Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Vandenbos (2015) mengatakan bahwa psikometri merupakan salah satu
bagian dari psikologi yang berhubungan erat dengan atribut psikologis.
Psikometri digunakan untuk melakukan pengukuran atribut psikologis seperti
kepribadian, tingkah laku, kinerja, dan sejenisnya. Pengukuruan tersebut
dilakukan dengan alat ukur yang disebut sebagai skala, angket, dan
berbagai instrumen lainnya. Dalam pengadaptasian instrumen, peneliti
menggunakan instrumen berjenis skala yang bertujuan untuk mengukur self-
efficacy .
Bandura (1997) Self-efficacy merupakan keyakinan tentang kemampuan
yang dimiliki seseorang untuk melakukan pengaturan dan serangkaian
tindakan yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuanyang diinginkan.
Dijelaskan lebih lanjut bahwa Self-Efficacy mengatur fungsi manusia melalui
empat proses utama. Termasuk proses kognitif, motivasi, afektif, dan seleksi.
Dengan kata lain self efficacy sangat berpengaruh terhadap perkembangan
diri, penetapan tujuan, dan kemampuan seseorang dalam mengatasi
berbagai masalah yang akan dihadapi untuk mencapai tujuannya.
Pada proses pengadaptasian skala yang dilakukan oleh penulis, adaptasi
skala berkaitan dengan proses alih bahasa serta penyesuaian konteks
budaya. Meskipun begitu, adaptasi tidak merubah struktur sama sekali dari
skala yang digunakan. Pengadaptasian skala juga melewati beberapa
proses sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan dan sebelum
mendapatkan tingkat validitas dan juga realibitas dengan menggunakan dua
aplikasi yang berbeda yaitu Lisrel 8.70 dan SPSS 16.

B. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas individu serta mengembangkan diri dan
menambah ilmu pengetahuan.
2. Untuk melakukan pengadaptasian skala sesuai dengan variabel yang
diangkat yaitu “Self-Efficacy”.
3. Untuk mendapatkan tingkat validitas dan juga realibitas dalam
pengadaptasian skala dengan variabel “Self-Efficacy”

C. Manfaat

1
2

1. Dapat memenuhi tugas individu yang diberikan demi pengembangan diri


di masa akan datang
2. Dapat mengetahui bagaimana proses pengadaptasians skala dengan
baik dan benar
3. Dapat mengetahui tingkat validitas dan juga realibitas sesuai dengan
variabel yang di angkat mengenai “Self-Efficacy
3

BAB II
Adaptasi Skala Self-Efficacy
A. Kajian Teoritis Self-Efficacy
1. Pengertian Self-Effiicacy
Keyakinan seseorang untuk melakukan dan melaksanakan suatu
tindakan untuk mengatur dan mengelola situasi spesifik (Bandura, 1997).
Adapun defenisi yang dikemukakan oleh (Baron& Byrne, 2005) bahwa
self-efficacy merupakan keyakinan seseorang mengenai keterampilan
dirinya atau kompetensi dirinya untuk menjalankan tugas, mencapai
tujuan serta mengatasi hambatan. University of Oxford (dalam Robert,
2008) menjelaskan bahwa plagiarisme merupakan tindakan menyalin
atau menguraikan dengan kata sendiri tanpa menjelaskan lebih lanjut
mengenai sumbernya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori
dari bandura yang menjelaskan beberapa dimensi, aspek dan faktor dari
self-efficacy.
2. Dimensi Self-Efficacy
2.1 Tingkatan (Magnitude)
Dimensi ini menyangkut tentang efikasi diri individu dalam
mengerjakan suatu tugas yang berbeda - beda dalam tingkat
kesulitannya. Berkaitan dengan derajat kesulitan tugas yang dihadapi
individu. Penerimaan dan keyakinan tiap individu terhadap suatu
tugas berbeda - beda, mungkin orang hanya terbatas pada tugas
yang sederhana, menengah atau sulit. Persepsi setiap individu akan
berbeda dalam memandang tingkat kesulitan dari suatu tugas
(Bandura, 1997).
2.2 Keadaan Umum (Generality)
Dimensi ini berkaitan tentang penguasaan individu terhadap
bidang atau tugas pekerjaan. Individu dapat menyatakan dirinya
yakin akan kemampuannya pada aktivitas yang luas, atau terbatas
pada fungsi atau ranah tertentu saja. Individu dengan efikasi diri yang
tinggi akan mampu menguasai beberapa bidang sekaligus untuk
menyelesaikan suatu tugas. Sebaliknya, individu yang memiliki
efikasi diri yang rendah hanya menguasai sedikit bidang yang
diperlukan dalam menyelesaikan suatu tugas (Bandura, 1997).
2.3 Kekuatan (Strength)
Dimensi ini lebih menekankan pada tingkat kekuatan atau
kemantapan individu terhadap keyakinan akan kemampuan yang
4

dimiliki. Efikasi diri menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan


individu akan memberikan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan
individu. Efikasi diri menjadi dasar dirinya melakukan usaha yang
keras, bahkan ketika menemui hambatan sekalipun. Individu yang
memiliki keyakinan kuat terhadap kemampuan mereka akan teguh
dalam berusaha untuk mengenyampingkan kesulitan yang dihadapi
(Bandura, 1997).
3. Faktor-faktor Self-Efficacy
3.1 Jenis Kelamin
Terdapat perbedaan pada perkembangan kemampuan dan
kompetesi laki - laki dan perempuan. Ketika laki - laki berusaha untuk
sangat membanggakan dirinya, perempuan sering kali meremehkan
kemampuan mereka. Hal ini berasal dari pandangan orang tua
terhadap anaknya. Orang tua menganggap bahwa wanita lebih sulit
untuk mengikuti pelajaran dibanding laki - laki, walapun prestasi
akademik mereka tidak terlalu berbeda (Bandura, 1997).
Semakin sering seorang wanita menerima perlakuan streotipe
gender ini, maka semakin rendah penilaian mereka terhadap
kemampuan dirinya. Pada beberapa bidang pekerjaan tertentu para
pria memiliki efikasi diri yang lebih tinggi dibanding dengan wanita,
begitu juga sebaliknya wanita unggul dalam beberapa pekerjaan
dibandingkan dengan pria.
3.2 Usia
Efikasi diri terbentuk melalui proses belajar sosial yang dapat
berlangsung selama masa kehidupan. Individu yang lebih tua
cenderung memiliki rentang waktu dan pengalaman yang lebih
banyak dalam mengatasi suatu hal yang terjadi jika dibandingkan
dengan individu yang lebih muda, yang mungkin masih memiliki
sedikit pengalaman dan peristiwa - peristiwa dalam hidupnya.
Individu yang lebih tua akan lebih mampu dalam mengatasi rintangan
dalam hidupnya dibandingkan dengan individu yang lebih muda, hal
ini juga berkaitan dengan pengalaman yang dimiliki individu
sepanjang rentang kehidupannya (Bandura, 1997)..
3.3 Tingkat Pendidikan
5

Efikasi diri terbentuk melalui proses belajar yang dapat diterima


individu pada tingkat pendidikan formal. Individu yang memiliki
jenjang yang lebih tinggi biasanya memiliki efikasi diri yang lebih
tinggi, karena pada dasarnya mereka lebih banyak belajar dan lebih
banyak menerima pendidikan formal, selain itu individu yang memiliki
jenjang pendidikan yang lebih tinggi akan lebih banyak mendapatkan
kesempatan untuk belajar dalam mengatasi persoalan - persoalan
dalam hidupnya (Bandura, 1997).
Sebagai contoh ketika seseorang yang telah menempuh
pendidikan S2. Orang tersebut akan memiliki keyakinan yang lebih
baik dalam pengerjaan tugas, terutama tugas yang memiliki tingkat
kesulitan yang tinggi. Seseorang yang telah menempuh S2 akan
lebih yakin terhadap hasil dari yang mereka lakukan jika
dibandingkan dengan orang yang menempuh pendidikan yang lebih
rendah.
3.4 Pengalaman
Efikasi diri terbentuk melalui proses belajar yang dapat terjadi
pada suatu organisasi ataupun perusahaan dimana individu bekerja.
Efikasi diri terbentuk sebagai suatu proses adaptasi dan
pembelajaran yang ada dalam situasi kerjanya tersebut. Semakin
lama seseorang bekerja maka semakin tinggi efikasi diri yang dimiliki
individu tersebut dalam pekerjaan tertentu, akan tetapi tidak menutup
kemungkinann bahwa efikasi diri yang dimiliki oleh individu tersebut
justru cenderung menurun atau tetap. Hal ini juga sangat tergantung
kepada bagaimana individu menghadapai keberhasilan dan
kegagalan yang dialaminya selama melakukan pekerjaan (Bandura,
1997).
Sebagai contoh ketika seseorang telah bekerja dalam industri film
selama delapan tahun. Mereka akan lebih percaya diri bahwa mereka
akan menghasilkan film yang berkualitas. Hal berbeda jika mereka
hanya bekerja selama setahun dalam industri film, mereka memiliki
kepercayaan yang rendah terhadap hasil yang dari proyek yang
mereka kerjakan.

B. Penelitian mengenai Self-Efficacy


6

Self-efficacy memiliki pengaruh pada perilaku plagiarisme hal itu


dibuktikan berdasarkan temuan penelitian yang dipaparkan oleh
Barzegar & Kzehri (2012) mengungkapkan bahwa
kecurangan/plagiarisme memiliki signifikansi hubungan yang negatif
dengan self-efficacy dan hubungan positif dengan self-handicaping.
Dengan katalain dapat dikatakan bahwa semakin tinggi perlaku
plagiarisme maka self-efficacy seseorang akan semakin rendah dan
begitu juga sebaliknya. Sedangkan ketika perilaku plagiarisme seseorang
semakin tinggi maka semakin tinggi pula perilaku self-handicapingnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Pudjiastuti (2012) mendukung
penelitian yang dijelaskan sebelumnya bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi self-efficacy ialah tingkatan usaha seseorang dan
kemampuan seseorang dalam pemilihan tindakan, dijalaskan juga oleh
penelitian Pudjiastuti ini bahwa plagiarisme dan self-efficacy memiliki
korelasi negative yang berarti semakin tinggi efikasi diri seseorang maka
semakin rendah perilaku plagiarisme yang dilakukan.
Dijelaskan juga oleh penelitian yang dilakukan oleh (Kusrieni, 2014)
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada
bab sebelumnya, maka pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan negatif antara efikasi diri dengan perilaku mencontek pada
siswa kelas X SMA Negeri 4 Yogyakarta. Hasil penelitian ini semakin
tinggi efikasi diri maka semakin rendah perilaku mencontek dan
sebaliknya apabila efikasi diri rendah maka perilaku mencontek tinggi.
Efikasi diri terhadap perilaku mencontek pada siswa kelas X SMA Negeri
4 Yogyakarta berperan sebesar 21,3% dan sisanya 78,7% perilaku
mencontek disebabkan oleh variabel lain di luar efikasi diri seperti
prokrastinasi, tekanan dari teman sebaya, dan tekanan dari orang tua.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dasar pengembangan
program layanan bimbingan dan konseling untuk membantu siswa
mengembangkan efikasi diri dalam meminimalisasikan perilaku
mencontek.
Hubungan negative antara efikasi diri dan perilaku plagiarisme juga
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh (Shara, 2016) Bahwa Self-
Efficacy memiliki hubungan yang negatif. Hubungan yang negatif tersebut
menandakan bahwa seseorang yang memiliki self-efficacy yang tinggi
7

maka memiliki perilaku menyontek (cheating) yang rendah, dan


sebaliknya seseorang yang memiliki perilaku menyontek (cheating) tinggi
maka akan memiliki self-efficacy yang rendah.

C. Langkah-langkah Adaptasi Skala


1. Blue Print
Self-Efficacy pada penelitian ini menggunakan skala baku yang di
susun oleh Bandura yang disusun kembali oleh Beckher and Gable.
Pada tahun 2009 dalam jurnalnya The Relationship of Self Efficacy
with GPA, Attendence and Collage Student. Skala ini memiliki 20
pernyataan , dengan 4 pilihan jawaban, antara lain ialah Sangat
Setuju, Setuju, Tidak Setuju, Sangat Tidak .Semakin tinggi Self
Efficacy maka semakin tinggi skor yang diperoleh dari skala self-
efficacy dan sebaliknya semakin rendah skor yang di peroleh dari
skala self efficacy maka semakin rendah tingkat self efficacy.
Item
Aspek-aspek Jumlah
F UF
Tingkatan (Magnitude) 6,10,5,2,1 - 5
Keadaan Umum
4,7,8,9,14,18 - 6
(Generality)
3,11,12,13,15,
,Kekuatan (Strength) - 9
16,17,19,20
2. Proses Translet
Pada proses penerjemahan skala, penulis dibantu oleh dua orang
yang memiliki latar belakang yang berbeda. Penerjemah pertama dari
skala Inggris ke Indonesia dilakukan oleh seorang teman yang
merupakanlulusan Sastra InggrisUniversitas Islam Negeri yang juga
seringmelakukanperjalanankeluarnegeri.Muhammad Ridwan memiliki
nilai skor toefl sebesar 560 dan berprofesi sebagai guru Bahasa
ingris.Kemudian orang yang membantu saya untuk menerjemahkan
dari Indonesia ke Ingris adalah mahasiswa psikologi yang
memilikinilaitoefl 640, yang bernama Abdul Rozak.Skala asli yang
belum dalam proses penerjemahan.
Scale:
INSTRUCTIONS: Indicate how often each of the statements below is descriptive of you.
Statment 1 2 3 4
1. I can always manage to solve difficult problems if I try hard
enough
8

2. If someone opposes me, I can find the means and ways to get
what I want
3. It is easy for me to stick to my aims and accomplish my goals
4. I am confident that I could deal efficiently with unexpected
events
5. Thanks to my resourcefulness, I know how to handle
unforeseen situations
6. I can solve most problems if I invest the necessary effort
7. I can remain calm when facing difficulties because I can rely on
my coping abilities
8. When I am confronted with a problem, I can usually find several
solutions
9. If I am in trouble, I can usually think of a solution.
10. I can usually handle whatever comes my way
11. I am certain I can manage the problems in my life so I can
focus on my studies
12. I am certain I can obtain financial aid to pay tuition
13. I am certain I can find the time to do all my homework
14. I’m certain my family and friends want me to succeed in
college
15. I am certain I can control the stress in my life so I can do well
in school
16. I will choose school over work if schedules conflict
17. I will always find a way to get to class
18. I am positive I can earn enough money to keep attending
19. I know I will get a good position when I graduate if I do well
20. I will take care of my health so I can achieve better grades
1 = Not at all true
2 = Hardly true
3 = Moderately true
4 = Exactly tru

3. Hasil Translet dari Ingris ke Indonesia


Setelah di terjemahkan dari skala asli yaitu Bahasa Inggris ke dalam
Bahasa Indonesia:
Skala:
INSTRUKSI: Tunjukkan seberapa sering masing-masing pernyataan
di bawah ini bersifat deskriptif.
1. Saya selalu dapat menyelesaikan masalah-masalah yg sulit jika
sya berusaha cukup keras.
9

2. Jika seseorang berbeda pendapat dengan ku. Saya dapat


menemukan upaya dan cara untuk mencapai apa yg sya inginkan.
3. Mudah bagi saya untuk mempertahankan pendirian agar mencapai
tujuan
4. Saya percaya bahwa ketika saya dihadapkan dengan peritiswa yg
tak terdunga saya dapat menanganinya dengan efektif.
5. Saya bersyukur atas pemikiran saya, sehingga saya tau
bagaimana menangani situasi tak terduga.
6. Saya dapat menyelesaikan sebagian besar masalah jika saya
melakukan upaya yg diperlukan.
7. Saya dapat tetap tenang ketika menghadapi masalah karena saya
dapat mengandalankan kemampuan peyelesaian saya.
8. Ketika saya dihadapkan dengan sebuah masalah saya biasanya
dapat menemukan beberapa solusi
9. Jika saya dalam masalah saya biasanya dapat memikirkan sebuah
solusi
10. Saya biasanya dapat menangani apapun yg datang padaku
11. Saya yakin saya dapat menyelesaikan masalah yang datang
kepada saya, sehingga saya dapat fokus untuk kuliah
12. Saya yakin saya dapat menghasilkan uang untuk pembayaran
biaya sekolahku
13.saya yakin saya dapat mengatur waktu untuk mengerjakan semua
pekerjaan rumah
14. Saya yakin keluargaku dan temanku mengiginkanku untuk sukses
dalam perkuliahan
15. Saya yakin saya dapat mengontrol setres di dalam hidup
sehingga, saya dapat memperoleh nilai yang baik
16. Saya akan lebih memilih sekolah dibandingankan kerja jika
keduanya harus dilakukan bersamaan
17. Saya akan mengupanyakan untuk hadir di kelas
18. Saya yakin saya dapat menghasilkan uang yg cukup untuk tetap
hidup.
19. Saya tahu saya akan mendapatkan jabatan yg baik ketika saya
menjadi lulusan terbaik
10

20. Saya akan menjanga kesehatan sehingga saya dpat mencapai


nilai yg lebih baik.
4. Indonesia ke Ingris
Setelah penulis dibantu menerjemahkan dari Bahasa Indonesia ke
Bahasa Inggris, penulis kembali menerjemahkan ke dalam Bahasa
Inggris kembali :
Scale:
INSTRUCTION: indicate how often each statement below is in a
descriptive manner.
1. I can always overcome difficult problem if i try hard enought
2. If someone is against me, I can find a way and effort to get what I
want.
3. It’s very easy to me being persistent in my goals and get them
4. I believe that I can overcome unexpected situation efficiently
5. Thanks to my intellect, I know how to handle unexpected
situation
6. I can overcome many problems if i do try
7. I can keep calm when facing hardship because I depend on my
brain ability
8. When I am facing with troubles, I can always think of a solution
9. When I am troubled, I can always think of a solution
10. I can handle everything
11. I believe I can overcome problems in my life that I could focus on
my study
12. I believe I can make money to pay tuition fee
13. I believe I can manage time to do all my chores
14. I believe that my family and friends want me to be succeed in my
college.
15. I believe I can control stress in my life that I could focus on my
college
16. I would choose college over work when the schedules are
colliding
17. I can always find a way to get into a class
18. I am sure that I can get sufficient money to stay alive
11

19. I know that I could get good position after graduation if I try my
best
20. I would keep myself healthy to get good grades

D. Menulis item
Pada skala ini terdapat 20 pertanyaan dan empat pilihan jawaban
yaitu: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat
Tidak Sesuai (STS). Dan terdapat 3 dimensi, pada dimensi pertama yaitu
suatu bentuk karakteristik perilaku dan cara berpikir pada individu untuk
mengerjakan satu tugas dengan tingkat kesulitan yang berbeda, yang
direpresentasikan dalam 5 item yaitupada item 6,10,5,2,1. Lalu, pada
dimensi kedua yaitu keadaan umum yaitu tingkat pemahaman individu
terhadap tugas yang dilakukan, yang direpresentasikan pada 4 item yaitu
pada item 6,10,5,2,. Pada dimensi terakhir yaitu Kekuatan yaitu sejauh
mana individu yakin pada kemampuannya, yang direpresentasikan pada
6 item yaitu pada item 16,19,17,13, 15,20.
Cara skoring pada item favourable yaitu skor 4 untuk pilihan jawaban
“Sangat Sesuai”, skor 3 untuk pilihan jawaban “Sesuai”, skor 2 untuk
pilihan jawaban “Tidak Sesuai”, skor 1 untuk pilihan jawaban “Sangat
Tidak Sesuai”.
1. Validitas isi
Face Validity
Pada face validity atau uji tampang, awalnya penulis membuat
skala dalam bentuk kertas yang cukup banyak menggunakan 3
lembar dengan font times new romandan spasi 1,15. Penulis meminta
bantuan dan melibatkan 3 orang responden dari mahasiswa Psikologi
Universitas Bosowa semester 6.
Pada responden pertama, mengomentari pada bagian pengantar
dimana terdapat beberapa kata yang typo pada kalimat. Responden
pertama meminta agar kata tersebut diperbaiki agar menunjukan
profesionalitas peneliti. Pada responden kedua, mengomentari terkait
kesalahan yang dilakukan peneliti sehingga terdapat kalimat yang
serupa antara item nomor 15 dan 16. Responden kedua meminta
untuk mengubah hal tersebut. Responden ketiga, mengomentari
untuk tidak menuliskan skala self-efficacy pada skala yang disebar
agar tidakterjadi bias pada subjek penelitian
12

Setelah penulis mengumpulkan hasil face validity penulis


menyimpulkan bahwa dari uji keterbacaan yang telah dilakukan dari 3
responden yang berbeda, bahwa masih ada beberapa kata yang
kurang sesuai atau salah pengetikan dalam skala tersebut. Selain itu,
ada item yang sama, dan rentan terjadi bias. Setelah itu, penulis
membuat skala dalam bentuk siap edar dari hasil saran ketiga
responden tersebut. Selama proses pembuatan skala siap edar
penulis sedikit kesulitan karena membutuhkan waktu yang cukup
banyak namun penulis dapat menyelesaikannya dengan baik.
2. Uji coba (persiapan uji coba, prosesnya, input data)
Pada tahap pertama, yang penulis lakukan adalah pemilihan
variabel, penulis memilih variabel Self-Efficacy dengan mengambil
populasi mahasiswa(i) sebanyak 100 orang yang telah ditetapkan.
Setelah penetapan variabel, penulis diminta untuk mencari beberapa
jurnal yang berkaitan dengan Self-Efficacy setelah mendapatkan
jurnal tersebut penulis mengambil teori yang akan di gunakan dan
juga blue print setelah itu membuat tinjauan teoritis.
Tinjauan teoritis yang penulis buat membutuhkan waktu sebanyak
1 minggu. Setelah penyelesaian tinjauan teoritis, selanjutnya penulis
di berikan tugas untuk mencari skala apa yang akan di gunakan, skala
yang penulis gunakan adalah CSES (The Contaminate Self Efficacy
Scale) yang disusun kembali oleh Beckher and Gable. Pada tahun
2009 berdasarkan aspek-aspek yang dimiliki oleh bandura, setelah
mendapatkan skala, masuk pada proses translet.
Pada proses penerjemahan skala, penulis dibantu oleh dua orang
yang memiliki latar belakang yang berbeda. Penerjemah pertama dari
skala Inggris ke Indonesia dilakukan oleh seorang teman yang
merupakan lulusan Sastra Inggris Universitas Islam Negeri yang juga
sering melakukan perjalanan keluar negeri. Muhammad Ridwan
memiliki nilai skor toefl sebesar 560 dan berprofesi sebagai guru
Bahasa ingris. Kemudian orang yang membantu saya untuk
menerjemahkan dari Indonesia ke Ingris adalah mahasiswa psikologi
yang memiliki nilai toefl 640, yang bernama Abdul Rozak
Setelah proses penerjemahan selesai, dilanjutkan dengan proses
uji keterbacaan dimana penulis diminta untuk membuat skala siap
13

edar namun sebelumnya diberikan kepada 3 orang calon responden


dan memberikan beberapa saran. Setelah saran dari 3 responden
tersebut diterima, penulis mengeditnya dan siap untuk membuat skala
siap edar sebanyak 100 secara online. Pada proses penyebaran
skala, penulis menyebarkan melalui social media berupa Whatsapp
dan Instagram. Dalam penyebaran skala menggunakan waktu cukup
singkat sekitar 15 jam dan setelah subjek yang diminta telah terpenuhi
maka penyebaran skala diberhentikan, dan dilanjutkan dengan
mengiput data.
Dalam proses menginput data penulis memakan waktu sekitar 2
haridan setelah itu langsung di lanjutkan dengan pengolahan data
menggunakann lisrel dan juga SPSS dalam proses pengolaan data
penulis sedikit kesulitan dikarenakan terjadi beberapa kesalahan dan
juga adanya beberapa tugas yang harus dikerjakan secara
bersamaan namun penulis dapat menyelesaikannya dengan baik.
Setelah pengolahan data telah selesai, dilanjutkan dengan
penyusunan laporan. Dalam penyusunan laporan penulis
mengerjakannya dengan cukup baik dan lancar. Adapun hasil
demografi dari SPSS versi 20 mengenai responden yang mengisi
skala, yaitu:
a. Jenis Kelamin
Jenis_Kelamin * Kategorisasi
Kategorisasi
Rendah Sedang Tinggi Total
Jenis_Kelamin L 5 17 3 25
P 9 49 16 74
Total 14 66 20 100
Dari hasil tabel demografi berdasarkan jenis kelamin, dapat
diketahui bahwa responden berjenis kelamin perempuan sebanyak
74 responden dan laki-laki sebanyak 25 responden. Perempuan
yang memiliki self-efficacy yang tinggi sebanyak 16 responden,
kemudian terdapat 49 responden perempuan yang memiliki self-
efficacy yang sedang, dan terdapat 9 responden perempuan yang
memiliki self-efficacy yang randah.
Sedangkan pada responden pria yang berjumlah 25, terdapat 3
responden pria yang memiliki tingkat self-efficacy yang tinggi, 17
14

responden pria yang memiliki tingkat self-efficacy yang sedang,


dan 5 responden pria yang memiliki tingkat self-efficacy yang
rendah. Berdasarkan tabel diatas dapat disumpulkan bahwa
responden perempuan memiliki tingkat efikasi yang tinggi
dibanding responden laki-laki.

b. Jumlah Saudara
Jumlah_Saudara
Rendah Sedang Tinggi Total
Jumlah_Saudara 0 0 4 0 4
1 3 11 3 17
2 5 17 5 27
3 3 14 5 22
4 1 11 4 16
5 1 5 3 9
6 1 2 0 3
7 0 2 0 2
Total 14 66 20 100
Dari hasil tabel demografi dalam kategori jumlah saudara,
penulis mendapati bahwa responden yang tidak memiliki saudara
sebanyak 4 orang dan memiliki self-efficacy sedang.
Responden yang memiliki 1 orang saudara terdapat 17
responden, yang kemudian dikategorisasikan sebagai berikut; 3
responden yang teridentifikasi memiliki self-efficacy rendah, 11
responden yang teridentifikasi memiliki self-efficacy sedang, dan 3
responden yang teridentifikasi self-efficacy tinggi.
Responden yang memiliki 3 orang saudara terdapat sebanyak
22 responden, yang kemudian dikategorisasikan sebagai berikut; 3
responden yang teridentifikasi self-efficacy rendah, 14 responden
yang teridentifikasi self-efficacy yang sedang, dan 5 responden
yang teridentifikasi self-efficacy yang tinggi .
Responden yang memiliki 4 jumlah saudara terdapat
sebanyak 16 responden, yang kemudian dikategorisasikan
sebagai berikut; 1 responden teridentifikasi memiliki self-efficacy
15

yang rendah, 11 responden teridentifikasi memiliki self-efficacy


yang sedang, dan 4 responden yang teridentifikasi memiliki self-
efficacy yang tinggi.
Responden yang memiliki 5 jumlah saudara terdapat
sebanyak 9 responden, yang kemudian dikategorisasikan sebagai
berikut; 1 responden teridentifikasi memiliki self-efficacy yang
rendah, 2 dan responden teridentifikasi memiliki self-efficacy yang
sedang.
Responden yang memiliki 7 jumlah saudara terdapat
sebanyak 2 responden dan teridentifikasi memiliki self-efficacy
yang sedang.
c. Uang Jajan
Uang_Jajan
Rendah Sedang Tinggi Total
Uang_Jajan <50.000 12 35 11 58
50.000 2 24 6 32
>50.000 0 7 3 10
Total 14 66 20 100
Dari hasil tabel demografi dalam kategori Uang Jajan, penulis
mendapati bahwa responden yang memiliki uang jajan <Rp.50.000
terdapat 58 responden, yang dikategorisasikan sebagai berikut; 12
responden yang teridentifikasi memiliki self-efficacy yang rendah,
35 responden yang teridentifikasi memiliki self-efficacy yang
sedang, dan 11 responden yang teridentifikasi memiliki self-
efficacy yang tinggi.
Responden yang memiliki uang jajan sebanyak Rp.50.000
terdapat sebanyak 32 responden, yang dikategorisasikan sebagai
berikut; 2 responden yang teridentifikasi memiliki self-efficacy
rendah, 24 responden yang teridentifikasi memiliki self-efficacy
sedang, dan 6 responden yang teridentifikasi memiliki self-efficacy
yang tinggi.
Responden yang memiliki uang jajan sebanyak lebih dari
Rp.50.000 terdapat 10 responden, yang kemudian
dikategorisasikan sebagai berikut; 7 responden yang teridentifikasi
memiliki self-efficacy sedang, dan 3 responden yang teridentifikasi
memiliki self-efficacy tinggi.
d. Suku
16

Suku * Coba1 Crosstabulation


Rendah Sedang Tinggi Total
Suku Bugis 3 25 7 35
Lainnya 3 20 8 31
Makassar 5 7 4 16
Mandar 2 11 1 14
Toraja 1 3 0 4
Total 14 66 20 100
Dari hasil tabel demografi dalam kategori Suku, penulis
mendapati bahwa responden yang berasal dari suku Makassar
terdapat sebanyak 16 orang, yang dikategorisasikan sebagai
berikut; 5 responden yang teridentifikasi memiliki self-efficacy
rendah, 7 responden yang teridentifikasi memiliki self-efficacy
sedang, dan 4 responden yang teridentifikasi memiliki self-efficacy
yang tinggi.
Responden yang berasal dari suku Bugis terdapat seanyak 35
orang, yang kemudian dikategorisasikan sebagai berikut; 3
responden yang teridentifikasi memiliki self-efficacy yang rendah,
25 responden yang teridentifikasi memiliki self-efficacy yang
sedang, dan 7 responden yang teridentifikasi memiliki self-efficacy
yang tinggi.
Responden yang berasal dari suku Mandar terdapat sebanyak
14 orang, yang dikategorisasikan sebagai berikut; 2 responden
yang teridentifikasi memiliki self-efficacy yang rendah, 11
responden yang teridentifikasi memiliki self-efficacy yang sedang,
dan 1 responden yang teridenfikasi memiliki self-efficacy yang
tinggi.
Responden yang berasal dari suku Toraja terdapat sebanyak 4
orang, yang dikategorisasikan sebagai berikut; 1 responden yang
teridentifikasi memiliki tingkat self-efficacy yang rendah, dan 3
responden yang teridentifikasi memiliki tingkat self-efficacy yang
tinggi.
Responden yang berasal dari suku lainnya terdapat sebanyak
31 orang, yang kemudian dikategorisasikan sebagai berikut; 3
responden yang teridentifikasi memiliki self-efficacy yang rendah,
20 responden yang teridentifikasi memiliki self-efficacy yang
17

sedang, dan 8 responden yang teridentifikasi memiliki self-efficacy


yang tinggi.
e. Agama
Agama * Coba1 Crosstabulation
Rendah Sedang Tinggi Total
Agama Islam 14 60 18 92
Kristen 0 6 2 8
Total 14 66 20 100
Dari hasil tabel demografi dalam kategori Agama, penulis
mendapati bahwa responden yang memiliki agama Islam terdapat
sebanyak 92 orang, yang dikategorisasikan sebagai berikut; 14
responden yang teridentifikasi memiliki self-efficacy yang rendah,
60 responden yang teridentifikasi memiliki self-efficacy yang
sedang, dan 18 responden yang teridentifikasi memiliki self-efficay
yang tinggi.
Responden yang memiliki agama Kristen sebanyak 8 orang
yang dikategorisasikan sebagai berikut; 6 responden yang
teridentifikasi memiliki self-efficacy yang sedang dan 2 responden
yang memiliki self-efficacy yang tinggi.
f. Universitas
Universitas
Rendah Sedang Tinggi Total
Universitas Luar Makassar 2 14 5 21
Makassar 12 52 15 79
Total 14 66 20 100
Dari hasil tabel demografi dalam kategori Univeristas, penulis
mendapati bahwa responden yang berasal dari Universitas di
Makassar terdapat sebanyak 79 orang, yang dikategorisasikan
sebagai berikut; 12 responden yang teridentifikasi memiliki self-
efficacy yang rendah, 52 responden yang teridentifikasi memiliki
self-efficacy yang sedang, dan 15 responden yang teridentifikasi
memiliki self-efficay yang tinggi.
Responden yang berasal di luar Makassar sebanyak 21 orang
yang dikategorisasikan sebagai berikut; 2 responden yang
teridentifikasi memiliki self-efficacy yang rendah, 14 responden
18

yang teridentifikasi memiliki self-efficacy yang sedang dan 5


responden yang memiliki self-efficacy yang tinggi.
g. Fakultas
Fakultas
Rendah Sedang Tinggi Total
Fakultas Ekonomi 1 5 3 9
Lainnya 8 36 9 53
Psikologi 5 25 8 38
Total 14 66 20 100
Dari hasil tabel demografi dalam kategori Fakultas, penulis
mendapati bahwa responden yang berasal dari fakultas psikologi
terdapat sebanyak 38 orang, yang dikategorisasikan sebagai
berikut; 5 responden yang teridentifikasi memiliki self-efficacy yang
rendah, 25 responden yang teridentifikasi memiliki self-efficacy
yang sedang, dan 8 responden yang teridentifikasi memiliki self-
efficay yang tinggi.
Responden yang berasal dari fakultas ekonomi sebanyak 9
orang yang dikategorisasikan sebagai berikut; 1 responden yang
teridentifikasi memiliki self-efficacy yang rendah, 5 responden
yang teridentifikasi memiliki self-efficacy yang sedang dan 3
responden yang memiliki self-efficacy yang tinggi.
Responden yang berasal dari fakultas lainnya sebanyak 53
orang yang dikategorisasikan sebagai berikut; 8 responden yang
teridentifikasi memiliki self-efficacy yang rendah, 36 responden
yang teridentifikasi memiliki self-efficacy yang sedang dan 9
responden yang memiliki self-efficacy yang tinggi.
h. Semester
Semester
Rendah Sedang Tinggi Total
2 2 16 0 18
4 3 19 8 30
Semester 6 9 25 11 45
8 0 6 1 7
Total 14 66 20 100
Dari hasil tabel demografi dalam kategori semester, penulis
mendapati bahwa responden yang berada pada semester 2
terdapat sebanyak 18 orang, yang dikategorisasikan sebagai
19

berikut; 2 responden yang teridentifikasi memiliki self-efficacy yang


rendah, dan 16 responden yang teridentifikasi memiliki self-
efficacy yang sedang.
Responden yang berada pada semester 4 sebanyak 30 orang
yang dikategorisasikan sebagai berikut; 3 responden yang
teridentifikasi memiliki self-efficacy yang rendah, 19 responden
yang teridentifikasi memiliki self-efficacy yang sedang dan 8
responden yang memiliki self-efficacy yang tinggi.
Responden yang berada pada semester 6 sebanyak 45 orang
yang dikategorisasikan sebagai berikut; 6 responden yang
teridentifikasi memiliki self-efficacy yang rendah, 25 responden
yang teridentifikasi memiliki self-efficacy yang sedang dan 11
responden yang memiliki self-efficacy yang tinggi.
Responden yang berada pada semester 8 sebanyak 7 orang
yang dikategorisasikan sebagai berikut; 6 responden yang
teridentifikasi memiliki self-efficacy yang sedang dan 1 responden
yang memiliki self-efficacy yang tinggi.

3. Validitas Konstrak
Validitas Konstrak juan untuk membuktikan bahwa konstruk
teoritik yang mendasari penyusunan alat ukur tersebut sesuai dengan
data lapangan yang diperoleh melalui item-item alat ukur tersebut.
Apakah skor yang di peroleh mendukung kosep teoritik yang
diinginkan oleh tujuan pengukuran semula (Azwar, 2018). Cronbach &
Meehl (Azwar, 2018) mengatakan bahwa menguji validitas konstrak
melibatkan paling tidak tiga langkah, yaitu:
1) Mengartikulasikan serangkaian konsep teoritik dan interrelasinya
2) Mengembangkan cara untuk mengukur konstrak hipotetik yang
diteorikan
3) Menguji secara empiric hubungan hipotetik di antara konstrak
tersebut dan manidestasinya yang nampak
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan aplikasi Lisrel 8.80
untuk mendapatkan hasil validitas dengan menggunakan beberapa
cara untuk mendapatkan pengulangan syntax untuk menghasilkan
angkat p-value yang >0.05 dan angka RMSEA <0.05, dengan hasil
yang telah buatkan out validitas konstrak, yaitu:
No Item Faktor Error t-Value Dimensi Keterangan
20

Loading Item
1 Item 1 0.77 0.10 7.64 Tingkatan Valid
2 Item 2 0.74 0.09 8.47 Tingkatan Valid
3 Item 3 0.31 0.10 3.24 Kekuatan Valid
4 Item 4 0.59 0.10 5.86 KeadaanU Valid
mum
5 Item 5 0.91 0.09 9.91 Tingkatan Valid
6 Item 6 0.74 0.09 9.94 Tingkatan Valid
7 Item 7 0.80 0.09 8.94 KeadaanU Valid
mum
8 Item 8 1.06 0.08 13.10 KeadaanU Valid
mum
9 Item 9 0.84 0.09 9.70 KeadaanU Valid
mum
10 Item 10 0.70 0.09 7.52 Tingkatan Valid
11 Item 11 0.47 0.10 4.63 Kekuatan Valid
12 Item 12 0.34 0.09 3.72 Kekuatan Valid
13 Item 13 0.62 0.09 6.79 Kekuatan Valid
14 Item 14 0.32 0.09 3.49 KeadaanU Valid
mum
15 Item 15 0.75 0.10 7.31 Kekuatan Valid
16 Item 16 0.23 0.10 2.32 Kekuatan Valid
17 Item 17 0.66 0.09 7.17 Kekuatan Valid
18 Item 18 0.39 0.09 4.15 KeadaanU Valid
mum
19 Item 19 0.75 0.09 7.92 Kekuatan Valid
20 Item 20 0.81 0.09 8.74 Kekuatan Valid

4. Realibitas Skala
Realibitas merupakan terjemahan dari kata reliability, yaitu
suatukemampuan alat ukur untuk menghasilkan data yang memiliki
tingkat reliabilitas tinggi atau reliable (Azwar, 2018). Walaupun istilah
realibitas mempunyai berbagai nama seperti konsistensi,
keterandalan, kepercayaan, kestabilan, keajegan dan sebagainya.
Namun, gagasan pokok yang terkandung dalam realibitas adalah
sejauh mana hasil suatu proses pengukuran dapat dipercaya (Azwar,
2018).
Hasil suatu pengukuran akan dapat dipercaya hanya apabila
dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok
subjek yang sama di peroleh hasil yang relative sama, selama aspek
21

yang diukur alam diri subjek memang belum berubah. Dalam hal ini,
relatif sama berarti tetap adanya toleransi terhadap perbedaan-
perbedaan kecil yang biasanya terjadi di antara hasil beberapa
pengukuran. Bila perbedaan yang terjadi sangat besar dari waktu ke
waktu maka hasil pengukuran tersebut tidak dapat di percaya dan di
katakan tidak reliable. Pengukuran yang hasilnya tidak reliabel tentu
tidak dapat dikataka akurat karena konsistensi menajadi syarat bagi
akurasi. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan aplikasi SPSS 24
dengan menganalisis data meggunakan rumus alpha Cronbach, dan
mendapatkan hasil, yaitu:
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.872 20
Berdasarkan hasil analisis yang dilakuan terhadap item-item
skala penelitian, relibailitas skala penelitian memperoleh hasil
sebesar 0.87>0.60. Dengan demikian berdasarkan pengambilan
keputusan dalam uji reliabilitas di atas, dapat disimpulkan bahwa 20
item dalam skala penelitian untuk variabel Self-Efficacy adalah
reliabel atau konstan.
22

BAB III

PEMBAHASAN HASIL VALIDASI

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai berarti tingkat


keakuratan, atau sejauh mana akurasi suatu alat ukur dalam menjalankan fungsi
pengukurannya. Pengukuran dikatakan memiliki validitas yang baik apabila
menghasilkan data yang secara akurat memberikan gambaran mengenai
variabel yang diukur yang selaras dengan tujuan pengukuran tersebut. Defenisi
akurat yang dimaksud ialah alat ukur mampu untuk menghasilkan data yang
relevan atau sesuai dengan pengukuran sehingga tidak menghasilkan hal
sebaliknya yang membuat validitas menjadi rendah (Azwar, 2018)
Dalam pengertian yang paling umum, validitas seringkali dikonsepkan
sebagai kemampuan suatu tes untuk mengukur secara akurat atribut yang
harusnya di ukur. Kelley mengatakan bahwa petanyaan tentang validitas adalah
pertanyaan apakah tes sungguh mengukur apa yang hendaknya diukur (Kelley,
1972 dalam Azwar 2018). Suatu tes dapat dikatakan valid apa bila tes tersebut
mampu mengukur secara akurat apa dimaksudkan hendaknya di ukur (Hughes,
2000 dalam Azwar 2018). Lebih lanjut validitas kemudian dipahami sebagai
bagian dari karakteristik skor tes dan bukan karakteristik tes. Belakangan
validitas di artikan sebagai karakteristik terhadap interpretasi skor tes, bukan
karakteristik tes ataupun karakteristik skor tes. Secara umum tujuan dan
pendekatakan validitas dalam pengukuran psikologi digolongkan dalam tiga
kategori besar yakni pendekatan validitas isi (content), pedekatan validitas
konstrak (construct), dan pendekatan validitas yang mengacu pada kriteria
(criterion related). Ketiga pendekatan tersebut berbeda dalam cara prosedur
namun bertujuan sama yaitu menyimpulkan akurasi fungsi ukur tes yang
bersangkutan (Azwar, 2018).
23

Dalam penelitian ini, penulis mengolah data untuk mendapatkan validitas


tampang yaitu, bukti validitas yang walaupun penting namun paling rendah
signifikannya dikarenakan hanya berdasarkan penilaian terhadap format
penampilann (appearance) tes dan kesesuaian konteks item dengan tujuan
pengukuran. Apabila item dalam alat ukur konteksnya dianggap telah sesuai
dengan tujuan yang disebutkan oleh alat ukur dan apabila dilihat segi
penampilan alat ukur telah meyakinkan dan memberikan kesan mampu
mengungkapkan apa yang hendak diukur maka dapat dikatakan bahwa validitas
tampang telah terpernuhi jadi tidak dapat dikatakan valid apabila tes yang
menurut namanya mengukur kemampuan verbal tetapi item-itemnya dipenuhi
formula matematika (Azwar, 2018).
Dalam penelitian ini, uji validitas tampang dilakukan dengan penyebaran
skala uji coba sebanyak 3 responden dengan kriteria adalah mahasiswa yang
berkuliah di kota Makassar sebelum dilakukannya penyebaran skala kuesioner
dengan jumlah 100 responden sesuai dengan ketentuan yang ada, tujuan
dilakukannya validitas tampang adalah untuk menerima kritik ataupun saran
mengenai skala kuesioner yang nantinya akan disebar agar tampilan ataupun
juga isi dari skala kuesioner yang akan diedarkan dengan jumlah yang banyak
terlihat rapi dari hasil revisi-revisi dari 3 orang responden tersebut.
Setelah melakukan validitas tampang, selanjutkan penulis melanjutkan
penyebaran skala berbentuk online menggunakan google form dengan jumlah
responden sebanyak 100 dan populasi adalah mahasiswa. Setelah itu, penulis
menginput data dari hasil pengisian skala kuesioner menggunakan Microsofts
Excel 2010 dilanjutkan dengan pengolahan data menggunakan dua aplikasi
berbeda yaitu Lisrel 8.80 dan juga SPSS 24. Pada hasil lisrel untuk menguji
validitas, penulis mendapatkan 20 item valid dengan tiga dimensi berbeda yaitu
Tingkatan, Keadaan Umum dan Kekuatan. Kemudian setelah mendapatkan
validitas dari skala penelitian menggunakan lisrel dilanjutkan dengan pengujian
realibitas yang diuji menggunakan aplikasi SPSS 16.00 dimana penulis
mendapatkan hasil realibitas Cronbach's Alpha 0.872 dimana tingkat realibitas
yang didapatkan dapat dikatakan sesuai atau reliabel.
Selain hal tersebut berdasarkan penormaan yang dilakukan peneliti terkait,
jenis kelamin, suku, uang jajan, jumlah saudara, universitas, fakultas dan
semester diperoleh hasil bahwa pada penormaan terkait jenis kelamin terdapat
24

16 dari 74 responden wanita yang berada pada kategori self-efficacy yang tinggi
dibanding laki-laki pada kategori yang sama hanya terdapat 3 dari 26
Sedangkan pada jumlah saudara, responden yang memiliki 2 orang saudara
memiliki Self-efficacy pada kategori tinggi sebanyak 5 orang, pada kategori
sedang sebanyak 17 orang yang jauh lebih banyak dibandingkan responden
yang memiliki jumlah saudara yang lain
Pada uang jajan, didapati bahwa responden yang memiliki uang jajan
<Rp,50.000 memiliki self-efficacy yang lebih banyak pada kategori tinggi yang
berjumlah 11 orang dari 58 responden. Sedangkan pada suku, didapati bahwa
responden yang memiliki suku diluar dari Makassar, Bugis, Mandar dan Toraja
memiliki self-efficacy yang lebih tinggi dibanding ke-empatnya dengan jumlah
responden pada kategori tinggi sebanyak 11 orang dari 31 responden.
Pada penormaan Agama, didapati bahwa agama Islam lebih banyak
dibanding kristen yaitu sebanyak 92 responden, dan memiliki 18 responden yang
teridentifikasi memiliki self-efficacy yang rendah dari 92 responden tersebut.
Pada penormaan Univeritas, didapati bahwa responden banyak berasal dari
Universitas dimakassar dengan jumlah 79 responden, dan memiliki 15 responden
yang teridentifikasi memiliki self-efficacy yang tinggi.
Pada penormaan Fakultas, didapati bahwa fakultas yang lebih banyak ialah
fakultas yang bukan berasal dari psikologi, dan ekonomi dengan jumlah
responden sebanyak 53 responden dengan jumlah responden yang
teridentifikasi memiliki self-efficacy yang tinggi ialah sebanyak 9 responden.
Pada penormaan semester, didapati bahwa partisipasi kebanyakan berasal dari
semester 6 dengan jumlah responden sebanyak 45 orang dengan responden
yang teridentifikasi memiliki self-efficacy yang tinggi sebanyak 11 orang.
25

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Validitas adalah sebagai kemampuan suatu tes untuk mengukur secara
akurat atribut yang harusnya di ukur. Kelley mengatakan bahwa petanyaan
tentang validitas adalah pertanyaan apakah tes sungguh mengukur apa
yang hendaknya diukur (Kelley dalam azwar 2018). Suatu tes dikatakan valid
bila tes tersebut mampu mengukur secara akurat aoa dimaksudkan
hendaknya di ukur (Hughes dalam azwar 2018). Dalam adaptasi skala yang
di lakukan oleh penulis dengan mengambil variabel “Self Efficacy” dan
menggunakan skala yaitu CSES yang disusun kembali oleh Levy &
Rodomsky pada tahun 2015 berdasarkan dimensi Bandura dan mengolah
data menggunakan aplikasi lisrel 8.80 mendapatkan hasil semua item
mendapatkant tingkat validitas yang baik dilihat dari nilai faktor loading yang
positif dan mendapatkan t-vluenya lebih besar dari 1,96 dapat dikatakan
valid. Setelah mendapatkan validitas dari item yang ingin di ukur, selanjutnya
penulis juga mengolah data menggunakan SPSS.
B. Saran
Kelemahan dalam pengadaptasian skala kali ini ialah tidak dilakukannya
Validitas Logis yang harusnya dilakukan oleh Expert, sehingga Validitas
Isinya tidak dapat diketahui dan peneliti tidak melakukan uji reabilitas
terhadap skala yang diadaptasi. Diharapkan bagi individu lain yang hendak
meneliti hal serupa, agar mampu memperbaiki kekuarangan yang dilakukan
oleh peneliti ketika melakukan adaptasi skala.
26

Daftar Pustaka
Azwar, S. (2018). Dasar-Dasar Psikometrika. Pustka Pelajar: Yogyakarta
Azwar, S. (2018) Validitas dan Reliabilitas. Pustka Pelajar: Yogyakarta
Vandenbos, G R. (2015). APA Dictionary of Psychology. Assosiation Psychology
American: Washington DC
Bandura, A. (1995). Self-efficacy changing societies. Cambridge: Cambridge
University.
Baron, A. R. & Byrne, D. (2005). Psicologia social. Madrid: Pearson Education.
Barzegar, K. &Khezri, H. (2012). Predicting Academic Cheating Among the Fifth
Grade Students: The Role of Self-Efficacy and Academic Self-
Handicapping. Journal of Life Science and Biomedicine . 1. 1-6.
Kusrieni, Devi. (2014). Hubungan Efikasi Diri dengan Perilaku Mencontek.
Psikopedagodia. 3.2.
Sahara, Siti. (2016). Hubungan Self-Efficacy Dan Perilaku Menyontek (Cheating)
Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas X. Jurnal Ilmiah Psikologi.
9.1.
Pudjiastuti, E. (2012). Hubungan “Self Efficacy” dengan Perilaku Mencontek
Mahasiswa Psikologi. Fakultas Psikologi Unisba. 1. 103-112.
Becker, S. P. & Gable, R. K. The Relationship of Self Efficacy with GPA,
Attendence and Collage Student. (2009). Peener Manor collage. Chestnut
Hill. 1. 21-23.
27

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai