Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemilihan model pembelajaran yang tepat akan membawa siswa belajar

sesuai dengan cara-gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat

dicapai dengan optimal ada berbagai model pembelajaran. Dalam prakteknya,

pengajar harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat

untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model

pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi

bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri. Jenis –

jenis model belajar cukup banyak, menurut Erman Suherman ada 65, juga

model pembelajaran berkaitan dengan mata kuliah atau mata pelajaran, contoh

ada model pembelajaran fisika, model pembelajaran mataematika, model

pembelajaran geografi, model pembelajaran bahasa Indonesia dan lain-lain.

Penggunaan model pembelajaran juga dipengaruhi oleh filsafat pendidikan,

misalnya model pembelajaran yang sesuai dengan filsafat konstruktivisme,

model pembelajaran yang sesuai dengan filsafat progesivisme, dan lain-lain.

Selain itu model pembelajaran juga bergantung dari pemakaian teknologi

dalam pendidikan, misalnya penggunaan computer.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Model Pembelajaran?

2. Apa yang dimaksud dengan pendekatan pembeljaran?

1
3. Apa yang dimaksud dengan metode pembelajaran?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui model pembelajaran.

2. Untuk mengetahui pendekatan pembelajaran.

3. Untuk mengetahui metode pembelajaran

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Model pembelajaran

1. Definisi Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan

untuk membuat kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang

bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang

lain (Joyce dan Well, 1980: 1). Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan,

artinya para guru memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk

mencapai tujuan pendidikannya.

Model pembelajaran bisa juga diartikan sebagai seluruh rangkaian penyajian

materi yang meliputi segala aspek sebelum, sedang dan sesudah pembelajaran

yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara

langsung atau tidak langsung dalam proses belajar mengajar. Model pembelajan

sendiri memiliki makna yang lebih luas dari pada strategi, metode atau sekedar

prosedur pembelajaran.

Model pembelajaran yang baik dan tepat adalah model pembelajaran yang

diterapkan pada pembelajaran bahan kajian atau pokok bahasan atau sub pokok

bahasan tertentu dengan menggunakan waktu dan dana yang tak begitu banyak

serta mendapatkan siswa mendapatkan hasil yang maksimal.

3
2. Ciri-ciri model pembelajaran

Model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu.

Sebagai contoh, model penelitian kelompok disusun oleh herberth thelen

dan berdasarkan teori Joh Dewey. Model ini dirancang untuk melatih

partisipasi dalam kelompok secara demokratis

2) Mempunyai misi atua tujuan pendidikan tertentu, misalnya model berpikir

induktiv dirancang untuk mengembankan proses berpikir induktif

3) Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di

kelas, misalnya model synectik dirancang untuk memperbaiki kreatifitas

dalam pembelajaran mengarang.

4) Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan (1) urutan langkah-

langkah pembelajaran (sintax) (2) adanya prinsip-prinsip reaksi (3) system

social )4) system pendukung, keempat bagian tersebut merupakan

pedoman praktis bila guru akan melaksanakan suatu model pembelajaran.

5) Memiliki dampak sebagai akibat terapan modle pembelajaran. Dampak

tersebut meliputi (dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat

diukur, (2) dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka panjang

6) Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman

model pembelajaran yang dipilihnya.

3. Macam-macam model pembelajaran

1) Model pembelajaran Kontekstual (Contextual teaching and learning).

4
Pembelajaran kontekstual adalah usaha untuk membuat siswa aktif dalam

memompa kemampuan diri tanpa merugi dari segi manfaat, sebab siswa

berusaha mempelajari konsep sekaligus menerapkan dan mengaitkannya

dengan dunia nyata. Pandangan konsep ini ialah pengetahuan sebagai fakta

untuk di hapal.

2) Model pembelajaran kooperatif

Model pembelajaran kooperatif adalah teori kontruktivisme yang artinya

suatu pendekatan dimana siswa harus secara individual menemukan dan

mentransformasikan informasi yang kompleks, memeriksa informasi dengan

aturan yang ada dan merevisinya bila perlu.pembelajaran kooperatif

mengalakkan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok.

3) Model pembelajaran berbasis masalah (PBM)

Pembelajaran merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBM

kemampuan berpikir siswa betul-betul di optimalkan melalui proses kerja

kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan,

mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara

berkesinambungan.

4) Model pembelajaran tematik

Model pembelajaran tematik merupakan salah satu model implementasi

kurikulum yang dianjurkan pada tingkat satuan pendidikan sekolah dasar.

Model pembelajaran tematik pada hakikatnya merupakan suatu sistem

5
pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individual maupun

kelompok aktif mencari, menggali, mnegeksplorasi dan menemukan konsep

serta prinsip-prinsip secara holistik, autentik, dan berkesinambungan.

5) Model pembelajaran berbasis computer

Model pembelajaran berbasis komputer merupakan salah satu model

pembelajaran yang menerapkan teknologi informasi dan komunikasi yang

telah berkembang seiring dengan globalisasi sehingga interaksi dan

penyampaian informasi akan berlangsung dengan cepat, dalam model

pembelajaran ini orang-orang dari berbagai negara dapat saling bertukar

informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga proses pembelajaran

dapat semakin lebih cepat.

6) Model PAKEM (partisipatif, aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan

PAKEM berasal dari konsep bahwa pembelajaran harus berpusat pada

anak (student-centered learning) dan pembelajaran harus bersifat

menyenangkan (learning is fun) agar mereka termotivasi untuk terus belajar

sendiri tanpa di perintah dan agar mereka tidak merasa terbebani atau takut

7) Model pembelajaran berbasis WEB (E-LEARNING)

Model pembelajaran berbasis WEB (E-LEARNING/Electronic Learning)

dapat didefenisikan sebagai aplikasi teknologi web dalam dunia pembelajaran

untuk sebuah proses pendidikan. Secara sederhana dapat di katakan bahwa

semua pembelajaran dilakukan dengan memanfaatkan teknologi internet dan

6
selama proses belajar di rasakan terjadi oleh yang mengikutinya, maka

kegiatan itu dapat disebut sebagai pembelajaran berbasis web.

8) Model pembelajaran mandiri

Ciri utama suatu proses pembelajaran mandiri ialah adanya kesempatan

yang di berikan kepada peserta didik untuk ikut menentukan tujuan, sumber

dan evaluasi belajarnya.

B. Pendekatan Pembelajaran

1. Definisi pendekatan pembelajaran

Pendekatan juga dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita

terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan

tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Roy Kellen

mencatat bahwa terdapat dua pendekatan dalam pembelajaran , yaitu pendekatan

yang berpusat pada guru dan pendekatan yang berseifat pada siswa. Pendekatan

yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung, pendekatan

deduktif, pendekatan ekspositori. Sedangkan pendekatan pembelajaran yang

berpusat pada siswa menurunkan strategi pembeljaran inquiri dan discoveri sert

pembelajaran induktif.

Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita

terhadapproses pembeljaran (Sanjaya, 2008:127). Istilah pendekatan merujuk

pada pandangan tenang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum.

Berdasakan kajian terhadap pendapat ini, maka pendekatan merupakan langkah

7
awal pembentukan suatu ide dalam memandang suatu masalah dalam objek

kajian. Pendekatan ini akan menentukan arah pelaksanaan ide tersebut untuk

menggambarkan perlakuan yang diterapkan terhadap masalah atau objek kajian

yang akan ditangani.

2. Macam-macam Pendekatan

a. Pendekatan Individual

Pendekatan individual mempunyai arti yang sangat penting bagi kepentingan

pengajaran. Pengelolaan kelas sangat memerlukan pendekatan individual ini.

Pemilihan metode tidak bisa begitu saja mengabaikan kegunaan pendekatan

individual, sehingga guru dalam melaksanakan tugasnya selalu saja melakukan

pendekatan individual terhadap anak didik di kelas. Persoalan kesulitan belajar

anak lebih mudah dipecahkan lebih mudah dipecahkan dengan menggunakan

pendekatan individual, walaupun suatu saat pendekatan kelompok diperlukan.

b. Pendekatan Kelompok

Dalam kegiatan belajar mengajar terkadang ada juga guru yang menggunakan

pendekatan lain, yakni pendekatan kelompok. Pendekatan kelompok memang

suatu waktu diperlukan dan perlu digunakan untuk membina dan mengembangkan

sikap sosial anak didik. Hal ini disadari bahwa anak didik adalah sejenis makhluk

homo socius, yakni makhluk yang berkecenderungan untuk hidup bersama.

Dengan pendekatan kelompok, diharapkan dapat ditumbuhkembangkan rasa

sosial yang tinggi pada diri mereka masing-masing, sehingga terbina sikap ini

pada hal-hal yang baik saja. Mereka sadar bahwa hidup ini saling ketergantungan,

8
seperti ekosistem dalam mata rantai kehidupan semua makhluk hidup di dunia.

Tidak ada makhluk hidup yang terus menerus berdiri sendiri tanpa keterlibatan

makhluk lain, langsung atau tidak langsung, disadari atau tidak, makhluk lain itu

ikut ambil bagian dalam kehidupan makhluk tertentu.

Anak didik dibiasakan hidup bersama , bekerja sama dalam kelompok, akan

menyadari bahwa dirinya ada kekurangan dan kelebihan. Yang mempunyai

kelebihan dengan ikhlas mau membantu mereka yang mempunyai kekurangan.

Sebaliknya mereka yang mempunyai kekurangan dengan rela hati mau belajar

dari mereka yang mempunyai kelebihan, tanpa ada rasa minder. Persaingan yang

positif pun terjadi di kelas dalam rangka untuk mencapai prestasi belajar yang

optimal. Inilah yang diharapkan, yakni anak didik yang aktif, kreatif, dan amndiri.

Ketika guru ingin menggunakan pendekatan kelompok, maka guru harus

sudah mempertimbangkan bahwa hal itu tidak bertentangan dengan tujuan,

fasilitas belajar pendukung, metode yang akan dipakai sudah dikuasai, dan bahan

yang akan diberikan kepada anak didik memang cocok didekati dengan

pendekatan kelompok. Karena itu, pendekatan keompok tidak bisa dilakukan

secara sembarangan, tetapi harus mempertimbangkan hal-hal lain yang ikut

mempengaruhi penggunaannya.

c. Pendekatan Kognitif

Istilah “kognitif” berasal dari kata cognition yang artinya sama dengan kata

“knowing” yang berarti mengetahui. Dalam perkembangan selanjutnya, istilah

kognitif menjadi sangat populer sebagai salah satu dominan atau wilayah

9
psikologis manusia yang berhubungan dengan pemahaman , pertimbangan,

pengelolaan informasi dan keyakinan. Ranah kejiwaan yang berpusat di otak ini

juga berhubungan dengan kehendak dan perasaan yang bertalian dengan ranah

rasa.

 Kognitif = intelek (Chaplin, 1981)

 Kognitif adalah proses berfikir seseorang untuk memahami dirinya sendiri

dan orang lain

 Kognitif = intelegebnsi =kecerdasan, (Jean Piaget) yaitu seluruh

kemampuan berfikir dan bertindak secara adaptif termasuk kemampuan

mental yang kompleks seperti berfikir, mempertimbangkan, menganalisis,

mensintesis, mengevaluasi, menyelesaikan masalah.

 Merupakan cara individu untuk menganalisa, mengingat dan

menggunakan informasi mengenal kejadian atau peristiwa-peristiwa sosial

(Dyne & Baron 2000).

Menurut para ahli psikologi kognitif, pendayagunaan kapasitas ranah kognitif

manusia sudah mulai berjalan sejak manusia itu mendayagunakan kapasitas motor

sensorinya.

a) Teori Pendekatan Kognitif

Teori psikologi kognitif adalah bagian terpenting dari sains kognitif yang telah

memberi konstribusi yang sangat berarti dalam perkembangan psikologi

pendidikan. Pendekatan psikologi kognitif lebih menekankan arti penting proses

internal, mental manusia. Dalam pandangan ahli kognitif, tingkah laku manusia

10
yang tampak tidak dapat diukur tanpa dan diterangkan melibatkan proses mental,

seperti motivasi, keyakinan, dan sebagainya.

Belajar pada dasarnya adalah peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral

(yang bersifat jasmaniah) meskipun hal-hal yang bersiafat behavioral tampak

lebih nyata dalam hampir semua aktivitas belajar siswa. Secara lahiriah, seorang

anak yang sedang belajar membaca dan menulis, tentu menggunakan perangkat

jasmaniah (dalam hal ini mulut dan tangan) untuk mengucapkan kata dan

menggoreskan pena. Akan tetapi perilaku mengucapkan kata dan menggoreskan

pena yang dilakukan tersebut bukan semata-mata respon stimulus yang ada,

melainkan yang lebih penting karena dorongan mental yang diatur oleh otak.

d. Pendekatan Pembelajaran Konstruktivisme

Konstruktivisme merupakan pandangan filsafat yang dikemukakan oleh

Giambatista Vico (1710). Viko adalah seorang sejarawan yang berkebangsaan

Italia yang mengungkapakn filsafatnya dengan menyatakan bahwa, “Tuhan adalah

pencipta alam dan manusia adalah tuan dari ciptaan.” Vico selanjutnya

menjelaskan bahwa “mengetahui”berarti “mengetahui bagaimana membuat

sesuatu” (Suparno, 1997: 24). Ini berarti bahwa seorang baru mengetahui sesuatu

jika ia dapat menjelaskan unsur-unsur apa yang membangun sesuatu itu.

Selain Vico, ahli yang dapat dikategorikan memiliki aliran konstruktif adalah

Jean Piaget. Menurut Jean Piaget (1971) pengetahuan itu akan akan bermakna bila

dicari dan ditemukan sendiri oleh peserta didik bukan hasil pemberitahuan orang

lain, termasuk guru. Selanjutnya, Piaget dalam Sanjaya (2007: 194) menyatakan

11
bahwa setiap individu berusaha dan mampu mengembangkan pengetahuannya

sendiri melalui skema yang ada dalam struktur kognitifnya.

Karli (2003: 2) menyatakan konstruktivisme adalah salah satu pandangan

tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar

(perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik kognitif yang hanya

dapat diatasi melalui pengetahuan diri dan pada akhir proses belajar pengetahuan

akan dibangun oleh anak melalui pengalamannya dari dari hasil interaksi dengan

lingkungannya.

1) Ciri-ciri pembelajaran Konstruktivisme

Model pembelajaran dapat dikategorikan pada pendekatan pembelajaran

konstruktivisme apabila memiliki criteria sebagai berikut

1. Pengetahuan dibangun berdasarkan pengalaman atau pengetahuan yang

telah ada sebelumnya

2. Belajar adalah merupakan penafsiran personal tentang dunia

3. Belajar merupakan proses yang aktif dimana makna dikembangkan

berdasarkan pengalaman

4. Pengetahuan tumbuh karena adanya perundingan (negosiasi) makna

melaluai berbagai informasi atau menyepakati suatu pandangan dalam

berinteraksi atau bekerja sama dengan orang lain

12
5. Belajar harus disituasikan dalam latar (setting) yang realistik, penilaian

harus berintegrasi dengan dan bukan merupakan kegiatan yang terpisah.

Adapun menurut Siroj (http:// www.depdiknas.go.id/jurnal/43) ciri-ciri

pembelajaran yang konstruktivis adalah meliputi:

1) Menyediakan pengalaman belajar dengan mengaitkan pengetahuan yang

telah dimiliki siswa sedemikian rupa sehingga belajar melalui proses

pembentukan pengatahuan.

2) Menyediakan berbagai alternatife pengalaman belajar, tidak semua

mengerjakan tugas yang sama, misalnya suatu masalah dapat diselesaikan

dengan berbagai cara.

3) Mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi yang realistik dan relevan

dengan melibatkan pengalaman konkret, misalnya untuk memahami suatu

konsep melalui kenyataan kehidupan sehari-hari.

4) Mengintegrasikan pembelajran sehingga memungkinkan terjadinya

transmisi sosial yaitu terjadinya interaksi dan kerja sama seseorang dengan

orang lain atau dengan lingkungannya, misalnya interaksi dan kerjasama

antar siswa, guru, dan siswa-siswa.

5) Memanfaatkan berbagai media termasuk komunikasi lisan dan tertulis

sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif

6) Melibatkan siswa secara emosional dan sosial sehingga menjadi menarik

dan siswa mau belajar.

13
e. Pendekatan Humanistik

Menurut pendekatan humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan

manusia, proses belajar dianggap berhasil jika peserta didik (siswa) memahami

lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha

agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya.

Pendekatan belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang

pelakunya (peserta didik, siswa) bukan dari sudut pandang orang lainnya

(pengamatnya).

Dalam pendekatan ini, tujuan utama para pendidik adalah membantu siswa

untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk

mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam

mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Para ahli humanistic

melihat adanya dua bagian pada proses belajar yaitu:

a. Proses pemerolehan informasi baru,

b. Personalia informasi ini pada individu

Tokoh penting dalam pendekatan belajar humanistik antara lain adalah: Arthur

W. Combs, Abraham Maslow dan Carl Rogers.

1. Arthur Combs (1912-1999)

Bersama dengan Donald Snyg (1904-1967) mereka mencurahkan banyak

perhatian pada dunia pendidikan. Meaning (makna atau arti) adalah konsep dasar

yang sering digunakan. Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru

14
tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan

kehidupan mereka. Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena bodoh

tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan

penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain

hanyalah ketidak mampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan

memberikan kepuasan baginya.

2. Maslow

Teori Maslow didasarkan pada dua asumsi bahwa didalam diri individual ada

dua hal:

a. Suatu usaha yang positif untuk berkembang

b. Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu

Maslow mengemukakan bahwa bahwa undividu berprilaku dalam uapaya

untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada dirimasing-masing orang

mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha untuk

berkembang, takut untuk mrngambil kesempatan, takut membahayakan apa yang

sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki

dorongan untuk lebih maju kearah yang keutuhan, keunikan diri, kea rah

fungsinya semua kemampuan kea rah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan

pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri (self).

3. Carl Rogers

15
Carl Rogers lahir 8 januari 1902 di Oak Park, IIIinois Chicago, sebagai anak

keempat dari enam bersaudara, semula Rogers menekuni bidang agama terapi

akhirnya pindah kebidang psikologi klinis di Universitas Colombia dan mendapat

gelar Ph.D padatahu 1931, sebelumnya ia telah merintis kerja di klinis di

Rochester Society untuk mencegah kekerasan pada anak.

Gelar professor diterima di Ohio State pada tahun1960. Tahun 1942, ia

menulis buku pertamanya, Counseling and psychotherapy dan secara bertahap

mengembangkan konsep Client- Centerd Therapy. Rogers membedakan dua tipe

belajar, yaitu:

a. Kognitif (kebermaknaan): dan

b. Eksperiental (pengalaman atau signifikan)

Guru menghubungkan pengetahuan akademik ke dalam pengetahuan terpakai

seperti mempelajari mesin dengan tujuan untuk memperbaiki mobil.

Eksperimential Learning menunjuk pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan

siswa. Kualitas belajar eksperimential learning mencakup: keterlibatan siswa

secara personal, berinisiatif, evaluasi oleh siswa sendiri, adanya efek yang

membekas pada siswa.

a. Jenis-Jenis Kontruksivisme

Menurut suparno (1997 : 43) kontruktivisme dapat dibedakan menjadi

kontruktivisme psikologi dan konstruktivisme sosiologi. konstruktivisme

psikologi bertitik tolak dari perkembangan pskologi anak dalam membangun

16
pengetahuannya. Adapun konstruktivisme sosiologis lebih menekankan pada

masyarakat yang membangun pengetahuan konstruktivisme pskologis bercabang

dua, yaitu lebih personal berkembanng atas ide piaget, dan yang lebih sosial

berkembang atas ide Vygotsky, adapun konstruktivisme sosiologis berdiri

sendiri.

f. Pendekatan Kontekstual

Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang menerangkan pada

proses keterlibatan peserta didik untuk menemukan materi yang di pelajari dan

menghubungkan dengan kehidupan nyata (konteks kehidupan sehari-hari, seperti

konteks kehidupan pribadai, sosial, dan budaya) dan menerapkannya dalam

kehidupan sehari-hari. Proses demikian akan mengakrabkan siswa dengan

lingkungannya, baik lingkungan keluarga, masyarakat, maupun dunia kerja.

Pendekatan kontekstual merupakan siswa dalam konteks bermakna yang

menghubungkan pengetehuan awal siswa dengan materi yang sedang dipelajari

dan sekaligus memperhatikan faktor kebutuhan individual siswa dan peran guru.

Contextual Learning (CTL) adalah sebuah sistem yang merangsang otak untuk

menyusun pola-pola yang mewujudkan makna. CTL adalah suatu sistem

pengajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan makna dengan

menghubungkan muatan akademik dengan kehidupan sehari-hari siswa (johnson,

2006: 65).

1) Karaktristik Pembelajaran berdasarkan pendekatan kontekstual

17
Pendekatan kontekstual merupakan pendekatan pembelajaran yang penting

untuk dikuasai oleh guru. Terhadap beberapa karakteristik dalam pendekatan

kontekstual dalam pembelajaran menueut Aqib (2013) yaitu

a. Kerjasama

b. Saling Menunjang

c. Menyenangkan, tidak membosankan

d. Belajar dengan bergairah

e. Pembelajaran terintegrasi

f. Mengunakan berbagai sumber

g. Siswa aktif

h. Sharing dengan teman

i. Siswa kritis guru kretif

j. Dinding deng lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar,

artikel, humor, dan lain-lain

k. Laporan kepada orang tua bukan hanya rapot tetapi hasil karya siswa,

laporan hasil praktikum, karangan siswa, dan lain-lain

Karakteristik pendekatan kontekstul akan mencapai kerja sama dan sharing

antara siswa agar dapat saling menunjang dalam pembelajarn, siswa aktif, senang

dan bergairah dalam belajar, pembelajar terintegrasi dengan mata pelajaran lain,

dengan kebebasan berpendapat membuat siswa kritis, dan suasana kelas menjadi

indah dan membuat siswa nyaman untuk belajar sehingga pendekatan ini sangat

cocok dalam membangun pembelajaran bagi anak usia dini yang sesuai dengan

perkembangan anak. Pendekatan ini tidak mengubah tatanan sekolah dan

18
kurikulum, sedikit penyesuasian memang diperlukan dalam memfasilitasi anak

usia dengan komponen CTL dan filsofi Flobel, anak bermain sambil belajar.

Setting kelas mungkin diperlukan agar dapat mendukung penyelenggaraan

pendidikan bebasisi CTL dikelas secara optimal.

2) Langka-langka Pendekatan Kontekstual

Sebelum melaksanakan pembelajarn, tentu saja terlebih dahulu guru harus

membuat skenario pembelajaran sebagai pedoman umum dan sekaligus sebagai

alat kontrol dalam pelaksanaannya. Dalam pendekatan kontekstual ada beberapa

langkah yang harus dilalui yang disebut dengan fase, Aqib (2013) menjelaskan

terdapat enam fase dalam pembelajaran antara lain :

 Fase 1

(menyampaikan tujaun dan motivasi siswa), guru mencapai tujuan yang ingin

dicapai dalam pembelajaran dan motivasi siswa.

 Fase 2

(Menyampaikan informasi), guru menyampaikan informasi kepada siswa

dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

 Fase 3

(mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar), guru

menjelaskan kepada siswa bagai mana cara membentuk kelompok belajar dan

membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

 Fase 4

(membimbing kelompok belajar dan bekerja), guru membimbing kelompok

belajar pada saat mengerjakan tugas mereka.

19
 Fase 5

(Evaluasi), guru mengevaluasi tentang materi yang telah dipelajari/meminta

kelompok untuk presentasi hasil kerja.

 Fase 6

(memberikan penghargaan), guru menghargai baik upaya maupun hasil

belajar individu maupun kelompok.

Pendapat lain mengenai langkah-langkah pembelajaran kontekstual juga di

sampaikan trianto (2009) bahwa terdapat tujuan langka yang harus dilaksanakan

oleh guru dalam menerapkan pendekatan pembelajaran ini, sebagai berikut:

1) Mengembangkan pemikiran anak bahwa anak akan belajar lebih

bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan

mengontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

2) Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri semua topik.

3) Mengembangkan sifat ingin tauh siswa dengan bertanya

4) Menciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok),

5) Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran.

6) Melakukan refleksi diakhir pertemuan.

7) Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

g. Pendekatan Bervariasi

Dalam mengajar, guru hanya menggunakan satu metode biasanya sukar

menciptakan suasana kelas yang konduktif dalam waktu relatif lama. Bila terjadi

perubahan suasana kelas, sulit menormalkannya kembali.

20
Permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik biasanya bervariasi, maka

pendekatan yang digunakan pun akan lebih tepat dengan pendekatan bervariasi

pula. Misalnya, anak didik yang tidak disiplin dan anak didik yang tidak disiplin

dan anak didik yang suka berbicara akan berbeda pemecahannya dan

menghendaki pendekatan yang berbeda-beda pula. Demikian juga halnya terhadap

anak didik yang membuat keributan. Guru tidak bisa menggunakan teknik

pemecahan yang sama untuk memecahkan permasalahan yang lain. Kalaupun ada,

itu hanya kasus tertentu.

Pendekatan bervariasi bertolak dari konsepsi bahwa permasalahan yang

dihadapi oleh setiap anak didik dalam belajar bermacam-macam. Kasus yang

biasanya muncul dalam pengajaran dengan berbagai motif, sehingga diperlukan

variasi teknik untuk setiap kasus. Maka kiranya pendekatan bervariasi ini sebagai

alat yang dapat guru gunakan untuk kepentingan pengajaran.

h. Pendekatan Edukatif

Anak didik yang telah melakukan kesalahan, yakni membuat keributan dikelas

ketika guru sedang memberikan pelajaran, misalnya tidak tepat diberikan sanksi

dengan cara memukul badannya hingga luka dan cidera. Ini adalah tindakan

sanksi hokum yang tidak bernilai pendidikan. Guru telah melakukan pendekatan

yang salah. Guru telah menggunakan menggunakan pendekatan yang salah. Guru

telah menggunakan teori power, yakni teori kekuasaan untuk menundukkan

orang lain. Dalam pendidikan, guru akan kurang arif dan bijaksana bila

menggunakan kekuasaan, kerana hal itu pertumbuhan dan perkembangan

21
kepribadian anak didik. Pendekatan yang benar bagi guru adalah dengan

melakukan pendekatan edukatif. Setiap tindakan, sikap, dan perbuatan yang guru

lakukan harus bernilai pendidikan, dengan tujuan untuk mendidik anak didik agar

menghargai norma hokum, norma susila, norma moral, norma sosial, dan norma

agama.

Cukup banyak sikap dan perbuatan yang harus guru lakukan untuk

menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada anak didik. Salah satu contohnya,

misalnya, ketika lonceng tanda masuk kelas telah berbunyi, anak-anak jangan

dibiarkan masuk dulu, tetapi suruhlah mereka berbaris didepan pintu masuk dan

perintahkan ketua kelas untuk mengatur barisan. Semua anak perempuan berbaris

dalam kelompok jenisnya. Jadi barisan dibentuk menjadi dua dengan pandangan

terarah ke pintu masuk. Di sisi pintu masuk guru berdiri sambil mengontrol

bagaimana anak-anak berbaris didepan pintu masuk kelas. Semua anak

dipersilahkan masuk oleh ketua kelas. Mereka pun satu persatu menyalami guru

dan mencium tangan tangan guru sebelum dilepas. Akhirnya, semua anak masuk

dan pelajaran pun dimulai.

Contoh diatas menggembarkan pendekatan edikatif yang telah dilakukan oleh

guru dengan menyuruh anak didik dengan menyuruh anak didik berbaris didepan

pintu masuk. Guru telah meletakkan tujuan untuk membina watak anak didik

dengan pendidikan akhlak yang mulia.

22
i. Pendekatan Keagamaan

Khususnya untuk mata pelajaran umum, sangat berkepentingan dengan

pendekatan keagamaan. Hal ini dimaksudkan agar nilai budaya ilmu itu tidak

sekuler, tetapi menyatu dengan nilai agama. Dengan penerapan perinsip-prinsip

mengajar seperti prinsip korelasi dan sosialisasi, guru dapat menyisipka peasan-

pesan keagamaan untuk semua mata pelajaran umum. Tentu saja guru harus

menguasai ajaran-ajaran agama yang sesuai dengan mata pelajaran yang

dipegang. Persoalannya sekarang terletak, mau atau tidaknya guru mata pelajaran

tersebut mencari dan menggali dalil-dalil dimaksud dan menafsirkannya guna

mendukung pengunaan pendekatan keagaman dalam pendidikan dan pengajaran.

Sarah Faasiin, ayat 34,dan ayat 36, adalah bukti nyata bahwa pelajaran biologi

tidak bisa dipisahkan dari ajaran agama. Surat Yasiin ayat 37, 38,39,dan 40 adalah

dalil-dalil nyata pendukung pendekatan keagamaan dalam mata pelajaran fisika.

Akhirnya, pendekatan agama dapat membantu guru untuk memperkecil

kerdilnya jiwa agama tidak dicemohkan dan dilecehkan, tetapi diyakini, dipahami,

dihayati, dan diamalkan selama hayat siswa dikandung badan.

j. Pendekatan Kebermaknaan

Bahasa adalah alat untuk menyampaikan dan memahami gagasan pikiran,

pendapat, dan perasaan, secara lisan maupun tulisan. Bahasa inggris adalah

bahasa asing pertama di Indonesia yang dianggap penting untuk tujuan

penyerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya, dan

pembinaan hubungan dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Dalam rangka

23
penguasaan bahasa inggris tidak bisa mengabaikan masalah pendekatan yang

harus digunakan dalam proses belajar mengajar. Kegagalan penguasaan dalam

bahasa inggris oleh siswa, salahsatu sebabnya adalah kurang tepatnya pendekatan

yang digunakanoleh guru selain faktor lain sepeti faktor sejarah, fasilitas, dan

lingkungan serta kompetensi guru itu sendiri.

Beberapa konsep penting yang menyadari pendekatan ini diuraikan sebagai

berikut:

1. Bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan makna yang diwujudkan

melalui struktur (tata bahasa dan kosa kata). Dengan demikian, struktur

berperan sebagai alat pengungkapan makna (gagasan, pikiran, pendapat,

dan perasaan).

2. Makna ditentukan oleh lingkup kebahasaan maupun lingkup situasi yang

merupakan konsep dasar dalam pendekatan kebermaknaan pengajaran

bahasa yang natural, didukung oleh pemahaman lintas budaya.

3. Makna dapat diwujudkan melalui kalimat yang berbeda baik secara lisan

maupun tertulis.

4. Belajar bahasa asing adalah belajar berkomunikasi melalui bahasa tersebut

sebagai bahasa sasaran, baik secara lisan maupun secara tertilis

5. Motivasi belajar siswa merupakan faktor utama yang menentukan

keberhasilan belajarnya.

24
6. Bahan pelajaran dan kegiatan pembelajaranmenjadi lebih bermakna bagi

siswa jika berhubungan dengan pengalaman, minat, tata nilai, dan masa

depannya.

7. Dalam proses belajar mengajar siswa merupakan subjek utama, tidak hanya

sebagai objek belaka.

8. Dalam proses belajar mengajar guru berperan sebagai fasilitator yang

membantu siswa mengembangkan keterampilan berbahasanya.

C. Metode Pembelajaran

1. Definisi metode pembelajaran

Zakiyah Daradjat (2008: 1) mendefinisikan metode (method) adalah suatu

cara kerja yang sistematik dan umum, seperti cara kerja ilmu pengetahuan. Ia

merupakan jawaban atas pertanyaan “bagaimana”. Metode berasal dari bahasa

Greeka, yaitu metha berarti melalui atau melewati dan hodos berarti jalan atau

cara. Jadi, metode adalah jalan atau 47 cara yang harus dilalui untuk mencapai

tujuan tertentu (Karo-karo, 1979:3). Sanjaya (2008: 147) mengartikan metode

adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah

disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara

optimal. Ini berarti, metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah

ditetapkan. Dengan demikian, metode dalam rangkaian sistem pembelajaran

memegang peran yang sangat penting. Menurut Aminuddin Rasyad (2003: 110)

metodologi berarti ilmu mengenai berbagai cara atau jalan yang ditempuh untuk

sampai ke tempat tujuan. Sedangkan pembelajaran berasal dari kata instruction

25
yang dalam bahasa Yunani disebut instructus atau intruere yang berarti

menyampaikan pikiran. Dengan demikian arti instruksional adalah menyampaikan

pikiran atau ide yang telah diolah secara bermakna melalui pembelajaran. Gagne

(1992: 3) menyatakan bahwa: “instruction is a set of event that effect learners in

such a way that learning is facilitated”. Menurut Gagne, mengajar atau “teaching”

merupakan bagian dari pembelajaran (instruction), di mana peran guru lebih

ditekankan kepada bagaimana merancang atau mengaransemen berbagai sumber

dan fasilitas yang tersedia untuk digunakan atau dimanfaatkan peserta didik dalam

mempelajari sesuatu. 48 Jadi, metode pembelajaran berarti berbagai cara atau

seperangkat cara atau jalan yang dilakukan dan ditempuh guru secara sistematis

melakukan upaya pembelajaran yang telah diolah.

2. Macam-macam metode Pembelajaran

a. Metode Ceramah (Lecturing Method)

Suparta dan Noer Aly (2003: 170) mendefinisikan ceramah adalah setiap

penyajian informasi secara lisan, baik yang formal dan berlangsung selama 45

menit maupun yang informal dan hanya memakan waktu 5 menit. Dalam

kaitannya dengan pembelajaran, ceramah adalah metode mengajar dalam

bentuk penuturan bahan pelajaran secara lisan. 54 Karo- karo (1984: 8)

menyebutnya dengan lecturing method atau Telling –method ialah suatu cara

lisan penyajian bahan pelajaran yang dilakukan oleh seseorang (guru) kepada

orang lain (peserta didik) untuk mencapai tujuan pengajaran. Metode ceramah

merupakan metode tertua yang paling lazim digunakan dalam berbagai situasi.

Selain sering digunakan juga paling sering dikritik. Mereka berpendapat

26
bahwa metode ceramah dianggap tidak tepat dipakai dalam dunia pendidikan

dan pengajaran karena bertentangan dengan prinsip belajar yaitu pelajar harus

aktif. Namun demikian bukan berarti ceramah merupakan metode yang usang,

dalam arti tidak dapat digunakan lagi. Metode ceramah tidak dapat dinilai baik

atau buruk, tetapi harus didasarkan atas tujuan penggunaannya. Untuk bidang

studi agama, metode ceramah masih tepat untuk dilaksanakan, misalnya:

untuk memberikan pengertian tentang Tauhid, maka satu-satunya metode

yang dapat digunakan adalah metode ceramah. Karena Tauhid tidak dapat

diperagakan, sukar didiskusikan, maka seorang guru akan memberikan uraian

menurut caranya masingmasing dengan tujuan murid dapat mengikuti jalan

pikiran guru.

b. Metode Diskusi

Diskusi adalah percakapan ilmiah yang berisi pertukaran pendapat,

pemunculan ide-ide serta pengujian pendapat yang dilakukan oleh beberapa

orang yang tergabung dalam kelompok untuk 55 mencari atau memperoleh

kebenaran (Karo-karo, 1984: 25). Dalam kamus bahasa Indonesia (2005: 269)

disebutkan bahwa diskusi adalah pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran

mengenai suatu masalah. Sedangkan dalam metode pembelajaran, Metode

diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dengan menugaskan

pelajar atau kelompok pelajar melaksanakan percakapan ilmiah untuk mencari

kebenaran dalam rangka mewujudkan tujuan pengajaran. Metode diskusi tidak

banyak melibatkan pengarahan guru. Karenanya, diskusi mengandung unsur-

unsur demokratis. Peserta didik diberi kesempatan untuk mengembangkan

27
ide-ide mereka sendiri. Tiap peserta didik diharapkan memberikan sumbangan

sehingga seluruh kelompok kembali dengan pemahaman yang dibina bersama.

Metode ini biasanya erat kaitannya dengan metode lainnya, misalnya metode

ceramah, karyawisata dan lain-lain karena metode diskusi ini adalah bagian

yang terpenting dalam memecahkan sesuatu masalah (problem solving).

Terdapat bermacam-macam jenis diskusi yang dapat digunakan dalam proses

pembelajaran, antara lain: 1) Diskusi kelas Diskusi kelas atau disebut juga

diskusi kelompok adalah proses pemecahan masalah yang dilakukan oleh

seluruh anggota kelas sebagai peserta diskusi. 2) Diskusi kelompok kecil

Diskusi kelompok kecil dilakukan dengan membagi peserta didik dalam

kelompok-kelompok. Jumlah anggota kelompok antara 3-5 orang.

Pelaksanaannya dimulai dengan guru menyajikan permasalahan secara umum,

kemudian masalah tersebut dibagibagi ke dalam submasalah yang harus

dipecahkan oleh setiap kelompok kecil. 3) Simposium Simposium adalah

metode mengajar dengan membahas suatu persoalan dipandang dari berbagai

sudut pandang berdasarkan keahlian. 4) Diskusi panel Diskusi panel adalah

pembahasan suatu masalah yang dilakukan oleh beberapa orang panelis yang

biasanya terdiri dari 4-5 orang dihadapan audiens. Dalam diskusi panel

audiens tidak terlibat secara langsung, tetepi berperan hanya sekedar peninjau

para panelis yang sedang melaksanakan diskusi.

c. Metode Demonstrasi dan Eksperimen

Metode demonstrasi adalah metode mengajar yang menggunakan

peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan

28
bagaimana melakukan sesuatu kepada anak didik (Daradjat, 2008: 296).

Eksperimen sama artinya dengan percobaan. Dalam suatu eksperimen, orang

ingin mengetahui pengaruh faktor tertentu terhadap sesuatu. Metode

demonstrasi dan eksperimen adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran

dengan memperlihatkan atau mempertunjukkan sesuatu proses dan hasil dari

proses itu untuk mencapai tujuan pengajaran (Karo-karo, 1984: 36). Kedua

metode ini dapat dipakai secara terpisah, tetapi pada umumnya digunakan

secara bersama-sama. sebab apa-apa yang di cobakan atau dieksperimenkan

biasanya langsung dipertunjukkan dan sebaliknya apa yang didemonstrasikan

biasanya adalah apa-apa yang dicobakan untuk mencapai hasil yang efektif.

d. Metode Tugas dan Resitasi

Metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan di mana guru

memberikan tugas tertentu agar peserta didik melakukan kegiatan belajar

(Djamarah, 2006: 85). Metode ini bisa dilaksanakan di rumah, di sekolah, di

perpustakaan dan di tempat lainnya. Tugas belajar yang harus dikerjakan oleh

peserta didik di rumah biasa diistilahkan dengan pekerjaan rumah (PR);

Pertanggungjawaban peserta didik terhadap tugas-tugas tersebut disebut

resitasi. Metode tugas dan resitasi di samping merangsang peserta didik untuk

aktif belajar, baik secara individual maupun kelompok, juga 58 menanamkan

tanggung jawab. Oleh sebab itu tugas dapat diberikan secara individual

ataupun kelompok. Yang terpenting adalah bagaimana melatih peserta didik

agar bepikir bebas ilmiah (logis dan sistematis) sehingga dapat memecahkan

29
problem yang dihadapinya dan dapat mengatasi dan

mempertanggungjawabkannya.

e. Metode Kerja Kelompok

Metode kerja kelompok adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran

dengan menyuruh peserta didik (secara kelompok) mengerjakan tugas tertentu

untuk mencapai tujuan pengajaran (Karo-karo, 1984: 56). Kelas merupakan

satu kesatuan individu-individu peserta didik yang di samping memiliki ciri

khas masing-masing juga memiliki potensi untuk bekerja sama. Atas dasar itu,

guru dapat memanfaatkan potensi tersebut untuk kepentingan mengajar

dengan metode kerja kelompok, baik dengan menjadikan kelas sebagai satu

kesatuan maupun dengan membaginya menjadi kelompok-kelompok kecil

(subsub kelompok). Menurut Roestiyah (2008: 15) metode kerja kelompok

adalah suatu cara mengajar, di mana peserta didik di dalam kelas dipandang

sebagai suatu kelompok atau dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap

kelompok terdiri dari 5 (lima) atau 7 (tujuh) peserta didik, mereka bekerja

sama dengan memecahkan masalah, atau melaksanakan tugas tertentu dan

berusaha mencapai tujuan pengajaran yang telah ditentukan pula oleh guru

f. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan

terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two way traffic sebab pada saat

yang sama terjadi dialog antara guru dan peserta didik (Sudjana, 2009: 78).

Guru bertanya peserta didik menjawab, atau peserta didik bertanya guru

30
menjawab. Dalam komunikasi ini terlihat adanya hubungan timbal balik

secara langsung antara guru dan peserta didik. Peserta didik yang biasanya

kurang mencurahkan perhatiannya terhadap pelajaran yang diajarkan melalui

metode ceramah akan berhati-hati terhadap pelajaran yang diajarkan melalui

metode Tanya jawab. Sebab anak tersebut sewaktu-waktu akan mendapat

giliran untuk menjawab suatu pertanyaan yang akan diajukan kepadanya.

Menurut Karo-karo (1979: 19) tipe-tipe pertanyaan yang baik adalah : 1)

Pertanyaan yang menuntut tentang fakta-fakta. Pertanyaan demikian ini akan

mengembangkan daya ingatan. 2) Pertanyaan yang menuntut perbandingan-

perbandingan dan analisa terhadap sesuatu, akan mengembangkan daya

analisa atau sintesa. 3) Pertanyaan yang menuntut perkiraan atau judgement,

akan mengembangkan daya berpikir dan perasaan. 60 4) Pertanyaan yang

menuntut pengorganisasian pengertian atau pengetahuan, akan

mengembangkan daya berpikir dan daya sintesa.

g. Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving Method)

Salah satu sumbangan besar Amerika terhadap dunia pendidikan dan

pengajaran adalah suatu metode mengajar yang dibuat oleh John Dewey yaitu

metode masalah (The Problem Method); Ahli lain misalnya Dr. Lester D.

Crow dan Dr. Alice Crow dalam buku mereka yang berjudul “Human

Development and Learning”. Menamakan metode ini Metode Pemecahan

Masalah (Problem Solving Method). Metode pemecahan masalah adalah suatu

cara menyajikan bahan pelajaran dengan menghadapkan pelajar kepada

persoalan yang harus dipecahkan atau diselesaikannya dalam rangaka

31
pencapaian tujuan pengajaran (Karo-karo, 1979: 45). Metode pemecahan

masalah (problem solving) bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga

merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat

menggunakan metodemetode lainnya yang dimulai dengan mencari data

sampai kepada menarik kesimpulan.

h. Metode Simulasi

Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau berbuat

seakan-akan. Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara

penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk

memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu (Sanjaya, 2008:

159). Simulasi dapat digunakan sebagai metode mengajar dengan semua

asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung

pada objek yang sebenarnya. Belajar bagaimana cara mengoperasikan sebuah

mesin yang mempunyai karakteristik khusus misalnya, peserta didik sebelum

menggunakan mesin yang sebenarnya akan lebih bagus melalui simulasi

terlebih dahulu. Simulasi terdiri dari beberapa jenis, diantaranya: 1)

Sosiodrama Sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran untuk

memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial dan

permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia seperti masalah

kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga yang otoriter dan lain

sebagainya. 2) Psikodrama Psikodrama adalah metode pembelajaran dengan

bermain peran yang bertitik tolak dari permasalahan-permasalahan psikologis.

32
Psikodrama biasanya digunakan untuk terapi, yaitu menemukan konsep diri,

menyatakan reaksi terhadap tekanan-tekanan yang dialaminya.

33
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Model pembelajaran yang baik dan tepat adalah model pembelajaran yang

diterapkan pada pembelajaran bahan kajian atau pokok bahasan atau sub

pokok bahasan tertentu dengan menggunakan waktu dan dana yang tak begitu

banyak serta mendapatkan siswa mendapatkan hasil yang maksimal.

Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita

terhadapproses pembeljaran (Sanjaya, 2008:127). Istilah pendekatan merujuk

pada pandangan tenang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat

umum. metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan

rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah

disusun tercapai secara optimal.

B. Saran

Sebagai guru kita harus menciptakan pembelajaran yang menyenangkan

agar siswa juga dapat mengikuti pembelajaran dengan ceria, maka harus

digunakan metode, model dan pendekatan yang juga dapat dipahami oleh

siswa

34

Anda mungkin juga menyukai