Bab 2
Bab 2
BAB II
FLUID CIRCUIT FRICTION EXPERIMENTAL APPARATUS
𝑑𝑣
𝜏=𝜇 ………………………………………………………………………… (2-1)
𝑑𝑥
Dimana:
𝜏 = Tegangan geser fluida (N/m2)
𝜇 = Viskositas fluida (kg/ms)
𝑑𝑣
= Gradien kecepatan (m/s)
𝑑𝑥
Gambar 2.1 Variasi linier dari tegangan geser terhadap laju regangan geser fluida
Sumber: Munson (2004,p.20)
Gambar 2.2 Variasi Linier Dari Tegangan Geser terhadap Laju Regangan Geser Beberapa
Fluida Termasuk Fluida Non-Newtonian
Sumber: Munson (2004,p.20)
𝑉
𝑀𝑎 = 𝑎 > 0.3 ……………………………………………………………. (2-2)
Dimana:
V = Kecepatan fluida (m/s2)
A = Kecepatan suara (m/s2)
Ma = Bilangan mach
𝑉
𝑀𝑎 = 𝑎 < 0.3 ……………………………………………………………… (2-3)
3. Aliran Transisi
Fluida dengan aliran transisi adalah fluida yang alirannya merupakan aliran peralihan
dari aliran laminar ke aliran turbulen. Aliran ini memiliki bil angan Re Antara 2300-
4000.
Menurut hasil percobaan oleh Reynold, apabila bilangan Reynold kurang dari pada
2300, aliran biasanya merupakan aliran laminer. Apabila bilangan Reynold lebih besar
daripada 4000, aliran biasanya adalah turbulen. Sedang antara 2300 dan 4000 aliran dapat
laminer ke turbulen tergantung pada faktor-faktor lain yang mempengaruhi.
D. Berdasarkan bentuk aliran
1. Fluida Statis
Fluida statis adalah fluida yang berada dalam fase tidak bergerak (diam) atau fluida
dalam keadaan bergerak tetapi tidak terdapat perubahan kecepatan. Fluida statis
diasumsikan tidak memiliki gaya geser.
2. Fluida Dinamis
Fluida dinamis adalah fluida yang mengalir dengan kecepatan yang tidak seragam.
Biasanya fluida ini mengalir dari luas penampang tertentu ke luas penampang yang
berbeda.
Besarnya tekanan akibat gerakan fluida dapat dihitung dengan menggunakan konsep
kekelan energi atau prinsip usaha-energi.
𝑣2 𝑃
ℎ + 2𝑔 + 𝛾 = 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 …………………………………………………… (2-4)
Dimana:
v = Kecepatan fluida (m/s)
V = Volume fluida (m3)
g = Percepatan gravitasi bumi (m/s2)
h = Ketinggian relative terhadap suatu referensi (m)
P = Tekanan fluida (Pa)
ρ = Massa jenis fluida (kg/m3)
γ = Berat jenis fluida (N/m3)
b) Aliran Termampatkan
Aliran termampatkan adalah aliran fluida yang dicirikan dengan berubahnya besaran
kerapatan masa (densitas) dari fluida di sepanjang aliran tersebut. Contohnya udara, gas
alam, dll.
c) Aplikasi Hukum Bernoulli
Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat menemukan aplikasi hukum Bernoulli yang
sudah banyak diterapkan pada sarana dan prasarana yang menunjang kehidupan
manusia masa kini. Berikut ini beberapa contoh aplikasi hukum Bernoulli tersebut:
1. Hukum Bernoulli digunakan untuk menentukan gaya angkat pada sayap dan badan
pesawat terbang sehingga diperoleh ukuran presisi yang sesuai.
2. Hukum Bernoulli digunakan untuk mesin karburator yang berfungsi untuk
mengalirkan bahan bakar dan mencampurnya dengan aliran udara yang masuk. Salah
satu pemakaian karburator adalah dalam kendaraan bermotor, seperti mobil.
3. Hukum Bernoulli berlaku pada aliran air melalui pipa dari tangki penampung
menujubak-bak penampung. Biasanya digunakan di rumah-rumah pemukiman.
4. Hukum Bernoulli juga digunakan pada mesin yang mempercepat laju kapal layar.
𝜌𝑉𝐷
𝑅𝑒 = ………………………………………………………………………..(2-5)
𝜇
Dimana:
Re = Angka Reynolds (tanpa satuan)
V = Kecepatan rata-rata (ft/s atau m/s)
D = Diameter pipa (ft atau m)
𝜇 = Viskositas dinamis, v = µ / ρ (ft2/s atau m2/s)
2.1.5 Head
Head adalah energi per satuan berat, yang disediakan untuk mengalirkan sejumlah zat
cair untuk dikonversikan menjadi bentuk lain. Head mempunyai satuan meter (m).
Menurut Bernoulli ada 3 macam head fluida yaitu :
1. Head Tekanan
Head tekanan adalah perbedaan head tekanan yang bekerja pada permukaan zat cair
pada sisi tekan dengan head tekanan yang bekerja pada permukaan zat cair pada sisi
isap.
𝑃 𝑃𝑑 𝑃𝑠
= − …………………………………………………………………(2-6)
𝛾 𝛾 𝛾
Dimana:
𝑃
= Head tekanan (m)
𝛾
𝑃𝑑
= Head tekanan pada permukaan zat cair pada sisi tekan (m)
𝛾
𝑃𝑠
𝛾
= Head tekanan pada permukaan zat cair pada sisi isap (m)
𝑉𝑑2 𝑉𝑠2
ℎ𝑘 = − …………………………………………………………………...(2-7)
2𝑔 2𝑔
Dimana:
ℎ𝑘 = Head kecepatan atau head kinetik (m)
𝑉𝑑2
= Kecepatan zat cair pada saluran tekan (m)
2𝑔
𝑉𝑠2
= Kecepatan zat cair pada saluran isap (m)
2𝑔
3. Head potensial
Didasarkan pada ketinggian fluida di atas bidang banding (datum plane). Jadi suatu
kolom air setinggi Z mengandung sejumlah energi yang disebabkan oleh posisinya atau
disebut fluida mempunyai head sebesar Z kolom air.
Z = Zd – Zs ………………………………………………………………………(2-8)
Dimana:
Z= Head statis total atau head potensial (m)
Zd = Head statis pada sisi tekan (m)
Zs = Head statis pada sisi isap (m)
2.1.6 Losses
Kerugian energi atau istilah umumnya dalam mekanika fluida kerugian head (head
losses) tergantung pada :
1. Bentuk, ukuran dan kekasaran saluran.
2. Kecepatan fluida.
3. Kekentalan.
𝑣2
ℎ=𝑘 ………………………………………………………………………..(2-9)
2𝑔
Dimana:
h = Kerugian aliran akibat valve, elbow, orifice, dan perubahan penampang (m)
k = Koefisien hambatan valve, elbow, orifice, dan perubahan penampang
v = Kecepatan aliran (m/s)
g = Gravitasi (m/s2)
b) Major Losses
Major losses adalah suatu kerugian yang dialami oleh aliran fluida dalam pipa yang
disebabkan oleh koefisien gesekan pipa yang besarnya tergantung kekasaran pipa,
diameter pipa dan bilangan Reynold. Koefisien gesek dipengaruhi juga oleh kecepatan,
karena distribusi kecepatan pada aliran laminar dan aliran turbulen berbeda. Secara
matematik dapat ditunjukkan sebagai berikut:
𝐿 𝑣2
ℎ𝑓 = 𝑓. 𝐷 . 2𝑔 ………………………………………………………………….(2-10)
𝑉𝐿
𝑅𝑒 = ………………………………………………………………………(2-11)
𝑣
Dimana:
Re = Angka Reynolds
V = Kecepatan rata-rata (ft/s atau m/s)
Kemudian angka kekasaran (ε) dibagi dengan diameter pipa didapat suatu harga ε/d.
Dari bilangan Reynolds ditarik garis keatas sampai pada garis ε/d. Kemudian ditarik ke kiri
sejajar garis bilangan Reynolds, maka akan didapat harga f.
2.1.7 Viskositas
Viskositas merupakan ukuran kekentalan fluida yang menyatakan besar kecilnya
gesekan di dalam fluida. Makin besar viskositas suatu fluida, maka makin sulit suatu fluida
mengalir dan makin sulit suatu benda bergerak di dalam fluida tersebut. Viskositas zat cair
dapat ditentukan secara kuantitatif dengan besaran yang disebut koefisien viskositas.
Satuan SI untuk koefisien viskositas adalah Ns/m2 atau pascal sekon (Pa.s). Alat yang
digunakan untuk mengukur viskositas yaitu viskometer. Rumus viskositas adalah sebagai
berikut :
𝑢
𝜏=𝜇 ………………………………………………………………………(2-12)
𝑍𝑜
Dimana :
𝜏 = Tegangan geser (N/m)
𝜇 = Viskositas dinamik (Ns.m-2)
𝑢
= Perubahan sudut atau kecepatan sudut dari garis (m/s)
𝑍𝑜
𝜇
𝑣=𝜌 ………………………………………………………………………(2-13)
Dimana :
v = Viskositas kinematik (m2/s)
𝜇 = Viskositas dinamik (Ns.m-2 atau kg m/s)
𝜌 = Densitas atau massa jenis (kg/m)
2. Viskositas kinematik, yaitu viskositas dinamik dibagi dengan densitasnya. Viskositas ini
dinyatakan dalam satuan stoke (St) pada cgs dan m²/s pada SI.
Tabel 2.1
Kerapatan dan Kekentalan Udara Pada 1 Atm
Tabel 2.2
Kerapatan dan Kekentalan Air Pada 1 atm
b) Venturi
Alat yang digunakan untuk mengetahui beda tekanan. Efek venturi terjadi ketika
fluida tersebut bergerak melalui pipa yang menyempit.
c) Nozzle
Alat yang digunakan untuk mengetahui laju aliran, kecepatan sutu fluida.
d) Orifice
Alat untuk mengukur besar arus aliran. Terdapat 3 jenis orifice, yaitu:
1. Concentric orifice
Digunakan untuk semua jenis fluida yang tidak mengandung partikel padat.
2. Eccentric orifice
Digunakan untuk fluida yang mengandung partikel padat.
Tabel 2.3
Data Hasil Pengujian pada Katup 23-24 ( Pipa Lurus )
Katup 25-26
No Q Q1 V λ Red
H1 H2 ΔH
1 0.5 0.135 0.232 0.097 0.00014 0.68222 0.03292 12940.4
2 0.7 0.106 0.291 0.185 0.00019 0.95511 0.03203 18116.5
3 0.9 0.07 0.36 0.29 0.00025 1.228 0.03037 23292.6
4 1.1 0.027 0.447 0.42 0.00031 1.50089 0.02945 28468.8
5 1.3 0.213 0.259 0.046 0.00036 1.77378 0.03094 33644.9
6 1.5 0.207 0.266 0.059 0.00042 2.04667 0.02981 38821.1
7 1.7 0.277 0.195 0.082 0.00047 2.31956 0.03226 43997.2
8 1.9 0.19 0.282 0.092 0.00053 2.59244 0.02897 49173.4
9 2.1 0.182 0.291 0.109 0.00058 2.86533 0.0281 54349.5
Σ 11.7 1.407 2.623 1.38 0.00325 15.964 0.27485 302804
Tabel 2.4
Data Hasil Pengujian pada Katup 17-18 (Orrifice)
Katup 17-18 (orifice)
No Q Q1 V Red Qo Co
H1 H2 ΔH
1 0.5 0.129 0.259 0.13 0.00014 0.13875 5835.85 0.00016 0.85201
2 0.7 0.095 0.353 0.258 0.00019 0.19425 8170.19 0.00023 0.84671
3 0.9 0.216 0.255 0.039 0.00025 0.24975 10504.5 0.00033 0.7649
4 1.1 0.205 0.266 0.061 0.00031 0.30526 12838.9 0.00041 0.74752
5 1.3 0.19 0.282 0.092 0.00036 0.36076 15173.2 0.0005 0.71936
6 1.5 0.177 0.293 0.116 0.00042 0.41626 17507.5 0.00056 0.73919
7 1.7 0.157 0.315 0.158 0.00047 0.47176 19841.9 0.00066 0.71782
8 1.9 0.135 0.336 0.201 0.00053 0.52726 22176.2 0.00074 0.7113
9 2.1 0.117 0.353 0.236 0.00058 0.58276 24510.6 0.0008 0.72554
Σ 11.7 1.421 2.712 1.291 0.00325 3.24681 136559 0.0044 6.82436
Tabel 2.5
Data Hasil Pengujian pada Katup 13-14 (Nozzle)
No Q ( dm^3/h) Q ( m^3/h) Katup 13-14 ( nozzle ) Perhitungan
H₁ (mm) H₂ (mm) ∆H (m) Q₁ (m^3/s) V (m/s) Qn Cn Re d
1 500 0.5 304 240 0.064 0.0001389 0.13882 0.00013 1.09703 5838.81
2 700 0.7 349 238 0.111 0.0001944 0.19435 0.00017 1.1662 8174.33
3 900 0.9 455 202 0.253 0.00025 0.24988 0.00025 0.99316 10509.9
4 1100 1.1 573 132 0.441 0.0003056 0.30541 0.00033 0.91941 12845.4
5 1300 1.3 3617.6 2801.6 0.816 0.0003611 0.36094 0.00045 0.7988 15180.9
6 1500 1.5 3753.6 2665.6 1.088 0.0004167 0.41647 0.00052 0.7982 17516.4
7 1700 1.7 3957.6 2475.2 1.4824 0.0004722 0.472 0.00061 0.775 19852
8 1900 1.9 4107.2 2312 1.7952 0.0005278 0.52753 0.00067 0.78711 22187.5
9 2100 2.1 4324.8 2080.8 2.244 0.0005833 0.58306 0.00075 0.77812 24523
∑ 11700 11.7 21441.8 13147.2 8.2946 0.00325 3.24846 0.00388 8.11303 136628
Tabel 2.6
Data Hasil Pengujian pada Katup 15-16 (Venturi)
No Q ( dm^3/h) Q ( m^3/h) Katup 15-16 ( venturi ) Perhitungan
H₁ (mm) H₂ (mm) ∆H (m) Q₁ (m^3/s) V (m/s) Qn Cn Re d
1 500 0.5 255 175 0.08 0.0001389 0.13882 0.00014 0.98121 5838.81
2 700 0.7 349 140 0.209 0.0001944 0.19435 0.00023 0.84989 8174.33
3 900 0.9 452 110 0.342 0.00025 0.24988 0.00029 0.85421 10509.9
4 1100 1.1 566 68 0.498 0.0003056 0.30541 0.00035 0.8652 12845.4
5 1300 1.3 3672 2638.4 1.0336 0.0003611 0.36094 0.00051 0.70975 15180.9
6 1500 1.5 3712.8 2488.8 1.224 0.0004167 0.41647 0.00055 0.75255 17516.4
7 1700 1.7 3848.8 2502.4 1.3464 0.0004722 0.472 0.00058 0.8132 19852
8 1900 1.9 4012 2339.2 1.6728 0.0005278 0.52753 0.00065 0.8154 22187.5
9 2100 2.1 4161.6 2189.6 1.972 0.0005833 0.58306 0.0007 0.83005 24523
∑ 11700 11.7 21029.2 12651.4 8.3778 0.00325 3.24846 0.00401 7.47146 136628
Tabel 2.7
Data Hasil Pengujian pada Katup 11-12 (Cock valve)
Katup 11-12 (cock valve)
No Q Q1 V ζ11-12 Red
H1 H2 ΔH
1 0.5 0.289 0.291 0.002 0.00014 0.13875 32.6112 5835.85
2 0.7 0.313 0.316 0.003 0.00019 0.19425 24.9575 8170.19
3 0.9 0.346 0.351 0.005 0.00025 0.24975 25.163 10504.5
4 1.1 0.379 0.393 0.014 0.00031 0.30526 47.1649 12838.9
5 1.3 0.412 0.43 0.018 0.00036 0.36076 43.4173 15173.2
6 1.5 0.439 0.461 0.022 0.00042 0.41626 39.8581 17507.5
7 1.7 0.462 0.491 0.029 0.00047 0.47176 40.905 19841.9
8 1.9 0.483 0.516 0.033 0.00053 0.52726 37.2635 22176.2
9 2.1 0.482 0.53 0.048 0.00058 0.58276 44.369 24510.6
Σ 11.7 3.605 3.779 0.174 0.00325 3.24681 335.709 136559
Tabel 2.8
Data hasil Pengujian pada Katup 7-8 (Gate valve)
No Q ( dm^3/h) Q ( m^3/h) Katup 7-8 ( gate valve) Perhitungan
H₁ (mm) H₂ (mm) ∆H (m) Q₁ (m^3/s) V (m/s) ζ Re d
1 500 0.5 343 342 0.001 0.00013889 0.13882 1.01807 5838.81
2 700 0.7 374 372 0.002 0.00019444 0.19435 1.03884 8174.33
3 900 0.9 404 402 0.002 0.00025 0.24988 0.62844 10509.9
4 1100 1.1 434 431 0.003 0.00030556 0.30541 0.63103 12845.4
5 1300 1.3 464 460 0.004 0.00036111 0.36094 0.60241 15180.9
6 1500 1.5 459 454 0.005 0.00041667 0.41647 0.56559 17516.4
7 1700 1.7 494 486 0.008 0.00047222 0.472 0.70454 19852
8 1900 1.9 525 515 0.01 0.00052778 0.52753 0.70503 22187.5
9 2100 2.1 543 531 0.012 0.00058333 0.58306 0.69256 24523
Tabel 2.9
Data Hasil Pengujian pada Katup 9-10 (Globe valve)
No Q ( dm^3/h) Q ( m^3/h) Katup 9-10 ( globe valve) Perhitungan
H₁ (mm) H₂ (mm) ∆H (m) Q₁ (m^3/s) V (m/s) ζ Re d
1 500 0.5 327 305 0.022 0.00013889 0.13882 22.3975 5838.81
2 700 0.7 367 326 0.041 0.00019444 0.19435 21.2963 8174.33
3 900 0.9 409 346 0.063 0.00025 0.24988 19.7957 10509.9
4 1100 1.1 453 359 0.094 0.00030556 0.30541 19.7724 12845.4
5 1300 1.3 502 371 0.131 0.00036111 0.36094 19.7288 15180.9
6 1500 1.5 557 382 0.175 0.00041667 0.41647 19.7957 17516.4
7 1700 1.7 3332 3087.2 0.2448 0.00047222 0.472 21.5591 19852
8 1900 1.9 3372.8 3060 0.3128 0.00052778 0.52753 22.0534 22187.5
9 2100 2.1 3427.2 3019.2 0.408 0.00058333 0.58306 23.5471 24523
2.9,8.0.097.0,0161
0.032917
0.67812.2
e. Bilangan Reynold untuk aliran dalam pipa
d .V
Re d
(0.0161).(0.682222)
Re d 1.294036
0.008488
0,5 3 m3
Q1 x10 0.000139
3,6 detik
b. Kecepatan air dalam pipa – V (m/s)
Q1
V
2
.d
4
0.000139 m
V 0.004953
s
.0,0357 2
4
c. Laju aliran teoritis pada pipa Orifice Qo (m3/detik)
.0,0114 . 2.9,8.0.005 0.000163
3,14
Qo .do 2 2.g.ho
2
4 4
d. Koefisien aliran pada Orifice, Nozzle, Venturi Co, Cn, Cv
Q1 0.000139
Co 0.852014
Qo 0.000163
Analisa Grafik
Berdasarkan grafik di atas, secara teoritis, jika bilangan Reynolds naik maka koefisien
gesek menurun dikarenakan bilangan Reynolds yang tinggi mempunyai kecepatan aliran
fluida yang tinggi, maka faktor gesekan menjadi rendah. Dapat ditinjau berdasarkan rumus
persamaan antara bilangan Reynolds dan koefisien gesek, yaitu:
𝑑. 𝑉
Re 𝑑 =
𝜇
2𝑔.ℎ.𝑑
𝜆= 𝑉 2 .𝑙
2.𝑔.ℎ.𝑑3
𝜆= …………………………………………………………………(2-27)
𝑅𝑒 𝑑2 .𝜇 2 .𝑙
Dimana:
Red : Bilangan Reynolds
d : Diameter dalam pipa (m)
V : Kecepatan air dalam pipa (m/s)
v : Viskositas kinematik air (m2/s)
: Koefisien gesek air dalam pipa
Semakin tinggi kecepatan aliran (V) maka akan meningkatkan bilangan Reynolds
(Re) dan menurunkan besar λ hal ini disebabkan oleh bertambah banyaknya gesekan antara
fluida statis dan fluida dinamis didalam pipa yang terjadi seiring bertambahnya bilangan
Reynolds (Re). Berdasarkan grafik diatas juga dapat disimpulkan bahwa kecenderungan
yang terjadi menurun dan sudah sesuai dengan teoritis
Pada grafik katup 25-26 terjadi penyimpangan pada data ke-5,6,7,8,9 ketika mulai
dari bilangan Reynolds 33644.94 dengan koefisien gesek 0.031405. Hal ini terjadi karena
fluktuasi yaitu perubahan kecepatan yang signifikan tetapi tidak di iringi dengan
perubahan ketinggian manometer yang tinggi sehingga koefisien gesek menurun.
Grafik 2.2 Hubungan antara Koefisien Kerugian Head terhadap Bilangan Reynolds
Analisa Grafik
Grafik ini menunjukkan hubungan antara bilangan Reynolds dengan kerugian head.
Bilangan Reynolds adalah rasio antara gaya inersia dan gaya viskos yang
mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya tersebut dengan suatu kondisi aliran tertentu.
ℎ 𝑑.𝑉
𝜉7−8 = (𝑉 )7−8
2 /2𝑔
Re 𝑑 = ;
𝜇
ℎ7−8 .2 .𝑔.𝑑2
𝜉7−8 = ………………………………………………………………(2-28)
Re 𝑑2 .𝜇 2
Dimana:
Re d : Bilangan Reynold
d : Diameter dalam pipa (m)
V : Kecepatan air dalam pipa (m/s)
v : Viskositas kinematik air (m2/s)
𝜉11−12 : Koefisien kerugian Head air dalam pipa
g : Percepatan gravitasi (m/s2)
h : Tekanan diferensial (mH2O)
Jika diurutkan berdasarkan nilai koefisien kerugian head, glove valve memiliki nilai
tertinggi, selajutnya cock valve, kemudian gate valve. Secara teoritis pun hasilnya sesuai.
Hal ini bisa disebabkan oleh perbedaan nilai beda keliling pada tiap valve. Selain itu bisa
juga terjadi karena adanya vortex. Vortex adalah gerakan cairan yang berputar cepat
mengitari pusatnya. Ketika bilangan Reynolds lebih dari 4000 maka aliran turbulen dan
aliran membentuk putaran. Adanya vortex ini tidak diharapkan karena semakin cepat
aliran fluida dipusaran tersebut maka tekanan semakin kecil. Tingkat kerumitan
Geometri Valve juga berpengaruh pada masing – masing valve ketika fluida aliran
menabrak geometri dari valve yang semakin rumit tersebut, maka kerugian head akan
semakin tinggi.
Glove Valve
Pada glove valve digunakan sebagai masuknya aliran glove valve memiliki luas
penampang yang kecil yang mengakibatkan kecepatan aliran ( v ) dan tekanan diffrensial
pipa meningkat yang maka dari itu koefisien kerugian headnyapun paling tinggi diantara
cock dan gate valve.
Pada cock valve berfungsi untuk membuka atau menutup aliran.secara teoritis grafik
cock valve berada antara glove dan gate karena luas penampang cock lebih besar daripada
glove namun lebih kecil daripada gate hal ini akan mengakibatkan kecepatan aliran dan
tekanan diffrensial pipa menurun dan kerugian headnya berada dibawah glove. pada grafik
terjadi penyimpangan pada data ke-6 ketika bilangan Reynolds 15180.90309 dengan
koefisien gesek 4.06209 .hal ini terjadi karena fluktuasi yaitu perubahan kecepatan yang
signifikan tetapi tidak di iringi dengan perubahan ketinggian manometer yang tinggi
sehingga koefisien gesek menurun
Gate Valve
Gate valve berfungsi untuk membuka ataupun menutup aliran secara sempurna. Secara
teoritis koefisien kerugian head gate valve berada paling bawah dari pada glove dan cock
valve.
Analisa Grafik
Grafik di atas membandingkan besar bilangan Reynolds dengan koefisien alir pada
orifice, nozzle, dan venturi. Dari grafik dapat kita ketahui bahwa semakin tinggi bilangan
Reynolds maka koefisien aliran akan menurun, hal ini sesuai dengan dasar teori yang
menyatakan :
Q1 Q1 Q1
Cn Cv Co
Qn Qv Qo
Qn dn 2 2 ghn Qv dv 2 2 ghv Qo do 2 2 gho
4 4 4
𝑑(11⁄4)𝑉(11⁄4)
Re 𝑑 = ………………………………………………………….(2-29)
𝑣
Dimana:
Re d: Bilangan Reynold
d : Diameter dalam pipa (m)
V : Kecepatan air dalam pipa (m/s)
v : Viskositas kinematik air (m2/s)
Q1 : Laju aliran air (m3/detik)
Semakin tinggi kecepatan aliran (V) maka akan meningkatkan laju aliran air dan
membuat nilai koefisien aliran meningkat. Nilai koefisien aliran paling tinggi adalah venturi
kemudian nozzle lalu orifice. Hal ini disebabkan karena orifice memiliki bentuk penampang
yang menyebabkan naiknya nilai tekanan fluida sehingga nilai perbedaan tekanan yang
terjadi di dalam orifice menjadi yang tertinggi.
Venturi memiliki nilai koefisien aliran tertinggi, karena terjadi penyempitan saluran
seperti pada nozzle dan setelah penyempitan, ada pembesaran saluran yang menyebabkan
peningkatan beda tekanan, kemudian menyebabkan laju aliran pada venturi meningkat dan
koefisien aliran pada venturi lebih tinggi dari nozzle.Orifice memiliki nilai koefisien aliran
terendah, karena luas penampang orifice bisa menghambat laju aliran dan menyebabkan
vortex, Jika laju aliran rendah, maka koefisien aliran juga rendah.Nozzle memiliki nilai
koefisien aliran di antara venturi dan orifice, karena pada nozzle terjadi penyempitan saluran
yang menyebabkan kecepatan aliran meningkat. Namun setelah penyempitan, tidak ada
pembesaran luas penampang seperti pada venturi, sehingga beda tekanan lebih rendah dari
venturi, kemudian laju aliran dan koefisien aliran menjadi lebih rendah dari venturi.
Penyimpangan terjadi ditunjukkan dengan grafik yang cenderung menaik di awal
namun kemudian dapat stabil. Hal ini terjadi karena pada saat pemakaian manometer,
yaitu saat volume aliran berada pada titik pengukuran yang tinggi namun kemudian
diturunkan kembali ke posisi terendah secara ekstrim,sehinngga menyebabkan masih
adanya udara yang berada di dalam manometer tersebut dan juga mengakibatkan adanya
losses.
Pada venturi yang diamati luas penampang mengalami pembesaran saat ujung pipa
venturi yang mengakibatkan laju aliran air menurun dan tekanan air meningkat , karena
tekanan air meningkat maka Qv juga mengalami peningkatan dan koefisien aliran akan
menurun.
Nozzle
Pada nozzle aliran air akan meningkat, hal ini disebabkan luas penampang mengalami
pengecilan dan mengakibatkan laju aliran air meningkat dan tekanan menurun yang
mengakibatkan Qn menurun pula.jika Qn menurun koefisien aliranpun akan menurun.
Orifice
2.6.2 Saran
1. Untuk laboratorium sebaiknya diberi AC/pendingin ruangan di laboratorium agar
praktikan merasa nyaman saat sedang asistensi.
2. Untuk pengecekan alat-alat laboratorium sebaiknya dilakukan lebih teliti lagi agar
tidak terjadi kesalahan dalam pengambilan data saat praktikum.
3. Untuk asisten sebaiknya lebih mempertegas mengenai jadwal asistensi.