Tindakan
Keperawatan
1 Nyeri kronis Setelah dilakukan - Kaji keluhan nyeri,
berhubungan tindakan asuhan catat lokasi dan
dengan Nekrosis keperawatan selama 5 intensitas nyeri
dan kerusakan hari, klien akan: (skala 0 – 10),
dalam ruang catat faktor-faktor
- Menunjukkan nyeri
sendi yang mempercepat
hilang/terkontrol
dan tanda-tanda
- Klien terlihat rileks
rasa nyeri.
dapat
- Beri matras dan
tidur/beristirahat dan
kasur keras bantal
berpartisipasi dalam
kecil. Tinggikan
aktivitas
linen tempat tidur
- Mengikuti program
sesuai kebutuhan
terapi
saat klien
- Menggabungkan
beristirahat/tidur.
keterampilan
- Bantu klien
relaksasi dan aktivitas
mengambil posisi
hiburan ke dalam
yang nyaman pada
program kontrol
waktu tidur atau
nyeri.
duduk diskusi,
tinggikan istirahat
di tempat tidur
sesuai indikasi.
- Pantau penggunaan
bantal
- Dorong klien untuk
mengubah posisi.
- Bantu klien untuk
mengompres
hangat pada sendi-
sendi yang sakit
beberapa kali
sehari.
- Pantau suhu
kompres
4. IMPLEMENTASI
Fase implementasi dari proses keperawatan mengikuti rumusan
dari rencana keperawatan. Implementasi mengacu pada pelaksanaan
rencana keperawatan yang sudah disusun dan fase implementasi dari
proses keperawatan di akhiri ketika intervensi keperawatan sudah di
selesaikan dan respon pasien terhadap intervensi tersebut sudah dicatat.
5. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhhir dari proses keperawatan dan
diarahkan untuk menentukan respon pasien terhadap intervensi
keperawatan dan sebatas mana tujuan-tujuan sudah tercapai. Rencana
keperawatan memberikan landasan bagi evaluasi, diagnosa keperawatan,
maslah-masalah kolaboratif, tujuan-tujuan, intervensi keperawatan, dan
hasil yang diperkirakan memberikan panduan yang spesifik yang
menentukan fokus evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA