Anda di halaman 1dari 18

PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN JENDELA GEOMETRI TERHADAP

KEMAMPUAN MENGENAL BENTUK GEOMETRI PADA ANAK TUNAGRAHITA


RINGAN DI SLB C

PROPOSAL PENELITIAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Penelitian Pendidikan Khusus


Dosen Pengampu: Dr. Budi Susetyo, M.Pd. dan Dr. Iding Tarsidi, M.Pd

oleh

Adhit Cahyo Prasetyo 1600645


Bilqist Nafa L.F 1600540
Dena Tresna Aripiani 1600646
Dhea Fitri Awalia 1600879
Dhia Akhsya Revananto 1603717
Fuzy Novia 1600739
Malda Miladiani 1607610

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2018
A. Latar Belakang [Fuzy Novia | 1600739]
Sebagaimana yang tertera pada pasal 31 (1) BAB 13 UUD 1945 tentang Pendidikan
dan Kebudayaan. Menyatakan bahwa “Setiap warga negara berhak mendapatkan
pendidikan”. Dari pengertian tersebut dapat dicermati bahwa semua warga negara tidak
terkecuali anak tunagrahita, berhak mendapatkan pendidikan. Anak tunagrahita adalah anak
yang memiliki hambatan intelektual. Banyak aspek perkembangan yang terhambat salah
satunya perkembangan kognitif. Sehingga anak memiliki hambatan dalam mempersepsikan
lingkunganya yang termanifestasikan kedalam ketidakmampuan membaca, menulis, dan
menghitung.
Untuk menguasai kemampuan-kemampuan tersebut ada kemampuan dasar yang
harus anak kuasai, yaitu mengenal bentuk yang nantinya akan mengantarkan anak untuk
mengenal bentuk huruf, bentuk angka. Pada kasus yang ditemukan di SLB C di Bandung,
anak tunagrahita ringan belum mngenal bentuk geometri.
Hal yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan terkait permasalahan tersebut yaitu
dengan menggunakan media pembelajaran. Media ini digunakan sebagai alat yang dapat
mempermudah siswa dalam menangkap apa yang ingin guru sampaikan dengan lebih
efektif, efesien, mudah, dan menyenangkan. Selain itu, media pembelajaran juga dapat
didesain sedemikian rupa sesuai dengan kegemaran anak
Dalam penelitian ini, peneliti membuat media pembelajaran berupa Jendela
Geometri, yang bertujuan sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman anak tunagragita
ringan terhadap konsep bentuk sehingga anak dapat melanjutkan perkembangan kogntif ke
tahap selanjutnya.

B. Identifikasi Masalah [Fuzy Novia | 1600739]


1. Siswa memiliki hambatan dalam intelektual.
2. Siswa memiliki hambatan dalam aspek akademik.
3. Siswa memiliki hambatan dalam pengkalsifikasian bentuk geometri.
4. Siswa memiliki hambatan dalam pengenalan arah.

C. Batasan Masalah [Bilqis Nafa Lathifah Firdlah | 1600540]


Berdasarkan identifikasi masalah, peneliti membatasi pada masalah pada
pengaruh media belajar jendela geometri dalam meningkatkan kemampuan anak
mengenali ciri khas setiap bentuk, membedakan bentuk, dan mengklasifikasikan bentuk.
Kemampuan kognitif anak dalam membedakan bentuk merupakan prasyarat untuk
kemampuan selanjutnya yaitu mengenal huruf sebelum belajar membaca. Media jendela
geometri dipilih sebagai media pembelajaran yang akan digunakan karena merupakan
media belajar untuk mencocokan bentuk yang sederhana dan berbasis permainan agar
subjek dapat belajar dengan menyenangkan. Subjek penelitian ini adalah anak dengan
hambatan kecerdasan ringan.

D. Rumusan Masalah [Bilqis Nafa Lathifah Firdlah | 1600540]


Dari batasan masalah yang sudah ditentukan, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Apakah terdapat pengaruh dari penggunaan media jendela geometri
untuk meningkatkan kemampuan mengenal bentuk pada anak dengan hambatan
kecerdasan ringan?”

E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian [Dhea Fitri Awalia | 1600879]


1. Tujuan Penelitian
Terdapat dua tujuan penelitian, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan
umum dari penelitian ini adalah untuk mengungkap pengaruh penggunaan media
pembelajaran jendela geometri terhadap peningkatan kemampuan mengenal bentuk
geometri pada anak tunagrahita ringan. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini
adalah sebagai berikut.
a. Mengetahui kemampuan anak tunagrahita ringan sebelum digunakannya media
pembelajaran jendela geometri.
b. Mengetahui kemampuan anak tunagrahita ringan setelah digunakannya media
pembelajaran jendela geometri.
Tujuan-tujuan tersebut akan memberikan gambaran bagaimana penggunaan
media pembelajaran jendela geometri dapat meningkatkan kemampuan mengenal
bentuk geometrik pada anak tunagrahita ringan.
2. Kegunaan Penelitian
Kegunaan yang dapat diperoleh dari penelitian ini dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu:
a. Kegunaan Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini memiliki kegunaan untuk mengembangkan ilmu
pendidikan khusus, terutama mengenai efektifitas penggunaan media
pembelajaran jendela geometri sebagai upaya meningkatkan kemampuan
mengenal bentuk geometri pada anak tunagrahita ringan untuk meningkatkan
kualitas hasil belajar anak.
b. Kegunaan Praktis
Secara praktis, penelitian ini memiliki kegunaan:
1) Bagi peneliti
Memberikan pemahaman lebih dalam permasalahan yang dimiliki anak
tunagrahita ringan yaitu pentingnya penggunaan media yang tepat untuk
mencapai tujuan pembelajaran tertentu serta menambah pengetahuan
mengenai pengaruh penggunaan media pembelajaran jendela geometri
terhadap kemampuan mengenal bentuk geometris pada anak tunagrahita
ringan.
2) Bagi subjek peneliti
Memberikan pengalaman yang berpengaruh terhadap peningkatan
kemampuan mengenal bentuk geometri.
3) Bagi sekolah
Menjadi bahan evaluasi bagi sekolah untuk meningkatkan mutu dan kualitas
penyelenggaraan pendidikan bagi anak tunagrahita.

F. Definisi Operasional Variabel [Dhea Fitri Awalia | 1600879]


Menurut Kerlinger (dalam Riduwan, 2007, hlm. 49) variabel adalah variabel adalah
konstruk atau sifat yang dipelajari. Adapun pengertian tentang definisi operasional
menurut Masri S. (dalam Riduwan, 2010, hlm. 66) adalah unsur penelitian yang
memberitahukan cara mengukur suatu variabel, dengan kata lain definisi operasional
adalah unsur penelitian yang memberitahuan bagaimana cara mengukur suatu variabel.
Dalam penenilitian ini, terdapat dua variabel penelitian yaitu satu variabel perlakuan
(treatment variable) dan satu variabel terikat (dependent variable). Adapun definisi
operasional variabel penelitian tersebut diuraikan sebagai berikut.
1. Media pembelajaran jendela geometri (X) adalah penggunaan media
pembelajarannya sebagai upaya menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian, dan kemauan siswa tunagrahita ringan untuk belajar mengenali
bentuk geometri.
2. Mengenal bentuk geometri adalah kemampuan anak tunagrahita ringan dalam
mengenal bentuk geometri meliputi bentuk persegi, segitiga, lingkaran, dan persegi
panjang.

G. Kajian Pustaka
1. Kajian Teori [Dena Tresna Aripiani | 1600646]

 Pengertian Tunagrahita
Dalam dunia pendidikan ditemukan anak-anak yang memiliki kecerdasan di
atas rata-rata anak pada umumnya dan cepat dalam belajarnya. Disamping itu, ada
juga anak-anak yang memiliki kecerdasan dibawah rata-rata anak pada umumnya.
Anak-anak yang memiliki kecerdasan dibawah rata-rata anak pada umumnya disebut
anak terbelakang mental (mentally retarded), istilah resmi yang digunakan di
Indonesia adalah anak Tunagrahita (PP No. 72 Tahun 1991).
Menurut WHO 1992, retardasi mental adalah suatu keadaan perkembangan
mental yang terhenti atau tidak lengkap, yang ditandai terutama oleh adanya
ketidakmampuan keterampilan selama masa perkembangan sehingga berpengaruh
pada semua tingkat intelegensia yaitu kemampuan kognitif, Bahasa, motoric, sosial
(Sumaryanti, 2010:31). Sedangkn menurut Endang Rochyadi dan Zainal Alimin
(2005: 11) menyebutkan bahwa “tunagrahita berkaitan erat dengan masalah
perkembangan kemampuan kecerdasan yang rendah dan merupakan sebuah kondisi”
(Sumaryana, 2012).
Edgare Dole yang dikutip Mumpuniarti (2000:26) dalam Prihambodo (2012),
mengemukakan definisi dengan tanda atau ciri, seorang dianggap keterbelakangan
mental jika ditandai dengan:
1. Tidak berkemampuan secara sosial dan tidak dapat mengelola dirinya sendiri
sempai tingkat usia dewasa.
2. Mental dibawah normal.
3. Terlambat kecerdasannya sejak lahir.
4. Terlambat tingkat kemasakannya.
5. Terbelakang mentaldisebaban pembawaan dari keturunan atau penyakit.
6. Tidak dapat disembuhkan.

 Klasifikasi Anak Tunagrahita


Klasifikasi yang digunakan sekarang yang dikemukakan oleh AAMD
(Hallahan, 1982: 43) dalam Rochyadi (2012) adalah sebagai berikut:
1. Mild mental retardation (tunagrahita ringan) IQ-nya 70 – 55
2. Moderate mental retardation (tunagrahita sedang) IQ-nya 55 – 40
3. Severe mental retardation (tunagrahita berat) IQ-nya 40 – 25
4. Profound mental retardation (sangat berat) IQ-nya 25 ke bawah.
Sedangka Klasifikasi menurut Klasifikasi Anak Tunagrahita Menurut
Sutjihati (2006: 106) tingkat tunagrahita dibagi menjadi tiga yaitu :
1. Tunagrahita ringan, kelompok ini memiliki IQ antara 68-52 menurut Binet,
sedangkan menurut WISC memiliki IQ 69-55. Mereka masih dapat belajar
membaca, menulis, dan berhitung sederhana. Dengan bimbingan dan pendidikan
yang baik.
2. Tunagrahita sedang, disebut juga imbesil. Kelompok ini meiliki IQ 51-36 pada
skal Binet dan 50-40 menurut skala WISC. Mereka mencapai perkembangan MA
sampai kurang lebih 7 tahun. Mereka dapat dididik mengurusi dirinya sendiri,
melindungi dirinya sendiri dari bahaya. Anak tunagrahita sedang sangat sulit
bahkan tidak dapat belajar secara akademik seperti menulis, membaca, dan
berhitung walaupun mereka masih dapat menulis secara social.
3. Tunagrahita berat, severe memiliki IQ antara 32-20 menurut skala Binet dan
antara 39-25 menurut skala WISC. Tunagrahita berat profound memiliki IQ di
bawah 10 menurut skala Binet dan IQ di bawah 24 menurut skala WISC.
Kemampuan mental atau MA maksimal yang dapat dicapai kurang dari tiga tahun.
Mereka memerlukan bantuan perawatan secara total dalam hal berpakaian, mandi,
makan, dan lain-lain. Bahkan mereka memerlukan perlindungan dari bahaya
sepanjang hidupnya.

 Faktor Penyebab
Faktor penyebab ketunagrahitaan menurut Asri (2012) antara lain:
1. Genetik
a. Kerusakan atau kelainan biokimiawi
b. Abnormalitas kromosomal
Anak tunagrahita yang lahir disebabkan oleh faktor ini pada umumnyaa dalah
sindroma down atau sindroma mongo dengan IQ antar 20 – 60 dan rata-rata
memiliki IQ 30 – 50 2
2. Pada masa sebelum kelahiran (pre-natal)
a. Infeksi rubella
b. Faktor rhesus
3. Pada saat kelahiran (natal)
Retardasi mental atau tunagrahita yang disebabkan oleh kejadian yang terjadi
pada saat kelahiran adalah luka-luka pada saat kelahiran, sesak napas, dan lahir
premature.
4. Pada saat setelah kelahiran (post-natal)
Penyakit-penyakit akibat infeksi misalnya : meningitis (peradangan dalam selaput
otak dan problema nutrisi yaitu kekurangan gizi misalnya : kekurangan protein
yang didierita bati dan awal masa kanak-kanak dapat menyebabkan tunagrahita.
5. Gangguan metabolisme atau nutrisi
a. Pheniketanuria, gangguan pada metabolisme asam amino yaitu gangguan pada
enzim peniketo nuria Gargoylisme. Gangguan metabolisme dalam hati , limpa
kecil

 Perkembangan Fisik dan Motorik Anak Tunagrahita


a. Perkembangan Psikomotorik
Anak pada umumnya mengalami masa perkembangan, salah satu
perkembangan penting adalah perkembangan motorik. Perkembangan psikomotor
adalah kemampuan yang mengutamakan keterampilan jasmani, tetapi melalui
aktivitas gerakannya perlu pula dikembangkan potensi lainnya.
Perkembangan psikomotor adalah perkembangan kepribadian manusia yang
berhubungan dengan gerakan jasmaniah dan fungsi otot akibat adanya dorongan
dari pikiran perasaan dan kemauan dari dalam diri seseorang. Psikomotor
memerlukan kooordinasi fungsional antara neuronmuscular system (persyarafan
dan otot) dan psikis (afektif, kognitif, konatif).
Perkembangan motorik dipengaruhi oleh dua perkembangan motorik kasar
dan motorik halus di dalam keseharianya. Perkembangan motorik adalah
pengendalian proses fungsi organ tubuh yang menyebabkan terjadinya gerakan.
Perkembangan motorik dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam masa
pertumbuhan untuk bergerak.
b. Motorik Kasar
Kemampuan motorik kasar adalah kemampuan yang membutuhkan
koordinasi sebagian besar bagian tubuh anak. Mengembangkan kemampuan
motoric kasar sangat diperlukan anka agar mereka dapat tumbuh dan berkembang
secara optimal. Penguasaan terhadap motorik kasar merupakan dasar untuk
mengembangkan kemampuan motorik halus. Seefel (metode pengembangan
fisik), terdapat 3 keterampilan motorik anak yaitu:
1. Keterampilan lokomotorik: kemampuan untuk melakukan gerakan anggota
tubuh untuk membuat seluruh tubuh berpindah tempat. Keterampilan
lokomotorik sangat penting untuk mengukur kemampuan motorik anak
berdasarkan usia dan dapat digunakan sebagai indikator tingkat perkembangan
anak. Contohnya berjalan, berlari, meloncat, dan meluncur.
2. Keterampilan non-lokomotorik (menggerakan bagian tubuh dengan anak diam
ditempat): kemampuan menggerakan amggota tubuh tanpa ada perpindahan
tempat (diam ditempat). Keterampilan ini sering dikaitkan dengan
keseimbangan atau kestabilan tubuh, yaitu gerakan yang membutuhkan
keseimbangan pada taraf tertentu. Contohnya mengangkat, mendorong, dan
menarik.
3. Keterampila manipulasi (memproyeksi) dan menerima atau menangkap benda):
yang meliputi pengguanaan serta pengontrolan gerakan oto-otot kecil yang
terbatas, terutama yang berada di tangan dan kaki. Biasanya keterampilan
manipulasi ini diambil dari beberapa gerakan-gerakan sederhana yang di
manipulasi, sehingga lebih variatif dan menyenangkan. Contohnya menangkap
atau melempar.
c. Motorik Halus
Motorik halus adalah pengorganisasian sekelompok otot-otot kecil seperti
jari jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan koordinasi mata
dengan tangan, keterampilan yang mencakup pemanfaatan dengan alat-alat untuk
bekerja dan objek yang kecil atau mengontrolan terhadap mesin, misalnya
mengetik, dll.
Menurut Astati (1995:21) kemampuan motorik adalah gerak yang hanya
menggunakan otot-otot tertentu saja dan dilakuikan oleh otot-otot kecil,
membutuhkan koordinasi gerak daya konsentrasi yang baik. Misalnya
kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencorat-coret, menyusun balok,
menggunting dan menulis.

 Pengertian Media Pembelajaran


Istilah media berasal dari bahasa Latin yaitu medius yang berarti tengah,
perantara, atau pengantar. Dalam bahasa Arab, media adalah (‫ )وسائل‬perantara atau
pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.1 Menurut AECT
(Association of Education and Communication Technology) yang dikutip oleh
Basyaruddin (2002) “media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk proses
penyaluran informasi”.2 Sedangkan pengertian lain media adalah alat bantu apa saja
yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran.
Secara harfiah, media berarti perantara atau pengantar. Sadiman(1993:6)
mengemukakan, bahwa media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim
ke penerima pesan. Gagne(dalam Sadiman,dkk.,1993:1) menyatakan bahwa media
adalah berbagai jenis komponen dan lingkungannya. Dijelaskan pula oleh Raharjo
(1989:25) bahwa media adalah wadah dari pesan yang oleh sumbernya ingin
diteruskan kepada sasaran atau penerima pesan tersebut.
Dalam arti sempit, media pembelajaran hanya meliputi media yang dapat
digunakan secara efektif dalam proses pengajaran yang terencana. Sedangkan dalam
arti luas, media tidak hanya meliputi media komunikasi elektronik yang kompleks.
Hakikatnya, pembelajaran merupakan suatu usaha sadar guru/pengajar untuk
membantu siswa atau anak didiknya, agar mereka dapat belajar sesuai dengan
kebutuhan dan minatnya.
Dengan kata lain pembelajaran adalah usaha-usaha yangrenacana dalam
memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa.(
Arief Sadiman,1984:7).
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat diidentifikasi ciri-ciri
pembelajaran,yaitu sebagai berikut.
a. Pada proses pembelajaran,guru harus menganggap siswa sebagai individu yang
mempunyai unsur-unsur dinamis yang dapat berkembang bila disediakan kondisi
yang menunjang.
b. Pembelajaran lebih menekankan pada aktivitas siswa karena yang belajar adalah
siswa, bukan guru.
c. Pembelajaran merupakan upaya sadar dan sengaja.
d. Pembelajaran bukan kegiatan insidental, tanpa persiapan.
e. Pembelajaran merupakan pemberian bantuan yang memungkinkan siswa dapat
belajar.
Banyak kita jumpai,siswa tidak tertarik mempelajari sesuatu materi karena
materi pelajaran tersebut membosakan atau menjenuhkan. Untuk menghindari gejala
tersebut, guru harus memilih dan mengorganisasi materi pelajaran tersebut
sedemikian rupa, sehingga merangsang dan menantang siswa untuk mempelajarinya.
Dalam hal ini, kemampuan profesional guru dituntut agar:
 Kreatif dalam menyajikan pelajaran yang merangsang dan menantang.
 Dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa;dan
 Memberikan penguatan atau reinforcement suatu tindakan yang perlu dilakukan
serta pemberian balikan. Dengan harapan, siswa akan mengetahui seberapa jauh ia
telah berhasil menguasai suatu materi belajar.
Guru sekurang-kuranya dapat menggunakan media yang murah dan efisien
yang meskipun sederhana, tetapi merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan. Untuk itu,guru/pengajar harus memiliki pengetahuan
dan pemahaman yang cukup tentang media pembelajaran,yang meliputi
(Hamalik,1994:6)berikut ini.
a. Media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar
mengajar.
b. Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
c. Seluk-beluk proses belajar.
d. Hubungan antara metode mengajar dan media pembelajaran.
e. Nilai atau manfaat metode pendidikan dalam pembelajaran.
f. Pemilihan dan penggunaan media pendidikan.
g. Berbagai jenis alat dan teknik media pendidikan.
h. Media pendidikan dalam setiap mata pelajaran.
i. Usaha inovasi dalam media pendidikan.

 Manfaat penggunaan media dalam belajar dan pembelajaran


Dalam Pedoman Penatar Pekerti- AA yang diterbitkan oleh Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi-Departemen Pendidikan Nasional disebutkan ada
delapan manfaat dalam penyelenggaraan belajar dan pembelajaran yaitu:
1. Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan.
2. Proses instruksional lebih menarik.
3. Proses belajar lebih interaktif.
4. Jumlah waktu belajar-mengajar dapat dikurangi.
5. Kualitas belajar dapat ditingkatkan.
6. Proses belajar dapat terjadi kapan dan dimana saja.
7. Meningkatkan sikap positif siswa terhadap proses dan bahan belajar.
8. Peran pengajar dapat berubah ke arah positif dan produktif.

Jenis-jenis media dalam belajar dan pembelajaran :


1. Media visual ini menampilkan materi pembelajaran dalam bentuk sesuatu yang
dapat dilihat oleh mata manusia. Berdasarkan teknologinya alat media visual
dibedakan atas

 Media visual non- elektrik atau non-elektronik yaitu media visual yang
bekerjanya atau penggunaannya tidak memerlukan tenaga listrik. Contoh
dari media visual non- elektrik atau non-elektronik : Papan tulis, White
Board, Flanel Board, Flip Chart, Poster, dam Model.

 Media visual elektrik atau elektronik yaitu media yang bekerjanya atau
penggunaannya memerlukan tenaga listrik. Contoh dari media visual
elektrik
a. Slide Projector : Keunggulan yang dihasilkan adalah dapat
menampilkan hasil foto dari benda dengan jelas.
b. Opaque Projector : proyektor yang dapat memproyeksikan gambar atau
tulisan yang terdapat dalam selembar kertas atau halaman buku secara
langsung ke layar.
c. Overhead Projector :sebuah jenis proyektor yang menggunakan plastik
transparasi sebagai perangkat lunak pada mana informasi atau pesan
dalam bentuk tulisan maupun diagram diterakan.
2. Media Audio media ini menampilkan materi pembelajaran dalam bentuk sesuatu
yang dapat didengar oleh telinga manusia. Dibagi menjadi dua jenis media audio
yaitu, media audio non- elektrik atau non-elektronik dan media audio elektrik
atau elektronik
3. Media Audio-Visual : Media ini menampilkan materi pembelajaran dalam
bentuk sesuatu yang dapat didengar oleh telinga dan dilihat oleh mata manusia.
Keunggulan dari media audio visual adalah bahwa dengan semakin banyaknya
pancaindera yang dilibatkan dalam proses komunikasi pembelajaran, maka
semakin banyak materi pembelajaran yang dapat diserap oleh siswa.

 Kriteria media belajar dan pembelajaran yang baik


Sebagaimana telah dijelaskan di depan bahwa semua media memiliki
keunggulan dan kelemahannya. Oleh sebab itu guru perlu memahami kriteria media
belajar dan pembelajaran yang baik yang dapat digunakan sebagai pegangan dalam
memilih media yang akan digunakan. Kriteria tersebut yaitu :
1. Media menyajikan informasi yang sesuai dengan tujuan dan materi pembelajaran
yang akan diselenggarakan.
2. Sesuai dengan karakteristik kelas termasuk jumlah siswa.
3. Sesuai dengan kegiatan belajar dan pembelajaran yang dirancang.
4. Sesuai dengan tempat penyelenggaraan belajar dan pembelajaran apakah di
dalam ruangan yang kecil, ruangan yang luas, atau di luar ruangan.
5. Memuat informasi yang dapat memicu terjadi proses pembelajaran yang
interaktif dan tidak sebaliknya justru menyajikan keseluruhan materi yang akan
diajarkan.

 Pengertian Bidang Geometri


Perkataan titik, garis dan bidang tidak didefinisikan. Titik itu tidak berbentuk,
tidak mempunyai ukuran dan tidak mempunyai berat. Titik garis, dan bidang itu
merupakan suatu ide, sesuatu yang absrtak. Sama halnya seperti bilangan. Jadi untuk
melukiskan atau menunjukkan titik,garis atau bidang itu perlukan simbul-simbul atau
model-model. Kedudukan Bidang terhadap Bidang Lain dalam Ruang.
a. Dua bidang sejajar
Dikatakan sejajar jika bidang α dan β tidak mempunyai titik persekutuan satu
titikpun. Bidang α dan β yang sejajar dapat ditunjukkan dengan adanya dua
garis dan b pada bidang α yang berpotongan yang masing-masing sejajar
dengan garis a’dan b’ yang berpotongan pada bidang β.
b. Dua bidang saling berpotongan
Bidang α dan β dikatakan berpotongan jika bidang α dan β mempunyai
perksekutuan.
c. Dua bidang saling berimpit
Bidang α dan bidang β dikatakan berpimpit jika setiap titik bidang α terletak
pada bidang β.
2. Kerangka Berpikir [Dena Tresna Aripiani | 1600646]
Kemampuan Anak
Media pembelajaran Mengenal Bentuk
Geometri

Media pembelajaran merupakan media yang dapat digunakan secara efektif dalam
proses pengajaran yang terencana dan dibuat secara menarik. Khususnya untuk
proses pembelajaran bagi anak tunagrahita diperlukan media pembelajaran yang
dapat membantu dalam proses pembelajarannya. Disini peneliti membuat media
pembelajaran berupa Jendela Geometri untuk membantu anak dalam mengenal
bentuk geometri serta melatih motorik halus. Media ini merupakan rancangan yang
dibuat dengan bentuk papan alur yang melingkar dan berwarna sehingga anak
tertarik untuk belajar. Penggunaan dari media ini membantu anak secara langsung
dan hasilnya anak mengenal bentuk dari penggunaan media tersebut.
3. Hipotesis
Menurut Susetyo (2010, hlm.141) Hipotesis merupakan jawaban/ kebenaran
sementara yang ditentukan oleh peneliti oleh karena itu perlu dilakukan pengujian
terhadap hipotesis yang dilakukan dalam penelitian. Maka dari itu dalam penelitian
ini hipotesisnya adalah “Jendela Geometri sebagai Upaya Meningkatkan Pemahaman
Anak terhadap Konsep Bentuk”.

H. Metode Penelitian
1. Metode Penelitian [Adhit Cahyo Prasetyo | 1600645]
Pada penelitian ini, penulis menggunakan desain penelitian nonequivalent
control group design karena terdapat 2 kelompok yang akan di teliti, kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol yang tidak dipilih secara random. Pengukuran
dilakukan sebelum dan sesudah diterapkannya model pembelajaran jendela geometri.
Pengaruh penerapan model pembelajaran jendela geometri diukur dari perbedaan
antara pengukuran awal berupa pretes (O1) dan pengukuran akhir (O2). Adapun
desain penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini.

Nonequivalent control group design

O1 X O2
O3 O4

Keterangan:
O1 = Pretes kelas eksperimen
O2 = Postes kelas eksperimen
O3 = Pretes kelas kontrol
O4 = postes kelas kontrol
X = Treatment pada kelompok eksperimen dengan Jendela Geometri

2. Populasi dan Sampel [Adhit Cahyo Prasetyo | 1600645]


a. Populasi
Menurut Arikunto (2002:108) dalam Janti, (2014) populasi adalah
seluruh subyek penelitian. Sedang menurut Sugiyono (2008:72) dalam Janti,
(2014) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Dari penjelasan tersebut
maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah anak dengan hambatan
intelektual kelas 1 SPLB C YPLB tahun pelajaran 2018/2019 yang terdiri dari 2
kelas.
b. Sample
Menurut Arikunto (2002:108) dalam Janti, (2014) populasi adalah
seluruh subyek penelitian. Sedang menurut Sugiyono (2008:72) dalam Janti,
(2014) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Dari penjelasan tersebut
maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah anak dengan hambatan
intelektual kelas 1 SPLB C YPLB tahun pelajaran 2018/2019 yang terdiri dari 2
kelas.

3. Instrumen [Malda Miladiani | 1607610]


Karena pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada
alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrument
penelitian. Jadi “instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan uuntuk
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati” (Sugiyono, 2008:148) dalam
Kususma (2018). Secara spesifik semua fenomena ini disebut variable pendidikan.
Salah satu tujuan dibuatnya instrument adalah untuk memperoleh data dan informasi
yang lengkap mengenai hal-hal yang ingin dikaji dalam penelitian ini. Instrument
yang digunakan yaitu tes praktek.

1. Tes
Tes menurut Arikunto (2010, hlm. 53) dalam Kusuma (2018): “ Tes adalah
alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu
dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan”. Pada
penelitian ini tes yang digunakan tes praktek. Tes praktek terdiri atas perintah
yang akan dilakukan anak.
Instrument tes terdiri atas beberapa perintah dan mempunyai tingkat
kesukaran yang sama sehingga dapat diketahui hasil belajar siswa setelah
pembelajaran. Sebelum diujicobakan, instrument tes terlebih dahulu di judgement
kepada dosen ahli.
2. Teknik pengumpulan Data
Untuk mengetahui sejauh mana kualitas satu instrument tes tersebut, maka
sebelumnya perlu dilakukan serangkaian pengujian dan analisis terhadap
instrument. Untuk mendapatkan instrument yang berkualitas dapat ditinjau dari
beberapa hal diantaranya uji validitas, uji reliabilitas.
a. Validitas
Data evaluasi yang baik sesuai dengan kenyataan disebut data valid. Agar
dapat diperoleh data yang valid, instrument untuk mengevaluasinya juga
harus valid. “Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa
yang hendak diukur” (Arikunto, 2010:64-65 dalam Kusuma, 2013). Jadi
validitas berfungsi untuk mengetahui apakah instrument yang akan digunakan
dapat mengevaluasi dengan tepat sesuatu yang dievaluasi itu.

b. Reliabilitas
Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika
tes terebut dapat memberikan hasil yang tetap. Maka pengertian reliabilitas
tes, berhubungan dengan masalah ketetapaan tes. Atau seandainya hasilnya
berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti. Maka
menurut Arikunto (2010:90) dalam Kusuma (2013): “Reliabilitas adalah
ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada subjek yang sama”.

4. Teknik Pengolahan Data [Malda Miladiani | 1607610]


Data diperoleh melalui pelaksanaan tes perbuatan. yang telah dianalisis
validitas dan reabilitasnya. Soal yang dinyatakan valid dan layak digunakan. Yang
kemudian akan diberikan pada kelompok eksperimen dan kelompok konntrol.
Hasil tes yang dianalisis yaitu nilai dan skor tes kemampuan awal berupa tes
awal (pretest) dan tes hasil belajar berupa tes akhir (postest). Analisis dilakukan
melalui pengaukuran uji statistik.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, M. 2012. Mengenal Anak Tunagrahita. Bandung: Departemen Pendidikan Khusus


Universitas Pendidikan Indonesia

Alisah,E. & Idris,M. 2009. Buku Pintar Matematika. Jogjakarta: Mitra Pelajar.

Aprilia, Dika Kusuma. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Picture and Picture untuk
Meningkatkan Hail Belajar Siswa Pada Pembelajara Teknologi Informasi dan
Komunukasi di SMP. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia [tidak diterbitkan]

Asri, P. 2012. Anak Tunagrahita. Bandung: Departemen Pendidikan Khusus Universitas


Pendidikan Indonesia

Astati, dkk. 2013. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: PKH FIP UPI

Hakim, A. 2016. Pengaruh Motorik Kasar Anak Tunagrahita Terhadap Motorik Halus. Jurnal
Ilmiah PENJAS, 2 (2). hml. 1-12.

Kustandi&Sutjipto.(2013).Media Pembelajaran;Manual dan Digital.Bogor: Penerbit Ghalia


Indonesia.

Maudiarti,S.dkk.(2007).Prinsip Disain Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group.

Riduwan. (2010). Metode & Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Santrock, John. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Anda mungkin juga menyukai