Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diagnostik dan spesimen adalah suatu pemeriksaan yang mutlak
dilakukan untuk menegakkan suatu diagnose penyakit klien atau pasien.
Karena, melalui pemeriksaan ini kita dapat mengetahui tujuannya
adalah untuk mengidentifikasi masalah dimana adanya respon klien terhadap
status kesehatan / penyakit. Faktor-faktor yang menegakkan suatu masalah,
kemampuan klien untuk mengatasi masalah.
Jenis-jenis pemeriksaan diagnostik, yaitu : USG, Rontgen, PAP
Smear, Endoskopi, Kolonoskopi, CT. Scaning, Mammografi, EEG, EKG.
Jenis-jenis spesimen yaitu pemeriksaan darah, urine, feses, dan
sputum.
Sumber kesalahan diagnostik yaitu : kesalahan pengumpulan data,
kesalahan dalam interpretasi dan analisis data, kesalahan dalam
pengelompokan data, kesalahan dalam pernyataan diagnostik.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang penulis buat, yaitu :
 Apakah yang dimaksud dengan pemeriksaan diagnostik ?
 Apa saja jenis pemeriksaan diagnostik ?

1.3 Tujuan Penulisan


Setelah mempelajari mahasiswa memahami, mengerti tentang
diagnostik dan spesimen .

1
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pemeriksaan Diagnostik


Pengertian
Diagnostik keperawatan adalah masalah kesehatan aktual dan
potensial dimana berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, perawat
mampu dan mempunyai kewenangan standar praktik keperawatan dan kode
etik keperawatan yang berlaku di Indonesia (Gordon 1976 dalam nursalam,
2004;59).
Persiapan Pemeriksaan Diagnostik
Hasil suatu pemeriksan laboratorium sangat penting dalam membantu
diagnosa, memantau perjalanan penyakit serta menentukan pragnosa, karena
itu perlu diketahui faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium
(Ambarwati 2010).
Terdapat 3 faktor utama yang dapat mengakibatkan kesalahan hasil
laboratorium yaitu :
A. Pra instrumentasi
Yang termasuk dalam tahapan pra instrumentasi meliputi :
1. Pemahaman instruksi dan pengisian formulir
Pengisian formulir dilakukan secara lengkap, hal ini penting
untuk tertukarnya hasil ataupun dapat membantu intepretasi hasil
terutama pada pasien yang mendapat pengobatan khusus dan jangka
panjang.
2. Persiapan penderita
a) Puasa
Dua jam setelah makan sebanyak kira- kira 800 kalori
akan mengakibatkan peningkatan volume plasma.
b) Obat
Penggunaan obat dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan
hematology misalnya : asam folat, vit B12 dll.

2
c) Waktu pengambilan
Bahan pemeriksaan laboratorium diambil pada pagi hari
terutama pada pasien rawat inap.
d) Posisi pengambilan
Posisi berbaring kemudian berdiri dapat mengurangi
volume plasma 10%.
B. Interpretasi Data
 Menentukan aspek positif klien
Jika klien memerlukan standar kriteria kesehatan, perawat
kemudian menyimpulkan bahwa klien memiliki aspek positif
tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan atau membantu
memecahkan masalah klien yang dihadapi.
 Menentukan masalah klien
Jika klien tidak memenuhi standar kriteria maka klien
tersebut mengalami keterbatasan dalam aspek kesehatannya dan
memerlukan pertolongan.
 Menentukan masalah klien yang pernah dialami
Perawat dapat menyimpulkan bahwa daya tahan tubuh klien
tidak mampu untuk melawan infeksi tersebut.
 Menentukan keputusan
Penentuan keputusan didasarkan pada jenis masalah yang
ditemukan. Tidak ditemukan masalah kesehatan tetapi perlu
peningkatan status dan fungsi kesehatan
 Masalah yang akan muncul
Mengumpulkan data yang lengkap untuk lebih
mengidentifikasi masalah- masalah yang akan muncul.
 Masalah kalaboratif
Berkonsuktasi dengan tenaga kesehatan lain professional
yang kompeten dan berkalaborasi untuk penyelesaian masalah
tersebut.

3
C. Validasi Data
Perawat memvalidasi data yang telah diperoleh agar akurat dan
dilakukan bersama klien, keluarga dan masyarakat. Validasi dilakukan
dengan mengerjakan pertanyaan dan pernyataan yang reflektif kepada
klien/keluarga tentang kejelasan interpretasi data. (Iyer, taptid dan
Bernochi – Losey dalam nursalam 2004;66)
Diagnosis keperawatan dapat dibedakan menjadi 5 kategori
(Caipe 2000 dalam nurasalam, 2004;69) :
1. Aktual
Menjelaskan masalah yang sedang terjadi saat ini dan harus
sesuai dengan data- data klinik yang diperoleh. Diagnosis
keperawatan yang dapat ditegakan adalah kekurangan volume cairan
tubuh berhubungan dengan kehilangan cairan secara abnormal
(Taylor, lilis dan Lemore 1988;283 dalam nursalam 2004;69).
2. Risiko
Menjelaskan masalah kesehatan yang akan terjadi maka tidak
dilakukan intervensi keperawatan (Keliat 1990 dalam nursalam
2004;69).
3. Potensial
Data tambahan digunakan untuk memastikan masalah
keperawatan yang potensial. Perawat dituntut untuk berfikir lebih
kritis dalam mengumpulkan data yang menunjang gangguan konsep
diri.
4. Sejahtera
Keputusan klinis tentang status kesehatan klien, keluarga,
atau masyarakat dalam transisi dan tingkat sejahtera tertentu ke
tingkat sejahtera yang lebih tinggi.
5. Sindrom
Diagnosis yang terdiri beberapa diagnosis keperawatan aktual
dan risiko tinggi yang diperkirakan akan muncul karena suatu
kejadian.

4
2.2 Persiapan Pemeriksaan Laboratorium/Spesimen
1. Darah
Pemeriksaan darah merupakan pemeriksaan yang menggunakan
bahan atau spesimen darah. Antara lain :
Darah Rutin :
 Hemoglobin/HB
Untuk mendeteksi adanya penyakit anemia dan ginjal
 Hematokrit/HT
Mengukur konsentrasi sel darah merah dalam darah
 Trombosit
Mendeteksi adanya trombositopenia dan trombositosis

Darah Kimia :
 SGPT (Serum Glumatik Piruvik Transaminase)
Pemeriksaan SGPT digunakan untuk mendeteksi adanya
kerusakan hepatoseluler.
Cara : - ambil darah +5- 10 ml dari vena
- masukan pada tabung
- hindari hemolisis
- berikan label dan tanggal
 Albumin
Pemeriksaan albumin dilakukan untuk mendeteksi
kemampuan albumin yang disintesis oleh hepar, yang bertujuan
untuk menentukan adanya gangguan hepar seperti luka bakar dan
gangguan ginjal.
Cara : - ambil darah + 5-10ml dari vena
- masukan pada tabung
- berikan label dan tanggal

5
 Asam Urat
Pemeriksaan asam urat dilakukan untuk mendeteksi penyakit
pada ginjal, luka bakar dan kehamilan.
Cara : - ambil darah + 5-7ml dari vena
- masukan pada tabung
- berikan label dan tanggal
 Bilirubin
Pemeriksaan bilirubin dilakukan untuk mendeteksi kadar
bilirubin. Bilirubin direct dilakukan untuk mendeteksi adanya ikterik
obstruktif oleh batu/neoplasma dan hepatitis. Bilirubin indirect
dilakukan untuk mendeteksi adanaya anemia dan malaria.
Cara : - ambil darah + 5-10ml dari vena
- masukan pada tabung
- hindari hemolisis
- berikan label dan tanggal
 Ekstrogen
Pemeriksaan ekstrogen dilakukan untuk mendeteksi disfungsi
ovarium, gejala menopause dan pasca menopause.
Cara : - ambil darah + 5-10ml dari vena
- masukan pada tabung
 Gas Darah Arteri
Pemeriksaan gas darah arteri dilakukan untuk mendeteksi
gangguan keseimbangan asam basa yang disebabkan oleh gangguan
respiratorik/gangguan metabolic.
Cara : - ambil darah + 1-5ml dari arteri, dengan spuit dan
jarum berisikan hepain.
- berikan label dan tanggal
 Gula Darah Puasa
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi adanaya diabetes.
Cara : - ambil darah + 5-10ml dari vena
- masukan ke dalam tabung
- puaskan makan dan minum 12 jam sebelum pemeriksaan

6
 Gula Darah Postprandial
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi adanya diabetes,
pemeriksaan dilakukan setelah makan.
Cara : - ambil darah + 5-10ml dari vena 2 jam setelah makan
pagi/siang.
- masukan ke dalam tabung
 Gonadotropin Korionik Manusia ( HCG )
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi kehamilan.
Cara : - ambil darah + 5-10ml dari vena
- masukan ke dalam tabung
- berikan label dan tanggal

2. Urine
a. Pemeriksaan urine merupakan pemeriksaan yang menggunakan
bahan atau spesimen urine. Antara lain :
 Asam Urat
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi berbagai
kelainan pada penyakit ginjal, eklampsia, keracunan timah hitam
dan leukemia.
Cara : - tampung urine 24 jam dan masukan ke dalam botol/
tabung
- berikan label dan tanggal pengambilan
 Bilirubin
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi penyakit
obstruktif saluran empedu, penyakit hepar dan kanker hepar.
Cara : - gunakan ictotet atau tablet bili-labstex untuk
pemeriksaan bilirubiuria.
- tetskan urine + 5 tetes pada tempat pemeriksaan
asbestos- cellulose.
- masukan tablet dan tambahan 2 tetes air
- hasil positif jika warna biru/ ungu
- hasil negative jika warna merah

7
 Human Chorionic Gonadotropin ( HCG )
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi adanya
kehamilan
Cara : - anjurkan puasa 8-12 jam cairan
- ambil urine 60 ml, kemudian lakukan pengumpulan
selama 14 jam.
- berikan label dan tanggal
b. Jenis urine
1. Urine sewaktu
Urine yang dikeluarkan sewaktu - waktu bila diperlukan
pemeriksaan
2. Urine pagi
Urine yang pertama dikeluarkan sewaktu pasien bangun
tidur
3. Urine pasca prandial
Urine yang pertama kali dikeluarkan setelah pasien makan
4. Urine 24 jam
Urine yang dikumpulkan selama 24 jam

Pemeriksaan lain yang menggunakan spesimen urine antara


lain, pemeriksaan uriilinogen untuk menentukan kadar kerusakan
hepar, penyakit hemolisis dan infeksi berat. Pemeriksaan urinealisasi
digunakan untuk menentukan berat jenis kadar glukosa dan
pemeriksaan lainnya.

3. Feses
Pemeriksaan dengan bahan feses dilakukan untuk mendeteksi
adanya kuman seperti, salmonella, shigella, escherichiacoli,
staphylococcus dll.
Persiapan dan Pelaksanaan :
1. Tampung bahan dengan menggunakan spatel steril
2. Tempatkan feses dalam wadah steril dan ditutup

8
3. Feses jangan dicampur dengan urine
4. Jangan berikan Barium atau minyak mineral yang dapat
menghambat pertumbuhan bakteri.
5. Berikan label nama dan tanggal pengambilan bahan pemeriksaan

4. Sputum
Pemeriksaan dengan bahan secret atau sputum dilakukan untuk
mendeteksi adanya kuman.
Persiapan dan Pelaksanaan :
1. Siapkan wadah dalam keadaan steril
2. Dapatkan sputum pada pagi hari sebelum makan
3. Anjurkan pasien untuk batuk agar mengeluarkan sputum
4. Pertahankan wadah dalam keadaan tertutup
5. Bila kultur untuk pemeriksaan BTA ( Bakteri Tahan Asam )
ikut instruksi yang ada pada botol penampung. Biasanya
diperlukan 5-10 cc sputum yang dilakukan selama 3 hari
berturut turut.

2.3 Persiapan Pemeriksaan Diagnostik


1. Ultrasonografi ( USG )
USG merupakan suatu prosedur diagnosis yang dilakukan di atas
permukaan kulit/di rongga tubuh menghasilkan suatu ultrasound di
dalam jaringan. Pemeriksaan ini digunakan untuk melihat struktur
jaringan tubuh, untuk mendeteksi berbagai kelainan pada abdomen, otak,
jantung dan ginjal.
Persiapan dan Pelaksanaan :
1. Lakukan informed consent
2. Anjurkan pasien untuk berpuasa makan dan minum 8-12 jam
sebelum pemeriksaan USG aorta abdomen, kantung empedu, hepar,
limpa dan pankreas
3. Oleskan Jelly konduktif pada permukaan kulit yang akan dilakukan
USG

9
4. Transduser dipegang dengan tangan dan gerakan ke depan dan ke
belakang diatas permukaan kulit
5. Lakukan antara 10-30 menit
6. Premedikasi jarang dilakukan, hanya bila pasien dalam keadaan
gelisah
7. Pasien tidak boleh merokok sebelum pemeriksaan untuk mencegah
masuknya udara
8. Pada pemeriksan obstruktif ( Trimester pertama & kedua ) pelvis dan
ginjal pasien ketiga, pemeriksaan dilakukan pada saat kandung
kemih kosong
9. Bila pemeriksaan pada jantung anjurkan untuk bernafas secara
perlahan- lahan
10. Bila pemeriksaan pada otak, lepaskan semua perhiasan dari leher dan
jepit rambut dari kepala

2. Rontgen
Rontgen atau dikenal dengan sinar x merupakan pemeriksaan
yang memanfaatkan peran sinar x untuk melakukan skrining dan
mendeteksi kelainan pada berbagai organ diantaranya jantung, abdomen,
ginjal, ureter, kandung kemih, tenggorokan dan rangka.
Persiapan dan Pelaksanaan :
1. Lakukan informed consent
2. Tidak ada pembatasan makanan/cairan
3. Pada dada pelaksanaan foto dengan posisi PA ( Posterior Anterior)
dapat dilakukan dengan posisi berdiri dan PA lateral dapat juga
dilakukan
4. Anjurkan pasien untuk tarik nafas dan menahan nafas pada wakru
pengambilan foto sinar x
5. Pada jantung, foto PA dan lateral kiri dapat diindikasikan untuk
mengevaluasi ukuran dan bentuk jantung

10
6. Pada abdomen, baju harus dilepaskan dan gunakan baju kain, pasien
tidur terlentang dengan tangan menjauh dari tubuh serta testis harus
dilindungi
7. Pada tengkorak, penjepit rambut, kacamata dan gigi palsu harus
dilepaskan sebelum pelaksanaan foto
8. Pada rangka, bila dicurigai terdapat fraktur maka anjurkan puasa dan
immobilisasi pada daerah fraktur

3. PAP SMEAR ( Papanicolaou Smear )


Pap smear merupakan pemeriksaan sitologi yang digunakan untuk
mendeteksi adanya kanker serviks atau sel prakanker, mengkaji efek
pemberian hormon seks serta mengkaji respons terhadap kemoterapi dan
radiasi.
Persiapan dan pelaksanaan :
1. Lakukan informed consent
2. Tidak ada pembatasan makanan dan cairan
3. Anjurkan pasien untuk tidak melakukan irigasi vagina
(pembersihan vagina dengan zat lain) memasukan obat melalui
vagina atau melakukan hubungan seks sekurang- kurangnya 24 jam
4. Spekulum yang sudah dilumasi dengan air dengan air megalir
dimasukan ke vagina
5. Pap stick digunakan untuk mengusap serviks kemudian pindahkan
ke kaca mikroskop dan dibenamkan ke dalam cairan fiksasi
6. Berikan label nama dan tanggal pemeriksaan

4. Mammografi
Merupakan pemeriksaan dengan bantuan sinar x yang dilakukan
pada bagian payudara untuk mendeteksi adanya kista/tumor dan menilai
payudara secara periodik.
Persiapan dan Pelaksanaan :
1. Lakukan informed consent
2. Tidak ada pembatasan cairan dan makanan

11
3. Baju dilepas sampai pinggang dan perhiasan pada leher
4. Gunakan pakaian kertas / gaun bagian depan terbuka
5. Anjurkan pasien untuk duduk dan letakan payudara satu per satu
diatas meja kaset sinar x.
6. Lalu lakukan pemeriksaan

5. Endoskopi
Pemeriksaan yang dilakukan pada saluran cerna untuk mendeteksi
adanya kelainan pada saluran cerna. Contoh : varises, esophagus,
neoplasma, dan peptic ulcer.
6. Kolonoskopi
Pemeriksaan dilakukan pada saluran colon dan sigmoid untuk
mendeteksi adanya kelainan pada saluran colon.
Contoh : varises, hemoroid, neoplasma dll.
7. CT. Scaning
Pemeriksaan spesifik/khusus untuk melihat organ yang lebih
dalam dan terlokalisir serta khusus.
Contoh : organ dalam tengkorak dan organ dalam abdomen
8. EEG
Pemeriksaan dilakukan untuk melihat hantaran listrik pada otak
(melihat kelainan pada gel. Otak).
Indikasi : epilepsy dan trauma capitis
Dengan memasangkan elektroda pada bagian kepal klien.
9. EKG
Pemeriksaan dilakukan untuk melihat sistem hantaran/konduksi
dari jantung indikasi : MCI, Angna fektoris, dan gagal jantung.

2.4 Body Mekanik


1. Pengertian Body Mekanik
Body mekanik merupakan penggunaan tubuh yang efisien,
terkoordinir dan aman untuk menghasilkan pergerakan dan

12
mempertahankan keseimbangan selama aktivitas. Mekanika tubuh dan
ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia.
Body Mekanik meliputi 3 elemen dasar yaitu :
1. Body Aligement (Postur Tubuh)
Susunan geometrik bagian-bagian tubuh dalam hubungannya
dengan bagian tubuh yang lain.
2. Balance / Keseimbangan
Keseimbangan tergantung pada interaksi antara pusat graviti,
line gravity dan base of support.
3. Koordinated Body Movement (Gerakan tubuh yang terkoordinir)
Dimana body mekanik berinteraksi dalam fungsi
muskuloskeletal dan sistem syaraf.

2. Prinsip - Prinsip Body Mekanik


Mekanika tubuh penting bagi perawat dan klien. Hal ini
mempengaruhi tingkat kesehatan mereka. Mekanika tubuh yang benar
diperlukan untuk mendukung kesehatan dan mencegah kecacatan.
Perawat menggunakan berbagai kelompok otot untuk setiap
aktivitas keperawatan, seperti berjalan selama ronde keperawatan,
memberikan obat, mengangkat dan memindahkan klien, dan menggerakan
objek. Gaya fisik dari berat dan friksi dapat mempengaruhi pergerakan
tubuh. Jika digunakan dengan benar, kekuatan ini dapat meningkatkan
efisiensi perawat. Penggunaan yang tidak benar dapat mengganggu
kemampuan perawat unuk mengangkat, memindahkan, dan mengubah
posisi klien. Perawat juga menggabungkan pengetahuan tentang pengaruh
fisiologis dan patologis pada mobilisasi dan kesejajaran tubuh. Prinsip
yang digunakan dalam mekanik tubuh adalah sebagai berikut :
1. Gravitasi
Merupakan prinsip pertama yang harus diperhatikan dalam
melakukan mekanika tubuh dengan benar, yaitu memandang gravitasi
sebagai sumbu dalam pergerakan tubuh. Terdapat tiga faktor yang
perlu diperhatikan dalam gravitasi:

13
 Pusat gravitasi (center of gravitasi), titik yang berada
dipertengahan tubuh.
 Garis gravitasi (line Of gravitasi), merupakan garis imaginer
vertikal melalui pusat gravitasi.
 Dasar tumpuan (base of suport), merupakan dasar tempat
seseorang dalam keadaan istirahat untuk menopang atau menahan
tubuh.
2. Keseimbangan
Keseimbangan dalam penggunaan mekanika tubuh dicapai
dengan cara mempertahankan posisi garis gravitasi diantara pusat
gravitasi dan dasar tumpuan.
3. Berat
Dalam menggunakan mekanika tubuh yang sangat dipehatikan
adalah berat atau bobot benda yang akan diangkat karena berat benda
akan mempengaruhi mekanika tubuh.

Pergerakan Dasar dalam Mekanika Tubuh


Mekanika tubuh dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan
aktivitas manusia. Sebelum melakukan mekanika tubuh, terdapat beberapa
pergerakan dasar yang harus diperhatikan, di antaranya :
1. Gerakan ( ambulating )
Gerakan yang benar dapat membantu keseimbangan tubuh.
Sebagai contoh, keseimbangan pada saat orang berdiri dan saat orang
berjalan kaki berbeda. Orang berdiri akan lebih mudah stabil
dibanding dengan orang yang berjalan, karena pada posisi berjalan
terjadi perpindahan dasar tumpuan dari sisi satu ke sisi yang lain dan
pusat gravitasi selalu berubah pada posisi kaki. Pada saat berjalan
terdapat dua fase yaitu fase menahan berat dan fase mengayun, yang
akan menghasilkan gerakan halus dan berirama.
2. Menahan ( squating )
Dalam melakukan pergantian, posisi menahan selalu berubah.
Sebagai contoh, posisi orang yang duduk akan berbeda dengan orang

14
yang jongkok dan tentunya juga berbeda dengan posisi membungkuk.
Gravitasi adalah hal yang perlu diperhatikan untuk memberikan posisi
yang tepat dalam menahan. Dalam menahan sangat diperlukan dasar
tumpuan yang tepat untuk mencegah kelainan tubuh dan memudahkan
gerakan yang akan dilakukan.
3. Menarik ( pulling )
Menarik dengan benar akan memudahkan untuk memindahkan
benda. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menarik
benda, di antaranya ketinggian, letak benda (sebaiknya berada di depan
orang yang akan menarik), posisi kaki dan tubuh dalam menarik
(seperti condong kedepan dari panggul), sodorkan telapak tangan dan
lengan atas di bawah pusat gravitasi pasien, lengan atas dan siku
diletakkan pada permukaan tempat tidur, pinggul, lutut dan
pergelangan kaki ditekuk lalu lakukan penarikan.
4. Mengangkat ( lifting )
Mengangkat merupakan cara pergerakan daya tarik. Gunakan
otot – otot besar dari tumit, paha bagian atas, kaki bagian bawah, perut
dan pinggul untuk mengurangi rasa sakit pada daerah tubuh bagian
belakang.
5. Memutar ( pivoting )
Memutar merupakan gerakan untuk memutar anggota tubuh
dan bertumpu pada tulang belakang. Gerakan memutar yang baik
memperhatikan ketiga unsur gravitasi dalam pergerakan agar tidak
memberi pengaruh buruk pada postur tubuh.

3. Faktor yang Mempengaruhi Body Mekanik dan Ambulasi


1. Status kesehatan
Perubahan status kesehatan dapat mempengaruhi sistem
muskuloskeletal dan sistem saraf berupa penurunan koordinasi.
Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh penyakit, berkurangnya
kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari – hari dan lain –
lainnya.

15
2. Nutrisi
Salah satu fungsi nutrisi bagi tubuh adalah membantu proses
pertumbuhan tulang dan perbaikan sel. Kekurangan nutrisi bagi tubuh
dapat menyebabkan kelemahan otot dan memudahkan terjadinya
penyakit. Sebagai contoh tubuh yang kekurangan kalsium akan lebih
mudah mengalami fraktur.
3. Emosi
Kondisi psikologis seseorang dapat menurunkan kemampuan
mekanika tubuh dan ambulansi yang baik, seseorang yang mengalami
perasaan tidak aman, tidak bersemangat, dan harga diri rendah. Akan
mudah mengalami perubahan dalam mekanika tubuh dan ambulasi.
4. Situasi dan Kebiasaan
Situasi dan kebiasaan yang dilakukan seseoarang misalnya,
sering mengankat benda-benda berat, akan menyebabkan perubahan
mekanika tubuh dan ambulasi.
5. Gaya Hidup
Gaya hidup, perubahan pola hidup seseorang dapat
menyebabkan stress dan kemungkinan besar akan menimbulkan
kecerobohan dalam beraktivitas, sehingga dapat menganggu
koordinasi antara sistem muskulusletal dan neurologi, yang akhirnya
akan mengakibatkan perubahan mekanika tubuh.
6. Pengetahuan
Pengetahuan yang baik terhadap penggunaan mekanika tubuh
akan mendorong seseorang untuk mempergunakannya dengan benar,
sehingga mengurangi tenaga yang dikeluarkan. Sebaliknya,
pengetahuan yang kurang memadai dalam penggunaan mekanika
tubuh akan menjadikan seseorang beresiko mengalami gangguan
koordinasi sistem neurologi dan muskulusletal.

4. Akibat Body Mekanik yang Buruk


Penggunaan mekanika tubuh secara benar dapat mengurangi
pengeluaran energi secara berlebihan.

16
Dampak yang dapat ditimbulkan dari penggunaan mekanika tubuh
yang salah adalah sebagai berikut :
1. Terjadi ketegangan sehingga memudahkan timbulnya kelelahan dan
gangguan dalam sistem muskulusletal.
2. Resiko terjadinya kecelakaan pada sistem muskulusletal.
Seseorang salah dalam berjongkok atau berdiri, maka akan
memudahkan terjadinya gangguan dalam struktur
muskulusletal, misalnya kelainan pada tulang vertebrata.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka penulis
dapat mengambil kesimpulan bahwa pemeriksaan diagnostik adalah
masalah kesehatan aktual dan potensial dimana berdasarkan pendidikan dan
pengalamannya, perawat mampu dan mempunyai kewenangan standar
praktik keperawatan dan kode etik keperawatan yang berlaku di Indonesia.
Pemeriksaan darah merupakan pemeriksaan yang menggunakan bahan atau
specimen darah. Body mekanik merupakan penggunaan tubuh yang efisien,
terkoordinir dan aman untuk menghasilkan pergerakan dan mempertahankan
keseimbangan selama aktivitas. Mekanika tubuh dan ambulasi merupakan
bagian dari kebutuhan aktivitas manusia.

3.2 Saran
Penulis menyarankan agar petugas kesehatan dapat berkerja
profesional dalam menjalankan tugas dan kewajiban sebagai seorang perawat
yang idela dan bertanggung jawab. Sehingga pasien dapat merasakan
kepuasan atas asuhan keperawatan yang diberikan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam.2008.Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan


Praktik.Jakarta : Salemba Medika
http : // eny ratna ambarwati.blogspot.com/2010/02/pemeriksaan diagnostic
: html
http: // Riswanto. Blogspot. Com/2010/02/pengumpulan specimen-darah-urine-
sputum-feses.html

19

Anda mungkin juga menyukai