Anda di halaman 1dari 25

REFERAT

Fayur thoraks

Disusun Oleh :
Fathimah Ayu Rahimah (1102015075)

Pembimbing :
dr. Ilma Fiddiyanti, Sp.Rad

KEPANITERAAN KLINIK ILMU RADIOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
YARSI RSUD KOTA CILEGON 2019
SISTEMATIKA INTERPRETASI FOTO TORAKS

Radiografi toraks di baca dengan menempatkan sisi kanan foto (marker R) di sisi
kiri pemeriksa atau sisi kiri foto (marker L) di sisi kanan pemeriksa. Pada radiografi
toraks, jantung terlihat sebagai bayangan opak (putih) di tengah dari bayangan lusen
(hitam) paru-paru.

Syarat layak baca radiografi toraks, yaitu:

1. Identitas
Foto yang akan dibaca harus mencantumkan identitas yang lengkap sehingga
jelas apakah foto yang dibaca memang milik pasien tersebut.
2. Marker
Foto yang akan di baca harus mencantumkan marker R (Right/ kanan) atau L
(Left/ kiri).
3. Os scapula tidak superposisi dengan toraks
Hal ini dapat tercapai dengan posisi PA, tangan di punggung daerah pinggang
dengan sendi bahu internal rotasi.
4. Densitas cukup
Densitas foto dikatakan cukup/ berkualitas jika corpus vertebra di belakang
jantung terlihat samar.

Gambar 1. Gambaran radiografi dengan densitas “lunak, densitas cukup dan densitas “keras”.
5. Inspirasi cukup
Pada inspirasi yang tidak adekuat atau pada saat ekspirasi, jantung akan terlihat
lebar dan mendatar, corakan bronkovaskular akan terlihat ramai/ memadat
karena terdorong oleh diafragma. Inpirasi dinyatakan cukup jika iga 6 anterior
atau iga 10 posterior terlihat komplit. Iga sisi anterior terlihat berbentuk huruf V
dan iga posterior terlihat menyerupai huruf A.

Gambar 2. Inspirasi cukup jika terlihat komplit iga 6 anterior atau iga 10 posterior.

Gambar 3. Pengaruh inspirasi terhadap ukuran jantung dan corakan bronkovaskular. A.Inspirasi kurang,
B. Inspirasi cukup.

6. Simetris
Radiografi toraks dikatakan simetris jika terdapat jarak yang sama antara
prosesus spinosus dan sisi medial os clavikula kanan - kiri. Posisi asimetris dapat
mengakibatkan gambaran jantung mengalami rotasi dan densitas paru sisi kanan
kiri berbeda sehingga penilaian menjadi kurang valid.

sk clav

Prosesus

Gambar 4. Jarak yang sama antara prosesus spinosus dengan sisi medial os clavikula bilateral.

Hal yang mempengaruhi hasil pemeriksaan radografi:

1. Posisi pemeriksaan

Jantung berada di sisi anterior rongga dada. Pada radiografi toraks dengan
posisi berdiri, dimana sinar berjalan dari belakang ke depan (PA), maka letak
jantung dekat sekali dengan film. Jika jarak dari fokus sinar ke film cukup jauh,
maka bayangan jantung yang terjadi pada film tidak banyak mengalami
pembesaran/ magnifikasi. Pada umumnya jarak fokus-film untuk radiografi
jantung 1,8 – 2m.

Bayangan jantung yang terlihat pada radiografi toraks proyeksi PA


mengalami magnifikasi ±
5% dari keadaan sebenarnya. Lain halnya bila radiografi dibuat dalam proyeksi
antero-posterior (AP), maka jantung letaknya akan menjadi jauh dari film
sehingga bayangan jantung akan mengalami magnifikasi bila dibandingkan
dengan proyeksi PA.
Hal yang sama akan terjadi pada radiografi yang dibuat dengan posisi
telentang (supine) dengan sinar berjalan dari depan ke belakang (AP). Di sini
bayangan jantung juga akan terlihat lebih besar dibanding dengan proyeksi PA
dan posisi berdiri. Posisi AP dilakukan pada pasien yang tidak sanggup berdiri
(posisi PA).

Gambar 5. Posisi posteroanterior (PA) dan posisi anteroposterior (AP) supine

2. Bentuk tubuh

Pada orang yang kurus dan jangkung (astenikus) jantung berbentuk panjang
dan ke bawah. Ukuran vertikal jauh lebih besar daripada ukuran melintang.
Diafragma letaknya mendatar sehingga jantung seolah tergantung (cor
pendulum). Sebaliknya pada orang yang gemuk dan pendek (piknikus); letak
jantung lebih mendatar dengan ukuran melintang yang lebih besar disertai
diafragma yang letaknya lebih tinggi.
Bentuk dinding toraks seperti pectus excavatum/ pigeon chest, pectus
carinatum, kelainan pada kelengkungan vertebra seperti skoliosis, kifosis atau
hiperlordosis dapat mempengaruhi bentuk dan letak jantung.

3. Kelainan paru
Kelainan luas pada paru dapat mempengaruhi bentuk dan letak jantung.
Fibrosis atau atelektasis dapat menarik jantung, sedangkan efusi pleura dan
pneumotorak dapat mendorong jantung.

Radioanatomi toraks proyeksi PA/ AP


- Trakea dan brous kanan kiri terlihat sebagai lesi lusen (hitam) yang superposisi
dengan vertebra

Gambar 6. Trakea dan bronkus utama terlihat lusen.

- Hillus terdiri dari arteri, vena, bronkus dan limfe

Gambar 7. Hillus paru pada foto toraks PA dan lateral.


- Sudut yang dibentuk oleh diafragma dengan iga disebut degan sinus
kostofrenikus. Sinus kostofrenikus normal berbentuk lancip.
- Sudut yang dibentuk oleh diafragma dengan bayangan jantung disebut sinus
kardiofrenikus.
- Diafragma terlihat sebagai kubah di bawah jantung dan paru. Perbedaan tinggi
kedua diafragma yang normal adalah 1-1,5 cm. Tinggi kubah diafragma tidak boleh
kurang dari 1,5 cm. Jika kurang dari 1,5 cm maka diafragma dikatakan mendatar.

Gambar 8. Diafragma pada foto toraks PA. Cara menilai tinggi


kubah diafragma.

- Batas jantung di kanan bawah dibentuk oleh atrium kanan. Atrium kanan
bersambung dengan mediastinum superior yang dibentuk oleh v. cava superior.
- Batas jantung disisi kiri atas dibentuk oleh arkus aorta yang menonjol di sebelah
kiri kolumna vertebralis. Di bawah arkus aorta ini batas jantung melengkung ke
dalam (konkaf) yang disebut pinggang jantung.
- Pada pinggang jantung ini, terdapat penonjolan dari arteria pulmonalis.
- Di bawah penonjolan a. Pulmonalis terdapat aurikel atrium kiri (left atrial
appendage).
- Batas kiri bawah jantung dibentuk oleh ventrikel kiri yang merupakan lengkungan
konveks ke bawah sampai ke sinus kardiofrenikus kiri. Puncak lengkungan dari
ventrikel kiri itu disebut sebagai apex jantung.
- Aorta desendens tampak samar-samar sebagai garis lurus yang letaknya para-
vertebral kiri dari arkus sampai diafragma.

Gambar 9. Radioanatomi foto toraks PA

- Apeks paru terletak di atas bayangan os clavikula.


- Lapangan atas paru berada di atas iga 2 anterior, lapangan tengah berada antara iga
2-4 anterior dan lapangan bawah berada di bawah iga 4 anterior.

Radioanatomi toraks proyeksi lateral


- Di belakang sternum, batas depan jantung dibentuk oleh ventrikel kanan yang
merupakan lengkungan dari sudut diafragma depan ke arah kranial. Kebelakang,
lengkungan ini menjadi lengkungan aorta.
- Bagian belakang batas jantung dibentuk oleh atrium kiri. Atrium kiri ini menempati
sepertiga tengah dari seluruh batas jantung sisi belakang. Dibawah atrium kiri
terdapat ventrikel kiri yang merupakan batas belakang bawah jantung.
- Batas belakang jantung mulai dari atrium kiri sampai ventrikel kiri berada di depan
kolumna vertebralis. Ruangan di belakang ventrikel kiri disebut ruang belakang
jantung (retrocardiac space) yang radiolusen karena adanya paru-paru.
- Aorta desendens letaknya berhimpit dengan kolumna vertebralis.

Gambar 10. Radioanatomi foto toraks Lateral kiri

Paru kanan terdiri dari 3 lobus yaitu :


- Lobus superior kanan (right upper lobe/ RUL)
- Lobus media kanan (right middle lobe/ RML)
- Lobus inferior kanan (right lower lobe/ RLL)

Paru kiri terdiri dari 2 lobus


- Lobus superior kiri (Left upper lobe/ LUL) dan lingula
- Lobus inferior kiri (Left lower lobe/ LLL)

Gambar 11. Radioanatomi lobus paru kanan radiografi toraks PA dan


lateral
Gambar 12. Radioanatomi lobus paru kiri radiografi toraks PA
dan lateral

Mediastinum terdiri dari :


- Mediastinum superior (dari aperture toracis sampai arcus aorta)
- Mediastnum anterior (daerah antara sternum dengan pericardiumsisi anterior)
- Mediastinum media (jantung)
- Mediastinum posterior (pericardium sisi posterior sampai vertebra)
Gambar 13. Radiografi toraks lateral. Mediastinum.

Cara pengukuran Cardio Thoracic Ratio (CTR)


- Ditarik garis M yang berjalan di tengah-tengah kolumna vertebralis torakalis.
- Garis A adalah jarak antara M dengan batas jantung sisi kanan yang terjatuh.
- Garis B adalah jarak antara M dengan batas kiri jantung yang terjatuh.
- Garis transversal C ditarik dari dinding toraks sisi kanan ke dinding toraks sisi kiri.
Garis ini melalui sinus kardiofrenikus kanan. Bila sinus-sinus kardiofrenikus ini
tidak sama tingginya, maka garis C ditarik melalui pertengahan antara kedua sinus
itu. Ada pula yang menarik garis C ini dari sinus kostofrenikus kanan ke sinus
kostofrenikus kiri. Perbedaan kedua cara ini tidak begitu besar, sehingga dapat
dipakai semuanya.
Gambar 14. Cara pengukuran CTR

Rumus :

Pada radiografi toraks PA dewasa dengan bentuk tubuh yang normal, CTR kurang
dari 50%.
Pada umumnya jantung mempunyai batas radio-anatomis sebagai berikut :
- Batas kanan jantung letaknya para-sternal, Bila kita memakai garis A, maka garis
A ini panjangnya tidak lebih dari 1/3 garis dari M ke dinding toraks kanan.
- Batas jantung sisi kiri terletak di garis pertengahan klavikula (mid-clavicular line).
- Batas dari arkus aorta, yaitu batas teratas dari jantung, letaknya 1-2 cm di bawah
tepi manubrium sterni.

2
ABSES PARU

1. Definisi
Abses paru adalah infeksi dekstruktif berupa lesi nekrotik pada jaringan paru yang
terlokalisir sehingga membentuk kavitas yang berisi nanah (pus) dalam parenkim
paru pada satu lobus atau lebih.(2) Kavitas ini berisi material purulen sel radang
akibat proses nekrotik parenkim paru oleh proses terinfeksi. Bila diameter kavitas
< 2 cm dan jumlahnya banyak (multiple small abscesses) dinamakan necrotizing
pneumonia.(3)

2. Patofisiologi
Proses terjadinya abses paru dapat diuraikan sebagai berikut(10):
a. Merupakan proses lanjut pneumonia inhalasi bakteria pada penderita dengan
faktor predisposisi. Bakteri mengadakan multiplikasi dan merusak parenkim
paru dengan proses nekrosis. Bila berhubungan dengan bronkus, maka
terbentuklah air-fluid level bakteria masuk kedalam parenkim paru selain
inhalasi bisa juga dengan penyebaran hematogen (septik emboli) atau
dengan perluasan langsung dari proses abses ditempat lain (nesisitatum)
misalnya abses hepar.
b. Kavitas yang mengalami infeksi. Pada beberapa penderita tuberkulosis
dengan kavitas, akibat inhalasi bakteri mengalami proses keradangan
supurasi. Pada penderita empisema paru atau polikistik paru yang
mengalami infeksi sekunder.
c. Obstruksi bronkus dapat menyebabkan pneumonia berlanjut sampai proses
abses paru. Hal ini sering terjadi pada obstruksi karena kanker bronkogenik.
Gejala yang sama juga terlihat pada aspirasi benda asing yang belum keluar.
Kadang-kadang dijumpai juga pada obstruksi karena pembesaran kelenjar
limfe peribronkial.
d. Pembentukan kavitas pada kanker paru.
Pertumbuhan massa kanker bronkogenik yang cepat tidak diimbangi
peningkatan suplai pembuluh darah, sehingga terjadi likuifikasi nekrosis
sentral. Bila terjadi infeksi dapat terbentuk abses.
Proses patogenesis abses paru secara ringkas digambarkan dalam bagan berikut (1):

Aspirasi berulang, M.O Terjebak di sal nafas bawah, proses lanjut pneumonia

inhalasi bakteria

Faktor
Predisposisi

Bakteri mengadakan multiplikasi dan


merusak parenkim paru

Dilepasnya zat pirogen oleh Proses Ujung saraf


Peradangan leukosit pada jaringan yang meradang paru tertekan

Dikelilingi jar. Granulasi


Panas
Gangguan rasa
nyaman: Nyeri

Gangguan Rasa Nyaman: Proses nekrosis


Hiperthermi

DifusiVentilasi -
Produksi Sputum berlebih Kurang Informasi
terganggu

Kelemahan Kadar O2 Reflek batuk


Fisik Turun

Intoleransi Gangguan Bersihan Jalan Kurang


Aktifitas Pertukaran Gas Nafas Pengetahuan
3. Pemeriksaan Radiologik

Foto dada PA dan lateral sangat membantu untuk melihat lokasi lesi dan bentuk
abses paru. Pada hari-hari pertama penyakit, foto dada hanya menggambarkan gambaran
opak dari satu ataupun lebih segmen paru, atau hanya berupa gambaran densitas homogen
yang berbentuk bulat. Kemudian akan ditemukan gambaran radiolusen dalam bayangan
infiltrat yang padat.(10)
Selanjutnya bila abses tersebut mengalami ruptur sehingga terjadi drainase abses
yang tidak sempurna ke dalam bronkus, maka akan tampak kavitas irregular dengan

batas cairan dan permukaan udara (air-fluid level) di dalamnya. Kavitas ini berukuran φ

2 – 20 cm.(11) Gambaran spesifik ini tampak dengan mudah bila kita melakukan foto dada
PA dengan posisi berdiri. Khas pada paru anaerobik kavitasnya singel (soliter) yang
biasanya ditemukan pada infeksi paru primer, sedangkan abses paru sekunder (aerobik,
nosokomial atau hematogen)
lesinya bisa multipel.(2)

Posisi Posterior-Anterior (PA) :


Terdapat area berbatas tegas transparan di lobus kiri atas (panah putih).
Kavitas diisi oleh cairan dan udara (air-fluid level) (panah hitam).
Posisi Lateral : Kavitas terlihat di lobus kiri atas dengan udara dan cairan didalamnya (panah
putih).

Kasus pada abses paru(13)

Seorang pasien 54 tahun dengan batuk berdahak yang berbau busuk. Tampak abses paru
pada lobus kiri bawah di segmen superior.
Seorang pria, 42 tahun dengan demam dan batuk berdahak yang berbau busuk. Os
memiliki riwayat penggunaan alcohol berat, infeksi gigi didapati pada pemeriksaan fisik.
Foto toraks menunjukkan adanya abses paru di segmen posterior obus kanan atas.

Gambaran radiografi dari seorang pasien dengan batuk berdahak yang berbau busuk.
Tampak gambaran diagnosis abses paru yang anaerobic.
Daftar Pustaka

1. Alsagaff,H., dkk. 2006. Abses Paru dalam Dasar-dasar Ilmu Penyakit


Paru: Airlangga University Press, Surabaya. Halaman 136-140.
2. Rasyid, A., 2006. Abses Paru. Dalam : Sudoyo, dkk. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Pusat Penerbitan Departemen IPD FK-UI, Jakarta.
Halaman 1052-1055.
3. Kamangar, dkk. 2009. Lung Abscess. Emedicine. Available from
http://emedicine.medscape.com/article/299425-overview [Accessed on 19
Februari 2011]
4. Garry,dkk. 1993. Lung Abscess in a Lange Clinical Manual : Internal
Medicina : Diagnosis and Therapy 3rd ; Oklahoma. 119 – 120.
5. Juhl, John., dkk. Essentials of Radiologic Imaging. Mexico. Halaman
755757.
6. Rasad, S., 2005. Radiologi Diagnostik Edisi Kedua: Fakultas Kedokteran
UI, Jakarta. Halaman 101-103.
7. Bouhemad B, Zhang M, Lu Q, Rouby JJ. 2007. Clinical review: Bedside
lung ultrasound in critical care practice. Crit Care. 11(1). Halaman 205
Cohen, M.D., Eigen, H., 2005. Magnetic resonanc
TUMOR PARU

1. DEFINISI
Tumor-tumor bisa menjadi jinak atau ganas. Kanker adalah tumor yang
dipertimbangkan sebagai ganas. Tumor-tumor jinak biasanya dapat diangkat
dan tidak menyebar ke bagian-bagian lain tubuh. Tumor-tumor ganas, akan
tumbuh secara agresif dan menyerang jaringan-jaringan lain dari tubuh.
Masuknya sel-sel tumor kedalam aliran darah atau sistim limfatik
menyebabkan menyebarnya tumor ke tempat-tempat lain di tubuh. Proses
penyebaran ini disebut metastasis, area-area pertumbuhan tumor pada tempat-
tempat yang berjarak jauh disebut metastases. Karena kanker paru-paru
cenderung untuk metastase, maka tidak aneh bila kanker paru merupakan
kanker yang sangat mengancam nyawa dan merupakan satu dari kanker-
kanker yang paling sulit dirawat. Kelenjar adrenal, hati, otak, dan tulang adalah
tempat-tempat yang paling sering menjadi tempat metastase untuk kanker
paru.3

2. PATOFISIOLOGI
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus
menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan
karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan
metaplasia, hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan
oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura,
biasanya akan timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada
kosta dan korpus vertebra.8
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus
yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan
diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat
berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin. Wheezing
unilateral dapat terdengar pada auskultasi.8
Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan
adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase
ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus,
pericardium, otak, tulang rangka.8

3. GAMBARAN RADIOLOGI
Untuk kanker paru pada pemeriksaan foto toraks PA/lateral
akan dapat dilihat bila masa tumor dengan ukuran tumor lebih dari
1 cm. Tanda yang mendukung keganasan adalah tepi yang
ireguler, disertai identasi pleura, tumor satelit. Pada foto, tumor
juga dapat ditemukan telah invasi ke dinding dada, efusi pleura,
efusi perikard dan metastasis intrapulmoner.2
- Gambaran radiologis Small Cell Lung Carcinoma (SCLC)

Tampak gambaran opasitas pada paru bagian kiri atas. Juga tampak gambaran nodul
pada paru kanan bagian bawah yang diduga deposit metastasis. Peningkatan opasitas
pada paratracheal paru kanan yang mengindikasikan limfadenopathy. Efusi pleura
yang minimal dengan blunting sudut costiphrenicus.
Tampak peningkatan opasitas pada hilus dan region peretracheal kanan dengan
penebalan garis paratracheal kanan. Pengurangan volume juga terlihat pada lobus
bawah paru kanan. SCLC sering muncul sebagai massa pada hilus atau mediastinal.
- Gambaran radiologis Non Small Cell Lung Carcinoma
Tampak gambaran efusi pleura dan berkurangnya volume sekunder
dari NSCLC pada lobus basal paru kiri. Pemeriksaan pada cairan
efusi pleura didapatkan hasil maligna dan lesi tidak dapat dioperasi

NSCLC, kolaps pada puncak paru kiri yang hampir selalu disebabkan
oleh carcinoma endobronchial brokhogenik.

NSCLC, kolaps penuh pada paru kiri sekunder dari carcinoma bronkhogenik
pada bronkus utama kiri.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kalantari Farhad, Sarami Abdollah, Shahba Nariman, Marashi seyed Kamal,
Reza Shafiezadeh. Prevalence of cancers in the National Oil Company
employees referred to Ahwaz health and industrial medicine in 5 years
(Ministry of oil). Life Science Journal. 2011;8(4):698-700] (ISSN:1097-8135).
2. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003. Kanker Paru Pedoman Diagnosis
dan Penatalaksanaan Di Indonesia. Jakarta
3. Landis SH, Mliiray T, Bolden S, Wingo PA. Cancer 1998. Ca Cancer J Clin
1998; 48:6-29.
4. Baron DN. Kapita Selekta Patologi Klinik, EGC, Jakarta, 1995: 227
5. Stover DE. Women, smoking and lung cancer. Chest 1998; 113:1-2.
6. Scottish Intercollegiate Guidelines network. Management of patients with lung
cancer. A national clinical guidelines. SIGN, Eidenburg, 2005.

Anda mungkin juga menyukai