Anda di halaman 1dari 2

WASPADA ANEMIA REMAJA UNTUK KESEHATAN MASA DEPAN

Remaja merupakan fase perubahan, seperti menstruasi pada wanita atau perubahan emosi. Fase
ini adalah fase peralihan dari anak-anak menjadi dewasa dengan rentang usia 10-19 tahun. Fase
remaja terbagi menjadi tiga, yaitu remaja dini, remaja tengah, dan remaja lanjut. Pertumbuhan
dan perkembangan remaja yang sangat pesat membutuhkan asupan makanan bergizi seimbang,
termasuk yang kaya akan zat besi. Kekurangan zat besi akan menyebabkan remaja rentan terkena
anemia. Anemia merupakan suatu kondisi tubuh saat kadar hemoglobin (Hb dalam darah lebih
rendah dari standar atau patokan yang seharusnya). Hemoglobin sendiri merupakan suatu zat di
dalam sel darah merah yang dibentuk dari gabungan protein dan zat besi. Hemoglobin berfungsi
mengikat dan membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh, seperti otot dan otak.
Dengan gejala letih, lemah, lesu, lelah, dan lalai. Menurut Prof. Endang Achadi, dosen di FKM
Universitas Indonesia, anemia dapat membuat kamu terganggu saat melakukan aktivitas fisik
atau belajar. Akibatnya prestasi sekolah dan produktivitas kamu bisa menurun. Penyebab
anemia remaja adalah kurangnya asupan zat besi karena pola makan yang salah, malaria di
daerah endemic akibat pecahnya sel darah merah, dan kecacingan karena kurang kesadaran
untuk hidup bersih. Bahaya cacing tambang yang dapat menyerap darah dari dalam usus manusia
jangan diremehkan. Dan pola makan remaja yang tidak sehat seperti diet akan mengurangi
asupan zat besi yang dibutuhkan tubuh. Fakta lainnya adalah resiko remaja putri mengalami
anemia diperparah dengan fase menstruasi atau haid setiap bulannya. Jika remaja putri kurang
mengkonsumsi makanan bergizi seimbang (zat besi dan protein) pada saat menstruasi, maka
risiko anemia dapat semakin besar. Anemia pada remaja putri harus dihindari. Namun, apabila
sudah terjadi maka harus cepat ditangani, karena dapat menurunkan konsentrasi belajar,
menurunkan prestasi di sekolah, membuat produktivitas menurun, atau berisiko terkena penyakit
infeksi. Tidak hanya itu, remaja putri yang terkena anemia nantinya juga berisiko menjadi ibu
hamil yang anemia. Ibu hamil yang menderita anemia dapat mengalami pendarahan sebelum dan
saat melahirkan, sehingga dapat mengancam keselamatan ibu dan bayinya. Ibu hamil yang
anemia juga bisa melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (<2500 gr), bayi lahir prematur
(kurang bulan), dan membuat bayi berisiko menderita anemia mulai usia 4-6 bulan. Pencegahan
anemia ini dapat dilakukan dengan memenuhi asupan makanan gizi seimbang terlebih zat besi,
mempraktikkan pola hidup sehat dan bersih, serta meminum tablet tambah darah (TTD) minimal
satu kali seminggu. Dalam memperbaiki keadaan ini, Kementrian Kesehatan Indonesia
melakukan pembagian TTD di berbagai sekolah menengah dan perguruan tinggi setiap bulannya.
Dengan tujuan mengurangi tingkat anemia remaja dan jumlah kematian bayi maupun ibu hamil
di masa mendatang akibat anemia. –Nurul Maharani-

Anda mungkin juga menyukai