Abstract
___________________________________________________________________
Semarang has the fastest rate of population growth in central java that 0,33. Todays there is a demographic
bonus in Semarang, so government holds kampung KB in Semarang. The purpose of this research was to know
the evaluation of kampung KB. The research method used qualitative method. The research planning was
descriptive qualitative. The results of the research were inappropriate yet sine there was no funds and lack of
human resources. Kampung KB has not been in accordance with the plan of activities that should be done
because it conducted jointly with PKK. Not all the output indicators were met from 20 indicators it just met 10
indicators, it was because lack of human resources and funds for activities and low society’s awareness. The
conclusion is not all indicators of inputs, processes, and output sare met. Suggestion is it is better for next
research not only in society’s emmpowerment but also in other term.
Alamat korespondensi:
p ISSN 1475-362846
Gedung F5 Lantai 2 FIK Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 e ISSN 1475-222656
E-mail: aminatuzzuhriyah53@gmail.com
1
Aminatuz Z., Sofwan I. dan Bambang B.R. / Kampung Keluarga Berencana / HIGEIA 1 (4) (2017)
2
Aminatuz Z., Sofwan I. dan Bambang B.R. / Kampung Keluarga Berencana / HIGEIA 1 (4) (2017)
memberdayakan masyarakat untuk lebih aktif potensi wilayah, evaluasi penyusunan rencana
dalam menjalankan program yang ada. kegiatan kelompok dalam program kampung
Menurut Mardikanto (2015), keluarga berencana, evaluasi penerapan
pemberdayaan diartikan sebagai upaya program kampung keluarga berencana serta
peningkatan kemampuan masyarakat (miskin, evaluasi pemandirian masyarakat.
marjinal, terpinggirkan) untuk menyampaikan Evaluasi output meliputi indikator output
pendapat dan atau kebutuhannya, pilihan- sesuai dengan juklis kampung keluarga
pilihannya, berpartisipasi, bernegosiasi, berencana yang terdiri dari terbinannya peserta
mempengaruhi dan mengelola kelembagaan KB aktif (PA), eningkatnya peserta KB baru
masyarakat secara bertanggung-gugat (PB), meningkatnya kualitas kesertaan ber KB
(accountable) demi perbaikan kehidupannya. (PA ganti cara ke MKJP), unmetneed < 10 %,
Menurut Widjajanti (2011), proses terbinannya pusmupar dan postpartum, semua
pemberdayaan ini ditandai adanya kemampuan ibu hamil, ibu menyusui terlayani kesehatan dan
masyarakat dalam membuat analisis masalah, KB, semua anak usia 0-6 tahun terlayani
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi suatu program kesehatan dan pendidikan sejak dini
program pemberdayaan. (Posyandu dan PAUD), semua keluarga yang
Kegiatan kampung keluarga berencana mempunyai anak 0-6 tahun terlayani BKB
perlu diakukan evaluasi agar kegiatan tersebut holistik intergratif, semua anak 0-18 tahun
menjadi lebih baik lagi kedepannya. Menurut mendapatkan akta keelahiran, semua remaja
Setiawan (2013), evaluasi kebijakan sebagai dapat aktif dalam BKR dan PIK-R,
suatu aktivitas yang dirancang untuk menilai meningkatnya partisipasi keluarga pra-s dan KS
hasil-hasil kebijakan pemerintah yang I dalam kelompok UPPKS, kelompok
mempunyai perbedaan-perbedaan yang sangat usila/lansia terlayani dalam BKL/Posbindu,
penting dalam spesifikasi objeknya, teknik- terbinanya lingkungan/kampung yang ber-
teknik pengukurannya, dan metode analisisnya. PHBS melalui PKLK dan kesling, mencegah
Berdasarkan data diatas maka penelitian terjadinya KDRT dan trafficking, semua anak
ini bertujuan untuk mengetahui evaluasi usia 7-12 tahun dan 13-15 tahun bersekolah,
kegiatan kampung keluarga berencana dalam tidak ada perempuan yang buta aksara melalui
upaya peningkatan efektifitas program keluarga berbagai kegiatan, penigkatan kemampuan dan
berencana di Semarang. keterampilan kader, komitmen lintas sektor,
mitra kerja dan masyarakat, data dan informasi
METODE keluarga akurat dan dinamis, serta kepuasan
keluarga dan anggota masyarakat terhadap
Metode penelitian yang digunakan dalam dikembangkanya kampung KB.
penelitian ini adalah penelitan kualitaif dengan Tempat penelitian kampung keluarga
rencangan penelitian deskriptif kualitatif. Fokus berencana adalah di RW IV kelurahan
penelitian adalah evaluasi program kampung Dadapsari Kecamatan Semarang Utara Kota
keluarga berencana dari aspek pemberdayaaan Semarang. Daerah ini merupakan daerah yang
meliputi input, proses, dan output berada di pesisir pantai utara serta daerah yang
pemberdayaan kampung keluarga berencana. masuk kedalam kriteria kampung keluarga
Evaluasi input dari program kampung berencana.
berencana meliputi jumlah tenaga, ketersediaan Data primer yang dibutuhkan yaitu
anggaran pada APBD II, ketersediaan anggaran gambaran pelaksanaan program kampung
dari sumber lain serta metode pendekatan keluarga berencana tahun 2016- 2017 yang
pemberdayaan mengenai kampung keluarga didapatkan dengan metode wawancara
berencana. mendalam kepada sumber informan utama
Evaluasi proses pemberdayaan meliputi dalam penelitian ini yaitu lurah kelurahan
evaluasi seleksi lokasi, sosialisasi, pengengkajian Dadapsari (1 orang), petugas PLKB (1 orang),
3
Aminatuz Z., Sofwan I. dan Bambang B.R. / Kampung Keluarga Berencana / HIGEIA 1 (4) (2017)
petugas Sub-PPKBD (1 orang), ketua PKK Daerah) Kota Semarang, bidan, anggota PIK-
tingkat kelurahan (1 orang), ketua RW IV (1 Remaja dan masyarakat.
orang), kader BKB (1 orang), kader BKR (1 Tenaga yang menjadi pelaksana program
orang), kader BKL (1 orang), kader UPPKS (1 kampung keluarga berencana di RW IV
orang), ketua RT (1 orang) kemudaian di Kelurahan Dadapari terdiri dari lurah, ketua
triangulasikan dengan anggota PIK-Remaja (1 RW IV, ketua RT yang ada di RW IV, ketua
orang), bidan (1 orang), Petugas SKPD (3 PKK Desa, sub PPKBD (sub Pembantu
orang), Masyarakat RW IV Kelurahan Pembina Keluarga Berencana Desa), PLKB
Dadapsari (2 orang). (Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana)
Data Sekunder dalam penelitian ini Kecamatan Semarang Utara, serta kader yang
adalah data mengenai kepesertaan KB serta data ada di RW IV Kelurahan Dadapsari. Jumlah
kependudukan di RW IV kelurahan Dadapsari kader yang ada di RW IV Kelurahan Dadapsari
kecamatan Semarang Utara selama pelaksanaan berjumlah 15 orang yang terbagi menjadi 5
program kampung keluarga berencana tahun kader BKB (Bina Keluarga Balita), 5 kader BKL
2016- 2017. Data ini diperoleh dari data KB dan (Bina Keluarga Lansia), 5 kader BKR (Bina
kependudukan dari Kecamatan Semarang Utara Keluarga Remaja), 5 kader UPPKS (Usaha
serta Dinas Pengendalian Penduduk dan Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera), 5
Keluarga Berencana (DPPKB) kota Semarang kader Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), serta
Instrumen atau alat penelitian dalam 5 kader PKB (Penyuluh Keluarga Berencana).
penelitian kualitaif adalah peneliti itu Secara administrtif jumlah kader dalam
sendiri.Teknik pengambilan data dalam satu kelompok kerja telah memenuhi syarat
penelitian ini adalah dengan wawancara namun secara teknis pelaksanaan kader yang
mendalam menggunakan panduan wawancara, bekerja belum memenuhi syarat karena masih
observasi serta studi dokumentasi. banyaknya kader yang tuganya merangkap.
Prosedur penelitian dalam penelitian ini PLKB (Penyuluh Lapangan Keluarga
terbagi menjadi tiga yaitu pra penelitian dimana Berencana) yang di tugaskan untuk membina
peneliti mempersiapkan hal-hal yang akan kelurahan Dadapsari tidak hanya membina satu
digunakan pada saat penelitian, tahap kelurahan saja namun ada 5 kelurahan yang
penelitian, dan tahap paska penelitian. dibina sehingga petugas PLKB menjadi kurang
Pemeriksaan keabsahan data dengan triangulasi. efektif dan kurang fokus dalam melaksanakan
Analisis data yang digunakan adalah pembinaan sehingga menghambat keberhasilan
dengan menelaah seluruh data yang tersedia program. Menurut Pasrah (2014), faktor
dari hasil wawancara dengan melakukan penghambat keberhasilan program KB
reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. diantaranya adalah rendahnya sumber daya
Dalam sebuah rangkuman dan tabel agar yang dimiliki oleh instansi terkait pelaksanaan
mudah dibaca serta dipahami. program keluarga berencana. Menurut Grestina
(2013), salah satu faktor penghambat
HASIL DAN PEMBAHASAN keberhasilan program KB adalah kurangnya
jumlah petugas lapangan KB yang
Narasumber dalam penelitian ini mengakibatkan kurangnya sosialisasi dan
berjumlah 18 orang yang terdiri dari 10 penyuluhan tentang program KB.
informan utama dan 8 informan triangulasi. Dana yang digunakan dalam kegiatan
Informan utama merupakan masyarakat yang kampung keluarga berencana adalah dana yang
menjadi kader dalam program kampung berasal dari APBD (Anggaran Pendapatan dan
keluarga berencana beserta petugas PLKB Belanja Daerah) yang berjumlah Rp
Kecamatan Semarang Utara. Informan 20.000.000,00 untuk setiap masing masing kota.
triangulasi berjumlah 8 orang yang terdiri dari Dana tersebut merupakan dana yang digunakan
petugas SKPD-KB (Satuan Kerja Perangkat untuk persiapan hingga untuk pembentukan
4
Aminatuz Z., Sofwan I. dan Bambang B.R. / Kampung Keluarga Berencana / HIGEIA 1 (4) (2017)
kampung keluarga berencana. Dalam petunjuk berencana dilakukan oleh pemerintah kota
teknis pembentukan kampung keluarga Semarang dengan melakukan koordinasi
berenana dana tersebut merupakan anggaran dengan pemerintah kecamatan Semarang Utara.
yang disediakan oleh BKKBN untuk proses Pemilihan tempat terealisasikannya kampung
pembentukan dan dana tersebut bersifat dana keluarga berencana ini dilakukan dengan dasar
stimulan dan dialokasikan pada DIPA (Daftar syarat pembentukan kampung keluarga
Isian Pelaksanaan Anggaran) perwakilan berencana yang telah terdapat pada juklis
BKKBN Provinsi (BKKBN, 2016). kampung keluarga berencana. Wilayah RW IV
Indikator keberhasilan input yang belum Kelurahan Dadapsari sebelum dibentuk
tercapai adalah anggaran untuk kegiatan yang kampung keluarga berencana telah sesuai
berjalan di kampung keluarga berencana. dengan kriteria umum dan khusus yang harus
Pembiayaan operasional di kampung keluarga dipenuhi.
berencana bersumber dari APBD II dan potensi Sebelum dilakukannya peresmian
lokal yang ada seperti iuran CSR (Corporate kampung keluarga berencana pemerintah kota
Social Responsibility/ Tanggung Jawab Sosial Semarang melakukan persiapan dengan
Perusahaan) dll (BKKBN, 2016). Dana lain monsosialisasikan program mengenai kampung
untuk kegiatan kampung keluarga berencana keluarga berencana secara terus menerus kepada
berasal dari hasil keuntungan dari kegiatan masyarakat yang berada di RW IV Kelurahan
UPPKS (Usaha Peningkatan Pendapatan Dadapsari. Proses sosialisasi tersebut bertujuan
Keluarga Sejahtera) yang berkembang di untuk memberikan pemahaman kepada
kampung keluarga berencana. Kegiatan UPPKS masyarakat mengenai kampung keluarga
(Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga berencana. Menurut Nurharjadmo (2008),
Sejahtera) yang ada tidak bejalan, sehingga pemahaman program yang baik membawa
tidak ada dana yang dihasilkan untuk dampak pada sikap yang diambil oleh pelaksana
melaksanakan program yang ada di kampung kebijakan. Kegiatan sosialisasi mengenai
keluarga berencana. kampung keluarga berencana dilakukan oleh
Bentuk pemberdayaan yang digunakan pemerintah kota kepada kader serta tokoh
dalam program kampung keluarga berencana masyarakat yang ada di RW IV. Semua kader
adalah pemberdayaan partisispatif. Petugas dan tokoh masyarakat yang nantinya akan
PLKB atau penyuluh KB hanya bersifat sebagai menjadi pelaksana program kampung keluarga
pembina dalam kegiatan tersebut. Pemerintah berencana hadir dalam kegiatan sosialiasi
kota Semarang dalam program kampung tersebut.
keluarga berencana ini hanya bertugas sebagai Pengkajian potensi wilayah penting untuk
monitoring kegiatan yang berjalan. Jenis dilakukan agar para pelaksanana program
pembinaan yang dilakukan adalah dengan kampung keluarga berencana dapat
pembinaan berjenjang. Pembinaan berjenjang melaksanakan dan mampu memecahkan
yang dimaksud adalah pemeritah kota masalah yang ada di lingkungannya dengan
melakukan koordianasi dengan petugas PLKB maksimal. Menurut Kasmel and Pernille (2011),
kecamatan Semarang Utara kemudian untuk mengatakan bahwa adanya minat dan inisiatif
pembinaan langsung di kelurahan dilakukan dari masyarakat mengenai pentingnya masalah
oleh PLKB kecamatan yang membina sub yang ada, dukungan politik, keuangan serta
PPKBD (sub Pembantu Pembina Keluarga penentu kebijkana sangat penting dalam
Berencana Desa) yang menjadi perwakilan pencapaian tujuan suatu pemberdayaan
kader. Dari sub PPKBD kemudian membina masyarakat.
dan melaksanakan program yang ada di Pada awal sebelum pembentukan
kampung keluarga berencana. kampung keluarga berencana, di RW IV
Proses pemilihan lokasi tempat Kelurahan Dadapsaari belum memiliki kader
terimplementasikannya kampung keluarga BKL (Bina Keluarga Lansia), BKR (Bina
5
Aminatuz Z., Sofwan I. dan Bambang B.R. / Kampung Keluarga Berencana / HIGEIA 1 (4) (2017)
6
Aminatuz Z., Sofwan I. dan Bambang B.R. / Kampung Keluarga Berencana / HIGEIA 1 (4) (2017)
kepada ibu rumah tangga mengenai remaja balita pada aat kegiatan PKK RT. Namun tidak
pada saat kegiatan PKK tingkat RT. Pemberian setiap bulan ibu yang datang pada saat kegiatan
materi kepada ibu rumah tangga bertujuan PKK RT diberikan materi mengenai bina
untuk meningkatkan kontrol diri pada remaja keluarga balita secara rutin. Dalam hasil
sehingga diharapakan tidak timbul kenakalan penelitian Ariesta (2011), hal yang menjadi
pada remaja. Menurut Suminar (2012), semakin kendala dalam pembinaan BKB adalah
tinggi tingkat kontrol diri maka semakin rendah keterbatasan waktu dan kader yang ada
pula perilaku kenakalan remaja. Namun, sehingga kegiatan kurang efektif dan waktu
pemberian materi tersebut hanya dilakukan pelaksanaan kegiatan yang kurang efisien.
pada awal setelah pembentukan kampung Pemberian materi mengenai BKL, BKR,
keluarga berencana. Pada saat ini kelompok BKB tidak rutin disampaikan setiap bulannya
BKR tidak lagi melakukan pembinaan kepada kepada masyarakat karena keterbatasan waktu
keluarga yang memiliki remaja. Hal tersebut dalam kegiatan PKK dan tenaga yang
dikarenakan kurangnya keaktifan kader dalam memberikan pembinaan. Menurut Naufal
menjalankan kegiatan BKR. (2010), mengatakan bahwa faktor penghambat
Kurangnya keaktifan kader terjadi karena pelaksanaan program yaitu belum adanya
para kader sibuk dengan kegiatan mereka binaan khusus dari instansi, sebagian
masing-masing seperti bekerja. Kelompok BKL masyarakat belum semuanya mengetahui
juga menyampaikan materi mengenai lansia adanya program dan keterbatasan waktu.
pada saat kegiatan PKK RT. Kegiatan yang Pemberian informasi mengenai KB hanya
dilakukan BKL hanya memberikan pembinaan dilakukan pada saat kegiatan PKK RT. Tidak
kepada keluarga yang memiliki lansia, namun ada bentuk pemberian informasi mengenai KB
untuk kegiatan yang dilakukan oleh lansia itu yang menggunakan media promosi kesehatan
sendiri dilakukan di kelurahan setip tanggal 21. yang dapat di pasang di lingkungan umum
Kegiatan tersebut berupa posyandu lansia yang seperti poster dll. Menurut Islam (2016), media
dimana didalamnya berisi penyuluhan kepada masa merupakan faktor potenisal untuk
lansia mengenai masalah kesehatan serta mempengaruhi penggunaan kontrasepsi. Tidak
dilakukannya cek kesehatan pada kegiatan semua ibu rumah tangga dapat hadir secara
posyandu tersebut. Kegiatan pembinaan yang rutin dalam kegiatan PKK RT yang dilakukan
dilakukan oleh BKL untuk saat ini tidak setiap bulannya. Sehingga pemberian informasi
berjalan lagi. Kendala yang dihadapi oleh BKL yang ada di RW IV kurang efektif dan
adalah tidak adanya dana yang digunakan maksimal. Padahal komunikasi yang efektif
untuk kegiatan serta menurunnya keaktifan dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Hal ini
kader. sesuai dengan hasil penelitian dari Suroso
Kelompok kerja UPPKS selama satu (2014), yang menyebutkan bahwa komunikasi
tahun berjalannya program kampung keluarga yang intensif antara sesama warga masyarakat,
berencana belum pernah melakukan kegiatan antara warga masyarakat dengan pimpinannya
yang direncanakan pada awal pembentukan serta antara sistem sosial di dalam masyarakat
kelompok kerja UPPKS. Hal tersebut terjadi dengan sistem di luarnya mampu meningkatkan
karena kader yang ada di UPPKS tidak aktif peran dan partisipasi masyarakat.
dan kurangnya kesadaran masyarakat untuk Adanya penyuluhan mengenai KB yang
berpartisipaasi dalam kegiatan tersebut. Bentuk intensif mempengaruhi keputusan masyarakat
kegiatan yang dilakukan oleh BKB adalah dalam ber KB. Hasil penelitian Sari (2010),
dengan melakukan pendataan mengenai mengatakan bahwa secara statistik terdapat
perkembangan anak yang ada di RW IV melalui hubungan sangat signifikan antara konseling
KKA (Kartu Kembang Anak) dalam kegiatan Keluarga Berencana (KB) dengan pengambilan
posyandu. Selain itu, BKB juga memberikan keputusan Pasangan Usia Subur (PUS) dalam
materi mengenai pembinaan ibu yang memiliki penggunaan alat kontrasepsi. Menurut Olaitan
7
Aminatuz Z., Sofwan I. dan Bambang B.R. / Kampung Keluarga Berencana / HIGEIA 1 (4) (2017)
(2011), setiap pasangan harus diberikan Pembinaan kepada kader tingkat RW berjalan
informasi yang baik mengenai pentingnya KB setiap bulanya sebanyak satu kali pada saat
hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan kegiatan PKK RW. Pembinaan tingkat
kesehatan reproduksi pada mereka, peningkatan kelurahan yang dilakukan oleh PLKB kepada
status ekonomi, mengurangi kematian ibu, sub PPKBD yang menjadi perwakilan setiap
morbiditas dan mengurangi kehamilan yang RW juga rutin dilakanakan setiap tanggal 21.
tidak diinginkan. Pembinaan mengenai program Pada saat diberikan pembinaan tingkat RW
KB kepada masyarakat dilakukan pada saat tidak semua kader hadir dalam kegiatan
pertemuan PKK. Pada saat pertemuan PKK, tersebut, sehingga tidak semua kader
dilakukan penyuluhan kepada warga dan mendapatkan materi dan pembinaan. Selain
mengajak warga yang belum ber KB untuk ber karena ada kader yang tidak hadir dalam
KB. Selain itu, penyuluhan mengenai KB juga kegiataan PKK tersebut, ada juga sebagian
dilakukan pada saat kegiatan posyandu. kader yang tidak menjadi anggota PKK RW
Lurah di kelurahan Dadapsari sangat sehingga kader yang tidak mengikuti kegiatan
mendukung kegiatan mengenai kampung PKK RW menjadi kurang aktif dalam kegiatan
keluarga berencana dan selalu memberikan yang dilakukan di setiap kelompok kerja.
motivasi kepada kader untuk menjalankan Selama satu tahun berjalannya kampung
kegiatan yang ada di kampung keluarga keluarga berencana belum pernah diadakan
berencana. Dudungan dari tokoh masyarakat pelatihan yang diberikan kepada masyarakat
seperti ketua RT masih rendah. Ketua RT yang secara langsung dari petugas PLKB dan
ada di RW IV hanya memberikan dukungan pemerintah. Pelatihan yang diterima oleh
dalam bentuk penyetujuan program yang akan masyarakat hanya berbentuk pembinaan dari
dilaksanakan. Tidak ada dukungan dalam kader saja. Masyarakat di RW IV belum
bentuk lain seperti pemberian motivasi kepada memiliki kemandirian dalam melaksanakan
kader dalam melaksakan kegiatan. Kurangnya kegiatan yang harus dilakukan dalam program
dukungan dari tokokh masyarakat kampung keluarga berencana. Masih ada
menyebabkan kerja kader yang ada di RW IV pengaruh besar dan campur tangan yang besar
kurang maksimal. Menurut Lahijani (2012), dari PLKB untuk melakukan setiap kegiatan.
menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi Apabila tidak ada kontribusi dari PLKB
pemberdayaan dalam proyek pengembangan kegiatan yang ada di kampung keluarga
sumber daya manusia diantarannya adalah berencana tidak dapat berjalan dengan baik.
adanya sumber diri dan kemampuan diri dalam Keseluruhan implementasi kebijakan
bentuk permodelan, motivasi, dan dukungan. dievaluasi dengan cara mengukur luaran
Kegiatan yang dilaksanakan di RW IV program berdasarkan tujuan kebijakan. Luaran
kelurahan Dadapari belum sesuai dengan program dilihat melalui dampaknya terhadap
rencana awal kegiatan yang akan dilakukan. sasaran yang dituju baik individu dan kelompok
Kegiatan yang mereka lakukan bersamaan maupun masyarakat. Menurut Akib (2010),
dengan kegiatan PKK (Pembinaan luaran implementasi kebijakan adalah
Kesejahteraan Keluarga). Pada saat kegiatan perubahan dan diterimanya perubahan oleh
PKK RT tidak semua masyarakat hadir dalam kelompok sasaran. Kegiatan kampung keluarga
kegiatan PKK tersebut. Sehingga tidak semua berencana telah berjalan selama satu tahun di
masyarakat mendapatkan pembinaan. Selain RW IV Kelurahan Dadapasari.
karena sulitnya mengumpulkan warga untuk Setelah satu tahun berjalan, peserta KB
mengikuti acara diluar kegiatan PKK kendala aktif yang ada di RW IV sudah mulai terbina.
lain yang dihadapi adalah tidak adanya dana Bentuk pembinaan yang dilakukan kepada
untuk kegiatan yang berlangsung. peserta KB aktif adalah dengan memberikan
Program kegiatan UPPKS tidak berjalan materi mengenai KB. Adanya kegiatan
maka tidak ada dana yang dihasilkan. kampung keluarga berencana juga berdampak
8
Aminatuz Z., Sofwan I. dan Bambang B.R. / Kampung Keluarga Berencana / HIGEIA 1 (4) (2017)
9
Aminatuz Z., Sofwan I. dan Bambang B.R. / Kampung Keluarga Berencana / HIGEIA 1 (4) (2017)
10
Aminatuz Z., Sofwan I. dan Bambang B.R. / Kampung Keluarga Berencana / HIGEIA 1 (4) (2017)
dilaksankan di kelurahan setiap tanggal 15. masalah ekonomi masalah ekonomi terdapat
Tidak semua lansia di RW IV Kelurahan juga faktor lingkungan serta dukungan orang
Dadapsari aktif dalam kegiatan posbindu yang tua juga berpengaruh pada anak untuk
diadakan dikelurahan tersebut. Banyak dari bersekolah. Bagi anak yang tidak berekolah
lansia laki-laki yang tidak mengikuti kegiataan kebanyakan dari orang tua mereka membiarkan
posbindu. Selain itu, bagi lansia yang sudah mereka untuk tidak bersekolah dan kurang
tidak memungkinkan untuk berkatifitas juga memberikan dukungan serta motivasi untuk
tidak mengikti kegiatana posyandu lansia. bersekolah.
Kegiatan PKLK (Program Ketahanan Perempuan di RW IV kelurahan
dan Pemberdayaan Keluarga) di RW IV Dadapsari tidak ada yang buta aksara. Program
kelurahan Dadapsari tidak berjalan namun kampung keluarga berencana yang berjalan
untuk masalah kesehatan dan kebersihan selama satu tahun di RW IV kelurahan
lingkungan setelah satu tahun program Dadapsari ini telah mampu meningkatkan
kampung keluarga berencana berjalan kemapuan kader yang ada di RW IV ini. Hal
lingkungan di RW IV sudah mulai bersih dan tersebut dikarenakan rutinnya pembinaan yang
rapi. Kegiatan yang dilakukan untuk menjaga dilakukan setiap bulannya. Namun, belum
kebersihan lingkungan di RW IV hanya semua kader yang ada di RW IV meingkat
melakukan kegiatan kerja bakti. untuk keterampilannya. Pada pelaksanaan
Kasus KDRT (Kekerasan Dalam Rumah program yang ada di kampung keluarga
Tangga) rentan terjadi pada masyarakat berencana telah ada komitmen dari berbagai
kalangan ekonomi menengah ke bawah. mitra kerja seperti puskesmas dinas pendidikan
Menurut Suminar (2012), menyebutkan bahwa dan dinas kesehatan dengan masyarakat untuk
masyarakat kelas ekonomi rendah memiliki mengembangkan dan menjalan kegiatan yang
kecenderungan lebih besar untuk melakukan ada.
tindak kriminal dibandingkan dengan Pendataan yang ada di RW IV setelah
masyarakat kelas ekonomi menengah keatas. adanya program kampung keluarga berencana
RW IV Keluraha Dadapsari merupakan wilayah menjadi lebih dinamis dan akurat. Hal ini
degan jumlah Pra KS (Pra Keluarga Sejahtera) dikarenakan kader yang ada dituntut untuk
dan KS (Keluarga Sejahtera) 1 yang tinggi melakkukan pelaporan rutin setiap bulanya.
sehingga kasuh KDRT juga masih terjadi di RW Namun pada bulan Januari hingga bulan Mei
IV kelurahan Dadapsari. Namun kasus KDRT 2017 pendataan mengenai data keluarga belum
yang terjadi bukanlah kasuh yang tergolong berjalan maksimal. Hal tersebut terjadi karena
kasus yang besar sehingga untuk masalah kader yang mulai kurang aktif dan sibuk dengan
KDRT tidak ada pelaporan oleh masyarakat ke kegiatannya masing masing seperti bekerja.
pemerintah setempat. Setelah program kampung keluarga
Setelah satu tahun program kampung berencana berjalan telah ada kepuasan keluarga
keluarga berencana berjalan di RW IV dan anggota masyarakat terhadap
kelurahan Dadapsar, belum semua anak yang dikembangkannya kampung keluarga
berusia 7-15 tahun bersekolah. Pada tahun 2016 berencana. Namun kepuasan tersebut belum
di RW IV masih terdapat anak yang tidak besar karena masih ada banyak hal yang perlu
bersekolah dari 97 anak usia 7-15 tahun terdapat dibenahi dan diperbaiki didalam kegiatan
7 anak yang tidak besekolah. Setelah satu tahun kampung keluarga berencana.
program kampung keluarga berencana berjalan
diharapkan semua anak usia 7-15 tahun PENUTUP
bersekolah. Namun hingga bulan Juni 2017
masih ada 4 anak dari 74 anak yang tidak Simpulan dalam penelitian ini adalah
bersekolah. Alasan utama mereka tidak Indikator input dari program kampung keluarga
bersekolah adalah masalah ekonomi. Selain berencana belum sepenuhnya terpenuhi. Secara
11
Aminatuz Z., Sofwan I. dan Bambang B.R. / Kampung Keluarga Berencana / HIGEIA 1 (4) (2017)
teknis dilapangan jumlah kader yang bekerja Bandar Abbas (Iran). International journal of
belum sesuai karena masih ada petugas yang Management, 8(7): 34-45.
merangkap tugas lain. Belum ada anggaran BKKBN. 2015. Petunjuk Teknis Kampung Kelarga
Berencana. Jakarta: BkkbN
yang tersedia untuk kegiatan kampung keluarga
BPS. 2015. Pofil Kependudukan Indonesia. Jakarta: BPS
berenana anggaran yang ada hanya untuk
Febriansyah, M. 2015. Studi Tentang Partisipasi
persiapan dan untuk pembentukan kampung Masyarakat Dalam Program Keluarga
keluarga berencana. Indikator proses belum Berencana Di Kecamatan Kota Bangun
sepenuhnya terpenuhi. Kegiatan yang dilakukan Kabupaten Kutai Kartanegara. E. Journal
belum sesuai dengan rencana awal kegiatan. Administrasi Negara, 3(3) :873-884.
Pada saat pembinaan tidak semua kader hadir Grestina, D. 2013. Evaluasi Efektifitas Program
dalam kegiatan pembinaan tersebut. Kegiatan Keluarga Berencana. Jurnal S-1 Ilmu
BKB, BKR, BKL dilaksanakan bersamaan Administrasi Negara, 2(1): 1-7
Islam, S., Mahedi H. 2016. Women Knowledge,
dengan kegiatan PKK. Pada saat kegiatan PKK
Attitude, Approval of Family Planning and
tidak semua ibu rumah tangga hadir dalam
Contraceptive Use in Bangladesh. Asia Pacific
kegiatan PKK. Sehingga tidak semua ibu rumah Journal of Multidisciplinary Research, 4(2): 76-82
tangga mendapatkan pembinaan mengenai BKB James, N.G. 2007. Family Planning Policies and
BKL dan BKR. Alasan yang menjadi penyebab Their Impacts on the Poor: Peru’s Experience.
ketidak hadiran ibu rumah tangga karena U.S. Agency for International Development
mereka lebih memilih untuk bekerja dari pada Washington DC, 33(4): 89-96
hadir pada saat kegiatan PKK. Beberapa Kasmel, P. 2011. Measurement of Community
indikator output dari program kampung Empowerment in Three Community
Programs in Rapla (Estonia). International
keluarga berencana belum terpenuhi. Dari
Journal of Environmental Research and Public
duapuluh indikator keberhasilan output hanya
Health, 8(4): 799-817
ada spuluh indikator yang dapat terpenuhi. Lahijani, P. 2012. Human Resoures Empowerment
Saran dalam penelitian ini adalah bagi peneliti Strategies in Development Projects.
selanjutnya diharapkan tidak hanya meneliti International Journal of Engineering Researcch and
dari aspek evaluasi proses pemberdayaan Apliations (IJERA), 2(3): 2760-2761
mayarakat saja namun juga aspek yang lain Mardikanto, T., Soebiato, P. 2015. Pemberdayaan
selain pemberdayaan masyarakat. Masyarakat dalam Persepektif Kebijakan Publik.
Bandung: Alfabetha.
Merryne, Hidir, A. 2013. Efektivitas Pelaksanaan
DAFTAR PUSTAKA
Program Keluarga Berencana. Jurnal
Kebijakan Publik, 4(1): 1-118
Akib, H. 2010. Implementasi Kebijakan: Apa,
Miller, G., Babiar, S.K. 2014. Family Planning and
Mengapa dan Bagaimana. Jurnal Administrasi
Program Effectss. Journal of United States of
Publik, 1 (1): 70-81
America, 4(3): 314-323
Agarwal. 2011. Family Planning Why the United
Naufal, A., Yatri I.K. 2010. Evaluasi Program Pos
States Should Care. International Journal of
Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) (Studi
Environmental Research and Public Health, 2(8):
Kasus Posdaya Bina Sejahtera di Kelurahan
788-795
Pasirmulya, Kecamatan Bogor Barat, Kota
Ariesta, N.P. 2011. Peran Kader Bina Keluarga Balita
Bogor, Jawa Barat). Jurnal Penyuluhan, 6(2):
Dalam Upaya Pembinaan Kesejahteraan Keluarga
263-281
Melalui Layanan Bina Keluarga Balita (Studi
Nurharjadmo, W. 2008.. Evaluasi Implementasi
Deskriptif di BKB Kasih Ibu I Kelurahan
Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda Di
Bulukerto Kecamatan Bulukerto Kabupaten
Sekolah Kejuruan Evaluation Implementation
Wonogiri). Skripsi. Semarang: Universitas
Dual System Education Program In Senior
Negeri Semarang
Technical High School. Spirit Publik, 86(4):
Basri, M., Ziglari, F., Abadi, A. 2013. Study Effective
215-228.
Factors on Employees’ Empowerment by a
Olaitan. 2011. Factors Influencing the Choice of
Model Based on Conger & Kanungo Model;
Family Planning Among Couples in
Case Study: Social Security Organization of
12
Aminatuz Z., Sofwan I. dan Bambang B.R. / Kampung Keluarga Berencana / HIGEIA 1 (4) (2017)
13