Anda di halaman 1dari 7

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Computed Tomography Scan (CT Scan) telah berkembang menjadi

sebuah metode pencitraan medis yang sangat diperlukan dalam pemeriksaan

radiodiagnostik sehari-hari. Perkembangan CT Scan dimulai pada awal tahun

1970-an dimana pada 1972, Sir Godfrey Newbold Hounsfield dan Ambrose,

di London, Inggris, berhasil menghasilkan sebuah gambaran klinis pertama

CT Scan Kepala. Sejak itulah peralatan Computed Tomography yang

merupakan perpaduan peralatan pencitraan sinar X dengan komputer

pengolah data sehingga dapat menampilkan potongan melintang (tranversal /

axial) bagian tubuh manusia dan berkembang dengan sangat cepat dan

menjadi teknologi imaging yang sangat mengagumkan. Inovasi dalam

perkembangan teknologi CT Scan berkembang bersamaan dengan

perkembangan teknologi komputer.

Tehnik pemeriksaan CT Scan menjadi sebuah pemeriksaan

radiodiagnostik yang bersifat non invasive yang mampu menampilkan

gambar bagian dalam tubuh manusia yang tidak terpengaruh oleh super

posisi dari struktur anatomi yang berbeda. Hal ini dimungkinkan karena pada

teknik pencitraan ini, didapat dari seluruh informasi objek yang diproyeksikan

pada bidang dua dimensi dengan menggunakan teknik rekontruksi algoritma

gambar dan diolah dengan bantuan komputer, sehingga dapat diperoleh

sebuah gambaran dua dimensi tanpa kehilangan informasi tiga dimensinya.

Tehnik pemeriksaan CT Scan pun berkembang menjadi sebuah pemeriksaan

1
2

radiodiagnostik yang menunjang diagnosis bidang klinik antara lain

Neurology (Sistem Syaraf), Oncology, Cardiology dan Vascular (pembuluh

darah) serta kasus Acute Care (Emergency). Perkembangan ini menjadikan

tehnik pemeriksaan CT Scan menjadi sebuah kebutuhan pokok untuk dapat

dikuasai oteh tenaga radiografer dan dokter ahli radioiogi.

Pada CT Scan pengolahan gambar yang dihasilkan dilakukan oleh

sistim komputer. Data yang diterima oleh komputer pada awalnya adalah

data analog yang kemudian akan diubah kedalam gambar digital dalam

serangkaian angka yang diatur dalam baris dan kolom, yang disebut dengan

matriks (Ballinger, 1999). Satu buah kotak atau 1 sel informasi dinamakan

picture element (pixel) yang mengandung nilai CT number atau Hounsfield

unit (HU) sebagai perwakilan dari volume jaringan yang digambarkan dalam

2 dimensi.

Dasar pemberian nilai CT number adalah air dengan nilai 0 HU. Untuk

tulang mempunyai nilai +1000 HU kadang sampai +3000 HU. Sedangkan

untuk kondisi udara nilai yang dimiliki -1000 HU. Diantara rentang tersebut

merupakan jaringan atau substansi lain dengan nilai berbeda – beda pula

tergantung pada tingkat perlemahannya. CT image dapat digambarkan pada

layar monitor sebagai suatu bentuk yang dapat dikenali yaitu gray scale

image. Proses ini didapat melalui konversi tiap digital CT number pada

matriks yang sebanding dengan energi yang digunakan. Nilai kecerahan dari

gambar gray scale, sesuai dengan pixel dan CT number pada data digital

yang mewakilinya. Dikarenakan di dalam data CT image adalah merupakan

data asli, manipulasi gambar dilakukan untuk menampilkan gambar

tambahan, dimana proses tersebut disebut dengan windowing atau gray level
3

mapping (Ballinger, 1999). Tujuan dari windowing itu sendiri adalah metode

yang digunakan untuk dapat menampilkan gambar sesuai dengan apa yang

mau ditampilkan, dengan mengubah kontras dari gambar melalui window

width dan window level (Ballinger, 1999). Window width adalah suatu rentang

nilai CT number yang digunakan untuk memberikan nuansa keabu abuan

pada layar. Window Level dapat dikatakan sebagai titik tengah dari rentang

keabuan yang ditampilkan pada monitor (Merrill, 1999). Window level

digunakan untuk mengatur pusat dari CT number rentang gray scale yang

ditampakkan pada layar monitor. Dikatakan bahwa window level digunakan

untuk menampilkan lebih jelas jaringan/organ yang dimaksud, sedangkan

window width digunakan untuk memperjelas gambar tiap organ pada gambar

(kontras gambar) (Merrill, 1999).

Salah satu pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan menggunakan

CT Scan adalah pemeriksaan pada bagian thorax. Thorax adalah suatu

bagian dari tubuh manusia yang berfungsi dalam sistim pernafasan. Rangka

thorax itu sendiri tersusun atas tulang keras dan tulang rawan, dimana fungsi

dari rangka thorax tersebut adalah melindungi organ – organ yang berada

dalam rongga thorax. Di dalam rongga thorax terdapat organ – organ penting

yang berfungsi dalam sistim pernafasan, organ tersebut antara lain : paru -

paru, jantung, treachea, bronchus dan organ – organ lainnya..

Setiap bagian dalam thorax, baik itu tulang, muculus, dan jaringan

lunak memiliki kerapatan jaringan yang berbeda – beda. Sehingga dalam

suatu radiograf ( radiografi konvensional atau CT Scan ) dari thorax akan

tampak gambar yang mewakili kerapatan bagian – bagian tersebut dalam


4

suatu rentang warna hitam dan putih, tergantung pada daya serap dan daya

atenuasi dari tiap jaringan.

Dalam CT Scan thorax, gambar yang dihasilkan biasa dibuat dalam

tiga jenis metode window, yaitu mediastinum window, lung window dan bone

window. Medistinum window diutamakan untuk melihat jaringan soft tissue

yang berada daerah thorax, seperti jantung, pembuluh darah, dan jaringan

soft tissue lainnya. Lung window digunakan untuk memperlihatkan lebih jelas

organ paru – paru. Sementara bone window digunakan untuk

memperlihatkan lebih jelas struktur jaringan tulang yang berada pada daerah

thorax. Pada mediastinum window nilai window width yang digunakan adalah

350 dan nilai window level adalah 50. Pada window lung, window width yang

digunakan 1500 dan window level –500. Sementara pada bone window,

window width yang digunakan adalah 1500 dan window level 500 (Paul Batler

dkk, 2007). Penggunaan metode windowing ini dilakukan karena pada organ

thorax terdapat organ – organ yang mempunyai kerapatan jaringan yang

bebeda – beda, sehingga menghasilkan nilai CT number yang berlainan.

Sebagai contoh organ jantung yang merupakan jaringan soft tissue yang

mempunyai nilai CT number positif, dan organ paru – paru yang mempunyai

nilai CT number yang negatif.

Nilai window width dan nilai window level yang digunakan dalam CT

Scan thorax window lung adalah merupakan suatu rentang nilai, nilai window

width, antara 1000 sampai dengan 2000 dan nilai window level antara -250

sampai dengan -850 (Ballinger,1999). Window width akan berpengaruh

terhadap kontras gambar, semakin tinggi window width yang digunakan maka

gambar akan terlihat semakin kurang kontras. Sementara window level akan
5

berpengaruh terhadap tingkat brightness ( kecerahan ) pada gambar,

semakin tinggi nilai window level yang digunakan maka semakin cerah

gambar. Dengan pemilihan window level yang tepat, maka gambar CT Scan

yang dihasilkan dapat memberikan informasi diagnostik yang maksimal,

terutama pada organ paru.

Berdasar dari uraian tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian pada CT Scan thorax lung window dengan

menggunakan variasi nilai window level tanpa merubah nilai window width

yang digunakan. Penelitian ini penulis tuangkan dalam suatu penelitian

dengan judul :

“ ANALISIS KUALITAS CITRA ANATOMIS DENGAN VARIASI NILAI

WINDOW LEVEL CT SCAN THORAX PADA LUNG WINDOW “

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah ada perbedaan kualitas citra anatomis dengan variasi nilai

window level CT Scan thorax pada lung window ?

2. Pada nilai window level berapa, yang paling baik dalam memberikan

informasi citra anatomis ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini adalah:

1. Mengetahui perbedaan kualitas citra anatomis pada CT thorax lung

window, dengan perubahan nilai window level.


6

2. Mengetahui pada nilai window level berapa yang paling baik dalam

memberikan informasi anatomis.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Sebagai sarana menambah wawasan dan pengetahuan kepada penulis

mengenai perbedaan kualitas citra anatomis dengan variasi nilai window

level CT Scan Thorax pada lung window, dan juga dapat menjadi

pertimbangan dalam menentukan nilai window level yang digunakan

untuk menghasilkan gambar CT Scan thorax pada lung window.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Semoga dapat digunakan sebagai bahan informasi dan referensi maupun

dokumentasi ilmiah mengenai teknik penggunaan windowing CT Scan

thorax lung window dengan mengubah parameter window level .

3. Bagi Pembaca Secara Umum

Semoga dapat memberikan tambahan pengetahuan secara umum dalam

menghasilkan suatu citra yang informatif pada pemeriksaan CT Scan

thorax, khususnya pada lung window.

E. Keaslian Penelitian

Penulis tidak menemukan adanya kesamaan penelitian yang

berhubungan dengan analisis informasi diagnostik deangan variasi nilai

window level pada CT thorax citra lung window. Namun penelitian yang

sejenis pernah dilakukan oleh peneliti lain, yaitu Indah Suwandari (2009),

dengan judul “Perbedaan Kualitas Gambar CT Scan Kepala Kasus Subdural


7

Hematoma Pada Berbagai Nilai Window Width Di RS. Mardi Rahayu Kudus”.

Perbedaan antara penelitian tersebut dengan penelitian yang penulis lakukan

adalah pada penggunaan variabel bebasnya, yaitu window width. Selain itu

objek yang digunakan dalam penelitian juga berbeda.

F. Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian dilakukan oleh penulis, terdapat batasan penelitian

yang dilakukan, yaitu :

1. Penelitian ini hanya dilakukan pada alat Multi Slice CT (MSCT).

2. Penelitian ini hanya dilakukan dengan menggunakan pesawat Siemens

CT Scan Somatom 6 slice yang berada di RSUD Prof.Dr.Margono

Soekarjo Purwokerto.

Anda mungkin juga menyukai