Riga Fede New
Riga Fede New
NEONATAL
Disusun Oleh:
Pembimbing :
JAKARTA
2018
1
BAB I
PENDAHULUAN
Gigi desidui pada umumnya erupsi pada usia 6 bulan, namun pada beberapa kasus
terjadi erupsi prematur yang dinamakan gigi natal, sedangkan gigi yang erupsi selama 30 hari
pertama kehidupan disebut gigi neonatal.1,2 Kasus gigi natal sebenarnya jarang tejadi, tidak
berkaitan dengan penyakit lain dan bukan merupakan gigi supernumerary. Prevalensi gigi natal
diperkirakan 1: 2000 dan gigi neonatal 1:3500. Etiologi gigi natal dan neonatal tidak diketahui
kelenjar endokrin akibat hipofisis, tiroid, dan gonad; resorpsi berlebihan dari tulang; kesehatan
ibu yang buruk, demam persisten selama kehamilan, sifilis kongenital dan berkaitan dengan
sindrom. Gigi yang terkait umumnya insisivus sentral mandibula, secara klinis memiliki bentuk
lebih kecil, kerucut dan menguning, dengan email hipoplastik dan pembentukan akar yang
tidak sempurna.2,3,4
Gigi insisivus bawah yang muncul saat lahir dapat berkembang menjadi penyakit Riga-
Fede (RFD). RFD adalah lesi mukosa traumatik reaktif ditandai dengan ulserasi mukosa mulut
persisten pada anak-anak usia kurang dari dua tahun. Ulkus biasanya terletak di permukaan
ventral lidah dan payudara ibu yang menyusui, disebabkan karena tongue thrust berulang dan
anak-anak dengan disautonomia. Lesi diawali dengan daerah ulserasi, trauma rekuren, dan bisa
menjadi massa fibrosa yang membesar dengan penampilan ulseratif granuloma. Lesi ini
menyulitkan bayi untuk menghisap dan menyusui, sehingga timbul risiko kekurangan gizi,
dehidrasi dan timbul infeksi pada bayi, bahkan menyebabkan kematian oleh karena tertelannya
gigi natal.3,4,5
Terapi konvensional pada lesi RFD adalah menghilangkan faktor penyebab seperti
aplikasi komposit atau pemolesan permukaan incisal edge, modifikasi perilaku makan dan
2
kebiasaan buruk, mouthguard, ekstraksi gigi dan aplikasi kortikosteroid topikal ataupun eksisi
lesi sublingual bila diperlukan. Pada beberapa kasus, radiasi jaringan lunak dengan laser tingkat
rendah menunjukkan potensi untuk mengurangi sensitivitas nyeri dan mempercepat proses
Tumor intraoral pada masa bayi sering menimbulkan rasa cemas pada orang tua dan
operator. Lesi pada RFD memiliki gambaran klinis ulserasi massa yang menyerupai keganasan.
Karakteristik klinis, diagnosis banding, aspek histopatologi, dan pilihan perawatan RFD,
berdasarkan tinjauan literatur, akan dibahas. Makalah ini bertujuan agar operator dapat
mengenali lesi ini dan mencegah prosedur invasif yang tidak perlu, sehingga penatalaksanaan
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Istilah yang digunakan cukup banyak mengenai kelainan erupsi gigi sulung sebelum
waktunya, seperti gigi kongenital, gigi fetal, predesidui atau precoks. Massler dan Savara
(1950) menggunakan istilah gigi natal dan neonatal.2,3,6 Definisi gigi natal adalah gigi yang
erupsi/telah ada dalam mulut pada waktu bayi dilahirkan. Hampir seluruh kasus terjadi pada
masa gigi desidui. Definisi Gigi Neonatal adalah gigi yang erupsi selama masa neonatal yaitu
dari lahir sampai bayi berusia 30 hari. Erupsi normal gigi insisivus sulung bawah dimulai pada
usia 6 bulan, jika gigi sulung erupsi semasa 3-6 bulan kehidupan disebut gigi predesidui. Gigi
ini merupakan gigi sulung yang erupsinya prematur, sehingga bukan supernumerary atau
Kondisi RFD pertama kali dijelaskan oleh Antonio Riga Cardarelli (1881), seorang
dokter Italia, menggambarkan lesi relatif bersifat jinak. Kondisi ini disebabkan dari trauma
berulang pada lidah oleh gigi desidui anterior selama pergerakan ke depan dan belakang. F.
Fede, pendiri pediatri Italia, yang kemudian diterbitkan studi histologis dan kasus tambahan
pada tahun 1890, sejak itu penyakit ini dikenal sebagai Riga-Fede.5
RFD adalah penyakit mukosa traumatik reaktif jinak, ditandai dengan ulserasi
persisten di mukosa mulut, umumnya pada ventral lidah. Dapat berkembang sebagai akibat
dari trauma berulang pada lidah (tongue thrust) dan frenulum oleh gigi insisivus rahang bawah
selama gerakan protrusif dan retrusif terus menerus. Gejala dapat diamati segera setelah bayi
lahir dengan gigi natal atau neonatal. Menurut Elzay 1983, syarat RFD adalah pasien berusia
kurang dari dua tahun, sedangkan pasien dengan usia diatasnya disebut traumatik oral
granuloma.3
4
Berbagai macam istilah telah digunakan untuk menggambarkan RFD, seperti eosinofil
sublingual, lesi reparatif lidah, (neonatal) ulserasi traumatik lingual, atrofik traumatik glositis
2.2 Prevalensi
Pemeriksaan pertama mengenai gigi natal dan gigi neonatal dilaporkan pada tahun
1950, terdapat 24 kasus yang dilaporkan mulai tahun 1883 sampai tahun 1935. Pada tahun 1876
Magiot telah melaporkan terdapat 3 kasus gigi natal dari 17578 kelahiran selama tahun 1859-
1898. (IDGAI). Massler and Savvara melaporkan prevalensi natal-neonatal 1:1000 sampai
1:3000 dan lebih sering terjadi pada bayi perempuan. Menurut Costacurta dkk prevalensi gigi
natal-neonatal berkisar dari 1: 6000 hingga 1: 800, tergantung pada jenis penelitian.2,4,5
sulung yang erupsi prematur. Hanya 1-10% gigi natal-neonatal adalah supernumerary. Lokasi
paling umum adalah daerah insisivus sentral mandibula (85%), diikuti insisivus rahang atas
(11%), kaninus (3%), molar rahang bawah dan regio posterior rahang atas (1%).2,3,4,5,6
1. Kasus awal (sebelum usia enam bulan): Penyakit Riga Fede sebelum waktunya tumbuh.
2. Kasus akhir (usia enam bulan dan lebih): Penyakit Riga Fede Akhir. Terjadi pada gigi
sulung.
5
Klasifikasi ini membantu identifikasi etiologi. Kasus-kasus awal biasanya dikaitkan
dengan kehadiran natal dan gigi neonatal yang mungkin terkait dengan kelainan perkembangan
dan / atau sindrom yang diakui. Ini termasuk sindrom Adrenogenital, bibir sumbing dan langit-
langit, disostosis kraniofasial, sindrom sinostosis kranial, displasia Ectodermal, sindrom Ellis-
van creveld, Epidermolysis bullosa simplex, sindrom Hallerman Streiff, sindrom Jadassohn-
enstrauch, dll.1 Kasus akhir biasanya menderita gangguan neurologis seperti disautonomia
familial, cerebral palsy, mikrosefali, sindrom Down, disfungsi otonom kongenital dengan nyeri
universal, dll.2,3,5,6
Gigi natal juga berhubungan dengan pola herediter, terbukti Capon melaporkan bayi
perempuan kembar, keduanya lahir dengan gigi natal insisivus bawah. Bodenhoff dan Gorlin
melaporkan 14.5% dari kasus gigi natal berhubungan dengan riwayat keluarga. Pada penelitian
Kates, Needleman dan Holmes melaporkan dari 38 kasus gigi natal yang mereka temukan
Faktor lainnya yaitu paparan racun lingkungan pada saat kandungan. Penelitian
Alaluusua dkk, pada tahun 2002 melaporkan bahwa anak yang lahir dengan ibu yang terpapar
dibenzo-p-doxin (PCDD) dapat meningkatkan prevalensi gigi natal. Kasus di Taiwan, 13 dari
128 bayi yang baru lahir mempunyai natal teeth dimana memiliki kandungan PCD dan PCDF
Narang dkk menggambarkan traksi konstan karena tongue tie sebagai penyebab, selain
trauma yang disebabkan oleh gigi. Tang dkk melaporkan bahwa trauma adalah penyebab
6
berkembangnya RFD, yang dapat menyebabkan agen virus dan toksik menembus di
Etiologi erupsi prematur gigi natal lainnya seperti gangguan kelenjar endokrin, defisiensi
nutrisi seperti hipovitaminosis, akibat sifilis kongenital, posisi benih yang superfisial (dekat ke
permukaan), bertambahnya proses erupsi gigi selama atau setelah anak mengalami demam.8,9
Gigi dengan bentuk konikal, mikrodonsia, warna kekuningan (kadang coklat) disertai
hipoplasia email, dentin dan perkembangan akar yang kurang atau tidak ada. Gigi tampak
hanya melekat pada leher gingiva sehingga memungkinkan gigi tersebut dapat bergerak ke
segala arah. Lokasi paling umum pada gigi insisivus bawah (85%), pada rahang atas jarang
dijumpai.3,4,5,9,10
Lesi sirkuler umumnya diameter >1cm, keras, indurasi, tampak eritema mengelilingi
plak membran putih kekuningan, kadang ulkus ditutupi dengan fibrin abu-abu dan
fibrinopurulen. Batas tepi muncul sebagai margin hiperkeratotik berbatasan langsung dengan
daerah ulkus. Lesi disertai indentasi gigi desidui, kadang disertai pembengkakan dan saat
Gambar 1. Gigi natal di regio anterior mandibula dengan ulser di ventral lidah.
7
Lidah adalah lokasi paling umum, lesi oral biasanya diawali sebagai ulserasi di garis
tengah permukaan ventral lidah, dengan peningkatan tepi mukosa yang menonjol. Trauma
berulang, dapat memungkinkan lesi membesar, massa berserat dan munculnya granuloma
ulseratif dengan nekrosis superfisial. Rasa sakit dari lesi dapat mengakibatkan dehidrasi dan
kesulitan saat menyusui, iritabilitas, bayi menangis intermiten, kehilangan nafsu makan,
penurunan berat badan, gangguan imunologi dan pertumbuhan lebih lanjut. Disamping itu juga
menyebabkan infeksi daerah luka dan resiko gigi tertelan, menyebabkan gangguan pernafasan
bahkan kematian.1,2,3,12
mengungkapkan reaksi sel inflamasi campuran di bawah permukaan ulserasi, termasuk sel T,
sel mononuklear, dan terdapat banyak eosinofil. Oleh karena itu, sering diklasifikasikan
sebagai subtipe dari ulkus eosinofilik.2,5 Pengenalan dini dari lesi penting dalam perawatan
karena mungkin merupakan tanda yang menunjukkan keganasan atau gangguan neurologis
yang mendasarinya. Umumnya RFD secara eksklusif ditemukan pada penderita Cerebral palsy
(CP). CP adalah penyebab paling umum cacat motorik pada usia anak. Diskinesia dari berbagai
bagian tubuh menyertai CP, termasuk lidah, yang dapat mempengaruhi bayi terhadap RFD
8
Pemeriksaan mikroskopis menunjukkan adanya ulkus mukosa dengan jaringan
granulasi dan infiltrasi sel inflamasi seperti limfosit, makrofag, sel plasma, neutrofil, sel mast
Elzay tahun 1983 pada pasien dengan lesi ulseratif kronis di mukosa. Keduanya memiliki
gambaran histologis yang serupa. Tapi TUGSE telah dilaporkan terjadi pada akhir masa
dewasa dan tidak hanya terbatas di lokasi lidah, karena dapat terjadi di mukosa bukal,
vestibulum, gingiva atau palatum.3 Menurut Taghi dkk, lesi yang terjadi di ventral lidah pada
bayi sebagai akibat dari trauma mukosa kronis, selama menyusui disebut RFD.13
9
2.6 Penatalaksanaan
Tujuan dari perawatan ini adalah untuk menghilangkan faktor penyebab sehingga
penyembuhan dapat terjadi. Menghaluskan ujung insisal dengan instrumen abrasif dianjurkan.
Alternatif lain, penambahan kecil dari resin komposit dapat terikat pada tepi insisal. Metode
lain seperti mengubah kebiasaan makan dengan menggunakan botol dengan lubang yang lebih
besar di puting, menempatkan nasogastrik tabung dan menghilangkan gejala dengan aplikasi
Jika metode konservatif gagal untuk menyelesaikan lesi atau ketika anak mengalami
dehidrasi berat atau malnutrisi, ekstraksi gigi seri dapat dipertimbangkan.4 Jika gigi adalah gigi
supernumerary atau seluler dengan kemungkinan tertelan dan aspirasi. Gigi permanen tidak
terpengaruh oleh pencabutan gigi natal. Kadang-kadang, lesi yang meragukan harus dibiopsi
dan dilakukan penelitian histopatologi. Pencabutan dianjurkan setelah bayi berusia 10 hari, hal
ini dihubungkan dengan produksi vitamin K dalam tubuhnya dan sebaiknya dilakukan di rumah
sakit. Rujukan ke dokter anak dianjurkan untuk injeksi profilaksis vitamin K (0,5-1mg) untuk
mencegah perdarahan.5
Terapi konvensional untuk lesi Riga-Fede adalah pengangkatan trauma, dan aplikasi
kortikosteroid topikal untuk menghilangkan gejala dan menyembuhkan lesi. Dalam konteks
ini, iradiasi jaringan lunak dengan laser tingkat rendah telah banyak digunakan, menunjukkan
Perawatan lesi pada permukaan ventral lidah dapat dilakukan dengan menghilangkan agen
penyebab atau memakai cakram polishing (dari jenis Soflex) di tepi insisal gigi.6 Diagnosis
dini dan intervensi mencegah malnutrisi, dan mengurangi ketidaknyamanan untuk bayi dan
ibu, sehingga memungkinkan untuk melanjutkan makan dan menyelesaikan regresi lesi.7
10
2.7 Laporan Kasus
Seorang bayi perempuan usia 2 bulan dirujuk ke unit kedokteran gigi anak RS
Fatebenefratelli S.Giovanni Calibita, Universitas Roma “Tor Vergata” ditemani oleh ibunya,
dengan keluhan rasa sakit dan luka di permukaan bawah lidah sejak satu bulan. Orangtuanya
merasa bahwa anak tersebut kekurangan asupan nutrisi, kesulitan dalam menyusui, menangis
ditemukan dua mahkota gigi neonatal di daerah anterior mandibula dengan mobilitas kelas II
dan ulkus berupa garis indentasi gigi pada permukaan ventral lidah. Pemeriksaan fisik
menunjukkan lesi melingkar berdiameter 13 mm, ditutupi dengan plak fibrin berwarna putih
keabuan yang terletak di tepi distal-ventral lidah, bersentuhan dengan insisivus sentral bawah
(Gambar 3). Setelah palpasi area tersebut menimbulkan respon nyeri. Mukosa intraoral tidak
menunjukkan lesi lain. Tidak ada temuan patologis dari data laboratorium, pemeriksaan
neurologis atau riwayat klinis. Riwayat sistemik dan riwayat keluarga tidak ada kelainan,
pasien tidak memiliki sindrom dan sedang tidak konsumsi obat apapun. Orang tua menolak
Berdasarkan anamnesis dan gambaran klinis, diagnosis RFD ditegakkan. Ekstraksi gigi
memperlambat laju penyembuhan (Gambar 4). Selain itu, untuk mencegah gigi tertelan atau
terhirup oleh bayi dengan konsekuensi penetrasi ke saluran udara dan paru-paru, karena
11
Ekstraksi dilakukan dengan anastesi topikal, kemudian kuretase soket untuk mencegah
perkembangan sel papilla dental (residual gigi natal), orang tua diinstruksikan agar bayi
berkumur dengan larutan garam fisiologis. Gigi menunjukkan bentuk dan ukuran normal,
berwarna putih kekuningan dan tidak ada pembentukan akar selaras dengan laporan kasus oleh
Ooshima dan Tsubone (Gambar 5). Gigi yang diekstraksi dilakukan pemeriksaan mikroskopis.
Analisis histologi menunjukkan mahkota belum matang tetapi keseluruhan lapisan terstruktur
dengan baik (enamel dentin layer, tubulus dentinal) (Gambar 6). Penyembuhan total lesi di
lidah membutuhkan 4 minggu (Gambar 7). Kemudian kunjungan berikutnya setelah 1 tahun,
Gambar 5 Gambar 6
Gambar 7 Gambar 8
12
BAB 3
PEMBAHASAN
RFD hampir secara eksklusif terbatas pada lidah. Dalam tinjauan literatur, dua puluh
sembilan lesi muncul sebagai ulserasi pada permukaan ventral lidah berhubungan dengan
trauma berulang gigi insisivus bawah primer, tiga lesi muncul di dorsal lidah disebabkan gigi
insisivus atas, dan tiga lesi lain ditemukan di bibir bawah. Pada tujuh pasien, gejalanya segera
terlihat, dalam waktu dua bulan setelah lahir. Semua kasus ini dikaitkan dengan gigi neonatal.
Sisa dua puluh tujuh pasien mengalami lesi setelah erupsi gigi seri bawah, pada usia enam
hingga dua puluh empat bulan, dengan usia rata-rata sepuluh bulan. Prevalensinya 1:2000 lahir
RFD jarang terjadi dengan etiologi yang tidak diketahui pasti, walau hubungan dengan
trauma kronis karena gigi telah dilaporkan oleh banyak peneliti. Tang dkk menyatakan, bahwa
trauma pada RFD, menyebabkan agen virus dan toksik menembus di sub mukosa dan ke daerah
traumatik sehingga timbul reaksi inflamasi dan kehilangan jaringan. Penelitian melaporkan,
otonom kongenital, down sindrom, mikrosefali, dan cerebral palsy.13 Menariknya, seluruh
pasien dengan gigi neonatal telah mengalami RFD sebelum usia enam bulan dan tidak
menderita gangguan neurologis. Menurut temuan ini, Domingues Cruz dkk mengusulkan
klasifikasi RFD dengan kejadian-kejadian terkait gigi neonatal dalam 6 bulan pertama
kehidupan, di mana tidak ditemukan hubungan dengan gangguan neurologis, dan Late Fede
Disease dimulai setelah 6-8 bulan kehidupan, dengan gigi pertama, biasanya gigi seri bawah
Deteksi dini RFD dianjurkan untuk diagnosis dan penatalaksanaan tepat, karena lesi
dapat menyebabkan deformitas atau mutilasi lidah, dehidrasi, asupan nutrisi yang tidak
13
memadai oleh bayi dan retardasi pertumbuhan. Dalam kasus ini dilaporkan, pasien memiliki
iritabilitas yang timbul dari kehadiran gigi neonatal termasuk ketidaknyamanan selama
menyusui, karena lesi pada ventral lidah. Presentasi klinis, data laboratorium dan biopsi dapat
membantu dalam eliminasi diagnosis banding.4,8 Bahkan, ulserasi lidah mungkin juga
disebabkan oleh penyebab lain, termasuk infeksi bakteri atau mikotik, alergi dan penyakit
tumor kelenjar saliva, tumor metastatik), kelainan genetik, sifilis primer, tuberkolosis,
agranulositosis.2,11,12
RFD dimulai sebagai daerah ulserasi dengan tepi yang menonjol. Trauma berulang
menyebabkan lesi menjadi massa fibrosa yang membesar dengan munculnya granuloma
ulseratif dengan nekrosis superfisial.2,3,5 Secara histopatologis ditandai oleh mukosa ulserasi
dengan jaringan granulasi dan infiltrasi inflamasi campuran yang terdiri dari limfosit,
makrofag, sel mast, dan jumlah eosinofil yang banyak. Karena ibu pasien menolak izin untuk
melakukan pemeriksaan radiografi dan biopsi lidah, diagnosis didasarkan pada riwayat lengkap
dan pemeriksaan fisik. van der Meij dkk menyatakan, RFD dapat dideteksi cukup mudah
karena riwayat dan gambaran klinis yang khas, sehingga jarang diperlukan pemeriksaan
histopatologi tambahan. Pilihan pertama untuk perawatan RFD harus selalu konservatif.12,13
Eliminasi agen traumatik tidak berarti bahwa gigi harus diekstraksi. Anatomi gigi dapat
dimodifikasi dengan meratakan tepinya dengan finishing bur atau disc polishing. Tepian tajam
juga dapat ditutupi dengan restorasi adhesif seperti komposit/ semen ionomer kaca dan
mouthguard. Mengubah kebiasaan makan dengan menggunakan botol lubang yang lebih besar
kortikosteroid lokal. Jika pilihan perawatan konservatif tidak mendukung proses penyembuhan
dan kondisi bayi yang dehidrasi atau malnutrisi, maka ekstraksi gigi dipertimbangkan. Indikasi
14
ekstraksi gigi ketika mobilitas berlebih, karena akarnya masih dalam tahap pembentukan awal
dan ada risiko tinggi tertelan, gangguan pernafasan atau aspirasi, atau gigi supernumerary.10,12
Jika cedera berlanjut setelah ekstraksi, biopsi eksisi harus dilakukan. Dalam kasus yang
dijelaskan, lesi sembuh dalam empat minggu tidak memerlukan biopsi. Namun, kehilangan
prematur gigi sulung dapat menyebabkan masalah estetika, ortodontik, dan fonetik. Kondisi ini
dapat mempengaruhi hubungan rahang dan kebiasaan buruk. Juga dapat menyebabkan fibrosis
gingiva di area tersebut, yang dapat mengakibatkan kesulitan erupsi gigi permanen. Oleh
karena itu, kontrol dalam waktu dekat dari erupsi gigi permanen pengganti sangat penting
setidaknya 1 tahun.10
15
BAB 4
KESIMPULAN
RFD adalah penyakit mukosa reaktif sebagai akibat dari trauma berulang pada lidah
oleh karena gigi natal/neonatal. Diagnosis dan intervensi dini penting karena resiko aspirasi,
iritasi/trauma pada jaringan lunak yang mengganggu kenyamanan bayi dan ibu saat menyusui.
Gambaran lesi RFD menyerupai keganasan, sehingga perlu diketahuinya diagnosis banding
dan biopsi bila diperlukan. Penatalaksanaan RFD umumnya diawali dengan langkah-langkah
konservatif. Perlunya keputusan yang tepat dalam penatalaksanaan sehingga tidak terjadi
16
DAFTAR PUSTAKA
17