Anda di halaman 1dari 13

HIGEIA 1 (4) (2017)

HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH


RESEARCH AND DEVELOPMENT
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia

KAMPUNG KELUARGA BERENCANA DALAM PENINGKATAN EFEK-


TIVITAS PROGRAM KELUARGA BERENCANA

Aminatuz Zuhriyah , Sofwan Indarjo, Bambang Budi Raharjo

Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat,


Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Kota Semarang memiliki laju pertumbuhan penduduk tercepat di Jawa Tengah yaitu sebesar 0,33.
Diterima Agustus 2017 Saat ini terjadi bonus demografi di Semarang, untuk itu pemerintah membentuk program kampung
Disetujui September 2017 KB di Semarang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui evaluasi program kampung KB. Metode
Dipublikasikan Oktober penelitian menggunakan metode kualitatif. Rancangan penelitiannya adalah diskriptif kualitatif.
2017 Hasil penelitiannya adalah input program belum sesuai indikator karena tidak adanya dana
________________ kegiatan dan kurangnya SDM. Proses kegiatan kampung KB belum sesuai dengan rencana
Keywords: kegiatan yang sebaiknya dilakukan karena kegiatan tersebut dilakukan bersama dengan kegiatan
Kampung, KB, Process PKK. Belum semua indikator output terpenuhi, dari 20 indikator hanya 10 indikator yang
____________________ terpenuhi hal tersebut terjadi karena kurangnya SDM dan dana untuk kegiatan serta kesadaran
masyarakat dalam mengikuti kegiatan masih rendah. Simpulannya adalah belum semua indikator
input, proses, dan output terpenuhi. Saran penelitian ini adalah sebaiknya penelitan selanjutnya
tidak hanya dari segi pemberdayaan masyarakatnya saja namun juga dari segi yang lainnya.

Abstract
___________________________________________________________________
Semarang has the fastest rate of population growth in central java that 0,33. Todays there is a demographic
bonus in Semarang, so government holds kampung KB in Semarang. The purpose of this research was to know
the evaluation of kampung KB. The research method used qualitative method. The research planning was
descriptive qualitative. The results of the research were inappropriate yet sine there was no funds and lack of
human resources. Kampung KB has not been in accordance with the plan of activities that should be done
because it conducted jointly with PKK. Not all the output indicators were met from 20 indicators it just met 10
indicators, it was because lack of human resources and funds for activities and low society’s awareness. The
conclusion is not all indicators of inputs, processes, and output sare met. Suggestion is it is better for next
research not only in society’s emmpowerment but also in other term.

© 2017 Universitas Negeri Semarang



Alamat korespondensi:
p ISSN 1475-362846
Gedung F5 Lantai 2 FIK Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 e ISSN 1475-222656
E-mail: aminatuzzuhriyah53@gmail.com

1
Aminatuz Z., Sofwan I. dan Bambang B.R. / Kampung Keluarga Berencana / HIGEIA 1 (4) (2017)

PENDAHULUAN penentuan lokasi kampung keluarga berencana)


diseluruh kabupaten dan kota. Daerah di Kota
Berdasarkan survei dari Badan Pusat Semarang yang menjadi tempat
Statistik, negara Indonesia memiliki laju terimplementasikannya program kampung
pertumbuhan mencapai 1,32 % atau 3 juta jiwa keluarga berencana adalah di RW IV kelurahan
pertahun pada tahun 2014-2015. Perjalanan Dadapsari.
pergeseran distribusi umur penduduk dan Indikator output dari program kampung
penurunan rasio ketergantungan penduduk keluarga berencana salah satunya adalah
muda (youth dependency ratio) di Indonesia meningkatnya kualitas dalam ber-KB yaitu
membentuk keadaan ideal yang menghasilkan dengan menurunnya peserta metode kontarsepsi
potensi terjadinya bonus demografi, di mana jangka pendek dan meningkatkan peserta
jumlah penduduk usia kerja hampir dua kali Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP).
dibandingkan dengan jumlah penduduk di Berdasarkan hasil wawancara dengan kader di
bawah 15 tahun. Rasio ketergantungan RW IV kelurahan Dadapsari masih banyak
penduduk Indonesia telah menurun dari ditemukan PUS yang menggunakan metode
49.3/100 pada tahun 2013 menjadi 48.9/100 kontrasepsi jangka pendek. Jumlah kepesertaan
pada tahun 2014 dan turun menjadi 48.6/100 PUS yang ber-KB di RW IV menurun dari
tahun 2015 (BPS, 2015) tahun 2015 yaitu sebesar 52% menjadi sebesar
Jawa Tengah memiliki laju pertumbuhan 51% pada tahun 2016. Setelah satu tahun
penduduk sebesar 0,82. Pada tahun 2008-2015 berlangsungnya kampung keluarga berencana di
jumlah penduduk berusia 15 tahun yang bekerja RW IV kelurahan Dadapsari angka unmetneed
sejumlah 92,88%. Kota Semarang merupakan masih sebesar 32%. Hal tersebut masih terbilang
salah satu kota di provinsi Jawa Tengah dengan jauh dari target capean angka unmetneed
kepadatan penduduk sebesar 1701,11 pada kelurahan Dadapsari yaitu sebesar < 10%.
tahun 2015. Kepadatan penduduk ini meningkat Menurut Agarwal (2011), program
dari tahun 2011 yang hanya berjumlah 1560,01. keluarga berencana telah diakui sebagai faktor
Kota Semarang merupakan kota yang memiliki paling efektif dalam intervensi masalah
laju pertumbuhan penduduk tercepat di Jawa kesehatan secara global. Menurut Miller (2014),
Tengah yaitu sebesar 0,33 (BPS, 2015) keluarga berencana merupakan program yang
Pergerakan laju pertumbuhan penduduk memiliki kuantitaif paling sederhana namun
di Jawa Tengah yang terus meningkat dapat praktis bermakna dalam peningkatan
dikendalikan dengan adanya program keluarga kesejahteraan sosial dan ekonomi keluarga.
berencana. Pembangunan gerakan keluarga Menurut Sari (2010), program Keluarga
berencana nasional ditunjukan untuk Berencana (KB) yang diwujudkan pada
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. penggunaan kontrasepsi juga memiliki manfaat
Pemerintah melakukan beberapa strategi yang bersifat langsung atau tidak langsung bagi
diantaranya adalah penerapan model kampung kesehatan ibu, bayi dan anak, kesehatan dan
keluarga berencana. Kampung keluarga kehidupan reproduksi dan seksual keluarga, dan
berencana merupakan salah satu bentuk/model kesejahteraan serta ketahanan keluarga.
miniatur pelaksanaan total program KKBPK Menurut BKKBN (2015), kampung
(Kependudukan Keluarga Berencana dan keluarga berencana adalah satuan wilayah
Pembangunan Keluarga) secara utuh yang setingkat RW, dusun atau setara, yang memiliki
melibatkan seluruh bidang di lingkungan kriteria tertentu, dimana terdapat keterpaduan
BKKBN dan bersinergi dengan program kependudukan, keluarga berencana,
kementerian/lembaga, mitra kerja, stakeholders pembangunan keluarga dan pembangunan
instansi terkait sesuai dengan kebutuhan dan sektor terkait yang dilaksanakan secara sistemik
kondisi wilayah, serta dilaksanakan ditingkatan dan sistematis. Bentuk kegiatan yang ada di
pemerintahan terendah (sesuai prasyarat kampung keluarga berencana adalah dengan

2
Aminatuz Z., Sofwan I. dan Bambang B.R. / Kampung Keluarga Berencana / HIGEIA 1 (4) (2017)

memberdayakan masyarakat untuk lebih aktif potensi wilayah, evaluasi penyusunan rencana
dalam menjalankan program yang ada. kegiatan kelompok dalam program kampung
Menurut Mardikanto (2015), keluarga berencana, evaluasi penerapan
pemberdayaan diartikan sebagai upaya program kampung keluarga berencana serta
peningkatan kemampuan masyarakat (miskin, evaluasi pemandirian masyarakat.
marjinal, terpinggirkan) untuk menyampaikan Evaluasi output meliputi indikator output
pendapat dan atau kebutuhannya, pilihan- sesuai dengan juklis kampung keluarga
pilihannya, berpartisipasi, bernegosiasi, berencana yang terdiri dari terbinannya peserta
mempengaruhi dan mengelola kelembagaan KB aktif (PA), eningkatnya peserta KB baru
masyarakat secara bertanggung-gugat (PB), meningkatnya kualitas kesertaan ber KB
(accountable) demi perbaikan kehidupannya. (PA ganti cara ke MKJP), unmetneed < 10 %,
Menurut Widjajanti (2011), proses terbinannya pusmupar dan postpartum, semua
pemberdayaan ini ditandai adanya kemampuan ibu hamil, ibu menyusui terlayani kesehatan dan
masyarakat dalam membuat analisis masalah, KB, semua anak usia 0-6 tahun terlayani
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi suatu program kesehatan dan pendidikan sejak dini
program pemberdayaan. (Posyandu dan PAUD), semua keluarga yang
Kegiatan kampung keluarga berencana mempunyai anak 0-6 tahun terlayani BKB
perlu diakukan evaluasi agar kegiatan tersebut holistik intergratif, semua anak 0-18 tahun
menjadi lebih baik lagi kedepannya. Menurut mendapatkan akta keelahiran, semua remaja
Setiawan (2013), evaluasi kebijakan sebagai dapat aktif dalam BKR dan PIK-R,
suatu aktivitas yang dirancang untuk menilai meningkatnya partisipasi keluarga pra-s dan KS
hasil-hasil kebijakan pemerintah yang I dalam kelompok UPPKS, kelompok
mempunyai perbedaan-perbedaan yang sangat usila/lansia terlayani dalam BKL/Posbindu,
penting dalam spesifikasi objeknya, teknik- terbinanya lingkungan/kampung yang ber-
teknik pengukurannya, dan metode analisisnya. PHBS melalui PKLK dan kesling, mencegah
Berdasarkan data diatas maka penelitian terjadinya KDRT dan trafficking, semua anak
ini bertujuan untuk mengetahui evaluasi usia 7-12 tahun dan 13-15 tahun bersekolah,
kegiatan kampung keluarga berencana dalam tidak ada perempuan yang buta aksara melalui
upaya peningkatan efektifitas program keluarga berbagai kegiatan, penigkatan kemampuan dan
berencana di Semarang. keterampilan kader, komitmen lintas sektor,
mitra kerja dan masyarakat, data dan informasi
METODE keluarga akurat dan dinamis, serta kepuasan
keluarga dan anggota masyarakat terhadap
Metode penelitian yang digunakan dalam dikembangkanya kampung KB.
penelitian ini adalah penelitan kualitaif dengan Tempat penelitian kampung keluarga
rencangan penelitian deskriptif kualitatif. Fokus berencana adalah di RW IV kelurahan
penelitian adalah evaluasi program kampung Dadapsari Kecamatan Semarang Utara Kota
keluarga berencana dari aspek pemberdayaaan Semarang. Daerah ini merupakan daerah yang
meliputi input, proses, dan output berada di pesisir pantai utara serta daerah yang
pemberdayaan kampung keluarga berencana. masuk kedalam kriteria kampung keluarga
Evaluasi input dari program kampung berencana.
berencana meliputi jumlah tenaga, ketersediaan Data primer yang dibutuhkan yaitu
anggaran pada APBD II, ketersediaan anggaran gambaran pelaksanaan program kampung
dari sumber lain serta metode pendekatan keluarga berencana tahun 2016- 2017 yang
pemberdayaan mengenai kampung keluarga didapatkan dengan metode wawancara
berencana. mendalam kepada sumber informan utama
Evaluasi proses pemberdayaan meliputi dalam penelitian ini yaitu lurah kelurahan
evaluasi seleksi lokasi, sosialisasi, pengengkajian Dadapsari (1 orang), petugas PLKB (1 orang),

3
Aminatuz Z., Sofwan I. dan Bambang B.R. / Kampung Keluarga Berencana / HIGEIA 1 (4) (2017)

petugas Sub-PPKBD (1 orang), ketua PKK Daerah) Kota Semarang, bidan, anggota PIK-
tingkat kelurahan (1 orang), ketua RW IV (1 Remaja dan masyarakat.
orang), kader BKB (1 orang), kader BKR (1 Tenaga yang menjadi pelaksana program
orang), kader BKL (1 orang), kader UPPKS (1 kampung keluarga berencana di RW IV
orang), ketua RT (1 orang) kemudaian di Kelurahan Dadapari terdiri dari lurah, ketua
triangulasikan dengan anggota PIK-Remaja (1 RW IV, ketua RT yang ada di RW IV, ketua
orang), bidan (1 orang), Petugas SKPD (3 PKK Desa, sub PPKBD (sub Pembantu
orang), Masyarakat RW IV Kelurahan Pembina Keluarga Berencana Desa), PLKB
Dadapsari (2 orang). (Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana)
Data Sekunder dalam penelitian ini Kecamatan Semarang Utara, serta kader yang
adalah data mengenai kepesertaan KB serta data ada di RW IV Kelurahan Dadapsari. Jumlah
kependudukan di RW IV kelurahan Dadapsari kader yang ada di RW IV Kelurahan Dadapsari
kecamatan Semarang Utara selama pelaksanaan berjumlah 15 orang yang terbagi menjadi 5
program kampung keluarga berencana tahun kader BKB (Bina Keluarga Balita), 5 kader BKL
2016- 2017. Data ini diperoleh dari data KB dan (Bina Keluarga Lansia), 5 kader BKR (Bina
kependudukan dari Kecamatan Semarang Utara Keluarga Remaja), 5 kader UPPKS (Usaha
serta Dinas Pengendalian Penduduk dan Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera), 5
Keluarga Berencana (DPPKB) kota Semarang kader Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), serta
Instrumen atau alat penelitian dalam 5 kader PKB (Penyuluh Keluarga Berencana).
penelitian kualitaif adalah peneliti itu Secara administrtif jumlah kader dalam
sendiri.Teknik pengambilan data dalam satu kelompok kerja telah memenuhi syarat
penelitian ini adalah dengan wawancara namun secara teknis pelaksanaan kader yang
mendalam menggunakan panduan wawancara, bekerja belum memenuhi syarat karena masih
observasi serta studi dokumentasi. banyaknya kader yang tuganya merangkap.
Prosedur penelitian dalam penelitian ini PLKB (Penyuluh Lapangan Keluarga
terbagi menjadi tiga yaitu pra penelitian dimana Berencana) yang di tugaskan untuk membina
peneliti mempersiapkan hal-hal yang akan kelurahan Dadapsari tidak hanya membina satu
digunakan pada saat penelitian, tahap kelurahan saja namun ada 5 kelurahan yang
penelitian, dan tahap paska penelitian. dibina sehingga petugas PLKB menjadi kurang
Pemeriksaan keabsahan data dengan triangulasi. efektif dan kurang fokus dalam melaksanakan
Analisis data yang digunakan adalah pembinaan sehingga menghambat keberhasilan
dengan menelaah seluruh data yang tersedia program. Menurut Pasrah (2014), faktor
dari hasil wawancara dengan melakukan penghambat keberhasilan program KB
reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. diantaranya adalah rendahnya sumber daya
Dalam sebuah rangkuman dan tabel agar yang dimiliki oleh instansi terkait pelaksanaan
mudah dibaca serta dipahami. program keluarga berencana. Menurut Grestina
(2013), salah satu faktor penghambat
HASIL DAN PEMBAHASAN keberhasilan program KB adalah kurangnya
jumlah petugas lapangan KB yang
Narasumber dalam penelitian ini mengakibatkan kurangnya sosialisasi dan
berjumlah 18 orang yang terdiri dari 10 penyuluhan tentang program KB.
informan utama dan 8 informan triangulasi. Dana yang digunakan dalam kegiatan
Informan utama merupakan masyarakat yang kampung keluarga berencana adalah dana yang
menjadi kader dalam program kampung berasal dari APBD (Anggaran Pendapatan dan
keluarga berencana beserta petugas PLKB Belanja Daerah) yang berjumlah Rp
Kecamatan Semarang Utara. Informan 20.000.000,00 untuk setiap masing masing kota.
triangulasi berjumlah 8 orang yang terdiri dari Dana tersebut merupakan dana yang digunakan
petugas SKPD-KB (Satuan Kerja Perangkat untuk persiapan hingga untuk pembentukan

4
Aminatuz Z., Sofwan I. dan Bambang B.R. / Kampung Keluarga Berencana / HIGEIA 1 (4) (2017)

kampung keluarga berencana. Dalam petunjuk berencana dilakukan oleh pemerintah kota
teknis pembentukan kampung keluarga Semarang dengan melakukan koordinasi
berenana dana tersebut merupakan anggaran dengan pemerintah kecamatan Semarang Utara.
yang disediakan oleh BKKBN untuk proses Pemilihan tempat terealisasikannya kampung
pembentukan dan dana tersebut bersifat dana keluarga berencana ini dilakukan dengan dasar
stimulan dan dialokasikan pada DIPA (Daftar syarat pembentukan kampung keluarga
Isian Pelaksanaan Anggaran) perwakilan berencana yang telah terdapat pada juklis
BKKBN Provinsi (BKKBN, 2016). kampung keluarga berencana. Wilayah RW IV
Indikator keberhasilan input yang belum Kelurahan Dadapsari sebelum dibentuk
tercapai adalah anggaran untuk kegiatan yang kampung keluarga berencana telah sesuai
berjalan di kampung keluarga berencana. dengan kriteria umum dan khusus yang harus
Pembiayaan operasional di kampung keluarga dipenuhi.
berencana bersumber dari APBD II dan potensi Sebelum dilakukannya peresmian
lokal yang ada seperti iuran CSR (Corporate kampung keluarga berencana pemerintah kota
Social Responsibility/ Tanggung Jawab Sosial Semarang melakukan persiapan dengan
Perusahaan) dll (BKKBN, 2016). Dana lain monsosialisasikan program mengenai kampung
untuk kegiatan kampung keluarga berencana keluarga berencana secara terus menerus kepada
berasal dari hasil keuntungan dari kegiatan masyarakat yang berada di RW IV Kelurahan
UPPKS (Usaha Peningkatan Pendapatan Dadapsari. Proses sosialisasi tersebut bertujuan
Keluarga Sejahtera) yang berkembang di untuk memberikan pemahaman kepada
kampung keluarga berencana. Kegiatan UPPKS masyarakat mengenai kampung keluarga
(Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga berencana. Menurut Nurharjadmo (2008),
Sejahtera) yang ada tidak bejalan, sehingga pemahaman program yang baik membawa
tidak ada dana yang dihasilkan untuk dampak pada sikap yang diambil oleh pelaksana
melaksanakan program yang ada di kampung kebijakan. Kegiatan sosialisasi mengenai
keluarga berencana. kampung keluarga berencana dilakukan oleh
Bentuk pemberdayaan yang digunakan pemerintah kota kepada kader serta tokoh
dalam program kampung keluarga berencana masyarakat yang ada di RW IV. Semua kader
adalah pemberdayaan partisispatif. Petugas dan tokoh masyarakat yang nantinya akan
PLKB atau penyuluh KB hanya bersifat sebagai menjadi pelaksana program kampung keluarga
pembina dalam kegiatan tersebut. Pemerintah berencana hadir dalam kegiatan sosialiasi
kota Semarang dalam program kampung tersebut.
keluarga berencana ini hanya bertugas sebagai Pengkajian potensi wilayah penting untuk
monitoring kegiatan yang berjalan. Jenis dilakukan agar para pelaksanana program
pembinaan yang dilakukan adalah dengan kampung keluarga berencana dapat
pembinaan berjenjang. Pembinaan berjenjang melaksanakan dan mampu memecahkan
yang dimaksud adalah pemeritah kota masalah yang ada di lingkungannya dengan
melakukan koordianasi dengan petugas PLKB maksimal. Menurut Kasmel and Pernille (2011),
kecamatan Semarang Utara kemudian untuk mengatakan bahwa adanya minat dan inisiatif
pembinaan langsung di kelurahan dilakukan dari masyarakat mengenai pentingnya masalah
oleh PLKB kecamatan yang membina sub yang ada, dukungan politik, keuangan serta
PPKBD (sub Pembantu Pembina Keluarga penentu kebijkana sangat penting dalam
Berencana Desa) yang menjadi perwakilan pencapaian tujuan suatu pemberdayaan
kader. Dari sub PPKBD kemudian membina masyarakat.
dan melaksanakan program yang ada di Pada awal sebelum pembentukan
kampung keluarga berencana. kampung keluarga berencana, di RW IV
Proses pemilihan lokasi tempat Kelurahan Dadapsaari belum memiliki kader
terimplementasikannya kampung keluarga BKL (Bina Keluarga Lansia), BKR (Bina

5
Aminatuz Z., Sofwan I. dan Bambang B.R. / Kampung Keluarga Berencana / HIGEIA 1 (4) (2017)

Keluarga Remaja), dan UPPKS (Usaha dilakukannya penyusunan rencana kegiatan


Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera). kelompok, masyarakat yang ditunjuk sebagai
Salah satu syarat suatu tempat dapat dijadikan kader hadir dan ikut serta dalam diskusi
sebagai tempat terimplementasinya kampung pembentukan rencana kegiatan kelompok.
keluarga berencana adalah daerah tersebut telah Selain peran kader, terdapat juga peran tokoh
memiliki BKB (Bina Keluarga Balita), BKL masyarakat seperti ketua RW dalam kegiatan
(Bina Keluarga Lansia), BKR (Bina Keluarga penyususnan rencana kegiatan kelompok
Remaja), dan UPPKS (Usaha Peningkatan tersebut.
Pendapatan Keluarga Sejahtera). Sebelum Bentuk pembinaan antara pemerintah
lounching kampung keluarga berencana di RW setempat dengan kader yang bekerja di
IV dibentuk BKL, BKR, dan UPPKS. kampung keluarga berencana yang dilakukan
Koordinasi untuk persiapan pembentukan selama kampung keluarga berencana
kampung keluarga berencana juga dilakukan berlangsung setiap bulannya yaitu setiap tanggal
secara terus menerus oleh pemerintah kota 21. Pertemuan tersebut berlangsung bersamaan
Semarang dengan perangkat desa di kelurahan dengan kegiatan rakor tingkat kelurahan. Pada
Dadapsari serta dengan camat kecamatan pertemuan tersebut tidak semua kader
Semarang Utara dan petugas PLKB Semarang mengikuti kegiatan tersebut. Kader yang
Utara dan masyarakat di RW IV Kelurahan menjadi perwakilan pada pertemuan tersebut
Dadapsari. adalah sub PPKBD masing-masing RW. Dari
Persiapan awal sebelum dilakukannya pertemuan terebut diharapkan sub PPKBD dari
lounching kampung keluarga berencana adalah tiap RW meneruskan materi serta informasi
dengan melakukan pembentukan kader. Setelah yang mereka peroleh pada saat pembinan
dilakukan pembentukan kader dilakukan juga tersebut kepada kader yang ada di RW mereka.
pembagian tugas untuk tiap masing masing Sub PPKBD yang ada di RW IV
kelompok kerja. Pembagian tugas tersebut memberikan informasi yang didapatkan pada
diserahkan sepenuhnya kepada kader yang ada saat kegiatan rakor tingkat kelurahan
nantinya akan bertugas dalam kampung disampaikan kepada kader di RW IV melalui
keluarga berencana. acara kegiatan PKK RW. Pada saat kegiatan
Bentuk rencana kegiatan yang akan PKK RW tidak semua kader menjadi anggota
dilakukan oleh kelompok kerja BKL, BKR, dan PKK RW. Jumlah kader yang ada 15 kader
BKB adalah para kader melakukan namun hanya ada 9 kader yang menjadi
perkumpulan dan pembinaan pada masing- anggota PKK RW dan hadir dalam setiap
masing kelompok bina kepada ibu yang pertemuan PKK RW tiap bulannya.
memiliki balita, lansia, serta remaja sebanyak Sampai saat ini belum ada pelatihan
satu kali dalam satu bulan dan dilakukan di luar khusus bagi kader. Hal ini berpengaruh pada
kegiaatan PKK. Bentuk rencana kegiatan yang kurangnya pengetahuan kader mengenai KB.
akan dilakukan oleh kelompok kerja UPPKS Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
adalah dengan melakukan pembinaan kepada oleh Febriansyah (2015), mengatakan bahwa
kelompok pengusaha kecil dengan cara kurangnya pengetahuan kader tentang program
membetuk mengumpulkan pengusaha kecil Keluarga Berencana, mengakibatkan kader
untuk dibentuk kelompok usaha. Setiap tidak dapat menentukan sikap kepada para
kelompok usaha akan diberikan modal awal sasaran program karena kader takut apabila
dari pemerintah yang digunakan untuk terjadi suatu yang negatif. Menurut Basri (2013),
mengembangkan usaha kelompok tersebut. pemberian pelatihan yang tepat sangat efektif
Setelah kelompok tersebut berkembang, modal untuk memaksimalkan kegiatan pemberdayaan
yang diberikan oleh pemerintah kemudian masyarakat.
dikembalikan lagi untuk selanjutnya diberikan Bentuk kegiatan yang telah dilakukan
kepada kelompok usaha yang lain. Pada saat oleh kelompok BKR adalah memberikan materi

6
Aminatuz Z., Sofwan I. dan Bambang B.R. / Kampung Keluarga Berencana / HIGEIA 1 (4) (2017)

kepada ibu rumah tangga mengenai remaja balita pada aat kegiatan PKK RT. Namun tidak
pada saat kegiatan PKK tingkat RT. Pemberian setiap bulan ibu yang datang pada saat kegiatan
materi kepada ibu rumah tangga bertujuan PKK RT diberikan materi mengenai bina
untuk meningkatkan kontrol diri pada remaja keluarga balita secara rutin. Dalam hasil
sehingga diharapakan tidak timbul kenakalan penelitian Ariesta (2011), hal yang menjadi
pada remaja. Menurut Suminar (2012), semakin kendala dalam pembinaan BKB adalah
tinggi tingkat kontrol diri maka semakin rendah keterbatasan waktu dan kader yang ada
pula perilaku kenakalan remaja. Namun, sehingga kegiatan kurang efektif dan waktu
pemberian materi tersebut hanya dilakukan pelaksanaan kegiatan yang kurang efisien.
pada awal setelah pembentukan kampung Pemberian materi mengenai BKL, BKR,
keluarga berencana. Pada saat ini kelompok BKB tidak rutin disampaikan setiap bulannya
BKR tidak lagi melakukan pembinaan kepada kepada masyarakat karena keterbatasan waktu
keluarga yang memiliki remaja. Hal tersebut dalam kegiatan PKK dan tenaga yang
dikarenakan kurangnya keaktifan kader dalam memberikan pembinaan. Menurut Naufal
menjalankan kegiatan BKR. (2010), mengatakan bahwa faktor penghambat
Kurangnya keaktifan kader terjadi karena pelaksanaan program yaitu belum adanya
para kader sibuk dengan kegiatan mereka binaan khusus dari instansi, sebagian
masing-masing seperti bekerja. Kelompok BKL masyarakat belum semuanya mengetahui
juga menyampaikan materi mengenai lansia adanya program dan keterbatasan waktu.
pada saat kegiatan PKK RT. Kegiatan yang Pemberian informasi mengenai KB hanya
dilakukan BKL hanya memberikan pembinaan dilakukan pada saat kegiatan PKK RT. Tidak
kepada keluarga yang memiliki lansia, namun ada bentuk pemberian informasi mengenai KB
untuk kegiatan yang dilakukan oleh lansia itu yang menggunakan media promosi kesehatan
sendiri dilakukan di kelurahan setip tanggal 21. yang dapat di pasang di lingkungan umum
Kegiatan tersebut berupa posyandu lansia yang seperti poster dll. Menurut Islam (2016), media
dimana didalamnya berisi penyuluhan kepada masa merupakan faktor potenisal untuk
lansia mengenai masalah kesehatan serta mempengaruhi penggunaan kontrasepsi. Tidak
dilakukannya cek kesehatan pada kegiatan semua ibu rumah tangga dapat hadir secara
posyandu tersebut. Kegiatan pembinaan yang rutin dalam kegiatan PKK RT yang dilakukan
dilakukan oleh BKL untuk saat ini tidak setiap bulannya. Sehingga pemberian informasi
berjalan lagi. Kendala yang dihadapi oleh BKL yang ada di RW IV kurang efektif dan
adalah tidak adanya dana yang digunakan maksimal. Padahal komunikasi yang efektif
untuk kegiatan serta menurunnya keaktifan dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Hal ini
kader. sesuai dengan hasil penelitian dari Suroso
Kelompok kerja UPPKS selama satu (2014), yang menyebutkan bahwa komunikasi
tahun berjalannya program kampung keluarga yang intensif antara sesama warga masyarakat,
berencana belum pernah melakukan kegiatan antara warga masyarakat dengan pimpinannya
yang direncanakan pada awal pembentukan serta antara sistem sosial di dalam masyarakat
kelompok kerja UPPKS. Hal tersebut terjadi dengan sistem di luarnya mampu meningkatkan
karena kader yang ada di UPPKS tidak aktif peran dan partisipasi masyarakat.
dan kurangnya kesadaran masyarakat untuk Adanya penyuluhan mengenai KB yang
berpartisipaasi dalam kegiatan tersebut. Bentuk intensif mempengaruhi keputusan masyarakat
kegiatan yang dilakukan oleh BKB adalah dalam ber KB. Hasil penelitian Sari (2010),
dengan melakukan pendataan mengenai mengatakan bahwa secara statistik terdapat
perkembangan anak yang ada di RW IV melalui hubungan sangat signifikan antara konseling
KKA (Kartu Kembang Anak) dalam kegiatan Keluarga Berencana (KB) dengan pengambilan
posyandu. Selain itu, BKB juga memberikan keputusan Pasangan Usia Subur (PUS) dalam
materi mengenai pembinaan ibu yang memiliki penggunaan alat kontrasepsi. Menurut Olaitan

7
Aminatuz Z., Sofwan I. dan Bambang B.R. / Kampung Keluarga Berencana / HIGEIA 1 (4) (2017)

(2011), setiap pasangan harus diberikan Pembinaan kepada kader tingkat RW berjalan
informasi yang baik mengenai pentingnya KB setiap bulanya sebanyak satu kali pada saat
hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan kegiatan PKK RW. Pembinaan tingkat
kesehatan reproduksi pada mereka, peningkatan kelurahan yang dilakukan oleh PLKB kepada
status ekonomi, mengurangi kematian ibu, sub PPKBD yang menjadi perwakilan setiap
morbiditas dan mengurangi kehamilan yang RW juga rutin dilakanakan setiap tanggal 21.
tidak diinginkan. Pembinaan mengenai program Pada saat diberikan pembinaan tingkat RW
KB kepada masyarakat dilakukan pada saat tidak semua kader hadir dalam kegiatan
pertemuan PKK. Pada saat pertemuan PKK, tersebut, sehingga tidak semua kader
dilakukan penyuluhan kepada warga dan mendapatkan materi dan pembinaan. Selain
mengajak warga yang belum ber KB untuk ber karena ada kader yang tidak hadir dalam
KB. Selain itu, penyuluhan mengenai KB juga kegiataan PKK tersebut, ada juga sebagian
dilakukan pada saat kegiatan posyandu. kader yang tidak menjadi anggota PKK RW
Lurah di kelurahan Dadapsari sangat sehingga kader yang tidak mengikuti kegiatan
mendukung kegiatan mengenai kampung PKK RW menjadi kurang aktif dalam kegiatan
keluarga berencana dan selalu memberikan yang dilakukan di setiap kelompok kerja.
motivasi kepada kader untuk menjalankan Selama satu tahun berjalannya kampung
kegiatan yang ada di kampung keluarga keluarga berencana belum pernah diadakan
berencana. Dudungan dari tokoh masyarakat pelatihan yang diberikan kepada masyarakat
seperti ketua RT masih rendah. Ketua RT yang secara langsung dari petugas PLKB dan
ada di RW IV hanya memberikan dukungan pemerintah. Pelatihan yang diterima oleh
dalam bentuk penyetujuan program yang akan masyarakat hanya berbentuk pembinaan dari
dilaksanakan. Tidak ada dukungan dalam kader saja. Masyarakat di RW IV belum
bentuk lain seperti pemberian motivasi kepada memiliki kemandirian dalam melaksanakan
kader dalam melaksakan kegiatan. Kurangnya kegiatan yang harus dilakukan dalam program
dukungan dari tokokh masyarakat kampung keluarga berencana. Masih ada
menyebabkan kerja kader yang ada di RW IV pengaruh besar dan campur tangan yang besar
kurang maksimal. Menurut Lahijani (2012), dari PLKB untuk melakukan setiap kegiatan.
menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi Apabila tidak ada kontribusi dari PLKB
pemberdayaan dalam proyek pengembangan kegiatan yang ada di kampung keluarga
sumber daya manusia diantarannya adalah berencana tidak dapat berjalan dengan baik.
adanya sumber diri dan kemampuan diri dalam Keseluruhan implementasi kebijakan
bentuk permodelan, motivasi, dan dukungan. dievaluasi dengan cara mengukur luaran
Kegiatan yang dilaksanakan di RW IV program berdasarkan tujuan kebijakan. Luaran
kelurahan Dadapari belum sesuai dengan program dilihat melalui dampaknya terhadap
rencana awal kegiatan yang akan dilakukan. sasaran yang dituju baik individu dan kelompok
Kegiatan yang mereka lakukan bersamaan maupun masyarakat. Menurut Akib (2010),
dengan kegiatan PKK (Pembinaan luaran implementasi kebijakan adalah
Kesejahteraan Keluarga). Pada saat kegiatan perubahan dan diterimanya perubahan oleh
PKK RT tidak semua masyarakat hadir dalam kelompok sasaran. Kegiatan kampung keluarga
kegiatan PKK tersebut. Sehingga tidak semua berencana telah berjalan selama satu tahun di
masyarakat mendapatkan pembinaan. Selain RW IV Kelurahan Dadapasari.
karena sulitnya mengumpulkan warga untuk Setelah satu tahun berjalan, peserta KB
mengikuti acara diluar kegiatan PKK kendala aktif yang ada di RW IV sudah mulai terbina.
lain yang dihadapi adalah tidak adanya dana Bentuk pembinaan yang dilakukan kepada
untuk kegiatan yang berlangsung. peserta KB aktif adalah dengan memberikan
Program kegiatan UPPKS tidak berjalan materi mengenai KB. Adanya kegiatan
maka tidak ada dana yang dihasilkan. kampung keluarga berencana juga berdampak

8
Aminatuz Z., Sofwan I. dan Bambang B.R. / Kampung Keluarga Berencana / HIGEIA 1 (4) (2017)

pada jumlah kepesertaan KB di RW IV pada bulan tersebut juga mengalami penurunan.


Kelurahan Dadapsari. Sehingga apabila dilakukan presentase jumlah
Jumlah peserta KB selama satu tahun di PUS yang ber KB dengan metode MKJP
RW IV Kelurahan Dadapari mengalami dengan jumlah PUS yang yang ada menjadi
peningkatan. Setelah satu tahun program 44%. Walaupun terjadi peningkatan jumlah
kampung keluarga berencana berjalan, jumlah kepesertaan KB dengan MKJP namun jumlah
peserta KB baru belum sesuai dengan target peningkatan tersebut masih kecil dan belum
program kampung keluarga berencana. Apabila sebanding dengan target program kampung
dilakukan perbandingan jumlah peserta KB baru keluarga berencana. Hal ini karena lebih dari
dengan jumlah PUS (Pasangan Usia Subur) 50% PUS di kelurahan Dadapsari yang masih
presentasenya menurun dari 56% menjadi 51% menggunakan metode kontrasepsi jangka
dan menjadi 50% pada tahun 2017. RW IV pendek.
Kelurahan Dadapsari persentase jumlah Alasan utama masyarakat tidak
pasangan yang ber KB belum memenuhi target menggunakan metode MKJP karena mereka
capaian di Kelurahan Dadapasari. Target masih merasa takut dengan efek samping yang
capaian presentae jumlah peserta KB di mungkin akan ditimbulkan dari metode
kelurahan Dadapsari adalah 76%. tersebut. Ketakutan tersebut dikarenakan
Masih banyak ditemukan PUS di RW IV kurangnya informasi yang didapat oleh
kelurahan Dadapsari yang menggunakan masyarakat mengenai metode kontrasepsi
metode kontrasepsi jangka pendek. Pada bulan MKJP. Menurut James (2010), kurangnya
Januari hingga bulan Maret sebanyak 35 PUS informasi dan kekeliruan informasi mengenai
atau sebesar 67% dari total PUS masih alat kontraspsi modern mempengaruhi pelilihan
menggunakan metode kontrasepsi jangka alat kontraspesi modern. Menurut Tati (2017),
pendek. Pada bulan April sebanyak 34 PUS faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
atau sebesar 65% dari total PUS masih pengetahuan seseorang tentang penggunaan
mennggunakan metode kontrasepsi jangka kontrasepsi yaitu pendidikan, media masa atau
pendek. Pada bulan Mei hingga bulan informasi, usia, sosial budaya dan ekonomi.
Desember jumlah PUS yang menggunakan Target unmetneed di kelurahan Dadapari
metode kontrasepsi jangka pedek menjadi 33 adalah sebsesar 10%. Namun angka unmetneed
PUS atau sebesar 58% dari total PUS. Pada di RW IV Kelurahan Dadapsari masih tinggi
tahun 2017 jumlah PUS yang menggunakan yaitu sebesar 25 %. Selama satu tahun angka
metode kontrasepsi jangka pendek adalah 27 unmetneed di kelurahan dadapsari mengalami
atau sebesar 56% dari jumlah PUS yang ada. peningkatan dari yang sebelumnya 16% pada
Setelah satu tahun program kampung bulan Januari menjadi sebesar 25% pada bulan
keluarga berencana berjalan terjadi peningkatan Januari 2017. Angka unmetneed juga terus
kualitas dalam memilih alat kontasepsi. Pada mengalami peningkatan hingga bulan Juni 2017
bulan Juni sebanyak 17 PUS atau 33% dari menjadi 32%. Peningkatan angka presentase
jumlah PUS yang baru menggunakan MKJP unmetneed di RW IV Kelurahan Dadapsari
(Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) dan pada terjadi karena banyaknya warga di RW IV
bulan April meningkat menjadi 23 PUS atau Kelurahan Dadapsari yang tidak ingin anak
sebesar 42% dari jumlah PUS. Pada bulan Mei serta mengingginkan anak namun tunda yang
hingga Januari 2017 terjadi peningkatan tinggi. Pasangan Pusmupar (Pasangan Usia
sebanyak 4 PUS atau menjadi 23 PUS atau Subur Muda Paritas Rendah) dan Postpartum
sebesar 42% dari total PUS yang menggunakan (masa setelah ibu melahirkan sampai enam
MKJP. Pada bulan Februari hingga bulan Juni minggu kedepan) di RW IV sudah mulai
2017 terjadi penurunan jumlah PUS yang terbina.
menggunakan MKJP atau menjadi 21 PUS. Pembinan bagi pasangan Pusmupar
Penurunan tersebut dikarenakan jumlah PUS adalah dengan melakukan pendataan dan

9
Aminatuz Z., Sofwan I. dan Bambang B.R. / Kampung Keluarga Berencana / HIGEIA 1 (4) (2017)

mendatangi pasangan Pusmupar secara Anak usia 0-6 tahun di RW IV sudah


langsung untuk diberikan penyuluhan mengenai terlayani untuk masalah pendidikannya. Semua
KB. Bagi pasangan Pospartum bentuk anak usiaa 0-6 tahun di RW IV mengikuti
pembinaan yang dilakukan adalah dengan kegiatan Pos PAUD. Namun untuk kegiatan
melakukan pendampingan selama nifas. posyandu terdapat 10 anak dari 62 anak di RW
Pendampingan tersebut dilakukan dengan IV yang tidak mengikuti kegiatan posyandu.
mendatangi pasangan postpartum dan diberikan Setelah satu tahun program kampung keluarga
penyuluhan mengenai KB. berencana bejalan diharapkan semua anak usia
Selama satu tahun program kampung 0-6 tahun mengikuti kegiatan poyandu. Namun
keluarga berencana berjalan, semua ibu hamil masih ditemukan 5 anak dari 53 anak yang ada
dan ibu menyusui terlayani dalam kesehatan di RW IV ini tidak mengikuti posyandu,
dan KB. Hal tersebut juga dikarenakan adanya sehingga untuk masalah kesehatan belum semua
program baru dari puskesmas yaitu program anak terlayani dalam kesehatanya. Kegiatan
Gasurkes (Petugas Surveilans Kesehatan). Pada BKB dilakukan bersamaan dengan kegiatan
program tersebut juga dilakukan pendataan dan PKK. Tidak semua ibu yang memiliki balita di
pemantauan mengenai status kesehatan pada RW IV mengikuti kegiatan PKK maka tidak
ibu hamil. Bagi ibu yang menyusui bentuk semua ibu terlayani dalam program BKB.
pelayanan dalam ber KB yang dilakukan oleh Belum semua anak di RW IV yang
kader adalah melakukan pembinaan pada saat berusia 0-18 tahun memiliki akta kelahiran.
PKK. Sebanyak 106 atau sebesar 60% dari jumlah
Tingkat kesadaran dan pengetahuan anak usia 0-18 telah memiliki akta kelahiran.
masyarakat RW IV Kelurahan Dadapsari dalam Selain kegiatan yang berfungsi untuk
ber KB masih rendah. Keberhasilan program meningkatkan kesejahteraan pada balita dan
KB bukan hanya berasal dari faktor pemerintah lansia, dalam program kampung keluarga
saja. Kesadaran masyarakat dalam ber KB juga berencana juga terdapat kegiatan yang berfungsi
berperan dalam keberhasilan program KB. untuk meningkatkan kesejahteraan pada remaja
Menurut Riyanti (2016), pelaksanaan pelayanan melalui program BKR dan PIK-Remaja (Pusat
KB bukan hanya milik pemerintah tetapi lebih Informasi dan Konseling Remaja). Dari 50
juga milik keluarga, sehingga diperlukan suatu remaja yang terdapat di RW IV hanya 20
kesadaran kesepakatan antara pasangan suami remaja atau sekitar 40 % remaja mengikuti
dan istri untuk merencanakan dan menentukan kegiatan aktif dalam kegiaatan PIK Remaja.
jumlah anak, jarak anak, usia ideal memiliki Pada sat ini kegiatan PIK Remaja tidak
anak dan mengatur kehamilan. Selain itu berjalan. Hal tersebut dikarenakan banyaknya
minimnya jumlah kader dan tenaga yang anggota PIK Remaja yang bekerja. PIK Remaja
bekerja juga berpengaruh pada efektifitas merupakan sasaran sekunder dari program
masyrakat dalam ber KB. Menurut Merrynce BKR. Sehingga harus ada integrasi antara PIK
(2013), faktor yang dominan mempengaruhi Remaja dengan BKR. Namun, saat ini di RW
efektivitas pelaksanaan program KB adalah IV Kelurahan Dadapsari tidak ada integrasi
faktor komunikasi dan faktor sumber daya. antara PIK dengan BKR.
Dalam kegiatan kampung keluarga Program UPPKS tidak berjalan sejak
berencana terdapat program yang disebut BKB pembentukan kampung keluarga berencana
holistik integratif. Program tersebut merupakan hingga sekarang. Kendala yang dihadapi kader
integrasi antara program Pos PAUD adalah karena kader UPPKS memilih untuk
(Pendidikan Anak Usia Dini), Posyandu, serta bekerja sehingga tidak ada waktu untuk
BKB. Pos PAUD berfungsi untuk melayani mengurus kegiatan UPPKS. Kelompok lansia
masalah pendidikan pada balita, Ketiga aspek yang ada di RW IV terlayani dalam kesehatan
tersebut harus berjalan agar dapat menghasilkan melalui program Posbindu (Pos Pembinaan
hasil yang maksimal. Terpadu). Program Posbindu tersebut

10
Aminatuz Z., Sofwan I. dan Bambang B.R. / Kampung Keluarga Berencana / HIGEIA 1 (4) (2017)

dilaksankan di kelurahan setiap tanggal 15. masalah ekonomi masalah ekonomi terdapat
Tidak semua lansia di RW IV Kelurahan juga faktor lingkungan serta dukungan orang
Dadapsari aktif dalam kegiatan posbindu yang tua juga berpengaruh pada anak untuk
diadakan dikelurahan tersebut. Banyak dari bersekolah. Bagi anak yang tidak berekolah
lansia laki-laki yang tidak mengikuti kegiataan kebanyakan dari orang tua mereka membiarkan
posbindu. Selain itu, bagi lansia yang sudah mereka untuk tidak bersekolah dan kurang
tidak memungkinkan untuk berkatifitas juga memberikan dukungan serta motivasi untuk
tidak mengikti kegiatana posyandu lansia. bersekolah.
Kegiatan PKLK (Program Ketahanan Perempuan di RW IV kelurahan
dan Pemberdayaan Keluarga) di RW IV Dadapsari tidak ada yang buta aksara. Program
kelurahan Dadapsari tidak berjalan namun kampung keluarga berencana yang berjalan
untuk masalah kesehatan dan kebersihan selama satu tahun di RW IV kelurahan
lingkungan setelah satu tahun program Dadapsari ini telah mampu meningkatkan
kampung keluarga berencana berjalan kemapuan kader yang ada di RW IV ini. Hal
lingkungan di RW IV sudah mulai bersih dan tersebut dikarenakan rutinnya pembinaan yang
rapi. Kegiatan yang dilakukan untuk menjaga dilakukan setiap bulannya. Namun, belum
kebersihan lingkungan di RW IV hanya semua kader yang ada di RW IV meingkat
melakukan kegiatan kerja bakti. untuk keterampilannya. Pada pelaksanaan
Kasus KDRT (Kekerasan Dalam Rumah program yang ada di kampung keluarga
Tangga) rentan terjadi pada masyarakat berencana telah ada komitmen dari berbagai
kalangan ekonomi menengah ke bawah. mitra kerja seperti puskesmas dinas pendidikan
Menurut Suminar (2012), menyebutkan bahwa dan dinas kesehatan dengan masyarakat untuk
masyarakat kelas ekonomi rendah memiliki mengembangkan dan menjalan kegiatan yang
kecenderungan lebih besar untuk melakukan ada.
tindak kriminal dibandingkan dengan Pendataan yang ada di RW IV setelah
masyarakat kelas ekonomi menengah keatas. adanya program kampung keluarga berencana
RW IV Keluraha Dadapsari merupakan wilayah menjadi lebih dinamis dan akurat. Hal ini
degan jumlah Pra KS (Pra Keluarga Sejahtera) dikarenakan kader yang ada dituntut untuk
dan KS (Keluarga Sejahtera) 1 yang tinggi melakkukan pelaporan rutin setiap bulanya.
sehingga kasuh KDRT juga masih terjadi di RW Namun pada bulan Januari hingga bulan Mei
IV kelurahan Dadapsari. Namun kasus KDRT 2017 pendataan mengenai data keluarga belum
yang terjadi bukanlah kasuh yang tergolong berjalan maksimal. Hal tersebut terjadi karena
kasus yang besar sehingga untuk masalah kader yang mulai kurang aktif dan sibuk dengan
KDRT tidak ada pelaporan oleh masyarakat ke kegiatannya masing masing seperti bekerja.
pemerintah setempat. Setelah program kampung keluarga
Setelah satu tahun program kampung berencana berjalan telah ada kepuasan keluarga
keluarga berencana berjalan di RW IV dan anggota masyarakat terhadap
kelurahan Dadapsar, belum semua anak yang dikembangkannya kampung keluarga
berusia 7-15 tahun bersekolah. Pada tahun 2016 berencana. Namun kepuasan tersebut belum
di RW IV masih terdapat anak yang tidak besar karena masih ada banyak hal yang perlu
bersekolah dari 97 anak usia 7-15 tahun terdapat dibenahi dan diperbaiki didalam kegiatan
7 anak yang tidak besekolah. Setelah satu tahun kampung keluarga berencana.
program kampung keluarga berencana berjalan
diharapkan semua anak usia 7-15 tahun PENUTUP
bersekolah. Namun hingga bulan Juni 2017
masih ada 4 anak dari 74 anak yang tidak Simpulan dalam penelitian ini adalah
bersekolah. Alasan utama mereka tidak Indikator input dari program kampung keluarga
bersekolah adalah masalah ekonomi. Selain berencana belum sepenuhnya terpenuhi. Secara

11
Aminatuz Z., Sofwan I. dan Bambang B.R. / Kampung Keluarga Berencana / HIGEIA 1 (4) (2017)

teknis dilapangan jumlah kader yang bekerja Bandar Abbas (Iran). International journal of
belum sesuai karena masih ada petugas yang Management, 8(7): 34-45.
merangkap tugas lain. Belum ada anggaran BKKBN. 2015. Petunjuk Teknis Kampung Kelarga
Berencana. Jakarta: BkkbN
yang tersedia untuk kegiatan kampung keluarga
BPS. 2015. Pofil Kependudukan Indonesia. Jakarta: BPS
berenana anggaran yang ada hanya untuk
Febriansyah, M. 2015. Studi Tentang Partisipasi
persiapan dan untuk pembentukan kampung Masyarakat Dalam Program Keluarga
keluarga berencana. Indikator proses belum Berencana Di Kecamatan Kota Bangun
sepenuhnya terpenuhi. Kegiatan yang dilakukan Kabupaten Kutai Kartanegara. E. Journal
belum sesuai dengan rencana awal kegiatan. Administrasi Negara, 3(3) :873-884.
Pada saat pembinaan tidak semua kader hadir Grestina, D. 2013. Evaluasi Efektifitas Program
dalam kegiatan pembinaan tersebut. Kegiatan Keluarga Berencana. Jurnal S-1 Ilmu
BKB, BKR, BKL dilaksanakan bersamaan Administrasi Negara, 2(1): 1-7
Islam, S., Mahedi H. 2016. Women Knowledge,
dengan kegiatan PKK. Pada saat kegiatan PKK
Attitude, Approval of Family Planning and
tidak semua ibu rumah tangga hadir dalam
Contraceptive Use in Bangladesh. Asia Pacific
kegiatan PKK. Sehingga tidak semua ibu rumah Journal of Multidisciplinary Research, 4(2): 76-82
tangga mendapatkan pembinaan mengenai BKB James, N.G. 2007. Family Planning Policies and
BKL dan BKR. Alasan yang menjadi penyebab Their Impacts on the Poor: Peru’s Experience.
ketidak hadiran ibu rumah tangga karena U.S. Agency for International Development
mereka lebih memilih untuk bekerja dari pada Washington DC, 33(4): 89-96
hadir pada saat kegiatan PKK. Beberapa Kasmel, P. 2011. Measurement of Community
indikator output dari program kampung Empowerment in Three Community
Programs in Rapla (Estonia). International
keluarga berencana belum terpenuhi. Dari
Journal of Environmental Research and Public
duapuluh indikator keberhasilan output hanya
Health, 8(4): 799-817
ada spuluh indikator yang dapat terpenuhi. Lahijani, P. 2012. Human Resoures Empowerment
Saran dalam penelitian ini adalah bagi peneliti Strategies in Development Projects.
selanjutnya diharapkan tidak hanya meneliti International Journal of Engineering Researcch and
dari aspek evaluasi proses pemberdayaan Apliations (IJERA), 2(3): 2760-2761
mayarakat saja namun juga aspek yang lain Mardikanto, T., Soebiato, P. 2015. Pemberdayaan
selain pemberdayaan masyarakat. Masyarakat dalam Persepektif Kebijakan Publik.
Bandung: Alfabetha.
Merryne, Hidir, A. 2013. Efektivitas Pelaksanaan
DAFTAR PUSTAKA
Program Keluarga Berencana. Jurnal
Kebijakan Publik, 4(1): 1-118
Akib, H. 2010. Implementasi Kebijakan: Apa,
Miller, G., Babiar, S.K. 2014. Family Planning and
Mengapa dan Bagaimana. Jurnal Administrasi
Program Effectss. Journal of United States of
Publik, 1 (1): 70-81
America, 4(3): 314-323
Agarwal. 2011. Family Planning Why the United
Naufal, A., Yatri I.K. 2010. Evaluasi Program Pos
States Should Care. International Journal of
Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) (Studi
Environmental Research and Public Health, 2(8):
Kasus Posdaya Bina Sejahtera di Kelurahan
788-795
Pasirmulya, Kecamatan Bogor Barat, Kota
Ariesta, N.P. 2011. Peran Kader Bina Keluarga Balita
Bogor, Jawa Barat). Jurnal Penyuluhan, 6(2):
Dalam Upaya Pembinaan Kesejahteraan Keluarga
263-281
Melalui Layanan Bina Keluarga Balita (Studi
Nurharjadmo, W. 2008.. Evaluasi Implementasi
Deskriptif di BKB Kasih Ibu I Kelurahan
Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda Di
Bulukerto Kecamatan Bulukerto Kabupaten
Sekolah Kejuruan Evaluation Implementation
Wonogiri). Skripsi. Semarang: Universitas
Dual System Education Program In Senior
Negeri Semarang
Technical High School. Spirit Publik, 86(4):
Basri, M., Ziglari, F., Abadi, A. 2013. Study Effective
215-228.
Factors on Employees’ Empowerment by a
Olaitan. 2011. Factors Influencing the Choice of
Model Based on Conger & Kanungo Model;
Family Planning Among Couples in
Case Study: Social Security Organization of

12
Aminatuz Z., Sofwan I. dan Bambang B.R. / Kampung Keluarga Berencana / HIGEIA 1 (4) (2017)

Southwest Nigeria. International Journal of Perdesaan Desa Sesulu Kecamatan Waru


Medicine and Medical Sciences, 3(7): 227-232 Kabupaten Penajam Paser Utara. Jurnal Ilmu
Pasrah, R., Tri, S. P.,Toti, I. 2014. Efektivitas Pemerintahan, 1 (2): 784-796
program keluarga berencana dalam menekan Suminar, D. R., Iga, S. A. 2012. Hubungan Antara
Laju Pertumbuhan Penduduk di Kota Tingkat Kontrol Diri dengan Kecenderungan
Pekanbaru. Jom Fekom, 1(2): 318-344 Perilaku Kenakalan Remaja. Psikologi
Riyanti, A., Widanti, A. L. 2016. Ketentuan Tentang Pendidikan dan Perkembangan, 1(2): 344-356
Standar Pelayanan Minimal Bidang Keluarga Suroso, H., Abdul, H., Irwan, N. 2014. Faktor-Faktor
Berencana Dan Keluarga Sejahtera Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat
Berdasarkan Asas Perikemanusiaan Dan Hak dalam Perencanaan Pembangunan di Desa
Asasi Manusia. Soepra Jurnal Hukum Banjaran Kecamatan Driyorejo Kabupaten
Kesehatan, 2 (2): 222-241 Gresik. Wacana, 17(1): 1411-0199
Sari, K. S. 2010. Hubungan Konseling Keluarga Tati, S.D.M., Indarjo, S. 2017. Partisipasi Pasangan
Berencana (Kb) dengan Pengambilan Pernikahan Dini Terhadap Program Keluarga
Keputusan Pasangan Usia Subur (PUS) dalam Berencana. HIGEIA, 1(2): 65-76
Penggunaan Alat Kontrasepsi. Jurnal Ilmiah Widjajanti, K. 2011. Model Pemberdayaan
Kebidanan, 1 (1): 767-778 Masyarakat. Jurnal Ekonomi Pembangunan,
Setiawan, H. E. 2013. Evaluasi Program Nasional 1(1): 15-27
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri pada

13

Anda mungkin juga menyukai