Anda di halaman 1dari 4

Nama : Arif Nur H

Nim : 1552176
Kelas :A
Tanggal : 5 April 2016

TUGAS KIMIA FISIKA

1. Pada rumus  E = q + W menunjukkan hukum termodinamika I yang


berbunyi ““Pada saat gas dalam ruang tertutup diberi kalor maka kalor tersebut akan
dimanfaatkan untuk melakukan usaha dan merubah energi dalamnya.” Hukum ini
menyatakan bahwa suatu sistem yang terisolasi, jumlah energinya selalu tetap.
Hukum ini dapat dituliskan dalam bentuk persamaan sebagai berikut:

 E =q+W
Ket : q bertanda + : bila energi diserap sistem
q bertanda – : bila energi dilepas sistem
W bertanda + : bila sistem dikenai kerja
W bertanda – : bila sistem melakukan kerja
E : perubahan energi dalam sistem
q : kuantitas panas
(catatan : kadang-kadang untuk energi dalam digunakan simbol U, juga untuk q dan W
kadang-kadang digunakan simbol lain).

2. Reaksi Eksotermik dan Reaksi Endotermik, Perbedaan, Percobaan, Kimia -


Berdasarkan arah berpindahnya kalor dalam sistem dan lingkungan, maka reaksi
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu reaksi eksoterm dan reaksi endoterm. Dikatakan
reaksi eksotermik (berasal dari kata eks (keluar) dan therm (panas)) apabila kalor
berpindah dari sistem ke lingkungan, artinya sistem melepas kalor. Adapun reaksi
endotermik terjadi apabila sistem menyerap kalor atau kalor berpindah dari
lingkungan ke sistem. (Baca juga : Termokimia)
1. Reaksi Eksotermik / Reaksi Eksoterm

Pernahkah kalian memperhatikan bahwa setiap kali selesai makan nasi, badan
kita menjadi gerah? Mengapa demikian? Mari kita ingat kembali proses asimilasi.
Dalam tubuh, nasi yang kita makan akan bereaksi dengan oksigen yang kita hirup
dengan reaksi seperti berikut.

Cn(H2O)m + O2 n → CO2 + m H2O + energi

Persamaan termokimianya :

amilum + O2(g) n → CO2(g) + m H2O(aq) ∆H = -X kJ

Energi dalam bentuk panas yang dilepas tubuh inilah yang menyebabkan gerah. Di
dalam reaksi eksoterm, panas berpindah dari sistem ke lingkungan, karenanya panas
dalam sistem berkurang sehingga ∆H-nya bertanda negatif. Secara matematis, ∆H
dirumuskan sebagai berikut.

∆H = ∆H hasil reaksi – ∆H pereaksi

Karena hasilnya negatif, berarti ∆H hasil reaksi lebih rendah dari ∆H pereaksi, dan
digambarkan dalam diagram berikut.

Gambar 1. Diagram reaksi eksoterm.


Arah panah ke bawah menunjukkan bahwa energi semakin berkurang karena
sebagian terlepas.
2. Reaksi Endotermik / Reaksi Endoderm

Reaksi endoterm merupakan kebalikan dari reaksi eksoterm. Dalam reaksi ini,
sistem menyerap kalor dari lingkungan sehingga harga entalpi reaksinya bertambah
besar dan ∆H-nya berharga positif, atau ∆H hasil reaksi –∆H pereaksi > 0. Karena
hasilnya positif, berarti ∆H hasil reaksi lebih tinggi dari ∆H reaksi, dan digambarkan
dalam diagram berikut.

Gambar 2. Diagram reaksi endoterm.


Arah panah ke atas menunjukkan energi semakin bertambah karena sistern
menyerap panas dari lingkungan. Perhatikan contoh reaksi berikut.

Ba(OH)2.8H2O(s) + 2 NH4C1(aq) → BaCl2 (aq) + 2 NH4OH(aq) + 8 H2O(aq) ∆H > 0

Reaksi memiliki AH > 0 sehingga merupakan reaksi endoterm

Perubahan entalpi panas pembentukan standar atau pembentukan panas


standar dari sebuah senyawa adalah besarnya perubahan entalpi dari 1 mol senyawa dari
elemen-elemennya dalam keadaan standar. Lambangnya adalah ΔHfθ atau ΔfHθ. Lambang
theta superskrip pada simbol di atas mengindikasikan bahwa proses ini hanya berlaku
hanya pada kondisi standar saja. Kondisi yang dimaksud antara lain:

1. Untuk gas: kondisi standar untuk gas adalah tekanan tepat 1 bar
2. Untuk substansi pada sebuah larutan: konsentrasinya tepat 1 M pada tekanan 1 bar
3. Untuk substansi murni pada kondisi terkondensasi (cairan atau padatan): cairan
atau padatan murni pada tekanan 1 bar
4. Untuk elemen kimia: dalam bentuk ketika elemen tersebut paling stabil dengan
tekanan 1 bar dan suhu spesifik tertentu. (Biasanya 25 derajat Celsius atau 298.15
K). Satu pengecualian adalah fosforus: paling stabil dengan tekanan 1 bar adalah
fosforus hitam, sedangkan fosforus putih dianggap sebagai referensi yang entalpi
pembentukan standarnya nol[1].

3. Maksud dari reaksi :

N2(g) + 3 H2(g)  2 NH3(g) H = -100 kJ

Adalah bahwa untuk membentuk 1 mol ammonia dibutuh kan kalor sebanyak 100 Kj,
sedangkan untuk membentuk 2 mol ammonia dibutuhkan energy sebesar 2 mol x 100 kJ =
200 kj

Anda mungkin juga menyukai