Rehab PMK
Rehab PMK
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG
PENYELENGGARAAN PELAYANAN REHABILITASI MEDIK DI
RUMAH SAKIT.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :
1. Pelayanan Rehabilitasi Medik adalah pelayanan kesehatan
terhadap gangguan fisik dan fungsi tubuh yang diakibatkan
oleh keadaan / kondisi sakit, penyakit atau cedera melalui
asuhan medis untuk mencapai kondisi fungsional yang
optimal.
2. UU no.36 tahun 2009 tentang kesehatan pasal 1
3. pelayanan kesehatan rehabilitatif adalah kegiatan dan atau
serangkaian kegiatan untuk mengembalikan bekas penderita
kedalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai
anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan
masyarakat semaksimal mungkin sesuai dengan
kemampuannya.
4. Tim Rehabilitasi Medik adalah suatu tim multiprofesi /
profesional pemberi asuhan (PPA) yang terdiri dari dokter
spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi, keterapian fisik
(fisioterapis, terapis wicara, terapis okupasi), ortotik-prostetik,
tenaga keperawatan, psikolog klinis, petugas sosial medik
yang bekerja secara kolaboratif sesuai dengan kompetensi
dan kewenangan masing-masing.
5. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang
memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik
Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
6. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah otonom.
4
Pasal 2
Pengaturan penyelenggaraan pelayanan rehabilitasi medik di
rumah sakit bertujuan untuk:
a. mewujudkan penyelenggaraan pelayanan rehabilitasi medik di
Rumah Sakit yang bermutu dan mengutamakan keselamatan
pasien; dan
b. memberikan acuan bagi Rumah Sakit dalam penyelenggaraan
pelayanan rehabilitasi medik.
BAB II
Bagian Kesatu
Klasifikasi
5
Pasal 3
Pasal 4
Bagian Kedua
Jenis Pelayanan
Pasal 5
Pelayanan rehabilitasi medik yang diberikan oleh Rumah Sakit terdiri dari :
b. Pelayanan keperawatan;
Pasal 6
a. pelayanan konsultasi;
b. pemeriksaan diagnostik;
c. tindakan medik;
e. peresepan alat bantu kesehatan dan atau alat ortotik prostetikortosa protesa.
Pasal 7
(2) Pelayanan keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada
pelayanan di ruang rawat inap khusus rehabilitasi medik dan rawat jalan.
Pasal 8
a. pelayanan fisioterapi;
Pasal 9
Pasal 10
Pasal 11
Pasal 12
BAB III
PERSYARATAN
Bagian Kesatu
Pasal 13
Pasal 14
a. ruangan administrasi;
e. ruangan diagnostik;
n. ruangan hidroterapi;
p. ruangan pertemuan;
Pasal 15
Pasal 16
Ruang rawat inap khusus rehabilitasi medik adalah suatu ruangan yang
9
Bagian Kedua
Peralatan
Pasal 17
(2) Jenis dan jumlah peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan
dengan klasifikasi pelayanan rehabilitasi medik di Rumah Sakit sebagaimana
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
Bagian Ketiga
Pasal 18
a. tenaga medis;
b. tenaga perawat;
c. tenaga fisioterapis;
(2) Tenaga medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi dokter
spesialis dan atau subspesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi.
(3) Tenaga fisioterapis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b adalah
10
(4) Tenaga okupasi terapis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c adalah
tenaga okupasi terapis dengan kualifikasi lulusan minimal D3.
(5) Tenaga terapis wicara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf d adalah
tenaga terapis wicara dengan kualifikasi lulusan minimal D3.
(6) Tenaga ortotik prostetik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf e
adalah tenaga ortotik prostetik dengan kualifikasi lulusan minimal D3.
(7) Tenaga psikologi klinis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf f adalah
tenaga psikologi klinis dengan kualifikasi lulusan minimal S1 dan atau
Profesi.
(8) Jenis tenaga kesehatan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf g
meliputi tenaga petugas sosial medik dengan kualifikasi lulusan minimal D3
dan atau S1.
(9) Jenis tenaga non kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf h
meliputi tenaga rohaniawan, dan administrasi; dengan kualifikasi lulusan
minimal D3 atau S1.
Pasal 19
Jenis dan jumlah sumber daya manusia sebagaimana dimaksud pada pasal 18
disesuaikan dengan klasifikasi pelayanan rehabilitasi medik di Rumah Sakit
sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
BAB IV
PENGORGANISASIAN
Pasal 20
(1) Pelayanan rehabilitasi medik di Rumah Sakit harus memiliki organisasi yang
efektif, efisien dan akuntabel
(3) Organisasi Pelayanan rehabilitasi medik di Rumah Sakit paling sedikit terdiri
atas Kepala Departemen / Instalasi / Unit rehabilitasi Medik, unsur
11
Pasal 21
(1) Kepala Departemen / Instalasi / Unit rehabilitasi medik harus tenaga medis
dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi.
(2) Dalam hal tidak ada tenaga medis dokter spesialis kedokteran fisik dan
rehabilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) maka dapat digantikan oleh
dokter yang terlatih bersertifikat pelatihan pelayanan rehabilitasi medik yang
dikeluarkan oleh PERDOSRI sesuai dengan klasifikasi pelayanan rehabilitasi
medik di Rumah Sakit.
Pasal 22
BAB V
PELAYANAN
Pasal 23
(2) Setiap PPA yang melakukan pelayanan wajib memiliki Surat Izin Praktik atau
Surat Izin Kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) DPJP pelayanan rehabilitasi medik adalah dokter spesialis kedokteran fisik
dan rehabilitasi.
Pasal 24
12
Alur Pelayanan
(1) Pasien rehabilitasi medik harus dilayani sesuai dengan alur pelayanan
rehabilitasi medik.
Pasal 25
Rujukan
(2) Bila kebutuhan pelayanan pasien tidak bisa dilayani oleh Rumah Sakit yang
bersangkutan, maka pelayanan rehabilitasi medik dirujuk ke Rumah Sakit
dengan klasifikasi menurut kebutuhan pelayanan pasien sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB VI
Pasal 26
BAB VII
Pasal 27
(1) Setiap kegiatan dalam pelayanan rehabilitasi medik harus dicatat dalam
rekam medik pasien sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
BAB VIII
Pasal 28
BAB IX
Pasal 29
BAB X
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 30
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 31
Pada saat Peraturan Menteri Kesehatan ini mulai berlaku maka Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 378/Menkes/SK/IV/2008 tentang Pedoman Pelayanan
Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 32
Ditetapkan di Jakarta
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
REPUBLIK INDONESIA,
WIDODO EKATJAHJANA
Sekretaris Jenderal
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR.............................
TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN
REHABILITASI MEDIK DI RUMAH SAKIT
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
Pasal 28 H ayat 1 menyebut bahwa setiap orang berhak hidup
sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik, sejahtera, dan sehat, serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan. Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan dalam Pasal 3 menyatakan bahwa
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,
sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang
produktif secara sosial dan ekonomis. Kemudian dalam Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2009 Pasal 46 menyatakan bahwa untuk
mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi tingginya bagi
masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan dalam bentuk
kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh dan
berkesinambungan.
Kemajuan teknologi di bidang kedokteran dewasa ini telah
banyak membawa manfaat. Namun, di sisi lain, kemajuan di bidang
kedokteran tersebut juga menimbulkan masalah kesehatan baru di
masyarakat. Pertama, sebagian besar penyakit yang sebelumnya
sulit ditangani, baik akibat kecelakaan maupun penyakit akut dan
kronis lain, telah dapat diatasi dengan penatalaksanaan medik yang
canggih sehingga penderita dapat bertahan hidup. Meskipun pasien
17
B. Pengertian
1. Kemampuan fungsional adalah kemampuan seseorang melakukan
aktivitas atau kegiatan secara individu dan berpartisipasi dalam
pekerjaan, kegiatan spiritual, menjalankan peran dalam keluarga,
menikmati hobi dan hiburan, serta kehidupan sosial-politik.
Kemampuan melakukan aktivitas secara individu meliputi
aktivitas kehidupan sehari-hari yakni tugas perawatan diri sendiri,
antara lain kebersihan diri, berpakaian, makan-minum, mobilitas,
sosialisasi, komunikasi, dan ekspresi seksual.
2. Diagnosis medis adalah diagnosis yang ditegakkan melalui
anamnesis, pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang dari
penyakit dasar yang mengakibatkan gangguan fungsi yang
ditegakkan oleh dokter yang berkompeten.
3. Diagnosis fungsional adalah diagnosis tentang jenis dan tingkat
gangguan fungsi yang dialami oleh seseorang yang merupakan
hasil interaksi berbagai masalah pada struktur dan fungsi tubuh,
faktor lingkungan dan personal yang menyebabkan keterbatasan
melakukan aktivitas dan partisipasi. Struktur dan fungsi tubuh
adalah sensori-persepsi dan kognisi, fungsi neuromuskuloskeletal,
fungsi kardiovaskuler, fungsi respirasi, fungsi gastrointestinal,
fungsi urogenital serta fungsi integumen
4. Hendaya (impairment) adalah kehilangan atau abnormalitas
struktur tubuh atau fungsi fisiologis atau psikologis
19
II. Falsafah
Falsafah pelayanan rehabilitasi medik adalah pelayanan holistik
yang bertujuan mengoptimalkan kemampuan fungsional seseorang sesuai
dengan potensi yang dimiliki untuk mempertahankan dan/atau
meningkatkan kualitas hidup.
Tujuan pelayanan rehabilitasi medik adalah mengoptimalkan,
mengembangkan, dan meningkatkan kapasitas, sumber daya, serta
kemampuan fungsional dan integrasi sosial individu; menyediakan sarana
dan fasilitas khusus sesuai kebutuhan individu yang pada akhirnya dapat
meningkatkan kualitas hidup dalam aspek kesehatan
Kemampuan fungsional merupakan kemampuan seseorang
melakukan aktivitas atau kegiatan secara individu dan berpartisipasi
dalam pekerjaan, bermain, bersekolah, bersosialisasi, kegiatan spiritual,
menjalankan peran dalam keluarga, menikmati hobi dan hiburan, serta
kehidupan sosial-politik. Kemampuan melakukan aktivitas secara
individu meliputi aktivitas kehidupan sehari-hari yakni tugas perawatan
diri sendiri, antara lain kebersihan diri, berpakaian, makan-minum,
mobilitas, sosialisasi, komunikasi, dan ekspresi seksual.
Pada proses pelayanan untuk optimalisasi kemampuan fungsional
seseorang, sama dengan tatalaksana medis yang lain, terlebih dahulu
perlu dilakukan pengkajian terhadap diagnosis medis, prognosis penyakit,
kondisi medis, tatalaksana medis, faktor penyulit, tingkat tumbuh
21
A. Ruang
1. Lokasi
Lokasi gedung mudah diakses dengan memperhatikan
kemudahan dan keamanan bagi pasien disabilitas.
2. Kebutuhan Ruangan
a) Ruangan Tunggu
Harus bersih, cukup luas, aman serta nyaman bagi pasien.
b) Ruangan Pendaftaran dan Tenaga Administrasi
Ruangan ini harus cukup luas untuk penempatan meja
tulis, lemari arsip untuk penyimpanan kartu dan status
pasien.
c) Ruangan konsultasi, ruangan pemeriksaan, dan ruangan
tindakan dokter
Ruangan ini sebaiknya cukup luas untuk memungkinkan
mobilitas pasien dengan kursi roda dan memadai untuk
asesmen pola jalan, aktifitas sederhana dan gangguan
fungsi lainnya, serta dilengkapi dengan alat pemeriksaan
yang memadai.
d) Ruangan Diagnostik atau Alat Khusus
Ruangan diagnostik dan alat khusus dipergunakan untuk
penyimpanan, pemeliharaan, dan penggunaan alat
Biofeedback, LASER, TENS, isotonic-isokinetic analyzer,
Elektromiografi (EMG), Gait Analizer, USG muskuloskeletal,
Robotic Computer.
22
h) Ruangan Gimnasium
Ruangan Gimnasium sebaiknya cukup luas dengan
peralatan latihan sehingga pasien dapat bebas melakukan
terapi latihan atau kegiatan, secara individu maupun
kelompok. Dinding dan langit-langit ruangan harus cukup
kuat untuk pemasangan peralatan seperti wall bar,
shoulder wheel dan alat latihan yang lain.
i) Ruangan pelayanan Ortotik-Prostetik
Ruang untuk bengkel ortotik-prostetik hendaknya terpisah
dari ruang perawatan agar tidak mengganggu ketenangan
pasien, serta dilengkapi dengan alat kerja serta sarana
standar keselamatan kerja.
j) Ruangan Hidroterapi
Ruangan hidroterapi sebaiknya memperhatikan:
Struktur ruang harus terhindar dari kebisingan mesin
hidroterapi dan kelembaban.
Ruangan dilengkapi dengan kamar untuk menyimpan
alat perlengkapan latihan, kamar bilas dan kamar
ganti pakaian serta toilet. Kamar bilas dan kamar
ganti pasien harus cukup luas dan memadai untuk
mobilitas pasien dengan kursi roda.
Lantai ruangan hidroterapi harus terbuat dari material
yang tidak licin dan terdapat saluran air yang
memadai agar lantai tetap kering.
Dinding dan langitlangit dibuat cukup kuat untuk
menggantungkan lifter pasien.
Sistem drainase, filtrasi, dan pemeliharaan air yang
digunakan untuk hidroterapi harus memenuhi
ketentuan yang berlaku.
l) Ruangan Gudang
Gudang terdiri dari gudang bersih dan gudang besar.
24
b) Pintu
Pintu dalam ruangan cukup lebar untuk memudahkan
pasien lewat dengan kursi roda atau tempat tidur. Lebar
bukaan daun pintu tunggal minimal 100 cm, 120 cm untuk
daun pintu ganda (80 cm dan 40 cm). Tinggi pembuka
pintu maksimal 100 cm diukur dari permukaan lantai.
c) Listrik
Daya listrik harus cukup serta ada cadangan daya untuk
mengantisipasi bila suatu saat daya listrik menurun.
Stabilisator diperlukan untuk menjamin kestabilan
tegangan.
d) Rampa
Tanjakan harus landai dengan sudut kemiringan maksimal
20°.
e) Lampu Penerangan
Setiap lampu penerangan harus diberi penutup terutama di
atas tempat tidur pasien agar tidak silau.
f) Lantai
Lantai tidak licin untuk mencegah bahaya jatuh.
g) Langitlangit
25
h) Dinding
Dinding harus permanen, warna dinding sesuai kebutuhan,
dilengkapi side railing/pegangan. Pegangan tangan
memiliki ketinggian berkisar 80-100 cm dari permukaan
lantai. Pegangan harus mampu menahan beban dengan
berat minimal 75 kg. Bahan pegangan tangan harus
terbuat dari bahan yang tahan api, mudah dibersihkan.
Khusus ruang latihan anak diberi warna yang bersifat
memberi stimulasi. Pada dinding sebaiknya diberi
pengaman dari kayu berlapis karet (leuning), berfungsi
untuk pegangan pasien pada saat belajar berjalan dan
untuk melindungi dinding dari benturan kursi roda atau
brankar. Sudut dinding diupayakan tidak tajam.
i) Ventilasi
Ventilasi dan sirkulasi udara harus baik.
j) Air
Persediaan air harus cukup untuk kebutuhan toilet, cuci
tangan maupun untuk hidroterapi serta memenuhi
persyaratan kesehatan.
k) Lainlain
Wastafel pada tiap ruangan terapi, ruangan pemeriksaan,
bengkel dan lain-lain.
Goniometer 6 2 1
Inclinometer 3 1 0
Pulse Oxymetri 3 1 0
Handheld Dynamometer 3 1 0
Pinchmeter 3 1 0
Semmes-Weinstein Monofilament 3 1 0
Spirometer 2 0 0
Voice Analyser 1 0 0
Mobility Analyser 1 0 0
Posture Analyser 1 0 0
Gait Analyser 1 0 0
Ultrasonography Muskuloskeletal 2 1 0
Electromyography Biofeedback 2 1 0
Isokinetic Dynamometer 1 0 0
Urodynamic 1 0 0
Anorectal Manometry 1 0 0
Electro Cardiography 1 1 0
EMG-NCV 1 0 0
TENS 1 0 0
27
Isotonic-isokinetic analyzer 1 0 0
ada
Walking Track 1 1 0
Ergocycle 2 1 0
Arm Ergocycle 2 1 0
Treadmill-Polar 2 1 0
Balance training 2 1 0
Unweighing 1 0 0
29
Nebulizer Jet 5 2 1
Infrared Radiation 3 1 1
Nebulizer Ultrasound 3 1 0
Parafin Bath 2 1 1
Microwave Diathermy 3 1 1
Ultrasound Diathermy 3 1 1
Shortwave Diathermy 3 1 1
Set Traksi 1 1 0
Nk-Table 3 1 0
Whirpool 1 0 0
Hubbard Tank 1 0 0
Hydrotherapy Pool 1 0 0
Matras 6 3 1
Paralel Bar 2 1 1
Transfer Board 1 1 1
Sabuk/Strap 3 1 1
Sandbag Set 4 1 1
Finger Ladder 1 1 0
Springpull Exerciser 3 1 0
Shoulder Wheel 2 1 0
Incentive Spirometri 2 1 0
Legskate 3 0 0
Quadriceps Bench 3 1 0
Tilting Table 3 1 0
Bobath Table 2 1 0
Armcrank Exerciser 2 0 0
Peg Board 5 1 1
Exercise Ball 4 1 1
Peg Board 5 1 1
Exercise Ball 4 1 1
Perangkat Olahraga 2 0 0
Alat Pertukangan 2 0 0
Perangkat Musik 1 0 0
Bathing Equipment 1 0 0
Toilet Equipment 1 0 0
Dressing aid 2 0 0
Writting aid 2 0 0
Commode 2 0 0
Kitchen Set 1 0 0
Floor Sitter 1 0 0
Side-Lying Board 2 1 0
Corner Seat 2 1 0
Special Seating 2 1 0
Sleeping System 1 1 0
Snoezelen Set 1 0 0
Cane Set 2 1 1
33
Crutches Set 2 1 1
Standard Walker 4 1 1
Wheelchair Manual 2 1 1
Wheelchair Elektric 1 0 0
Spinal Orthotics 2 1 0
Rolling/Gliding Walker 1 0 0
Reciprocal Walker 1 0 0
Reverse Walker 1 0 0
Tabel 10. Peralatan untuk Tindakan Khusus Dokter spesialis kedokteran fisik
dan rehabilitasi minimal berdasarkan klasifikasi pelayanan
rehabilitasi medik di rumah sakit
Tenaga keperawatan 2 1 -
7 - 12 3 -6 2
Tenaga fisioterapis
Direktur Utama
Komite Medik
Direktur Medik
Dokter SpKFR
Perawat
FT
OT
OP
TW
Psi
Keterangan :
- KSM : Kelompok Staf Medik
- SpKFR : Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
- FT : Fisioterapis
- OT : Ortosis Prostetis
- OP : Okupasi Terapis
- TW : Terapis Wicara
- Psi : Psikolog Klinis
- PSM : Petugas Sosial Medik
B. Uraian Tugas
Keterangan Struktur Organisasi:
Departemen/Instalasi / Unit Rehabilitasi Medik merupakan
penyelenggara pelayanan medis, pelayanan penunjang medis, pelatihan
dan pemeliharaan sarana Rumah Sakit. Kepala Departemen/Instalasi /
Unit Rehabilitasi Medik dibantu oleh Penanggung Jawab Pelayanan
Rehabilitasi Medik, Penanggung Jawab Administrasi Umum dan
Keuangan, serta Penanggung Jawab Logistik.
Departemen/Instalasi / Unit Rehabilitasi Medik dipimpin oleh seorang
Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi (Dokter SpKFR) atau
dokter yang ditunjuk oleh rumah sakit, sebagai kepala dalam jabatan
non struktural atau jabatan struktural non eselon.
Penanggung Jawab Pelayanan adalah tenaga kesehatan yang
bertanggung jawab untuk membantu Kepala Departemen/Instalasi /
Unit dalam membuat perencanaan pelayanan, mengawasi dan
mengatasi permasalahan pelaksanaan pelayanan dan membuat laporan
pelaksanaan pelayanan.
Penanggung Jawab Administrasi Umum dan Keuangan adalah seorang
petugas Rumah Sakit yang ditunjuk oleh Rumah Sakit yang membantu
Kepala Departemen/Instalasi / Unit dalam membuat laporan hasil
kegiatan Departemen/Instalasi / Unit secara berkala dan akurat,
membuat pencatatan keuangan secara transparan dan akuntabel dan
membuat laporan perbendaharaan keuangan.
Penanggung Jawab Logistik adalah seorang petugas Rumah Sakit yang
ditunjuk oleh Rumah Sakit yang membantu Kepala
Departemen/Instalasi / Unit dalam pemeliharaan sarana dan prasarana
36
√
√ (khusus
Sub- √ (3
Paripurna √ √ √ rehabilita
spesia profesi)
si medik)
lis
√
Utama √ (minimal √
2 profesi)
√ (salah
Madya √ satu
profesi)
A. Alur Pelayanan
PASIEN
KONSULTASI -
LANGSUNG
RUJUKAN
POLIKLINIK
REHABILITASI MEDIK
DOKTER SpKFR
EVALUASI PROGRAM
PULIH/DIFABEL
39
B. SISTEM RUJUKAN
40
VIII. Penutup