PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
mengakibatkan ketergantungan dana pada luar negri semakin melambung.
Suku bunga diluar negri yang lebih murah, serta kepercayaan bahwa
pemerintah akan menjaga stabilitas kurs rupiah, menyebabkan utang luar
negri menjadi sumber dana yang menarik, murah, dan tak banyak
mengandung resiko kurs. Ketika perusahaan swasta beramai-ramai
mencari pinjaman luar negri, pada saat yang sama bank-bank luar negri
berlomba mencari bisnis di Indonesia. Sebab bagi mereka, Indonesia
memiliki pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta merupakan lahan bisnis
yang tak bisa dilewatkan begitu saja. Dan bank-bank ini tak melihat
beberapa kelemahan dan resiko yang memang tersembunyikan oleh
tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Krisis moneter yang terjadi di Indonesia sejak awal Juli 1997, di akhir
tahun itu telah berubah menjadi krisis ekonomi. Melemahnya nilai tukar
rupiah terhadap dollar AS, menyebabkan harga-harga naik drastis. Banyak
perusahaan-perusahaan dan pabrik-pabrik yang melakukan PHK secara
4
besar-besaran. Jumlah pengangguran meningkat dan bahan-bahan
sembako semakin langka.
1. Stok hutang luar negeri swasta yang sangat besar dan umunya berjangka
pendek, telah menciptakan kondisi bagi ketidakstabilan di Indonesia.
2. Banyaknya kelemahan dalam sistem perbankan di Indonesia. Dengan
kelemahan sistemik perbankan tersebut, masalah hutang swasta
eksternal langsung beralih menjadi masalah perbankan dalam negeri.
3. Sejalan dengan semakin tidak jelasnya perubahan politik, maka isu
tentang pemerintahan otomatis berkembang menjadi persoalan ekonomi
pula.
4. Hilangnya kepercayaan dunia maupun masyarakat Indonesia sendiri
terhadap perkembangan ekonomi Indonesia, sehingga menghambat laju
gerak pertumbuhan ekonomi yang menyebabkan Indonesia mengalami
krisis yang berkepanjangan.
5
2.4 Krisis Politik
Krisis politik yang terjadi pada tahun 1998 merupakan puncak dari
berbagai kebijakan politik pemerintahan Orde Baru. Berbagai kebijakan
politik yang dikeluarkan pemerintahan Orde Baru selalu dengan alasan
dalam kerangka pelaksanaan demokrasi Pancasila. Namun yang
sebenarnya terjadi adalah dalam rangka mempertahankan kekuasaan
Presiden Suharto dan kroni-kroninya. Artinya, demokrasi yang dilaksanakan
pemerintahan Orde Baru bukan demokrasi yang semestinya, melainkan
demokrasi rekayasa. Dengan demikian, yang terjadi bukan demokrasi yang
berarti dari, oleh, dan untuk rakyat, melainkan demokrasi yang berarti dari,
oleh, dan untuk penguasa. Pada masa Orde Baru, kehidupan politik sangat
represif, yaitu adanya tekanan yang kuat dari pemerintah terhadap pihak
oposisi atau orang-orang yang berpikir kritis.
6
2.6 Krisis Kepercayaan
7
Ketika puncak peristiwa kerusuhan ini terjadi, Presiden Soeharto
sedang berada di Kairo Mesir untuk mengadakan pertemuan Konferensi
Tingkat Tinggi (KTT) pada tanggal 13-14 Mei 1998. Setelah Presiden
Soeharto selesai mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) di Kairo Mesir,
13-14 Mei 1998, Presiden Soeharto mengadakan acara silaturahmi dengan
masyarakat Indonesia yang berada di Kairo. Setelah melewati proses yang
panjang, akhirnya pada tanggal 21 Mei 1998 Presiden Soeharto
menyampaikan pidato pengunduran dirinya dari jabatan Presiden Republik
Indonesia. B.J Habibie yang pada saat itu menjabat sebagai Wakil Presiden
secara resmi mengganti jabatan Presiden Soeharto sebagai Presiden
Republik Indonesia yang ke-3. Hal ini menandai berakhirnya Rezim Orde
Baru dan menjadi titik awal dari Era Reformasi.
8
barang nasional, khususnya sembilan bahan pokok semakin menipis di
pasaran, menyebabkan harga kebutuhan bahan pokok semakin naik artinya
biaya hidup pun semakin tinggi.
9
BAB III
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
10