Alat audiometer merupakan alat yang berfungsi untuk mengukur ambang batas
pendengaran manusia. Adapun spesifikasi alat yang penulis buat adalah sebagai berikut:
b. Tegangan : DC 12 V
c. Frekuensi : 97 – 9700 Hz
Berikut ini adalah gambar bentuk dari alat yang penulis dibuat, seperti yang ditunjukan
34
35
e. Jika pasien mendengar maka lakukan kembali pemilihan frekuensi dan intensitas suara
untuk melakukan pengujian pada frekuensi dan intensitas suara yang lain.
Setelah alat selesai dibuat, langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian dan
pengukuran. Tujuan dari pengujian dan pengukuran pada alat adalah untuk memastikan alat
berfungsi dengan baik dan seberapa akurat alat dibuat dengan dibandingkan alat yang sudah
terkalibrasi.
Osiloskop digunakan karena dapat mengukur gelombang frekuensi yang dihasilkan oleh
36
alat. Selain itu osiloskop juga digunakan untuk mengukur tegangan, baik tegangan masuk atau
tegangan keluar. Gambar 4.2 menunjukan alat pembanding yang digunakan pada saat
pengambilan data.
Gambar 4. 2 Osiloskop
a. Frekuensi 125 Hz
Hasil analisis dan pengukuran pada frekuensi 125 Hz dapat dilihat pada tabel 4.1
dibawah ini :
37
Pengujian dilakukan sebanyak 5 kali dengan selisih tertinggi yaitu 0,9 Hz pada
percobaan ke 1 dan selisih terendah yaitu 0,2 Hz pada percobaan ke 5. Hasil rata-rata
yang didapat alat pembanding adalah 124,48 Hz, sedangkan rata-rata selisihnya 0,56 Hz.
Grafik dari hasil pengujian frekuensi 125 Hz dapat dilihat pada gambar 4.4 dibawah ini:
124.6
124.4
Osiloskop
124.2
Modul TA
124
123.8
123.6
1 2 3 4 5
Percobaan
b. Frekuensi 250 Hz
Hasil analisis dan pengukuran pada frekuensi 250 Hz dapat dilihat pada tabel 4.2
dibawah ini :
Pengujian dilakukan sebanyak 5 kali dengan selisih tertinggi yaitu 0,9 Hz pada
percobaan ke 1 dan selisih terendah yaitu 0,6 Hz pada percobaan ke 2 dan 3. Hasil rata-
rata yang didapat alat pembanding adalah 248,28 Hz, sedangkan rata-rata selisihnya 0,72
39
Hz. Grafik dari hasil pengujian frekuensi 250 Hz dapat dilihat pada gambar 4.5 dibawah
ini:
250
249.8
Frekuensi (Hz)
249.6
249.4
249.2 Osiloskop
249 Modul TA
248.8
248.6
1 2 3 4 5
Percobaan
c. Frekuensi 500 Hz
Hasil analisis dan pengukuran pada frekuensi 500 Hz dapat dilihat pada tabel 4.3
dibawah ini :
40
percobaan ke 4 dan selisih terendah yaitu 1,9 Hz pada percobaan ke 2. Hasil rata-rata
yang didapat alat pembanding adalah 503 Hz, sedangkan rata-rata selisihnya 2,6 Hz.
Grafik dari hasil pengujian frekuensi 500 Hz dapat dilihat pada gambar 4.6 dibawah ini:
502
501 Osiloskop
500 Modul TA
499
498
1 2 3 4 5
Percobaan
d. Frekuensi 1000 Hz
Hasil analisis dan pengukuran pada frekuensi 1000 Hz dapat dilihat pada tabel 4.4
dibawah ini:
percobaan ke 2 dan 5 dan selisih terendah yaitu 3,9 Hz pada percobaan ke 1. Hasil rata-
rata yang didapat alat pembanding adalah 999,6 Hz, sedangkan rata-rata selisihnya 4,4
Hz. Grafik dari hasil pengujian frekuensi 1000 Hz dapat dilihat pada gambar 4.7
dibawah ini :
42
Frekuensi (Hz)
1002
1000
998 Osiloskop
996 Modul TA
994
992
1 2 3 4 5
Percobaan
e. Frekuensi 2000 Hz
Hasil analisis dan pengukuran pada frekuensi 2000 Hz dapat dilihat pada tabel 4.5
dibawah ini :
Pengujian dilakukan sebanyak 5 kali dengan selisih tertinggi yaitu 13,5 Hz pada
yang didapat alat pembanding adalah 2003,5 Hz, sedangkan rata-rata selisihnya 9,5 Hz.
Grafik dari hasil pengujian frekuensi 2000 Hz dapat dilihat pada gambar 4.8 dibawah ini
2010
2000 Osiloskop
Modul TA
1990
1980
1970
1 2 3 4 5
Percobaan
f. Frekuensi 4000 Hz
Hasil analisis dan pengukuran pada frekuensi 4000 Hz dapat dilihat pada tabel 4.6
dibawah ini :
yang didapat alat pembanding adalah 4024,8 Hz, sedangkan rata-rata selisihnya 15,4
Hz. Grafik dari hasil pengujian frekuensi 4000 Hz dapat dilihat pada gambar 4.9
dibawah ini :
4060
4040
4020
4000 Osiloskop
3980
Modul TA
3960
3940
1 2 3 4 5
Percobaan
g. Frekuensi 8000 Hz
Hasil analisis dan pengukuran pada frekuensi 8000 Hz dapat dilihat pada tabel 4.7
dibawah ini :
2. Hasil rata-rata yang didapat alat pembanding adalah 7987,2 Hz, sedangkan rata-rata
selisihnya 34 Hz. Grafik dari hasil pengujian frekuensi 8000 Hz bisa dilihat pada
8000
7980 Osiloskop
7960 Modul TA
7940
7920
7900
1 2 3 4 5
Percobaan
yang tertampil pada modul TA, semakin besar nilai frekuensinya maka dBnya akan naik
dari nilai yang ditetapkan sebelumnya. Kenaikan terjadi pada frekuensi 2007 Hz, yang
menjadi 18 dB. Berikut ini adalah grafik dari frekuensi pada 10dB.
10
5
0
3011
3502
4071
4520
5016
5501
5984
6498
7045
7498
8077
1499.7
1993.5
2498.2
500.8
993.7
Frekuensi (Osiloskop)
yang tertampil pada modul TA, semakin besar nilai frekuensinya maka dBnya turun dari
nilai yang ditetapkan sebelumnya. Penurunan terjadi pada 1502 Hz, yang mulanya 50
dB menjadi 49 dB. Semakain besar frekuensi semakin turun juga nilai dBnya. Sampai
pada frekuensi 8012 Hz menjadi 31 dB. Berikut ini adalah grafik dari frekuensi pada 50
dB.
20
0
Frekuensi (Osiloskop)
yang tertampil pada modul TA, semakin besar nilai frekuensinya maka dBnya turun dari
nilai yang ditetapkan sebelumnya. Penurunan terjadi pada 1507 Hz, yang mulanya 90
dB menjadi 89 dB. Semakain besar frekuensi semakin turun juga nilai dBnya. Sampai
pada frekuensi 8050 Hz menjadi 35 dB. Berikut ini adalah grafik dari frekuensi pada 90
dB.
40
20
0
Frekuensi (Osiloskop)
Setelah mengumpulkan data diatas dapat disimpulkan data frekuensi sebagai berikut :
Berdasarkan tabel data diatas, selisih antara nilai pada Modul TA dan osiloskop
tidak besar. Sehingga sensitifitas dari alat sangat mendekati akurat. Grafik frekuensi
8000
6000
4000
2000
0
1 2 3 4 5 6 7
Gambar 4. 20 Grafik frekuensi keseluruhan
Berdasarkan grafik diatas nilai frekuensi modul TA tidak berbeda jauh dengan
Pada pengukuran intensitas suara, penulis mengukur dB yang tertampil di LCD dan
membandingkannya dengan sound level. Alasan menggunakan sound level adalah untuk
mengukur seberapa besar nilai dB yang keluar dari headset. Hasil dari pengukuran intensitas
suara pada modul TA dan soud level dapat dilihat pada tabel 4.9 dibawah ini :
Nilai dB pada modul TA dan sound level terdapat perbedaan. Perbedaaan tersebut terjadi
pada saat nilai dB pada modul TA lebih dari 60 dB. Nilai dB pada modul TA tidak sesui dengan
nilai pada sound level. Ada beberapa penyebab dari perbedaan nilai tersebut seperti headset yang
digunakan dan tempat pengujian. Headset yang digunakan impedansinya 22 Ohm, sedangkan
standar ANSI yaitu 10 Ohm, sehingga bunyi yang di keluarkan kurang keras karena besarnya
nilai impedansi.
Grafik dari tabel dB dapat dilihat pada gambar 4.11 dibawah ini:
Grafik dB
100
80
60
dB
Sound Level
40
Modul TA
20
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berdasarkan tabel diatas, nilai dB pada modul TA dan alat pembanding sound level tidak
sama. Pada gambar terlihat grafik sound level melengkung, jadi pada saat dB modul TA lebih
dari 60 dB maka nilai perubahan dB pada sound level semakin kecil dan cenderung sama.
Sehingga grafiknya melengkung. Penyebab dari tidak stabilnya pembacaan dB pada modul TA
adalah karna mikro dengan spesifikasi yang penulis pakai tidak mampu mengolah data pada
frekuessi tinggi. Untuk membuktikan kesalahan pembacaan dB pada LCD maka dilakukan
pengukuran pada tegangan masuk (Vin) dan tegangan keluar (Vout) pada yang terhubung ke
rangkaian minimum system yang digunakan untuk menghitung nilai dB. Berikut adalah tabel
Penulis melakukan uji modul pada pasien. Pengujian dilakukan pada 5 orang pasien
dengan 1 kali pengambilan data. Pada umumnya titik pemeriksaan pertama kali pada frekuensi
1000 Hz, dengan intensitas suara (dB) awal yaitu 40 dB. Jika pasien tidak mendengar maka akan
dinaikkan 20 dB, tetapi jika pasien mendengar maka akan diturunkan 10 dB. Kemudian naik ke
frekuensi 2500 Hz sampai ke frekuensi 8000 Hz. Kemudian dari frekuensi 8000 Hz, turun ke
Pengujian data pada frekuensi 125 Hz dapat dilihat pada tabel 4.20 dibawah ini:
40 √ √
50 √ √
10 √ √
20 √ √
4 Ningsih 37 tahun 30 √ √
40 √ √
50 √ √
10 - -
20 √ √
5 Imam 63 tahun 30 √ √
40 √ √
50 √ √
Dari tabel diatas dapat dilihat pada frekuensi 125 Hz dan intensitas (dB) yagn
diujiakan, kelima pasien bisa mendengarkan suara yang dihasilkan oleh modul.
Kecuali atas nama Imam, tidak dapat mendengar pada 10 dB. Karena pada usia tua
Pengujian data pada frekuensi 4000 Hz dapat dilihat pada tabel 4.21 dibawah ini:
40 √ √
50 √ √
10 - -
20 √ √
5 Imam 63 tahun 30 √ √
40 √ √
50 √ √
Dari tabel diatas dapat dilihat pada frekuensi 4000 Hz dan intensitas (dB) yagn
diujiakan, kelima pasien bisa mendengarkan suara yang dihasilkan oleh modul.
Kecuali atas nama Imam, tidak dapat mendengar pada 10 dB. Karena pada usia tua
Dari tabel diatas dapat dilihat pada frekuensi 8000 Hz dan intensitas (dB) yagn
diujiakan, kelima pasien bisa mendengarkan suara yang dihasilkan oleh modul.
Kecuali atas nama Imam, tidak dapat mendengar pada 10 dB. Karena pada usia tua
Pada table 4. 23 di atas pengujian pertama, dilakukan pada pengukuran frekuensi sebesar
125 Hz dan didapatkan rata-rata frekuensi 124,4 Hz dengan nilai error 0,48%. Pengujian kedua
dilakukan pada pengukuran frekuensi sebesar 250 Hz dan didapatkan rata-rata frekuensi 249,28
Hz dengan nilai error 0,288%. Pengujian ketiga dilakukan pada pengukuran frekuensi 500 Hz
dan didapatkan rata-rata frekuensi 497,4 dengan error sebesar 0,52%. Pengujian keempat
dilakukan pada pengukuran frekuensi 1000 Hz dan didapatkan rata-rata frekuensi 1005,2 Hz
dengan nilai error sebesar 0,52%. Pengujian kelima dilakukan pada pengukuran frekuensi 2000
Hz dan didapatkan rata-rata frekuensi 2013,8 Hz dengan nilai error sebesar 0,68%. Pengujian
keenam dilakukan pada pengukuran frekuensi 4000 Hz dan didapatkan rata-rata frekuensi 3979
Hz dengan nilai error sebesar 0,528%. Pengujian ketujuh dilakukan pada pengukuran frekuensi
8000 Hz dan didapatkan rata-rata frekuensi 7964 Hz dengan nilai error sebesar 0,45%.
60
Pada pengukuran dB, nilainya mengalami penurunan pada frekuensi diatas 2000 Hz. Tetapi
pada saat dilakukan pengukuran pada tegangan keluaran tidak mengalami penurunan baik pada
saat frekuensi rendah maupun tinggi. Berarti pembacaan dB oleh mikro tidak stabil pada
frekuensi tinggi karena spesifikasi dari mikro itu sendiri. Pada saat pengukuran dB dengan sound
level nilainya tidak berbeda begitu jauh. Tetapi nilainya mulai berbeda jauh pada saat dB diatas
70. Nilai dB yang terukur berdasarkan keluaran dari headphone yang telah penulis modifikasi.
Pada saat frekuensi dan intensitas bunyi (dB) yang terdengar oleh pasien lalu ditekan
tombol save, maka frekuensi dan dB yang tertampil pada LCD akan tersimpan ke SD card.
Format file yang tersimpan di micro sd adalah “.txt”. Dengan ukuran file sebesar 2KB. Data
yang tersimpan yaitu nilai frekuensi dan intensitas suara (dB) serta tanggal pengetesan.
61
Berikut ini adalah bentuk dari audiogram yang biasa diisi secara manual oleh penguji pada
Berikut ini adalah contoh hasil tes pendengaran yang sudah diisikan pada audiogram, dapat
Dari audiogram dia atas dapat dipastikan bahwa telinga kanan pasien mengalami gangguan
pengengaran sedang karena pasien mendengar semua frekuensinya diatas 25 dB sampai 60 dB.
4.7.1 Kelebihan
a. Alat sudah portabel sehingga bisa digunakan dimana saja tanpa terhubung ke listrik
PLN.
b. Alat dilengkapi penyimpanan data frekuensi dan desibel yang diujikan, sehingga
c. Memiliki tingkat keakuratan frekuensi yang tinggi dengan nilai error dibawah 1%.
63
4.4.2 Kekurangan