Anda di halaman 1dari 13

A.

Hypertropi dan Hyperplasia


1. Hypertropi dan Hyperplasia
a. Hypertropi
Hypertropi adalah adanya pembesaran masing-masing sel, yang berakibat
memperbesar massa jaringan seluruhnya, tanpa menambah jumlah selnya.
Biasanya terjadi sebagai respons organ tertentu terhadap peningkatan kerja
jaringan tersebut. Contoh hypertropi fisiologis adalah membesarnya otot-otot
akibat latihan. Hypertropi juga dapat disebabkan oleh kebutuhan fungsi yang
meningkat seperti hipertensi sistemik, dimana miokard harus memompa
dengan tekanan yang lebih besar dan ukuran sel otot miokard meningkat.
b. Hyperplasia
Hyperplasia yaitu pembesaran massa jaringan disebabkan oleh
bertambahnya sel-sel yang menyusunnya. Apakah yang terjadi itu hyperplasia
atau hypertropi tegantung kemampuan regenerasi sel-sel yang menyusunnya.
Hyperplasia fisiologis terjadi pada pubertas dan kehamilan. Hyperplasia
kompensatorik terjadi pada organ yang sanggup memulihkan jaringan yang
hilang (mis.hati). Hyperplasia patologis terjadi pada organ dengan sel-sel yang
dapat beregenerasi, yang dirangsang abnormal (mis.tiroid dan paratiroid).
Hyperplasia diakibatkan oleh stimulus yang tidak diketahui dan hampir selalu
berhenti stelah stimulus dihilangkan. Reproduksi yang terkontrol ini adalah
gambaran penting yang membedakan hyperplasia dari neoplasia. Terdapat
hubungan yang erat antara hyperplasia patologis tertentu dan keganasan
(malignasi).
2. Penyakit Akibat Hypertropi dan Hyperplasia
a. Kanker
Penyakit kanker merupakan suatu penyakit yang disebabkan
pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh tidak normal (tumbuh sangat cepat dan
tidak terkendali), menginfiltrasi/ merembes, dan menekan jaringan tubuh
sehingga mempengaruhi organ tubuh.
b. Kanker Darah
1) Leukimia
Leukemia adalah suatu penyakit keganasan pada sistem hematopoiesis
yang menyebabkan proliferasi sel darah yang tidak terkendali. Sel-sel
progenitor dapat berkembang pada elemen sel yang normal, karena
peningkatan rasio proliferasi sel dan penurunan rasio apoptosis sel. Hal ini
menyebabkan gangguan dari fungsi sumsum tulang sebagai pembentuk sel
darah yang utama.
Gejala :
a) Lemah dan kulit yang pucat.
b) Infeksi dan demam.
c) Mudah berdarah.
d) Nyeri pada tulang atau sendi.
e) Perut yang membesar.
f) Penurunan selera makan, penurunan berat badan.
g) Kelenjar limfa yang membengkak.
h) Nyeri kepala, kejang, muntah.
i) Ruam, masalah gusi.
j) Pembesaran pada wajah dan tangan.
k) Batuk atau gangguan bernafas.
2) Myeloma
Multiple myeloma termasuk kanker ganas yang berasal dari sel
plasma, yakni sejenis sel darah putih yang diproduksi di sumsum tulang.
Pada dasarnya sel plasma berfungsi untuk menghasilkan antibodi yang
melawan infeksi dan kanker.Sel myeloma dapat tumbuh subur di sumsum
tulang sehingga kondisi tubuh penderita akan mengalami masalahseperti
nyeri tulang, anemia, patah tulang, imunitas menurun, gejala penyakit
hypercalcemia, insufisiensiginjal, dan proteinuria.
Gejala :
Gejala multiple myeloma muncul seiring berkembangnya sel kanker,
sehingga sebagian penderita tidakmerasakan apa pun di awal penyakit.
Gejala yang dialami termasuk gejala-gejala umum dan bervariasi, yaitu:
a) Kehilangan selera makan.
b) Konstipasi.
c) Merasa mual.
d) Sakit tulang, terutama di dada atau tulang belakang.
e) Kelelahan.
f) Penurunan berat badan.
g) Sering merasa haus.
h) Mudah terserang infeksi.
i) Kebingungan atau penurunan mental.
j) Mengalami mati rasa pada kaki
3) Limfoma

c. Psoriasi
Psoriasis adalah kondisi terlalu aktifnya sistem kekebalan tubuh sehingga
menyebabkan kulit mengalami kondisi kronis. Kondisi ini disebabkan oleh
salah satu sel darah dalam sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif, yaitu sel-
T.
Berkumpulnya sel-T di kulit merangsang kulit untuk tumbuh lebih cepat
dari seharusnya. Gejala psoriasis yaitu muncul bercak di kulit yang bersisik dan
pengelupasan kulit yang meninggalkan lapisan berwarna putih mengkilap.
Untuk menanganinya, dokter akan memberikan obat penekan sistem kekebalan
tubuh seperti kortikosteroid juga terapi cahaya.
d. Penyakit Graves
Penyakit autoimun yang menyebabkan kelenjar tiroid menjadi terlalu aktif.
Orang yang menderita penyakit ini kemungkinan akan mengalami beragam
gejala yang bisa mengganggu kegiatan sehari-harinya. Kesulitan tidur, mudah
tersulut emosi, berat badan turun tanpa sebab dan mata menonjol adalah
sebagian gejalanya.
Gejala lain yang mungkin timbul adalah terlalu peka pada hawa panas, otot
lemah, tremor (tangan bergetar), dan gangguan menstruasi. Untuk mengobati
penyakit Graves, penderita kemungkinan akan diberikan pil radioaktif iodium.
e. Adenomiosis
f. Menorrhagia
g. Splenomegali
h. Hepatomegali
A. Atrophy dan Metaplasia
1. Atrophy dan Metaplasia
a. Atrophy
Atrophy menunjukkan adanya penciutan ukuran sel akibat kurang aktif,
terputusnya saraf pemasok, pengurangan pasokan darah, kekurangan nutrisi,
atau hilangnya rangsangan hormonal. Secara fisiologis terjadi akibat proses
penuaan pada banyak tempat. Contoh atrophy fisiologis terlihat pada timus
pada masa remaja dan uterus sesudah menopause.
b. Metaplasia
Metaplasia dalah perubahan yang reversible, yaitu satu jenis sel diganti
oleh jenis sel lain. Biasanya terdapat pada bronchitis menahun pada perokok,
epitel bertingkat silindris bersilia bersel goblet diganti oleh epitel berlapis
gepeng, yang lebih tahan terhadap asap rokok. Metaplasia sering merupakan
awal dari proses keganasan.
2. Penyakit Akibat Atrophy dan Metaplasia
a. TBC
b. Diabetes
c. Amyothropic lateral sclerosis (ALS)
d. Atrofi otot spinal (spinal muscular atrophy/SMA)
e. Demensia
f. Aphasia
B. Apoptosis
Apoptosis adalah mekanisme kematian sel yang terprogram yang penting dalam
berbagai proses biologi. Berbeda dengan nekrosis, yang merupakan bentuk kematian sel
sebagai akibat sel yang terluka akut, apoptosis terjadi dalam proses yang diatur
sedemikian rupa yang secara umum memberi keuntungan selama siklus kehidupan
suatu organisme. Contohnya adalah pada diferensiasi jari manusia selama
perkembangan embrio membutuhkan sel-sel di antara jari-jari untuk apoptosis sehingga
jari-jari dapat terpisah.
1. Penyakit Akibat Apoptosis Yang Tidak Sempurna
a. Penyakit autoimun disebabkan karena sel T/B yang autoreaktif terus menerus.
b. Neurodegeneration, seperti pada penyakit Alzheimer dan Parkinson, akibat dari
apoptosis prematur yang berlebihan pada neuron di otak. Neuron yang tersisa
tidak mempunyai kemampuan untuk meregenerasi sel yang hilang.
c. Stroke iskemik, aliran darah ke bagian-bagian tertentu dari otak dibatasi
sehingga dapat menyebabkan kematian sel saraf melalui peningkatan
apoptosis.
d. Kanker, sel tumor kehilangan kemampuannya untuk melaksanakan apoptosis
sehingga proliferasi sel meningkat.
C. Nekrosis Karena Ischemia
1. Nekrosis
Nekrosis adalah kematian sel dan kematian jaringan pada tubuh yang hidup.
Nekrosis dapat dikenali karena sel atau jaringan menunjukkan perubahan-
perubahan tertentu baik secara makroskopis maupun mikroskopis. Secara
makroskopis jaringannekrotik akan tampak keruh (opaque), tidak cerah lagi,
berwarna putih abu-abu.Sedangkan secara mikroskopis, jaringan nekrotik
seluruhnya berwarna kemerahan,tidak mengambil zat warna hematoksilin, sering
pucat.
2. Ischemia
Ischemia merupakan kekurangan suplai darah pada area terlokalisasi. Keadaan
ini bersifat reversible, yaitu jaringan kembali pada fungsi normal setelah oksigen
dialirkan kembali kepdanya. Ischemia biasanya terjadi pada adanya aterosklerosis,
yaitu penimbunan lipid di tunika intima dan tunika media pembuluh darah.
Akibatnya lumen menyempit atau terbentuk thrombus. Gejala kliniknya berupa
timbul rasa sakit pada organ yang bersangkutan pada saat aktif dan menghilang
setelah istirahat. Contoh keadaan ini adalah angina pectoris pada jantung, dan
klaudikasi intermiten pada kaki. Kadang-kadang ischemia berlanjut menjadi infark
(matinya sel-sel akibat kurang oksigen). Sel-sel otak, jantung, dan ginjal hanya
bertahan selama beberapa menit tanpa oksigen, fibroblast dari jaringan ikat
bertahan sampai 2 minggu. Penyebab lain ischemia dalah vasospasme (tanpa
aterosklerosis), misalnya pada arteri koronaria, yang diakibatkan oleh nikotin,
kedinginan, dan kadang-kadang stress.
3. Penyakit Akibat Nekrosis Karena Ischemia
a. Stroke
Stroke atau yang sering disebut juga dengan CVA (Cerebrovascular
Accident) menurut WHO (World Health Organization) adalah suatu kelainan
jaringan otak yang disebabkan oleh gangguan aliran darah sehingga
menyebabkan gangguan fungsi otak, fokal atau global, karena adanya
sumbatan atau pecahnya pembuluh darah di otak yang timbul mendadak, gejala
yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang berakhir dengan kematian
tanpa penyebab yang jelas selain vaskular. Stroke dibagi menjadi dua
golongan, yaitu :
1) Stroke iskemik, adalah keadaan dimana otak mengalami iskemia dan
nekrosis karena aliran darah ke suatu area otak menurun atau terhenti
akibat suatu sumbatan baik oleh pembentukan trombus lokal maupun
emboli.
2) Stroke hemorage, keadaan dimana pecahnya pembuluh darah pada otak
yang dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan sekitar, stroke
pendarahan terdiri dari stroke pendarahan subarachnoid, pendarahan
intraserebral dan hematoma subdural.
Gejala :
Gejala yang paling umum dari stroke adalah kelemahan mendadak atau mati
rasa pada wajah, lengan atau kaki, paling sering pada satu sisi tubuh.
b. Gagal Jantung
Gagal jantung merupakan suatu keadaan dimana jantung tidak dapat lagi
memompa darah ke jaringan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh,
walaupun darah balik masih dalam keadaan normal. Dengan kata lain, gagal
jantung merupakan suatu ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah
dalam jumlah yang memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh
(forward failure) atau kemampuan tersebut hanya dapat terjadi dengan tekanan
pengisian jantung yang tinggi (backward failure) atau keduanya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya gagal jantung adalah
kontraktilitas miokard, denyut jantung (irama dan kecepatan/ menit) beban
awal dan beban akhir.
Gejala :
1) Cepat lelah bila beraktifitas ringan (mandi, jalan >300 m, naik tangga).
2) Sesak nafas saat terlentang, malam hari atau saat beraktifitas, tidur lebih
nyaman bila menggunakan bantal yang tinggi ( 2-3 bantal).
3) Bengkak pada tungkai bawah dekat mata kaki.
4) Batuk-batuk malam hari.
D. Nekrosis Karena Keracunan
1. Keracunan
Keracunan adalah masuknya suatu zat ke dalam tubuh kita yang dapat
mengganggu kesehatan bahkan dapat mengakibatkan kematian. Keracunan
merupakan kondisi kedaruratan yang sering terjadi pada anak, mengingat
kondisi bila tidak ditangani dengan segera, maka kondisi tersebut akan
mengancam jiwa anak.
2. Penyakit Akibat Nekrosis Karena Keracunan
a. Keracunan Karbon Monoksida
Keracunan Karbon Monoksida adalah kondisi di mana seseorang
menghirup gas karbon monoksida dalam jumlah banyak. Karbon
monoksida(CO) adalah gas beracun yang dihasilkan dari proses pembakaran,
Misalnya dari mesin dan knalpot kendaraan, generator set (genset), kompor gas
atau minyak, water heater, serta alat pemanggang yang menggunakan arang.
Gas ini tidak memiliki rasa atau bau tertentu, dan berbahaya apabila terhirup
dalam jumlah banyak. Jika terhirup, karbon monoksida akan berikatan dengan
hemoglobin, yaitu bagian sel darah merah yang seharusnya mengangkut
oksigen ke seluruh tubuh. Akibatnya, bila karbon monoksida terhirup dalam
jumlah banyak, akan terjadi hipoksia.
Gejala:
1) Jika gas yang dihirup masih dalam jumlah kecil, akan timbul gejala berupa
sakit kepala tegang, pusing, mual dan muntah.
2) Jika gas yang dihirup dalam jumlah tinggi, akan timbul gejala berupa:
a. Kehilangan keseimbangan dan koordinasi
b. Gangguan penglihatan
c. Penurunan fungsi memori
d. Perubahan perilaku
e. Kejang
f. Vertigo
g. Sesak dan takikardia
h. Angina pectoris
i. Kehilangan kesadaran
b. Keracunan Karbon Dioksida
Karbon Dioksida (CO2) adalah gas limbah yang diproduksi sebagai hasil
metabolisme sel di dalam tubuh. Gas ini terikat pada sel darah merah dan
dialirkan ke paru-paru, kemudian dibuang lewat embusan napas. Meskipun
merupakan gas limbah, keberadaan karbon dioksida tetap penting bagi tubuh.
Gas ini berperan untuk mengatur tingkat keasaman (pH) darah dan mendukung
proses pernapasan. Bila tubuh kekurangan atau kelebihan jumlah karbon
dioksida, dapat terjadi gangguan keseimbangan asam basa dan keracunan
karbon dioksida. Selain dihasilkan dari proses metabolisme sel di dalam tubuh,
gas ini juga ditemukan pada asap pabrik, asap kendaraan, asap hasil
pembakaran sampah atau limbah, dan asap gunung berapi.
Kadar karbon dioksida normal dalam tubuh adalah 23-29 mmol per liter
darah. Hasil tes di luar rentang ini menunjukkan adanya gangguan kseimbangan
asam basa darah, baik asidosis maupun alkalosis.
Keracunan karbon dioksida dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti:
1) Gagal napas akibat gangguan pada paru-paru, seperti asma, penyakit paru
obstruktif kronis, dan pneumonia.
2) Cedera berat
3) Kerusakan otak yang menyebabkan napas terganggu, misalnya pada
penyakit distrofi otot, ALS, dan ensefalitis.
4) Efek samping obat-obatan, seperti obat golongan benzodiazepine dan
opioid.
5) Penggunaan alat bantu napas berupa ventilator
6) Kedinginan parah atau hipotermia
7) Kebiasaan menyelam, seperti scuba diving.
Gejala:
1) Mual dan muntah
2) Pusing dan sakit kepala
3) Detak jantung meningkat
4) Bahkan pada kasus parah, dapat terjadi kejang, koma, hingga kematian.
E. Nekrosis Karena Infeksi
1. Infeksi
Penyakit infeksi adalah masalah kesehatan yang disebabkan oleh
organisme seperti virus, bakteri, jamur, dan parasit. Meski beberapa jenis
organisme terdapat di tubuh dan tergolong dan tidak berbahaya, pada kondisi
tertentu, organisme-organisme tersebut dapat menyerang dan menimbulkan
gangguan pada kesehatan, yang bahkan berpotensi menyebabkan kematian.
2. Penyakit Akibat Nekrosis Karena Infeksi
a. HIV dan AIDS
HIV (Human Imunnodeficiency Virus) adalah infeksi yang menyerang
sistem kekebalan dan melemahkan kemampuan tubuh untuk memerangi infeksi.
Infeksi HIV yang tidak segera ditangani akan berkembang menjadi kondisi
serius yang disebut AIDS (Acquired Immune Deficiency syndrome). AIDS
adalah stadium akhir dari infeksi virus HIV. Pada tahap ini, kemampuan tubuh
untuk melawan infeksi sudah hilang sepenuhnya.
Virus HIV terbagi menjadi 2 tipe utama, yaitu HIV-1 dan HIV-2. Pada
banyak kasus, infeksi HIV disebabkan oleh HIV-1, 90% diantaranya adalah
HIV-1 subtipe M. Sedangkan HIV-2 diketahui hanya menyerang sebagian kecil
individu, terutama di Afrika Barat.
Gejala HIV:
1) Demam hingga menggigil
2) Muncul ruam di kulit
3) Pembengkakan kelenjar getah bening
4) Nyeri pada sendi dan otot
5) Sakit kepala dan sakit perut
Gejala AIDS:
1) Berat badan turun tanpa diketahui sebabnya
2) Berkeringat di malam hari
3) Bercak putih di lidah, mulut, kelamin, dan anus
4) Bintik ungu pada kulit yang tidak bisa hilang. Keluhan ini kemungkinan
menandakan adanya sarcoma Kaposi
5) Demam yang berlangsung lebih dari 10 hari
6) Gangguan saraf, seperti sulit berkonsentrasi atau hilang ingatan
7) Mudah memar atau berdarah tanpa sebab
8) Mudah marah dan depresi
b. Botulisme
Botulisme adalah penyakit infeksi paling berbahaya yang disebabkan oleh
bakteri Clostridium botulinum. Racun dari bakteri ini dikenal paling kuat
sehingga dilarang penggunaannya sebagai senjata biologis dalam peperangan.
Infeksi racun ini menyebabkan kelumpuhan akut pada kedua sisi saraf tubuh
(saraf kranial) dan saraf yang melakukan kontrol otomatis serta kesadaran
dalam tubuh, melumpuhkan otot dengan menghambat pelepasan
neurotransmitter acetycholine dari saraf.
Selain itu bakteri ini dikenal sebagai bakteri anaerob yaitu dapat bertahan
hidup, mereproduksi dirinya sendiri serta menghasilkan racun yang paling
mematikan dan efektif pada tingkat oksigen yang sangat rendah. Racun dari
bakteri ini akan menyerang sistem saraf dan membuat seseorang meninggal
dengan rasa sakitnya. Botulisme dapat memengaruhi seluruh otot di tubuh. Bila
tidak segera ditangani, kondisi ini dapat menimbulkan komplikasi berhenti
bernapas, yang merupakan penyebab kematian terbanyak akibat botulisme.
Pasien yang selamat dari botulisme juga dapat mengalami gangguan dalam
bernapas atau merasa lelah untuk beberapa tahun dari terkena botulisme.
Gejala:
1) Disfagia dan gangguan bicara
2) Gangguan penglihatan
3) Sesak napas
4) Mual dan muntah
5) Kram perut
6) Lumpuh
7) Otot wajah lemah
8) Diare
9) Mulut kering
10) Kelopak mata terkulai
F. Nekrosis Karena Trauma
1. Trauma
Trauma adalah tekanan emosional dan psikologis pada umumnya karena
kejadian yang tidak menyenangkan atau pengalaman yang berkaitan dengan
kekerasan. Kata trauma juga bias digunakan untuk mengacu pada kejadian yang
menyebabkan stress berlebih. Suatu kejadian dapat disebut traumatis apabila
kejadian tersebut menimbulkan stress yang ekstrim dan melebihi kemampuan
individu untuk mengatasinya.
2. Penyakit Akibat Nekrosis Karena Trauma
a. Trauma Abdomen
Trauma Abdomen merupakan cedera yang terjadi pada organ dalam
perut, seperti lambung, usus, pancreas, hati, empedu, ginjal, dan limpa. Trauma
ini bias terjadi akibat pukulan atau benturan benda tumpul, maupun tusukan
benda tajam. Trauma Abdomen merupakan kondisi cedera yang harus segera
ditangani. Hal ini penting untuk mengantisipasi dan mencegah berbagai
komplikasi serius, seperti pendarahan berat (syok), kerusakan organ di dalam
perut, abses di dalam perut, peritonitis, obstruksi usus, dan sindrom
kompartemen perut. Jika tidak segera mendapatkan penanganan dari dokter,
trauma abdomen berat yang menyebabkan perdarahan di dalam organ perut
beresiko tinggi menyebabkan kematian.
Secara umum ada dua jenis trauma abdomen yang dikenal dalam dunia
medis, yaitu:
1) Trauma Tumpul Abdomen, adalah trauma yang disebabkan oleh benturan
benda tumpul pada perut. Trauma ini bias disebabkan oleh kecelakaan lalu
lintas, pukulan pada perut, atau jatuh dari ketinggian. Limpa dan hati
merupakan organ yang paling sering mengalami cedera akibat trauma
tumpul abdomen.
2) Trauma Tajam Abdomen, adalah trauma yang disebabkan oleh tusukan
atau perlukaan oleh benda tajam pada perut. Trauma ini biasa terjadi akibat
benda tusukan tajam atau luka tembak yang mengenai perut. Tingkat
keparahan trauma tajam abdomen tergantung pada lokasi luka, bentuk dan
ketajaman benda penyebabnya, serta seberapa dalam benda tersebut
menusuk ke dalam rongga perut.
DAFTAR PUSTAKA

Jan, Tambayong. 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Anurogo, Dito. 2011. 45 Penyakit Aneh dan Khusus. Yogyakarta : ANDI.
Utaminingsih. Wahyu Rahayu. 2015. Menjadi Dokter Bagi Anak Anda : Cakrawala Ilmu.
Pringgoutomo, S.; S. Himawan; A. Tjarta. 2002. Buku Ajar Patologi I. Jakarta : Sagung Seto.
Panggabean. M. 2009. Buku Ilmu Penyakit Dalam: Gagal Jantung Volume 2. Jakarta: Sagung
Seto.
Aru. W Sudoyo. 2006. Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam FKUI.

Anda mungkin juga menyukai