Anda di halaman 1dari 4

KIMIA FORENSIK

1. Apa itu forensik ?


2. Mengapa forensik perlu dipelajari ?
3. Uji forensik berdasarkan kimia dan biologi ?
4. Undang-undang kepolisian tentang forensik?
5. Sidik jari, darah, alat-alat forensik?
6. Uji urin, darah, sidik jari ?
7. Uji forensik di lab Jakarta?

Jawab
1. Forensik merupakan cara untuk membuktikan atau mengungkap kasus untuk
mendapatkan kebenaran yang sesungguhnya. Forensik adalah cara untuk mendapatkan
alat bukti atau alat bantu untuk mendapatkan alat bukti, bukan alat bukti itu sendiri.
(Dosen Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK), Bambang Widodo Umar dalam
artikel Forensik, Jalan untuk Mengungkap Kasus Pidana). Meski begitu
tetap membutuhkan ahli untuk menjelaskan hal-hal teknis, seperti ketika menggunakan
alat pendeteksi kebohongan maka sangat dibutuhkan psikolog forensik untuk menilai
dan melihat apakah hasil dari alat tersebut.

2. Karena dalam penyidikan suatu tindak kriminal merupakan suatu keharusan


menerapkan pembuktian dan pemeriksaan bukti fisik secara ilmiah sehingga tujuan dari
hokum acara pidana yang menjadi landasan proses peradilan pidana dapat tercapai yaitu
mencari kebenaran materil. Salah satu proses penyidikan tersebut adalah melalui ilmu
forensic.

3. Uji forensik secara Kimia


 Analisis distribusi logam seperti antimoni (Sb) atau timbal (Pb) pada tangan
pelaku atau terduga pelaku penembakan
 Analisis distribusi asap (jelaga) pada pakaian, untuk mengidentifikasi jarak
tembak
 Analisis dan mengevaluasi racun penyebab kematian
 Analisis alkohol, obat terlarang di dalam cairan tubuh atau napas (darah dan
urin) pada penyalahgunaan narkotika dan obat terlarang
Uji forensik secara Biologi
 Uji darah untuk menentukan sumbernya (pelaku atau korban, atau orang yang
tidak terlibat dalam kejahatan)
 Uji air liur, rambut, potongan kulit, kuku, sperma untuk menentukan
sumbernya
 Uji imunologi atau DNA individu untuk mencari identitas seseorang
 Meneliti dan mengklasifikasi sidik jari
 Investigasi bercak darah yang mengering (A, B, AB, dan O)
 Mengidentifikasi sisa-sisa tulang, tengkorak, dan mumi

4. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011


Tentang Kedokteran Kepolisian
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHP)

5. Alat-Alat forensik
 LA-ICP-MS : Dengan nama yang sangat panjang yaitu Laser Ablation Inductively
Coupled Plasma Mass Spectrometry. Alat ini berguna untuk memeriksa pecahan
gelas atau kaca sekecil apapun. Alat ini memiliki kemampuan untuk memeriksa
serpihan kaca sampai ukuran atom kemudian memeriksa kecocokan antara satu
serpihan kaca dan serpihan yang lain. Dengan metode ini, alat pembunuhan yang
digunakan misalnya arah dan jenis peluru dapat diketahui. Untuk bisa
mengoperasikan alat ini dibutuhkan pendidikan formal di jurusan forensik sains.
 Alternative light photography : Alat ini dapat digunakan untuk melacak bekas
kekerasan pada tubuh korban. Saking canggihnya, alat ini bisa melihat tanda lebam
sebelum lebam itu terlihat jelas di permukaan kulit.
 3D forensic facial reconstruction : Seperti namanya, teknologi ini digunakan untuk
merekonstruksi wajah yang sudah tidak utuh. Teknologi ini memungkinkan untuk
mengenali wajah korban walaupun hanya tersisa tengkoraknya. Caranya adalah
dengan menggunakan data yang ada kemudian membuat bagian sisanya dengan cara
ekstrapolasi (perkiraan). Walaupun kontroversial dan tidak selalu benar, teknologi
ini telah banyak membantu memecahkan berbagai kasus.
 Forensic Carbon 14-Dating : Teknologi ini juga disebut pengukuran level Carbon
14 atau radiocarbon dating. Teknologi ini didasarkan pada fakta bahwa 60 tahun ke
belakang, kandungan karbon radioaktif di lingkungan kita meningkat karena
aktivitas uji coba nuklir. Kandungan karbon dulunya sangat sedikit, namun
meningkat dua kali lipat dari tahun 1955-1963 saat uji coba nuklir gencar dilakukan.
Setelah itu, kandungan karbon menurun kembali. Kandungan karbon yang terdeposit
di kerangka mayat dapat digunakan sebagai salah satu indikasi tentang tahun berapa
mayat itu lahir, dan juga memperkirakan tahun kematian. Untuk menguji validitas
teknologi ini, peneliti sempat mengukur kandungan karbon pada 36 mayat yang
tanggal kelahiran dan kematiannya diketahui secara pasti. Validitas metode ini
terbukti cukup baik. https://nij.gov/journals/269/Pages/carbon-dating.aspx
 DNA Sequencer : Alat ini digunakan untuk melakukan DNA sequencing, yaitu
mengurutkan nukleotida (protein yang ada di DNA) sebagaimana urutan yang
sebenarnya. Urutan nukleotida yang unik ini akan membentuk semacam kode unik.
Kode unik ini berbeda di setiap individu sehingga dapat membedakan antara
individu satu dengan individu lainnya.
 Menggunakan bakteri di rambut kemaluan : Pemeriksaan ini biasanya digunakan
untuk mengidentifikasi korban pelecehan seksual. Ahli forensik biologi Silvana
Tridigo di Murdoch University, Perth Australia, suatu saat mencoba
mengidentifikasi bakteri dari rambut kemaluan dua orang partisipan. Hasilnya,
ditemukan DNA bakteri yang serupa. Silvana berpikir bahwa dua orang ini pasti
telah melakukan hubungan seksual karena bakteri di rambut kemaluan sama seperti
sidik jari yang amat khusus di setiap individu. Silvana benar, karena kedua orang itu
mengaku mereka melakukan hubungan seks 18 jam sebelum mereka mendonasikan
rambut kemaluan mereka untuk riset. Metode ini terbukti potensial untuk
mengidentifikasi pelaku pelecehan seksual. Tidak hanya di rambut kemaluan, kini
mikroba/bakteri dapat digunakan sebagai indikator khusus sama seperti sidik jari
yang bisa ditemukan di berbagai bagian tubuh seperti kuku dan juga kulit.
 Bau badan : Tidak peduli seberapa sedikit, manusia pasti meninggalkan bau yang
khas. Ada kasus Casey Anthony di Amerika Serikat pada 2011 yang putrinya yang
berumur 2 tahun ditemukan terkubur oleh pekerja konstruksi. Sebelumnya Anthony
mengatakan bahwa putrinya hilang karena diculik oleh pengasuh anak. Bau mayat
yang tidak terlalu tajam ditemukan di mobil anthony oleh anjing pelacak. Petugas
forensik kemudian mengambil sampel udara di mobilnya dan melakukan analisis
kimia. Hasilnya, terbukti komponen di udara mobil Anthony mengandung
komponen yang sama dengan yang terdapat di tubuh mayat putrinya. Anthony
terbukti membunuh putrinya dengan memberikan kloroform dan membungkamnya
dengan plester.
 Magnetic fingerprint identification : Dengan teknologi ini, sidik jari di tempat
kejadian perkara dapat diidentifikasi dan dibandingkan dengan database eksternal.
Selain itu karena adanya magnet, sidik jari yang terlihat bisa bebas dari debu atau
kontaminasi lainnya.

6. Teknik sidik jari dan darah


Teknik ini sebenarnya bukan merupakan suatu teknik yang baru. Teknik ini
dikembangkan oleh seorang ilmuwan Inggris pada tahun 1984, yaitu Alec
Jeffreys. Teknik ini idenya dikembangkan dari teknik sidik jari tradisional dalam arti
fisik yang sudah ada dan banyak digunakan dalam dunia forensik. Tidak seperti teknik
sidik jari tradisional yang lebih banyak menggunakan informasi fisik, teknik sidik jari
DNA ini menggunakan informasi genetik yang lebih akurat.
Pengujian berbasis DNA dapat menjadi bukti positif bagi identitas
seseorang. Pada pengujian genotip, seperti misalnya untuk golongan darah dan antigen
lekosit, diperlukan jumlah individu dalam jumlah banyak.
Sebaliknya pada pengujian sidik jari DNA hanya dibutuhkan contoh jaringan tubuh
yang mengandung DNA dalam jumlah sedikit saja. DNA dapat diekstraksi dari
berbagai sumber, misalnya dalam bentuk darah untuk kasus pengujian keabsahan garis
keturunan, contoh sperma dari korban pemerkosaan, ataupun sampel darah atau sperma
kering yang menempel pada korban kejahatan.
Sampel dapat juga diambil jari jaringan kulit pelaku kejahatan yang melekat di
kuku korban kejahatan. Sumber lain berupa helai rambut yang memiliki akar rambut
pelaku kejahatan pun dapat diekstrasi DNA nya dan dapat digunakan sebagai bahan
analisa sidik jari DNA.
Teknik ini diawali dengan mengekstrasi DNA dari sampel. Selanjutnya untaian
DNA hasil ekstrasi dipotong potong dengan menggunakan ensim restriksi. Potongan
DNA ini diproses pada gel agarose dengan menggunakan teknik elektroforesis untuk
memisahkan fragmen DNA berdasarkan berat molekulnya dengan menggunakan arus
listrik. Gel hasil elektroforesis selanjutnya ditransfer ke membran nilon dengan
menggunakan teknik bloting. Selanjutnya radioactive probe ditambahkan untuk
menggandeng potongan DNA yang sesuai dan memindahkannya ke membran
nilon. Dengan melakukan pemotretan membran, sidik jari DNA yang terbentuk dapat
divisualisasikan dan dianalisa kecocokannya. Sebagai bahan perbandingan biasanya
diambil sampel DNA dari keluarga inti korban, misalnya bapak dan ibu kandung, kakek
dan nenek, anak atau cucu. Semakin dekat kekerabatannya maka akan semakin dekat
profil DNA nya.Sebagai patokan kita akan memiliki kesamaan profil DNA sebesar 50%
dengan ayah dan ibu kandung kita.

7. Di lantai pertama: ruang informasi, kasubbid kimbiofor, danpemeriksaan narkoba


Di lantai kedua : ruang ketua dan wakil ketua labfor
Di lantai ketiga : gudang bukti digital forensik analis

Anda mungkin juga menyukai