Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH KIMIA ORGANIK

ALKUNA

DISUSUN OLEH :
1. PAVELLYA OCKTARHINA 2182061 / D3 FARMASI
2. RANNI MARDIASTUTI 2182062 / D3 FARMASI
3. ROSSA WIJAYANTI S. 2182063 / D3 FARMASI
4. SISKA NUR AINI 2182064 / D3 FARMASI

PRODI DIII FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NASIONAL
SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2019 / 2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

1
Dalam kehidupan sehari – hari, seyawa kimia memegang peranan
penting, seperti dalam makhuluk hidup, sebagai zat pembentuk atau
pembangun di dalam sel, jaringan dan organ. Senyawa – senyawa tersebut
meliputi asam nukleat, karbohidrat, protein dan lemak. Proses interaksi
organ memerlukan zat lain seperti enzim dan hormon. Tubuh kita juga
memiliki sistem pertahanan dengan bantuan antibodi. Demikian pula
dengan alam sekitar kita seperti tumbuhan dan minyak bumi, juga disusun
oleh molekul molekul yang sangat khas dan dibangun oleh atom – atom
dengan kerangka atom karbon (C).
Atom Karbon memiliki massa 12 dengan nomor atom 12.
Konfigurasi elektronnya adalah 1s2, 2s2, 3p2, dan mengalami hibridisasi
dimana 1 elektron dari orbital 2s berpindah ke orbital 2pz, sehingga
memiliki konfigurasi stabil 1s2, 2s1, 2p3, dengan membentuk orbital
hybrid sp3. Sehingga atom karbon memiliki kesempatan untuk
membentuk empat ikatan dengan atom lainnya, kestabilan struktur ini
ditunjukan dengan sudut yang sama 109,50 dengan bentuk tetrahedral,
perhatikan Gambar 1.1di bawah ini.

Gambar 1.1 kestabilan struktur tetrahedral


Berdasarkan karakteristik tetrahedral maka atom karbon dapat
mengikat atom lain selain atom karbon itu sendiri. Secara sederhana atom
karbon dapat membentuk empat ikatan dengan atom hydrogen seperti pada
Gambar B. Kerangka senyawa hidrokarbon dibangun oleh banyak ikatan
antar atom karbonnya. Kerangka senyawa hidrokarbon yang paling
sederhana memiliki sebuah atom karbon, dilanjutkan dengan dua atom
karbon, tiga atom karbon dan seterusnya,

2
perhatikan Gambar 1.2 di bawah ini :

Gambar 1.2 kerangka senyawa karbon


Dalam berikatan sesama atom karbon terdapat tiga kemukinan,
pertama membentuk ikatan tunggal, ikatan rangkap dua dan ikatan
rangkap tiga. Untuk penyederhanaan dapat kita ibaratkan Ikatan unggal
terjadi dari orbital s dan disebut ikatan sigma pada orbital hibrid sp3 dan
bentuk molekul tetrahedron dengan sudut 109,50. Senyawa dengan ikatan
tunggal disebut dengan senyawa hidrokarbon jenuh. Senyawa hidrokarbon
dengan ikatan rangkap dua terjadi pada orbital p, dan ikatan ini dikenal
dengan ikatan phi, pada ikatan rangkap dua terjadi perubahan sudut akibat
dua orbital p berposisi sejajar sehingga membentuk orbital sp2 (segi tiga
datar) dan sudut yang terbentuk adalah 1200. Sama halnya dengan ikatan
rangkap tiga terdapat dua orbital p dalam posisi sejajar sehingga merubah
bentuk orbital sp menjadi (bentuk planar) dengan sudut 1800. Bentuk
molekul dari senyawa hidrokarbon jenuh dan tidak jenuh ditampilkan pada
Gambar di bawah ini. Untuk senyawa hidrokarbon yang memiliki ikatan
rangkap disebut dengan senyawa hidrokarbon tidak jenuh.

3
Gambar 1.3 ikatan antar senyawa karbon
Atom karbon pada senyawa hidrokarbon memiliki posisi yang
berbeda – beda. Coba kita perhatikan rumus bangun dibawah ini pada
Gambar di bawah ini. Semua atom karbon (merah) yang dapat mengikat 3
atom hidrogen dan berposisi di tepi, disebut dengan atom karbon primer.
Atom karbon nomor 3 (hijau) yang mengikat 2 atom hidrogen disebut
dengan atom karbon sekunder. Demikian pula atom karbon yang mengikat
hanya 1 atom hidrogen (warna abu – abu) memiliki posisi sebagai atom
karbon tersier. Setiap atom Karbon dalam kerangka senyawa hidrokarbon
dapat mengikat atom lain seperti atom hidrogen, oksigen, nitrogen,
belerang, klor dan lainnya.

Gambar 1.4 atom C primer,sekunder,tersier


Perbedaan atom yang diikat menyebabkan perubahan khususnya
pada polaritas sehingga menyebabkan perbedaan sifat – sifat kimia
molekul yang dibentuk. Hal ini dapat dicermati pada Gambar di bawah ini.

Gambar 1.5 perbedaan kepolaran


Dari berbagai unsur-unsur kimia yang kita kenal, ada satu unsur
yang cakupannya sangat luas dan pembahasannya sangat mendalam yakni
KARBON. Karbon mempunyai nomor atom 6 sehingga jumlah
elektronnya juga 6, dengan konfigurasi 6 C = 2, 4. Dari konfigurasi
elektron ini terlihat atom C mempunyai 4 elektron valensi (elektron pada
kulit terluar). Untuk memperoleh 8 elektron (oktet) pada kulit terluarnya

4
(elektron valensi) dibutuhkan 4 elektron sehingga masing-masing elektron
valensi mencari pasangan elektron dengan atom-atom lainnya. Kekhasan
atom karbon adalah kemampuannya untuk berikatan dengan atom karbon
yang lain membentuk rantai karbon. Bentuk rantai2 karbon yang paling
sederhana adalah Hidrokarbon. Hidrokarbon hanya tersusun dari dua unsur
yaitu Hidrogen dan Karbon.
Berdasarkan jumlah atom C lain yang terikat pada satu atom C
dalam rantai karbon, maka atom C dibedakan menjadi :
1. Atom C primer, yaitu atom C yang mengikat satu atom C yang lain.
2. Atom C sekunder, yaitu atom C yang mengikat dua atom C yang lain.
3. Atom C tersier, yaitu atom C yang mengikat tiga atom C yang lain.
4. Atom C kwarterner, yaitu atom C yang mengikat empat atom C yang
lain.

Gambar 1.6 susunan atom C primer,sekunder,tersier


 atom C primer, atom C nomor 1, 7, 8, 9 dan 10 (warna hijau)
 atom C sekunder, atom C nomor 2, 4 dan 6 (warna biru)
 atom C tersier, atom C nomor 3 (warna kuning)
 atom C kwarterner, atom C nomor 5 (warna merah)
Berdasarkan bentuk rantai karbonnya :
 Hidrokarbon alifatik = senyawa hidrokarbon dengan rantai
lurus/terbuka yang jenuh (ikatan tunggal/alkana) maupun tidak jenuh
(ikatan rangkap/alkena atau alkuna).
 Hidrokarbon alisiklik = senyawa hidrokarbon dengan rantai
melingkar / tertutup (cincin).
 Hidrokarbon aromatik = senyawa hidrokarbon dengan rantai melingkar
(cincin) yang mempunyai ikatan antar atom C tunggal dan rangkap
secara selang-seling / bergantian (konjugasi).

5
Berdasarkan ikatan yang ada dalam rantai C-nya, senyawa hidrokarbon
alifatik dibedakan atas :
1. Alkana (CnH2n+2)
2. Alkena (CnH2n)
3. Alkuna (CnH2n-2)
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan alkuna ?
2. Bagaimana struktur alkuna?
3. Apa sifat fisika & kimia alkuna?
4. Bagaimana aturan tata nama alkuna?
5. Bagaimana reaksi pembuatan alkuna?
6. Apa saja reaksi-reaksi dari alkuna?
7. Apa kegunaan alkuna dan dampaknya?
C. TUJUAN
1. Menjelaskan dan mendeskripsikan senyawa hidrokarbon alkuna
2. Menjelaskan manfaat dan dampak senyawa hidrokarbon alkuna dalam
kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Alkuna adalah Senyawa hidrokarbon dengan ketidak jenuhan yang
tinggi, ikatan karbon karbon ganda tiga. Molekulnya berbentuk linear .
Rumus Umum ( RU ) Alkuna = CnH2n-2. Asetilena, adalah alkuna paling
sederhana yang digunakan secara industrial sebagai bahan awal pembuatan
asetaldehida, asam asetat, dan vinil klorida . HC-CH (etuna).. Asetilena
dibuat dari dekomposisi metana dalam suhu tinggi.

Gambar 2.1. Pembuatan gas asetilena


Dalam skala kecil, reaksi ini akan memberikan nyala asetilena
untuk lampu karbida. Dulu pekerja tambang menggunakan lampu
semacam ini; banyaknya gas yang dihasilkan diatur dengan
mengendalikan laju air yang diteteskan ke dalam tempat reaksi. Metode
komersial yang baru untuk membuat asetilena adalah dengan memanaskan

6
metana dan homolog-homolognya pada temperatur tinggi dengan
menambahkan suatu katalis.

Gambar 2.2. Reaksi dekomposisi metana

Gambar 2.3. Struktur molekul etuna (asetilen)

a. Isomer Alkuna
Isomer adalah senyawa-senyawa yang mempunyai rumus molekul
yang sama tetapi mempunyai struktur atau konfigurasi yang berbeda.
Struktur berkaitan dengan cara atom-atom saling berikatan, sedangkan
konfigurasi berkaitan dengan susunan ruang atom-atom dalam molekul.
Keisomeran dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. Keisomeran struktur : keisomeran karena perbedaan struktur.
Dibedakan menjadi 3 yaitu :
1) keisomeran kerangka : jika rumus molekulnya sama tetapi rantai
induknya (kerangka atom) berbeda.
2) keisomeran posisi : jika rumus molekul dan rantai induknya
(kerangka atom) sama tetapi posisi cabang/gugus penggantinya
berbeda.
3) keisomeran gugus fungsi : senyawa-senyawa yang mempunyai
rumus molekul sama namun gugus fungsinya berbeda.
2. Keisomeran ruang : keisomeran karena perbedaan konfigurasi (rumus
molekul dan strukturnya sama).
Dibedakan menjadi 2 yaitu :
1) keisomeran geometri : keisomeran karena perbedaan arah
(orientasi) gugus- gugus tertentu dalam molekul dengan struktur

7
yang sama. Keisomeran geometri menghasilkan 2 bentuk isomer
yaitu bentuk cis (jika gugus-gugus sejenis terletak pada sisi yang
sama) dan bentuk trans (jika gugus-gugus sejenis terletak
berseberangan).
2) keisomeran optik : salah satu dari isomer konfigurasi yang mampu
memutar bidang cahaya terpolarisasi arah jarum jam.

Senyawa hidrokarbon memiliki sebuah keunikan dimana beberapa


buah hidrokarbon memiliki rumus molekul yang sama namun memiliki
sifat yang berbeda – beda, ternyata perbedaan tersebut disebabkan oleh
rumus bangun atau struktur molekulnya. Senyawa dengan rumus molekul
yang sama namun berbeda dalam rumus bangun atau struktur molekulnya
disebut dengan isomer. Dalam senyawa hidrokarbon jenuh, isomer yang
terjadi karena adanya perbedaan atom atau gugus yang mengganti atom
hidrogen dalam rantai utama senyawa hidrokarbon. Contoh sederhana, dari
bentuk isomer ini ditunjukan dengan atom karbon yang mengikat tiga buah
gugus metil, sedangkan isomernya mengikat 1 gugus metil, 2 atom
hidrogen dan satu gugus etil, perhatikan Gambar di bawah ini.

Gambar 2.4 . Contoh bentuk isomer


Perbedaan struktur molekul menyebabkan perbedaan sifat fisik,
molekul pertama memiliki titik leleh = 1380C, titik didih = 10C, dengan
densitas 0.58 g/mL, sedangkan molekul yang kedua memiliki titik leleh =
1590C, titik didih = 120C dan densitas 0,55 g/mL. Bentuk isomer lainnya

8
adalah adanya perbedaan gugus yang dikandung dalam senyawa
hidrokarbon. Hal ini bisa dicermati pada Gambar di bawah ini.

Gambar 2.5. Contoh bentuk isomer


Dari gambar tampak sebuah molekul dengan rumus molekul yang
sama C2H6O. Dalam senyawa ini terdapat 2 atom C, 1 atom O dan 6 atom
H, perbedaan terletak pada posisi atom oksigen, senyawa pertama atom
oksigen berposisi pada atom C primer –C-O-H. Sedangkan molekul kedua
atom oksigen terletak antara dua atom karbon (-C-O-C-). Perbedaan ini
juga menyebabkan adanya perbedaan sifat fisika dan sifat kimia dari kedua
molekul tersebut. Senyawa hidrokarbon dapat diklasisifikasikan atas dua
golongan besar yaitu senyawa hidrokarbon jenuh dan hidrokarbon tidak
jenuh.
Senyawa hidrokarbon jenuh bercirikan ikatan tunggal antar atom
karbon sebagai penyusun rantai utamanya, berbeda dengan senyawa
hidrokarbon tidak jenuh yang dapat membentuk ikatan rangkap dua atau
rangkap tiga antar atom karbon penyusunnya
Etuna (C2H2), propena (C3H4) tidak mempunyai isomer karena
hanya ada satu struktur. Isomer dari butuna (C4H6)

Isomer pentuna (C5H8)

9
10
B. SIFAT FISIKA DAN KIMIA
a. Sifat sifat fisik.
Alkuna mempunyai kepolaran rendah, tidak larut dalam air,
larut baik dalam pelarut organik seperti eter, benzen,
karbontetrakhlorida, titik didih naik sesuai dengan jumlah atom
karbon. Reaktiftas alkuna disebabkan karena terbongkarnya ikatan
rangkap tiga dan membentuk senyawa baru. Atas dasar ini maka reaksi
alkuna umumnya reaksi adisi. Contoh reaksi adisi alkuna dengan gas
halogen, seperti gas bromine (Br2), klorine (Cl2) dan iodine (I2).
Ikatan rangkap tiga terlepas dan senyawa halogen masuk pada kedua
atom karbon. Reaksi terus berlangsung sehingga seluruh ikatan
rangkapnya terlepas, dan membentuk senyawa haloalkana.. Sifat fisis
alkuna, yakni titik didih mirip dengan alkana dan alkena. Semakin
tinggi suku alkena, titik didih semakin besar.
Pada suhu kamar, tiga suku pertama berwujud gas, suku
berikutnya berwujud cair sedangkan pada suku yang tinggi berwujud
padat. titik cair dan titik didih alkena dan alkuna bertambah dengan
makin panjangnya rantai. akan tetapi, tidak ada rotasi bebas yang
terjadi pada ikatan ganda (alkena) dan ikatan rangkap tiga (alkuna)
seperti pada alkana, karena adanya ikatan phy. jarak antara atom
karbon-karbon pada ikatan ganda lebih pendek daripada jarak antara
karbon-karbon dengan ikatan tunggal akiabt interaksi ikatan phy dan
meningkatnya sifat sigma dari ikatan sigma, demikian pula ikatan
karbon-karbon ganda tiga bersifat lebih kuat dan lebih pendek daripada
ikatan karbon-karbon ganda.
Kestabilan ikatan rangkap bertambah dengan subtitusi. untuk
ikatan ganda, isomer cis lebih stabil dibandingkan trans karena
interaksi eklip dari subtituen. atom-atom karbon pada ikatan rangkap
sedikit lebih elektronegatif daripada atom karbon sp3. atom karbon
pada ikatan rangkap tiga sedikit lebih elektronegatif daripada atom

11
karbon pada ikatan ganda akibat makin bertambahnya sifat ikatan
sigma dari orbital sp.
Reaksi lainnya yaitu adisi dengan senyawa hidrogen
menggunakan katalis Nikel, persamaan reaksi dapat dilihat pada
gambar 2.6

Gambar 2.6. hidrogenasi 2-butuna dengan katalisator Nikel


Tabel.2.1. Sifat-sifat Fisik Senyawa Alkuna
Nama Rumus Mp (oC) BP (oC) Densiti
Acetylene HC CH -82 -75
Propyne HC CHCH3 -101,5 -23
1-butyne HC CHCH2CH3 -122 9
1-pentyne HC CH(CH2)2CH3 -98 40 0,695
1-hexyne HC CH(CH2)3CH3 -124 72 0,719
1-heptyne HC CH(CH2)4CH3 -80 100 0,733
1-octyne HC CH(CH2)5CH3 -70 126 0,747
Tabel 2.1 Senyawa Fisik Alkuna
Nama Senyawa Masa Molekul (Mr) Titik didih (C) Wujud Zat (25 C)
Etuna 26 -75 Gas
Propuna 40 -23 Gas
Butuna 54 8,1 Gas
Pentuna 68 39.4 Cair
Heksuna 82 72 Cair

12
b. Sifat kimia
Adanya ikatan rangkap tiga yang dimiliki alkuna
memungkinkan terjadinya reaksi adisi, polimerisasi, substitusi dan
pembakaran. Sifat keelektronegatifan dari alkuna lebih besar daripada
atom karbon lain karena adanya ikatan rangkap tiga. Jadi suatu ikatan
CH alkunil lebih polar daripada ikatan CH alkana atau alkena. Tingkat
keasaman alkuna (pKa = 25) lebih rendah daripada air (pKa = 15,7),
akan tetapi lebih kuat daripada ammonia (pKa = 35). Alkuna dapat
bereaksi dengan suatu basa kuat seperti sodamida (NaNH2) atau
reagen Grignard. Pada kondisi ini alkana dan alkena tidak bereaksi.
C. TATA NAMA ALKUNA.
Ada dua cara penamaan alkuna, yaitu menggunakan kata akhir
asetilen dan penamaan secara IUPAC.
H–C C - C2H5 : etil asetilen : 1-butuna
CH3 – C C - CH3 : dimetil asetilen : 2- butuna
CH3 – C C – CH(CH3)2 : metil isopropil asetilen : 4-metil-2-pentuna

Penamaan alkuna mengikuti aturan umum penamaan senyawa


hidrokarbon. Digunakan akhiran –una, dan posisi ikatan rangkap ditandai
dengan pemberian nomor di depan nama induk. Penomoran rantai utama
dimulai dari ujung terdekat dengan ikatan rangkap, sehingga ikatan
rangkap memiliki nomor sekecil mungkin.

13
Gambar 2. 7. Contoh penamaan alkuna
Ketika terdapat lebih dari satu ikatan rangkap tiga, senyawa
tersebut dinamakan diuna, triuna, dan seterusnya. Senyawa yang memiliki
ikatan rangkap dua dan ikatan rangkap tiga disebut enuna. Penomoran
rantai enuna dimulai dari ujung terdekat dengan ikatan rangkap, entah itu
ikatan rangkap dua atau ikatan rangkap tiga.

Gambar 2.8. Contoh penamaan alkuna.


Ketika rantai alkuna bertindak sebagai rantai samping maka
disebut dengan alkunil.

Gambar 2.9. Alkil, alkenil, alkunil .


a. Rantai karbon bercabang
Untuk memberikan nama alkuna dengan rantai bercabang sama
mirip dengan alkana rantai bercabang. Namun "rantai utama" pada

14
proses penamaan haruslah melalui ikatan rangkap 3, dan prioritas
penomoran dimulai dari ujung yang terdekat ke ikatan rangkap 3.

15
D. REAKSI PEMBUATAN ALKUNA
a. Reaction of sodium acetylides with primary alkyl halides

Contoh :

CH -

b. Dehydrohalogenation of alkyl dihalides

16
Contoh

-CH - -C

Br Br Br
c. Dehalogenation of tetrahalides

Contoh
Cl Cl

Cl Cl
2,2,3,3 tetrakhlorobutana 2-butuna
E. REAKSI ELIMINASI DIHALIDA
Alkuna dapat diperoleh melalui reaksi aliminasi HX dari alkil
halida dengan cara yang sama dengan pembuatan alkena. Perlakuan 1,2-
dihaloalkana (vicinal dihalida) dengan basa kuat seperti KOH atau NaNH2
menghasilkan dua kali reaksi eliminasi HX dan membentuk alkuna.
Vicinal dihalida dapat diperoleh dengan mereaksikan Br2 atau Cl2 dengan
alkena. Dengan demikian, keseluruhan reaksi halogenasi /
dehidrohalogenasi merupakan proses konversi alkena menjadi alkuna.
Contohnya, difeniletilena dikonversi menjadi difenilasetilena melalui
reaksi dengan Br2 yang selanjutnya diperlakukan dengan basa.

17
Gambar 2.10. Konversi alkena menjadi alkuna
Dua kali reaksi dehidrohalogenasi akan melalui pembentukan
interemediet vinilik halida yang akan menghasilkan alkuna ketika
diperlakukan dalam suasana basa.
F. REAKSI SENYAWA ALKUNA
a. Adition of hydrogen
H H
-C = C- + H2 - C – C-
H H
H
NH3,Na or Li C = C Trans
-C = C- H
H2, Pd C = C Cis
H H
Contoh:
CH3-C = C- CH3 CH2CH2CH2CH3
H C2H5
C=C
C2H5-C=C-C2H5 C2H5 C2H5
C=C

18
H H

Reaksi diatas menunjukkan reaksi hidrogenasi 2-butuna dengan


katalisator Nikel
Catatan :
 Alkynes sebagian dapat dikurangi menjadi cis-alkena dengan H2
dalam kehadiran katalis beracun.
 (Mis. Pd / CaCO3 / quinoline yang juga dikenal sebagai katalis
Lindlar's) Alkynes dapat dikurangi untuk alkana dengan H2 dalam
kehadiran katalis (Pt, Pd, Ni dll).
 CH obligasi baru terbentuk secara simultan dari atom H diserap ke
permukaan logam.
 Reaksi stereospecific hanya memberikan produk tambahan syn.
 Katalis mencegah over-reduksi, yang akan memberikan alkana
dengan mengurangi alkena .
Terkait Reaksi :
 Pembubaran logam pengurangan alkynes
 Hidrogenasi alkena

Penambahan katalis hidrogen untuk 2-butyne tidak hanya


berfungsi sebagai contoh dari reaksi Selain itu, tetapi juga
menyediakan data panas reaksi yang mencerminkan kestabilan relatif
termodinamika hidrokarbon ini, seperti ditunjukkan dalam diagram ke
kanan. Dari memanaskan hidrogenasi, diperlihatkan dengan warna biru
dalam satuan kkal / mol, akan terlihat bahwa alkynes adalah
termodinamika kurang stabil dari alkena ke tingkat yang lebih besar
dari alkena kurang stabil daripada alkana.

19
Energi ikatan standar untuk ikatan karbon-karbon
mengkonfirmasi kesimpulan ini. Dengan demikian, ikatan ganda lebih
kuat daripada ikatan tunggal, tapi tidak dua kali lebih kuat. Perbedaan
(63 kkal / mol) dapat dianggap sebagai kekuatan komponen π-ikatan.
Demikian pula, tiga ikatan lebih kuat daripada ikatan ganda, tapi tidak
50% lebih kuat. Berikut perbedaan (54 kkal / mol) dapat diambil
sebagai kekuatan ikatan-π kedua. The 9 kkal / mol melemahnya ikatan-
π kedua tercermin dalam panas nomor hidrogenasi(36,7-28,3=8.4).
Karena alkynes adalah termodinamika kurang stabil dari
alkena, kita harapkan reaksi penambahan mantan untuk lebih
eksotermik dan relatif lebih cepat daripada reaksi setara yang kedua.
Dalam kasus hidrogenasi katalitik, maka Pt biasa dan katalis
hidrogenasi Pd sangat efektif dalam mempromosikan penambahan
hidrogen untuk kedua ikatan karbon-karbon ganda dan triple bahwa
alkena antara terbentuk dengan penambahan hidrogen alkuna yang
tidak dapat dipisahkan. Katalis kurang efisien, katalis Lindlar's,
disiapkan dengan menonaktifkan (atau keracunan) katalis paladium
konvensional dengan memperlakukan dengan asetat timah dan
quinoline, izin alkynes untuk dikonversi menjadi alkena tanpa
pengurangan lebih lanjut untuk sebuah alkana. Penambahan hidrogen
stereoselectively syn (misalnya 2-butyne memberikan cis-2-butena).
Alkena dan alkynes menunjukkan perbedaan yang aneh dalam
perilaku terhadap hidrogenasi katalitik. Studi Independen tingkat
hidrogenasi untuk setiap kelas menunjukkan bahwa alkena bereaksi
lebih cepat dibandingkan alkynes. Namun, hati-hati hidrogenasi alkuna
suatu hasil secara eksklusif ke alkena sampai mantan dikonsumsi, di
mana titik alkena produk sangat cepat terhidrogenasi untuk sebuah
alkana. Perilaku ini baik dijelaskan oleh perbedaan dalam tahapan
reaksi hidrogenasi. Sebelum hidrogen dapat menambah beberapa
ikatan alkena atau alkuna harus terserap pada permukaan katalis.

20
Dalam hal ini, pembentukan platinum stabil (dan paladium)
kompleks dengan alkena telah dijelaskan sebelumnya. Sejak alkynes
menyerap lebih kuat pada permukaan katalitik tersebut daripada
alkena, mereka preferentially menempati situs reaktif pada katalis.
Setelah transfer hidrogen untuk hasil alkuna terserap perlahan, relatif
terhadap transfer hidrogen yang sesuai pada molekul alkena
teradsorpsi. Akibatnya, pengurangan obligasi tiga terjadi secara
selektif pada tingkat yang moderat, diikuti dengan penambahan cepat
hidrogen terhadap produk alkena. Katalis Lindlar izin adsorpsi dan
pengurangan alkynes, tetapi tidak menyerap alkena cukup untuk
memungkinkan pengurangan mereka.
b. Addition Of Halogens

Seperti gas bromine (Br2), klorine (Cl2) dan iodine (I2).


Ikatan rangkap tiga terlepas dan senyawa halogen masuk pada
kedua atom karbon. Reaksi terus berlangsung sehingga seluruh
ikatan rangkapnya terlepas, dan membentuk senyawa haloalkana.
Persamaan reaksi :

21
Gambar 2.11 . Reaksi adisi alkuna dengan halogen
Pada reaksi adisi gas HX (X = Cl, Br atau I) terhadap alkena dan
alkuna berlaku aturan Markovnikov yaitu :
“ Jika atom C yang berikatan rangkap mengikat jumlah atom H yang berbeda, maka
atom X akan terikat pada atom C yang sedikit mengikat atom H ”.

Mekanisme Reaksi

22
c. Additional of halogen halydes

H2C CH2 + HX CH3CH2X


etil halida
HX HX
HC CH H2C CHX CH3CHX2

H Cl
H2C CH2 H2C CH2 + Cl

H H

H2C CH2 + Cl H2C CH2

Cl

23
Contoh :
Cl Cl

-C

I
Propuna 2-khloro,propena 2-khloro,2-iodo,propana

Ketika reaksi adisi dari reagen elektrofilik, seperti asam Brønsted


kuat dan halogen, untuk alkynes dipelajari kita menemukan paradoks
penasaran. Reaksi bahkan lebih eksotermik daripada penambahan alkena,
namun laju Selain alkynes lebih lambat dengan faktor 100 sampai 1000
dari samping alkena dipersamakan diganti. Reaksi bromin satu ekuivalen
dengan 1-penten-4-yne, misalnya, memberikan 4,5-dibromo-1-pentyne
sebagai produk utama.
HC ≡ C-CH 2-CH = CH 2 + Br 2 - ≡ HC> C-CH 2-CH Br CH 2 Br
Meskipun tambahan ini elektrofilik untuk alkynes yang lamban,
mereka mengambil tempat dan umumnya menampilkan Markovnikov
regioselectivity Peraturan dan anti-stereoselektivitas. Satu masalah, tentu
saja, adalah bahwa produk ini penambahan itu sendiri alkena diganti dan
karenanya dapat mengalami penambahan selanjutnya. Karena
elektronegativitas tinggi, halogen substituen pada tindakan ikatan ganda
untuk mengurangi nucleophilicity, dan dengan demikian menurunkan laju
reaksi adisi elektrofilik. Akibatnya, ada keseimbangan untuk apakah
produk tambahan awal untuk alkuna yang akan menderita tambahan lebih
lanjut untuk produk jenuh. Meskipun produk alkena awal sering dapat
diisolasi dan diidentifikasi, mereka biasanya hadir dalam campuran produk
dan tidak dapat diperoleh dengan rendemen tinggi. Reaksi berikut
menggambarkan banyak dari fitur ini. Dalam contoh terakhir, 1,2-
diodoethene tidak mengalami penambahan selanjutnya karena
berdamping-diiodo alkanes relatif stabil.

24
Sebagai aturan, reaksi adisi elektrofilik ke alkena dan alkuna
melanjutkan dengan formasi awal-pi sebuah kompleks, di mana elektrofil
menerima elektron dari dan menjadi lemah terikat ikatan ganda. kompleks
tersebut terbentuk reversibel dan kemudian dapat merombak ke
intermediate reaktif dalam langkah lambat, laju-menentukan. Reaksi
dengan alkynes lebih sensitif terhadap perubahan pelarut dan pengaruh
katalitik daripada alkena setara.
d. Addition of water hydration

Penambahan elemen air di ikatan tripel alkuna yang mengarah pada


pembentukan aldehida dan keton.. Selain Air untuk alkynes terminal

25
mengarah ke generasi dari aldehida, sementara alkynes nonterminal dan
air menghasilkan keton.

26
Mercury (II) ion adalah elctrophile dalam reaksi ini. Berinteraksi
dengan atom karbon kurang sangat diganti dari ikatan rangkap tiga.
Karbokation vinylic dihasilkan diserang oleh air, yang kemudian
terdeprotonasi. Ion merkuri digantikan oleh hidrogen asam untuk
membentuk enol perantara. enol ini tautomerizes ke keton lebih stabil.
Catatan: Hidrasi dari terminal alkynes selalu mengarah untuk
produksi metil keton. alkynes simetris menyebabkan hanya satu produk
keton, sedangkan alkynes internal tidak simetris menyebabkan campuran
keton. Seperti alkena, penambahan air untuk alkynes membutuhkan asam
kuat, biasanya asam sulfat, dan difasilitasi oleh sulfat merkuri. Namun, tidak
seperti penambahan ganda obligasi yang memberikan produk alkohol,
penambahan air untuk alkynes memberikan produk keton (kecuali untuk
asetilena yang menghasilkan asetaldehida). Penjelasan untuk penyimpangan
ini terletak pada tautomerization enol-keto, digambarkan oleh persamaan
berikut. Produk awal dari penambahan air untuk alkuna adalah sebuah enol
(suatu senyawa memiliki substituen hidroksil yang melekat pada ikatan-
ganda), dan ini segera mengatur ulang ke tautomer keto lebih stabil.
Tautomer didefinisikan sebagai isomer konstitusional interconverted
cepat, biasanya dibedakan dengan lokasi ikatan berbeda untuk atom
hidrogen labil (berwarna merah di sini) dan ikatan ganda berbeda berada.
Keseimbangan antara tatomer tidak hanya cepat dalam kondisi normal,
tetapi sering sangat nikmat salah satu isomer (aseton, misalnya, adalah
99,9% keto tautomer). Bahkan di satu sisi kesetimbangan tersebut, bukti
kehadiran tautomer kecil berasal dari sifat kimia senyawa. kesetimbangan
tautomer jejak dikatalisis oleh asam atau basa yang biasanya hadir dalam
sampel bahan kimia yang digunakan. Tiga contoh yang ditunjukkan di
bawah ini menggambarkan reaksi-reaksi untuk pengganti yang berbeda dari
ikatan-tiga. Langkah tautomerization ditunjukkan oleh panah merah. Untuk
terminal alkynes penambahan air mengikuti aturan Markovnikov, seperti
pada contoh kedua di bawah, dan besarbesaran produk akhir sebuah keton
metil (kecuali untuk asetilen, ditunjukkan dalam contoh pertama). Untuk

27
alkynes internal (ikatan-tiga berada dalam rantai lagi) penambahan air tidak
regioselective. Jika ikatan-tiga tidak simetris terletak (yaitu jika R & R
'dalam persamaan ketiga tidak sama) dua keton isomerik akan terbentuk.
G. REAKSI-REAKSI ALKUNA YANG LAINNYA
Berdasarkan kemiripan sifat elektroniknya, alkuna dan alkena
memiliki sifat yang mirip pula,sehingga reaktivitas kedua gugus fungsi
tersebut juga mirip. Meskipun demikian, terdapat juga perbedaan yang
signifikan.
a. Adisi HX dan X2
Secara umum, elektrofil akan lebih banyak bereaksi dengan alkuna
dibandingkan dengan alkena. Contohnya reaksi adisi HX pada alkuna.
Pada kondisi di mana HX berlebih, reaksi alkuna dengan HX akan
memberikan hasil akhir berupa dihalida. Jadi, satu mol alkuna
membutuhkan dua mol HX. Contohnya, reaksi antara 1-heksuna dengan
HBr akan menghasilkan 2,2- dibromoheksana. Regiokimia reaksi adisi ini
mengikuti aturan Markovnikov: Halogen akan berikatan dengan karbon
yang lebih tersubstitusi, sedangkan hidrogen pada karbon yang kurang
tersubstitusi. Stereokimia trans biasanya (meski tidak selalu) ditemukan
dalam produk reaksi ini.

28
Gambar 2.12.adisi H-Br pada 1 heksuna
Bromin dan klorin juga dapat mengadisi alkuna dan menghasilkan
produk trans.

Gambar 2.13. Adisi Br2 pada butuna


Mekanisme reaksi adisi elektrofilik alkuna mirip tetapi tidak sama
dengan adisi pada alkena. Ketika elektrofil seperti HBr mengadisi alkena,
reaksinya berjalan dalam dua tahap dan melibatkan pembentukan
intermediet karbokation alkil. Jika reaksi adisi HBr pada alkuna sama
dengan reaksinya dengan alkuna, maka akan terbentuk intermediet
karbokation vinilik.

29
Gambar 2.14. Intermediet karbokation alkil dan vinil

Karbokation vinilik memiliki hibridisasi sp dan pada kenyataannya


tidak ditemukan. Dengan demikian, mekanisme reaksi adisi HX pada
alkuna terjadi dengan jalur yang sangat kompleks.
b. Hidrasi Alkuna
Seperti alkena, alkuna dapat juga mengalami reaksi hidrasi dengan
dua cara. Adisi air secara langsung dengan katalis ion merkuri (II)
menghasilkan produk Markovnikov, adisi air secara tak langsung melalui
reaksi hidroborasi/oksidasi menghasilkan produk non-Markovnikov.
1) Hidrasi Alkuna dengan Katalis Merkuri (II)
Alkuna tidak dapat bereaksi secara langsung dengan air asam,
tetapi membutuhkan katalis merkuri (II) sulfat. Reaksinya terjadi
mengikuti regiokimia Markovnikov, gugus OH akan mengadisi karbon
yang lebih tersubstitusi, sedangkan hidrogen pada karbon yang kurang
tersubstitusi.

30
Gambar 2.15.hidrasi 1-heksuna
Hal yang menarik di sini adalah bahwa produk yang dihasilkan
bukan vinilik alkohol atau enol, tetapi suatu keton. Meskipun enol
merupakan intermediet dalam reaksi ini, tetapi dengan cepat ditata ulang
menjadi keton melalui proses tautomeri keto-enol. Tautomeri digunakan
untuk menjelaskan isomer konstitusional yang berinterkonversi dengan
cepat.

Gambar 2.16. Tautomeri keto-enol

31
Mekanisme reaksi dari merkuri (II) sulfat denganalkuna mirip
dengan reaksi oksimerkurasi pada alkena. Adisi elektrofilik ion merkuri
pada alkuna menghasilkan intermediet karbokation vinilik, yang kemudian
bereaksi dengan air dan melepaskan proton dan membentuk intermediet
enol yang mengandung merkuri. Kondisi reaksinya adalah asam untuk
menggantikan merkuri dengan hydrogen akan terbentuk campuran produk
(keton) ketika alkuna asimetris dihidrasi. Contohnya adalah sebagai
berikut:

Gambar 2.17. Reaksi hidrasi alkuna-asimetris

32
Gambar 2.18. Mekanisme reaksi hidrasi alkuna dengan katalis merkuri (II) sulfat
2) Hidroborasi/ Oksidasi Alkuna
Boran bereaksi dengan alkuna seperti halnya pada alkena, dan
menghasilkan boran vinilik yang kemudian dioksidasi oleh H2O2
menghasilkan enol.

33
Gambar 2.19. Reaksi hidroborasi terminal dan internal alkuna
Proses tautomerisasi kemudian menghasilkan keton atau aldehida,
tergantung pada struktur alkuna yang direaksikan. Hidroborasi terminal
alkuna akan menghasilkan aldehid, sedangkan hidroborasi internal alkuna
akan menghasilkan keton. Catat bahwa terminal alkuna akan mengalami
dua kali adisi menghasilkan intermediet terhidroborasi dobel. Oksidasi
dengan H2O2 pada pH 8 kemudian mengganti kedua boron oleh dua
hidrogen dan menghasilkan aldehid.
c. Reduksi Alkuna
Alkuna mudah direduksi menjadi alkana melalui reaksi adisi H2
dengan katalis logam. Reaksinya melalui intermediet alkena, dan hasil
pengukuran mengindikasikan bahwa tahap pertama dalam reaksi memiliki
ΔH0hidrogenasi lebih besar dari pada tahap kedua. Reduksi alkuna dapat
terjadi secara lengkap menggunakan katalis palladium yang terikat dengan
karbon (Pd/C). Akan tetapi, reaksi dapat dihentikan hingga pada
pembentukan alkena saja ketika digunakan katalis Lindlar. Katalis Lindlar
adalah logam Palladium halus yang diendapkan pada kalsium karbonat
dan kemudian dideaktivasi menggunakan perlakuan dengan asetat dan

34
quinolon. Hidrogenasi terjadi dengan syn stereokimia menghasilkan cis
alkena.

Gambar 2.20. Perbedaan reaksi reduksi dekuna dengan katalis Pd/C dan katalis
Lindlar
Metode lain yang dapat digunakan untuk mengubah alkuna
menjadi alkena adalah dengan menggunakan natrium atau litium sebagai
reduktor dalam larutan amonia sebagai pelarut. Metode ini digunakan
untuk melengkapi metode katalis Lindlar, karena produk yang dihasilkan
adalah trans alkena

Gambar 2.21. Reduksi dekuna dengan katalis Li dalam ammonia

35
Gambar 2.22. Mekanisme reaksi umum reduksi alkuna dengan katalis Li
d. Pemecahan Oksidatif Alkuna
Alkuna dapat dipecah secara oksidasi menggunakan oksidator kuat
seperti ozon atau KMnO4. Ikatan rangkap tiga umumnya kurang reaktif
dibandingkan ikatan rangkap dua, dan dengan demikian produk yang
dihasilkan sering kali hanya sedikit. Produk yang diperoleh dari
pemecahan oksidatif internal alkuna adalah dua molekul asam karboksilat,
sedangkan terminal alkuna dioksidasi menghasilkan asam karboksilat dan
karbon dioksida.

36
Gambar 2.23. Pemecahan oksidatif alkuna
e. Pembentukan Anion Asetilida
Terminal alkuna bersifat asam. Hal ini terbukti ketika direaksikan
dengan basa kuat, NaNH2, hidrogen terminal dilepaskan dan terbentuk
anion asetilida

Gambar 2.24. Reaksi pembentukan anion asetilida


Tabel 2.2. Keasaman hidrokarbon

Mengapa terminal alkuna lebih asam dari pada alkena dan alkana?
Dengan kata lain, mengapa anion asetilida lebih satabil dibandingkan
anion vinilik dan anion alkilik? Penjelasan sederhananya adalah melalui
hibridisasi atom karbon yang bermuatan negatif. Anion asetilida
terhibridisasi sp, sehingga muatan negatif memiliki 50% karakter s,
sedangkan anion vinilik terhibridisasi sp2, sehingga muatan negatif

37
memiliki 33% karakter s. Untuk anion alkil memiliki hibridisasi sp3,
sehingga muatan negatif memiliki 25% karakter s.

Gambar 2.25. Perbandingan anion alkil, vinil, dan asetilida


f. Alkilasi Asetilida
Adanya muatan negatif dan pasangan elektron bebas pada karbon
membuat ion asetilida dapat bertindak sebagai nukleofil kuat. Anion
asetilida dapat bereaksi dengan alkil halida seperti bromometana
menghasilkan alkuna baru.

Gambar 2.26. Reaksi asetilida dengan bromometana


Pasangan elektron bebas pada anion asetilida digunakan untuk
membentuk ikatan dengan karbon yang terpolarisasi positif dalam
bromometana. Hasilnya, terbentuk ikatan C-C, Br- lepas, dan
menghasilkan propuna. Reaksinya dapat kita sebut reaksi alkilasi karena
terjadi penambahan gugus alkil pada molekul starting material, alkuna.

38
Gambar 2.27. Mekanisme reaksi alkilasi dari anion asetilida
Alkilasi alkuna tidak hanya terjadi untuk asetilena saja, tetapi juga
pada terminal alkuna yang lain. Alkilasi terminal alkuna dapat
menghasilkan internal alkuna. Contohnya 1-heksuna dikonversi menjadi
anionnya, lalu direaksikan dengan 1- bromobutana, hasilnya adalah 5-
dekuna.

Gambar 2.28. Alkilasi 1-heksuna


Terminal alkuna dapat diperoleh dari alkilasi asetilena, sedangkan
internal alkuna diperoleh dari alkilasi terminal alkuna.

39
Gambar 2.29. Reaksi umum alkilasi alkuna
Alkilasi ion asetilida hanya terbatas pada alkil bromide primer dan
alkil iodida saja. Hal ini karena anion asetilida merupakan basa kuat,
sehingga jika bereaksi dengan alkil halide sekunder atau tersier justru akan
mengalami reaksi dehidrohalogenasi dari pada reaksi substitusi.

Gambar 2.30. Reaksi bromosikloheksana dengan asetilida


H. PENGGUNAAN ALKUNA
a. Bidang Industri
Alkuna yang mempunyai nilai ekonomis penting hanyalah
etuna (C2H2). Nama lain etuna adalah asetilena. Dalam industri
asetilena dibuat dari metana melalui pembakaran tak sempurna. Dalam
jumlah sedikit, asetilena dapat dibuat dari reaksi batu perhatikan, gas
karbid berbau tidak sedap. Namun sebenarnya gas asetilena murni
tidaklah berbau busuk bahkan sedikit harum. Bau busuk itu terjadi

40
karena gas asetilena yang dibuat dari batu karbid tidak murni, tetapi
mengandung campuran. Perlu diketahui bahwa gas forfin juga bersifat
racun. Jadi ada untungnya gas ini berbau tidak sedap, sehingga orang
akan menghindarinya.

Etuna (asetilena), gas asetilena digunakan untuk mengelas besi dan baja
ataupun memotong logam. Reaksi pembentukan etuna (asetilena) :
4 CH4 (g) + 3 O2 (g) →2 C2H2 (g) + 6 H2O (g)
CaC2 (s) + 2 H2O (l) Ca(OH)2 (aq) + C2H2 (g)
Pada pengelasan : dibakar dengan O2 memberi suhu yang tinggi (+-
3000oC), dipakai untuk mengelas besi dan baja.
 Untuk penerangan
 Untuk sintesis senyawa lain
b. Bidang Kesehatan
Penyusun beberapa obat sintetik

3-metil-1-pentuna-3-ol (obat penenang, pereda nyeri)

41
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Alkuna adalah senyawa hidrokarbon tidak jenuh rangkap tiga.
2. Alkuna paling sederhana adalah asetilena (etuna) yang digunakan
secara industrial sebagai bahan awal pembuatan asetaldehida, asam
asetat, dan vinil klorida . HC-CH (etuna).. Asetilena dibuat dari
dekomposisi metana dalam suhu tinggi.
3. Sifat – sifat fisik alkuna yaitu: kepolaran rendah, tidak larut dalam air,
larut baik dalam pelarut organik seperti eter, benzen,
karbontetrakhlorida, titik didih naik sesuai dengan jumlah atom
karbon.
4. Sifat – sifat kimia alkuna yaitu : Adanya ikatan rangkap tiga yang
dimiliki alkuna memungkinkan terjadinya reaksi adisi, polimerisasi,
substitusi dan pembakaran.
5. Isomer adalah senyawa-senyawa yang mempunyai rumus molekul
yang sama tetapi mempunyai struktur atau konfigurasi yang berbeda.
Etuna (C2H2), propena (C3H4) tidak mempunyai isomer karena hanya
ada satu struktur. Isomer butuna ada 2 buah, isomer dari pentuna ada 3
buah.
6. Reaksi pembuatan alkuna: Reaction of sodium acetylides with primary
alkyl halides,dehydrohalogenation alkyl of halides,dehalogenation
tetrahalides,
7. Reaksi senyawa alkuna : addition of hydrogen, addition of
halogens,addition of halogen halides,addition of water hydration.
8. Ada beberapa manfaat alkuna diantaranya gas asetilen ( etuna)
digunakan untuk mengelas besi dan baja ataupun memotong logam.
Selain itu alkuna juga bisa digunakan untuk penyusun beberapa obat
sintetik dan untuk penerangan dll.

42
B. SARAN
Karena makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Dan
diharapkan makalah ini dapat bermanfaat untuk pembaca ataupun penulis.

43
DAFTAR PUSTAKA

Fessenden & Fessenden ,1982. Kimia organic edisi ketiga, Jakarta : Erlangga
Justiana Sandri. 2009. Chemistry for Senior High School. Jakarta: Penerbit Yudhistira
Keenan. 1984. Kimia Untuk Universitas Jilid 2. Jakarta: Penerbit Airlangga
Parlan dan Wahyudi. 2005. Kimia Organik I. Malang: Penerbit Universitas Negeri
Malang UM Prees
Setyawati, A.S. 2009. Kimia: Mengkaji Fenomena Alam Untuk Kelas SMA / MA.
Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan nasional.

44

Anda mungkin juga menyukai