PENYALIRAN
PENYALIRAN
DASAR TEORI
Ketika air hujan menyentuh permukaan tanah, sebagian atau seluruh air hujan tersebut
masuk kedalam tanah melalui pori-pori permukaan tanah. Proses masuknya air hujan kedalam
tanah ini disebabkan oleh tarikan gaya grafitasi dan kapiler tanah.. laju infiltrasi yang dipengaruhi
oleh gaya grafitasi dibatasi oleh besarnya diameter pori-pori tanah. Dibawah pengaruh gaya
grafitasi , air hujan mengalir tegak lurus kedalam tanah melalui profil tanah. Pada sisi yang lain,
gaya kapiler bersifat mengelirkan air tersebut tegak lurus keatas, kebawah, dan kearah horizontal.
Gaya kapiler tanah ini bekerja nyata pada tanah dengan pori-pori yang relatif kecil. Pada tanah
dengan pori-pori besar , gaya ini dapat diabaikan pengaruhnya, dan air mengalir ke tanah yang
lebih dalam oleh pengaruh gaya grafitasi. Dalam perjalanannya tersebut, air juga mengalami
penyebaran kearah lateral akibat tarikan gaya kapiler tanah, terutama ke arah tanah dengan pori-
pori yang lebih sempit.
Proses infiltrasi yang demikian, melibatkan tiga proses yang tidak saling tergantung :
a. Proses masuknya air hujan melalui pori-pori permukaan tanah
b. tertampungnya air hujan rtersebut di dalam tanah
c. proses mengalirnya air tersebut ketempat lain (bawah, samping, dan atas).
Infiltrasi (peresapan) merupakan perjalanan air melalui permukaan tanah dan menembus masuk
kedalamnya.
Di bawah pengaruh gaya gravitasi, air hujan mengalir vertical kedalam tanah melalui profil tanah.
Dengan demikian, mekanisme infiltrasi melibatkan tiga proses yang tidak saling mempengaruhi
(Asdak, 2002):
1. Proses masuknya air hujan melalui pori-pori permukaan tanah.
2. Tertampungnya air hujan tersebut di dalam tanah.
3. Proses mengalirnya air tersebut ke tempat lain (bawah, samping dan atas).
Pengukuran laju infiltrasi dapat dilakukan pada permukaan tanah, pada kedalam tertentu, pada
lahan kosong atau pada lahan bervegetasi. Walaupun satuan infiltrasi serupa dengan konduktivitas
hidraulik, terdapat perbedaan antara keduanya. Hal itu tidak bisa secara langsung dikaitkan kecuali
jika kondisi batas hidraulik diketahui, seperti kemiringan hidraulik dan aliran air lateral atau jika
dapat diperkirakan. Laju infiltrasi memiliki kegunaan seperti studi pembuangan limbah cair,
evaluasi potensi lahan tanki septik, efisiensi pencucian dan drainase, kebutuhan irigasi, penyebaran
air dan imbuhan air tanah, dan kebocoran saluran atau bendungan dan kegunaan lainnya
(Kirkby, 1971).
2.2 Infiltrometer
Infiltrometer merupakan suatu tabung baja selindris pendek, berdiameter
basar (suatu batas kedap air lainnya) yang mengitari suatu daerah dalam tanah. Infiltrometer
konsentrik yang merupakan tipe biasa, terdiri dari dua cincin konsentrik yang ditekan ke dalam
permukaan tanah. Keduan cincin tersebut digenangi (karena itu disebut infiltrometer tipe genang)
secara terus-menerus untuk mempertahankan tinggi yang konstan. Masing-masing penambahan
untuk mempertahankan tinggi yang konstan ini hanya diukur (waktu dan jumlah)pada cincin
bagian dalam. Bagian luar digunakan untuk mengurangi pengaruh batas dari tanah sekitarnya yang
lebih kering. Kalau tidak air yang berinfiltrasi yang dapat menyebar secara lateral di bawah
permukaan tanah (Subagyo, 1990).
Alat infiltrometer yang biasanya digunakan adalah jenis infiltrometer
ganda (double ring infiltrometer). Ukuran double-ring infiltrometer adalah ring pengukur atau
ring bagian dalam umumnya berdiameter 10-20 cm, sedangkan ring bagian luar (ring penyangga
atau buffer ring) berdiameter 50 cm. Panjang ring pengukur maupunring penyangga sama dengan
panjangsingle-ring infiltrometer yaitu 10-20 cm. Untuk tujuan tertentu sering digunakan ukuran
ring yang lebih besar atau lebih kecil. Namun demikian, penggunaan ring yang terlalu kecil
menghasilkan kesalahan pengukuran yang besar (Tricker, 1978).
Menurut Sosrodarsono dan Takeda (1993), penggunaan double ring infiltrometer, lingkaran luar
digunakan untuk mencegah peresapan keluar dari air dalam lingkaran tengah setelah meresap ke
dalam tanah. Ditujukan untuk mengurangi pengaruh rembesan lateral. Oleh karena adanya
rembesan lateral, sering menyebabkan hasil pengukuran dari alat ini menjadi tidak mudah untuk
diekstrapolasikan ke dalam skala lapangan.
Gambar 2.2 Double Ring Infiltrometer
1. Double right dimasukan kedalam tanah hingga sedalam separuh tinggi alat, dengan kedudukan
diusahakan tegak lurus serta tanah dalam silinder dijaga agar tidak rusak atau pecah.
2. Untuk menghindari kerusakan struktur tanah dalam silinder, maka sebelum dituangkan air,
terlebih dahulu permukaan tanah ditutup plastik kemudian dituangkan diatas plastik tersebut.
3. Sebelum penuangan air pada silinder tenggah, maka silinder luar sebaiknya diisi air terlebih
dahulu agar perembesan kearah luar terkurangi, ring tengah harus selalu terisi air saat pengamatan.
4. Setelah diisikan ke dalam ring tengah dengan cepat plastik ditarik dan ditambah air hingga
ketinggian tertentu, kemudian dibaca skala penurunan air setiap 15 menit sampai penurunan air
dalam silinder konstan.
5. Hal tersebut dilakukan juga terhadap titik-titik pengukuran infiltrasi lainnya.
∆ℎ𝑐
𝑓=[ ] × 60
∆𝑡
Untuk mengetahui nilai kapasitas laju infiltrasi dalam satuan m/s, nilai f yang diperoleh
dikalikan dengan nilai konversi sebagai berikut :
Laju infiltrasi (f) ≤ kapasitas infiltrasi (fp). Hal ini di pengaruhi oleh intensitas hujan. Jika
Intensitas Hujan < kapasitas infiltrasi maka laju infiltrasi akan < kapasitas infiltrasi, dan jika >
maka laju infiltrasi akan = kapasitas infiltrasi.
http://hydropedologie.agrobiologie.cz/en-dvouvalec.html
Kirkby, M.J., 1971, “Infiltration, Throughflow, and Overland Flow”, Introduction to Physical
Hydrology, Chorley, R.J. ed. Methuen & Co Ltd, Bungay Suffolk.
Arsyad, S. 2000. Pengawetan Tanah dan Air. Departemen Ilmu-Ilmu
Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Seyhan, E., 1995, Dasar-dasar hidrologi, Indonesian edition, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.