Anda di halaman 1dari 18

BADAN INFORMASI GEOSPASIAL

PUSAT PEMETAAN TATA RUANG

MODUL 1
PENGANTAR PEMETAAN TATA RUANG

0
Modul 1 Pengantar Pemetaan Tata Ruang

DAFTAR ISI

DAFTAR ISTILAH ..............................................................................1


1 PENDAHULUAN ...........................................................................2
A Latar Belakang ..................................................................................... 2
B Maksud dan Tujuan ........................................................................... 3
2 PROSEDUR PENETAPAN RDTR ..............................................4
A Prosedur Penetapan RDTR ............................................................. 4
3 PESRSETUJUAN SUBSTANSI RDTR .......................................5
A Persetujuan Substansi RDTR ......................................................... 5
3 PEMETAAN TATA RUANG SECARA UMUM .......................6
A Kedalaman Peta Menurut Hirarki Tata Ruang ..................... 6
B Kedalaman Peta Rencana Detail Tata Ruang ........................ 6
B.1 Kedalaman Substansi RDTR ......................................................... 6
B.2 Kedalaman Peta RDTR................................................................. 12
Modul 1 Pengantar Pemetaan Tata Ruang

DAFTAR ISTILAH

 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN); merupakan


dokumen rencana ruang yang mengatur peruntukan fungsi pada
seluruh wilayah negara Indonesia. Dokumen ini berlaku secara
nasional dan menjadi acuan dalam penyusunan rencana tata
ruang pada level provinsi dan kabupaten/kota.
 Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP); merupakan
penjabaran RTRWN pada masing-masing provinsi. Dokumen ini
berlaku pada masing-masing provinsi yang diaturnya, sebagai
contoh RTRW Provinsi Jawa Barat hanya berlaku pada wilayah
hukum Provinsi Jawa Barat. Selanjutnya dokumen ini dijabarkan
dalam bentuk dokumen RTRW Kabupaten/Kota dan dokumen
detil lainnya.
 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota (RTRWK);
merupakan penjabaran dari dokumen RTRWN dan RTRWP pada
level kabupaten/kota. Dokumen ini berlaku pada masing-masing
wilayah administratif kabupaten/kota. Sebagai contoh, RTRW
Kabupaten Bogor hanya berlaku pada wilayah hukum
Kabupaten Bogor.
 RTRWK selanjutnya diterjemahkan dalam bentuk dokumen detil
ruang untuk kawasan-kawasan tertentu. Dalam pelaksanaan
pembangunan, dokumen RTRWK merupakan acuan bagi
pemerintah kabupaten/kota dalam menerbitkan Izin Prinsip dan
Izin Lokasi bagi investor/masyarakat pengguna ruang.
 RDTR yang selanjutnya disebut Rencana Detail Tata Ruang
adalah rencana secara terperinci tentang tata ruang wilayah
kabupaten/kota yang dilengkapi dengan peraturan zonasi.

1
Modul 1 Pengantar Pemetaan Tata Ruang

Modul 1 akan membahas mengenai


pemahaman tentang Pemetaan Tata
Ruang Secara umum dan akan
menghabiskan 60 menit pembelajaran.

BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Ruang merupakan sumber daya yang secara kuantitatif jumlahnya
terbatas dan memiliki karakteristik yang tidak seragam sehingga
tidak semua jenis fungsi dapat dikembangkan pada ruang yang
tersedia. Keterbatasan ruang tersebut merupakan dasar
dibutuhkannya kegiatan penataan ruang yang terdiri atas
perencanaan ruang yang menghasilkan dokumen rencana tata ruang,
pemanfaatan ruang yang mengacu pada dokumen tata ruang yang
berlaku, serta pengendalian pemanfaatan ruang yang dilakukan
untuk memastikan bahwa fungsi yang dikembangkan sesuai
peruntukan sebagaimana ditetapkan dalam dokumen rencana tata
ruang antara lain dengan menggunakan instrumen perizinan
pembangunan.
Keluaran dokumen tata ruang tidak terlepas dari perpetaan. Peta
mempunyai peranan penting dalam kegiatan perencanaan
pembangunan, baik dalam skala regional maupun nasional.
Perencanaan pembangunan fisik, sarana maupun prasarana selalu
memerlukan visualisasi permukaan bumi dalam bentuk peta. Secara
umum pengertian peta adalah penyajian grafis dari seluruh atau
sebagian permukaan bumi dalam suatu bidang datar dengan
menggunakan skala dan suatu sistem proyeksi tertentu.
Modul 1 ini dibuat untuk menyamakan pemahaman mengenai
kedalaman pemetaan tata ruang secara umum mulai dari tingkat
nasional sampai dengan ketingkat kawasan.

2
Modul 1 Pengantar Pemetaan Tata Ruang

B. MAKSUD DAN TUJUAN


Modul ini dimaksudkan sebagai bahan masukan maupun
pemahaman bagi aparat pemerintah maupun masyarakat didalam
proses perencanaan maupun pembuatan peta rencana tata ruang.
Tujuan dari modul 1 ini adalah memberikan gambaran umum dan
pengetahuan tentang :
1. Prosedur Penetapan RDTR
2. Persetujuan Substansi RDTR
3. Pemetaan Secara Umum
4. Kedalaman Peta Rencana Detail Tata Ruang

3
Modul 1 Pengantar Pemetaan Tata Ruang

BAB 2
PROSEDUR PENETAPAN RDTR

A. PROSEDUR PENETAPAN RDTR


Dalam Pasal 62 ayat 1 Peraturan Pemerintah No.15 Tahun 2010
Tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang :
 Pengajuan rancangan peraturan daerah kabupaten/kota tentang
rencana detail tata ruang dari bupati/walikota kepada Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota;
 Penyampaian rancangan peraturan daerah kabupaten/kota
tentang rencana detail tata ruang kepada Menteri untuk
memperoleh persetujuan substansi dengan disertai
rekomendasi gubernur;
 Persetujuan bersama rancangan peraturan daerah kabupaten
tentang rencana rencana detail tata ruang antara
bupati/walikota dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
kabupaten/kota yang didasarkan pada persetujuan substansi
dari Menteri;
 Penyampaian rancangan peraturan daerah kabupaten/kota
tentang rencana rencana detail tata ruang kepada gubernur
untuk dievaluasi; dan
 Penetapan rancangan peraturan daerah kabupaten/kota tentang
rencana rencana detail tata ruang oleh bupati/walikota.
Dalam Pasal 62 ayat 2 Peraturan Pemerintah No.15 Tahun 2010
Tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang : Persetujuan substansi
terhadap rancangan peraturan daerah kabupaten/kota tentang
rencana detail tata ruang dapat didekonsentrasikan kepada
gubernur.

4
Modul 1 Pengantar Pemetaan Tata Ruang

BAB 3
PERSETUJUAN SUBSTANSI RDTR

A. PERSETUJUAN SUBSTANSI RDTR


Kelengkapan dokumen untuk persetujuan substansi RAPERDA
tentang RDTR terdiri atas:
1. Raperda RDTR yang telah disetujui bersama bupati/walikota
dan DPRD;
2. Materi teknis RDTR;
3. Formulir konsep surat persetujuan substansi raperda tentang
RDTR kabupaten/kota;
4. Konsep surat persetujuan substansi raperda tentang RDTR
kabupaten/kota;
5. Lampiran I: surat rekomendasi gubernur (untuk RDTR
kabupaten/kota);
6. Lampiran II: tabel pencantuman materi muatan teknis raperda
tentang RDTR dengan Undang-Undang Penataan Ruang, Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional beserta rencana rincinya, Rencana
Tata Ruang Wilayah kabupaten/kota, kebijakan nasional bidang
penataan ruang, pedoman penyusunan rencana tata ruang, dan
peraturan perundang-undangan bidang penataan ruang lainnya;
7. Lampiran III: berita acara rapat koordinasi kelompok kerja
teknis BKPRN (lembar pengesahan berita acara, daftar hadir,
dan notulensi); dan
8. Dokumen pendukung, yang terdiri atas:
 Surat permohonan persetujuan substansi raperda RDTR dari
Bupati/Walikota kepada Menteri PU;
 Berita acara konsultasi publik;
 Tabel persandingan materi muatan raperda;
 Berita acara rapat Clearance House;
 Kronologis persetujuan substansi; dan
 Dokumen KLHS
 Surat rekomendasi hasil supervisi penyusunan peta RDTR
dan peraturan zonasi
9. Persetujuan BIG tentang ketelitian peta

5
Modul 1 Pengantar Pemetaan Tata Ruang

BAB 3
PEMETAAN TATA RUANG SECARA UMUM

A. KEDALAMAN PETA MENURUT HIRARKI TATA RUANG


Skala peta pada masing-masing tingkatan rencana tata ruang
berbeda-beda, seperti yang terlihat pada penjelasan dibawah ini.
1. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) Skala 1 :
1.000.000;
2. Rencana Tata Ruang Pulau (RTR Pulau) Skala 1 : 500.000;
3. Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi (RTRW Provinsi) Skala 1
: 250.000;
4. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRW Kab) Skala 1 :
50.000;
5. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota (RTRW Kota) Skala 1 :
25.000;
6. Rencana Detail Tata Ruang Kab/ Kota (RDTR Kab/Kota) Skala
1 : 5.000.

Jelasnya mengenai skala dan kedalaman peta pada masing – masing


rencana tata ruang diatas dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1 Kedalaman Peta Menurut Hirarki Tata Ruang


No RTR Skala Peta Kedetilan Informasi
• Garis pantai
• Hidrografi
RTRW • Pemukiman
1 1 : 1.000.000
Nasional • Jaringan transportasi
• Batas Administrasi
• Nama-nama geografis
• Garis pantai
• Hidrografi
2 RTR Pulau 1 : 500.000
• Pemukiman
• Jaringan transportasi

6
Modul 1 Pengantar Pemetaan Tata Ruang

No RTR Skala Peta Kedetilan Informasi


• Batas Administrasi
• Nama-nama geografis
• Garis pantai
• Hidrografi
• Pemukiman
RTRW • Jaringan transportasi
3 1 : 250.000
Provinsi • Batas Administrasi
• Nama-nama geografis
• Titik tinggi
• Garis kontur
• Garis pantai
• Hidrografi
• Pemukiman
RTRW • Jaringan transportasi
4 1 : 50.000
Kabupaten • Batas Administrasi
• Nama-nama geografis
• Titik tinggi
• Garis kontur
• Garis pantai
• Hidrografi
• Pemukiman
• Jaringan transportasi
5 RTRW Kota 1 : 25.000
• Batas Administrasi
• Nama-nama geografis
• Titik tinggi
• Garis kontur
• Garis pantai
• Hipsografi
• Perairan
• Nama Rupabumi (toponimi)
6 RDTR 1 : 5.000
• Batas Wilayah Administrasi
• Transportasi dan Utilitas
• Bangunan dan Fasilitas Umum
• Tutupan Lahan
Fokus Pembahasan Modul

7
Modul 1 Pengantar Pemetaan Tata Ruang

B. KEDALAMAN PETA RENCANA DETAIL TATA RUANG


Kedalaman Peta Rencana Detail Tata Ruang akan membahas
mengenai kedalaman substansi dan kedalalaman muatan peta
rencana detail tata ruang.

B.1 Kedalaman Substansi RDTR


Muatan Rencana Detail Tata Ruang sesuai dengan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 20 Tahun 2011 Tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/kota terdiri dari :
1. Tujuan Penataan BWP;
2. Rencana Pola Ruang;
3. Rencana Jaringan Prasarana;
4. Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya;
5. Ketentuan Pemanfaatan Ruang; dan
6. Peraturan Zonasi.
Adapun penjabaran dari masing - masing muatan diatas adalah
sebagai berikut :

1. Tujuan Penataan BWP


 Tujuan penataan BWP merupakan nilai dan/atau kualitas
terukur yang akan dicapai sesuai dengan arahan pencapaian
sebagaimana ditetapkan dalam RTRW dan merupakan alasan
disusunnya RDTR tersebut, serta apabila diperlukan dapat
dilengkapi konsep pencapaian.
 Tujuan penataan BWP berisi tema yang akan direncanakan di
BWP.

FUNGSI muatan Tujuan Penataan BWP :


 Sebagai acuan untuk penyusunan rencana pola ruang,
 penyusunan rencana jaringan prasarana,

8
Modul 1 Pengantar Pemetaan Tata Ruang

 penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya,


 penyusunan ketentuan pemanfaatan ruang,
 penyusunan peraturan zonasi; dan
 menjaga konsistensi dan keserasian pengembangan
kawasan perkotaan dengan RTRW.

2. Rencana Pola Ruang


 Rencana pola ruang dalam RDTR merupakan rencana
distribusi subzona peruntukan yang antara lain meliputi
hutan lindung, zona yang memberikan perlindungan
terhadap zona di bawahnya, zona perlindungan setempat,
perumahan, perdagangan dan jasa, perkantoran, industri, dan
RTNH, ke dalam blok-blok.
 Rencana pola ruang dimuat dalam peta yang juga berfungsi
sebagai zoning map bagi peraturan zonasi.

FUNGSI muatan Rencana Pola Ruang :


 alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial, ekonomi, serta
kegiatan pelestarian fungsi lingkungan dalam BWP;
 dasar penerbitan izin pemanfaatan ruang;
 dasar penyusunan RTBL; dan
 dasar penyusunan rencana jaringan prasarana.

3. Rencana Jaringan Prasarana


 Rencana jaringan prasarana merupakan pengembangan
hierarki sistem jaringan prasarana yang ditetapkan dalam
rencana struktur ruang yang termuat dalam RTRW
kabupaten/kota.

9
Modul 1 Pengantar Pemetaan Tata Ruang

FUNGSI muatan Rencana Jaringan Prasarana :


 Pembentuk sistem pelayanan, terutama pergerakan, di
dalam BWP;
 Dasar perletakan jaringan serta rencana pembangunan
prasarana dan utilitas dalam BWP sesuai dengan fungsi
pelayanannya; dan
 Dasar rencana sistem pergerakan dan aksesibilitas
lingkungan dalam RTBL dan rencana teknis sektoral.

4. Penetapan Sub BWP Yang Diprioritaskan Penanganannya


 Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya
merupakan upaya dalam rangka operasionalisasi rencana
tata ruang yang diwujudkan ke dalam rencana penanganan
Sub BWP yang diprioritaskan.
 Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya
bertujuan untuk mengembangkan, melestarikan, melindungi,
memperbaiki, mengkoordinasikan keterpaduan
pembangunan, dan/atau melaksanakan revitalisasi di
kawasan yang bersangkutan, yang dianggap memiliki
prioritas tinggi dibandingkan Sub BWP lainnya.
 Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya merupakan
lokasi pelaksanaan salah satu program prioritas dari RDTR.

FUNGSI muatan penetapan Sub BWP yang diprioritaskan


penanganannya :
 Dasar penyusunan RTBL dan rencana teknis pembangunan
sektoral; dan
 Dasar pertimbangan dalam penyusunan indikasi program
prioritas RDTR.

10
Modul 1 Pengantar Pemetaan Tata Ruang

5. Ketentuan Umum Pemanfaatan Ruang


 Ketentuan pemanfaatan ruang dalam RDTR merupakan
upaya mewujudkan RDTR dalam bentuk program
pengembangan BWP dalam jangka waktu perencanaan 5
(lima) tahunan sampai akhir tahun masa perencanaan.

FUNGSI muatan Ketentuan Pemanfaatan Ruang :


 Dasar pemerintah dan masyarakat dalam pemrograman
investasi pengembangan BWP;
 Arahan untuk sektor dalam penyusunan program;
 Dasar estimasi kebutuhan pembiayaan dalam jangka waktu
5 (lima) tahunan dan penyusunan program tahunan untuk
setiap jangka 5 (lima) tahun; dan
 Acuan bagi masyarakat dalam melakukan investasi.
PROGRAM dalam Ketentuan Pemanfaatan Ruang : Program
Pemanfaatan Ruang Prioritas, Lokasi, Besaran, Sumber
Pendanaan, Instansi Pelaksana, Waktu dan Tahapan
Pelaksanaan.

6. Peraturan Zonasi
FUNGSI muatan Peraturan Zonasi :
 perangkat operasional pengendalian pemanfaatan ruang;
 acuan dalam pemberian izin pemanfaatan ruang, termasuk di
dalamnya air right development dan pemanfaatan ruang di
bawah tanah;
 acuan dalam pemberian insentif dan disinsentif;
 acuan dalam pengenaan sanksi; dan
 rujukan teknis dalam pengembangan atau pemanfaatan lahan
dan penetapan lokasi investasi.

11
Modul 1 Pengantar Pemetaan Tata Ruang

MANFAAT muatan Peraturan Zonasi :


 menjamin dan menjaga kualitas ruang BWP minimal yang
ditetapkan;
 menjaga kualitas dan karakteristik zona dengan
meminimalkan penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan
karakteristik zona; dan
 meminimalkan gangguan atau dampak negatif terhadap
zona.

B.2 Kedalaman Peta RDTR


1. Peta Dasar
Peta garis yang menggambarkan posisi horizontal dan vertikal
permukaan bumi dan benda tidak bergerak diatasnya, yang
dipakai sebagai dasar pembuatan peta-peta lainnya. (RSNI
Spesifikasi Penyajian Peta RDTR Tahun 2014)
Kedalaman peta dasar Rencana Detail Tata Ruang baik untuk
kabupaten/kota minimal harus memuat :
a. Garis pantai;
b. Hipsografi;
c. Perairan;
d. Nama Rupabumi (toponimi);
e. Batas Wilayah Administrasi;
f. Transportasi dan Utilitas;
g. Bangunan dan Fasilitas Umum; dan
h. Tutupan Lahan.
Adapun penjabaran dari masing - masing muatan peta diatas
adalah sebagai berikut :
1) Garis pantai
 Peta RBI menggunakan Muka Laut Rata-Rata
(MSL=Mean Sea Level) yang ditentukan berdasarkan :

12
Modul 1 Pengantar Pemetaan Tata Ruang

 Pengamatan pasang surut selama 18,6 tahun


 Berbeda untuk setiap lokasi/pulau
 Penggunaan praktis: garis pantai yang tampak di
foto/citra
2) Hipsografi
 Adalah ketinggian daratan atau kedalaman laut
(bathimetri)
 Digambarkan pada peta sebagai garis kontur
 Garis kontur harus digambarkan dengan interval
setengah bilangan skala, yaitu 2,5m
 Garis kontur diperlukan, terutama dalam penyusunan
Rencana Intensitas Ruang dan Rencana Jaringan
Prasarana
 Garis kontur diturunkan dari Digital Terrain Model
(DTM)
3) Perairan
 Sungai, kanal, saluran dsb;
 Danau, Situ, Waduk, Tambak, dsb;
 Laut, laguna dan selat
 Nama Rupabumi (toponimi)
 Nama daerah administrasi;
 Nama tempat;
 Nama sungai, nama danau, situ dsb
 Nomor blok (setelah rencana disusun)
 Nama fasilitas umum dan fasilitas sosial
4) Batas Wilayah Administrasi
 Batas kota/kabupaten;
 Batas BWP / Kawasan perencanaan;
 Batas kecamatan/kelurahan;dan

13
Modul 1 Pengantar Pemetaan Tata Ruang

 Batas RT/RW (bila ada);


5) Transportasi dan Utilitas
 Jalan didigitasi pada tepi dan porosnya; dan
 Diklasifikasikan menurut nama, fungsi dan
kewenangannya.
6) Bangunan
 Gedung dan bangunan didigitasi satu persatu
berdasarkan kenampakan atapnya.
 Digitasi gedung dan bangunan dimaksudkan untuk
mengetahui penggunaan lahan eksisting dalam
kaitannya dengan penyusunan PZ
 Bangunan diklasifikasikan menurut :
 Jenis bangunan;
 Fungsi bangunan;
 Penggunaan bangunan.
7) Pengunaan Lahan
 Didigitasi berdasarkan dominasi penggunaan lahan
eksisting;
 Diperoleh berdasarkan interpretasi data
penginderaan jauh dan survey lapangan yang
mencatat:
 Penutup Lahan;
 Pengunaan Lahan.
2. Peta Tematik
Peta garis yang menggambarkan atau menyajikan tema
tertentu dan digunakan sebagai peta-peta pendukung untuk
menganalisis dan merumuskan kebijakan perencanaan tata
ruang, seperti:
a. Peta Orientasi Wilayah;
b. Peta Administrasi;

14
Modul 1 Pengantar Pemetaan Tata Ruang

c. Peta Geomorfologi;
d. Peta Penggunaan Lahan;
e. Peta Rawan Bencana;
f. Peta Penetapan Sebaran Penduduk;
g. Dan Peta Tematik Lainnya yang dirasa perlu untuk
ditampilkan
3. Peta Rencana;
Peta garis yang menggambarkan perencanaan tata ruang
sebagai bentuk permodelan dari dokumen rencana tata ruang,
meliputi rencana pola ruang, rencana jaringan prasaran, dan
penetapan Sub BWP yang diprioritaskan. Dibawah ini akan
dijabarkan mengenai kedalaman peta rencana RDTR.
a. Peta Rencana Pola Ruang
Rencana Pola Ruang dalam RDTR merupakan rencana
distribusi subzona peruntukan yang antar lain meliputi:
1) Zona Hutan lindung,
2) Zona yang memberikan perlindungan terhadap zona di
bawahnya,
3) Zona perlindungan setempat,
4) Zona RTH,
5) Zona suaka alam dan cagar budaya,
6) Zona rawan bencana alam,
7) Zona Perumahan,
8) Zona Perdagangan dan jasa,
9) Zona Perkantoran,
10) Zona Sarana pelayanan umum,
11) Zona khusus,
12) Zona Industri,
13) Zona lainnya (yang tidak selalu berada di perkotaan),

15
Modul 1 Pengantar Pemetaan Tata Ruang

14) Zona campuran.


ke dalam blok-blok. Rencana pola ruang dimuat dalam
peta yang juga berfungsi sebagai zoning map bagi
peraturan zonasi.
b. Peta Rencana Jaringan Prasarana
Rencana Jaringan Prasarana merupakan pengembangan
hierarki sistem jaringan prasarana yang ditetapkan dalam
rencana struktur ruang yang termuat dalam RTRW
kabupaten/kota. Rencana jaringan prasarana yang
menjadi substansi muatan RDTR antara lain:
1) Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan
2) Rencana Pengembangan Jaringan Energi
3) Rencana Pengembangan Jaringan Air Minum
4) Rencana Pengembangan Jaringan Telekomunikasi
5) Rencana Pengembangan Jaringan Drainase
6) Rencana Pengembangan Jaringan Air Limbah
7) Rencana Pengembangan Prasarana Lainnya
c. Peta Rencana Sub BWP Prioritas
Merupakan lokasi pelaksanaan salah satu program
prioritas dari RDTR.
Catatan :
 Untuk proses digitasi akan dijelaskan pada modul 4
 Layout lebih detail dapat dilihat di pada modul 7

16

Anda mungkin juga menyukai