BUKTI AUDIT
HAND OUT 5 / TATAP MUKA 7
2 SmartnWye
Auditing
dari tangan kedua. Bukti audit dari tangan pertama memiliki kompetensi yang lebih
tinggi dibanding dengan bukti yang diperoleh dari tangan kedua.
c. Dasar yang Memadai (Realistis)
Dasar penetapan bukti audit yang memadai berhubungan dengan tingkat keyakinan
auditor untuk keperluan penyimpulan hasil audit. Pengkombinasian dan penyimpulan
berbagai item yang mempunyai tingkat keyakinan yang bervariasi tidak mungkin
dilakukan secara objektif menyeluruh. Terdapat hal-hal bersifat subjektif, misal integri-
tas manajemen, oleh karena itu auditor perlu mempertimbangkan (judgement) faktor-
faktor sbb dalam menetapkan bukti audit:
1) Pertimbangan Profesional Auditor
Pertimbangan profesional memberi kontribusi pada penerapan secara wajar jumlah
dan kualitas bukti audit yang disyaratkan. Penentuan kecukupan dan kompetensi
dalam suatu audit yang dilakukan auditor sangat ditentukan oleh pertimbangan
(judgement) auditor.
2) Integritas Manajemen
Manajemen bertanggung jawab atas asersi laporan keuangan dan mengendalikan
banyak bukti penguat dan data akuntansi yang mendukung laporan keuangan.
Semakin rendah tingkat kepercayaan auditor terhadap integritas manajemen
semakin banyak bukti audit kompeten yang diperlukan.
3) Transaksi yang Terjadi di Perusahaan
Jenis dan banyak transaksi sangat mempengaruhi informasi akuntansi yang
dihasilkan. Banyaknya transaksi antar perusahaan dalam satu holding company
akan menuntut semakin banyak bukti audit kompeten yang harus dihimpun.
4) Jenis Kepemilikan Perusahaan
Audit terhadap perusahaan publik memerlukan tingkat keyakinan yang lebih tinggi
daripada perusahaan perseorangan. Hal ini disebabkan karena banyaknya pemakai
yang mengandalkan laporan hasil audit dalam membuat keputusan investasi
5) Kondisi Keuangan Perusahaan
Kondisi perusahaan klien yang terancam bangkrut cenderung meningkatkan
evaluasi subjektif dan kehati-hatian auditor. Auditor harus lebih seksama memper-
hatikan kemungkinan terjadinya salah saji yang disengaja oleh manajemen guna
meningkatkan nilai aktiva dan kinerja laba perusahaan. Hal ini dapat dipahami
karena manajemen berusaha menutup-nutupi kondisi keuangan yg buruk
d. Prosedur Menghimpun Bukti
Standar pekerjaan lapangan ketiga menegaskan empat tindakan yang dapat dilakukan
dalam menghimpun bukti audit, yaitu inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan,
dan konfirmasi (penjelasan lebih rinci lihat prosedur audit dibagian bawah).
2) Bukti dokumen yang dibuat pihak luar yang bebas dan disimpan dalam arsip klien
3) Bukti dokumen yang dibuat dan disimpan dalam organisasi klien
Saat menilai keandalan bukti dokumenter, auditor harus memperhatikan apakah doku-
men dapat dengan mudah dipalsukan atau tidak. Contoh: sertifikat saham yg dibuat
dari kertas dan cetakan khusus merupakan bukti audit yang tidak mudah dipalsukan.
Dilain pihak bon, sertifikat, dll merupakan bukti dokumen yang relatif mudah dipalsukan.
Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar yang bebas, yang dikirim langsung
kepada auditor memiliki kredibilitas paling tinggi dibandingkan jenis bukti dokumenter
lainnya. Bukti ini disebut konfirmasi, yakni penerimaan jawaban tertulis dari pihak yang
bebas, berisi verifikasi ketelitian informasi yang diminta auditor. Konfirmasi dapat
dibedakan menjadi:
1) konfirmasi positif, yaitu konfirmasi yg respondennya diminta untuk menyatakan per-
setujuan atau penolakan atas informasi yang ditanyakan.
2) blank confirmation, yakni konfirmasi yg respondennya diminta untuk mengisikan
saldo atau informasi lain sebagai jawaban atas suatu hal yg ditanyakan
3) konfirmasi negatif, yakni konfirmasi yg respondennya diminta memberikan jawaban
hanya jika ia menyatakan ketidaksetujuannya atas informasi yg ditanyakan.
Informasi yang membutuhkan konfirmasi antara lain:
Informasi yang dikonfirmasi Diperoleh dari
Aktiva:
Kas di bank Bank
Piutang dagang Debitur
Piutang wesel Pembuat wesel
Persediaan yg dititipkan kepada pihak luar sbg barang konsinyasi Pihak yg dititipi barang
Persediaan yg disimpan dalam gudang pihak luar Perus. Jasa pergudangan
Utang:
Utang dagang Kreditur
Utang wesel Kreditur
Persekot dari pelanggan Pelanggan
Utang hipotek Kreditur
Utang obligasi Pemegang obligasi
Modal:
Saham yang beredar Transfer agent
Informasi lain:
Jumlah pertanggungan asuransi Perusahaan asuransi
Utang bersyarat Penasihat hukum, bank, dll
Surat berharga yang dijaminkan dalam penarikan utang kreditur
Agar bukti dokumenter yg dihasilkan merupakan bukti audit yg handal, konfirmasi harus
diawasi oleh auditor sejak pembuatan hingga diterimanya jawaban dari pihak yg
dikonfirmasi.
d. Catatan Akuntansi sebagai Bukti Audit
Catatan akuntansi seperti jurnal, buku besar dan buku pembantu merupakan sumber
data untuk membuat laporan keuangan. Oleh karena itu bukti catatan akuntansi meru-
pakan objek yang diperiksa dalam audit laporan keuangan. Auditor melakukan verifikasi
terhadap suatu jumlah yang tercantum dalam laporan keuangan. Ia mengusut kembali
jumlah tsb melalui catatan akuntansi. Catatan akuntansi pada dasarnya merupakan
bukti pemeriksaan bagi auditor mengenai proses pengolahan transaksi keuangan yang
dilakukan klien. Keandalan catatan akuntansi sangat bergantung kepada baik-buruknya
pelaksanaan pengendalian intern yang dilaksanakan klien.
Contoh: bila Buku Pembantu dipegang oleh petugas yg tidak memegang Buku Besar
dan secara periodik dilakukan rekonsiliasi antara Buku Pembantu dengan rekening
kontrol yang berkaitan dalam Buku Besar, serta semua jurnal umum mendapat
persetujuan tertulis dari manajer akuntansi, maka catatan2 tsb (jurnal, Buku Besar, Buku
Pembantu) dapat dianggap sebagai bukti audit yang handal dan mendukung angka-
angka yang terdapat dalam laporan keuangan klien.
e. Perhitungan Kembali sebagai Bukti Matematis
Bukti ini diperoleh melalui perhitungan kembali yang dilakukan auditor, dan bersifat
kuantitatif serta matematis. Jenis ini digunakan untuk membuktikan ketelitian catatan
akuntansi klien, mencakup:
1) Footing, yaitu pembuktian ketelitian penjumlahan secara vertikal
2) Cross footing, yaitu pembuktian ketelitian penjumlahan horizontal
3) Pembuktian ketelitian perhitungan biaya depresiasi melalui perhitungan kembali
jumlah depresiasi dengan menggunakan metode depresiasi yg digunakan klien.
4 SmartnWye
Auditing
3. Prosedur Audit
Bukti audit diperoleh melalui pelaksanaan prosedur auditing. Pemilihan prosedur dilakukan
saat menyusun perencanaan audit. Prosedur audit adalah usaha atau tindakan-tindakan
untuk memperoleh bukti audit. Dengan demikian prosedur audit merupakan tata cara yang
ditempuh auditor dalam melakukan pemeriksaan. Pada standar pekerjaan lapangan ketiga
ditegaskan empat tindakan yang dapat dilakukan dalam menghimpun bukti audit, yaitu
inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan/wawancara, dan konfirmasi.
Selain menggunakan prosedur audit yang telah ditetapkan dalam standar pekerjaan di
lapangan, auditor dapat menggunakan prosedur lainnya yang dapat menunjang
keberhasilan pengumpulan bukti audit, seperti pengusutan (tracing), vouching, dll. Secara
lengkap prosedur audit yang umum digunakan dalam auditing adalah:
a) Inspeksi, merupakan prosedur pemeriksaan fisik secara rinci terhadap dokumen atau
kondisi suatu aktiva berwujud. Prosedur ini digunakan luas dalam auditing. Tujuan
inspeksi adalah mendapatkan keyakinan yang memadai bahwa dokumen atau aktiva
berwujud mendukung representasi manajemen yang dinyatakan dalam lap keuangan.
5 SmartnWye
Auditing
Selain keaslian dokumen dapat diketahui, inspeksi dapat juga digunakan untuk
menentukan ketepatan termin faktur penjualan, kontrak, atau persetujuan. Inspeksi ter-
hadap dokumen ini akan menghasilkan bukti dokumenter, sementara inspeksi terhadap
kondisi fisik aktiva akan menghasilkan bukti fisik keberadaan dan keadaan aktiva tsb.
Prosedur ini dapat diterapkan dalam bentuk scanning, yaitu inspeksi sekilas terhadap
dokumen atau catatan akuntansi. Scanning merupakan penelaahan secara cepat
terhadap dokumen, catatan, dan daftar untuk mendeteksi dokumen2 yang tidak valid
agar dapat dilakukan penyelidikan lebih lanjut.
b) Pengamatan (Observasi), adalah prosedur pemeriksaan yang digunakan auditor untuk
melihat atau mengamati suatu pelaksanaan kegiatan. Contoh: mengamati peng-
hitungan fisik persediaan di gudang, pembuatan dan persetujuan voucher, cara
penyimpanan kas yang ada di tangan klien, dll. Melalui pengamatan, auditor
mendapatkan bukti visual atau bukti fisik mengenai pelaksanaan suatu kegiatan. Objek
yang diamati biasanya adalah karyawan, prosedur, atau proses suatu kegiatan.
c) Konfirmasi, merupakan bentuk pemeriksaan yang memungkinkan auditor memperoleh
informasi secara langsung dari pihak ketiga yang independen. Bukti yang dihasilkan
dari konfirmasi adalah bukti konfirmasi. Prosedur yang biasa ditempuh auditor dalam
konfirmasi adalah:
1) Akuntan meminta klien untuk menanyakan informasi tertentu kepada pihak luar
2) Klien meminta pihak luar yang ditunjuk auditor untuk memberikan jawaban langsung
kepada auditor mengenai informasi yang ditanyakan auditor.
3) Akuntan menerima jawaban langsung dari pihak ketiga tsb.
d) Pengajuan Pertanyaan atau Wawancara (Inquiring), yakni prosedur audit yang
dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan secara lisan atau tertulis. Bukti yang
dihasilkan dapat berupa bukti lisan atau bukti representasi tertulis. Pengajuan pertanya-
an dapat dilakukan terhadap karyawan, manajer, maupun penasihat hukum klien.
Wawancara yang dilakukan dengan manajer dapat menghasilkan berbagai informasi,
antara lain: tingkat turn over persediaan, tingkat kolektibilitas piutang, dll.
e) Pengusutan (Tracing), yaitu kegiatan pengumpulan bukti audit melalui pelacakan
informasi sejak data direkam hingga diolah dalam proses akuntansi. Pengusutan dapat
dilakukan dalam pengujian transaksi maupun pengujian akun dalam neraca. Contoh:
pengusutan terhadap transaksi penjualan barang dagangan. Pengusutan dilakukan
dengan memeriksa surat order dari pelanggan, dilanjutkan dengan melacak informasi
yang berkaitan dengan surat order penjualan, laporan pengiriman barang, faktur
penjualan, jurnal penjualan, dan rekening piutang dalam buku pembantu.
Tracing merupakan test for understatement, yaitu tes untuk mendeteksi ada tidaknya
kekurangan saldo suatu rekening dalam catatan akuntansi. Tujuan tracing adalah
menentukan tingkat ketelitian dan kecukupan catatan akuntansi. Bukti audit yang
diperoleh dari pengusutan adalah bukti dokumenter.
f) Penelusuran (Vouching), yaitu pemeriksaan terhadap dokumen pendukung catatan
transaksi, mencakup:
1) Inspeksi terhadap dokumen2 yang mendukung suatu transaksi atau data keuangan
untuk menentukan kewajaran dan kebenaran isi dokumen.
2) Pembandingan dokumen dengan catatan akuntansi yang berkaitan
Prosedur audit jenis ini berlawanan arah dengan tracing. Bila dalam tracing kegiatan
auditor bertitik tolak dari dokumen transaksi untuk kemudian dilakukan pelacakan pen-
catatannya dalam catatan akuntansi yang berkaitan, dalam vouching auditor bekerja
dengan titik tolak catatan akuntansi untuk kemudian memeriksa dokumen yang
mendukung informasi yang dicatat pada catatan akuntansi. Tujuan prosedur ini adalah
untuk menentukan validitas dan kebenaran catatan akuntansi.
Vouching merupakan test for overstatement yaitu tes untuk mendeteksi ada tidaknya
kelebihan saldo suatu rekening dalam catatan akuntansi. Vouching menghasilkan bukti
audit berupa bukti dokumen.
g) Penghitungan Kembali (Reperforming), yaitu mengulang kembali penghitungan dan
rekonsiliasi yang dilakukan klien. Prosedur ini dilakukan untuk memeriksa ketelitian
perhitungan yang dilakukan klien. Bukti yang dihasilkan adalah bukti matematis.
h) Perhitungan (Counting), yaitu penghitungan fisik kas yang ada di perusahaan klien.
Oleh karena itu bukti audit yang dihasilkan berupa bukti fisik. Prosedur ini banyak pula
dipakai dalam pemeriksaan kelengkapan dokumen2 yang bernomor urut cetak,
sehingga bukti audit yang dihasilkan berupa bukti dokumenter
6 SmartnWye
Auditing
i) Analisis, yakni prosedur berbentuk studi dan pembandingan hubungan antar data.
Prosedur ini bertujuan membantu auditor dalam merencanakan sifat, saat, dan luas
prosedur audit lainnya dalam rangka memperoleh bukti suatu asersi sebagai suatu
pengujian substantif, dan menelaah secara menyeluruh informasi keuangan pada tahap
akhir audit. Bukti audit yang dihasilkan adalah bukti analitis.
Bukti audit yang dihasilkan akan ditentukan oleh prosedur audit yang digunakan. Berikut
dikemukakan contoh keterkaitan antara prosedur audit dengan asersi dan bukti audit yang
dihasilkan:
Prosedur Audit Contoh Penerapan (Asersi) Jenis Bukti
Inspeksi Pemeriksaan fisik secara rinci terhadap dokumen atau Bukti dokumenter atau
kondisi aktiva bukti fisik
Observasi Mengamati pelaksanaan suatu kegiatan Bukti fisik atau visual
Konfirmasi Mengirimkan surat konfirmasi pada pihak ketiga Bukti konfirmasi
Inquiry Mengajukan pertanyaan (lisan atau tertulis) Bukti representasi ter-
tulis ata bukti lisan
Tracing Mengusut dari dokumen sumber sampai buku besar Bukti dokumenter
Vouching Menelusuri dari pencatatan di buku besar sampai Bukti dokumenter
kepada dokumen sumber
Reperforming Mengulang kembali penghitungan klien Bukti matematis
Counting Menghitung fisik kas di perusahaan Bukti dokumenter atau
bukti fisik
Analisis Melakukan prosedur analitis Bukti analitis
7 SmartnWye
Auditing
Bila situasi ini tetap berlangsung maka auditor perlu mempertimbangkan kembali
penugasan yang diberikan klien.
d) Penggantian Kantor Akuntan Publik. Auditor perlu mengetahui alasan
klien melaku-kan pergantian kantor akuntan publik. Auditor menghadapi risiko besar
apabila ternyata pergantian tersebut diakibatkan oleh perselisihan mengenai laporan
keuangan yang tidak terselesaikan antara klien dengan kantor akuntan publik
terdahulu.
e) Perubahan peraturan perpajakan. Adanya perubahan peraturan pajak,
khususnya pajak atas laba cenderung mendorong manajemen untuk mengubah prinsip
akuntansi yang digunakan dengan tujuan memperkecil pajak penghasilan yang harus
dibayar perusahaan. Selain itu perlu pula diwaspadai upaya perusahaan untuk
menggeser pengakuan pendapatan ke periode yang memiliki tarif pajak lebih rendah.
f) Usaha yang bersifat spekulan. Auditor menghadapi risiko besar bila harus
mengaudit klien yang memiliki usaha bersifat spekulan. Usaha yang bersifat spekulan
memungkin-kan manajemen melakukan kebijakan yang berubah-ubah, sehingga
keajegan pencatat an akuntansipun sangat mungkin berubah-ubah. Kondisi seperti ini
akan menyulitkan auditor pada saat dia harus mengemukakan pendapatnya.
g) Transaksi yang kompleks. Klien yang kegiatannya menghasilkan transaksi
yang kompleks merupakan klien berisiko besar dibandingkan dengan klien yang
melakukan kegiatan yg bersifat konvensional. Transaksi yang kompleks menimbulkan
kemungkin-an yang besar terjadinya kesalahan pencatatan, sehingga risiko yang
dihadapi auditor pun menjadi lebih besar.
C. Tugas Berstruktur
1. Jelaskan pengertian dari istilah sebagai berikut:
a) Bukti audit l) Representation letter
b) Kehandalan bukti audit m) Prosedur audit
c) Bukti audit yang relevan n) Inspeksi
d) Sumber bukti audit o) Scanning
e) Bukti fisik p) Observasi
f) Bukti dokumenter q) Tracing
g) Bukti lisan r) Vouching
h) konfirmasi s) Test for overstatement
i) Blank confirmation t) Test for understatement
j) Footing u) Reperforming
k) Cross footing v) Counting
8 SmartnWye