Anda di halaman 1dari 147

91.

Edisi Khusus (II)


Kongres Ke VI PERSI dan
Hospital Expo Ke VII
Kongres Ke VI
Perhimpunan Rumah Sakit
Seluruh Indonesia
(PERSI)
dan
Hospital Expo Ke VII

II

Jakarta Hilton Convention Centre


21 - 25 Nopember 1993
Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994 1
Tema :
Meningkatkan Peran Rumah Sakit dalam
Menyongsong Pembangunan Jangka Panjang Tahap Kedua
2 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994
Cermin
Dunia Kedokteran
International Standard Serial Number: 0125 - 913X

KETUA PENGARAH REDAKSI KEHORMATAN


Dr Oen L.H.
KETUA PENYUNTING - Prof. DR. Kusumanto Setyonegoro Prof. DR. B. Chandra
Guru Besar Ilmu Kedokteran Jiwa Guru Besar Ilmu Penyakit Saraf
Dr Budi Riyanto W Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga,
Jakarta Surabaya
PEMIMPIN USAHA
Rohalbani Robi - Prof. Dr. R.P. Sidabutar
Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam
Sub Bagian Ginjal dan Hipertensi - Prof. Dr. R. Budhi Darmojo
PELAKSANA Bagian Ilmu Penyakit Dalam Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam
Sriwidodo WS Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta Semarang
TATA USAHA
Sigit Hardiantoro - Prof. Dr. Sudarto Pringgoutomo
Guru Besar Ilmu Patologi Anatomi - Drg. I. Sadrach
ALAMAT REDAKSI Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, l.embaga Penelitian Universitas Trisakti,
Majalah Cermin Dunia Kedokteran Jakarta Jakarta
P.O. Box 3105 Jakarta 10002 - Prof. DR. Sumarmo Poorwo Soedarmo
Telp. 4892808 - DR. Arini Setiawati
Fax. 4893549, 4891502 Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Bagian Farmakologi
NOMOR IJIN Kesehatan, Departemen Kesehatan RI, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta Jakarta
151/SK/DITJEN PPG/STT/1976
Tanggal 3 Juli 1976
PENERBIT DEWAN REDAKSI
Grup PT Kalbe Farma
PENCETAK - DR. B. Setiawan Ph.D - Drs. Victor S. Ringoringo, SE, MSc.
PT Midas Surya Grafindo - DR. Ranti Atmodjo - Dr. P.J. Gunadi Budipranoto

PETUNJUK UNTUK PENULIS


Cermin Dunia Kedokteran menerima naskah yang membahas berbagai sesuai dengan urutan pemunculannya dalam naskah dan disertai keterangan
aspek kesehatan, kedokteran dan farmasi, juga hasil penelitian di bidang- yang jelas. Bila terpisah dalam lembar lain, hendaknya ditandai untuk meng-
bidang tersebut. hindari kemungkinan tertukar. Kepustakaan diberi nomor unit sesuai dengan
Naskah yang dikirimkan kepada Redaksi adalah naskah yang khusus untuk pemunculannya dalam naskah; disusun menurut ketentuan dalam Cummulated
diterbitkan oleh Cermin Dunia Kedokteran; bila telah pemah dibahas atau Index Medieus dan/atau Uniform Requirements for Manuscripts Submitted
dibacakan dalam suatu pertemuan ilmiah, hendaknya diberi keterangan menge- to Biomedical Journals (Ann Intern Med 1979; 90 : 95-9). Contoh :
nai nama, tempat dan saat berlangsungnya pertemuan tersebut. Basmajian JV, Kirby RL. Medical Rehabilitation. 1st ed. Baltimore, London:
Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris; bila menggunakan William and Wilkins, 1984. Hal 174-9.
bahasa Indonesia, hendaknya mengikuti kaidah-kaidah bahasa Indonesia yang Weinstein L, Swartz MN. Pathogenetic properties of invading microorganisms.
berlaku. Istilah medis sedapat mungkin menggunakan istilah bahasa Indonesia Dalam: Sodeman WA Jr, Sodeman WA, eds. Pathologic physiology: Mecha-
yang baku, atau diberi padanannya dalam bahasa Indonesia. Redaksi berhak nisms of diseases. Philadelphia: WB Saunders, 1974 : 457-72.
mengubah susunan bahasa tanpa mengubah isinya. Setiap naskah harus di- Sri Oemijati. Masalah dalam pemberantasan filariasis di Indonesia. Cermin
sertai dengan abstrak dalam bahasa Indonesia. Untuk memudahkan para pem- Dunia Kedokt. 1990; 64 : 7-10.
baca yang tidak berbahasa Indonesia lebih baik bila disertai juga dengan abstrak Bila pengarang enam orang atau kurang, sebutkan semua; bila tujuh atau lebih,
dalam bahasa Inggris. Bila tidak ada, Redaksi berhak membuat sendiri abstrak sebutkan hanya tiga yang pertama dan tambahkan dkk.
berbahasa Inggris untuk karangan tersebut. Naskah dikirimkan ke alamat : Redaksi Cermin Dunia Kedokteran
Naskah diketik dengan spasi ganda di atas kertas putih berukuran kuarto/ PO Box 3105
folio, satu muka, dengan menyisakan cukup ruangan di kanan-kirinya, lebih Jakarta 10002
disukai bila panjangnya kira-kira 6 - 10 halaman kuarto. Nama (para) pe- Pengarang yang naskahnya telah disetujui untuk diterbitkan, akan diberitahu
ngarang ditulis lengkap, disertai keterangan lembaga/fakultas/institut tempat secara tertulis.
bekerjanya. Tabel/skema/grafikiilustrasi yang melengkapi naskah dibuat sejelas- Naskah yang tidak dapat diterbitkan hanya dikembalikan bila disertai dengan
jelasnya dengan tinta hitam agar dapat langsung direproduksi, diberi nomor amplop beralamat (pengarang) lengkap dengan perangko yang cukup.

Tulisan dalam majalah ini merupakan pandangan/pcndapat masing-masing penulis


dan tidak selalu merupakan pandangan atau kebijakan instansi/lembaga/bagian tempat
kerja si penulis.
Cermin
Dunia Kedokteran
91. Edisi Khusus International Standard Serial Number: 0125 - 913X

(II) Daftar Isi :


Kongres Ke VI Manajemen Mutu

PERSI
5. Manajemen Mutu dan Biaya Samsi Jacobalis
8. Quality Assurance dalam Keperawatan – Rokiah Kusumapradja

dan
16. Peranan Perawat dalam Efisiensi Penggunaan Sumber Daya – Mariani Situmorang
23. Pelaksanaan Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan di RS MMC Jakarta – Robby

Hospital Expo Tandiari, J. Karnadi, Hadisudjono, Baharoeddin Ildrem S.


28. Peningkatan Mutu Pelayanan di Rumah Sakit HR Waluyo Adi

Ke VII
33. Budaya Mutu sebagai Bagian Integral Manajemen Rumah Sakit – Emmyr F. Moeis
36. Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan di RSUD Pasar Rebo, Jakarta –Achmad Harjadi
39. Mutu dan Biaya Keperawatan – Maria I. Widjaja
47. Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Keperawatan – Tien Gartinah
Manajemen Keuangan

Maret 1994 50. Paviliun Khusus Swasta di RSCM Dr. Cipto Mangunkusumo – Soepardi Soedibyo
53. Manajemen Keuangan – Catharina
59. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat dan Implikasinya terhadap Pengelolaan
Rumah Sakit – MH Widodo Soetopo
63. Penilaian Kembali Penggunaan Metoda Barber-Johnson dalam Penilaian Efisiensi
Pelayanan Rumah Sakit di Indonesia – AL Slamet Riyadi
68. Dilema yang Dihadapi Rumah Sakit Swasta yang Memiliki Kepedulian Sosial Arif
Hartono, Diah Rini Handjari
69. Rumah Sakit Swakelola PT Timah – Hadisiswo Arsad
74. Program Kesejahteraan untuk Staf Rumah Sakit dan Para Dokter – Hotbonar Sinaga
78. Penerapan Teknologi Informasi untuk Meningkatkan Pelayanan Rumah Sakit dalam
Menyongsong PJPT II – Harun Affandie
83. Effective Hospital Management – James E Wawoeroendeng
Manajemen Penunjang
89. Trend Pengelolaan Pelayanan Penunjang Rumah Sakit – Imelda Emilia Dharma
91. Sistim Pelayanan Gizi di Rumah Sakit – Gunarti Yahya
97. Peranan Rehabilitasi Medik dalam Menurunkan Lama Hari Rawat (LOS) – Gerry
Haryati
100. Rumah Sakit Matra Laut – H. Sigit Widodo
103. Data Linen di Rumah Sakit Islam Jakarta – HJSitiAmbarwati
106. Efisiensi Pengclolaan Laboratorium di Rumah Sakit – Indika Pitono, Rustadi Sosro-
sumihardjo
110. Survai Keamanan Pasien – Boy S. Sabarguna
Makalah Lain
Karya Sriwidodo WS 115. Standar Perilaku sebagai Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan – Edi Sumarwoto
118. Satuan Pengendali Intern dalam Pengelolaan Rumah Sakit (suatu pemikiran) – H.
Soemaryono Rahardjo
122. Peranan Lembaga Konsultan bagi Peningkatan Sarana Pelayanan Kesehatan (Rumah
Sakit) – Emmyr F. Moeis
123. Pembinaan Rumah Sakit melalui Instrumen Penilaian Penampilan Kerja dan Instrumen
Pengukuran Kemampuan – SK Poerwani
129. Pengalaman Penerapan Peningkatan Kualitas Terpadu di RS Pelni Petamburan –
Hernawan
131. Pelayanan Sosio Medik di Rumah Sakit PGI Cikini – Woro Setyanti , Agustina Ma-
katika, Tunggul Situmorang, Emmy Sahertian
135. Kualitas Manajemen – pengalaman RS Islam Jakarta – H. Sugiat As.
137. Konsep Pengembangan Dana Sehat di Lingkungan LSM Islam – H. Abdul Mukty
143. The Effects of Current Flow through the Human Body and the Electrical Protection of
Patient Treatment Areas – Richard King
Artikel

Manajemen Mutu

Manajemen Mutu dan Biaya


Dr. H. Samsi Jacobalis
Jakarta

TRIKOTOMI MUTU, BIAYA DAN PEMERATAAN adalah lebih tinggi daripada biaya pengadaan baja untuk mem-
Trikotomi dalam pemberian asuhan kesehatan adalah antara produksi satu mobil itu. Hal ini tentu mempunyai dampak
mutu, biaya dan pemerataan. Tiga unsur itu saling mempe- merugikan dalam persaingan dengan industri otomotif Jepang
ngaruhi, namun tidak selalu saling mendukung, bahkan dapat dan beberapa negara lain.
saling berlawanan. Misalnya : biaya yang ditingkatkan dapat Ny. Hillary Clinton, yang mendapat tugas khusus dari
mengakibatkan pemerataan layanan juga bertambah, tetapi dapat presiden Clinton, telah siap dengan rancangannya untuk meng-
juga terjadi hal yang bertentangan. Jika biaya yang meningkat itu atasi "krisis asuhan kesehatan" di negara adikuasa itu. Namun
karena membeli teknologi yang mahal, dan pasien harus mem- saat ini ia sedang sibuk berargumentasi untuk mempertahankan
bayar mahal pula untuk dapat menikmati teknologi itu, ini akan rancangannya terhadap serangan-serangan gencar dari beberapa
berarti justru berkurangnya pemerataan, karena sebagian ma- anggota Kongres yang sangat berpengaruh. Di kalangan ma-
syarakat terpaksa harus tersisih dari kenikmatan mendapat syarakat, terutama segmen tertentu, rancangan itu juga men-
layanan. dapat dorotan tajam dan diperdebatkan oleh pihak-pihak yang
Banyak negara industri yang dikenal sebagai welfare states pro dan kontra (Time, 27 September 1993).
(Inggris, Swedia, Jerman, Kanada, dan lain-lain) sedang menga- Di Indonesia masalah pemerataan layanan kesehatan sangat
lami masalah berat dalam pembiayaan layanan kesehatan bagi dipentingkan, bahkan dijadikan salah satu kebijakan pokok
rakyat mereka. Umumnya mereka sedang berusaha melakukan dalam pembangunan sektor kesehatan nasional sejak Repelita I.
restrukturisasi sistem layanan kesehatan nasionalnya, karena Untuk itu ujung tombaknya adalah penyebaran Puskesmas dan
biaya makin lama makin melonjak tinggi. Sedang giat direnca- Puskesmas pembantu sampai ke pelosok-pelosok terpencil.
nakan cost containment tanpa mengorbankan mutu dan keter- Demikian juga program Posyandu, peningkatan ketahanan hidup
jangkauan atau pemeratan layanan. Contoh yang paling anak, bidan desa, pos obat desa, dokter PTT dan lain-lain adalah
mengesankan adalah Amerika. Di negara kaya itu sudah sejak program pemerataan layanan kesehatan seeara nasional. Upaya-
beberapa tahun terakhir biaya kesehatan naik dengan tajam. upaya pemerataan itu tentu harus didukung dengan biaya. Harus
Tahun ini diperkirakan akan menjadi hampir 14% dari GNP diakui bahwa demi pemerataan, dan dalam keterbatasan sum-
negara itu. Persentase itu adalah tertinggi di seluruh dunia. Tetapi berdaya, pada awal pembangunan kesehatan dulu mutu belum
apakah dengan meningkatnya biaya itu pemerataan juga jadi terlalu mendapat perhatian.
lebih meningkat di sana ? Justru tidak. Saat ini lebih dari 38 Namun sejak sekitar sepuluh tahun yang lalu situasi sudah
juta orang Amerika tidak terjangkau oleh layanan kesehatan mulai berubah. Peningkatan mutu juga dijadikan tujuan pem-
yang memadai karena mereka tidak terlindung oleh asuransi. bangunan kesehatan nasional. Sudah giat dikembangkan upaya-
Biaya Iayanan kesehatan di negara itu sudah demikian tingginya, upaya menuju keseimbangan antara mutu, biaya dan pemerataan
sehingga dalam biaya satuan (unit cost) satu mobil Amerika yang serta keterjangkauan layanan kesehatan. Sekarang dapat kira-
diproduksi, biaya untuk pemeliharaan kesehatan buruh pabrik kira diikhtisarkan perkembangan sebagai berikut :

Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21— 25 November 1993.

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994 5


1) Kesadaran akan mutu makin berkembang. Sudah mulai paling lama berkembang di sana), dan rakyat membayar mahal
meluas pengalaman menggunakan beberapa eara untuk untuk pemeliharaan kesehatan mereka (14% dari GNP), dalam
meningkatkan mutu. Banyak rumah sakit sudah mempunyai tahun 1986 saja sudah 89% rakyat Amerika tidak puas dengan
program meningkatkan mutu, sekalipun terbatas. asuhan kesehatan yang mereka terima (Blendon, World Hospi-
2) Sedang dikembangkan cara-eara untuk meningkatkan pem- tals, Vol 26 No. 1). Belum lagi kenyataan bahwa sekitar 15%
biayaan layanan kesehatan, a.l. dengan pengembangan sistem orang Amerika tidak terjangkau oleh layanan kesehatan yang
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat, cost recovery dan layak. Jadi jelas sekali trikotomi antara biaya, mutu dan pemera-
pengswadanaan rumah sakit pemerintah, serta peningkatan peran taan di negara itu.
serta swasta (termasuk kemungkinan investasi oleh swasta asing)
dalam pengembangan sarana layanan kesehatan. MENGEVALUASI BIAYA DALAM LAYANAN KESE-
3) Pemerataan layanan terus ditingkatkan. HATAN
Dalam manajemen layanan kesehatan sekarang ini orang
KORELASI ANTARA MUTU DAN BIAYA tidak boleh lagi beranjak dari pendirian : "pengobatan dilakukan
Tantangan utama dalam manajemen mutu dan manajemen berapapun biayanya" (treatment at any cost). Seperti juga dalam
biaya layanan kesehatan adalah bagaimana menyelenggarakan industri lain, layanan kesehatan pun sekarang sudah beralih
layanan yang bermutu dengan biaya yang masih dalam batas menjadi "dipacu oleh biaya" (cost driven). Rumah sakit yang
kemampuan masyarakat dan pemerintah untuk mendukungnya. tidak mewaspadai prinsip ini lambat laun pasti akan mengalami
Dengan kata lain harus dapat ditetapkan berapa harga jasa kesulitan pembiayaan dan akhirnya mungkin harus gulung
kesehatan yang bermutu baik dan apakah harga itu mampu tikar.
dibayar oleh pemerintah dan masyarakat. Perlu juga ditetapkan Dalam manajemen rumah sakit sekarang (terutama rumah
apa yang dimaksud dengan "bermutu baik". Menetapkan nilai sakit swasta, BUMN, swadana) dituntut adanya kemampuan
material tentang mutu tidak mudah, jika tidak mau dikatakan beriwraswasta dan penguasaan kiat-kiat bisnis. Dalam penye-
tidak mungkin. lenggaraan rumah sakit yang akan semakin bersaing di masa
Mutu adalah abstrak dan subyektif. Untuk membuatnya depan harus disadari perlu adanyakeungggulan kompetitif (com-
relatif "nyata" produksi jasa kesehatan diuraikan dalam kompo- petitive advantage). Keunggulan itu tidak lain kecuali bersumber
nen-komponen yang relevan dengan mutu, yaitu struktur, proses pada seni kemampuan manajemen :
dan outcome. Struktur adalah masukan berupa sumberdaya yang – Biaya (Cost),
relatif mudah dikuantifikasikan dalam nilai uang. – Mutu (Quality),
Tetapi proses klinis sangat bervariasi, tergantung pada ba- – Penyampaian jasa (Delivery).
nyak faktor kualitatif dalam sarana kesehatan (rumah sakit dan Secara sederhana dapat dikatakan rumah sakit (atau sarana
lain-lain), antara lain padaperilaku manajemen, misi rumah sakit, pemberi layanan kesehatan yang lain) dapat bertahan dan ber-
"budaya" rumah saki t, faktor-faktorpsiko-sosial padaparapemberi kembang apabila dapat menyediakan dan menyampaikan :
layanan, tingkat pendidikan staf rumah sakit, kemampuan unsur- · Jasa yang tepat sesuai kebutuhan masyarakat
unsur penunjang, serta keadaan yang menyangkut pasien sendiri. · Jasa yang bermutu
Di samping itu tiap penyakit dan tiap pasien adalah unik, dan tiap · Jasa yang diproduksi secara efisien
dokter yang menangani pasien dengan penyakit tertentu itu juga · Jasa yang dipasarkan seeara efektif.
mempunyai keunikan sendiri. Semua variabel itu sukar dikuan- Seperti juga dalam industri lain, dalam manajemen rumah
tifikasikan, sehingga sukar juga ditetapkan padanan nilai uangnya. sakit pun efisiensi dalam pemanfaatan sumberdaya-sumberdaya
Oleh karena itu harga suatu proses yang rutin sekalipun (misalnya menjadi sangat strategis. Efisiensi dapat diartikan sebagai :
pertolongan pada persalinan normal) tidak mudah ditetapkan manfaat dieapai dengan sumberdaya yang seeara kuantitas dan
secara eksak, walaupun biasanya ada tarif paket untuk proses itu. kuantitas tepat. Dengan kata lain mendapatkan nilai tambah
Besar kemungkinan tarif itu tidak mewakili harga yang sebe- tanpa pemborosan sumberdaya.
narnya dari proses itu. Demikian juga outcome sukardipadankan Yang dapat menjadi masalah adalah bahwa tidak semua
dengan nilai uang. Sukar ditentukan berapa harga misalnya manfaat dalam asuhan kesehatan dapat diukur. Misalnya : ber-
keadaan "bebas dari rasa nyeri, sembuh dari penyakit, rasa puas kurangnya rasa nyeri, berkurangnya stres, membaiknya mutu
atau tidakpuas terhadappengobatan, eacad setelah suatu tindakan, kehidupan dan tereegahnya keeacatan adalah manfaat-manfaat
dan sebagainya." yang sukar diukur dalam nilai uang. Paling-paling orang dapat
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa mutu asuhan mengatakan, andaikan hal-hal yang tidak diinginkan sampai
kesehatan sukar dipadankan dengan biaya, karena yang satu terjadi dan keadaan itu harus diatasi dengan upaya-upaya tertentu,
adalah abstrak dan kualitatif sedangkan yang lain eksak. Dengan dapat dihitung biayanya akan sebesar sekian rupiah. Jadi dapat
kata lain pemerintah dan masyarakat (selaku penyedia dana) diperkirakan saja berapa rupiah yang dapat dihematkan karena
tidak dapat mengatakan apakah mereka membayar lebih atau hal-hal yang tidak diinginkan itu tidak terjadi. Di samping itu
kurang untuk derajat mutu tertentu. Sebagai contoh nyata dari beberapa jenis biaya tidak langsung dalam layanan kesehatan
Amerika lagi : sekalipun dikatakan mutu asuhan kesehatan juga sukar dinilai seeara pasti, seperti misalnya biayapendidikan
adalah terbaik di negara itu (karena manajemen mutu sudah tenaga kesehatan, biaya mengembangkan sikap dan perilaku

6 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994


tenaga kerja dan lain-lain. Padahal pengetahuan, keterampilan asuransi kesehatan, karena keterbatasan sumberdaya, terpaksa
dan perubahan perilaku yang dihasilkan oleh upaya pengem- seolah-olah lebih mementingkan aspek biaya dengan "mengor-
bangan sumberdaya manusia tadi sangat potensial untuk bankan "aspek mutu. Suatu penelitian di luar negeri berkesim-
peningkatan manfaat bagi pasien. pulan bahwa penghematan biaya di suatu unit perawatan intensif
memang dapat membawa outcome yang kurang baik, karena :
PERAN DOKTER DAPAT MENDUKUNG MANAJEMEN · Ratio yang memburuk antara perawat dengan pasien
MUTU DAN BIAYA · Pasien cepat-cepat dipindahkan dari ICU, padahal ia belum
Di atas tadi dicontohkan bagaimana mutu yang ditingkatkan stabil
dapat menekan biaya karena secara preventif dapat dihemat · Makin banyak penggunaan tenaga tidak tetap, atau pem-
biaya untuk mengatasi outcome yang tidak diinginkan. Demikian bantu perawat yang kurang pengetahuan dan keterampilannya.
juga biaya yang digunakan secara efisien dapat meningkatkan · Tidak ada waktu untuk memberikan pendidikan pada pasien
mutu, seperti misalnya pemakaian obat secara rasional. atau keluarganya
Di sini peran dokterlah yang paling strategis. Dokter adalah · Pasien terpaksa dimasukkan lagi di ICU setelah baru saja
faktor yang sangat menentukan dalam pemanfaatan dana untuk dikeluarkan
kesehatan, bukan pasien atau pihak lain. Namun sayangnya para · Jumlah kegawatan meningkat sebagai akibat pemantauan
dokter umumnya bersikap kurang mendukung terhadap upaya tidak sempurna
penghematan biaya (cost containment) seeara langsung, baik · Ruang perawatan biasa tidak dapat memberikan layanan
oleh manajemen rumah sakit atau oleh pembayar pihak ketiga khusus yang dibutuhkan
(JPKM, Askes, atau majikan perusahaan). Para dokter umumnya · Perhatian dokter berkurang, terutama kepada yang kurang
tidak sadar-biaya. Banyak yang masih berpikir bahwa pem- mampu membayar
batasan biaya adalah pembatasan terhadap otonomi profesinya.
Banyak yang masih menganut prinsip treatment at any cost. Sebaliknya dampak positif dapat juga terjadi akibat peng-
Banyak juga yang sengaja melanggar peraturan yang bertujuan hematan biaya, apabila :
meningkatkan efisiensi biaya (misalnya standardisasi obat di · Sumberdaya rumah sakit dimanfaatkan secara efisien dan
rumah sakit) dengan alasan hal itu bertentangan dengan apa yang efektif sesuai dengan indikasi yang tepat
mereka dapat selama pendidikan, dan dapat merugikan pasien. · Digunakan teknologi tepat-guna
Jadi yang diperlukan sangat adalah perubahan sikap dan perilaku · Obat digunakan seeara efektif
para dokter agar mereka mendukung upaya-upaya efisiensi biaya, · Produktifitas sumberdaya manusia ditingkatkan
dengan menielaskan tujuan akhirnya. · Hari rawat dan jasaperawatan digunakan seeara lebih efisien,
dan lain-lain.
DAMPAK PENGHEMATAN BIAYA TERHADAP MUTU Jadi dengan penghematan biaya dapat ditingkatkan atau
Harus diakui pendirian para dokter seperti di atas tadi tidak diturunkan derajat mutu asuhan, tergantung pada tepat tidaknya
seluruhnya salah. Memang dapat terjadi pemerintah atau pihak penghematan itu dinilai dan dihayati oleh para pelaksana.

No answer is also an answer

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994 7


Quality Assurance
dalam Keperawatan
Ny. Rokiah Kusumapradja
Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan, Jakarta

PENDAHULUAN sakit, di antaranya : semakin pesatnya perkembangan ilmu dan


Sistim Kesehatan Nasional (SKN) menyebutkan bahwa : teknologi khususnya dalam bidang kedokteran, yang mau tidak
"Upaya kesehatan, termasuk upaya kesehatan di rumah sakit mau mengakibatkan biaya pelayanan menjadi mahal dan juga
harus bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan adanya keterbatasan sumber daya rumah sakit sehingga dirasa-
dapat dijangkau oleh masyarakat luas. Untuk itu perlu digunakan kan perlu adanya upaya agar pelayanan menjadi lebih efektif dan
hasil pengembangan ilmu pengetahuan serta teknologi tepat efisien, adanya desakan perundang-undangan, dibakukannya
guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan standar-standar pelayanan, tuntutan dari pihak ketiga (asuransi),
masyarakat luas, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada meningkatnya tanggung jawab keprofesian, serta semakin
perorangan" (1). Kriteria mutu pelayanan dalam hal ini tidaklah meningkatnya pendidikan dan sosial-ekonomi masyarakat.
semata-mata didasarkan pada mutu pengobatan dan tindakan Disadari bahwa mutu pelayanan yang kurang baik akan
medis yang dilakukan saja, tetapi juga menyangkut aspek-aspek menyebabkan pemborosan waktu dan sumberdaya, meningkatkan
sosio-ekonomi seperti keterjangkauan biaya, perhatian pada ke- kesalahan-kesalahan dalam pelaksanaan pelayanan dan
butuhan pelayanan individual pasien, dan kemampuan pemerin- meningkatkan risiko untuk terjadi kesulitan lainnya. Sedikitnya
tah dalam menunjang pembiayaan. 85% dari masalah pelayanan kesehatan adalah pada proses pe-
Agar penyelenggaraan pelayanan kesehatan dapat men- laksanaan pelayanan, dan masalah pada proses tersebut adalah
(
capai tujuan yang diinginkan maka pelayanan harus memenuhi 2manjeM masalah
berbagai syarat, di antaranya : tersedia (available), wajar (appro- ) Di Indonesia, sejak awal tahun delapan puluhan masalah
priate), berkesinambungan (continue), dapat diterima (accept- mutu pelayanan rumah sakit sudah banyak mendapat perhatian,
able), dapat dicapai (accesible), dapat dijangkau (affordable), khususnya oleh Departemen Kesehatan dan pengurus pusat
serta bermutu (quality). Kesemua syarat tersebut sama penting- PERSI, mengingat masih banyaknya kelemahan dalam sistem
nya dan pada akhir-akhir ini upaya meningkatkan mutu pelayan- pelayanan di rumah sakit. Departemen Kesehatan telah menge-
an semakin mendapat perhatian yang lebih besar, hal ini mudah luarkan berbagai standar di antaranya Standar Pelayanan Rumah
dipahami karena apabila pelayanan kesehatan yang bermutu Sakit.
dapat diselenggarakan, bukan saja akan meningkatkan efekti- Keperawatan sebagai salah satu profesi di rumah sakit yang
fitas pelayanan kesehatan, tetapi sekaligus juga akan dapat c ukup potensial dalam penyelenggaraan upaya menjaga mutu,
meningkatkan efisiensi pelayanan kesehatan. karena selain jumlahnya yang dominan, juga pelayanannya
Salah satu tantangan terbesar dalam pemberian pelayanan menggunakan pendekatan metoda pemeeahan masalah seeara
kesehatan di rumah sakit dewasa ini adalah terpenuhinya il miah melalui proses keperawatan. Demikian juga ditekankan
ekspektasi/harapan masyarakat akan mutu dan kapasitas pela- pada standar pelayanan rumah sakit yang menyangkut upaya
yanan rumah sakit. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor yang menjaga mutu khususnya pelayanan keperawatan, pada standar
menjadi pendorong akan pentingnya mutu pelayanan di rumah 7 tentang evaluasi dan pengendalian mutu dijelaskan bahwa :
Makalah ini disajikan pada Kongres VI PEPSI & Hospital Expo, Jakarta,
21 — 25 November 1993.

8 Cermin Dania Kedokteran , Edisi Khasas No. 91, 1994


"pelayanan keperawatan menjamin adanya asuhan keperawatan 4) Motivasi profesional; setiap profesi dapat mengevaluasi dan
yang bermutu tinggi dengan terus menerus melibatkan diri dalam dievaluasi pelayanannya. Hal ini merupakan proses peningkatan
program pengendalian mutu di rumah sakit". Namun dalam pe- dan pengembangan profesi secara terus menerus dan program ini
laksanaannya masih banyak mengalami hambatan, di antaranya memungkinkan para profesional meningkatkan penampilan
bahwa keterlibatan perawat dalam upaya menjaga mutu sudah klinisnya, serta upaya meningkatkan efektifitas dan efisiensi
cukup banyak, tetapi masih terkotak-kotak sesuai dengan ke- pelayanan kesehatan yang diberikan. Demikian pula kelompok
panitiaan multidisiplin yang diikuti dan belum terkoordinasi profesi (peer) melibatkan diri seeara aktif dalam memantau dan
dengan baik, sehingga kurang efektif. Hal ini mendorong rumah- menilai pelayanannya.
rumah sakit untuk memberi perhatian pada masalah tersebut. 5) Motivasi cost effectiveness; program ini merupakan tan-
Berikut ini akan dikemukakan tentang pengertian quality tangan untuk ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang berhu-
assurance, mutu, mengapa perawat penting dilibatkan dalam bungan dengan informasi biayalsumber daya, sehingga alokasi
program menjaga mutu, motivasi, tujuan, kaitan mutu dengan sumber daya menjadi lebih efektif dan efisien.
standar, indikator dan kriteria, unsur mutu, fungsi menjaga mutu, 6) Motivasi keselamatan (safety) bagi karyawan/pasien;
metoda, serta bagaimana membangun dan mengembangkan Rumah Sakit harus yakin bahwa pelayanan tidak akan men-
program menjaga mutu bidang keperawatan. celakakan karyawan dan pasien baik seeara langsung maupun
tidak langsung. Program menjaga mutu merupakan potensi agar
PENGERTIAN lingkungan menjadi lebih aman bagi semua pihak.
Quality Assurance diterjemahkan sebagai menjaga mutu (3) ;
program tersebut sudah menjadi keharusan dan menjadi syarat TUJUAN
mutlak bagi rumah sakit di Amerika agar dapat diakreditasikan. Program menjaga mutu di rumah sakit akan memberikan
Joint Commision on Accreditation of Healthcare Organization, hasil yang optimal bila diraneang untuk memenuhi tujuan se-
mendefinisikan Quality Assurance sebagai : "Suatu program bagai berikut :
berlanjut yang disusun secara obyektif dan sistematis memantau – Meningkatkan mutu pelayanan dan asuhan pasien
dan menilai mutu dan kewajiban (appropriateness) asuhan ter- – Menurunkan biaya operasional
hadap pasien, menggunakan peluang untuk meningkatkan asuh- – Mengidentifikasi kebutuhan pendidikan berkelanjutan
an pasien, dan memecahkan masalah-masalah yang ter- – Menjaga mutu pelayanan sesuai standar dan peraturan yang
terungkapkan. (4) berlaku.
Sedangkan Quality Assurance dalam keperawatan didefini- – Meningkatkan peneatatan dan dokumentasi pelayanan dan
sikan sebagai : "assuring the clients of the quality of nursing care asuhan pasien.
they are given "(5)
· – Membuat penilaian terhadap penampilan secara rasional
Definisi di atas jelas mengungkapkan unsur-unsur yang – Meningkatkan tanggung gugat para profesional praktisi
membedakan antara quality assurance dengan bentuk peer re- – Meningkatkan image yang positif terhadap rumah sakit
view, utilization review, inspeksi dan lain-lain yang sifatnya – Meningkatkan sikap perilaku yang positif bagi karyawan
hanya penilaian sewaktu/insidentil. – Membuat keputusan perencanaan jangka panjang.
Tujuan program menjaga mutu dalam keperawatan sebagai
MOTIVASI PROGRAM QUALITY ASSURANCE DI berikut:
RUMAH SAKIT · Memantau dan menilai asuhan pasien secara sistimatik agar
Beberapa ahli mengemukakan bahwa program menjaga efektif dan efisien :
mutu di rumah sakit menjadi penting karena adanya berbagai – Menggunakan metoda pemecahan masalah dalam pengen-
motivasi, di antaranya : dalian mutu asuhan pasien baik terhadap masukan, lingkungan,
1) Motivasi umum : Program menjaga mutu dapat memberi- proses, keluaran.
kan gambaran lebih jelas tentang wilayah kerja yang harus – Menentukan prioritas program yang akan dinilai oleh Tim
mendapat perhatian, baik masalah, faktor pendukung dan peng- pengendali mutu.
hambat, maupun bagaimana eara mengatasinya. – Pencatatan masalah, dan pelaksanaan tindakan keperawat-
2) Motivasi manajemen : Berbagai metoda yang digunakan an didokumentasikan secara rinci dalam dokumen asuhan pasien.
dalam program menjaga mutu pada organisasi pelayanan kese- · Meningkatkan tanggung gugat profesional seeara individu :
hatan berkaitan erat dengan proses manajemen. Hal ini terlihat – Keterlibatan setiap individu dalam program menjaga mutu
dari proses penerapannya yang merupakan suatu proses dan hasil mutu pelayanan yang dieapai, termasuk dalam penilaian
manajemen berdasarkan sasaran (management by objectives), penampilan kerja tahunan individu.
setiap bagian/unit kerja harus membuat sasaran/target yang jelas – Setiap unit kerja mengembangkan sistim penghargaan bagi
dan disepakati semua pihak dalam mencapai mutu pelayanan- individu yang memberikan pelayanan terbaik.
nya. – Kepala bidang keperawatan bertanggung gugat untuk men-
3) Motivasi bertanggung gugat (accountability); proses pro- ciptakan lingkungan kerja dan mendorong stafnya untuk ikut
gram menjaga mutu memungkinkan setiap staf rumah sakit terlibat dalam kegiatan menjaga mutu, serta menggunakan
memberikan pelayanan yang bermutu seeara bertanggung gugat. temuan-temuan yang ada untuk memelihara dan meningkatkan

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994 9


mutu pelayanan. pelayanan.
· Membina hubungan kerja sama interdisiplin tim kesehatan · Perawat mempunyai jalur komunikasi yang cukup baik
dalam proses program menjaga mutu : sehingga dapat mengetahui di mana suatu kesalahan terjadi,
– Setiap pengawas perawatan unit paling sedikit satu kali mengapa terjadi, dan bagaimana meneegah masalah dan mem-
pernah ikut terlibat dalam studi menjaga mutu interdisiplin. buat koreksi yang dapat diterima.
– Ikut serta dalam program menjaga mutu bidang terkait. · Faktor pendukung lainnya bahwa perawat mempunyai
– Tim menjaga mutu bidang keperawatan merupakan anggota pendidikan profesi, berpengalaman, mempunyai keterampilan
dari tim menjaga mutu tingkat rumah sakit. dalam observasi, dapat melakukan koordinasi dengan berbagai
– Mengajukan rekomendasi-rekomendasi pada tim menjaga bidang terkait, mengetahui eara menyusun prioritas masalah,
mutu tingkat rumah sakit. pemeeahan masalah, dan dapat melakukan pemantauan pasien
– Setiap tiga bulan memberikan laporan tertulis kepada tim serta integrasi pelayanan.
menjaga mutu tingkat RS. Maka peranannya dalam menyukseskan program menjaga
· Mengatur alokasi sumber daya di bidang keperawatan se- mutu secara menyeluruh menjadi sangat penting, karena perawat
cara efektif dan efisien : adalah kunei dalam mengidentifikasi dan memeeahkan masalah
– Mengumpulkan data untuk mengidentifikasi kegiatan la- pelayanan dan asuhan pasien dalam sistim pelayanan di rumah
yanan pasien yang sedang berjalan apakah menggunakan sum- sakit. Oleh karena itu keterlibatan perawat dalam program menjaga
berdaya secara tepat. mutu di rumah sakit adalah vital.
– Merekomendasikan strategi untuk meningkatkan efisiensi
penggunaan sumber daya. SEJARAH PERKEMBANGAN QUALITY ASSURANCE
– Mengukur produktivitas berdasarkan klasifikasi pasien, dan DALAM KEPERAWATAN
budget. Berdasarkan sejarah perkembangannya masalah mutu da-
· Membina perubahan untuk pengembangan praktek profesi lam pelayanan keperawatan bukanlah hal baru, karena Florence
dan sistim pelayanan : Nightingale (1820–1910) seorang perawat Inggris yang ber-
– Membedakan kelemahan/kekurangan pengetahuan, sikap upaya meningkatkan eitra keperawatan sebagai profesi, banyak
dan ketrampilan para perawat berdasarkan struktur dan sistim menekankan aspek-aspek keperawatan yang terkait dengan mutu
yang ada. pelayanan. Salah satu ajarannya yang terkenal sampai sekarang
– Menyampaikan masalah dan usulan pemecahannya kepada adalah "The hospital should do the patient no harm ", rumah sakit
pejabat yang berwenang. jangan sampai merugikan akan mencelakakan pasien. Selama
Oleh karena itu, upaya menjaga mutu pelayanan rumah sakit berlangsung perang Crime Florence Nightingale menyimpan
diperlukan suatu tanggung jawab yang besar dari organisasi, hal data statistik kematian yang dijadikan dasar dalam upaya per-
ini harus tercermin di dalam tujuan dan misi organisasi, perenca- baikan pelayanan sehingga angka kematian menjadi menurun.
naan strategis organisasi, penganggaran, cara memberikan peng- Nightingale juga menetapkan standar yang digunakan untuk
hargaan, evaluasi terhadap prestasi, demikian juga atas suasana perawat dalam melakukan tugasnya sehari-hari. Dalam bukunya
kerja, serta hendaknya menjadi komitmen penuh dari seluruh Notes on Nursing, di antaranya dikemukakan bahwa pentingnya
karyawan di semua tingkatan rumah sakit. perawat untuk melihat tanda-tanda pasien dan perubahan pasien
dari waktu ke waktu.
MENGAPA KEPERAWATAN ? Tahun 1910 Komite di Amerika Serikat melakukan penilaian
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari terhadap sekolah perawat, melaksanakan evaluasi yang meliputi
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Peranannya di dalam pe- kebutuhan perawat, kepuasan pasien atas pelayanan perawat,
nyelenggaraan program menjaga mutu sangat potensial dan dan pelayanan dokter.
strategis, mengingat : Pada dekade 1940–1960 minat penelitian pelayanan kese-
· Di Amerika telah berkembang suatu spesialisasi keperawat- hatan lebih dititik beratkan pada struktur dan proses. Penelitian
an dalam bidang Quality Assurance (Nurse Quality Assurance) telah dilaksanakan untuk mengetahui proses pelayanan yang
yang berfungsi sebagai tenaga konsultan. dilakukan oleh perawat. Tahun 1959, Asosiasi Perawat Amerika
· Pelayanan keperawatan dilaksanakan dengan pendekatan mempublikasikan "Fungsi Standar dan Kwalifikasi Perawat".
metoda pemeeahan masalah melalui pelaksanaan proses kepera- Dekade '60 an Myrtle Aydelotte dan Marie Tener melakukan
watan, yang menjadi prinsip dasar program quality assurance. penelitian tentang hubungan antara kegiatan perawat dan kesela-
· Jumlah tenaga yang eukup dominan di rumah sakit dan ke- matan pasien. Pengukuran dalam penelitian tersebut, termasuk
beradaannya di rumah sakit selama 24 jam secara terus menerus. jumlah jam pelayanan perawat, lama hari rawat, jumlah hari pe-
· Semua perawat dari tingkat pengelola sampai praktisi rawatan pasien, jumlah hari perawatan pasca operasi, pola obat
mengetahui sistim rumah sakit dengan baik , dan dalam posisi penawar sakit, obat penenang, sekala pengukuran fisik mental
yang strategis untuk mengidentifikasi, mencegah dan me pasien.
meeahkan masalah asuhan pasien, karena mereka mengetahui Dekade '70 an program Quality Assurance berkembang
lebih banyak tentang pasien, kebutuhan pasien, masalah, po- pesat, sekalipun hanya berbentuk artikel-artikel. Beberapa alat
tensi terjadinya kesalahan dan kecelakaan dalam pemberian proses dikembangkan antara lain The Slater Nursing Compe-

10 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994


tencies Rating Scale untuk mengukur kemampuan atau kom- 1)1) Bagi pemakai jasa pelayanan kesehatan : mutu pelayanan
petensi yang ditunjukkan oleh perawat, dan Quality Patients kesehatan terkait pada dimensi ketanggapan petugas memenuhi
Care Scale (QUALPACS) untuk mengukur mutu pelayanan ke- kebutuhan pasien, kelancaran komunikasi petugas dengan pasien,
perawatan yang diterima oleh pasien pada saat perawatan masih keprihatinan serta keramahtamahan petugas dalam melayani,
berlangsung. pasien, dan atau kesembuhan penyakit yang sedang diderita oleh
Dekade 80 an ditandai dengan terjadinya perubahan-per- pasien.
ubahan dalam sistim nilai, teknologi dan tantangan yang dihadapi 2) Bagi penyelenggara pelayanan kesehatan : mutu pelayanan
para profesi pelayanan kesehatan. Keprihatinan muncul akibat terkait pada dimensi kesesuaian pelayanan diselenggarakan
meningkatnya biaya pelayanan kesehatan, sehingga perhatian dengan perkembangan ilmu dan teknologi mutakhir dan atau
makin besar terhadap upaya. Cost containment dalam efektifitas otonomi profesi dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan
biaya pelayanan kesehatan dan sekaligus memonitor mutu pela- sesuai dengan kebutuhan pasien.
yanan. 3) Bagi penyandang dana pelayanan kesehatan : mutu pela-
Demikian juga perkembangan keperawatan di Indonesia yanan kesehatan lebih terkait pada dimensi pemakaian sumber
pada dekade 80 an, merupakan awal kebangkitan profesi kepe- dana, kewajaran pembiayaan kesehatan, dan atau kemampuan
rawatan, dengan mulai diperkenalkannya konsep keperawatan pelayanan kesehatan mengurangi beban anggaran penyandang
sebagai profesi dan proses keperawatan sebagai pendekatan dana pelayanan kesehatan.
il miah dalam memberikan asuhannya. Dibukanya pendidikan Untuk mengatasi perbedaan dimensi tersebut, maka di-
tinggi di bidang keperawatan dan akreditasi pendidikan kepe- sepakati bahwa pembicaraan tentang mutu pelayanan seyogya-
rawatan, dibuatnya standar terhadap keperawatan dan buku- nya dikaitkan dengan kehendak untuk memenuhi kebutuhan
buku pedoman lainnya serta dilaksanakan penelitian-penelitian serta tuntutan para pemakai jasa pelayanan tersebut. Makin
tentang masalah keperawatan. sempurna pemenuhan kebutuhan dan tuntutan tersebut, makin
Berdasarkan uraian di atas terlihat jelas bahwa pada abad baik pula mutu pelayanan kesehatan dengan ditandai rasa puas
yang lalu upaya menjaga mutu (Quality Assurance) didorong pada para pemakai jasa pelayanan (Client Satisfaction). Namun
oleh semangat profesi itu sendiri, sedangkan pada abad sekarang demikian timbul masalah bahwa kepuasan tersebut bersifat
proses penetapan standar-standar pelayanan menjadi melem- subyektif dan sering ditemukan bahwa pelayanan kesehatan
baga melalui berbagai organisasi profesi, badan akreditasi dan yang diberikan telah memuaskan pasien namun jika ditinjau dari
undang-undang. Walaupun keterlibatan para profesional masih syarat-syarat pelayanan kesehatan belum terpenuhi.
terlihat dalam kegiatan tersebut melalui organisasi profesi. Maka secara umum disebutkan bahwa yang dimaksud
dengan mutu pelayanan kesehatan adalah yang menunjuk pada
MUTU, STANDAR, INDIKATOR DAN KRITERIA tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan, dalam menimbul-
MUTU kan kepuasan pada setiap pasien sesuai dengan tingkat kepuas-
an rata-rata penduduk, serta yang penyelenggaraannya sesuai
Salah satu kesulitan dalam mendefinisikan mutu dalam
dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah di-
pelayanan
unsr kesehatan adalah karena kelekatannya dengan
tetapkan.
subyektifitas.
Batasan tentang mutu pelayanan banyak macamnya di an-
UNSUR-UNSUR YANG MEMPENGARUHI MUTU
taranya :
PELAYANAN
· Mutu adalah tingkat kesempurnaan dari penampilan suatu
Berdasarkan uraian di atas dapat terlihat bahwa mutu pe-
yang sedang diamati (Winston Dictionary 1956).
layanan kesehatan sebenarnya menunjuk pada penampilan
· Mutu adalah kepatuhan terhadap standar yang telah di-
(performance) dari pelayanan kesehatan yang dikenal dengan
tetapkan (Crosby, 1984).
keluaran (output) yaitu hasil akhir kegiatan dari tindakan dokter
· Quality is.........the comparison of how the level of care
dan tenaga profesi lainnya terhadap pasien, dalam arti perubahan
actually provided compares with that which is defined as the
derajat kesehatan dan kepuasan baik positif maupun sebaliknya.
wanted level of care (WHO, 1986).
Sedangkan baik atau tidaknya keluaran tersebut sangat di-
Batasan di atas menggambarkan bahwa mutu pelayanan
pengaruhi oleh proses (process), masukan (input) dan lingkung-
hanya dapat diketahui apabila sebelumnya telah melakukan pe-
an (environment). Maka jelaslah bahwa baik atau tidaknya mutu
nilaian baik terhadap tingkat kesempurnaan, sifat dan ataupun
pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur ter-
kepatuhan terhadap standar.
sebut, dan untuk menjamin baiknya mutu pelayanan kesehatan
Dalam praktek sehari-hari melakukan penilaian tidaklah
ketiga unsur harus diupayakan sedemikian rupa agar sesuai
mudah mengingat mutu pelayanan memiliki sifat multi dimen-
dengan standar dan atau kebutuhan.
sional, sehingga setiap orang dapat melakukan penilaian dari
dimensi yang berbeda tergantung latar belakang dan kepenting- Unsur masukan
an masing-masing. Hal ini terbukti berdasarkan hasil penelitian Unsur masukan (input) adalah tenaga, dana dan sarana fisik,
Roberts dan Prevorst (1987) bahwa ada perbedaan dimensi perlengkapan serta peralatan. Secara umum disebutkan bahwa
yaitu : apabila tenaga dan sarana (kuantitas dan kualitas) tidak sesuai

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994 11


dengan standar yang telah ditetapkan (standard ofpersonnel and dibedakan :
facilities), serta jika dana yang tersedia tidak sesuai dengan 1) Standar persyaratan minimal
kebutuhan, maka sulitlah diharapkan baiknya mutu pelayanan Adalah yang rnenunjuk pada keadaan minimal yang harus
(Bruce 1990). dipenuhi untuk menjamin terselenggaranya pelayanan kesehat-
an yang bermutu, yang dibedakan dalam :
Unsur lingkungan
a) Standar masukan
Yang dimaksud dengan unsur lingkungan adalah kebijakan,
Dalam standar masukan yang diperlukan untuk minimal ter-
organisasi, manajemen. Secara umum disebutkan apabila ke-
selenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu, yaitu jenis,
bijakan, organisasi dan manajemen tersebut tidak sesuai dengan jumlah, dan kualifikasi/spesifikasi tenaga pelaksana sarana,
standar dan atau tidak bersifat mendukung, maka sulitlah diha- peralatan, dana (modal).
rapkan baiknya mutu pelayanan (6).
b) Standar lingkungan
Unsur proses Dalam standar lingkungan ditetapkan persyaratan minimal
Yang dimaksud dengan unsur proses adalah tindakan medis, unsur lingkungan yang diperlukan untuk dapat menyelenggara-
keperawatan atau non medis. Secara umum disebutkan apabila kan pelayanan kesehatan yang bermutu yakni garis-garis besar
tindakan tersebut tidak sesuai dengan standar yang telah dite- kebijakan program, pola organisasi serta sistim manajemen,
tapkan (standard of conduct), maka sulitlah diharapkan mutu yang harus dipatuhi oleh semua pelaksana.
pelayanan menjadi baik (Pena, 1984). c) Standar proses
Dalam standar proses ditetapkan persyaratan minimal unsur
STANDAR proses yang harus dilakukan untuk terselenggaranya pelayanan
Program menjaga mutu tidak dapat dipisahkan dengan kesehatan yang bermutu, yakni tindakan medis, keperawatan dan
keberadaan standar, karena kegiatan pokok program tersebut non medis (standard of conduct), karena baik dan tidaknya mutu
adalah menetapkan masalah, menetapkan penyebab masalah, pelayanan sangat ditentukan oleh kesesuaian tindakan dengan
menetapkan masalah, menetapkan cara penyelesaian masalah, standar proses.
menilai hasil dan saran perbaikan yang harus selalu mengacu 2) Standar penampilan minimal
kepada standar yang telah ditetapkan sebelumnya sebagai alat Yang dimaksud dengan standar penampilan minimal adalah
menuju terjaminnya mutu. yang menunjuk pada penampilan pelayanan kesehatan yang
Pengertian standar itu sendiri sangat beragam, di antara- masih dapat diterima. Standar ini karena menunjuk pada unsur
nya : keluaran maka sering disebut dengan standar keluaran atau
· Standar adalah sesuatu ukuran atau patokan untuk meng- standar penampilan (Standard of Performance).
ukur kuantitas, berat, nilai atau mutu. Untuk mengetahui apakah mutu pelayanan yang diseleng-
· Standar adalah rumusan tentang penampilan atau nilai di- garakan masih dalam batas-batas kewajaran, maka perlu di-
inginkan yang mampu dicapai, berkaitan dengan parameter tetapkan standar keluaran.
yang telah ditetapkan(6). Untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
· Standar adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian ter- maka keempat standar tersebut perlu dipantau, dan dinilai secara
tinggi dan sempurna yang dipergunakan sebagai batas peneri- obyektif serta berkesinambungan. Bila ditemukan penyimpang-
maan minimal, atau disebut pula sebagai kisaran variasi yang an, perlu segera diperbaiki. Dalam pelaksanaannya pemantauan
masih dapat diterima (Clinical Practice Guideline, 1990). standar-standar tersebut tergantung kemampuan yang dimiliki,
Berdasarkan batasan tersebut di atas sekalipun rumusannya maka perlu disusun prioritas.
berbeda, namun terkandung pengertian yang sama, yaitu me-
nunjuk pada tingkat ideal yang diinginkan. Lazimnya tingkat INDIKATOR
ideal tersebut tidak disusun terlalu kaku, namun dalam bentuk Untuk mengukur tercapai tidaknya standar yang telah di-
minimal dan maksimal (range). Penyimpangan yang terjadi te- tetapkan, maka digunakan indikator (tolok ukur), yaitu yang
tapi masih dalam batas-batas yang dibenarkan disebut toleransi menunjuk pada ukuran kepatuhan terhadap standar yang dite-
(tolerance). Sedangkan untuk memandu para pelaksana program tapkan. Makin sesuai sesuatu yang diukur dengan indikator,
menjaga mutu agar tetap berpedoman pada standar yang telah makin sesuai pula keadaannya dengan standar yang telah dite-
ditetapkan maka disusunlah protokol. Adapun yang dimaksud tapkan. Sesuai dengan jenis standar dalam program menjaga
dengan protokol (pedoman, petunjuk pelaksanaan) adalah suatu mutu, maka indikatorpun dibedakan menjadi :
pernyataan tertulis yang disusun secara sistimatis dan yang 1) Indikator persyaratan minimal
dipakai sebagai pedoman oleh para pelaksana dal am mengambil Yaitu indikator persyaratan minimal yang menunjuk pada
keputusan dan atau dalam melaksanakan pelayanan kesehatan. ukuran terpenuhi atau tidaknya standar masukan, li ngkungan dan
Makin dipatuhi protokol tersebut, makin tercapai standar yang proses. Apabilahasil pengukuran berada di bawah indikatoryang
telah ditetapkan. telah ditetapkan pasti akan besar pengaruhnya terhadap mutu
Jenis standarsesuai dengan unsur-unsuryangterdapatdalam pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
program
unsr- menjaga mutu, dan peranan yang dimiliki 2) Indikator penampilan minimal
tersebut. Secara umum standar program menjaga mutu dapat Yaitu indikator penampilan minimal yang menunjuk pada

12 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994


ukuran terpenuhi atau tidaknya standar penampilan minimal gram menjaga mutu retrospektif adalah : Record review, tissue
yang diselenggarakan. Indikator penampilan minimal ini sering review, survei klien dan lain-lain.
disebut indikator keluaran. Apabila hasil pengukuran terhadap
standar penampilan berada di bawah indikator keluaran maka FUNGSI-FUNGSI DALAM KEGIATAN MENJAGA
berarti pelayanan kesehatan yang diselenggarakan tidak ber- MUTU
mutu. Pada dasarnya program menjaga mutu merupakan suatu
Berdasarkan uraian di atas mudah dipahami, apabila ingin proses kegiatan di RS yang dibakukan dan menjalankan fungsi-
diketahui (diukur) adalah faktor-faktor yang mempengaruhi fungsinya : pemantauan (monitoring), menilai (evaluasi), dan
mutu pelayanan kesehatan (penyebab), maka yang diperguna- melakukan tindakan (action) untuk koreksi pelayanan yang
kan adalah indikator persyaratan minimal. Tetapi apabila yang kurang baik.
ingin diketahui adalah mutu pelayanan kesehatan (akibat) maka · Pemantauan (monitoring) adalah fungsi sistematik dan rutin
yang dipergunakan adalah indikator keluaran (penampilan). mengumpulkan data dan informasi tentang proses dan outcome
pelayanan. Satu hal yang penting mendapat perhatian agar fungsi
KRITERIA pemantauan berjalan dengan baik, maka sistim pencatatan, pen-
Indikator dispesifikasikan dalam berbagai kriteria dari stan- dokumentasian, dan pelaporan harus ditata dengan baik.
dar yang telah ditetapkan, baik unsur masukan, lingkungan, · Menilai (evaluasi) adalah menilai dan menganalisa data dan
proses ataupun keluaran. informasi yang terkumpul tentang proses dan outcome. Fungsi
Berdasarkan uraian di atas mutu pelayanan kesehatan suatu ini adalah secara retrospektif mengidentifikasikan masalah yang
fasilitas pemberi jasa dapat diukur dengan memantau dan me- telah terjadi dalam pelayanan pasien atau hal-hal yang menyim-
nilai indikator, kriteria dan standar yang terbukti sahih dan pang dari standar yang sudah ditetapkan.
relevan dengan : masukan, lingkungan, proses dan keluaran. · Tindakan koreksi adalah berupa tindakan untuk memper-
baiki kelemahan-kelemahan yang dapat berakibat kurangnya
BENTUK PROGRAM MENJAGA MUTU (QUALITY mutu atau kewajaran asuhan. Kelemahan yang ditemukan ber-
ASSURANCE) dasarkan hasil analisa terhadap masalah, penyebab, dan lain-lain.
Bentuk Program Menjaga Mutu dapat dibedakan atas tiga Pada umumnya kelemahan tersebut disebabkan oleh faktor :
jenis : kurangnya pengetahuan para pemberi pelayanan, sistim, input,
1) Program Menjaga Mutu Prospektif (Prospective Quality proses dan lingkungan.
Assurance)
Adalah program menjaga mutu yang diselenggarakan sebe- METODA YANG DIGUNAKAN PADA PROGRAM
lum pelayanan kesehatan. Pada bentuk ini perhatian utama lebih MENJAGA MUTU
ditunjukkan pada standar masukan dan standar lingkungan yaitu Untuk mengukur dan menilai mutu asuhan dilaksanakan
pemantauan dan penilaian terhadap tenaga pelaksana, dana, sa- melalui berbagai metoda sesuai kebutuhan.
rana, di samping terhadap kebijakan, organisasi, dan manajemen Metoda yang paling sering digunakan adalah : Audit dan
institusi kesehatan. Survey.
Prinsip pokok program menjaga mutu prospektif sering 1) Audit adalah pengawasan yang dilakukan terhadap masuk-
dimanfaatkan dan tercantum dalam banyak peraturan perun- an, proses, lingkungan dan keluaran apakah dilaksanakan sesuai
dang-undangan, di antaranya : Standardisasi (Standardization), standar yang telah ditetapkan. Audit dapat dilaksanakan konkuren
perizinan (Licensure), Sertifikasi (Certification), akreditasi atau retrospektif, dengan menggunakan data yang ada (rutin)
(Accreditation). atau mengumpulkan data baru. Dapat dilakukan secara rutin
2) Program menjaga mutu konkuren (Concurent quality atau merupakan suatu studi khusus.
assurance) 2) Review merupakan penilaian terhadap pelayanan yang di-
Yang dimaksud dengan Program menjaga mutu konkuren berikan, penggunaan sumber daya, laporan kejadian/kecelakaan
adalah yang diselenggarakan bersamaan dengan pelayanan ke- seperti yang direfleksikan pada catatan-catatan. Penilaian di-
sehatan. Pada bentuk ini perhatian utama lebih ditujukan pada lakukan baik terhadap dokumennya sendiri apakah informasi
standar proses, yakni memantau dan menilai tindakan medis, memadai maupun terhadap kewajaran dan kecukupan dari pela-
keperawatan dan non medis yang dilakukan. yanan yang diberikan.
3) Program Menjaga Mutu Restrospektif (Retrospective 3) Survey dapat dilaksanakan melalui kuesioner atau interview
Quality Assurance) secara langsung maupun melalui telepon, terstruktur atau tidak
Yang dimaksud dengan program menjaga mutu restrospek- terstruktur. Misalnya : survei kepuasan pasien.
tif adalah yang diselenggarakan setelah pelayanan kesehatan. 4) Observasi terhadap asuhan pasien, meliputi observasi ter-
Pada bentuk ini perhatian utama lebih ditujukan pada stan- hadap status fisik dan perilaku pasien.
dar keluaran, yakni memantau dan menilai penampilan pelayan- 5) Dan lain-lain.
an kesehatan, maka obyek yang dipantau dan dinilai bersifat
tidak langsung, dapat berupa hasil kerja pelaksana pelayanan KOMPONEN PROGRAM MENJAGA MUTU
.
atau berupa pandangan pemakai jasa kesehatan. Contoh pro- Komponen penting program menjaga mutu, meliputi :

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994 13


· Identifikasi masalah asuhan pasien yang penting atau po- secara tertulis dan lain-lain.
tensial, atau masalah terkait yang diminati. – Memantau dan melaksanakan kegiatan koreksi secara
· Pengkajian terhadap penyebab dan lingkup masalah secara langsung untuk masalah praktek keperawatan.
objektif, termasuk penentuan prioritas masalah bagi pencarian – Menganalisis informasi yang dihasilkan dan membuat
dan pemecahan masalah. rekomendasi untuk perbaikan.
· Pelaksanaan program oleh orang yang tepat atau melalui · Adanya uraian tugas yang jelas bagi masing-masing
rancangan mekanisme, kegiatan, dan pengambilan keputusan anggota panitia dan tim pelaksana.
yang telah ditetapkan.
· Pemantauan terhadap kegiatan yang telah dirancang untuk 2. Koordinasi
meyakinkan bahwa hasilnya dapat dicapai sesuai ketentuan. Untuk mencapai peningkatan mutu yang berkesinambung-
· Pencatatan dan dokumentasi memenuhi kebutuhan seluruh an diperlukan koordinasi multidisiplin, keterpaduan program,
program untuk meningkatkan mutu asuhan pasien dan penam- keterlibatan secara aktif dari semua pihak terkait, jalur komu-
pilan klinis. nikasi dan pelaporan yang baik dan adanya kelompok tertentu
yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program.
PENGEMBANGAN PROGRAM MENJAGA MUTU 3. Perencanaan Program Menjaga Mutu
1. Organisasi Agar pelaksanaan program menjaga mutu dapat mencapai
· Penting adanya dukungan penuh dari pimpinan rumah sakit. hasil yang optimal maka diperlukan rencana kerj a secara tertulis,
· Panitia menjaga mutu bidang keperawatan hendaknya yang terdiri dari :
menjadi bagian dari panitia menjaga mutu tingkat rumah sakit. 1) Maksud, filosofi dan tujuan program
· Pengorganisasian program menjaga mutu hendaknya Penjelasan secara tertulis tentang maksud dan tujuan yang
mengarah pada 5 (lima) prinsip dasar : akan dicapai program dalam upaya menjaga mutu, serta rumusan
– Program harus berpengaruh dan mengatasi masalah sehari- filosofi yang menjelaskan pentingnya pengembangan program
hari terhadap pemberian pelayanan dan asuhan pasien. tersebut bagi profesi keperawatan baik sebagai individu maupun
– Pengumpulan informasi dan pemecahan masalah dikoor- kelompok dalam kaitannya dengan penerapan standar dan
dinasikan dengan program menjaga mutu tingkat rumah sakit. penilaian pelayanan serta asuhan keperawatan.
– Jalur komunikasi dan kewenangan yang sudah ada di bidang 2) Ruang lingkup program, adalah merupakan penjelasan ten-
keperawatan, hendaknya digunakan sebaik-baiknya agar tidak tang lingkup kegiatan baik wilayah kerja maupun jenis layanan
duplikasi. yang akan dilaksanakan.
· Gunakan sumber daya, waktu dari staf, tenaga ahli di 3) Kewenangan dan tanggung jawab; penjelasan tentang
bidang klinis dan administratif secara efektif dan efisien guna kewenangan dan tanggung jawab dari panitia menjaga mutu.
mengidentifikasi dan memecahkan masalah. 4) Organisasi program; penjelasan tentang susunan anggota
· Pemecahan masalah asuhan pasien harus lebih diutamakan panitia pelaksana dan tatakerjanya.
dibandingkan memproduksi laporan atau mengembangkan 5) Metoda pelaporan dan mekanisme umpan balik; penjelasan
tehnik pengambilan data. tentang metoda dan prosedur pelaporan dengan format yang',
· Membentuk panitia pengarah (steering committee) dirancang sesuai kebutuhan, serta hasil studi hendaknya dikomu-
· Anggota panitia terdiri dari : nikasikan kepada pihak yang terkait untuk tindakan perbaikan.
– Kepala bidang perawatan/wakilnya 6) Biaya; pelaksanaan program diperlukan biaya, oleh karena
– Konsultan program menjaga mutu itu perlu adanya perencanaan biaya baik jumlah maupun sum-
– Pengelola Ruang Rawat Penyakit Dalam, Kesehatan Anak, bernya.
Bedah, Gawat Darurat. 7) Kerahasiaan; semua data/informasi yang dikumpulkan dan
– Perawat pengendali infeksi dihasilkan, serta notulen rapat harus dijaga kerahasiaannya oleh
– Perawat lain yang dianggap perlu panitia menjaga mutu, demikian juga individu yang terlibat
· Tugas panitia pengarah : dalam kegiatan program tersebut sebaiknya tidak mencantum-
– Bertanggung jawab untuk merencanakan pengumpulan dan kan nama tetapi memakai kode tertentu.
pelaporan informasi yang dibutuhkan. 4. Pelatihan Staf
– Bertanggung gugat untuk seluruh kegiatan program men-
Program pelatihan sangat penting untuk meningkatkan
jaga mutu dan menyusun agenda rapat dan kegiatan.
pengetahuan dan ketrampilan para petugas sehingga keberhasi-
– Penghubung antara staf perawat pengelola dengan perawat
lan program dapat dicapai dengan baik.
klinis.
– Penghubung dengan program menjaga mutu tingkat rumah 5. Siklus Program Menjaga Mutu
sakit. a) Memilih topik studi
– Menugaskan staf keperawatan untuk duduk pada program – Identifikasi masalah
menjaga mutu tingkat rumah sakit/bidang terkait. – Mengkaji penyebab dan lingkup masalah
– Mengembangkan program dan membuat rencana program – Menentukan prioritas masalah yang akan dipelajari.

14 Cermin Dania Kedokteran . Edisi Khusus No. 91, 1994


b) Menentukan tujuan tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan, dalam menimbul-
c) Menyusun indikator sesuai topik studi dan mengembang- kan kepuasan pada setiap pasien dengan tingkat kepuasan rata-
kan kriteria rata penduduk, serta penyelenggaraannya sesuai kode etik dan
d) Mengesahkan kriteria yang sudah disusun standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.
e) Merancang format pengumpulan data 4) Mutu pelayanan kesehatan dapat diukur dengan memantau
f) Pengumpulan data dan pengukuran hasil pelayanan ber- dan menilai indikator, kriteria dan standar yang terbukti sahih
dasarkan kriteria yang telah disepakati dan relevan dengan masukan, lingkungan, proses dan keluaran.
g) Pengolahan dan penyajian data 5) Program menjaga mutu dapat dibedakan atas tiga jenis yaitu
h) Interpretasi hasil program menjaga mutu prospektif, konkuren, dan retrospektif.
i) Mengembangkan rencana tindakan perbaikan Pelaksanaannya menggunakan metoda audit, survey, observasi,
j) Pelaksanaan tindakan perbaikan dan lain-lain.
k) Tindak lanjut program. 6) Untuk mencapai keberhasilan program maka diperlukan
dukungan penuh dari pimpinan, keterlibatan secara aktif dari
6. Pengawasan karyawan, menggunakan sumber daya dan jalur komunikasi
Pengawasan efektif terhadap program sangat penting untuk yang ada serta pemilihan topik studi hendaknya yang berpenga-
menjamin adanya penanggung jawab program dan memastikan ruh terhadap pelayanan dan merupakan pemecahan masalah
bahwa kegiatan program dilaksanakan sesuai rencana dan hasil- sehari-hari dalam pemberian pelayanan dan asuhan pasien.
nya dikomunikasikan kepada seluruh jenjang organisasi yang 7) Dirasakan perlu adanya pedoman pelaksanaan menjaga mutu
rrelevan. bidang keperawatan.

KESIMPULAN
1) Upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan di rumah KEPUSTAKAAN
sakit adalah penting dan sudah merupakan tuntutan karena ada- 1. Dep. Kes. RI. Sistem Kesehatan Nasional, Depkes, Jakarta, 1982.
nya berbagai faktor penyebab. Untuk mencapai hasil yang baik 2. Rowland HS, Rowland BL. The Manual of Nursing Quality Assurance,
maka upaya tersebut harus dilaksanakan secara terpadu, multi- Aspen Publication Inc, Rockville, 1987.
disiplin, melibatkan seluruh karyawan terkait, pasien/keluarga- 3. Samsi Jacobalis. Menjaga Mutu Pelayanan Rumah Sakit, PT Citra Windu
Satria, Jakarta, 1989.
nya, serta hendaknya menjadi bagian yang tidak terpisahkan 4. Joint Commission on Acreditation on Health Care Organization, Primer on
(built-in) dari pelayanan itu sendiri, yang harus dilaksanakan Indicator Development and Application, measuring Quality in Health Care,
secara terus menerus dan berkesinambungan. JCAHO, Oakbrook Terrace, III, 1990.
Upaya menjaga mutu diperlukan suatu tanggung jawab 5. Nan Kemp, Richardson EW. Quality Assurance in Nursing Practice,
Biddies LTD, London, 1990.
yang besar dari organisasi yang harus tercermin dalam misi, 6. Donabedian A. Exploration in Quality and Monitoring Health Administra-
tujuan, perencanaan, penganggaran dan evaluasi prestasi baik tion, Ann Arbor, Michigan, 1980.
penampilan pelayanan rumah sakit maupun setiap individu di 7. Azrul Azwar. Standar dalam Program Menjaga Mutu, MKMI, 1993; 5.
8. Azrul Azwar. Konsep Mutu dalam Pelayanan Kesehatan, MKMI, 1993; 4.
dalamnya, serta hendakny a menjadi komitmen penuh dari seluruh 9. Blum HL. Planning for Development and Application of Social Change
karyawan di semua tingkatan rumah sakit. Theory, Human Science Press, New York, 1984.
2) Keperawatan sebagai salah satu profesi di rumah sakit 10. Departemen Kesehatan RI. Standar Pelayanan Rumah Sakit, Depkes,
peranannya dalam upaya menjaga mutu cukup potensial dan Jakarta, 1992.
strategis, serta keterlibatan para perawat dalam upaya menjaga 11. Emilie Beck, Joseph ED. Quality Assurance/Risk Management : The
Nurses Prespective, Care Communication Inc, Chicago, 1981.
mutu saat ini sudah cukup banyak. Namun pelaksanaannya 12. Ell MF, Ell JD. Quality Assurance Demystified, M.E. Medical Information
masih terkotak-kotak dan kurang terkoordinasi dengan baik System, Victoria Australia, 1991.
sehingga kurang efektif. 13. Texas Hospital Association.Guidelinesto an Effective Quality Assurance
3) Pengertian mutu pelayanan kesehatan banyak macamnya Program, Texas Society for Quality Assurance, Texas, 1984.
14. Wiorld Health Organization. The Principles of Quality Assurance, Report
dan penilaiannya tidaklah mudah mengingat mutu memiliki on WHO Meeting Barcelona, 1986.
sifat multidimensional. Namun secara umum yang dimaksud 15. Dep. Kes. RI. Modul Pelatihan Rumah Sakit, Mutu Pelayanan Depkes,
dengan mutu pelayanan kesehatan adalah yang menunjuk pada Jakarta, 1992.

Cermin Dunia Kednkteran, Edisi Khusus No. 91, 1994


15
Peranan Perawat dalam Efisiensi
Penggunaan Sumberdaya
Mariani Situmorang, SKM, MHA
Staf Direktur Pengembangan dan Pembinaan Sumber Daya Manusia (PPSDM),
Yayasan Kesehatan PG! Cikini, Jakarta.

PENDAHULUAN issue currently facing health care delivery systems appear to


be their efficiency " ( 3). Suatu studi yang belum lama dilakukan
Mutu pelayanan kesehatan senantiasa dituntut peningkatan-
di Amerika mcnunjukkan bahwa, antara saat ini dan tahun
nya baik oleh konsumen kesehatan (health consumers), oleh 2000, administrator pclayanan kesehatan harus mampu mcng-
pemberi pelayanan kesehatan (health providers) dan oleh hadapi sembilan hal pokok yang sangat pcnting; dan hal
pihak lain, misalnya pihak yang membiayai pelayanan terpenting pertama adalah cost/finance(4) (Hudak et al, 1993).
kesehatan (payers). Konsumen senantiasa mengharapkan Di Indonesia, dikemukakan bahwa beberapa masalah yang
peningkatan mutu pelayanan seperti kemudahan memperoleh dihadapi dalam pembiayaan kesehatan adalah keterbatasan
pelayanan kesehatan yang bermutu, kecepatan dan ketepatan
biaya, dan penggunaan biaya yang kurang efisien( 5 ).
pelayanan, scrta biaya yang terjangkau. Tuntutan ini di-
Salah satu bagian integral dari pelayanan keschatan dan
pengaruhi olch beberapa faktor, antara lain, kemajuan ilmu
yang sampai saat ini masih mengkonsumsi sebagian besar
pengetahuan dan teknologi, kemajuan di bidang komunikasi
anggaran pclayanan kesehatan adalah pelayanan rumah sakit.
dan informasi; meningkatnya tingkat pendidikan dan pen-
Efisiensi pengelolaan rumah sakit akan memberi dampak
dapatan; serta meningkatnya kesadaran masyarakat akan
besar terhadap cfisiensi pelayanan keschatan. Rumah sakit
pentingnya keschatan.
Dalam situasi tersebut di atas dan dipengaruhi olch bcr- perlu dikelola secara efisicn dan efektif dcngan memperhati-
bagai faktor lain seperti : kesulitan ekonomi, perkembangan kan prinsip-prinsip ekonomi kcschatan.
teknologi kedokteran (proliferation of medical technology), Pclayanan rumah sakit, yang kegiatan pclayanannya di-
laksanakan di berbagai divisi dan dibcrikan olch bcrbagai
biaya kesehatan yang senantiasa meningkat (spiralling health
jenis tenaga keschatan dan non kesehatan dari latar bclakang
costs), dan keterbatasan sumber daya, maka salah satu issue
pcnting yang menjadi kepedulian pelayanan keschatan saat ini profcsi yang berbcda, bcrsifat majcmuk dan kompleks. Oleh
adalah efisiensi. World llealth Organisation menyatakan sitem karena itu, pengelolaan rumah sakit merupakan suatu
bahwa untuk meningkatkan jangkauan dan mutu pclayanan manajemen yang sangat kompleks, majcmuk dan luas yang
kcschatan, maka perhatian yang besar harus dibcrikan kcpada terdiri dari bcrbagai divisi atau subsistem yang masing-
peningkatan cfisicnsi dalam pcngalokasian dan penggunaan masing memerlukan pengelolaan secara efektif dan efisicn.
sumbcrdaya yang terbatas ('). Kcpcdulian akan cfisicnsi Druckcr mengcmukakan bahwa ". . . health service adminis-
pelayanan keschatan dirasakan juga olch semua ncgara maju tration is one of the most difficult and complex management
yang tergabung dalam Organization for Economic Cooperation challenges(6). Untuk senantiasa dapat memelihara dan
and Development( 2 ). Dinyatakan olch pengamat lain bahwa meningkatkan mutu manajemen dan pclayanan rumah sakit
" . . . throughout the industrialized world, the main policy maka setiap subsistem dalam sistem manajemen rumah sakit

Makalah ini disajikan pada Kongres Vl PERSI & Hospital Expo, Jakarta ,
21 — 25 November 1993.

16 Cermin Dunia Kedokteran . Edisi Khusus No. 91, 1994


perlu dikelola secara profesional. Salah satu subsistem praktisi klinik yang orientasi utamanya adalah pasien secara
pelayanan rumah sakit adalah subsistem pelayanan ke- perorangan. Nursing administration pada dasarnya ber-
perawatan. kepedulian pada pengelolaan tiga macam clients yaitu : 1)
Dan literatur diketahui bahwa divisi pelayanan keperawat- patients as aggregates; 2) the nurses in practice within the
an adalah subsistem terbesar yang bertugas memberikan system of organized nursing services; dan 3) the organization
asuhan atau pelayanan yang merupakan fungsi inti pelayanan of nursing service delivery.
rumah sakit dan berada di jajaran pelayanan terdepan. Di Ada empat kelompok domain pengetahuan dan keterampil-
samping itu, sebagai suatu subsistem yang besar, maka untuk an yang dibutuhkan di dalam nursing administration. Keempat
penyelenggaraan kegiatannya divisi keperawatan memerlukan domain tersebut dapat dilihat pada Bagan I(10 ).
dan menggunakan biaya, supplies and equipment, serta sumber
daya manusia—tenaga keperawatan dan
Bagan 1. Kelompok domain
njo-keprawtdlm umlah yang besar. Keadaan tersebut menyebabkan
divisi perawatan sebagai pusat biaya (cost centre) yang perlu
dikelola secara effisien dan profesional (7).
Tenaga keperawatan, di divisi pelayanan keperawatan,
yang berperan, berfungsi dan bertanggung jawab dalam
keseluruhan kegiatan pelayanan keperawatan mempunyai
peranan yang besar dalam efisiensi penggunaan sumber daya
di divisi pelayanan keperawatan. Dalam makalah ini akan
dikemukakan peran perawat dalam efisiensi penggunaan
sumber daya. Namun, mengingat beragamnya jenis dan
tingkat asuhan keperawatan maupun jenis dan tingkatan
tenaga keperawatan maka tulisan akan dibatasi pada peran Dijabarkan lebih lanjut bahwa fokus studi Nursing Requi-
perawat eksekutif—administrator dan manajer keperawatan- rements Domain adalah klien secara keseluruhan (client
sebagai penanggung jawab pengelolaan divisi pelayanan aggregates) dalam konteks pelayanan keperawatan yang
keperawatan. diorganisir (organized nursing services). Client aggregates
Uraian dalam tulisan ini, yang meliputi ruang lingkup merupakan fenomena yang spesifik dalam nursing
nursing administration, dan peran perawat eksekutif dalam administration sebab pelayanan keperawatan bertanggung
efisiensi penggunaan sumber daya) disajikan berdasarkan jawab atas distribusi dan alokasi sumberdaya, serta peng-
bacaan dari literatur. Tujuan penulisan adalah memberikan awasan mutu. Domain ini memberi penekanan pada pengem-
sedikit masukan khususnya bagi rekan-rekan perawat peserta bangan pengetahuan yang menjelaskan, menguraikan dan
Kongres PERSI VI. Kiranya uraian dalam garis besar ini memprediksi fenomena pada klien secara keseluruhan dan
dapat dikembangkan dalam upaya meningkatkan manajemen bukan klien secara perorangan. Konsep-konsep yang ber-
pelayanan keperawatan untuk meneapai peningkatan mutu hubungan dengan domain ini, antara lain, sistem pengklasi-
pelayanan keperawatan sebagai bagian integral dari mutu fikasian pasien (patient classification systems), tingkatan
pelayanan rumah sakit. asuhan (levels of care), mutu asuhan (quality of care), dan
Diagnostic Related Groups (DRGs). Pertanyaan (research
RUANG LINGKUP NURSING ADMINISTRATION questions) yang menjadi kepedulian (concern) domain ini,
Sebelum mengemukakan peran perawat eksckutif dalam antara lain :
efisiensi penggunaan sumber daya, terlebih dahulu, akan 1) Adakah hubungan antara patient acuity dengan cost of
diuraikan seeara ringkas pengertian dan ruang lingkup care, dengan nursing resource needs, dan dengan nursing
nursing administration yang merupakan tanggung jawab judgement of acuity?
perawat eksekutif. 2) Apakah alternatif pendekatan untuk menentukan nursing
Nursing administration diberi batasan sebagai suatu intensity dan kebutuhan pasien akan pelayanan perawatan?
bidang studi dalam keperawatan yang berfokus pada pe-
3) Bagaimana hubungan antara intensitas asuhan keperawatan,
ngelblaan pelayanan keperawatan yang berfokus pada
karakteristik pasien tertentu dan biaya pelayanan perawatan.
pengelolaan pelayanan keperawatan yang terorganisir (admi-
nistration of organized nursing services). Pengembangan Fokus studi Nursing Service Practice Domain adalah
pengetahuan nursing administration untuk dipraktekkan paradigma praktek keperawatan. Domain ini menekankan
sebagai suatu bidang studi terapan harus bersandar pada dua distribusi pelayanan keperawatan dalam suatu organisasi ter-
perspektif yang independen yaitu keperawatan dan mana- tentu. Oleh karena itu konsep yang dibahas di sini adalah
jemen. Namun nursing administration sebagai suatu bidang model praktek keperawatan, pengawasan dan pemeliharaan
studi memerlukan lebih banyak teori yang bersifat manajerial mutu (quality control), pengelolaan staf (staffing), penugasan
dari pada klinik. Perawat administrator bukanlah seorang asuhan pasien (patient-care assignment) dan lain-lain. Tiga

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994 17


pertanyaan yang menjadi kepedulian domain ini adalah : Dapat dilihat pada rincian di atas bahwa produk nursing
1) Komponen-komponcn apakah yang paling cost effective administration meliputi produk keperawatan dan manajemen.
untuk memberikan kepuasan, menurunkan komplikasi dan Teori ini sejalan dcngan pemikiran Anderson (1989) yang
mengurangi length of stay bagi kelompok pasien tcrtentu? menyatakan bahwa sebagai akibat meningkatnya kompleksitas
2) Tingkat pendidikan dan ketrampilan apa yang harus di- manajemen pelayanan kesehatan maka nursing administration
miliki oleh para perawat agar mereka mampu memberikan harus mengikuti perkembangan tersebut dan outcome nursing
asuhan yang the highest quality but the most cost effective? administration harus mencakup high-quality nursing product
3) Bagaimanakah pola pengaturan staf (staffing patterns) yang dan high-qualiry management product.(")
paling cost effective and efisien di unit-unit perawatan tertentu
(in acute, intermediate, and long-term care unit)? PERAN PERAWAT EKSEKUTIF DALAM EFISIENSI
Sementara dua domain tersebut di atas lebih mefokuskan SUMBER DAYA
pada praktek klinik keperawatan, domain yang ketiga , Nursing
Organization Domain berfokus pada model manajemen dan Menghadapi situasi dan kondisi seperti telah diuraikan pada
struktur organisasi. Domain meliputi pengembangan organi- bagian Pendahuluan, dan merujuk kepada luasnya lingkup
sasi pelayanan keperawatan sebagai bagian integral dari nursing administration seperti diuraikan di atas, maka peran
organisasi rumah sakit yang bersifat kompleks. Dalam me- perawat eksekutif berkembang menjadi luas, lebih kompleks
menuhi keperluan keperawatan pasien secara keseluruhan, dan lebih sukar. Dapat dianalisis bahwa perawat eksekutif
nursing administration harus dapat memelihara dan menjamin mempunyai berbagai fungsi seperti planning, organizing,
bahwa pelayanan keperawatan dilaksanakan secara efektif staffing, directing, dan controlling sumber daya yang diperlu-
dan efisien. Konsep yang termasuk dalam domain ini adalah kan bagi terselenggaranya keseluruhan kegiatan pelayanan
pengetahuan umum tentang teori administrasi, organisasi keperawatan yang tersebar di keempat domain dan meliputi
serta manajemen yang kompleks, dan sistem manajemen ke- kegiatan asuhan keperawatan langsung (direct nursing care)
perawatan. Dalam domain ini dapat dilihat bahwa nursing dan asuhan keperawatan tidak langsung (indirect nursing care).
management adalah bagian dari nursing administration. Per- Sejalan dengan perluasan dan perkembangan perannya
tanyaan yang menjadi kepedulian domain ini, antara lain : serta guna pencapaian tujuan organisasi maka dituntut pula
1) Adakah hubungan antara struktur organisasi divisi ke- peningkatan pengetahuan dan ketrampilan para perawat
perawatan dengan produktivitas staf keperawatan dalam eksekutif baik di bidang keperawatan maupun di bidang
memberikan asuhan kepada pasien? manajemen yang meliputi manajemen sumber daya manusia,
finansial, materi dan waktu. Dalam pengelolaan dan untuk
2) Bagaimana cara mengukur dan meningkatkan produktivitas
pencapaian missi organisasi (rumah sakit dan khususnya
keperawatan? divisi keperawatan), perawat eksekutif diharapkan mempunyai
3) Level atau tingkat partisipasi bagaimana yang diperlukan visi ke depan dan senantiasa mampu mengikuti, meng
olch perawat eksekutif, agar ia dapat berperan aktif dalam antisipasi, dan mengadaptasi perubahan dan pergeseran dalam
pcmbuatan kcbijakan yang bcrsifat institution-wide, dan se- industri pelayanan kesehatan (health care industries) yang serba
lanjutnya agar ia mampu membuat perencanaan, pengorgani- tidak pasti (uncertain) dan terus berubah mengikuti kemajuan
sasian dayanan keperawatan sccfisicn dan seefcktif mungkin? iptek dan .peningkatan demand masyarakat.
Fralic (1992) menyatakan bahwa keberhasilan divisi ke-
Domain yang ke-empat, Environment Domain menyaji-
perawatan sangat tergantung pada kompetensi dan ketrampilan
kan framework untuk mengidcntifikasi fenomena dan konsep perawat eksekutif (12). Decher dan Sullivan (1992), menegas-
di lingkungan divisi pelayanan keperawatan. Hal ini sangat kan bahwa perawat eksekutif harus responsif terhadap
diperlukan untuk memahami keseluruhan fenomena di tiga meningkatnya demand akan asuhan keperawatan yang higher
domain lainnya Nursing Requirements, Nursing Service quality but lower cost.( 13 ) Ahli lain, mengemukakan bahwa
Practice dan Nursing Organization. Pcrtanyaan yang menjadi keberhasilan pengelolaan keperawatan akan sangat tergantung
kcpcdulian domain ini adalah : kepada perhatian dan kemampuan perawat eksekutif meng-
1 ) Apakah pcngaruh atau dampak pcngckangan biaya (cost hadapi , mcngatasi, dan mengantisipasi serta mengadaptasi
containment) terhadap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kesulitan (constraints) dan peluang (opportunities) yang
pclayanan kcperawatan? ti mbul( 14 ). Dijabarkan lebih lanjut bahwa di masa yang akan
datang nursing administration akan sangat tergantung pada
2) Apakah cfck atau dampak suatu sistcm tertcntu, misalnya
cmpat hal utama, yaitu :
DRGs, tcrhadap fungsi manajcr keperawatan dan mutu
asuhan keperawatan di rumah sakit? 1) Kemampuan memahami dan mengaplikasikan pengetahuan
dan keterampilan di bidang ekonomi dan kcuangan ke dalam
3) Apakah dampak sistcm pcmbayaran rumah sakit tcrhadap
rcalitas pclaksanaan pclayanan keperawatan;
fungsi manajcr keperawatan dalam mengarahkan, mengelola
dan mengawasi staf ? 2) Ketrampilan mengembangkan dan mengelola sistim

18 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No . 91, 1994


desentralisasi unit-unit pelayanan keperawatan dengan profesi keperawatan, mutu asuhan keperawatan, dan me-
kerangka kerja yang lebih profesional; ningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya. Perawat ekse-
3) Visi dalam memimpin kontinuitas pelayanan keperawatan kutif berperan sangat besar dalam memilih dan menentukan
model yang sesuai dengan situasi dan kondisi divisi pe-
dengan konteks kedewasaan profesi keperawatan (maturing
nursing profession) dalam sistim pelayanan kesehatan yang layanan keperawatan yang dikelolanya. Sebagai contoh,
terus berubah dan sumber daya yang terbatas; dan berikut ini akan disajikan secara ringkas uraian penugasan
asuhan pasien dan pendekatan proses keperawatan serta
4) Meningkatnya pengaruh teknologi terhadap peran dan hubungannya dengan peningkatan profesionalisme kepe-
pengetahuan staf keperawatan dan fungsi perawat eksekutif rawatan, peningkatan mutu asuhan keperawatan, kepuasan
dalam sistim pelayanan kesehatan. pasien, dan efisiensi penggunaan sumber daya.
Salah satu kriteria pemimpin pelayanan keperawatan
adalah seorang perawat yang cakap, mempunyai kualifikasi Penugasan Asuhan Pasien
manajer dan mempunyai kewenangan serta bertanggung Beberapa model penugasan asuhan pasien telah dikenal
jawab bagi berfungsinya pelayanan keperawatan(15) dalam manajemen keperawatan. Namun disebutkan bahwa ada
Dengan memiliki pengetahuan, kemampuan dan ketram- tiga model utama penugasan asuhan pasien, yaitu Functional
pilan seperti terlihat dalam uraian-uraian tersebut di atas Nursing, Team Nursing dan Primary Nursing(17). Perbedaan
maka diharapkan pengejawantahan peran perawat eksekutif yang mendasar pada ketiga model ini terletak pada sistim atau
dapat terlihat di semua domain nursing administration. Dalam pola pengaturan fungsi, tugas dan tanggung jawab yang di-
efisiensi penggunaan sumber daya, perawat eksekutif dapat emban oleh perawat dalam pengorganisir dan melaksanakan
berperan melalui dan/atau dalam beberapa fungsi serta tugas- aktifitas yang diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan pasien.
nya sebagai pengelola divisi pelayanan keperawatan. Efisiensi, Pada model Functional Nursing tanggung jawab dan tugas
dalam tulisan ini, diartikan sebagai komponen produktivitas keperawatan dibagi kepada dan dikerjakan oleh berbagai
yang membandingkan input dengan output, dan dapat di- tingkatan tenaga keperawatan. Semua pemberi asuhan kepe-
hitung dcngan rumus di bawah ini(16) rawatan (care-givers) terlibat dalam perawatan pasien, tetapi
setiap perawat hanya ditugaskan untuk melakukan satu jenis
tugas tertentu, misalnya me - monitor tanda-tanda vital, mem-
Some Measure of Output (production) bagikan obat, memberikan penyuluhan dan lain-lain. Penugas-
Some measure of Input (labor, wages, or other resources) an pada model ini mengakibatkan adanya fragmentasi tugas.
Di samping itu, dari segi tenaga keperawatan bisa menyebab-
kan infficient dan impersonal
(17)
.
Dalam tulisan ini peran perawat eksekutif dalam efisiensi Tidak seperti Functional Nursing, Team Nursing adalah
penggunaan sumber daya (resources) di divisi pelayanan suatu sistem pemberian asuhan keperawatan dcngan mem-
keperawatan akan dilihat dari dua sudut pandang, yaitu, 1) bentuk tim-tim keperawatan yang bertanggung jawab tcrhadap
pertama sebagai pemrakarsa atau konseptor berbagai ide, pemberian asuhan keperawatan kepada sejumlah pasien ter-
kebijakan, strategi dan keputusan dalam lingkup tanggung tentu. Setiap tim terdiri dari beberapa orang tenaga ke-
jawabnya yang diperlukan untuk menentukan pola sistem perawatan profesional dan non profesonal. Pada sistim ini
pengelolaan pelayanan keperawatan; dan 2) sebagai pengelola masih terjadi fragmentasi tugas, tctapi tidak sebesar frag-
(perencanaan, pengorganisasian, pengarahan serta evaluasi) mentasi pada sistim Functional. Di dalam praktek, sistim ini
pengimplementasian kebijakan, strategi dan keputusan-- mudah sekali menjadi duplikasi sistim fungsional.
keputusan dalam lingkup manajemen keperawatan sebagai Pada model yang ketiga, Primary nursing, penekanannya
bagian integral dari manajemen rumah sakit. terletak pada pcnugasan seorang perawat profesional atau
Melalui kerjasama perawat eksekutif dengan para ekse- registered nurse, yang disebut sebagai Primary Nurse sebagai
kutif subsistem lainnya di rumah sakit, maka diharapkan penanggung jawab utama pemberi asuhan keperawatan ke-
pengimplementasian kebijakan, strategi dan keputusan yang pada pasien tertentu. Primary nurse tersebut bertanggung
dibuat berdasarkan visi serta analisis situasi yang kompre- jawab (responsible dan accountable) untuk seluruh kegiatan
hensif akan memberi dampak terhadap peningkatan mutu proses keperawatan — yang meliputi pengkajian, menentukan
asuhan dan manajemen keperawatan yang dikelola secara diagnosis keperawatan, pereneanaan, pengimplementasian,
efisicn. dan evaluasi tindakan keperawatan — mulai dari pasien
Berbagai studi dan penelitian di bidang manajemen ke- masuk sampai pasien pulang. Perawat bertanggung jawab
perawatan menunjukkan bahwa sistem pelayanan keperawatan penuh selama 24 jam. Di dalam praktek, pada saat ketidak-
— struktur organisasi keperawatan, bentuk penugasan asuhan hadirannya maka primary nurse (yang dibantu ()la temp
pasien dan pendekatan proses keperawatan beserta diagnosis keperawatan dari tingkat yang lebih rendah (misalnya LPNs
keperawatan (nursing diagnosis) — yang dikelola secara dan nursing assistants), dapat mendelegasikan pelaksanaan
profesional akan meningkatkan profesionalisme tenaga dan asuhan keperawatan kepada para perawat yang membantu-

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 91, 1994 19


nya. Dengan sistim ini maka: tidak terjadi fragmentasi tugas; Mengikuti pendekatan sistematik proses keperawatan,;
primary nurse akan mengelola asuhan keperawatan secara maka perawat profesional menetapkan diagnosis keperawatan.
komprehensif dan profesional; terjadi peningkatan hubungan berdasarkan data hasil pengkajian yang komprehensif akan
terapetik antara perawat dan pasien, semua hal tersebut dapat masalah kesehatan pasien (aktual dan potensial) serta pengkajian
memberi dampak terhadap peningkatan profesionalisme, akan sumberdaya dimiliki pasien yang akan bekerjasama
peningkatan autonomi profesi dan kepuasan bekerja bagi dengan perawat untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan,
perawat, peningkatan kepuasan pasien akan mutu layanan dan Selanjutnya pereneanaan tindakan asuhan keperawatan dibuat
asuhan keperawatan, dan efisiensi penggunaan sumberdaya. berdasarkan diagnosis keperawatan yang telah ditegakkan.
Masing-masing model mempunyai kelebihan dan ke- Oleh sebab itu, apabila pendekatan ini diaplikasikan secara
lemahan. Meskipun ada perbedaan pendapat di antara para benar maka efisiensi penggunaan sumberdaya dapat
peneliti, namun bila dilihat dari segi peneapaian peningkatan ditingkatkan. Berdasarkan hasil studi dilaporkan bahwa
kualitas profesi keperawatan, peningkatan mutu asuhan ke- penerapan diagnosis keperawatan dapat menjadi dasar bagi
perawatan, peningkatan efektifitas dan efisiensi sumberdaya pecnapaian efisiensi dan efektifitas nursing administration(22).
maka Primary Nursing merupakan model yang relatif paling Di samping itu, diagnosis keperawatan meningkatkan oto-
tepat.(17, 8,19 ) Hasil studi menunjukkan bahwa model primary
1
nomi, tanggung jawab, accountability, serta peranserta
nursing dapat menghemat biaya sebesar $1.30 per pasien per perawat dalam pencapaian tujuan asuhan keperawatan dan
20
hari( ). Beberapa alasan yang dikemukakan dapat dilihat tujuan divisi pelayanan keperawatan.
(17)
dalam kutipan berikut Saya berpendapat pengaplikasian proses keperawatan de-
ngan diagnosis keperawatan dalam memberikan pelayanan,
Functional Team Functional
kepada pasien akan mendukung dan sejalan dengan kebijak-
sanaan pembangunan Pelita VI, yang menyatakan: pengem-
Not cost-effective Not cost-effective Most likely to be cost bangan su mber daya manusia diarahkan pada pembentukan
because : because : effective because : tenaga profesional yang mandiri dan beretos kerja tinggi,
1. Product (nursing 1. Product is of only 1. Product is of high produktif, berkualitas, efisien, efektif dan berjiwa wiraswasta
care is of poor moderate quality, quality since the (dikutip dari GBHN 1993).
quality owing to since expertise in person most pre- Melanjutkan uraian pada paragraf-paragraf sebelumnya,
fragmentation; judgement and pared and best
this results , in communication equipped to per-
dalam peran sebagai pengelola pengimplementasian penugasan
many complaints cannot be dele- form does so on a asuhan pasien dan penerapan proses keperawatan, maka peran
from clients. gated from the continuing basis perawat e ksekutif dapat terlihat dalam fungsi dan tugasnya
care-planners for the same
merencanakan sumber daya manusia (tenaga keperawatan dan
(team leaders) to clients.
the care-givers non keperawatan), materi (supplies and equipment), dan
(team members). finansial sesuai dengan kebutuhan. Kemampuan seeara pro-
2. Nursing staff easi- 2. Turnover of nurs-
2. Turnover of nurs- fesional membuat prediksi dan pendistribusian jumlah tenaga
ly becomes frus- ing staff is mo- ing staff is minimal yang dibutuhkan serta pengalokasian sumber daya materi dan
trated, and turn- derate but vari- because of higher finansial sesuai dengan keperluan pelayanan akan membcri
over rate is usually able. level of satisfac-
dampak terhadap efisiensi penggunaan sumber daya. Ke-
high, thus increas- tion experienced
ing cost of orien- by nurses. tidakmampuan melakukan pereneanaan yang baik dapat
tation and of staff terlihat dari beberapa fenomena seperti tidak tepatnya dan
development. tidak meratanya distribusi tenaga di unit-unit keperawatan,
3. Same as for func- 3. Profesional nurses
3. Output from pro- menumpuknya supplies di unit-unit keperawatan kerena
fessional nurses is tional nursing. do the job for jumlah yang dipesan (dari tempat penyimpanan) jauh me-
low since they are which they are lebihi keperluan dan akhirnya tidak terpakai karena kada-
not required to being paid;
perform the full "unproductive" luarsa, rusak atau hilang. Berdasarkan hasil studi diketahui
job — the total time decreases bahwa rumah sakit kehilangan 1%/dollar/bulan untuk supplies
nursing process— dramatically. yang tidak terpakai (turn over)( 23 ).
for which they are
being paid.
Dalam konteks manajemen yang lebih luas, perawat eksekutif
dapat berperan aktif dalam pengembangan strategic mana-
gement yang terdiri dari tiga strategi utama: operation, con-
Proses Keperawatan dan Diagnosis Keperawatan trol, performance monitoring, and staff development.(24) Dalam
Proses keperawatan (terdiri dari seperangkat kegiatan hal operational control, antara lain perawat eksekutif dapat
keperawatan yang meliputi pengkajian, penetapan diagnosis mengembangkan cara pendokumentasian yang dapat menjamin
keperawatan, perencanaan, intervensi, dan evaluasi) memberi- bahwa biaya pelayanan keperawatan telah terhitung dengan
kan cara yang logik dan rasional bagi para perawat dalam akurat. Mereka juga diharapkan berperan aktif dan kreatif
memberikan asuhan keperawatan secara tepat, efisien dan menciptakan sistim pemeliharaan/pemantauan supplies dan
efektif sesuai dengan kebutuhan pasien. (17,21) equipments keperawatan, serta meningkatkan kesadaran staf

20 Cermin Dunia Kedokteran. Edisi Khusus No. 91, 1994


keperawatan agar efisien dan efektif dalam penggunaan setiap unsur atau subsistem pelayanan rumah sakit. Divisi
sumber daya yang terbatas. Selanjutnya, perawat eksekutif pelayanan keperawatan, merupakan salah satu subsistim ter-
diharapkan berperan aktif dalam mengindentifikasi bidang besar dan berfungsi memberikan asuhan keperawatan yang
yang mungkin dapat diteliti untuk meningkatkan efisiensi merupakan fungsi inti pelayanan rumah sakit.
pelayanan keperawatan. Telah disampaikan secara ringkas bahwa untuk peneapaian
Dalam performance monitoring, dan staffing, kemampuan peningkatan mutu pelayanan keperawatan, kepuasan pasien,
perawat eksekutif merekrut, mengembangkan dan menempat- maka divisi pelayanan keperawatan perlu dikelola seeara
kan tenaga keperawatan profesional sesuai dengan keadaan profesional oleh perawat eksekutif yang peran dan
dan tingkat kebutuhan pasien akan asuhan keperawatan (yang tanggungjawabnya menjadi semakin berkembang, semakin
dapat diketahui mclalui penetapan diagnosis keperawatan) luas dan komplek mengikuti peningkatan kompleksitas sistem
akan meningkatkan efisiensi pendayagunaan tenaga ke- manajemen pelayanan kesehatan. Agar perawat eksekutif
perawatan dan meningkatkan produktivitasnya. (Produktivitas dapat berperan aktif dan mampu menghadapi, mengantisipasi
diartikan sebagai persentase waktu yang digunakan dalam dan mengadaptasi perkembangan serta perubahan di
memberikan direct care, indirect care, dan unit-related pelayanan kesehatan yang dipengaruhi oleh kemajuan ilmu
activities dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk pengetahuan dan teknologi, khususnya di bidang kesehatan,
personal activities.) Penelitian membuktikan bahwa apabila maka perkembangan dan perluasan peran tersebut menuntut
dikelola dengan bet-tar maka perawat profesional akan lebih pula pengembangan dan peningkatan pengetahuan, kemampuan,
produktif daripada tenaga keperawatan non profesional. serta ketrampilan perawat eksekutif di bidang keperawatan
Dikemukakan lebih jauh, apabila produktivitasnya diper- dan menajemen.
hitungkan maka perawat profesional dinilai lebih cost-effective Dengan perkembangan dan perluasan peran yang diikuti
.
daripada tenaga keperawatan non profesional (24,.5) dengan peningkatan pengetahuan, kemampuan serta ketram-
Penempatan perawat profesional di unit yang tidak sesuai pilannya, diharapkan perawat eksekutif dapat berperan aktif
dengan kemampuan dan keterampilannya adalah tidak efisien dan kreatif di semua domain nursing administration. Ter-
dan akan merugikan institus . Demikian juga halnya dengan masuk di dalamnya adalah peran dalam efisiensi penggunaan
penempatan yang tidak tepat bagi tenaga keperawatan yang sumber daya. Di dalam makalah ini disajikan secara ringkas
tidak atau kurang mampu melakukan suatu tugas keperawatan dan dalam garis besar peran perawat eksekutif dalam efisiensi
tertentu akan tidak efisien dan dapat merugikan institusi. penggunaan sumber daya. Diuraikan peran perawat eksekutif
Perawat cksekutif, dalam menghadapi perkembangan dan sebagai pemrakarsa gagasan atau konseptor berbagai
perubahan profesi keperawatan dan pelayanan kesehatan, kebijakan, strategi dan keputusan-keputusan yang dibuat
perlu mcrevisi atau mcrumuskan kembali (redefine) peran, untuk peningkatan mutu manajemen keperawatan sebagai
fungsi dan tanggung jawab anggota tim keperawatan. Sejalan bagian integral dari manajemen rumah sakit. Kemampuan
dengan hal ini dan untuk peningkatan efisiensi, perlu disusun perawat eksekutif membuat kebijakan dan keputusan dalam
dan dikembangkan standar pelayanan dan praktek ke- menentukan sistem atau pola pelayanan keperawatan, dan
perawatan. disertai dengan kemampuan mengelola
Hal lain yang perlu mendapat perhatian perawat eksekutif paengimltas-y kan memberi dampak yang besar terhadap penigkatan
adalah pengefisiensian penggunaan waktu pertemuan atau mutu pelayanan keperawatan dan peningkatan efisiensi
rapat dcngan staf keperawatan. Mempersiapkan rapat dan penggunaan sumber daya.
menentukan sebelumnya tujuan, topik bahasan rapat serta
mode pcneapaian tujuan rapat tersebut akan sangat mem- KEPUSTAKAAN
bantu perawat eksekutif dalam memimpin rapat secara efisien.
1. World Health Organization, Economic Support for National Health for
Di samping hal-hal yang tersebut di atas, perawat eksekutif All Strategies, Geneva: WHO, 1988.
diharapkan dapat mengelola divisi pelayanan keperawatan 2. Organization for Economic Co-operation and Development Helath Care
sedemikian rupa agar tercipta suasana yang menyenangkan Systems in Transition : The Search for Efficiency, Paris: OECD. 1991
3. Parkin D. Comparing Health Service Efficiency Across Countries, in
schingga rumah sakit menjadi tempat kerja yang menyenang- A. Mc Guire et al (Eds), Providing Health Care: The Economics of
kan. Selanjutnya diharapkan tidak terjadi angka turn over Alternative Systems of Finance and Delivery, New York: Oxford Uni-
yang tinggi sebab turn over yang tinggi akan meningkatkan versity Press, 1991
biaya pengelolaan staf dan tidak efisien. 4. Hundak RP et al. Health Care Administration in the Year 2000:
Practitioners Views of Future Issues and Job Requirements, Hospital and
Health Service Administration, 23; 2 : 181-196.
KESIMPULAN 5. Wasisto B. Kebijaksanaan Pemerintah dalam Meningkatkan Mutu
Pelayanan Keperawatan, Makalah pada Simposium Keperawatan dalam
Pada saat ini, dipengaruhi oleh berbagai faktor, institusi rangka Lustrum VI Akper St. Carolus, Jakarta, 21 September 1993.
pelayanan kesehatan dan herupaya untuk meningkatkan 6. Quick JC. et al. Health Administration can be Stresful but not Necessar-
ily Disstresful, Hospital and Health Services Administration, 1986;
efisiensi pelayanan tanpa mengorbankan mutu pelayanan. 101-111.
Dalam sistem pelayanan rumah sakit, peningkatan mutu 7. Hoffman FM, Financial Management for Nurse Managers, East
manajemen dan pengelolaan secara efisien diperlukan oleh Norwalk, CT: Appleton Century, 1984.

Cermin Dania Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994 21


8. Mintzberg H. The Structuring of Organizations, New Jersey: Prentice Effectiveness, Efficiency, and Cost. J. Am. Nurs. 1987; 17 (5) : 6-14
Hall, 1979. 17. Iyer PW et al, Nursing Process and Nursing Diagnosis, Philadelphia:
9. Strassen L. Designing Health Delivery Systems, J. Am. Nurs 1988; 18 WB Saunders Co. 1986.
(9): 3-5 18. Marram G. The Comparative Costs of Operating a Team and Primary
10. Kim HS. Nursing Knowlwdge and Theory: Implication for Nursing Nursing, J. Am. Nurs 1976; 5 (5) : 21-4.
Administration. In : HB. Heyden, B. Richardson (Eds) International 19. Gillies DE, Nursing Management: A System Approach, Philadelphia:
Administration of Nursing Services, Philadelphia: Charles Press, 1989 W.B. Saunders Co, 1982.
11. Anderson R. A Theory Development Role for Nurse Administrators 20. Wolf GA. et al. Primary Nursing: The Impact on Nursing Costs within
J. Am. Nurs. 1989; 19(5) : 23 - 9 DRGS", J. Am. Nurs. 1986; 16 (3): 9-11.
12. Fralic MAF. Nursing Administration: The Next Decade. In : Decher PJ, 21. Leddy S, Papper JM. Conceptual Basis of Professional Nursing, Phila-
Sullivan EJ (Eds), Nursing Administration: A Micro/Macro Approach delphia: JB. Lippincott Co. 1985.
for Effective Nurse Executive, Norwalk, CT: Appleton & Lange, 1992. 22. Maas ML. Nursing Diagnoses in a Professional Model of Nursing: Key-
13. Decher PJ, Sullivan EJ. Nursing Administration: A Micro/Macro stone for Effective Nursing Administration, J.Am Nurs. 1986; 16(12):
Approach for Effective Nurse Executive, Norwalk, CT: Appleton & 29-42.
Lange, 1992. 23. Cookston B. et al, A Comprehensive Charge System for Unit Supplies
14. Porter-O ' Grady T. The Future of Nursing Administration. In : Decher, J. Am. Nurs. 1986; 16(4) : 31 - 4.
P.J, Sullivan E.J. (Eds). Nursing Administration: A Micro/Macro 24. Do novan M.I Lewis G. Increasing Productivity and Decreasing Costs:
Approach for effective Nurse Executive, Norwalk, CT: Appleton & The Value of RNs J. Am. Nurs. 1987; 17(9) : 16-8.
Lange, 1992 25. Minyard K. et al. RNs may Cost Less than You Think, J. Am Nurs,
15. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Standar Pelayanan Rumah 1986; 16(5) : 28-36.
Sakit, Jakarta: Dcpkes RI. 26. Smith HL. et al. Nursing Departement Strategy, Planning, and Perfor-
16. Ehrat KS. (1987) The Cost Quality Balance: An Analysis of Quality, mance in Rural Hospital, J. Am. Nurs: 1993; 23(4): 23-34.

22 Cermin Dunia Kedokteran, E disi Khusus No. 91. 1994


Pelaksanaan
Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan
di Rumah Sakit MMC
Dr. Robby Tandiari, FICS*, Dr. J. Karnadi**, Dr. Hadisudjono***, Dr. Baharoedin I. Siregar****
* Direktur Utama RS MMC, ** Direktur Penunjang Medik, *** Direktur Medik, **** Direktur Adm. Umum & Keu.

bukan mengadakan inspeksi mutu.


Di RS MMC tidak perlu suatu panitia ad hoc QA atau suatu
PENDAHULUAN
Seperti yang disampaikan Guru Besar QA di Indonesia Dr program khusus QA karena strategi kelangsungan hidup rumah
Samsi Jacobalis maka definisi QA di bidang Kesehatan adalah : sakit ini terletak pada peningkatan kualitasnya. Memang diiden-
Program rumah sakit memantau dan menilai seeara berlanjut, tifikasi beberapa kelemahan dan diperbaiki dengan pemben-
sistematik dan obyektif tentang asuhan kepada pasien dengan tukan panitia yang dinamakan KRA yang bertugas mencari
tujuan mengidentifikasikan praktek-praktek yang menyimpang masalah dan memberi masukan pemeeahannya.
dan/atau masalah-masalah yang potensial, untuk kemudian QA atau Quality Improvement dilaksanakan secara terus
menentukan dan melaksanakan tindakan-tindakan koreksi yang menerus oleh unit kerja dalam bidang masing-masing. Peng-
akan menghasilkan peningkatan mutu asuhan kesehatan seeara awasan kualitas seeara vertikal dilakukan oleh struktur dan se-
terus-menerus dan/atau terpeeahnya masalah klinis. Definisi ini eara antar regional oleh organisasi yang bersifat matriks yaitu
bagi RS MMC juga berlaku dan menjadi pegangan. adanya Kepala lantai. Walaupun demikian harus diakui bahwa
Dalam definisi ini jelas arah tujuan QA yaitu : Untuk meng- kami belum berhasil meneapai tingkat kepuasan pelanggan yang
hasilkan peningkatan mutu asuhan kesehatan secara terus me- sempurna karena masih saja ada keluhan seperti yang terlihat
nerus. Di RS MMC diusahakan agar arah tujuan ini bukan saja pada tabel.
peningkatan mutu asuhan kesehatan tetapi peningkatan mutu
asuhan seluruh pelayanan. Ini berarti bahwa tiap segmen pela- PELAYANAN DI RS MMC
yanan perlu jelas siapa pelaksana, penanggung jawab dan peng- Pelayanan di RS MMC sama seperti di RS lain, terdiri
atas :
awasnya.
1) Pelayanan Keperawatan
Pada rapat kerja PERSI di Palembang tahun 1992 istilah
2) Pelayanan Medik
Quality Management muneul. Istilah ini mengandung pengerti-
3) Pelayanan Penunjang Medik
an mutu managemen, bukan lagi mutu bidang kesehatan saja.
4) Pelayanan Penunjang Non Medik
Khusus di Rumah Sakit MMC hal ini yang diusahakan pening-
5) Pelayanan Administrasi Keuangan
katannya.
6) Pelayanan Purel
Barangkali yang berbeda adalah bahwa batas masing-
QA DI RS MMC
masing butir pelayanan tersebut di atas jelas dan diusahakan
Secara keseluruhan QA di RS MMC tidak secara eksplisit
terpisah. Hal ini jelas tampak di struktur organisasi dan job
diprogramkan tetapi lebih mirip built in karena seluruh kegiatan
description. Perbedaan lain adalah bahwa di rumah sakit yang
managemen mulai dari struktur organisasi, pelayanan medik
dimiliki oleh pemodal ada lagi pelayanan yang dilakukan yang
maupun keperawatan dan administrasi tertuju ke peningkatan
dituntut harus baik, yaitu :
mutu. Ini sesuai dengan TQM; beda mendasar TQM dengan QA
7) Pelayanan (administratip) pada pemilik.
adalah bahwa di TQM tertuju peningkatan mutu secara built in,

Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo. Jakarta.
2l - 25 November 1993.

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, /994 23


Pengawasan dan pemantauan dilakukan bukan saja vertikal (alat/obat) untuk mempercepat pertolongan kepada pasien.
secara struktural tapi juga antar sektoral karena bentuk struktur 11) Untuk membagikan obat-obat pasien digunakan trolley obat.
organisasi adalah kombinasi lini dan matriks. Sebagai contoh Setiap pasien mempunyai satu Iaci/kotak obat. Trolley didorong
garis batas fungsi pelayanan adalah bahwa pelaksana kepera- ke depan kamar pasien lalu obat disiapkan dan langsung diberi-
watan tidak mengurus lagi fungsi pelayanan non medik atau kan. Khusus untuk obat injeksi disiapkan di kamar pasien.
penyiapan kamar di rumah sakit, fungsi ini dilakukan oleh seksi 12) HIV test : – pra transfusi
Rumah Tangga. Perawat tidak mengurus makan dan minuman – semua pasien expatriate.
pasieh, karena dilaksanakan oleh seksi Food & Beverage. Peng- Untuk peningkatan mutu dilakukan berbagai macam train-
awasan dilakukan Kepala seksi dan atasannya secara vertikal dan ing di RS MMC; training ini adalah :
Kepala lantai secara horizontal. Kepala lantai ini mengawasi · In House, meliputi :
seluruh fungsi pelayanan di lantai dia berada. Kepala lantai ber- – Lokakarya Keperawatan di RS Carolus – 25 orang
tanggung jawab pada Kepala rumah sakit. Sebagai instrumen, – Bahasa Inggris dasar – 25 orang 3 bulan
bidang keperawatan RS MMC sudah memiliki bukujob descrip- – Resusitasi dasar dan lanjutan 118 2X/tahun
tion dan buku "prosedur teknis operasional". – In-house training dua kali satu bulan.
· Di luar Rumah Sakit
QA DI BIDANG KEPERAWATAN – Seminar/lokakarya
Sebagai instrumen di RS MMC telah dibuat standar kepera- – Luar Negeri, sudah 40 perawat dan staf non medik dikirim
watan sejak 1988. Standar ini terus menerus diperbaiki. Standar dalam 2 tahun belakangan ini untuk belajar di satu RS selama 1
ini di-enforce oleh Nursing Committee yang terdiri atas perawat- bulan.
perawat senior Ibu Tati Nurhayati, Ibu Ludi dan konsultan
perawatan yaitu Miss Mary Leigh. Selain Nursing Committee ini QA DI BIDANG PELAYANAN MEDIK DAN PENUNJANG
seperti juga di rumah sakit lain, ada Nosocomial Committee di MEDIK
bawah Dr. Thamrin yang berjalan baik sekali. Produknya berupa Sama seperti di bidang Perawatan maka di bidang Pelayan-
buku Standar Prosedur Kerja Pencegahan Infeksi Nosokomial di an Medik RS MMC telah memiliki SOP. Harus diakui bahwa
RS MMC. belum seluruh jenis penyakit dapat dibuat SOP. Standar prosedur
Sebagai hasil komite ini ada beberapa indikator yang dapat teknis operasional rumah sakit telah ada. Rumah Sakit MMC
dipantau terus yaitu : mempunyai Dewan Medik yang dipimpin oleh Sejawat senior
1) Angka infeksi nosokomial post operatif di RS MMC untuk dan Guru-Guru Besar.
tahun 1992 0,119 untuk 1687 pasien. Sebagai indikator ada beberapa angka yang dapat disajikan
2) Pemeriksaan sterilitas air mesin HD dipantau secara berkala. antara lain :
3) Microbiology testing dari daerah-daerah high risk secara 1) Pathology control report dari semua operasi apendisitis.
rutin. Dibanding diagnosis klinis maka tingkat ketepatannya 99%.
RS MMC mempunyai sistim sterilisasi berupa instrumen 2) Data utilisasi peralatan canggih di RS MMC membuktikan
yang dipack tersendiri dan dapat dipantau expired datenya ka- bahwa penggunaan peralatan ini tidak berlebihan. Pemeriksaan
rena menggunakan indikator warna dan didouble check dengan CT Scan inpatient di RS MMC jauh lebih rendah dari outpatient,
pembiakan kuman. 52,42% foto CT Scan adalah kiriman RS lain. Hanya sekitar 9%
CT Scan dibuat dari jumlah seluruh inpatient.
KESELAMATAN PASIEN RAWAT INAP Ratio pemeriksaan Ro Thorax pasien yang dirawat di RS
I) Gelang nama diberikan pada setiap pasien rawat inap. MMC adalah 41,01%; berarti tidak semua pasien yang dirawat
– Nama pasien dibuat foto paru.
– Nomor kamar 3) Deviasi standar hasil-hasil pemeriksaan laboratorium di-
– Nomor Medical Record monitor terus menerus dan juga dibanding dengan laboratorium
– Tanggal masuk. terkenal lain di Jakarta.
2) Bel pasien di setiap bed dan kamar mandi dengan sistim Team work antar berbagai disiplin telah dijalankan :
komunikasi dua arah. – Untuk kasus tertentu seperti critical cases.
3) Kecuali kamar VIP, setiap tempat tidur dipasang papan – Mortality dan morbidity meeting dilakukan untuk mencari
nama: dan menganalisa penyebab kematian.
– Nama pasien – Untuk pelayanan "pejabat/orang tertentu" yang agak sering
– Umur dilayani di RS MMC. Hal ini harus dilakukan antara lain karena
– Nama dokter memerlukan laporan ke instansi khusus.
– Diit. Peningkatan kemampuan teknis pelayanan dilakukan de-
8) Di setiap tempat tidur dipasang bed side rail. ngan sedapat mungkin mengikuti perkembangan teknologi baru.
9) Di setiap kamar mandi dipasang pegangan untuk pasien
berdiri/duduk di closet. QA DI BIDANG PENUNJANG NON MEDIK
10) Di setiap lantai telah disiapkan emergency trolley lengkap Secara khusus disampaikan pengendalian barang atau sam-

24 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994


pah yang dapat membahayakan lingkungan. Dengan Tabel 1. Grafik Pasien O.K Pertahun RS MMC Kuningan
menggunakan ciri dan warna khusus pada tempat pembuangan
sampah, akan memudahkan petugas lapangan untuk memilah-
milah barang bekas pakai untuk dibawa atau dibuang ke tempat
sampah yang sudah ditentukan.
Untuk itu pihak Rumah Sakit MMC sudah menetapkan
warna-warna kantong plastik sebagai wadah barang atau sam-
pah, yaitu :

Tabel 2. Laporan Pasien CT Scan RS MMC Tahun 1992

QA DI BIDANG ADMINISTRASI KEUANGAN


Managemen RS MMC mendapat tekanan dari berbagai arah
untuk memperbaiki urusan administrasi ini :
· Dari pemerintah, antara lain perpajakan.
· Dari pemilik yang selain memonitor terus menerus juga
meminta akuntan public untuk mengaudit.
Tabel 3. Laporan Foto (In Patient) Tahun 1992
· Dari para dokter yang bagi manajemen RS MMC termasuk
pelanggan yang harus diberi kepuasan. Ini menyangkut kete-
patan dan kecepatan imbalan/honor jasa medik.
Dari pasien, mulai soal down payment sampai ke tarif.
·
Tuntutan pemilik akan peningkatan pelaporan administrasi
keuangan sangat berat dan memaksa managemen ini bekerja
keras. Ini dapat diatasi dengan :
I. Pembuatan decision tree yang jelas terutama tentang
wewenang keuangan.
2.
Pembuatan format AB dan pelaporan yang memudahkan
monitoring.
Dengan format AB dan pelaporan ini dimungkinkan
pemantau- an :
-
kemampuan unit kerja
-
target tercapai atau tidak
variance antar produksi dan target
-4-
-
program menekan cost dan sebagainya.
Sistim akuntansi di RS MMC tnulai tahun ini sudah akrual.
Setiap hari dapat dipantau berapa revenue cash, credit card BIDANG PUREL
maupun AR. Admittance dan Billing Department dilengkapi Di RS MMC, customer atau pelanggan dibagi atas tiga
dengan instrumen-instrumen yang diperlukan dalam mengha- kelompok yaitu :
dapi pasien seperti discount policy dan deposit policy. I) Pelanggan pasien
Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, /994
25

Warna Keterangan Digunakan untuk Ditujukan ke


Plastik Putih Linen kotor Pencucian linen
(bekas pakai)
Plastik Biru Linen terkontaminasi Pencucian linen
urine, faeces, darah,
cairan-cairan tubuh
Plastik Hitam (diproses dulu di bagian) Tempat pembakaran
Sampah rumah tangga
(sisa makanan, daun, (dibakar)
kertas)
Plastik Merah Tempat pembakaran No. Bulan In Patient Poll RS Lain Jumlah
Kain kasa kotor, napkin
bahan-bahan laborato- (dibakar) 1. Januari 38 21 63 122
rium, darah, bahan-bahan 61 117
2. Februari 30 16
Plastik Keras daya tular tinggi 33 76
Tempat pembakaran 3. Maret 34 9
Barang-barang tajam :
4. April 27 23 34 84
spuit bekas, jarum, IV (dibakar)
5. Mei 29 29 50 108
set, silet, scalpel dll. 32 43 96
Box khusus Dibuang teratur 6. Juni 21
Kaleng, pecahan gelas, 23 48 104
7. Juli 33
aerosol 50 103
8. Agustus 25 28
9. September 44 22 68 134
10. Oktober 46 26 43 115
11. November 44 34 69 147
12. Desember 34 42 67 143
Total 415 305 629 1349
Rata-rata/Bulan 34,58 25,42 52,42 112,42

Jumlah pasien Jumlah pasien yang Jumlah pasien


No. Bulan
Thorax foto diperiksa Rontgen Rawat Inap
1. Januari 175
2. Debruari 153
3. Maret 138
4. April Ill
5. Mei 155
6. Juni 153
7. Juli 162
8. Agustus 143
9. September 146
10. Oktober 158
11. Nopember 147
12. Desember 167
Total 1.808 2.839 4.409
Rata-rata/bulan 150,67
%/tahun 41,01%
2) Para dokter dan pada karyawan. Khusus untuk opinion survey ini dilakukan
3) Karyawan. dengan jasa pihak ke tiga.
Customer satisfaction dipantau dengan berbagai cara antara
lain : PENUTUP
1) Secara langsung, keluhan diatasi oleh Public Relation, Kepala Secara umum disampaikan bahwa di RS MMC diusahakan
lantai, Head Nurse atau Duty Manager yaitu Senior Nurse yang quality assurance untuk seluruh pelayanan yang diberikan. Di
bertugas hari itu. Dalam decision tree sudah ditegaskan bahwa beberapa unit pelayanan yang tampaknya banyak masalah di-
bila masalah tidak dapat diatasi harus diteruskan ke Direktur bentuk panitia kecil yang dinamakan panitia Key Result Area
yang jaga hari itu. (KRA) bidang tertentu. Tahu n ini KRA yang diidentifikasi
2) Secara tidak langsung atau pendekatan prospektif dilakukan adalah bidang :
dengan kuesioner. Hasil kuesioner ini dipakai untuk memacu 1. Penerimaan pasien
unit pelayanan yang bersangkutan. 2. Perawatan
Kuesioner untuk customer satisfaction ini bukan saja di- 3. Keamanan
lakukan kepada pelanggan pasien, tetapi juga kepada para dokter 4. Makanan & Minuman
5. Maintenance & Repair
Tabel 4. Hasil Evaluasi Pasien Rawat Inap Perhatian/Pelayanan & Sikap 6. Pelayanan di RS MMC khususnya ditinjau dari pengamanan
Perawat
Tabel 6. Hasil Evaluasi Pasien Rawat Inap Mutu dan Penyajian Makanan
Periode 1988 — 1993

Tabel 5. Hasil Evaluasi Pasien Rawat Inap Kebersihan Ruang Rawat


Inap
Tabel 7. Hasil Evaluasi Pasien Rawat Inap Pelayanan Administrasi Ke-
uangan Periode 1990 -1993

26 Cermin Dunia Kedokteran. Edisi Khusus No. 91, 1994


terhadap ketentuan-ketentuan dan Undang-Undang Kesehatan problem finding dan solving secara bergilir. RS MMC sekarang
tahun 1992. ini melayani sekitar 240 perusahaan dan Kedutaan-Kedutaan
Panitia yang terdiri dari 3–4 orang bertugas mempelajari Besar. QA bagi RS seperti MMC sangat penting karena berkait-
masalah kemudian mengajukan alternatif-alternatif pemecahan- an dengan kunjungan-kunjungan Chief Medical Officer (CMO)
nya. Dengan cara ini seluruh karyawan diikut sertakan dalam dari Kedutaan-Kedutaan Besar atau Perusahaan langganan ini.

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994 27


Peningkatan
Mutu Pelayanan di Rumah Sakit
Dr. H.R. Walujo Adi MPH
Rumah Sakit Paru-paru, Batu, Malang

PENDAHULUAN b) Koordinasi lintas sektor.


Peningkatan mutu pelayanan rumah sakit dan hasil guna/ c) Perencanaan dan teknologi tepat guna untuk rumah sakit.
dayaguna rumah sakit berkaitan dengan masalah pembiayaan, d) Penelitian dan pengembangan yang mendukung program
perencanaan dan teknologi tepat guna, pengelolaan rumah sakit, kesehatan.
koordinasi lintas sektor dan lain-lain. Salah satu yang terpenting Dari uraian tersebut dfi atas, maka jelaslah bahwa pen-
ialah kemampuan pengelolaan rumah sakit yang harus dilak- capaian tujuan dan terlaksananya fungsi rumah sakit masih ter-
sanakan secara profesional dengan pemahaman, kemampuan gantung pada managemen, pengelola/direktur serta pendalaman
serta ketrampilan akan penerapan fungsi-fungsi managemen falsafah negara.
sebagai suatu kesatuan sistim yang bersifat komprehensip. Untuk itu maka penulisan ini membatasi diri hanya pada :
Pendekatan yang selama ini bersifat Management by I. Pandangan terhadap Rumah Sakit di masa depan.
budgeting harus bertahap diubah Management by objective dan II. Managemen Rumah Sakit di masa depan.
selalu mengarah kepada problem solving approach. Secara luas
ini berarti pengelola rumah sakit harus memahami bahwa rumah I. PANDANGAN TERHADAP RUMAH SAKIT DI
sakit adalah salah satu mata rantai pelayanan kesehatan yang MASA DEPAN
berperan dalam penanggulangan masalah kesehatan yang ada. Hingga saat ini di Indonesia masih belum ada standardisasi
Untuk ini setiap pengelola rumah sakit di Indonesia, mulai ber- rumah sakit dan jarang sekali diadakan studi banding antara
pandangan jauh ke depan, sesuai dengan analisis pembangunan rumah sakit (baik umum maupun khusus). Rumah sakit hingga
kesehatan di Indonesia (DEPKES RI 1991) antara lain : saat ini, juga di Indonesia, masih dianggap sebagai segalanya
Derajat kesehatan akan menjadi lebih baik bila didukung bagi masyarakat dan situasi ini berakibat pemberian kesempatan
oleh upaya-upaya khusus yang berkaitan dengan : Lingkungan, dan tanggung jawab khusus. Harapan yang dibebankan kepada
Upaya kesehatan dan Operasionalisasi dari kebijakan kesehatan rumah sakit oleh masyarakat baik yang sakit maupun yang sehat,
yang jelas dan rinci, dengan memperhatikan issue pada masa profesi kesehatan yang bekerja di rumah sakit, pemilik rumah
depan yang berupa : sakit (baik perorangan, kelompok umum, pemerintah) serta pe-
a) Tenaga Kerja nguasa (pembuat UU/Aturan) makin bertambah dan kompleks
b) Ekonomi dari hari ke hari, Rumah sakit menjadi penting, nyata dan mahal
c) Kelestarian KB bagi pelayanan kesehatan secara umum; oleh sebab itu dapat
d). Pendidikan difahami bila dibicarakan dan diteliti lebih sering. Seringkali
e) Kualitas dari peran serta masyarakat untuk upaya kesehatan. harapan dan kebutuhan pengguna rumah sakit berbenturan se-
f) Peran serta swasta di bidang kesehatan. hingga menempatkan managemen rumah sakit dalam situasi
g) Peran wanita yang bergabung dalam organisasi maupun yang kompleks untuk membuat keputusan. Keputusan yang
perorangan. tidak mudah biasanya ditempuh cara bertentangan dengan me-
Pembiayaan kesehatan harus lebih efektif melalui : ningkatkan kebutuhan perawatan, di saat yang sama dikeluarkan
a) Desentralisasi managemen kesehatan. dana untuk penyembuhan dan pemberantasan. Dalam keadaan

Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21— 25 November 1993.
28 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994
Gambar 1 : Model masalah

ini, biasanya rumah sakit disalahkan karena memakai anggaran kemanusiaan, pemerintah dan masyarakat pada umumnya.
yang berlebihan; keadaan ini didapat karena rumah sakit selalu Penilaian hasil rumah sakit didapat bila kita mengusahakan
berusaha segalanya untuk semua, hingga menempatkan dirinya dengan sungguh-sungguh 3 (tiga) hal yang utama :
dalam kedudukan rawan dan kritis. a) Informasi Rumah Sakit yang benar dan akurat.
Untuk mengurangi hal tersebut di atas, maka rumah sakit di b) Data statistik yang jujur dan benar.
masa datang haruslah : c) Metode evaluasi yang dinamis.
1) Mempunyai misi dan tujuan yang jelas. Dari informasi/data, yang diperoleh oleh Rumah Sakit ialah :
2) Output yang dihasilkan serta dampaknya pada pelayanan Data tentang kepuasan pelayanan.
-
kesehatan masyarakat dapat diperhitungkan dan dievaluasi de- - Data mutu pelayanan.
ngan nyata. Data keterjangkauan biaya.
-
3) Biaya yang bersaing dan dapat dijangkau antara lain me- Data kepuasan relatif mudah didapat, data mutu pelayanan agak
lalui asuransi, J.P.K.M dan lain-lain. sulit diterapkan, tetapi di Indonesia telah mulai diupayakan
Rumah Sakit haruslah menggunakan managemen ekonomi antara lain :
sehingga biaya sepadan dengan pelayanan yang diberikan; atau - Upaya penentuan standar/akreditasi.
bila tidak biarlah organisasi lain yang melaksanakan, sedangkan - Review penerapan indikator tertentu.
pelayanan medik dilakukan oleh organisasi lain pula. Juga upaya untuk mengembangkan dan memasyarakatkan :
Kita dapat mengharapkan peran serta dan tanggung jawab Perencanaan Rumah Sakit (SK Dirjen Yanmed 0215/YM/SET/
masyarakat menjadi besar karena difusi informasi pada masa PPL-III/1993), Quality Assurance, Risk Management dan Total
kini dan mendatang besar sekali, sehingga kesadaran masyara- Care Management Program, Total Quality Management dan
kat lebih besar. Rumah Sakit (Umum dan Khusus) wajib mem- lain-lain.
berikan informasi sejak dini tentang pelayanan yang didapat, Salah satu bentuk nyata adalah pelaksanaan pembenahan rumah
tingkat dan tipe dari perawatan yang ada, kemampuan yang di- sakit menjadi Instalasi Lembagd Swadana dan mutu dikaitkan
miliki dari segi keahlian-teknologi, keterbatasan mutu yang me- pada :
nyangkut manusia, dana dan bahan. Rumah Sakit mempunyai 1) Quality Assurance Program.
peranan sosial penting yang harus dimainkan agar pelayanan 2) Process Oriented.
kesehatan secara umum dapat dilaksanakan dan dapat diterima 3) Prioritas Utama.
oleh mereka yang membutuhkan pada masa mendatang dengan 4) Orientasi penderita, termasuk kepuasan terhadap pelayanan
tanggung jawab yang terbagi antara pengusaha dan organisasi rumah sakit.

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994 29


5) Dikaitkan dengan kemampuan profesional.
6) Peningkatan mutu penggunaan alat (efektif/efisien).
7) Tekanan pada :
– Risk management
– Kepuasan penderita
– Penggunaan teknologi tepat guna
– Pengendalian infeksi
– Quality assurance dalam program pendidikan tenaga me-
dik.

II. MANAGEMEN RUMAH SAKIT DI MASA MEN-


DATANG
Dari model masalah, posisi manager diletakkan pada posisi
sentral. Karena banyak faktordan komponen yang harus ditangani,
maka seorang manager rumah sakit di masa datang haruslah
dipersiapkan sebaik mungkin. Saat ini rumah sakit lebih banyak
dikelola secara administratip saj a, sehingga manager rumah sakit
lebih banyak berperan sebagai administrator dari pada manager.
Di samping kemampuan administrator, manager
sesungguhnya mempunyai kemampuan yang lain :
1) Kemampuan di bidang hukum (UUD/UU/Peraturan).
2) Kemampuan yang memberi kemungkinan pelaku di Rumah
Sakit berperan dalam hal yang berkaitan dengan prinsip eko-
nomi dan pendidikan yang bermutu, pengalaman dalam praktek
pendidikan berkelanjutan terutama dalam memimpin staff.
Dalam banyak negara, juga di Indonesia kemampuan dan kondisi
tersebut berjalan sebagian; dalam mempersiapkan tenaga ma-
nager rumah sakit, belum ada standar tertentu, masih berpegang
pada standar pendidikan dasar dokter (masih dokter umum). Gambar 2A. Gambaran hubungan perubahan yang berakibat berubahnya
Pendidikan khusus managemen rumah sakit baru dilaksanakan Rumah Sakit (Organisasi, Pendidikan dan lain-lain)
dalam bentuk kursus yang sangat terbatas. Dasar pendidikan
managemen khusus kesehatan sangat diperlukan untuk menutup
kekurangan serta mengantisipasi keadaan rumah sakit menda-
tang. Antisipasi terhadap masa datang haruslah dianggap se-
bagai tantangan yang harus segera dijawab oleh karena :
A) a. Kemajuan dan perkembangan health care system di negara
maju dan cepat.
b. Perubahan demografi.
c. Short-term Hospital lebih banyak diperlukan dari pada Long
term.
d. Kemajuan bidang pengobatan, teknologi medis, biaya, health
services delivery system, sistim informasi dan lain-lain.
B) Kebutuhan yang meningkat di bidang health care services
dikaitkan dengan dana yang terbatas. Pengaruh dari pengguna
akhir, penderita dan institusi yang membiayai pelayanan kese-
hatan (assuransi dan lain-lain) menjadi penting.
C) Generasi dokter, perawat dan tenaga administrasi yang akan
bekerja telah mempunyai pola dan gambaran yang baru, sebab
dari pendidikan telah digambarkan, apa dan bagaimana suatu
rumah sakit harus dikelola pada tahun mendatang.
Dari gambaran tersebut di atas maka manager Rumah Sakit
di masa datang membutuhkan pendidikan akademik pada ber-
bagai tingkat (BSc, MSc, Dr). Gambar 2B.

30 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 91, 1994


Pengetahuan yang harus dimiliki oleh Manager Rumah Sakit prioritas dengan analisis risiko pendanaan, misalnya kebidanan
selalu lebih penting dari dermatologi jika dikaitkan dengan
kemungkinan malpraktek.
2) Medical record sebagai alat utama untuk menganalisis
pelayanan
Bila risiko pengelolaan menyangkut pelayanan penderita,
hasil kerja tersebut adalah medical record yang terisi, terjaga
dengan baik.
3) Integrasi interdisiplin adalah ciri khusus pada setiap
kegiatan organisasi yang terkait di dalam rumah sakit

Gambar 4. Proses peningkatan mutu rumah sakit

Metode

Biaya/Mutu

* Administratip
* Medik
* Perawatan
* Kepemimpinan
* Satuan Tugas

SELINTAS PARADIGMA BARU : RISK MANAGEMENT


Bekerja dengan semua
Secara umum risk management adalah fungsi untuk me- sumber yang ada
lindungi modal/dana dari satu institusi agar organisasi tersebut (Baik secara medik
tetap hidup. Bila keadaan ini diterapkan pada rumah sakit, risk maupun administratip)
management berarti menetapkan penekanan pada peningkatan
pelayanan penderita dengan meminimalkan pengaruh/risiko dana,
dikaitkan dengan pelayanan yang diberikan pada penderita atau
yang diperkirakan akan diberikan pada penderita. Selanjutnya
perhatian terhadap pelayanan penderita harus meliputi pertang-
gungjawaban terhadap medical malpractice, peningkatan biaya
keseluruhan dan pertolongan yang tidak sesuai dengan yang
seharusnya.
Melindungi modal/danarumah sakitberarti organisasi rumah
sakit tetap hidup yang pada gilirannya menghidupkan pelayanan
penderita. Pengumpulan Data
Proses risk management (pada Health/Hospital) menekan-
kan pada 3 hal penting :
1) Prioritas pendanaan Review oleh Satuan
Setiap strategi operasional didahului dengan penetapan Tugas

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994 31


perlu diantisipasi lebih dahulu di bidang manajemen rumah
PENUTUP sakit, organisasi dan tatalaksana rumah sakit.
Telah dipaparkan beberapa hal yang perlu diperhatikan da- Tanpa perubahan mendasar manajemen dan sumberdaya
lam mengantisipasi masa datang dengan dikaitkan rumah sakit. manusia, antisipasi yang dilaksanakan akan menbjadi sia-sia,
Perubahan yang menyangkut demografi, lingkungan hidup, tidak efektif bahkan menjadi bumerang untuk rumah sakit pada
industrialisasi, pola budaya, pola penyakit dan epidemiologi. khususnya dan pelayanan kesehatan pada umumnya.

32 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994


Budaya Mutu Sebagai Bagian Integral
Manajemen Rumah Sakit
Emmyr F. Moeis, Drg., MARS.

Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Padjadjaran, Bandung, Indonesia

ABSTRAK

Pasien yang memperoleh jasa rumah sakit memiliki harapan tertentu. Bila jasa
rumah sakit yang diterimanya dapat memenuhi bahkan melebihi dari apa yang diharapkan
dalam waktu ke waktu; timbul pemikiran pada diri pasien bahwa inilah suatu jasa
pelayanan rumah sakit yang memiliki mutu.
Dengan menciptakan Budaya Mutu (Quality Culture) dalam lingkungan kerja rumah
sakit, dapat diharapkan peningkatan mutu pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
keinginan dan harapan pasien.

PENDAHULUAN
Seiring dengan membaiknya tingkat pendidikan, jawab secara moral dan hukum dari pimpinan rumah sakit untuk
meningkatnya keadaan sosial ekonomi masyarakat, serta ada- menjamin terselenggaranya standar pelayanan yang baik. Ada-
nya kemudahan di bidang transportasi dan komunikasi menye- nya tanggung jawab yang harus dipikul oleh seluruh pengelola
babkan informasi semakin mudah diperoleh; di samping itu, rumah sakit, tidak dapat dilaksanakan begitu saja karena terkait
majunya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta deras- erat dengan kebijaksanaan, tanggung jawab moral dan legal dari
nya arus informasi mengakibatkan sistem nilai dalam masya- pimpinan rumah sakit. Evaluasi yang dilakukan secara kontinu,
rakat berubah. Akibatnya masyarakat cenderung menuntut pe- dengan mempertimbangkan semua faktor-faktor yang berkaitan
layanan umum yang lebih bermutu termasuk pelayanan kese- dengan mutu pelayanan, akan mendorong penyempurnaan pe-
hatan. Dengan semakin meningkatnya tuntutan pelayanan lebih layanan administrasi rumah sakit, pelayanan klinis, pendidikan
bermutu tadi, maka fungsi pelayanan kesehatan di rumah sakit profesional, serta perawatan pasien yang lebih baik.
secara bertahap perlu ditingkatkan agar menjadi lebih efektif dan Makalah ini menguraikan tentang pentingnya budaya kerja
efisien serta memberikan kepuasan terhadap pasien, keluarga yang berkaitan erat dengan mutu pelayanan yang diberikan
maupun masyarakat. kepada masyarakat, dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan
Pelayanan rumah sakit yang baik tergantung dari kompe- pasien sebagai pengguna jasa rumah sakit. Dengan manajeman
tensi dan kemampuan para pengelola rumah sakit. Untuk rumah sakit yang memiliki budaya mutu, diharapkan roda or-
meningkatkan kemampuan para pengelola rumah sakit tersebut ganisasi dan pelayanan rumah sakit dapat berjalan dengan
selain melalui program pendidikan dan pelatihan, juga diper- lancar, sehingga rumah sakit dapat dikelola secara efisien dan
lukan pengaturan atau penegakkan disiplin sendiri (self dici- efektif; yang pada akhirnya akan meningkatkan citra rumah
pline) dari para pengelola rumah sakit serta adanya tanggung sakit.

Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta.
21- 25 November 1993.

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994 33


MASALAH MUTU PELAYANAN RUMAH SAKIT DAN sanaan budaya mutu di kalangan industri dan perusahan-peru-
KEADAAN SAAT INI sahaan manufaktur dapat dijadikan contoh konkrit.
Dalam GBHN tahun 1988 ditegaskan bahwa mutu pela-
yanan rumah sakit perlu ditingkatkan. Hal ini makin jelas terlihat MUTU BERARTI KELANGSUNGAN HIDUP
pada Sistem Kesehatan Nasional dimana peningkatan mutu Berbicaramengenai budaya mutu, kiranyaperlu ditekankan
pelayanan rumah sakit merupakan salah satu tujuan. Mutu pe- bahwa setiap rumah sakit dapat menjadi rumah sakit yang ber-
layanan rumah sakit sejak beberapa tahun terakhir telah menjadi kualitas, bahkan dapat menjadi rumah sakit yang berkaliber
topik bahasan, baik di kalangan PERSI, IDI, PDGI, DepKes serta dunia. Untuk menjadi rumah sakit yang berkualitas tidaklah
Ikatan/Persatuan lainnya di bidang kedokteran/kesehatan. Sam- merupakan suatu pengecualian atau hanya merupakan suatu
pai saat ini konsep maupun prinsip yang mendasari pengertian alternatif saja. Menjadi rumah sakit yang berkualitas janganlah
tentang mutu di bidang pelayanan kesehatan masih belum man- dikaitkan dengan besar atau kecilnya organisasi dan kapasitas
tap. Walaupun demikian Departemen Kesehatan tetap berusaha rumah sakit, besarnya sisa hasil usaha ataupun kecanggihan dari
menyusunnya dengan penyempurnaan-penyempurnaan yang peralatan teknologi yang disediakan oleh rumah sakit; tetapi
tengah dilakukan. harus dikaitkan dengan pelaksanaan peningkatan mutu pe-
Yang menjadi masalah saat ini adalah belum dimilikinya layanan dan produktifitas rumah sakit secara kontinu. Untuk
buku pedoman tentang mutu pelayanan. Hal ini berakibat tim- mencapai hal tersebut upaya peningkatan kualitas/mutu pe-
bulnya persepsi tentang mutu pelayanan yang berbeda-beda, layanan dari rumah sakit harus merupakan bagian integral dari
baik dari segi pengertian, istilah, cara penerapan dan metoda manajemen rumah sakit, hal ini menentukan kelangsungan hidup
pengukuran. Tetapi di lain pihak, rumah sakit telah berupaya (survival) dari rumah sakit itu sendiri.
secara sendiri-sendiri meningkatkan mutu pelayanannya, Ada empat kekuatan yang dapat merupakan ancaman bagi
walaupun belum ada standar, indikator atau kriteria yang berkaitan kelangsuangan hidup rumah sakit, yaitu masyarakat/pasien
dengan mutu pelayanan. Bahkan kesepakatan untuk proses dan sebagai konsumen (Customers), Peersaingan antar rumah sakit
mekanisme pemantauan dan evaluasi belum ada. (Competition), Biaya (Costs) dan masa gawat (Crisis).
Mutu pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh ter-
sedianya sumberdaya dan interaksi dari pemanfaatannya yang Keunggulan pasien sebagai konsumen (Customers)
digerakkan melalui proses dan prosedur tertentu, sehingga Target utama dari suatu rumah sakit adalah ingin memenuhi
menghasilkan jasa atau pelayanan yang sesuai dengan keinginan kebutuhan dan keinginan pasien akan pelayanan yang baik dan
dan harapan pasien/masyarakat. Pada aspek sumberdaya ma- nyaman, yang selalu berubah disertai sofistikasi yang tinggi
nusia, terdapat masalah kurangnya jumlah serta mutu tenaga, selaras dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat. Dengan
serta pendistribusian sumberdaya manusia. Pada aspek sumber- semakin banyaknya jumlah rumah sakit saat ini, yang juga
daya dana, dirasakan adanya keterbatasan dalam biaya, penggu- berkeinginan dalam meningkatkan mutu pelayanannya; hal mana
naan biaya yang kurang efisien dan distribusi yang kurang menimbulkan suatu keadaan persaingan yang ketat di antara
merata. Dengan adanya kendala-kendala tersebut, akan mem- rumah sakit. Bagi rumah sakit yang tidak meningkatkan mutu
berikan dampak pada upaya peningkatan mutu pelayanan rumah pelayanan jasanya dan tidak melakukan inovasi-inovasi baru,
sakit. Bahkan pada rumah sakit pemerintah dengan kondisi akan ditinggalkan oleh pasien/masyarakat pengguna jasanya.
pendanaan yang minim, memberikan dampak pada perilaku para Tidak sedikit rumah sakit yang memberikan/memiliki motto
pengelola rumah sakit dalam memberikan pelayanannya secara kerja yang menjanjikan suatu kepuasan pelayanan bagi pasien-
"seadanya", dan ini sudah menjadi ciri dari rumah sakit pe- nya, tetapi tidak dihayati dan dilaksanakan oleh seluruh penge-
merintah. lola rumah sakit tersebut.
Diharapkan dengan pola unit swadana, akan didapat pe- Dengan adanya Quality Corporate Culture (QCC) pasien
ningkatan produktifitas kerja dan mutu. Disamping itu perlu ditempatkan pada posisi yang utama. Manajemen rumah sakit
dilakukan upaya-upaya lain untuk mengantisipasi tingginya biaya akan berusaha seoptimal mungkin untuk memenuhi segala kebu-
operasional dan pemeliharaan rumah sakit, dengan meningkatkan tuhan pasien/masyarakat pengguna jasa rumah sakit, serta
efisiensi dan penghematan biaya (cost containment). mengantisipasi harapan dan keinginan pasien. Inti dari aktifitas
Disadari bahwa antara efisiensi dan mutu didapat suatu yang berkaitan dengan kualitas rumah sakit, seperti perencanaan,
keadaan yang memiliki kedwiartian. Para pengelola rumah sakit, penganggaran, pemasaran, investasi; selalu dikaitkan dengan
baik rumah sakit pemerintah maupun rumah sakit swasta, diha- kepuasan pasien. Untuk setiap keputusan yang diambil, se-
rapkan memiliki kreativitas yang tinggi sehingga mampu men- baiknya didasari padapemenuhan keinginan dan kepuasan pasien.
ciptakan keseimbangan, keselarasan, keserasian antara efisiensi Rumah sakit yang mengutamakan kepuasan dan kepentingan
dan mutu dimaksud. pasien, akan memperoleh manfaat dan pegawai yang termoti-
Merujuk pada hal-hal tersebut di atas, dikaitkan dengan vasi. Pada akhirnya, pasien yang akan menetukan jenis pela-
harapan dan mutu keinginan yang dimiliki pasien, perlu kiranya yanan jasa yang harus disediakan oleh rumah sakit, serta menen-
dikembangkan budaya mutu di lingkungan pelayanan kesehatan tukan mutu pelayanan jasa tersebut; bukan rumah sakit. Tidak
pada umumnya dan rumah sakit khususnya. Keberhasilan pelak- hanya kedua hal diatas yang akan ditentukan oleh pasien, tetapi

34 Cermin Dunia Kedokieran, Edisi Khusus No. 91, 1994


juga waktu pelayanan dan biaya pengobatari. Rumah sakit yang Mengatasi masa gawat (Crisis)
tanggap tentunya akan memfokuskan dirinya pada tingkat ke- Rumah sakit yang tidak memiliki budaya mutu yang kuat,
puasan pasien serta akan meningkatkan mutu pelayanan untuk tidaksiap dalam rnengantisipasi masa gawat yang dihadapi baik
lebih baik dari rumah sakit lainnya. dalam waktu singkat maupun dalam waktu lama. Rumah sakit
Budaya mutu membutuhkan suatu perubahan menyeluruh yang memiliki budaya mutu dan tergolong bermutu baik selalu
dari semua pelaksana roda organisasi dan manajemen rumah berada dalam suasana manajemen krisis (crisis management),
sakit untuk dicapainya persamaan persepsi dalam hal sikap sehingga selalu siap dalam menghadapi keadaan masa gawat
(attitude) dan pandangan (outlook) terhadap mutu pelayanan yang sebenarnya. Rumah sakit tersebut tidak hanya dapat meng-
rumah sakit. antisipasi dengan baik keadaan masa gawat berdasarkan pre-
diksinya yang tepat, tetapi karena manajemen rumah sakit ter-
Persaingan antar rumah sakit (Competition) sebut selalu dalam keadaan siap untuk menghadapi masa gawat
Munculnya begitu banyak rumah sakit merupakan bukti dengan melakukan perbaikan secara kontinu akan kemampuan
adanya sambutan yang baik dari para investor dan usahawan yang ada agar tetap dapat bertahan hidup bila masa gawat itu
terhadap Pola Kebijaksanaan Pemerintah yang menganjurkan tiba, dalam bentuk apapun.
partisipasi swasta dalam bidang kesehatan. Mengingat sistem
pelayanan kesehatan yang kita anut pembiayaannya masih QUALITY, NOT PROFITABILITY
sebagian besar ditanggung oleh penderita itu sendiri, dengan Bila manajemen rumah sakit memiliki kekhawatiran akan
demikian penderita pun mempunyai kebebasan untuk memilih kelangsungan hidupnya, mengapa tidak memikirkan mutu pela-
rumah sakit yang disukai atau diyakininya. Disertai dengan gaya yanannya terlebih dahulu, mengapa hanya memikirkan tinggi-
pengelolapara usahawan masa kini maka sudah dapat diperkirakan nya SHU atau keuntungan yang diperoleh. Tidak semua penge-
bahwa keadaan seperti ini akan mewujudkan iklim dan suasana lola rumah sakit dapat memikirkan dengan baik dan tepat jalan
yang penuh persaingan. Adanya persaingan sebenarnya memacu keluar untuk memperoleh peningkatan SHU atau keuntungan
peningkatan mutu pelayanan, tetapi bagi rumah sakit yang dari usaha yang telah dilakukan, tetapi semua orang dapat ber-
walaupun tadinya tergolong bermutu baik jika tidak memper- fikir bagaimana cara meningkatkan mutu pelayanan yang diberi-
hatikan pemeliharaan mutunya justru sebaliknya akan menjadi kan. Karena dengan meningkatnya mutu pelayanan rumah sakit,
ketinggalan dan tergeser ke golongan bermutu kurang baik, akan diperoleh peningkatan pendapatan rumah sakit. Rumah
bahkan tidak mustahil oleh sebab tertentu malah terjadi penurunan sakit yang hanya memikirkan SHU semata akan sulit meraih
mutu pelayanan rumah sakit itu. Dalam iklim persaingan ketat sukses dalam pengelolaannya, sebab arah manajemen para pe-
ini, persaingan dapat terjadi dalam banyak bentuk, sejauh pasien ngelola rumah sakit akan menjadi kabur.
dapat merasa terpenuhi kebutuhan dan keinginannya. Hal ini Budaya mutu memberikan tanggung jawab yang terfokus
harus dilihat sebagai ancaman bagi kelangsungan hidup usaha bagi manajemen rumah sakit, pengurangan biaya, peningkatan di
rumah sakit yang dikelola. bidang produktifitas dan kerjasama kelompok, mempermudah
Adalah sangat bijaksana, bila para pengelola rumah sakit pemecahan masalah dan pengambilan keputusan, serta diperoleh
selalu memiliki anggapan bahwa rumah sakit lain, dalam hal ini dinamisasi organisasi dan ketrampilan perorangan. Kesemua
dianggap sebagai pesaing; telah melakukan pelayanan lebih baik tanggung jawab ini memiliki sinergi dan arti, apabila dikaitkan
dan bermutu, lebih murah dan lebih cepat. Untuk hal itu, diper- dengan tujuan organisasi rumah sakit dalam meningkatkan
lukan suatu mekanisme untuk memelihara mutu pelayanan rumah mutu pelayanan pada pasien.
sakit, agar senantiasa dapat menyesuaikan diri terhadap per-
ubahan tuntutan zaman.

Penghematan biaya (Costs).


Biaya bahan-bahan/obat-obatan, biaya pemeliharaan alat- KEPUSTAKAAN
alat, biaya pengadaan alat, gaji karyawan dan biaya sumberdaya
energi yang digunakan dari waktu ke waktu akan terus meningkat. 1. Atkinson P. CreatingCulture Change - The Key to Successful Total Quality
Management, 1990.
Bila rumah sakit tidak melakukan penghematan dalam pem- 2. Bennet C. : Productivity and the Quality of Work Life in Hospitals, Ca-
biayaan (cost containment), maka hal tersebut akan mengurangi lifornia: American Hospitals Publishing Inc. 1983.
sisa hasil usaha (SHU). Bagi rumah sakit yang ingin tergolong 3. Berry H. : Managing the Total Quality Transformation, New York: McGraw-
Hill, Inc., 1991.
bermutu baik janganlah mempunyai pemikiran bahwa semua
4. Brown, Comola, J. Improving Productivity in Health Care, Florida : CRC
biaya tadi dapat dibebankan dengan mudah kepada pasien yang Press Inc., 1988.
menerima pelayanan, yang akan mengakibatkan tingginya biaya 5. Donabedian A. The Quality of Care. How Can It Be Assessed ?, JAMA, 1988;
yang harus dibayar oleh pasien, atau dibebarikan kepada karya- 260: 1743-48.
6. Jacobalis S. Menjaga Mutu Pelayanan Rumah Sakit (Quality Assurance),
wan sehingga mereka akan mendapat pengurangan nilai gaijinya. PERSI, Jakarta, 1989.
Peningkatan biaya dapat diatasi dengan meningkatkan produkti- 7. Kirk R. Healthcare Quality & Productivity - Practical Management Tools,
firas serta memperbaiki mutu pelayanan secara kontinu. Maryland: Aspen Systems Inc., 1988.

Certain Dunia Kedokieran, Edisi Khusus No. 91, 1994 35


Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan
di Rumah Sakit Umum Daerah
Pasar Rebo, Jakarta
Achmad Harjadi
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo, Jakarta

LATAR BELAKANG
Pemerintah Pusat pada tahun 1992 menetapkan 4 (empat) 6) Total quality management seminar 1 hari, untuk 5 dokter.
rumah sakit Depkes sebagai unit swadana dan pada waktu itu Dari informasi di atas dapat dilihat bahwa intervensi yang
hanya Pemerintah DKI Jakarta yang melaksanakan program dilakukan oleh Depkes melalui kegiatan konsultan swasta ter-
swadana dengan menetapkan satu rumah sakitnya, RSUD Pasar sebut sifatnya masukan teknis untuk meng-inisiasi kegiatan
Rebo, sebagai unit swadana Daerah. peningkatan mutu. Tetapi bagaimana agar hal tersebut berjalan
Untuk meningkatkan kemampuan manajemen rumah sakit, terus dan berkembang bukan menjadi ruang lingkup tanggung
Departemen Kesehatan melakukan intervensi kepada rumah jawab konsultan melainkan tanggung jawab manajemen rumah
sakit swadana dengan memberikan bantuan teknis berupa pro- sakit sendiri. Dengan demikian kesamaan persepsi antara ma-
gram : sistem akuntansi rumah sakit, manajemen keuangan, najemen dan konsultan merupakan hal yang sangat penting agar
pentarifan, sistem informasi manajemen dan peningkatan mutu proses peningkatan mutu tidak menjadi layu sebelum berkem-
pelayanan terpadu. Keempat rumah sakit Depkes masing- bang.
masing mendapat empat intervensi program sedangkan RSUD Makalah ini mencoba memberikan gambaran tentang
Pasar Rebo mendapat satu intervensi program yaitu peningkatan bagaimana RSUD Pasar Rebo memotivasi sumber daya ma-
mutu pelayanan terpadu. nusianya sejak program swadana masih dalam tahap dini (tahun
Program peningkatan mutu pelayanan terpadu yang telah 1991). Dengan pendekatan partisipatif, kegiatan peningkatan
disiapkan Depkes, diimplementasikan oleh konsultan swasta mutu pelayanan yang di-inisiasi Depkes masih tetap berlangsung
(yang ditunjuk Depkes) mulai September 1992 s/d Maret 1993. terus selaras dengan kegiatan peningkatan mutu pelayanan
Mulai April 1993 sampai sekarang kegiatan ini dilaksanakan model Pasar Rebo.
sendiri oleh manajemen rumah sakit.
Kegiatan implementasi yang dilaksanakan adalah : GAMBARAN UMUM RSUD PASAR REBO
1) Quality education training 4 hari, 30 fasilitator. Satu dari 4 RSUD kelas C (1987 ditetapkan sebagai RSU
2) Quality education training dilanjutkan dengan process kelas C, sebelumnya RSTP) milik Pemda DKI Jakarta yang
consulting bagi ke-tigapuluh fasilitator di atas. terletak di pinggir timur agak selatan Jakarta berbatasan dengan
3) Quality assurance lecture 25 dokter, 6 kali @ 3 jam. Depok (Kab. Bogor), Pondok Gede (Bekasi) dan Cimanggis
4) Training on 5-S (kerapihan/kebersihan/ketertiban tempat (Kab. Bogor). Merupakan UPT Dinas Kesehatan propinsi DKI
ketja), 5 kali @ 3 jam. Jakarta (DKI Jakarta tidak mempunyai Dinas Kesehatan Ka-
5) Total quality management seminar 1 hari, untuk manajemen bupaten) dengan kapasitas 137 tempat tidur (kelas III : 117,
rumah sakit. kelas II : 20 dan tidak ada kelas I atau VIP). Berdiri di atas lahan
seluas 13.400 meter persegi dengan luas bangunan 5.000 meter
Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21— 25 November 1993.

36 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994


persegi berupa bangunan 2 lantai: 1. Mendorong suasana harmonis di lingkungan kerja
Pelayanan yang disediakan berupa rawat jalan, rawat inap, 2. Adanya kesatuan bahasa di antara para karyawan
gawat darurat, kamar operasi dan kamar bersalin/tindakan: Di- 3. Mendorong komunikasi terbuka
layani oleh 329 tenaga yang terdiri dari 15 dokter spesialis, 10 4. Menimbulkan adanya itikad baik dalam bersikap
dokter umum, 6 dokter gigi, 209 paramedis (perawatan dan non 5. Mendorong saling percaya antar anggota organisasi
perawatan) serta 89 non medis: 6. Adanya saling mendukung sesama anggota kelompok
Tingkat pemanfaatan tahun 1992/1993 : 7. Upaya mengatasi/menyelesaikan perbedaan pendapat se-
Kunjungan rawat jalan : 127:151 kunjungan cara dewasa, lugas dan objektif:
Kunjungan gawat darurat : 11:321 kunjungan 8. Ikhlas dalam menerima pimpinan:
Pasien masuk rawat inap : 6:819 orang Latihan ini dilanjutkan dengan pertemuan-pertemuan yang
Hari rawat pasien rawat inap : 31:722 hari terus menerus dan bersinambungan di setiap unit/kelompok
Bed occupancy rate (BOR) : 75 % kerja maupun antar unit/kelompok kerja sepanjang tahun 1991
Jumlah operasi (B, S, K) : 2:526 tindakan dengan menggunakan pendekatan yang sama: Pada umumnya
Jumlah partus (biasa/penyulit) : 1.431 partus setiap pertemuan dimulai dengan berbagai masalah teknis yang
Sejak 1 Oktober 1992 telah melaksanakan ujicoba sebagai ada dalam kelompok atau antar kelompok dan dihadiri oleh Pim-
unit swadana DKI Jakarta selama 3 tahun mulai 1992/93 s/d pinan dan dipandu oleh fasilitator: Kelompok dengan bantuan
1994/95 (penetapan Gubernur sebagai unit swadana Juni 1992) fasilitator makin lama makin mampu mengidentifikasi berbagai
dengan sasaran pada tahun 1994/95 seluruh biaya operasional faktor sikap individu/kelompok yang menjadi sebab atau faktor
(di luar gaji) dapat dipenuhi oleh rumah sakit sendiri. penyulit dalam setiap penyelesaian masalah teknis: Pada akhir
pertemuan biasanya masalah teknis dapat diselesaikan dan
STRATEGI RSUD PASAR REBO MENUJU SWADANA demikian juga dengan masalah sikap:
Sejak semula disadari bahwa kata kunci untuk keberhasilan Kegiatan lain yang dilakukan adalah studi banding ke ber-
sebagai unit swadana (bahkan keberhasilan untuk tetap survive) bagai rumah sakit di Jawa Barat dan Jawa Tengah yang bertujuan
adalah mutu pelayanan dan determinan yang paling besar ter- untuk melihat langsung kelebihan yang dimiliki rumah sakit
hadap mutu pelayanan adalah SDM (sumber daya manusia): yang dikunjungi dan melihat kemungkinan penerapannya di
Sementara itu disadari pula bahwa SDM adalah kelemahan RSU Pasar Rebo. Sebelum studi banding seluruh peserta (35
utama RSUD Pasar Rebo: orang terdiri dari manajemen : 4 orang, supervisor/pelaksana : 30
Untuk mengatasi kelemahan yang ada dan mengantisipasi orang) disiapkan untuk pencapaian tujuan studi banding. Semua
perkembangan ke depan, peningkatan SDM RSUD Pasar Rebo temuan ditindak lanjuti sampai tuntas melalui pertemuan kelom-
tentunya tidak dilakukan hanya pada tahap persiapan ujicoba pok/antar kelompok:
swadana saja, tetapi terus dilaksanakan pada tahap ujicoba dan Setelah berlangsung setahun, kami merasakan perubahan
bahkan pada tahap swadana penuh (continuing process): sikap di kalangan petugas rumah saint, antara lain :
Oleh karena itu strategi pembinaan SDM seharusnya men- · Adanya kesamaan persepsi dalam mengartikan rumah sakit
jadi bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan operasional Pasar Rebo (apa, siapa, bagaimana, siapa saya dalam rumah
sehari-hari: Artinya, setiap kegiatan operasional yang sakit):
menghasilkan output teknis harus juga menghasilkan output · Pimpinan rumah sakit mendapat banyak informasi tentang
pembinaan SDM: Dengan demikian semua kegiatan (besar dan keadaan rumah saint langsung dari karyawan pelaksana ke-
kecil) secara sadar akan menjadi instrumen untuk pembinaan giatan/pelayanan (informasi yang valid dan reliable):
SDM: · Karyawan bebas mengeluarkan pendapat (dapat diketahui
Untuk dapat mengidentifikasi output pembinaan SDM (out- tingkat pemahaman teknisnya):
put sikap individu/kelompok) dari setiap kegiatan operasional · Karyawan merasa dihargai:
rumah sakit dibutuhkan manajer/supervisor yang terlatih/peka · Timbulsikapdewasadanpositippadaindividudalammeng-
terhadap hal tersebut: Ini membutuhkan upaya yang tekun dan atasi/menyelesaikan beda pendapat:
terus menerus dan melelahkan: Dan hal ini belum ada/diketahui · Adanya rasa memiliki yang tinggi terhadap kelompok:
ada acuannya, khususnya diorganisasi rumah sakit: · Adanya rasa bangga terhadap rumah sakit:
· Rasa saling percaya antar pelaksana dan pelaksana kepada
KEGIATAN PADA MASA PERSIAPAN UJICOBA manajer dan sebaliknya:
Keppres 38/1991 mengenai swadana ditetapkan Nopember · Timbul norma yang disepakati:
1991: Walaupun demikian Depkes telah mencalonkan RSUD · Timbul suasana terbuka (sangat manfaat dalam melihat/me-
Pasar Rebo (bersama 4 RSU Depkes dan 10 RSUD lain) sejak mecahkan/mengatasi masalah/beda pendapat:
akhir tahun 1990:
Bulan Februari 1991 RSUD Pasar Rebo menyelenggarakan KEGIATAN PADA MASA UJICOBA
latihan manajemen terapan dengan pendekatan team building Tahun 1992 terbit Keputusan Gubernur tentang penetapan
untuk kelompok supervisor (30 orang): Pendekatan team build- RSUD Pasar Rebo sebagai unit swadana, Keputusan Gubernur
ing bertujuan : tentang perubahan organisasi RSUD Pasar Rebo dan keputusan

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994 37


Depkes untuk memulai program Implementasi Peningkatan Mutu KESIMPULAN
di RSUD Pasar Rebo: 1) Peningkatan mutu pelayanan rumah sakit mau tidak mau
Dengan kondisi SDM/organisasi RSUD Pasar Rebo seperti sudah menjadi keharusan bagi rumah sakit apabila rumah sakit
di atas, proses implementasi program Depkes mula-mula dirasa- ingin tetap survive, terlebih lagi bagi rumah sakit pemerintah
kan agak alot masuknya tetapi pada akhirnya dapat bergulir cepat yang menjadi unit swadana:
dan malahan berkembang: Alot karena proses penyamaan persepsi 2) Untuk melakukan upaya peningkatan mutu, langkah per-
antara organisasi RSUD Pasar Rebo dan organisasi konsultan tama yang harus dilakukan adalah penyamaan persepsi tentang
membutuhkan waktu dan ketekunan sendiri: Bahwa kemudian mutu itu sendiri dan kegiatan apa yang perlu dilakukan terutama
bergulir cepat dan berkembang adalah karena dorongan pada tingkat pembuat keputusan dan manajer pelaksana:
manajemen yang sudah sama persepsinya: 3) Unsur SDM merupakan bagian yang paling penting dalam
Pelaksanaan perubahan struktur organisasi dan perubahan pembinaan upaya peningkatan mutu yang terus menerus di
sistem keuangan rumah sakit sebagai tindak lanjut Keputusan dalam suatu organisasi:
Gubernur juga dilaksanakan secara perlahan dan hati-hati melalui 4) Dari setiap kegiatan operasional sesungguhnya dapat ditarik
pertemuan terus menerus dengan pendekatan teambuilding. sesuatu atau disimpulkan sikap individu/kelompok yang dapat
RSUD Pasar Rebo dalam kegiatan ini selalu mendapat bantuan dimanfaatkan untuk pembinaan sikap SDM karyawan:
fasilitator dari BLKM Nasional Cilandak dan Pusdiklat Depkes: 5) Program GKM (gugus kendali mutu), 5-S (keberhasilan,
Pada akhir tahun 1992 kami merasakan beberapa hasil yang ketertiban, kerapihan) dan lain-lain adalah beberapa kegiatan
cukup mendasar pada tingkat organisasi dan ini terasa sangat teknis yang dapat dilakukan di lingkungan rumah sakit:
membantu kelancaran pengelolaan rumah sakit, di antaranya : 6) RSUD Pasar Rebo mencoba menerapkan upaya peningkatan
– Terbentuknya kelompok manajemen yang membantu pim- mutu pelayanan dengan tujuan ganda, artinya selain tujuan
pinan peningkatan mutu dapat terjadi ada juga tujuan sikap individul
– Tersusunnya missi rumah sakit kelompok (individual/team development) yang juga dapat ter-
– Tersusunnya rencana strategis rumah sakit capai. Ternyata pada masa pra ujicoba dan masa ujicoba pen-
– Kejelasan organisasi dekatan ini sangat membantu manajemen rumah sakit dalam
– Kejelasan dalam uraian tugas mengelola perubahan rumah sakit Pasar Rebo menjadi Unit
– Kesiapan karyawan dalam menerima perubahan: swadana Daerah:

Cermin Dunia Kedokteran


Untuk segala surat-surat, pergunakan alamat :
Redaksi
Majalah Cermin Dunia Kedokteran
P.O. Box 3105, Jakarta 10002
cantumkan
kodepos pada alamat lengkap anda

38 Cermin Dunia Kedokieran, Edisi Khusus No. 91, 1994


Mutu Dan Biaya Perawatan
Maria I. Widjaja SKM
Rumah Sakit St: Carolus, Jakarta

PENDAHULUAN isasi dan subspesialisasi kedokteran, serta masyarakat yang


Dalam membahas mutu dan biaya keperawatan di rumah semakin meningkat pengetahuan dan kesadarannya tentang
sakit, saya awali dengan telaah sepintas tentang prakiraan kesehatan, menuntut kerjasama dan kolaborasi berbagai profesi
kecenderungan Pelayanan Keperawatan dalam konteks Pe- kesehatan. Semua profesi kesehatan harus menata diri meng-
layanan Rumah Sakit: hadapi tuntutan kebutuhan masyarakat yang suclah semakin
Tingkat pendidikan masyarakat yang pada umumnya sudah meningkat tersebut:
lebih maju, menyebabkan makin meningkatnya kesadaran klien Keperawatan dinyatakan sebagai bentuk pelayanan pro-
akan hak-haknya. Keadaan sosial ekonomi cenderung meningkat, fesional sejak Lokakarya Nasional 1983 dan selanjutnya
berdampak pada perubahan pola hidup masyarakat dan meng- keperawatan sebagai ilmu; dilakukan oleh tenaga yang mem-
akibatkan pola penyakit yang makin beragam, serta meningkatkan punyai keahlian dan kewenangan serta perlu standar profesi:
kebutuhan dan tuntutan dalam hal pelayanan: Umur rata-rata Bertolak dari prakiraan kecenderungan yang dihadapi pela-
harapan hidup meningkat, sehingga komposisi penduduk usia yanan keperawatan yang demikian telah terjadi berbagai perge-
lanjut meningkat, semakin banyak penyakit degeneratif dan seran khususnya dlalam sifat pelayanan keperawatan.Sifat
penyakit kronis: pelayanan keperawatan yang semula berorientasi pada prosedur
Kemajuan iptek yang pesat memungkinkan lebih terse- atau instruksi dokter menjadi pelayanan yang berorientasi pada
dianya sistem informasi dan kemajuan iptek juga terkait dengan il mu dan metoda ilmiah; dari teknologi sederhana menjadi
kecanggihan dalam upaya menegakkan diagnosis yang meski- teknologi canggih yang cenderung membuat pelayanan menjadi
pun di satu sisi mempermudah pelaksanaan pekerjaan tapi di sisi biaya tinggi: Selain itu sebagai dampak dari adanya spesialisasi
lain sering berdampak pada mahalnya biaya asuhan: Masyarakat bidang kedokteran, pelayanan cenderung menjadi terfragmen-
dengan daya emban tinggi akan makin berkesempatan memi- tasi, sehingga menuntut kemampuan lebih tinggi dari kepera-
lih pelayanan kesehatan, sedangkan masyarakat yang berdaya watan untuk mengintegrasikan semua pelayanan tersebut demi
emban rendah harus berupaya untuk menjadi sehat dengan keutuhan klien sebagai pribadi: Lingkup praktek keperawatan
biaya yang makin tak terjangkau sehingga muncul upaya-upaya sudah semakin luas, memperkuat dan memperluas apa yang
asuransi kesehatan: merupakan fungsi kritis keperawatan pada tatanan akut dan
Menghadapi berbagai perubahan tersebut, rumah sakit kronis:
menjadi semakin lebih luas orientasinya yaitu tidak hanya untuk Dengan melihat kecenderungan pelayanan keperawatan di
fungsi sosial, tapi juga fungsi pengembangan iptek dan fungsi rumah sakit dan berbagai pergeseran dalam sifat pelayanannya,
ekonomik. maka keperawatan dalam menjawab tuntutan kebutuhan ma-
Sehubungan dengan tuntutan kebutuhan untuk mengatasi syarakat akan pelayanan yang bermutu dan terjangkau, perlu
masalah kesehatan yang semakin kompleks serta kemajuan iptek, memperhatikan berbagai kondisi antara lain menyangkut nilai-
munculnya berbagai profesi baru dan berbagai bidang spesial- nilai sosial masyarakat, tuntutan masyarakat, saranadan prasarana

Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21- 25 November 1993.

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 9/, /994 39


serta sumber daya manusia yang tersedia serta karakteristik pada praktek keperawatan yang diberikan kepada klien pada
klien pengguna jasa: Perhatian masyarakat akhir-akhir ini ter- berbagai tatanan pelayanan kesehatan dengan menggunakan
tuju kepada asuhan kesehatan dan khususnya terhadap mutu, proses keperawatan, dalam lingkup wewenang serta tanggung
biaya dan maknanya bagi kesejahteraan masyarakat: jawab keperawatan: Asuhan keperawatan ditujukan untuk
Keperawatan perlu memikirkan bagaimana asuhan ke- memandirikan dan atau mensejahterakan klien, diberikan se-
perawatan dilaksanakan, bagaimana sistem pemberian asuhan suai dengan karakteristik ruang lingkup keperawatan, dikelola
keperawatan dikembangkan dan dibina, mutu keperawatan dijaga secara profesional dalam konteks kebutuhan asuhan kepera-
serta bagaimana sumber yang diperlukan dikembangkan dan watan:
diutilasi:
Dalam makalah ini akan dibahas tentang kepedulian pera- 2) Kedudukan Asuhan Keperawatan di dalam Rumah
wat menghadapi persoalan pemberian asuhan yang bermutu Sakit
sementara berhadapan dengan meningkatnya biaya dan sumber Nampaknya Rumah Sakit secara dominan merupakan pusat
daya yang terbatas: tempat terselenggaranya praktek keperawatan, tempat dua dari
tiga perawat memilih untuk berpraktek dan tempat konsumer
PENGERTIAN DASAR mengidentifikasi keperawatan: Departemen Keperawatan di
1) Asuhan Keperawatan Rumah Sakit memberi layanan asuhan klien 24 jam sehari, 7
Merupakan tradisi yang sudah berlangsung lama bahwa hari seminggu: Sesungguhnya kedudukan asuhan keperawatan
keperawatan dipandang sebagai peran pemberi asuhan, bahkan dalam pelayanan di Rumah Sakit dapat bersifat independen,
ada yang menyebutkannya sebagai the major caring profession: dependen dan bahkan interdependen terhadap berbagai pela-
Dengan sebutan ini tidak mengherankan apabila masyarakat yanan yang ada di Rumah Sakit:
mengharapkan bentuk asuhan yang simpatik dari perawat. Fungsi-fungsi esensial perawat antara lain mengkontrol
Fungsi unik perawat menurut International Council ofNurses lingkungan penyembuham, membantu rehabilitasi atau me-
(ICN-1968) adalah (terjemahan bebas) : . monitor dan menanggulangi klien dengan penyakit kronis
Membantu seseorang, sakit maupun sehat dalam pelaksanaan Lagipula perawat dalam menjalankan tugasnya banyak terkait
berbagai kegiatan yang mendukung kesehatan atau pe- dengan mengawasi teknologi yang kompleks, memberi infor-
nyembuhan (atau untuk meninggal dunia dengan tenang) yang masi dan pendidikan kesehatan serta berusaha untuk memahami
seseorang dapat melakukannya tanpa bantuan apabila ia mem- kebutuhan klien sebagai manusia yang utuh termasuk empati:
punyai kekuatan, kemauan atau pengetahuan: Tidak mengherankan apabila dalam upayanya memberi pela-
Dari batasan tersebut dapat dianalisis tiga hal pokok yaitu yanan yang ideal tujuan utama pelayanan keperawatan di
pertama, tindakan keperawatan merupakan tindakan bantuan; Rumah Sakit menurut McEachern adalah memberi asuhan
kedua, bantuan diberikan untuk kegiatan-kegiatan yang bia- keperawatan yang efektif, terencana dengan baik dan aman
sanya dilakukan seseorang tanpa bantuan; dan ketiga, ketidak- bagi klien dan kedua adalah melaksanakan pendidikan
mampuan yang menyebabkan seseorang memerlukan bantuan keperawatan:
perawat diakibatkan oleh kurangnya kekuatan, kemauan atau Agar keperawatan dapat menjadi pelayanan yang profesional,
pengetahuan: Dari mereka bahwa hakikat keperawatan adalah dalam praktek hendaknya memperhatikan kaidah-kaidah ke-
assisting, helping, and giving services: Selanjutnya dinyatakan profesian meliputi ciri intelektual, komponen praktek, pelayanan
bahwa pengelompokan fungsi dengan mana asistensi dan per- kepada masyaralat dan otonomi:
tolongan itu diberikan adalah pertama, berbagai fungsi umum Melihat kegiatan praktek keperawatan pada umumnya di
asuhan diri (self-care) dan kedua, kegiatan-kegiatan yang me- rumah sakit dan kecenderungan perkembangan keperawatan di
rupakan dampak dari penyimpangan kesehatan atau penyakit masa mendatang menghadapi meningkatnya tuntutan kebu-
seseorang: Oleh karena itu sejalan dengan fungsi utama medik tuhan masyarakat di bidang pelayanan kesehatan, maka kita
adalah mendiagnosis penyakit dengan pandangan untuk perlu waspada terhadap beberapa hal di pelayanan keperawatan
memberi pengobatan dan penyembuhan, maka terdapat fungsi di rumah sakit, antara lain :
yang sama pentnignya pada keperawatan yaitu mengkaji keti- 1) Transfer teknologi kedokteran dan keahlian klinis kepada
dak-mampuan dan ketidak-berfungsian seseorang berkaitan perawat
dengan kegiatan asuhan diri dan menggantikannya dengan Keterlibatan pada penerapan langsung teknologi medik
tindakan asistensi dan pertolongan: Inilah yang dimaksud modern menimbulkan dilema bagi perawat yang harus terus
asuhan keperawatan: menerus memeriksa apakah berbagai teknologi sesuai untuk
Batasan tentang keperawatan yang dianut di Indonesia yang mengubah kondisi klien dan untuk diagnostik dan regimen
merupakan produk Lokakarya Nasional Keperawatan I tahun pengobatan: Namun dalam struktur rumah sakit, perawat tidak
1983 banyak dipengaruhi oleh definisi ICN tersebut: mempunyai otoritas mandiri untuk membuat keputusan tentang
Selanjutnya batasan tentang asuhan keperawatan yang kapan dan bagaimana menerapkan teknologi medik yang saat
dirumuskan oleh kelompok kerja keperawatan Konsorsium Ilmu ini seringkali merupakan tanggung jawab langsung mereka.
Kesehatan (1992), adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan Meskipun telah lama terjadi transfer teknologi dan keahlian

40 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994


klinis dari dokter kepada perawat seperti pemberian suntikan sesuatu yang sifatnya ketidak-nyamanan yang biasa, serta
intramuskuler, obat-obat intravena, catheter foley, namun posisi mengambil tindakan yang dilandasi penilaian profesional (in-
keperawatan tetap dianggap aneh, karena perawat seolah-olah formed professional judgement): Kombinasi dari klien yang
dikotakkan untuk peran yang seringkali harus mengambil kepu- lebih kompleks keadaan sakitnya dan tidak adanya supervisi
tusan dan beberapa bahkan menjadi faktor penentu hidup mati medik berkelanjutan, memerlukan perawat yang mandiri
klien, tetapi peraturan rumah sakit hanya mengakui dokter yang untuk membuat keputusan penting: Namun struktur rumah sakit
mempunyai otoritas untuk membuat keputusan: Situasi tersebut saat ini belum mengakui kenyataan tersebut:
dapat mengakibatkan perawat bekerja seperti robot, apa yang
diinstruksikan dokter dilaksanakan meskipun jelas bahwa hal 4) Koordinasi Pelayanan Rumah Sakit
tersebut tidak tepat atau tidak untuk kepentingan klien. Tek- Kemampuan memberi asuhan dipengaruhi oleh kualitas
nologi berkembang dengan menakjubkan:Kewajiban kita dan konsistensi dari pelayanan penujang:
untuk mengingat bahwa teknologi diciptakan untuk pelayanan Pengorganisasian rumah sakit umumnya tidak memberi
manusiawi, bukan sebaliknya: Upaya terencana harus dibuat perawat otoritas terhadap mereka yang menyediakan pelayanan
untuk membantu klien agar nyaman dengan teknologi bukan penunjang: Perawat tidak mungkin mengalihkan sumber-sumber
takut. Semakin teknologi digunakan, semakin mengundang rumah sakit untuk melaksanakan fungsi-fungsi penunjang se-
sumber-sumber manusiawi kita untuk menjelaskan, me- cara lebih tepat: Dengan situasi demikian perawat hanya
nenangkan, untuk tetap menghadirkan sentuhan manusiawi dan punya satu pilihan yaitu menyebarkan karyawan keperawatan
untuk memperlihatkan kepedulian: dari asuhan langsung untuk memberikan pelayanan penunjang
tersebut:
2) Perubahan Pola Praktek Dokter Penggunaan waktu perawat untuk pelayanan penunjang
Tuntutan yang meningkat akan pelayanan kedokteran mengakibatkan penurunan produktivitas dalam keperawatan
spesialistik, terbatasnya jumlah dokter ahli, dan pertumbuhan klinis dan juga perawat kehilangan kontrol terhadap praktek
jumlah rumah sakit yang cepat, mengakibatkan waktu para mereka: Lagipula yang sangat disayangkan adalah bahwa
dokter secara fisik berada di rumah sakit tertentu menjadi ber- maksud tujuan dan talenta terbaik akan hilang sia-sia bila pera-
kurang. Keadaan tersebut memberi dampak perawat harus wat tak punya waktu untuk memberi asuhan langsung kepada
mengemban tanggung jawab yang makin besar untuk supervisi klien:
dan membuat penilaian profesional tentang klien saat dokter Dilema yang dihadapi para perawat adalah bahwa dia
tidak di tempat: mengemban tanggung jawab untuk keterlaksanaan pekerjaan,
Di samping itu, praktek medik spesialistik cenderung tapi tak punya kewenangan sah untuk pengambilan keputusan
meningkatkan jumlah dokter yang terlibat dalam asuhan klien: sehubungan dengan pengalokasian sumber-sumber.
Keadaan tersebut menuntut terpeliharanya interaksi perawat/
dokter dengan sejumlah spesialis yang keadaannya sibuk dan 5) Ekspektasi Karir
pada kenyataannya seringkali perawat terpaksa membuat Tenaga kerja perawat utamanya terdiri dari kaum wanita:
keputusan mandiri saat dokter tidak ada: Spesialis berfokus Dulu pekerjaan sebagai perawat kebanyakan merupakan pe-
pada persoalan khusus dan teknologi diagnostik serta terapetik lengkap pendapatan keluarga, tetapi sekarang orang mulai
tertentu untuk persoalan tersebut: Tanggung jawabnya terbatas memandang karir sebagai komitmen seumur hidup: Ini menye-
untuk pengintegrasian semua aspek asuhan. Oleh karena itu se- babkan bahwa akhir-akhir ini perawat mengharap pengidenti-
makin banyak spesialis terlihat dalam asuhan, sesungguhnya fikasian diri sebagai "profesional", kondisi kerja yang memadai
semakin diperlukan perawat yang punya otoritas sah dalam dan hubungan profesional:
kemandirian pengambilan keputusan untuk menjamin agar semua Gambaran nyata tentang praktek keperawatan di rumah
bagian dari "regimen medik" secara bersamaan sesuai dan bahwa sakit seperti di atas dapat membuat keperawatan menyimpang
keamanan serta kesejahteraan klien terjamin: dari hakikat idealnya sebagai asuhan manusiawi dan sebagai
pelayanan yang dilandasi oleh ilmu dan kiat keperawatan:
3) Hakekat Populasi Klien Meskipun nampaknya keperawatan di rumah sakit dianggap
Perubahan pola praktek menyebabkan sedikit saja orang berpotensi besar dalam memberikan kontribusi yang bermakna
yang masuk rumah sakit dengan sakit ringan dan lama hari rawat pada pelayanan rumah sakit karena keunikan pelayanannya
klien dengan masalah kompleks tebih pendek: Populasi klien di yang sifatnya konstan, berkelanjutan, kordinatif dan advokatif,
rumah sakit dengan sakit yang lebih parah, menyebabkan derajat namun untuk mewujudkan pelayanan tersebut secara bermutu
ketergantungan klien kepada perawat lebih besar dalam segala tampaknya perlu lebih dulu dilakukan negosiasi ulang tentang
hal: kondisi hubungan kerja perawat - dokter - rumah sakit:
Klien karena hakikat keadaan sakitnya, memerlukan "peng-
amatan yang konstan", penggunaan judgment klinis, dan MUTU ASUHAN KEPERAWATAN
pengkoordinasian berbagai pelayanan yang diberikan oleh orang 1) Falsafah Dasar
lain: Perawat harus mampu membedakan kapan suatu kondisi Membahas mutu secara tepat bukan pekerjaan yang mu-
merupakan awal dari krisis yang mengancam kehidupan dari dah, lebih-lebih untuk menetapkan dan mengkuantifikasi mutu

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No: 91, 1994 41


asuhan kesehatan. Hal tersebut dapat dilihat dengan adanya yang mempersyaratkan ketrampilan kognitif, teknis dan inter-
berbagai batasan tentang mutu asuhan kesehatan sebagai beri- personal, dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien dan
kut : keluarga:
1) Bila mutu dapat diidentikkan sebagai service ideal, maka Teori dan proses keperawatan sebagai kerangka kerja me-
dapat disimak pendapat Styles yang dikutip Leddy (1985) rupakan hal yang sangat penting, namun untuk menghasilkan
menyatakan : Pelayanan yang ideal meliputi kegiatan yang suatu keluaran yang bermutu yang harus diperhatikan adalah
terorientasi pada tujuan utama, kemampuan untuk melaksana- model atau sistem asuhan yang efektif dan efisien.
kan, dan kepedulian terhadap sesama yang diwujudkan dalam Keterlaksanaan asuhan yang bermutu perlu dipersiapkan melalui
bentuk pengasuhan. suatu model atau sistem pemberian asuhan keperawatan yang
2) Denis S: Tachiki (1993) : Service quality is the conformance mantap: Sistem ini mengandung tujuh elemen utama yaitu
to customer's specifications: pengaturan struktur keperawatan, sistem penugasan, perbedaan
Five dimensions of service quality : praktek perawat, penggunaan riset, sistem dokumentasi, formu-
a) Tangibles : facilities, equipment, appearance of customer lir pengkajian klien waktu masuk, dan diagnosis keperawatan.
contact personnel: Dari ketujuh elemen tersebut sementara ini yang sangat
b) Reliability : dependablity, accuracy. krusial dan dianggap tepat dibahas dalam forum ini adalah
c) Responsiveness : promptness, efficiency. tentang Pengaturan Struktur Keperawatan (Nursing Govern-
e) Empathy : caring, individualized, need-meeting services: ance) dan Sistem Penugasan.
3) ICN (1993) : Quality health care : the extent to which the Pengaturan Struktur Keperawatan, yang mencakup tentang
process of care increases the chance of desirable outcomes and struktur kewenangan dan kontrol telah bergeser dari model
reduces the chance of undesirable ones: birokrasi yang terpusat menjadi partisipasi komite dan penge-
Kualitas asuhan tergantung tiga aspek asuhan yang lolaan unit secara mandiri. Pengaturan demikian penting untuk
mencakup : mengembangkan sistem pemberian asuhan berarti bahwa staf
– Struktur : pengorganisasian, ketatalaksanaan, fasilitas, klinis keperawatan bersatu dengan perawat eksekutif memban-
perlengkapan gun lingkup praktek: Agar pengaturan struktur keperawatan
- Proses : ketenagaan, intervensi, klien tersebut dapat terwujud perlu perubahan peran baik pada perawat
- Keluaran : kesehatan individu dan masyarakat (fisik, staf maupun pada perawat pengelola.
emosional, sosial dan ekonomi), penggunaan sumber. Sedangkan dalam elemen sistem penugasan terdapat dua
Oleh karena itu membahas mutu asuhan merupakan suatu komponen yaitu pendistribusian pekerjaan dan tanggung gugat
upaya yang sangat kompleks. untuk asuhan. Pada penelitian terbukti ada pergeseran ke arah
4) Henderson (1990) : "Excellence in nursing is dependent case management. Konsep ini mencakup nilai yang terkait
upon what the candidate brings to it, and that it can be measured dengan asuhan yang cost effective. Dengan case management
by the quality of the individual's personal life, by her/his contri- rencana terjabarkan untuk pemanfaatan sumber-sumber dan
bution as a member of a community, as well as by the professional kolaborasi antar disiplin. Untuk case management yang efektif
service he/she offers society. Excellence, suggests the well- perawat klinis perlu tambahan pengetahuan dan ketrampilan
rounded, or complete person". dalam perencanaan asuhan, termasuk kolaborasi antar disiplin,
Dari berbagai batasan atau pendapat tentang mutu dapat negosiasi dan aspek finansial asuhan serta berbagai sumber
disarikan tentang pentingnya memperhatikan ketiga unsur - kelembagaan dan komunitas.
masukan, proses dan keluaran, dan mengacu pada asuhan Menjamin mutu asuhan tidak terlepas dan harus mulai
keperawatan yang bersifat manusiawi, dapat diterima, memuas- dengan menetapkan standar. Hanya dengan penetapan standar,
kan dan didasarkan atas objektif klien. Tanpa mengurangi arti maka kualitas asuhan kesehatan dapat dicapai. Standar
penting fasilitas, perlengkapan dan khususnya tentang sumber dimaksudkan untuk menetapkan kualitas peiayanan agar ma-
daya manusia sebagai unsur masukan, Henderson berpandangan syarakat terlindungi dengan menjamin asuhan keperawatan
bahwa kualitas calon perawat dapat mempengaruhi keunggulan yang kompeten dan terjangkau. Dengan adanya standar, akan
keperawatan. Pandangannya ini agaknya perlu diperhatikan oleh tersedia tolok ukur untuk keperluan perencanaan, implementasi
para pengelola pendidikan keperawatan agar institusinya dan mengkaji kualitas pelayanan. Sebagai ukuran kualitas dan
mampu memproduksi tenaga-tenaga yang berkualitas. Maka kuantitas yang berlaku, standar harus memenuhi kebutuhan
jelas kiranya bahwa untuk memperoleh asuhan keperawatan masyarakat dan sesuai dengan sumber daya yang tersedia.
yang bermutu di rumah sakit, perlu dicarikan cara-cara agar Dalam keperawatan dikenal tiga macam standar yaitu yang
pelayn. ketiga unsur tersebut dapat diwujudkan dalam mempedomani pemberian asuhan atau proses keperawatan di-
sebut standar praktek; yang menguraikan keluaran yang
2) Keluaran dan Proses diharapkan disebut standar asuhan dan standar keluaran adalah
Ilmu keperawatan berdasarkan pada kerangka kerja teoritik yang menguraikan hasil akhir asuhan yang diharapkan, terdiri
yang Was yang diterapkan ke praktek keperawatan melalui dari perubahan yang terukur dari pelaksanaan kegiatan kepera-
metoda yang disebut proses keperawatan: Proses keperawatan watan: Ketiga standar ini mempunyai peranan penting dalam
merupakan pendekatan pemecahan masalah secara terencana, mengevaluasi efektivitas kegiatan asuhan keperawatan: Namun,

42 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994


keluaran dari kegiatan keperawatan tak lagi dapat dievaluasi dan hal ini harus menjadi perhatian utama para pengelola kepe-
secara tersendiri atau terisolasi. rawatan: Para pengelola keperawatan harus menyadari bahwa
Tentang keluaran dapat dilihat dari berbagai segi : pendekatan kualitas dalam industri jasa kesehatan menjadi
ICN (1993) : Asuhan yang berkualitas mempunyai berbagai semakin penting dan terus menerus dikembangkan: Hal ini di-
elemen : dasari pandangan dan kenyataan bahwa keperawatan merupakan
.1)Meningkatnya kesehatan dalam waktu sesingkat mungkin posisi kunci karena sebagai departemen terbesar di rumah sakit,
2) Menekankan kepada pencegahan, penemuan dini dan selain menyediakan pelayanan 24 jam sehari 7 hari seminggu,
treatment. juga karena membawahi angkatan kerja terbesar – lebih dari
3) Diberikan pada waktunya, tak tertunda. 50% tenaga kesehatan rumah sakit – dan mengelola paling
4) Dengan landasan pemahaman terjadi kerjasama dan partisi- tidak 50% dari anggaran rumah sakit: Pemahaman ini lebih
pasi klien dalam membuat keputusan tentang proses asuhan. ditunjang lagi dengan kenyataan bahwa keperawatan mem-
5) Berdasarkan prinsip-prinsip ilmiah dan cakap dalam punyai kontak yang konstan dengan klien sehingga sesungguh-
penggunaan teknologi dan sumber-sumber keprofesian. nya perawat sebagai profesional kesehatan menjadi sangat ber-
6) Menunjukkan kesadaran akan stres dan kecemasan klien harga dan perannya tidak dapat digantikan: Bahkan keperawatan
(dan keluarga) dengan concern akan kesejahteraan klien secara sering dianggap sebagai jantungnya rumah:sakit karena di dalam
menyeluruh: upaya mewujudkan pelayanan yang holistik bagi klien, kepera-
7) Memanfaatkan dengan efisien teknologi yang tepat dan watan pada posisi yang sedemikian diharapkan mampu mengkoor-
sumber-sumber asuhan kesehatan lain: dinasikan dan mengintegrasikan semua asuhan, treatment, dan
8) Secara memadai didokumentasikan untuk memungkinkan pelayanan yang diberikan kepada klien: Di samping itu kepe-
kontinuitas asuhan dan telaah sejawat. rawatan juga berperan dalam menginterpretasikan dunia rumah
Henderson (1990) : sakit yang umumnya asing kepada klien dan keluarganya:
1) Decreased mortality rates among those she serves: Keperawatan telah dianggap sebagai the major caring
2) Decreased morbidity rates with respect to certain diseases profession namun pada kenyataannya kontribusi keperawatan
tidak selalu dikenal karena dalam tradisi rumah sakit pelayanan
or conditions such as impetigo in infants, rickets in children, or
puerperal sepsis in mothers: keperawatan tersembunyi dalam layanan asuhan kesehatan
3) Decrease in symptoms of nursing neglect such as pressure yang diberikan: Ini mengakibatkan kontribusi keperawatan
sores or incontinence: dalam mencapai status kesehatan kurang dipahami oleh para
4) Decrease in psychological withdrawal symptom, negativ- pengelola rumah sakit, profesional kesehatan lain, konsumen dan
ism,ormutism. bahkan oleh kalangan perawat sendiri: Di samping itu yang
5) Decrease in dependency with respect to daily activities or penting adalah bahwa asuhan keperawatan tidak digunakan
the degree of rehabilitation achieved: sebagai ukuran keberhasilan rumah sakit.
6) Favorable opinions of care given by the nurse as expressed Dalam rangka menjaga mutu keperawatan, perlu disadari
by the patient, his family, other nurses, or associated medical oleh para pengelola rumah sakit bahwa keperawatan yang aman
personnel: tidak identik dengan keperawatan yang bermutu. Untuk me-
Dari kedua sumber tersebut, nampak bahwa keluaran wujudkan keperawatan yang bermutu di samping ketersediaan
dinyatakan dengan cara yang berbeda-beda; ICN lebih me- fasilitas yang memadai, ada faktor penting yang sangat menen-
nekankan pada aspek kualitatif, sedangkan Henderson pada tukan asuhan yang bermutu yaitu sumber daya manusia perawat:
aspek kuantitatif. Bentuk nyata pengadaan dan pengembangan sumber daya, pada
Bertolak dari proses yang ditata dalam sistim pemberian dasarnya akan berbeda antara satu institusi dengan institusi
asuhan keperawatan yang mantap dan dengan pandangan tentang lainnya tergantung keyakinan rumah sakit tentang hubungan
keluaran seperti di atas, maka keperawatan dalam upayanya antara mutu dan biaya: Selanjutnya semua ini terpulang kepada
menjaga mutu sesungguhnya telah melakukan tanggung jawab- para pengelola rumah sakit:
nya dengan mengembangkan dan memberlakukan standard ke-
profesian sejak dari seleksi, persiapan sampai dengan praktek ASUHAN KEPERAWATAN DAN BIAYA
para anggotanya. Kandungan biaya (cost-containment) adalah isu pokok dalam
Rangkaian inilah yang akan membuktikan kepada masya- sistim asuhan kesehatan dan suatu konsep yang harus dipahami
rakat tentang bagaimana keperawatan memenuhi kewajibannya oleh perawat pada saat pengetatan biayadan makin meningkatnya
dalam kontrak sosialnya dengan masyarakat: Dengan kata lain permintaan akan asuhan kesehatan: Sebagai departemen terbesar
keperawatan akan menjamin bahwa pelayanan yang diberikan di rumah sakit pelayanan keperawatan sangat peka terhadap
bermutu tinggi, bahwa yang melaksanakan adalah tenaga yang kebijaksanaan yang menyangkut perincian biaya rumah sakit:
kompeten, dan akan berfungsi secara efektif: Mengingat anggaran asuhan kesehatan semakin diteliti, para
perawat harus membuktikan keefektifan dalam biaya:
3) Peran Asuhan Keperawatan dalam Menjaga Mutu di Secara khusus pemerintah meminta rumah sakit untuk dapat
Rumah Sakit mengendalikan biaya asuhan: Implikasinya departemen kepera-
Menjaga mutu harus tetap menjadi misi utama rumah sakit watan di rumah sakit mempunyai fungsi yang sangat kompleks

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994 43


yang memerlukan pendidikan/pelatihan dan ketrampilan khusus, keperawatan (dan perlunya perbedaan beban kasus dan cam-
dan pada kenyataannya Nursing Service Administration telah puran tingkat ketrampilan) di berbagai unit di seluruh rumah
berkembang menjadi ilmu seperti Hospital Administration: Di sakit:
banyak negara maju para perawat pada semua tingkat telah
banyak belajar tentang ekonomi rumah sakit; para administrator Asuhan yang Cost-Effective
di sana mengakui bahwa perawat dapat mengontrol biaya rumah Penghitungan biaya dapat membantu mengkaji bagaimana
sakit. memenuhi tuntutan asuhan kesehatan, dengan sumber daya yang
Biaya pelayanan rumah sakit yang terkait dengan asuhan telah ditetapkan, melalui pengidentifikasian pendekatan mana
keperawatan dapat dibedakan antara biaya langsung untuk asuhan yang paling cost-effective: Meskipun efektivitas biaya meru-
keperawatan dan biaya tidak langsung: Secara garis besar yang pakan isu yang sulit untuk dihadapi baik yang kaitannya dengan
termasuk biaya langsung adalah kegiatan-kegiatan asuhan aspek metodologi dan maupun aspek moral, tapi hal ini diper-
keperawatan (termasuk memberi bantuan langsung dalam me- lukan guna pembuatan keputusan yang obyektif:
laksanakan fungsi-fungsi keperawatan pada tingkat unit), penge- Perawat tidak dapat mengabaikan isu ini, karena keputusan
lolaan unit keperawatan, dan hanya tugas-tugas memelihara penting tentang alokasi sumber daya seperti campuran staf,
pencatatan, ketatausahaan dan pengelolaan yang secara khusus tingkat gaji, jenjang ketenagaan dan pola giliran jaga nampak-
diperlukan untuk pemberian asuhan keperawatan: nya harus ditinjau kembali apabila anggaran ketat: Sebagai pro-
Sedangkan biaya yang tidak langsung terdiri dari kegiat- fesional, perawat harus menjamin bahwa sumber daya yang
an-kegiatan yang dilaksanakan pada level administratif dari tersedia dimanfaatkan secara efektif untuk kemanfaatan klien;
departemen keperawatan, mencakup antara lain ketatalaksana- harus mengevaluasi apakah sumber daya cukup untuk memenuhi
an umum dari departemen, pensupervisian keperawatan (pen - permintaan klien; menunjukkan pendanaan yang kurang atau
supervisian umum pada sore hari, malam dan akhir minggu); ketidak-tepatan penggunaan dana dengan melaksanakan analisis
pengelolaan lingkungan; pengklasifikasian klien; program j amin- sasaran secara jelas tentang pembiayaan keperawatan dan kar-
an mutu keperawatan; ketenagaan dan rekrutmen keperawatan; yawan asuhan kesehatan lainnya:
pelayanan kependidikan keperawatan (orientasi, inservice, dan Bertolakdari penilaian keprofesian dan sudutpandang peng-
pendidikan berkelanjutan, program pendidikan kesehatan klien, harus asuhan mengenai hubungan biaya-mutu, para perawat
program-program khusus lain); dan riset keperawatan: menyatakan dengan tegas bahwa mutu dan standar asuhan diberi
Penghitungan Biaya Pelayanan Keperawatan merupakan bobot yang tepat dalam keputusan tentang efektivitas biaya: Para
proses mengestimasi nilai moneter dari pemberian asuhan ke- perawat sebenarnya merupakan penerima pembiayaan utama
perawatan kepada klien: Biaya keperawatan dapat diestimasi per rumah sakit, tetapi mereka juga nampaknya merupakan kelom-
klien, per jam atau per hari: pok yang paling langsung bertanggung jawab untuk pemberian
Maksud/tujuan menghitung biaya pelayanan keperawatan asuhan kesehatan: Apabila terminologi akunting diaplikasikan,
adalah untuk lebih memahami biaya pemberian asuhan kepe- mereka akan menjadi kelompok paling bertanggung jawab
rawatan dan membuatnya lebih tampak: Hal ini memberi infor- untuk "nilai tambah" atau untuk menambah revenue: Oleh karena
masi penting untuk digunakan dalam berbagai upaya untuk itu mereka mempunyai hak dan juga kewajiban menjadi pusat
meningkatkan mutu asuhan sambil mengontrol biaya, dan untuk keterlibatan dalam keputusan tentang pembiayaan dan peng-
secara lebih efisien dan tepat mempertimbangkan dan mengem- alokasian sumber daya demi efektivitas yang maksimal dalam
bangkan sumber daya keperawatan: pemberian asuhan.
Manfaat penghitungan biaya pelayanan keperawatan adalah Indikator keperawatan yang efektif atau keperawatan yang
untuk menunjukkan bahwa keperawatan adalah suatu sumber bermutu menurut ICN mengutip pendapat Edwardson (1989)
pendapatan (dikenal sebagai revenue center) daripada suatu adalah :
beban pada institusi asuhan kesehatan: Penetapan keperawatan 1) Tidak adanya angka kesakitan dan komplikasi yang dapat
sebagai revenue center sangat penting bagi institusi pelayanan dicegah:
kesehatan pemerintah maupun swasta karena kedua institusi 2) Perbaikan dalam tindakan asuhan diri dan kemampuan:
tersebut dibiayai danlatau dibayar kembali sesuai dengan biaya 3) Perbaikan dalam pengetahuan kesehatan dan sikap:
yang dikeluarkan: Dengan demikian, rumah sakit dan para Memberi asuhan yang cost-effective perlu usaha keras: Para
praktisi yang memberi asuhan pasien dengan kebutuhan asuhan harus perawat tidak hanya harus sadar akan biaya dan waste, tapi
keperawatan yang lebih besar harus ditopang dengan pem- juga selalu mengikuti berbagai temuan riset keperawatan yang
biayaan yang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan tersebut: baru: Kadang-kadang temuan tersebut menawarkan berbagai
Bila biaya keperawatan disatukan dalam harga kamar dan ma- harus alternatif yang sifatnya cost-effective yang dapat dan
kanan atau dikelompokkan di bawah biaya tenaga kerja kepe- diintegrasikan ke dalam kebijaksanaan dan praktek kesehatan:
rawatan (nursing labour costs), perkiraan layanan asuhan ke- Tantangan bagi keperawatan adalah :
perawatan sehari-hari diperlakukan sama untuk semua klien, 1) Mendapatkan data yang kokoh tentang berbagai intervensi
tanpa menghiraukan intensitas asuhan yang sebenarnya mereka asuhan keperawatan yang cost-effective, dan
perlukan: Akibatnya, merupakan hal yang mustahil untuk men- 2) Mempunyai pengetahuan, ketrampilan dan akses kepada
dokumentasikan perbedaan dalam pola konsumsi sumber daya berbagai proses yang bertanggung jawab untuk memformu-

44 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994


lasikan dan mengimplementasikan kebijaksanaan dan perubah- mempengaruhi asuhan.
an praktek. Dengan menunjukkan efektivitas dari suatu alternatif in-
Berikut ini adalah beberapa rekomendasi yang dapat mem- tervensi pada keluaran pasien, para perawat akan bebas untuk
perbaiki kualitas asuhan dan kandungan biaya. memesan peralatan dan perlengkapan yang telah dianggap paling
efektif bagi para kliennya: Misalnya pembalut yang lebih disukai
Pengelolaan Asuhan Klien
perawat, akan dibeli karena sudah terbukti dapat mengurangi
· Perawat yang bermutu memberi asuhan yang cost-effective:-
waktu penyembuhan dan karenanya menurunkan biaya secara
Riset di UK dan US menunjukkan bahwa para perawat yang
keseluruhan.
bermutu memberi asuhan yang lebih tinggi mutunya: Lagipula,
Penganggaran unit menuntut perawat memiliki lebih
dalam angkatan kerja yang kecil jumlahnya tapi dengan prosen-
banyak pengetahuan tentang akuntansi, penggunaan teknologi
tasi RN yang tinggi ternyata memberi asuhan yang lebih baik,
baru seperti komputer, dan secara terus menerus belajar sendiri
dan lebih cost-effective: Juga terbukti bahwa menggantikan staf
tentang peralatan dan perlengkapan baru yang dapat meningkat-
terlatih dengan pekerja yang tak terlatih secara bermakna me-
kan mutu asuhan klien.
nurunkan mutu asuhan: Para pengelola dapat menghemat uang
Berbagai intervensi menuju keperawatan yang cost-effec-
melalui peningkatan jumlah perawat bermutu sementara me-
tive dapat disimak dari beberapa hal berikut :
ngurangi jumlah total angkatan kerja mereka:
· Perawat pada tatanan klinis dapat melakukan intervensi
· Pengelolaan keperawatan secara kasus meningkatkan kuali-
yang cost-effective, seperti contoh :
tas dan menurunkan biaya:
* Hasil dari studi tentang hubungan antara intervensi psiko-
Pengelolaan secara kasus merupakan metode pengkoor-
logik singkat oleh staf keperawatan dan hari rawat klien post-op
dinasian dan pengintegrasian asuhan untuk klien yang membu-
menunjukkan bahwa hari rawat turun ± 1 1 /4 hari:
tuhkan pelayanan yang ekstensif: Perawat pengelola kasus
* Dengan diperkenalkannya perawat praktisi pada klinik kar-
memberi pelayanan kepada klien selama rentang sehat-sakit diologi di RS Puerto Rico, waktu dan biaya medik rumah sakit
(kadang-kadang melewati berbagai tatanan): Seringkali keluarga terkurangi dan kepuasan klien meningkat sesudah perawat
dan mereka yang terkait dilibatkan dalam pelayanan tersebut: mengadakan konsultasi berkala setiap minggu bagi pasien de-
Perawat melakukan negosiasi dengan berbagai pemberi asuhan ngan kegagalan fungsi jantung kronis.
dalam rangka mendapatkan pelayanan yang terbaik untuk klien- · Penurunan biaya perlengkapan medik dengan rasionalisasi
nya: Tujuan utamanya meliputi : optimalisasi kemampuan asuh- penggunaan, memperbaiki sistim persediaan, dan mendorong
an diri, meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya, me- daur ulang serta pembebasan waktu keperawatan untuk asuhan
ngurangi fragmentasi asuhan di seluruh tatanan, meningkatkan klien langsung dengan perancangan sistim dokumentasi asuhan
mutu kehidupan, memberikan asuhan yang bermutu, dan merinci klien, seperti contoh berikut :
kandungan biaya: Dengan advokasi klien, meningkatkan kesi- * Sistim persediaan barang
nambungan dan mengurangi fragmentasi, mutu asuhan Analisis secara rinci oleh perawat tentang biaya/pemakaian
ditingkatkan sementara biaya dikurangi: perlengkapan dan peralatan pada tujuh unit bedah di Leeds,
Program pengelolaan kasus terbukti dapat meningkatkan England, menjurus ke perbaikan sistim kontrol persediaan ba-
mutu asuhan dan menghemat biaya: Hal tersebut ditandai oleh rang dan penghematan biaya sejumlah L 68:000 (seharga 15%
berbagai faktor antara lain pendidikan klien dan keluarga lebih dari anggaran perlengkapan). Bidang utama dari perbaikan :
baik, identifikasi dini tentang berbagai masalah klien dan ber- – mengurangi persediaan perlengkapan yang berlebihan
bagai hambatan terhadap asuhan yang mengakibatkan dilaku- – memperbaiki daur ulang peralatan
kannya intervensi yang bersifat proaktif; identifikasi dini akan – pemesanan perlengkapan terkoordi'nasi
berbagai kebutuhan klien yang pulang dari rumah sakit; me- – menemukan alternatif berbagai sumber peralatan dan per-
ngurangi penundaan dalam memperoleh pelayanan kesehatan; lengkapan yang cost-effective:
pengurangan duplikasi asuhan, berbagai test dan tritmen yang * Record Klien
tumpang tindih: Perancangan kembali berbagai formulir dan merancang
· Penganggaran Unit dapat meningkatkan penghematan biaya flow-sheet yang dilakukan oleh sekelompok perawat dan perawat
sementara meningkatkan standar asuhan: pengelola berakibat efisiensi penghematan ± $ 500:000 pada
Penganggaran unit adalah suatu situasi di mana setiap unit rumah sakit dengan 962 tempat tidur di Minneapolis, Minnesota,
diperbolehkan mengelola anggaran unit sendiri: Perawat Kepala US:
Ruang mengemban tanggung jawab untuk memelihara dan · Perawat pengelola harus mengambil peran kepemimpinan
memesan peralatan dan perlengkapan serta mengevaluasi efek- dalam kelompok kerja multidisiplin yang membahas dan me-
tivitas biaya dari semua barang yang dibelanja: neliti biaya keperawatan dan efektivitas biaya tersebut. Kelom-
Manfaat nyata dari penganggaran yang dibuat dan dikelola pok tersebut dapat terdiri dari campuran perwakilan dari ma-
perawat adalah kemampuan dan hasrat dari para perawat untuk najemen umum, departemen keuangan/personalia dan profesi
mempertimbangkan berbagai kebutuhan klien, dan tidak hanya terkait lainnya dan termasuk ahli teknologi informasi apabila
dampak finansial dari keputusan pembelanjaan: Hal tersebut analisis dan penganggaran dikomputerisasi: Contoh dari apa
mungkin merupakan suatu kesempatan baru bagi perawat untuk yang telah dilakukan dalam rangka memeriksa pembiayaan

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994 45


asuhan keperawatan di Mersey Region, England : ditetapkan · Perawat pendidik perlu memasukkan unsur efektivitas biaya
suatu kelompok kerja yang dipimpin oleh perawat pengelola, dalam kurikulum; bersiap diri untuk menunjukkan efektivitas
yang melibatkan akuntan dan manajer umum: Kelompok me- dalam biaya sejak dari awal pendidikan dasar maupun pada
meriksa berbagai isu tentang pembiayaan dan efektivitas-biaya pendidikan lanjut; mengadakan program pendidikan berkelan-
dan mengeluarkan rekomendasi antara lain : jutan yang memungkinkan perawat menjadi up to date tentang
– menetapkan kredibilitas dan validitas dari metodologi per- tindakan dan berbagai program yang cost-effective, melakukan
mintaan peran mereka dengan membuktikan dan memperbaiki keefek-
– menyepakati metodologi pembiayaan yang diterima tivan mereka dalam biaya.
– mendorong riset mengenai metodologi pembiayaan · Organisasi profesi harus menyadarkan perawat tentang
– menjamin bahwa pengembangan pembiayaan terkait de- perlunya menjadi cost-effective dan menjadi waspada dengan
ngan berbagai program pengelolaan sumber daya dan mutu: tindakan-tindakan penghematan biaya; meningkatkan efektivi-
tas biaya keperawatan bersama dengan institusi asuhan kese-
PENUTUP hatan, departemen kesehatan, dan lembaga pemerintah lain serta
Dari pembahasan tentang keterkaitan mutu dan biaya di masyarakat; mendukung riset tentang biaya dan mutu kepera-
rumah sakit, maka sesungguhnya keperawatan memiliki potensi watan baik pada tatanan klinik maupun non klinik; mendorong
besar untuk mewujudkan pelayanan yang bermutu dan sekaligus terwujudnya jaringan kerja yang bersifat nasional tentang praktek-
mengendalikan biaya rumah sakit dengan tetap memperhatikan praktek yang baik dalam cost-effective; bersama dengan perawat
keyakinan keperawatan tentang hak pasien, konsep asuhan yang pendidik, mengembangkan kurikulum tentang efektivitas biaya
bermutu yang artinya secara profesional dapat dipertanggung bagi pendidikan keperawatan dasar dan lanjutan:
jawabkan dan asuhan yang bersifat manusiasi.
Agar kontribusi keperawatan menjadi nyata dalam pelayan-
an rumah sakit, perlu negosiasi ulang tentang kondisi hubungan
kerja perawat-dokter-rumah sakit untuk menetapkan kembali
peran perawat dalam struktur dan pengelolaan rumah sakit serta
hal-hal yang terkait di dalamnya, mencakup :
KEPUSTAKAAN
1) Penghargaan dan upaya memantapkan posisi keperawatan
dalam hirarkhi rumah sakit: 1. Aiken LH. Nursing Priorities for the 1980's Hospital and Nursing Home.
2) Keterlibatan perawat dalam berbagai perumusan kebijak- AJN, February 1981:
sanaan rumah sakit termasuk yang menyangkut kualitas dan 2. Buchan J: Cost-Effective Caring: International Nurse. Rev: 39,4, 1992.
3. Creasia JL, Parker B. Conceptual Foundation of Professional Nursing
biaya asuhan: Practice. The C:V: Mosby Co: St: Louis, 1991:
3) Kesempatan perawat menyampaikan masukan untuk me- 4. Cunningham CA: Professional Nursing Practice in the Hospital Setting.
ningkatkan peran uniknya dalam asuhan klien: Supervisor Nurse, August 1980.
4) Pengembangan kemampuan keprofesian dari para perawat 5. Ganong JM, Ganong WL: Nursing Management 2nd: Ed. An Aspen
Publication. London, 1980:
klinis melalui pendidikan berkelanjutan: 6. Henderson V. Excellence in Nursing: AJN, April 1990:
5) Peluang/kesempatan perawat untuk berperan dalam pen- 7. International Council of Nurses: Quality, Costs and Nursing: International
dekatan interdisiplin asuhan klien dengan disertai kejelasan Nurses Day 1993:
wewenang dan tanggung gugatnya: 8. Iyer PW et al. Nursing Process and Nursing Diagnosis: W.B. Saunders Co.
Philadelphia, 1986:
6) Kemampuan administrator keperawatan dalam hal ketata- 9. Kron T, Gray A. The Management of Patient Care - Putting Leadership
laksanaan keperawatan di rumah sakit: Skills to Work: W.B. Saunders Co. Philadelphia, 1987.
Khususnya mengenai efektivitas biaya, ada beberapa saran 10. Leddy S, Pepper JM. Conceptual Bases of Professional Nursing. Lippincott
Co. Philadelphia, 1985:
bagi perawat secara individual, perawat pengelola, perawat
11. Loughlin MA: Human Dignity in Nursing - Role of the Leader: 6th Asian
pendidik dan organisasi profesi: Conference of CICIAMS. July 26, 1993.
· Perawat perlu berpartisipasi dalam riset; meningkatkan atau 12. McEachern MT. Hospital Organization and Management: Physician' Record
membuat jaringan praktek dan intervensi inovatif yang cost- Co. Chicago, 1957.
13. McFarlane JK. What do we mean by Care ?. Nursing Mirror, October 2,
effective (baik yang sifatnya klinis maupun non klinis): 1975:
· Perawat pengelola, perlu memahami seluk-beluk pem- 14. Nyberg J. The effects of Care and Economics on Nursing Practice. JONA
biayaan; menjamin validitas metodologi pembiayaan; menjamin Vol: 20 No. 5. May 1990:
ukuran-ukuran asuhan yang bermutu terintegrasi pada waktu 15. Tachiki DS. Organizational Dimensions to Quality Control : Case Studies
of American Banks and Hospitals - paper presented at Pertemuan Bulanan
mengkaji efektivitas biaya; memberi arahan pada kelompok PMII - TCC-Bidang Jasa. Jakarta, 22 Juni 1993.
kerja multidisiplin yang membicarakan pembiayaan pelayanan 16.
Keshatn. Undang-undang No: 23 Tahun 1992 tentang
keperawatan; menetapkan sistim yang mendorong riset yang 17. Widjaja MI. Asuhan Keperawatan sebagai Inti Profesi Keperawatan -
diprakarsai perawat tentang asuhan yang cost-effective dan Pidato
Carolus. Ilmiah dalam rangka Lustrum VI dan Reuni III. Akper St.
Jakarta, 22 September 1993:
membuat jaringan praktek yang inovatif; menjamin bahwa ang- 18. Will GF. The Dignity of Nursing: Nursing, August 1988.
garan keperawatan berkaitan dengan beban kerja dan campuran 19. Woke MM: Nursing Care Delivery System - Status and Vision. JONA Vol:
berbagai ketrampilan: 20 No. 5. May 1990.

46 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994


Pengembangan
Sumber Daya Manusia
dalam Bidang Keperawatan
Tien Gartinah, MN
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

PENDAHULUAN BERBAGAI KOMPONEN UNTUK KETERLAKSANAAN


Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di segala ASUHAN/PELAYANAN KEPERAWATAN
bidang, termasuk bidang kesehatan, perkembangan sosial- Asuhan Keperawatan merupakan titik sentral pelayanan
ekonomi masyarakat, serta perhatian terhadap hak azasi ma- keperawatan sehingga mutu pelayanan keperawatan bahkan pe-
nusia, menuntut adanya peningkatan pelayanan kepada ma- layanan kesehatan di rumah sakit, tergantung dari mutu asuhan
syarakat dalam bidang kesehatan khususnya pelayanan kepe- keperawatan. Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau
rawatan. rangkaian kegiatan pada praktek keperawatan yang langsung
Pelayanan kesehatan di rumah sakit tidak dimungkinkan diberikan oleh seorang ners kepada klien/pasien pada berbagai
tanpa adanya pelayanan keperawatan; pelayanan keperawatan tatanan pelayanan kesehatan (antara lain rumah sakit) dengan
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Dalam menggunakan metodologi proses keperawatan, berpedoman
Undang-Undang Kesehatan no. 23 tahun 1992 dinyatakan bahwa kepada standar keperawatan yang dilandasi etika keperawatan,
dalam upaya penyembuhan dan pemulihan kesehatan digunakan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan.
berbagai ilmu termasuk ilmu keperawatan. Dengan demikian Untuk terlaksananya asuhan/pelayanan keperawatan de-
setiap upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan harus ngan baik tergantung dari berbagai komponen yaitu :
disertai dengan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan se-
dangkan upaya yang sangat penting dalam meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan adalah peningkatan sumber daya a) Metodologi Keperawatan
manusianya yaitu pengembangan tenaga keperawatan terutama Metodologi keperawatan adalah suatu pendekatan ilmiah
dalam rangka menyongsong PJPT II dalam bidang kesehatan. yang digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan se-
Tujuan utama dari pengembangan sumber daya manusia hingga asuhan yang diberikan menjadi lebih efektif. Pendekatan
adalah mengurangi adanya kesenjangan pengetahuan dari atau cara tersebut telah dikenal yang disebut proses keperawat-
tenaga keperawatan yang ada terhadap perkembangan IPTEK an, terdiri dari beberapa tahapan yang diawali dengan pengkajian
keperawatan/kesehatan yang mutakhir. Agar perkembangan kemudian diagnosis, perencanaan, implementasi dan evaluasi
sumber daya manusia dalam bidang keperawatan ini terarah, metodologi keperawatan tersebutdikatakan ilmiah karenadalam
maka dalam tulisan ini terlebih dulu akan dibahas tentang ber- penerapannya terkandung unsur-unsur pengamatan, investigasi,
bagai komponen untuk keterlaksanaan asuhan/pelayanan ke- analisis dan pemecahan masalah. Dengan demikian jika setiap
perawatan dan berbagai aspek ketenagaan dalam keperawatan, asuhan keperawatan dalam pelaksanaannya menggunakan me-
sebelum membahas mengenai pengembangan sumber daya todologi keperawatan secara benar, mutu asuhan yang diharap-
manusia dalam bidang keperawatan. kan dapat tercapai.

Makalah ini disajikan pada Kongres VI PEPSI & Hospital Expo, Jakarta,
21 - 25 November 1993.

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994 47


b) Komponen Keilmuan keperawatan secara profesional juga dan secara terus menerus
Pelayanan keperawatan sebagai pelayanan profesional dan pengembangan pengetahuan tenaga keperawatan dilaksanakan
praktek keperawatan sebagai tindakan keperawatan profesional melalui pendidikan in service maupun pendidikan keperawatan
menggunakan pengetahuan teoritik yang mantap dan kokoh dari berkelanjutan. Di samping itu pengembangan ilmu keperawatan
berbagai ilmu dasar (biologi, fisika, bio-medik, perilaku, sosial) klinik juga terus dikembangkan melalui penelitian keperawatan
dan ilmu keperawatan sebagai landasan untuk melakukan klinik yang berorientasi kepada klien (Client Oriented Research).
pengkajian, diagnosis, menyusun perencanaan, melaksanakan Dengan demikian pengembangan ketenagaan keperawatan di
asuhan keperawatan dan evaluasi hasil-hasil tindakan kepe- rumah sakit harus didasarkan pada unsur-unsur tersebut yaitu
rawatan serta mengadakan penyesuaian rencana keperawatan terdapatnya perawat (nurse) praktisi, perawat (nurse) manajer,
untuk menentukan tindakan selanjutnya. perawat (nurse) pendidik dan perawat (nurse) peneliti. Sehingga
Adapun wawasan ilmu keperawatan mencakup ilmu yang pelayanan keperawatan senantiasa berkembang terus sesuai
mempelajari bentuk dan sebab tidak terpenuhinya kebutuhan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mu-
dasar manusia yang terkait dengan masalah kesehatan melalui takhir bidang keperawatan/kesehatan.
pengkajian mendasar tentang hal-hal yang melatar belakanginya
serta mempelajari berbagai bentuk upaya untuk mencapai ke- 2) Aspek Kualitas Tenaga Keperawatan dalam Jenis dan
butuhan dasar tersebut dengan memanfaatkan secara optimal Jenjang Pelayanan Keperawatan
berbagai sumber yang ada dan potensial. Dengan makin kompleksnya masalah kesehatan/kepera-
watan mengakibatkan terjadinya fragmentasi pelayanan dan
c) Fasilitas perkembangan ilmu keperawatan, sehingga menuntut pengem-
Fasilitas di rumah sakit sebagai sarana penunjang dalam bangan spesialisasi dalam bidang keperawatan baik ilmunya
pelayanan keperawatan/kesehatan juga merupakan k komponen maupun pelayanannya di samping keperawatan umum. Sehingga
yang menentukan untuk keterlaksanaan asuhan keperawatan diperlukan adanya berbagai jenis dan jenjang tenaga kepera-
secara baik. Dengan demikian pengadaan fasilitas di rumah sakit watan yang disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan kepe-
yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan keperawatan/kese- rawatan. Tenaga keperawatan praktisi pada tingkat generalis
hatan perlu direncanakan dengan baik yaitu didasarkan pada terdiri dari perawat (nurse) generalis yang dipersiapkan melalui
hasil analisis kebutuhan akan fasilitas di rumah sakit. program DIII keperawatan (Perawat Ahli Madya Keperawatan)
d) Ketenagaan dan Perawat Sarjana Keperawatan yang dibantu oleh asisten
Terlaksananya asuhan/pelayanan keperawatan sangat ter- perawat. Sedangkan tenaga keperawatan praktisi pada tingkat
gantung pada aspek ketenagaan/sumber daya manusianya baik spesialisasi terdapat 6 jenis spesialisasi yaitu keperawatan me-
dalam kualitas maupun kuantitas. dikal bedah, keperawatan anak, keperawatan maternitas, kepera-
Tenaga keperawatan di rumah sakit yang merupakan tenaga watan komunitas, keperawatan jiwa dan keperawatan geriatrik.
yang terbanyak diantara tenaga kesehatan sangatlah menentukan 3) Aspek Kualitas dalam Pengorganisasian dan Penge-
keberhasilan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Oleh karena lolaan
itu ketenagaan dalam keperawatan yang terkait dengan jenis, Pelayanan keperawatan yang bermutu perlu ditunjang
jenjang pelayanan keperawatan; tingkat pengelolaan serta beban dengan sistim pengorganisasian dan pengelolaan yang mantap
kerja dan sifat pelayanan keperawatan perlu direncanakan se- mulai dari tingkat pengelolaan di ruangan sampai pada tingkat
baik-baiknya sehingga asuhan/pelayanan keperawatan yang pengelolaan seluruh pelayanan keperawatan di rumah sakit
berkualitas dapat tercapai. (tingkat eksekutif). Pengelolaan pada tingkat ruangan sebaiknya
sekurang-kurangnya dikelola oleh perawat ahli madya kepera-
BERBAGAI ASPEK KETENAGAAN DALAM KEPERA- watan yang sudah berpengalaman dan telah mendapat sertifikat
WATAN mengikuti pelatihan manajemen keperawatan untuk tingkat
Sebagaimana telah dibahas, terlaksananya asuhan/pelayan- ruangan. Sedangkan pada pengelolaan tingkat menengah di-
an keperawatan di rumah sakit sangat dipengaruhi oleh keadaan harapkan sekurang-kurangnya dapat dikelola oleh perawat ahli
tenaga keperawa an itu sendiri. Aspek-aspek yang perlu di- dalam manajemen keperawatan dan pada tingkat eksekutif se-
perhatikan mengenai ketenagaan dalam keperawatan meliputi baiknya oleh perawat spesialis dalam manajemen keperawatan.
kualitas, kuantitas, pengadaan dan pembinaannya.
4) Aspek Kuantitatif dalam Pengembangan Tenaga Ke-
Berikut ini akan dibahas mengenai kualitas dan kuantitas
tenaga keperawatan : perawatan
Penetapan jumlah atau kuantitas tenaga keperawatan perlu
1) Aspek Kualitas dalam Pengembangan Tenaga Kepe- didasarkan pada beban kerja dan sifat pelayanan/asuhan yang
rawatan diberikan yang berarti selain memperhatikan jumlah pasien atau
Telah dikemukakan bahwa asuhan keperawatan adalah klien yang dirawat juga memperhatikan derajat ketergantungan
merupakan titik sentral pelayanan keperawatan. Asuhan kepe- pasien/klien terhadap pelayanan keperawatan. Faktor yang
rawatan sebagai pelayanan profesional dimungkinkan untuk di- mempengaruhi beban kerja tenaga keperawatan pasien, bebe-
laksanakan jika dalam pelayanan tersebut tercakup unsur praktek rapa banyak pasien yang masuk pada suatu waktu setiap bulan/
keperawatan secara profesional disertai pengelolaan pelayanan tahun, rata-rata hari perawatan pasien, pengukuran perawatan

48 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994


langsung (direct care) yaitu semua tindakan perawatan fisikal e) Menambah pengetahuan dan keterampilan dalam melaku-
dan psikis yang diperlukan dan perawatan tidak langsung kan penelitian keperawatan (nursing research).
(indirect care) yang meliputi kegiatan administratif dan kegiatan 2) Studi Banding
penunjang lainnya, frekuensi tindakan keperawatan yang dibu-
tuhkan, rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk memberikan Di samping melalui rangkaian kegiatan pendidikan kepe-
perawatan langsung dan tidak langsung pada masing-masing rawatan berlanjut seperti yang disampaikan di atas, perubahan
pasien, disain ruangan dan kelengkapan fasilitas. perilaku (nurse behaviour) dapat juga dicapai melalui berbagai
Derajat ketergantungan klien tersebut dapat digolongkan kegiatan studi banding ke berbagai rumah sakit model atau
menjadi tiga kategori yaitu derajat ketergantungan minimal, contoh, baik di dalam maupun di luar negeri. Studi banding yang
derajat ketergantungan pertengahan dan derajat ketergan- direncanakan secara baik, dan pemilihan tempat kunjungan yang
tungan penuh. tepat, dapat mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkem-
bangan sikap dan pandangan, serta wawasan tentang kepe-
Derajat ketergantungan minimal (self-care), menggambar-
rawatan dari perawat yang turut dengan program ini. Melalui
kan keadaan pasien/klien yang relatif mandiri. Pada ketergan-
kegiatan yang demikian ini, dalam waktu singkat didapatkan
tungan pertengahan, menggambarkan pasien/klien dengan ke-
tergantungan sebagian yaitu pasien/klien telah dapat melakukan gambaran yang menyeluruh dan utuh (komprehensif) tentang
keperawatan, yang mungkin belum pernah dilihatnya, bahkan
beberapa kegiatan seperti makan sendiri, mencuci muka sendiri
mungkin tidak mempunyai bayangan yang demikian.
tetapi pada setiap kegiatannya masih memerlukan bantuan.
Sedangkan pada ketergantungan penuh (total care), keadaan 3) Pembahasan Kasus Keperawatan
pasien/klien keseluruhannya tergantung kepada bantuan tenaga Bentuk kegiatan lain yang dapat mempengaruhi sikap,
keperawatan seperti pasien koma atau tetraplegia. menambah pengetahuan dan keterampilan profesional, adalah
PENGEMBANGAN TENAGA KEPERAWATAN melalui kegiatan pembahasan kasus keperawatan. Pembahasan
dilakukan secara ilmiah, dengan membahas landasan ilmu dan
Dari pembahasan di atas, jelas terkait antara kualitas asuh-
etik setiap tahap proses keperawatan dan hasil asuhan kepera-
an/pelayanan keperawatan dengan kualitas tenaga keperawatan.
watan secara keseluruhan. Melalui kegiatan yang demikian ini,
Dengan demikian dalam upaya meningkatkan mutu asuhan/
para perawat lebih terlatih untuk melakukan penalaran ilmiah
pelayanan keperawatan merupakan keharusan bagi institusi
dan penalaran etik, yang merupakan kemampuan dasar yang
(rumah sakit) untuk mengembangkan sumber daya manusia
penting dalam pengambilan keputusan klinik. Dengan bertolak
(tenaga keperawatan) baik melalui pendidikan formal maupun
dari kasus yang dibahas, dapat dilakukan pula latihan keteram-
informal seperti :
pilan teknikal dalam keperawatan secara lebih terarah.
1) Pendidikan Keperawatan Berlanjut
Pendidikan berlanjut dapat dilaksanakan dalam berbagai PENUTUP
jenjang sesuai kebutuhan pengembangan, serta sesuai dengan Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan/asuhan ke-
kaidah-kaidah pendidikan berlanjut (continuing education). perawatan di rumah sakit, pendekatan yang sebaiknya dilakukan
Rangkaian kegiatan pendidikan keperawatan berlanjut harus adalah bertolak dari meningkatkan mutu asuhan keperawatan.
terarah kepada tuntutan kebutuhan, baik kebutuhan pelayanan/ Langkah yang paling strategik untuk meningkatkan mutu
asuhan keperawatan, maupun kebutuhan para perawat sendiri, asuhan keperawatan adalah meningkatkan mutu tenaga kepe-
sebagai kelompok yang "mempunyai hak" untuk mendapat ke- rawatan yang ada di rumah sakit, baik yang bertanggung jawab
sempatan menambah ilmu dan keterampilan, serta memperluas pada praktek keperawatan, manajemen keperawatan, pendidikan
wawasan dalam keperawatan. Kegiatan pendidikan keperawatan keperawatan maupun penelitian keperawatan. Di samping itu
berlanjut harus direncanakan dengan sebaik-baiknya sehingga harus ditunjang dengan pemantapan sistim pelayanan/asuhan
tidak mengganggu kegiatan pelayanan/asuhan keperawatan keperawatan di rumah sakit, disertai pengembangan fasilitas pe-
yang ada, sesuai hakikat pendidikan berlanjut, sehingga pasien layanan/asuhan keperawatan serta membina iklim yang sehat
atau klien tidak dirugikan. dan terbuka.
Pendidikan keperawatan berlanjut dapat menekankan isi
pendidikan antara lain kepada : KEPUSTAKAAN
a) Menambah pengetahuan dalam ilmu pengetahuan dan
1. Ma'rifin Husin. Profesionalisme Keperawatan. Konsorsium Ilmu Kesehatan
teknologi bidang keperawatan. Dir Jen Dikti Depdikbud Jakarta 5 Nopember 1992.
b) Menambah keterampilan keprofesian dalam bidang ke- 2. Ma'rifin Husin. Upaya Peningkatan Mutu Keperawatan melalui Kerjasama
perawatan, mencakup keterampilan intelektual, keterampilan Antar Rumah Sakit. Konsorsium Ilmu Kesehatan Dir Jen Dikti Depdikbud
interpersonal dan keterampilan teknikal. Jakarta 13 Oktober 1993.
3. Miller L. The Human Care Perspective in Nursing Administration. J Nurs
c) Menambah pengetahuan dan keterampilan dalam bidang Administr 1987; 17: 10-12.
manajemen keperawatan. 4. Wolff, Lu Vernbe et al. Fundamental of Nursing. 7th ed. Philadelphia:
d) Memperluas wawasan dalam keperawatan, termasuk wa- Lippincott Co. 1983.
5. Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Pandangan tentang Ketenagaan da-
wasan keprofesian, kepemimpinan dalam keperawatan, serta lam Keperawatan sesuai Kaidah Keprofesian. Pernyataan Profesi Kepera-
etika keperawatan dan hukum kesehatan. watan dalam RPP Tenaga Kesehatan, 12 Oktober 1993.

Cermin Dunia Kedokieran, Edisi Khusus No. 91, 1994 49


Manajemen Keuangan

Paviliun Khusus Swasta


Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo

Soepardi Soedibyo
Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta

Swastanisasi di RS Dr Cipto Mangunkusumo didasari 2) Pelayanan Rawat Jalan


oleh S.K Men Kes No. 138 a/Men Kes/S.K/II/1988 tanggal 28 Disediakan dua kamar periksa yang dilengkapi dengan ECG
Pebruari 1988 dan bertujuan untuk : dan EECP.
1) Meningkatkan mutu perawatan meningkatkan citra pela-
yanan. 3) Pelayanan Penunjang Medis
2) Memberikan kesempatan kepada seluruh dokter ahli me- Fasilitas penunjang medis bagi pasien dari PKS mengguna-
rawat pasien swasta di RSCM. kan fasilitas penunjang medis yang tersedia di RSCM.
3) Memberikan kesempatan kepada tenaga medik memperoleh a) Radiologi, Laboratorium, Rehabilitasi Medis, dst.
pengetahuan/pengalaman dalam teknologi canggih. Tarif bagi pasien PKS sama dengan tarif tertinggi di RSCM
4) Menambah kesejahteraan bagi seluruh pegawai RSCM agar (pasien klas I) ditambah 40%; contoh : Foto paru tarif klas
motivasi kerjanya dapat ditingkatkan, I Rp. 11.000,–, tarif PKS Rp. 15.000,–. Sedangkan tarif di RS
5) Membantu anggaran RSCM untuk pengadaan dan peme- Swasta Rp. 17.000,–.
liharaan peralatan. Pembagian penghasilan : Dana sebesar tarif klas I disetorkan
6) Menyediakan anggaran tambahan untuk melaksanakan ke RSCM, sisanya dibagi sebagai berikut : 70% untuk insentif di
penelitian. instalasi penunjang, 30% untuk PKS-KPN.
swasta.Membantu mengendalikan tarif rumah sakit
7) b) Gizi
Sejak PKS berdiri, terus berkembang sampai sekarang Makanan diolah oleh instalasi gizi di dapur RSCM. Untuk
dengan segala masalah yang dihadapinya. PKS II diresmikan ganti rugi penggunaan dapur, kepada RSCM dibayar Rp.
pada Pebruari 1988, PKS I Juli 1988, PKS III Juli 1988, PKS IV 1p.0,—per asien dan untuk insentif kepada karyawan instalasi gizi juga
April 1991. dibayarkan Rp. 1.000,– per pasien.
c) Farmasi
MACAM, KEGIATAN SWASTANISASI DI RSCM Barang-barang farmasi dikelola tersendiri dan dilakukan
oleh apotik khusus swasta.
1) Pelayanan Rawat Nginap
Kapasitas sebesar 60 tempat tidur terdiri dari : 4) Pelayanan Non Medis
· PKS I 9 tempat tidur : 1 VIP A, 8 VIP B. a) Linen
· PKS II 9 tempat tidur : 1 VIP A, 8 VIP B. Milik PKS sendiri, dicuci oleh tenaga PKS dengan bahan
· PKS III 22 tempat tidur : 2 VIP B, 20 VIP C. sendiri. Alat cuci menggunakan alat RSCM; untuk ganti rugi
· PKS IV 20 tempat tidur : VIP C./ dibayarkan Rp. 100.000,– per bulan kepada RSCM.

Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21— 25 November 1993.

50 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994


b) Telepon VIP B 89,3%
Dipasang 4 line telepon khusus untuk PKS, satu line di- VIP C 69,7%
pergunakan RSCM. Pasien dapat menggunakannya tanpa
biaya, kecuali interlokal. 2) Ruang Rawat ICU
2.1. Jumlah tempat tidur 2
5) Pelayanan Medis lain
2.2. Jumlah pasien 78
a) Pada bulan Juli 1988 telah dibeli secara leasing 1 unit color 2.3. Jumlah hari rawat 193 hari
doppler echo untuk unit kardiologi dan sub unit kardiologi anak/ 2.4. BOR 26,5%
penyakit dalam seharga Rp. 125.000.000,–; leasing dalam (Juga dipakai RSCM pada kasus yang perlu isolasi)
jangka waktu 2 tahun.
b) Pada bulan Januari 1989 telah diadakan pengambilalihan 3) Ruang Hemodialisa (08.00 – 20.00)
leasing alat USG yang ada di sub unit ginjal. 3.1. Jumlah pesawat/alat 10
c) Pada bulan Juni 1989 telah ditandatangani perjanjian untuk 3.2. Jumlah pasien
pinjam pakai alat hemodialisa dengan pihak swasta. Alat-alat Umum 232
tidak dibeli koperasi, tetapi hanya dipinjam. Bahan habis pakai Askes 434
dibeli dari tarif pasien yang menggunakan alat ini adalah 666
Rp. 165.000,– (di RS Swasta Rp. 200.000,–). Biaya renovasi 3.3. Jumlah tindakan
ruangan yang dipergunakan (sebagian ruang bekas SKPD) di- Umum 1.897
tanggung perusahaan tersebut. Askes 3.158
5.050
PEMANFAATAN PENGHASILAN
Menurut kebijaksanaan direktur mulai bulan September 4) Ultra Sonografi
1990, keuntungan dibagi dalam % sebagai berikut : 4.1. Jumlah pasien yang membayar penuh 120
1. FKUI : 10% dari laba bersih. 4.2. Jumlah pasien yang tidak mampu/keringanan 87
2. RSCM : 40% dari sisa laba setelah dipotong 10% 207
3. Koperasi : 40% dari sisa laba setelah dipotong 10%
4. Pengembangan : 20% dari sisa laba setelah dipotong 10% 5) Echo Color Doppler
5.1. Pasien Anak
EVALUASI KEGIATAN PKS PADA TAHUN 1992 Yang membayar penuh 434
Yang tidak mampu/keringanan 251
1) Pelayanan Rawat Inap
1.1. Jumlah pasien : 685
PKS I 284 5.2. Pasien Dewasa
PKS II 231 Yang membayar penuh 73
PKS III 474 Yang tidak mampu/keringanan 413
PKS IV 427 486
1.416 6) Radioterapi (14.00 – 17.00)
Apabila dikelompokkan berdasarkan kelas maka : 6.1. Pasien yang dilayani
VIP A 53 Rawat Inap 574
VIP B 590 Rawat Jalan 1.054
VIP C 773
1.628
1.416 6.2. Jumlah tindakan rawat inap dan rawat jalan : 26.855.
1.2. Jumlah hari lama perawatan :
VIP A 849 hari 7) Radiodiagnostik (setelah jam 12.00 dan pemeriksaan khusus
VIP B 5.868 hari 07.00 – 08.00)
VIP C 10.185 hari 7.1. Pasien yang dilayani
Rata-rata lama perawatan per pasien 10,7 hari. Rawat Inap 1.726
1.3. BOR : Rawat Jalan 6.710
PKS I 85,3% 8.436
PKS II 94,1% 7.2. Jumlah tindakan
PKS III 71,6% Rawat Inap 1.960
PKS IV 67,6% Rawat Jalan 7.213
Rata-rata BOR PKS : 80%.
9.173
1.4. BOR menurut kelas :
VIP A 88,9%

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994 51


8) Pelayanan Poll Rawat Jalan d) Untuk RSCM
Jumlah pasien 6 – 7/hari. 1) Tambahan uang masuk.
9) Tindakan Operasi 2) Membantu membangun PTK.
3) Membantu membangun ODC.
a. Khusus 85
4) Membangun PKS IV.
b. Besar 136
c. Sedang 71
d. Kecil 16
MASALAH YANG DIHADAPI PKS
308
1)
Ruang Perawatan dan Parkir
MANFAAT PKS a) Jumlah pasien yang menghendaki satu kamar untuk satu
a) Untuk Pegawai RSCM
pasien makin meningkat (VIP B).
b) Tetap banyaknya pasien yang ingin dirawat di PKS (daftar
1) Bagi karyawan RSCM/FKUI golongan IV, apabila me-
tunggu tetap banyak) sampai 30 pasien.
merlukan perawatan dengan fasilitas PHB, dapat memanfaatkan
c) Tempat parkir yang tidak memadai.
PKS IV (Ketentuan PKS No. 15/K.PKS/VII/1992 ). Jumlah kar-
yawan yang telah memanfaatkan PKS IV sebanyak 25 orang. 2) Tenaga
2) Membantu memberikan hadiah lebaran bagi seluruh pe- a) Dokter sering diganti oleh asisten.
gawai RSCM dan dokter FKUI. b) Dokter mengubah/menghendaki tarif di luar standar tanpa
3) Membantu insentif pendorong pasien (Rp. 200,–/pasien). diketahui pasien dari permulaan dirawat (sering sekali).
b) Untuk Pelayanan Pasien c) Petugas non perawatan kurang cepat tanggap.
1) Memberikan subsidi kepada pasien yang kurang/tidak 3) Penunjang
mampu. a) Beberapa penunjang kapasitasnya sudah maksimal sehingga
Pasien tersebut dilayani dengan alat-alat PKS, yang peng- terjadi keterlambatan dalam pelayanan, misal: Radioterapi daftar
adaannya secara leasing, misal : Ultra Sonografi dan Echo Color tunggunya sampai 2 minggu.
Doppler, maupun pasien Askes sejumlah Rp. 115.759.290,–. b) Hasil dari pemeriksaan penunjang memerlukan waktu sampai
2) Meningkatkan mutu perawatan 2 – 3 hari (karena dokternya hanya satu).
Dengan adanya tarif PKS yang tinggi jika dibandingkan c) Alat-alat yang ada sudah ketinggalan zaman (misal: EEG).
dengan tarif RSCM, maka pasien akan mendapatkan pelayanan d) Ruang tunggu dan ruang periksa campur dengan pasien
maupun mutu perawatan yang lebih baik sesuai dengan biaya biasa.
perawatan yang telah dikeluarkan. 4) Keuangan
3) Jumlah dokter ahli yang merawat pasien di PKS setiap
a) Penggunaan ICU RSCM sering dimanfaatkan pasien untuk
tahun menunjukkan kenaikan.
meminta tarif RSCM.
c) Untuk FKUI b) Masih adanya pasien yang sulit untuk diminta uang muka/
Memberikan bantuan dana kepada FKUI untuk kegiatan cicilan sehingga tidak dapat ditagih sampai pasien pulang.
penelitian di FKUI sebanyak Rp. 43.872.205,–. c) Masih banyaknya pasien minta keringanan.

52
-4Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994
Manajemen Keuangan

Catharina, Akuntan
Rumah Sakit St. Carolus, Jakarta

PENDAHULUAN terus meningkat dan tak terkendali akibat perkembangan ilmu


Perkembangan rumah sakit yang merupakan suatu bentuk pengetahuan dan teknologi serta inflasi, dan di lain pihak meng-
usaha pelayanan kesehatan di Indonesia sejak Pelita I sampai saat hadapi ketidakmampuan masyarakat membayar jasa pelayanan
ini sangat pesat sekali, baik di sektor pemerintah maupun di kesehatan yang semakin mahal. Dilema tersebut dapat meng-
sektor swasta. Hal ini dapat dirasakan pada sekitar tahun 1989 akibatkan situasi sebagai berikut :
.
ketika pemerintah membuat kebijaksanaan mengikutsertakan 1) Bila rumah sakit melaksanakan fungsi sosialnya dan tetap
masyarakat dan pihak swasta untuk mengambil bagian dalam terus dikembangkan sesuai dengan perkembangan ilmu pe-
pembangunan dan penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan ngetahuan dan teknologi, maka rumah sakit akan dihadapkan
di rumah sakit melalui penanaman modal, baik modal asing pada masalah cash flow.
maupun modal dalam negeri. 2) Bila rumah sakit tetap terus melaksanakan fungsi sosialnya
Hal ini tentu berdampak langsung terhadap situasi perumah dan membatasi diri dalam mengikuti perkembangan ilmu pe-
sakitan di Indonesia khususnya rumah sakit swasta baik yang ngetahuan dan teknologi, maka lambat laun mutu pelayanan
bersifat profit maupun non profit. Keadaan nyata sehari-hari kesehatan rumah sakit akan menurun.
menunjukkan bahwa dengan semakin berkembangnya jumlah 3) Bila rumah sakit mengabaikan fungsi sosialnya dan hanya
rumah sakit, semakin canggihnya alat-alat, dan semakin banyak melayani masyarakat yang dapat membayar saja sehingga ber-
jenis pelayanan yang ada akan meningkat pula tuntutan ma- ubah menjadi for profit hospital, maka pada akhirnya rumah
syarakat terhadap pelayanan kesehatan/rumah sakit, sehingga sakit akan berlomba untuk melayani orang-orang kaya saja dan
dapat mengakibatkan terjadinya persaingan yang tidak sehat di akan berubah menjadi institusi komersial.
antara para pemberi pelayanan kesehatan yang akan menye- Untuk menjaga keseimbangan situasi tersebut maka para
babkan berubahnya pola tatanan perumah sakitan di Indonesia. pembuat keputusan di sektor pelayanan kesehatan harus me-
Pemerintah khususnya Departemen Kesehatan dalam nyadari bahwa usaha pelayanan kesehatan adalah suatu usaha
mengantisipasi perkembangan pesat tersebut telah mengeluar- yang harus dikelola secara profesional dengan memperhatikan
kan berbagai peraturan, agar rumah sakit/pelayanan kesehatan prinsip-prinsip ekonomi secara baik, sehingga secara otomatis
baik yang profit oriented maupun yang non profit oriented akan menuntut setiap manajer rumah sakit agar menguasai de-
diharapkan dapat berjalan sesuai dengan kepentingan masyar- ngan baik manajemen keuangan, tidak cukup hanya sekedar
akat banyak tetapi tetap dapat mempertahankan kesinambungan mengetahuinya saja. Hal ini sangat penting dan sangat me-
usaha rumah sakit (pelayanan kesehatan). nentukan. Manajemen keuangan rumah sakit bukan hanya
Dalam melaksanakan fungsi sosialnya terutama rumah sekedar proses akuntansi yang sehari-hari dilakukan, tetapi men-
sakit yang non profit oriented sering diharapkan pada suatu cakup semua aspek dari sistim pengambilan keputusan.
dilema yaitu di satu pihak harus menghadapi biaya-biaya yang Dalam makalah ini asumsi penulis adalah bahwa para pe-

Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21 — 25 November 1993.

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994 53


serta seminar sudah mengetahui secara garis besar pengprtian menggunakan sistim akuntansi sebelumnya.
manajemen keuangan (karena sudah begitu sering diseminarkan) 2) Revisi atau penyempurnaan suatu sistim akuntansi yang
yang meliputi fungsi-fungsi strategis sebagai berikut : sudah ada dalam suatu institusi, tetapi dianggap sudah tidak
1) Perencanaan keuangan/anggaran. sesuai dengan kondisi dan situasi yang sedang berjalan maupun
2) Pengelolaan keuangan termasuk pengawasan dan ramalan situasi yang akan datang. Revisi semacam ini biasanya
pengenalian. tidak dilakukan secara menyeluruh, akan tetapi dilakukan dalam
3) Pemeriksaan keuangan. beberapa fase dari sistim akuntansi yang sedang berjalan.
4) Sistim akuntansi untuk menunjang ketiga fungsi di atas.
Manajemen keuangan yang baik akan terjadi apabila keempat SIAPA YANG HARUS MENYUSUN SISTIM AKUNTANSI
fungsi tersebut di atas dapat berjalan dengan sebaik-baiknya. Yang harus menyusun sistim akuntansi dari sautu institusi
Dalam makalah ini penulis akan membahas secara singkat adalah :
hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam sistim akuntansi 1) Jika institusi baru akan berdiri dapat memilih konsultan
yang merupakan tulang punggung dari suatu manajemen ke- manajemen, kantor akuntan untuk menyusun sistim akuntansi.
uangan sehingga benar-benar dapat menujang ketiga fungsi 2) Jika institusi telah berdiri dan memiliki akuntan intern, maka
strategis tersebut, berdasarkan aspek teori dan pengalaman akuntan intern mempunyai tugas utama untuk terus menerus
teknis lapangan penulis. mempelajari sistim akuntansi yang telah ada dan mengadaka
revisi/penyempurnaan di sepanjang hidup institusi.
ARTI DAN RUANG LINGKUP SISTIM AKUNTANSI Jadi jelaslah bahwa pekerjaan penyusun sistim akuntansi
Istilah sistim akuntansi mempunyai 3 pengertian pokok sebaiknya dilakukan oleh konsultan manajemen atau kantor
yang sangat mendasar : akuntan atau akuntan intern yang memang memiliki dasar penge-
1) Jikaditinjau dari sistim akuntansi yang menghasilkan output tahuan mengenai sistim akuntansi.
berupa laporan tentang data dan informasi keuangan maka sistim
akuntansi dibagi 2 yaitu : KRITERIA/SYARAT-SYARAT POKOK YANG HARUS
– Sistim akuntansi keuangan (financial accounting). DIPENUHI OLEH PENYUSUN SISTIM AKUNTANSI
– Sistim akun tansi manajemen (managerial accounting). Untuk dapat menyusun sistim akuntansi yang cukup kom-
2) Jika ditinjau dari segi pembukuan maka sistim akuntansi pleks diperlukan latihan-latihan akuntansi tertentu, latihan ini
dibedakan menjadi dua yaitu : tidak hanya merupakan suatu latihan praktek dasar aplikasi dari
– Sistim akuntansi cash basis. teori akuntansi tetapi juga harus memiliki syarat-syarat pokok
– Sistim akuntansi accrual basis. sebagai berikut :
3) Jika ditinjau dari segi sistim akuntansi sebagai sistim dan 1) Memiliki dasar pengetahuan mengenai sistim informasi
prosedur maka sistim akuntansi dapat dibedakan menjadi dua manajemen.
yaitu : 2) Memiliki dasar pengetahuan mengenai struktur organisasi
· Sistim akuntansi pokok yang terdiri dari klasifikasi rekening mengenai fungsi-fungsi akuntansi dalam suatu institusi besar
(chart of account) baik untuk rekening neraca maupun pen- maupunkecil, dan dasar-dasar dalam penyusunan struktur or-
dapatan dan biaya, buku besar dan buku pembantu, jurnal jurnal, ganisasi.
formulir-formulir, dan dokumen--dokumen akuntansi atau daf- 3) Memiliki dasar pengetahuan mengenai penyusunan sistim
tar-daftar keuangan. akuntansi.
· Sistim akuntansi pendukung dari sistim akuntansi pokok 4) Memiliki dasar pengetahuan mengenai prinsip-prinsip
yang terdiri dari sisdur penjualan dan penerimaan uang, sisdur akuntansi yang berlaku di Indonesia "Prinsip Akuntansi In-
pembelian dan pengeluaran uang, sisdur pencatatan waktu kerja donesia".
dan penggajian, sisdur produksi dan biaya produksi. Masing- 5) Memiliki dasar pengetahuan mengenai prinsip dan praktek
masing prosedur dalam suatu sistim mempunyai hubungan yang pemeriksaan (internal control) sehingga catatan dan informasi
erat, saling mempengaruhi, dan saling terintegrasi (total sistim) yang ada siap untuk dicek sewaktu-waktu melalui pemeriksaan
sehingga sulit untuk dipisahkan sendiri-sendiri. intern yang tepat.
Definisi sistim akuntansi sebagai sisdur menekankan pe- 6) Memiliki pengetahuan yang mendalam tentang pembukuan
ngertian yang sangat teknis mengenai apa yang harus dikerjakan, dan perpajakan.
dan bagaimana mengerjakananya. 7) Memiliki kemampuan untuk mengkoordinasikan seluruh
unit yang ada dalam kaitannya dengan sistim akuntansi.
ARTI PENYUSUNAN SUATU SISTIM AKUNTANSI 8) Memiliki persepsi tentang kesediaan untuk selalu berubah
Penyusunan suatu sistim akuntansi mempunyai dua penger- sepanjang masa hidup institusi.
tian : 9) Adanya dukungan penuh dari Top Manajemen.
1) Penyusunan sisdur yang harus disesuaikan dengan struktur Kriteria/syarat pokok tersebut di atas adalah kriteria-kriteria
organisasi dan sekaligus penciptaan formulir-formulir, jurnal- standar yang seharusnya dimiliki oleh para penyusun sistim
jurnal, buku besar dan buku pembantu, serta daftar keuangan akuntansi yang baik. Semakin banyak kriteria yang dipenuhi
untuk suatu institusi yang masih baru dan belum pernah maka pada umumnya sistim akuntansi dapat berjalan dengan

54 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994


lebih baik dan tuntas, sedangkan semakin sedikit kriteria yang 3. Kendaraan Bermotor
dipenuhi akan menyebabkan sistim akuntansi tetap dapat ber- 4. Inventaris
jalan tetapi seadanya. Jumlah Aktiva Tetap Sebelum
Akmulasi Penyusutan
5. Akumulasi Penyusutan
CONTOH BEBERAPA FORMAT LAPORAN YANG Jumlah Aktiva Tetap (II)
DIHASILKAN OLEH SUATU SISTIM AKUNTANSI Jumlah Aktiva Lancar +
RUMAH SAKIT/PELAYANAN KESEHATAN Aktiva Tetap (I + II)
1) Neraca : lihat Lampiran 1. III. Aktiva Lain-lain
Jumlah Aktiva (I + II + III)
2) Pendaptan dan Biaya : lihat Lampiran 2.
3) Sumber dan Penggunaan Dana : lihat Lampiran 3. B. Pasiva
4) Perubahan Susunan Modal Kerja : lihat Lampiran 4. I. Hutang Lancar
1. Hutang Kepada Rekanan
5) Cash Flow : lihat Lampiran 5. 2. Uang Muka Perawatan
6) Piutang : lihat Lampitanm 6. 3. Hutang Pajak
Balas
7) Controller Report (Laporan Perbandingan Antara Realisasi 4. JasaPrestasiYangMasihHarusDibayar
Jumlah Hutang Lancar (1)
dan Anggaran Pendapatan dan Biaya) : lihar Lampiran 7.
II. Hutang Jangka Panjang
III. Pasiva Lain-lain
PENUTUP IV. Modal dan Dana
Untuk dapat menjadi pengambil keputusan yang baik maka Modal
seorang manajer rumah sakit harus menguasai manajemen ke- Dana Pembangunan
Sisa Hasil Usaha (Kerugian)
uangan dengan baik. Supaya dapat menguasai manajemen ke- Jumlah Modal dan Dana (IV)
harus uangan dengan baik maka manajer rumah sakit juga Jumlah Pasiva (I + II + III + IV)
memiliki pengetahuan mengenai sistim akuntansi. Karena de-
ngan adanya sistim akuntansi yang baik akan mempermudah
keuangan.
Lampiran 2 Rumah Sakit "X" Pendapatan dan Biaya Untuk Periode
Penyusunan suatu sistim akuntansi harus dilakukan oleh Januari s/d Desember 199X
orang yang mengerti dan mempunyai dasar yang mendalam
mengenai sistim akuntansi. Juga perlu adanya dukungan penuh Kode Jumlah
dari top manajemen. No. Nama Perkiraan Perkiraan Rp.
KEPUSTAKAAN
A. Pendapatan
1. Ascobat Gani. beberapa Pemecahan tentang Pengembangan Manajemen 1. Unit Perawatan
Keuangan Rumah Sakit, FKM-UI, Jakarta 1985. 2. Unit Rawa Jalan Spesialistik
2. Chamdani JI. Buku Pedoman Administrasi. 3. Unit Penunjang Medik
3. Mehta H., Maher J. Hospital Accounting System and Controls. Englewood 4. Unit Balai Kesehatan Masyarakat
Cliffs, NY : Prentice Hall, Inc. 1977. Jumlah Pendapatan Sebelum
4. Zaki Baridwan. Sistim Akuntansi Penyusunan Prosedur dan Metode. Gajah Perrawatan Cuma-cuma
Mada University Press, 1979. 5. Perawatan Cuma-cuma
5. Sri Suhesti, TH, Peran Rumah Sakit dalam Pengembangan JPKM. Latihan Jumlah Pendapatan (A)
Dasar Manajemen Rumah Sakit, Lembaga Pengembangan Manajemen Ke-
sehatan, Perdhaki, 1993. B. Biaya Operasional
6. Garrett, R D. Hospital Computer Systems and Procedures Accounting Sys- Bl. Biaya Operasional Langsung
tems, New York : Petrocelli/Charter, 1976. 1. Unit Perawatan
2. Unit Rawat Jalan Spesilistik
Lampiran 1 Rumash Sakit "X" Neraca per 31 Desember 199X 3. Unit Penunjang Medik
4. Unit Balai Kesehatan Masyarakat
Kode Jumlah Jumlah Biaya Operasional
No. Nama Perkiraan Perkiraan Rp. Langsung (B I )
Pendapatan Kotor (A – B l)
A. Aktiva B2. Biaya Operasional Tak Langsung
I. Aktiva Lancar 1. Direksi dan Administrasi
I. Kas 2. Departemen Personalia
2. Bank (Rp.) 3. Departemen Logistik
3. Bank (Valuta Asing) 4. Pelayangan Umum dan Amdal
4. Deposito Berjangka Jumlah biaya Operasional
5. Panjar/Uang Muka Tak Langsung (B2)
6. Piutang Lain-lain Jumlah Biaya Operasional
7. Persediaan Barang (BI +B2)
8. Piutang Penderita Pendapatan Bersih Sebelum Pendapatan
Jumlah Aktiva Lancar (I) dan Biaya Non Operasional (a – B)
II. Aktiva Tetap
I. Tanah C. Pendapatan dan Biaya Non
2. Bangunan Operasional

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994 55


PendapatanOperasional
Non Lampiran 5 Pelayanan Kesehatan "X" Cash Flow Tahun 199X
Biaya Non Operasional
Jumlah Pendapatan (Biaya) I. Saldo Awal
Non Operasional (C) 1. Kas Tunai Rp
Pendapatan Bersih (A – B + C) 2. Kas di Bank
A. Giro Rp
B. Deposito Rp
+
Total Kas di Bank
(12. = 1.2.A. + 1.2.B) Rp
Lampiran 3 Rumah Sakit "X" Laporan Sumber dan Penggunaan Dana
Total Saldo Awal
Periode Tahun 199X (I = I.1. = I.2) Rp
I. Sumber Dana
II. Penerimaan Kas
1. Sisa Hasil Usaha (Kerugian) RP..................... 1. Penerimaan Kas dari
2. Penyusutan RP..................... Pen enta Rp
3. Penambahan Kredit Jangka Panjang RP..................... 2. Penerimaan Kas dari
4. Penjualan Aktiva Tetap RP..................... Piutang Penderita Rp
5. Dan Lain-lain RP..................... 3. Penerimaan Kas dari
+
Jumlah Sumber Dana RP Piutang Karyawan Rp
4. Penerimaan Lain-lain Rp.......................
+
II. Penggunaan Dana Total Penerimaan (II) Rp
1. Pembelian Tanah RP ..................... 4
2. Penambahan Bangunan RP..................... III. Total I + II Rp .......................
3. Pembelian Kendaraan Bermotor RPR .
4. Pembe;lian Inventaris P..................... IV. Pengeluaran Kas
5. Penurunan Kredit Jangka Pajang RP ..................... 1. Untuk Pasien Rp .......................
6. Dan Lain-lain RP..................... 2. Untuk Material Rp.......................
+ 3. Untuk Kegiatan Rp.......................
Jumlah Penggunaan Dan RP 4. Untuk Pemelihanaan Rp.......................
Penambahan (Penurunan) Dana (I – II) RP 5. Untuk Karyawan Rp .......................
6. Pengeluaran Lain-lain Rp.......................
+
Total Pengeluaran (IV) Rp
V. Saldo Kas Untuk Kebu-
Lampiran 4 Rumah Sakit "X" Laporan Perubahan Susunan Modal Kerja tuhan Strategi (V = III - IV) Rp
Periode Tahun 199X
VI. Invesrasi Rp .......................
A. Kenaikan Pos-pos Kerjs Disebabkan karena : VII. Saldo Kas Lebih (VII = V - VI) Rp.......................
I. Kenaikan Pos-pos Aktiva Lancar :
1..........................................................................................Rp......................
2......................................................................................... Rp......................
3......................................................................................... Rp........................ +
Sub Total (A.I) Rp
II. Penurunan Hutang Jangka Pendek :
1......................................................................................... Rp......................
2......................................................................................... Rp......................
3 ......................................................................................... Rp ........................+
Penyisihan Piutang
Sub Total (A.II) Rp
Umur Piutang Jumlah % Tak Tertagih
B. Penurunan Modal Kerja Disebabkan Karena :
Belum Jatuh Tempo
I. Penurunan Pos-pos Aktiva Lancar : 1 - 30 hari
1......................................................................................... Rp ...................... 31 - 60 hari
2 .........................................................................................Rp ...................... 61 - 90 hari
3 .........................................................................................Rp ........................+ 91 - 120 hari
Sub Total (A.I) Rp 121-150hari
151-180hari
II. Kenaikan Hutang Jangka Pendek : 181-210hari
1 ....................................................................................... Rp...................... 211 - 240 hari
2.........................................................................................Rp....................... 241 - 270 hari
3......................................................................................... Rp........................+ 271 - 300 hari
Sub Total (A.11) Rp 301 - 330 hari
331 - 365 hari
Jumlah Penurunan Modal Kerja (B.I. + B.II.) Rp Lebih dari 365 hari
Kenaikan (Penurunan) Modal Kerja (A-B) Rp Total

56 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994


Rumah Sakit "X" Analisa Piutang Tahun 199X

Belum Jumlah Piutang Setelah Tanggal Jatuh Tempo (Rp.)


Jatuh
No. Uraian 271-300 301-330 331-365 Lebih Total
Tempo 1-30 31-60 61-90 91-120 121-150 151-180 181-210 211-240 241-270
(Rp.) Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Dari (Rp.)
365
Hari

1.
2.
3.
4.
5.
6.
8.
9.
10. Total

Jumlah Penyisihan Piutang


Umur Piutang (Rp.) % Tak Tertagih

Belum Jatuh Tempo


1 - 30 Hari
31 -60 Hari
6190 Han
91- 120 Han
121 - 150 Han
151 - 180 Hari
181 - 210 Han
211 -240 Han
241 - 270 Han
271 - 300 Han
301 - 330 Han
331 - 365 Hari
Lebih dan 365 Han

Total

Rumah Sakit " X " Controller Report Untuk Periode Januari s/d Desember 199X

Desember 199X Januari s/d Desember 199X

Lebih/ Kode Lebih/


Anggaran Realisasi Kurang % No. Nama Perkiraan Perkiraan Angaran Realisasi Kurang %

A. Pendapatan
1. Unit Perawatan
2. Unit Rawat Jalan Spesialistik
3. Unit Penunjang Medik
4. Unit Balai Kesehatan Masyarakat
5. Operasional Lain
Jumlah Pendapatan Sebelum
Perawatan Cuma-cuma
6. Perawatan Cuma-cuma
Jumlah Pendapatan (A)

B. Biaya Operasional
1. Unit Perawatan
2. Unit Rawat Jalan Sepsialistik
3. Unit Penunjang Medik
4. Unit Balai Kesehatan Masyarakat
5. Operasional Lain
Jumlah Biaya Operasional Langsung (B 1)
Pendapatan Kotor (A - B 1)

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994 57


B2. Biaya Operasional
1. Direksi dan Administrasi
2. Departem Personalia
3. Departemen Logistik
4. Pelayanan Umum dan Amdal
Jumlah Biaya Operasional
Tak Langsung (B2)
Jumlah Biaya Operasional (B1 + B2)
Pendapatan Bersih Sebelum Pendapatan dan
Biaya Non Operasional (A - B)

C. Pendapatan dan Biaya Non Operasional


Pendapatan Non Operasional
Biaya Non Operasional
Jumlah Pendapatan (Biaya)
Non Operasional (C)
Pendapatan Bersih (A - B + C)

58 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 91, 1994


Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat dan Implikasinya
terhadap Pengelolaan Rumah Sakit
Dr MH Widodo Soetopo, DPH
Staf Ahli Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

PENDAHULUAN dalam pembangunan kesehatan.


Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM/ Oleh karena itu untuk dapat menjadi penyelenggara peme-
Managed Health Care) dalam Undang-undang No. 23 Tahun liharaan kesehatan yang dikelola berdasarkan JPKM atau yang
1992 pasal 66, disebutkan sebagai "Cara Penyelenggaraan dan juga sering disebut sebagai Badan PenyelenggaraProgram JPKM,
Pengelolaan" upaya pemeliharaan kesehatan yang pembiaya- diperlukan izin operasional.
annya dilaksanakan secara pra-upaya. Pemeliharaan kesehatan,
sebagaimana dimaksud pasal 10 UU No. 23/1992, merupakan JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYA-
pelayanan kesehatan yang paripurna (promotif, preventif, kura- RAKAT
tif dan rehabilitatif), terpadu, berkesinambungan, dengan mutu JPKM di dalam pasal 66, UU No. 23/1992, ditetapkan se-
yang terjamin dan bertujuan melindungi dan meningkatkan de- bagai dasar/landasan (cara pengelolaan) setiap penyelenggaraan
rajat kesehatan masyarakat. pemeliharaan kesehatan yang pembiayaannya dilaksanakan se-
Cara (metoda) penyelenggaraan dan pengelolaan upaya cara pra-upaya (pre-paid health care). Hakekat JPKM adalah
pemeliharaan kesehatan (JPKM) ini bertujuan mengefisienkan cara pengelolaan yang mampu menjamin pemeliharaan kese-
pemanfaatan (konsumsi) dan produksi (pelaksanaan) pelayanan hatan paripurna, berkesinambungan dan bermutu, yang dise-
kesehatan, juga pengalokasian sumberdaya kesehatan. Tujuan di lenggarakan secara berdayaguna dan berhasilguna. Ketetapan
atas hanya dapat dicapai dengan jalan memadukan fungsi pe- yang telah dibuat untuk menjadikan JPKM sebagai landasan
meliharaan kesehatan dengan fungsi pembiayaannya, karena setiap penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang pem-
dengan pengelolaan secara terpadu ini akan dapat ditingkatkan biayaannya dilaksanakan secara pra-upaya merupakan satu
pemerataan pemeliharaan kesehatan yang paripurna, berkesi- keputusan yang diambil berdasarkan satu kajian jauh ke depan
nambungan dan bermutu, yang diselenggarakan secara ber- dan merupakan antisipasi yang tepat untuk menghadapi dan
dayaguna dan berhasilguna (cost-effective). dapat mengendalikan meningkatnya biaya pemeliharaan ke-
JPKM sebagaimana dicantumkan dalam UU No. 23/1992 sehatan yang disebabkan karena makin meningkatnya usia ha-
juga merupakan ketetapan tentang Strategi Penyelenggaraan dan rapan hidup serta meningkatnya jenis dan jumlah penyakit me-
Pemerataan Pemeliharaan Kesehatan Paripurna dan Pembiayaan- nahun yang selain memerlukan berbagai pelayanan kesehatan
nya, yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan frekuensi, intesitas, dan kecanggihan yang meningkat
melalui upaya pemeliharaan kesehatan yang bermutu, paripurna, juga biaya yang tinggi.
berkesinambungan serta terjangkau oleh masyarakat dan sekali- Beberapa cara pengelolaan yang dapat menjamin pelayanan
gus juga merupakan strategi untuk mendorong, membina, kesehatan paripurna dengan biaya yang terkendali dan mutu
mengatur dan mengawasi peranserta swasta dan dunia usaha yang terjamin, dan juga yang merupakan ciri utamaJPKM antara

Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21.- 25 November 1993.

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994 59


lain adalah : tingkat berikutnya. Hal ini akan menyebabkan meningkatnya
1) Pembayaran Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) se- biaya kesehatan dan yang sekaligus juga akan merugikan semua
cara pra-upaya. pihak, karena dana cadangan bersama (withhold) akan habis
JPKM bertumpu pada cara pembayaran PPK secara pra- terpakai.
upaya berdasarkan Kapitasi (Prospective Payment System). 4) Quality Assurance dan Utilization Review
Sebagai konsekuensi sistem pembiayaan ini, diperlukan adanya Karena ada kecenderungan bahwa PPK yang telah men-
satu ikatan kerja (contractual agreement) antara Badan Penye- dapatkan pembayaran secara prospektif untuk tidak memberikan
lenggara dengan PPK. Ikatan ini akan menjamin terselengga- pelayanan ataupun memberikan pelayanan dengan mutu yang
ranya pemeliharaan kesehatan yang paripurna dan berkesinam- rendah, maka Badan Penyelenggara diharuskan menerapkan
bungan. Dalam ikatan kerja ini disepakati antara lain bahwa : satu sistem/mekanisme untuk dapat memantau dan menilai
a) PPK, menyetujui cara pembiayaan berdasarkan kapitasi dan pemanfaatan dan kualitas pelayanan yang telah diberikan oleh
bersedia memberikan pelayanan kesehatan kepada peserta pro- PPK (Utilization Review dan Quality Assurance). Selain dari-
gram sesuai dengan apa yang tercantum dalam kontrak. pada itu dalam melaksanakan pelayanan kesehatan, PPK harus
b) Secara bersama sanggup menanggung beban finansial yang mentaati segala ketentuan tentang Standar Pelayanan Medis
disebabkan pemanfaatan yang berkelebihan (over utilization) maupun Standar Pelayanan Rumah Sakit yang telah ditetapkan
atau disebabkan perhitungan biaya kapitasi yang terlampau Pemerintah.
rendah, serta membagi sisa anggaran cadangan bersama (with- 5) Subsidi silang dalam Penyelenggaraan Paket Pemeli-
hold) untuk satu kurun waktu tertentu, sesuai dengan kesepakatan. haraan Kesehatan Dasar.
Ketentuan ini juga dikenal sebagai Risk-Profit Sharing, atau Undang-undang Kesehatan menyatakan bahwa JPKM harus
kesepakatan menanggung risiko (kerugian) dan keuntungan (sisa menjadi dasar/landasan penyelenggaraan pemeliharaan kesehat-
anggaran cadangan) secara bersama. Dalam JPKM, "peserta" an yang dibiayai secara pra-upaya, berasaskan usaha bersama
juga diikutsertakan dalam Risk Profit Sharing yang juga disebut dan kekeluargaan. Asas usaha bersama dan kekeluargaan ini
sebagai Extended Risk Profit Sharing. Hal inilah yang mem- berarti bahwa penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang
bedakan JPKM dari Managed Care yang diterapkan di Amerika dibiayai secara pra-upaya merupakan kegiatan yang diikuti oleh
Serikat dalam bentuk Health Maintenance Organization (HMO). seluruh lapisan masyarakat dan dijiwai oleh semangat keke-
Dari uraian di atas jelas bahwa JPKM sangat berbeda dari luargaan.
sistem asuransi kerugian yang pembayaran PPK-nya dilaksana- Makna asas inilah yang menjadi landasan sistem subsidi
kan secara fee for service dan di mana perusahaan asuransi selalu silang (cross-subsidy) dalam JPKM. Sistem subsidi silang JPKM
berusaha menekan biaya dengan jalan mengurangi jumlah pem- karenanya bertumpu pada keikutsertaan semua orang dalam
bayaran kepada PPK, dan sebaliknya PPK selalu berusaha untuk membiayai penyelenggaraan Paket Pemeliharaan Kesehatan
meningkatkan pendapatannya dengan melakukan berbagai tin- Dasar sesuai dengan kemampuannya. Sebagai imbalannya setiap
dakan medis yang mahal secara berlebihan. peserta akan mendapatkan manfaat sesuai dengan kebutuhan-
2) Struktur Pelayanan Kesehatan nya, dan bukannya didasarkan pada besar atau kecil iurannya.
Dalam menyelenggarakan pemeliharaan kesehatan perlu Dengan demikian maka sistem subsidi silang JPKM dalam
disusun dan distruktur pelayanan kesehatan yang sesuai dengan penyelenggaraan PPKD harus memperoleh dananya dari iuran
kebutuhan peserta (antara lain sesuai dengan umur dan jenis seluruh lapisan masyarakat, dimana besar iurannya ditetapkan
kelamin) secara tidak berkelebihan dan juga tidak kurang. sesuai dengan keadaan/kemampuan ekonomi suatu daerah, na-
Kegiatan ini bertujuan memberikan insentive kepada pe- mun pendistribusiannya didasarkan pada besar biaya yang di-
serta agar dapat memanfaatkan pelayanan secara efisien sesuai perlukan untuk penyelenggaraan PPKD sesuai dengan distribusi
kebutuhan dan kepada PPK untuk melaksanakan pelayanan risiko/kebutuhan pelayanan kesehatan pesertanya (risk adjusted).
secara yang paling efisien dengan mengutamakan pelayanan Hal ini berarti bahwa daerah-daerah yang secara ekonomis
kesehatan yang bersifat promotif dan preventif. belum cukup berkembang (kurang mampu) akan mendapatkan
3) Paket Pemeliharaan Kesehatan Dasar subsidi untuk penyelenggaraan PPKD dari daerah-daerah yang
Undang-undang Kesehatan menetapkan bahwa setiap Ba- secara ekonomis lebih berkembang. Bahkan seorang atau ke-
dan Penyelenggara Wajib menyelenggarakan Paket Pemelihara- lompok masyarakat maupun suatu daerah yang tidak mampu
an Kesehatan Dasar (PPKD). Walaupun PPKD berisikan pela- membayar iuran penyelenggaraan PPKD, akan mendapatkan
yanan kesehatan yang paripurna mulai dari rawat jalan, rujukan manfaat PPKD secara cuma-cuma. Demikian pula penduduk
ke spesialis sampai perawatan Rumah Sakit dan Gawat Darurat, dengan risiko tinggi seperti orang-orang lanjut usia dan balita
namun pelayanannya lebih ditekankan pada upaya yang bersifat akan mendapatkan subsidi silang dari mereka yang berisiko
promotif dan preventif. Isi dan susunan PPKD dapat disesuaikan rendah seperti mahasiswa dan pelajar. Dengan demikian mereka
dengan kebutuhan dan kemampuan suatu daerah. yang berisiko tinggi dan biasanya dihindari oleh perusahaan-
Setiap pemanfaatan yang berlebihan maupun yang kurang perusahaan asuransi untuk dapat menjadi peserta dalam suatu
dari kebutuhan seorang peserta di satu tingkat pelayanan akan program asuransi ganti rugi, akan dapat memperoleh pelayanan
menyebabkan diperlukannya pelayanan yang lebih intensif atau kesehatan sesuai dengan kebutuhannya, berkesinambungan dan
diberikannya pelayanan yang sebenarnya tidak diperlukan di bermutu. Dengan cara menghimpun sebanyak mungkin peserta

60 Cermin Dania Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994


(risk pool yang besar) maka besar iuran yang ditentukan ber- faatannya (utilization/BOR) rendah, maka profit/surplus akan
dasarkan gambaran epidemiologis baik secara Nasional maupun meningkat.
Propinsi (tanpa risk loading) akan dapat ditekan seminimal 2) Pengembangan Rumah Sakit.
mungkin. Pengembangan lebih lanjut dan penerapan sistem Walaupun dewasa ini Bed-Population Ratio di Indonesia
subsidi silang JPKM ini akan dilaksanakan secara bertahap. termasuk yang terendah di Asia, namun dengan adanya ikatan
Dari uraian tentang beberapa ciri JPKM di atas, dapat kerja antara Badan Penyelenggara Pemeliharaan Kesehatan
kiranya disimpulkan beberapa dampak JPKM terhadap PPK : dengan Rumah Sakit yang cara pembayarannya berdasarkan
1) Terjaminnya pendapatan PPK. kapitasi dengan risk-profit sharing, agaknya merupakan cara
2) Terjaminnya ketepatan pembiayaan. yang terbaik untuk dapat meningkatkan pemerataan pelayanan
3) PPK dapat meningkatkan pendapatannya melalui pening- RS dengan kualitas yang lebih baik serta biaya yang murah,
katan daya-saingnya (competitiveness) melalui penetapan tarif tanpa perlu mendirikan/menambah Rumah Sakit baru.
yang bersaing dan mutu pelayanan yang baik. 3) Pengorganisasian dan Pengelolaan Rumah Sakit.
Selain itu ada kewajiban PPK, yaitu : Rumah sakit sebagai mitra kerja satu/beberapa Badan Pe-
1) Untuk memberikan pelayanan kesehatan sesuai kesepakat- nyelenggara Pemeliharaan Kesehatan yang dikelola berdasarkan
an/kontrak. JPKM terikat dalam satu ikatan kerja. Sebagai konsekuensi
2) Bersedia untuk dipantau pemanfaatan (Utilization Review) pembayaran secara pra-upaya maka Rumah Sakit ditantang
dan mutu pelayanannya (Quality Assurance) oleh Badan Penye- untuk dapat memberikan pelayanan dengan mutu yang sebaik-
lenggara, serta bilamana diperlukan mengadakan penyempur- baiknya sesuai dengan standar pelayanan medis dan standar
naan dan peningkatan mutu pelayanannya, serta pelayanan rumah sakit, serta untuk memantau secara ketat
3) Mentaati segala ketentuan administratif sebagaimana di- penggunaan sumberdayanya agar dapat menekan biaya pela-
tetapkan dalam kontrak/ikatan kerja. yanan.
Yang terpenting dan merupakan ciri utama JPKM adalah Dengan perkataan lain rumah sakit harus mampu mem-
bahwa masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan akan berikan pelayanan yang bermutu dan sekaligus mampu me-
mendapatkan pelayanan yang paripurna, terpadu, berkesinam- ngendalikan biaya operasionalnya. Untuk dapat melaksanakan
bungan dan bermutu sesuai kebutuhannya tidak berlebihan dan hal ini perlu kiranya para pengelola rumah sakit mengembang-
tidak kurang dengan biaya yang terjangkau. kan beberapa hal, antara lain :
Walaupun penerapan JPKM sering dianggap tidak begitu a) Mekanisme untuk merasionalisasikan pelayanannya me-
rumit dan cukup sederhana, namun implikasinya terhadap PPK lalui antara lain penetapan prosedur dan protokol pengobatan.
termasuk Rumah Sakit dan bahkan terhadap Sistem Kesehatan b) Mekanisme untuk pemanfaatan peralatan high-technology
Nasional cukup luas, terutama dalam hal pengorganisasian secara tepat agar dapat mengoptimalkan manfaat pengobatan
maupun pengelolaannya. Hal ini agaknya yang belum sepe- sehingga dengan demikian dapat mengurangi lama dan biaya
nuhnya disadari oleh banyak pihak. perawatan.
c) Sistem Informasi Manajemen yang memadai, termasuk
JPKM DAN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT rekam medis yang lengkap dan taat asas, yang dapat diman-
Dengan berkembangnya berbagai Badan Penyelenggara faatkan untuk melaksanakan audit operational/performance,
Pemeliharaan Kesehatan yang dikelola berdasarkan JPKM, financial dan cost/benefit audit dan lain sebagainya.
maka akan berkembang pula suatu tata-hubungan baru (ber- d) Sistim Policy and Procedure (Protap) untuk pengambilan
dasarkan kontrak) antara Rumah Sakit dengan Badan Penye- keputusan yang sifatnya rutin.
lenggara Pemeliharaan Kesehatan. Ikatan kerja ini tentu akan e) Activity Based Budgeting yang luwes/fleksibel atas dasar
mempunyai berbagai pengaruh terhadap Rumah Sakit, antara mana dapat dilakukan penghitungan cost per unit service/unit
lain terhadap : cost. Dengan dapat ditetapkannya unit cost ini maka dapat pula
1) Pemanfaatan dan Pendapatan Rumah Sakit dipantau pemanfaatan sumberdaya termasuk tenaga kesehatan.
Dengan adanya Ikatan Kerja dengan Risk-Profit Sharing Semua ini tentunya memerlukan pula dikembangkannya satu
maka akan ada kecenderungan bahwa tingkat hunian sistem akuntansi yang memadai.
(occupancy) Rumah Sakit akan menurun. Untuk Rumah Sakit f) Berbagai Review Committee untuk memantau pemanfaatan
yang pada saat ini tingkat huniannya sudah rendah hal ini dan kualitas pelayanan (utilization review, quality assurance,
mungkin akan menimbulkan kekuatiran, apalagi kalau Rumah pharmacy dan therapeutic committee, equipment review
Sakit ini RS Swadana. Hal ini sebenarnya tidak perlu dikuatir- committee dan lain sebagainya) serta dihidupkannya kegiatan
kan karena dengan pembayaran secara pra-upaya berdasarkan peer review.
kapitasi yang disertai dengan tingkat pemanfaatan (hunian) yang g) Unit maupun kemampuan marketing/pemasaran termasuk
rendah, berarti bahwa makin banyak peserta JPKM yang akan pula kemampuan untuk bernegosiasi dengan berbagai Badan
dapat dilayani oleh Rumah Sakit yang bersangkutan sebelum Penyelenggara Program JPKM.
dicapainya tingkat Bed Occupancy Ratio (BOR) yang optimal. h) Bila perlu organisasi rumah sakit disempurnakan agar
Ini berarti pula bahwa jumlah pendapatan (pre-payment income) dapat dikelompokkan berbagai kegiatan yang sifatnya pe-
rumah sakit akan meningkat, tetapi karena tingkat hunian/peman- layanan langsung (production cost center) maupun berbagai

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994 61


pelayanan yang sifatnya penunjang (support cost center). PENUTUP
Demikian telah diuraikan secara singkat tentang JPKM,
Mengenai berbagai hal di atas tidak diperlukan pembahasan tujuan, ciri dan mekanisme pengelolaannya serta implikasinya
lebih lanjut. terhadap pengelolaan rumah sakit.
Semoga uraian singkat ini dapat membantu pelaksanaan
tugas Saudara sebagai pengelola rumah sakit.

62 Cermin Dunia Kedokaeran, Edisi Khusus No. 91, 1994


Penilaian Kembali
Penggunaan Metoda Barber Johnson
dalam Penilaian Efisiensi Pelayanan
Rumah Sakit di Indonesia
A.L. Slamet Riyadi
Bidang R & D dan Management Audit Rumah Sakit Adi Husada, Surabaya

ABSTRAK

Metoda Barber Johnson merupakan salah satu metoda yang dapat digunakan untuk
penilaian efisiensi pengelolaan pelayanan rumah sakit. Sebagai metoda yang semula
dikembangkan di negara-negara maju, maka penggunaannya sebagai suatu instrumen
penilaian dimungkinkan karena konsistensi sosio-budaya dan infrastrukturnya yang
mendukung di negara-negara tersebut.
Dari hasil pemantauan di Indonesia terhadap parameter angka hunian (Bed Occupancy
Rate = BOR), rata-rata lama dirawat (Average Length ofStay= ALOS), rata-rata sebuah
tempat tidur digunakan/tahun (Bed Turn Over = BTO) serta rata-rata sebuah tempat tidur
dalam keadaan kosong (Turn Over Interval = TOI) yang meliputi berbagai rumah sakit
(tahun 1989) maupun Adi Husada (1986 — 1990), ternyata tidak satupun sempat masuk
dalam daerah efisiensi Barber Johnson.
Secara hipotetik justru perlu dipertanyakan kembali apakah penerapan metoda
Barber Johnson untuk Indonesia yang masih heterogen tidak perlu disesuaikan kembali
dengan koreksi faktor, seperti dibedakan menurut klasifikasi akreditasi, tahapan Pelita
dan sebagainya.
Walaupun demikian, metoda Barber Johnson bagi Indonesia masih tetap relevan bisa
dimanfaatkan untuk penilaian efisiensi pelayanan rumah sakit bila sebelumnya disertai
dengan koreksi faktor sebagaimana tersebut di atas.
PENDAHULUAN masing tolok ukurnya, yaitu :
Dengan diterapkannya standar pelayanan rumah sakit oleh (a) Kriteria yang dikaitkan dengan mutu pelayanan (medis dan
Departemen Kesehatan, maka peranan pusat data dan infor- perawatan).
masi dalam menejemen rumah sakit makin dirasakan ke- (b) Kriteria yang berkaitan dengan penyelenggaraan me-
butuhannya. Kehadiran sistim peneatatan rekam medik dan nejemennya (antara lain : efisiensinya).
kaitannya timbal balik diharapkan dapat ikut membantu me- (c) Kriteria yang berkaitan dengan jangkauan pelayanan ke-
nilai sejauh mana keberhasilan misi rumah sakit itu. Untuk pada masyarakat (antara lain : cakupannya).
dapat menilainya, perlu adanya kriteria dengan perangkat Untuk kriteria pertama, landasan teoritik yang dapat
tolok ukur yang sensitif. Secara mendasar kila dapat mem- digunakan adalah quality assurance (QA) yang belakangan
bedakan setidak-tidaknya dalam tiga kriteria dengan masing- disempurnakan sebagai pendekatan quality improvement (QI)

Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21— 25 November 1993.

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, /994 63


yang lebih luas. Tersebut terakhir sudah meningkat sampai nejemen perawatan. Indikator-indikator yang digunakan me-
menyentuh aspek kepuasan penderita (patient satisfaction), liputi antara lain ; angka hunian penderita rawat inap (Bed
efisiensi dan jangkauan unit cost yang masih bisa terbayar Occupancy Rate = BOR), lama rata-rata perawatan penderita
oleh masyarakat banyak. di rumah sakit (Length of Stay = LOS), frekuensi peng-
Dalam makalah ini, tekanan penyajian lebih diarahkan gunaan tempat tidur rata-rata/tahun oleh berbagai penderita
pada efisiensi, baik yang dituntut dari aspek penyelenggaraan (Bed Turn Over = BTO), maupun rata-rata lama sebuah
menejemen secara administratif maupun mutu pelayanan tempat tidur berada dalam keadaan kosong (Turn Over
secara medis. Mutu pelayanan rumah sakit dalam pandangan Interval).
penderita dan keluarganya sulit dirasakan daripada aspek yang Konsep Barber Johnson tersebut untuk jelasnya dapat di-
nonmedik sebagai perwujudan patient satisfaction sebelum gambarkan melalui suatu standar grafik dengan daerah
selanjutnya ia mampu menilai mutu pelayanan itu sendiri penilaian efisiensi yang sudah ditetapkan oleh dua indikator
secara medis. (TOI dan LOS) secara korelatif menurut tingkat BOR dan
Dengan kesadaran penderita dan keluarganya akan ke- BTO.
butuhan jaminan mutu medik maupun sikap dan keramahan
saat penerimaan penderita sejak awal (aksesibilitas) maka arti Gambar I
efisiensi dalam pendekatan Hospital Management tidak lagi
dapat diabaikan begitu saja. Sering pelayanan meths di rumah
sakit menjadi tinggi unit costnya antara lain karena pe-
nanggung pelayanan justru dilakukan tidak efisien. Berbagai
faktor yang mempengaruhi adanya inefficiency ini dapat
dikemukakan karena adanya the medical uncertainity
principles phenomene, unnecessary utilization, maupun
berlakunya the law of medical money (Soelastomo, 1991/
1992) yang sengaja tidak dikendalikan oleh dunia kedokteran
di rumah sakit.
Berbagai fenomena di was terutama diketemukan di kota-
kota besar berupa kecenderungan lamanya rawat inap (length
of stay), rendahnya pemanfaatan tempat tidur karena masya-
rakat akhirnya takut berobat di rumah sakit karena mahalnya
biaya (mengakibatkan rendahnya Bed Occupancy Rate), yang
semuanya berakibat pula terhadap tingginya biaya (unit cost).
Lebih lanjut hal ini masih membawa dampak rendahnya Bed
Turn Over maupun makin panjangnya masa-masa tempat tidur T (TURN OVER INTERVAL DALAM HARI)
yang kosong (Turn Over Interval). Ke-empat indikator ter-
sebut secara bersama diluar negeri diterapkan untuk menilai Kelemahan aplikasi di Indonesia.
efisiensi melalui pendekatan apa yang disebut Area Barber 1) Garis BOR dalam grafik Barber Johnson dilukiskan se-
Johnson. bagai garis linier yang bertolak dari titik O. Ini berarti bahwa
Konsep Area Barber Johnson dari luar negeri ini ke- pada BOR tertentu sudah dipastikan adanya hubungan korelasi
mudian secara mutatis mutandis diterapkan secara pukul rata yang positif antara LOS dan TOI. Artinya, meningkatkan LOS
terhadap rumah-rumah sakit di Indonesia yang berkembang di satu pihak akan diikuti oleh meningkatnya TOI secara
dalam kondisi yang tidak sama dengan negara-negara maju proporsional menurut garis linier.
dari segi menejemen, tingkat ketertiban, sistim peneatatan dan Bagi menejemen negara-negara maju, sistim ini bisa diguna-
pelaporannya maupun sikap penilaian kesembuhannya. kan karena latar belakang budaya kepatuhan (disiplin) pen-
Dalam makalah ini penerapan konsep Barber Johnson di derita maupun dokternya untuk menahan penderita dirawat
negara kita masih perlu dipertanyakan kembali apakah sudah benar-benar dipatuhi secara proporsional. Konsistensi korelasi
dapat begitu saja digunakan tanpa modifikasi meningkat antara kedua indikator tetap bisa dipertanggung jawabkan
adanya perbedaan kondisi dengan negara-negara maju diatas ? dalan penerapan garis liniernya. Bagi Indonesia mungkin hal
Untuk mengkaji sejauh mana data ke empat indikator di atas ini masih merupakan kendala; bisa saja penderita "miskin"
bisa diterapkan dalam konsep Area Barber Johnson, marilah atau Askes karena tidak membayar cenderung diperpendek/
kita mengevaluasi berbagai data pencatatan terbatas yang ada. dipulangkan sebelum waktunya. sebaliknya bagi penderita
privat cukup mampu secara relatif lebih banyak "ditahan-
tahan " . Keadaan fluktuatif ini bila diterapkan pada grafik
KONSEP BARBER JOHNSON korelasi antara kedua indikator tersebut belum tentu me-
Konsep Barber Johnson di negara-negara maju digunakan menuhi garis linier.
dalam menejemen rumah sakit untuk menilai efisiensi me- 2) Kesatuan skala (dalam kesatuan hari) dalam standar grafik

64 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994


untuk LOS tidak sama dengan TOI bila diukur panjangnya, Gambar 2
yang sesungguhnya justru harus sama. Pada standar grafik
Barber Johnson satu-kesatuan (hari) pada TOI ternyata lebih
panjang dari pada LOS ukurannya.
3) Daerah (area) efisensi Barber Johnson dilukiskan dengan
variasi dua hari, dimulai pada hari ke-1 sampai hari ketiga;
area efisiensi Barber Johnson berupa kolom terpancung
dengan batas bawahnya dibatasi secara standar oleh garis
BOR 75%. Bagi rumah-rumah sakit di Indonesia kondisi ini
belum tentu valid, karena kapasitas tempat tidur tidak di-
rencanakan menurut kebutuhan maupun kemampuan dan
kebutuhan riil sehingga menimbulkan kesenjangan tingkat
pencapaian BOR secara tidak proporsional.
4) Tuntutan yang terlalu ideal bagi rumah sakit di Indonesia
masih harus dibuktikan melalui penelitian empirik tersendiri,
apakah benar posisinya sudah tepat terbatasi oleh garis-garis
linier BOR, BTO, LOS, dan TOI yang proporsional sebagai-
mana gambaran Barber Johnson semula yang berlahan di T (TURN OVER INTERVAL DALAM HARI)
barat.
Kesimpulan dari adanya bebarapa kelemahan memacu Rumah Sakit menurut stratifikasi pemilikan, yaitu :
ti mbulnya pertanyaan terhadap efektivitas grafik Barber * Titik A, mewakili rumah sakit yang dimiliki Depkes. di
Johnson, khususnya Area Efisiensi; apakah perlu modifikasi Indonesia dengan TOI = 5 serta ALOS = 9 hari. Posisinya
untuk memenuhi kondisi di sini. berada di antara BOR 60 dan 70% (yaitu 63,2%), sedangkan
dari segi BTO ia diapit diantara 20 dan 30 (yaitu 26 kali/
Tabel 1 . Indikator Pelayanan Rumah Sakit Umum Diperinci Menurut Pemilik
tahun).
Indonesia, Tahun 1989. * Titik B, mewakili rumah sakit Pemerintah Daerah Pro-
pinsi dengan TOI lebih pendek, yaitu 4 hari, sedangkan
% Mati Rata-rata ALOS adalah 6 hari, lebih singkat daripada Length of Stay
No. Pemilik RSU. BOR LOS BTO TOI NDR GDR Kunjungan
< 48 Jam
Poli/hari
dari rumah sakit Depkes. Dari segi BOR ia masih dibatasi
1. Depkea 63,2 9 26 5 43 64 33,2 905
oleh angka yang sama seperti pada rumah sakit Depkes, yaitu
2. Pemda Tk. 1 60,6 6 33 4 27 52 47,5 315 pada BOR 60,6%; sebaliknya dari segi BTO, posisinya
3. Pemda Tk. II 51 5 38 5 18 44 58,9 118
4. ABRI 41,3 7 21 10 14 21 34,6 196 berada di atas angka 30 kali.
5.
6.
Dep. Lain/BUMN
Swaata
47,6
51,9
7
6
24
31
8
6
11
18
21
34
46,3
46,6
199
105
* Titik C, Merupakan rumah sakit yang dimiliki oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten/Tk. II dengan posisi TOI
Rata-rata 52,3 6 31 6 21 40 492 161
sama seperti rumah sakitDepkes. Yang berbeda adalah BOR-nya
Sumber : Depkes (1989) yang terletak antara 50 dan 60% (yaitu 51,5%) ALOS-nya
adalah 5 kali/tahun.
Length of Stay (LOS) rata-rata untuk semua kelompok * Titik D, adalah rumah sakit ABRI, merupakan titik
rumah sakit pada tahun 1989 berlangsung 6 hari. Angka ini dengan posisi paling jauh dari Area Barber Johnson
merupakan rata-rata dari berbagai jenis kasus maupun tingkat dibandingkan dengan kelompok rumah sakit lain.
kasusnya. Untuk Bed Turn Over rata-rata mencapai 31 kali * Titik E, merupakan rumah sakit yang dimiliki BUMN
dan untuk TOI 6 hari. dengan TOI yang relatif lebih dekat dibandingkan dengan
Bila data di atas diaplikasikan dalam Area efisiensi Barber rumah sakit milik ABRI, namun masih jauh dibandingkan
Johnson maka dapat ditelaah sebagaimana Gambar 2. dengan rumah sakit milik Depkes, Propinsi, Kabupaten,
Hasil pencapaian pelayanan Rumah Sakit melalui peng- maupun swasta.
gambaran beberapa indikatornya di Indonesia tahun 1989 * Titik F, menggambarkan posisi rumah sakit milik swasta.
pada Area Barber Johnson. Dari penyebaran posisi berbagai kelompok rumah-rumah
Grafik (gambar 2) menggambarkan posisi 5 kelompok sakit itu dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
sistim perawatan kita memang benar tidak efisien. a) Bila hanya dikaitkan terhadap indikator TOI dan ALOS
semata-mata, maka kesimpulan posisi rumah sakit terhadap
PENILAIAN DATA DI INDONESIA Area Barber Johnson masih dapat diikuti secara mudah.
Dari data 1989, meliputi berbagai kelompok rumah sakit b) Namun posisi tersebut di atas masih dipengaruhi pula oleh
keadn yang sempat terpantau oleh Depkes didapatkan kedua indikator lainnya, yaitu BOR maupun BTO-nya.
BOR yang masih rendah Tabel 1. Rata-rata untuk semua c) Pembacaan untuk membedakan dua titik yang sudah
rumah sakit belum mencapai 60% (52,3%). masuk dalam suatu Area Barber Johnson akhirnya masih

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994 65


harus dipertimbangkan kembali dimensi BOR dan BTO-nya. unitnya. Satu unit (1 hari) dari ukuran TOI adalah lebih
Makin besar BOR-nya makin baik, sebaliknya makin rendah panjang dari pada ALOS.
makin jelek. Bila kesatuan unit TOI dan ALOS kita standarisir sama
d) Dari keenam kelompok rumah sakit tersebut sampai panjangnya setiap skala, maka penggambaran performance
dengan tahun 1989 ternyata tidak satupun yang mampu dari contoh Rumah Sakit Adi Husada justru harus berada
memasuki Area Barber Johnson. Ini berarti bahwa keseluruhan daerah B. Namun bila ini yang ditempuh, ia sudah bisa masuk
rumah sakit di Indonesia masih belum mampu menunjukkan daerah efisien sekalipun dari segi BTO-nya berada jauh
performance yang efisien. Sebab-sebabnya dibalik ini dapat melebihi 30 dan BOR-nya ternyata di atas 80%. Di sinilah
beraneka ragam. kita ragukan blanko standar dari Barber Johnson bila ingin
Salah satu contoh surveillance dari kelompok rumah sakit diterapkan di Indonesia. Karenanya, blanko Barber Johnson
swasta yang sempat dipelajari datanya adalah dari Rumah masih perlu ditinjau kembali, atau dilakukan modifikasi
Sakit Adi Husada yang dipantau sejak tahun 1986 sampai seperlunya.
dengan tahun 1990 (tabel 2, gambar 3). Pada analisis korelasi maupun perhitungan reliabilitas
hubungan antar dua indikator yang terkait, maka hasilnya
Tabel 2. Beberapa Pencapaian Pelayanan (BOR, TOI, BTO, ALOS) dapat dilaporkan sebagaimana data pada tabel 3.
di RS. Adi Husada Tahun 1986 s/d 1990.
Tabel 3 ,
Matriks Korelasi & Reliabilitas Hospital Basic Parameter
TAHUN BOR ALOS TOI BTO KAPASITAS RSAH 1986 - 1990
T.T.

1986 56,82% 8,71 6,40 24,62 379


1987 59,56% 8,02 5,44 27,10 352
1988 63,76% 8,45 4,51 29,29 373
1989 61,97% 8,19 4,78 29,05 373
1990 64,59% 8,37 4,18 30,19 373

Gambar 3

Sumber : RSAH 1990, Slamet Ryadi.

Dari tabel 3 di atas diketahui melalui suatu matriks


bahwa antara dua indikator dapat dihitung hubungan korelasi
(koefisien korelasi atau p) dan validitasnya (R). Bila dilihat
koefisien korelasi pencapaian sebagaimana hubungan antar
indikator di atas, ternyata rata-rata sangat rendah antara 0,25
dan 0,54. Koefisien tertinggi masih sekitar 0,54 yang terdapat
pada hubungan BTO dengan TOI dengan validitas yang ter-
besar 0,70. Antara ALOS dengan BTO terdapat hubungan
negatif, yaitu dengan koefisien -0.25 yang berarti makin lama
ALOS makin kecil, sebaliknya TOI-nya. Hubungan korelasi
L(LENGTHOFSAYDLMRI ) negatif juga terdapat antara BOR dengan TOI (dengan
Hasil P encapaian Pelayanan Rumah Sakit Adi Husada koefisien -0.48) serta antara BTO dengan TOI (dengan
Surabaya dalam Grafik Barber Johnson melalui beberapa koefisien -0.54).
indikasi tahun 1986 s/d 1990.
Analisis trend data performance Rumah Sakit Adi Husada KESIMPULAN
selama 5 tahun menunjukkan kecenderungan yang makin 1) Dari data Rumah Sakit Adi Husada yang terpantau selama
mendekati Area Barber Johnson. (Gambar 3) Pergerakan 5 tahun terungkapkan bahwa hubungan korelasi antar
posisinya masih tetap berada dalam suatu area (daerah A/ variabel/indikator (sebagaimana matriks label 3) menunjukkan
dengan garis tebal segi empat yang terbatasi oleh BOR korelasi yang sangat rendah (antara 0.25 - 0.54). Demikian
60% - 70% dan BTO 20 - 30 kali. Penggambaran dalam area pula tingkat validitas antar indikator (variabel).
ini seyogyanya harus berada pada penggambaran pada area B. 2) Data(cross sectional) berbagai kelompok Rumah Sakit di
Karena pada area A ukuran TOI maupun ALOS yang satuan Indonesia 1989 maupun data Rumah Sakit Adi Husada
keduanya adalah "hari" ternyata tidak sama untuk ukuran saw (longitudinal) ternyata menunjukkan bahwa performance

66 Cerntin Dunia Kedokleran, Edisi Khusus No. 91, 1994


pelayanan rumah sakit di Indonesia ternyata masih belum Gambar 4
mampu masuk dalam Area Barber Johnson.
3) Dari kesimpulan sementara butir (2), patut disangsikan
apakah model Area Barber Johnson yang standar ini perlu
dimodifikasikan bagi kondisi di negara kita.
4) Area Barber Johnson hendaknya dipertimbangkan kembali
untuk di koreksi/digeser ke kanan, antara Turn Over Interval
3 - 5 yang bisa ditargetkan situasional menurut tahap-tahap
pertumbuhan menegemen rumah sakit di Indonesia.
(sebagaimana gambar 4).
5) Adanya pola kasus dan penanganan masing-masing ke-
lompok rumah sakit yang berbeda sudah tentu menciptakan
perbedaan pula terhadap penampilan ke-empat indikator yang
dibahas di atas.

T(TURN OVER INTERVAL DALAM HARI)

Cermin Duniu Kedokterun, Edisi Khusus No. 91, 1994 67


Dilema
yang Dihadapi Rumah Sakit Swasta
yang Memiliki Kepedulian Sosial
Dr. Arif Hartono, Dr. Diah Rini Handjari
Rumah Sakit Harapan Jayakarta, Pulogadung, Jakarta

ABSTRAK

Masalah kepedulian sosial dan mengentaskan kemiskinan adalah topik yang pada
saat ini sedang ramai didiskusikan oleh Pemerintah maupun pihak Swasta.
Rumah Sakit swasta pun tak luput dari sorotan Pemerintah karena Pemerintah
tampaknya serius untuk mensukseskan PJPT II dan pembangunan kesehatan. Pemerin-
tah pada umumnya dan Departemen Kesehatan khususnya sudah sejak awal menghimbau
dan mendorong pihak swasta di bidang pelayanan kesehatan untuk memiliki kepedulian
sosial; bahkan Pemerintah telah melibatkan modal swasta untuk bergerak di bidang
pelayanan kesehatan.
Hasilnya bermunculan rumah sakit-rumah sakit swasta yang berkompetisi mem-
bangun fasilitas kesehatan yang canggih dan memenuhi selera masyarakat Ibukota
Metropolitan Jakarta. Sedangkan banyak pula rumah sakit swasta swadana dan ber-
aspirasi sosial belum mampu mengembangkan diri karena kekurangan dana. Diuraikan
dilema dan kendala yang dihadapi rumah sakit swasta yang memiliki kepedulian sosial
dan harus berkompetisi dengan rumah sakit-rumah sakit for profit.

68 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994


Rumah Sakit Swakelola PT Timah
Alternatif Lain
Berdirinya Sebuah Rumah Sakit
Dr. Hadisiswo Arsad
Rumah Sakit Bakti Timah, Pangkalpinang, Indonesia

ABSTRAK

Era globalisasi dunia menimbulkan perubahan-perubahan yang mendasar, khusus-


nya di dunia pertimahan. Sebagai usaha untuk mempertahankan keberadaannya, PT
Timah melaksanakan program restrukturisasi secara total berbagai aspek kegiatan per-
usahaan.
Restrukturisasi bidang kesehatan mengacu pada prinsip bahwa pelayanan kesehatan
yang melekat pada perusahaan sebagai bagian dari usaha pokok,(= core business) adalah
yang bersasaran langsung untuk peningkatan produktivitas tenaga kerja melalui usaha-
usaha peningkatan derajat kesehatan mereka, yaitu pengembangan Hiperkes.
Di lain pihak sebagian besar fasilitas kesehatan perusahaan sebelumnya adalah dalam
bentuk rumah sakit; karena mempertimbangkan situasi daerah pada masa-masa tersebut
yang belum memiliki sarana kesehatan sama sekali, maka berorientasi pada pelayanan
penyembuhan. Keberadaan rumah sakit tersebut di banyak lokasi pada saat sekarang,
relevansinya sudah berkurang oleh karena adanya Puskesmas di setiap kecamatan.
Dengan demikian Rumah Sakit Perusahaan dalam proses restrukturisasi mengalami
perubahan-perubahan status, yaitu :
1) Ditutup
2) Perubahan fungsi menjadi Balai Hiperkes.
3) Diserahkan ke Departemen Kesehatan.
4) Khusus untuk Rumah Sakit di Pangkalpinang dan Rumah Sakit di Karimun, dengan
pertimbangan tetap dapat menunjang kegiatan timah, serta dapat mempertahankan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat terlepas dari kegiatan timah, dikembangkan me-
lalui status swakelola, yang selanjutnya diharapkan dapat menuju bentuk kegiatan
mandiri sepenuhnya.
Dari berbagai sudut pandang, keberhasilan Rumah Sakit Swakelola menuju kegiat-
an mandiri masih perlu proses panjang dengan interaksi dari berbagai unsurdi dalam suatu
sistem yang hanya mengenal dua jenis rumah sakit yaitu rumah sakit pemerintah dan
rumah sakit swasta.

Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21— 25 November 1993.

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994 69


PENDAHULUAN pengembangan konsep penambangan berwawasan lingkungan,
Setelah masuk tahun ketiga dari suatu perubahan sistem pengembangan wilayah dan kebijakan pembangunan kesehatan
yang sangat mendasar yaitu program restrukturisasi PT Tam- pada repelita VI menuju terciptanya "Kesehatan Bagi semua"
bang Timah (persero) sejak 1990 dan direncanakan berakhir pada tahun 2000 (Health for all by the year 2000)
pada 1995, maka Rumah Sakit Pusat Pangkalpinang PT Tam-
bang Timah (persero) yang pada mulanya adalah sebuah Rumah
Sakit Badan Usaha Milik Negara (Rumah Sakit Pemerintah) RESTRUKTURISASI PT TAMBANG TIMAH (PERSERO)
mulai menampakkan bentuk dasarnya dengan perubahan status Dunia pertimahan sedang dilanda masa suram, khususnya
sebagai Rumah Sakit Swakelola Perusahaan (tahap transisi) per bagi produsen. Permintaan timah relatif tidak mengalami per-
1 Februari 1993 dan direncanakan menjadi Rumah Sakit yang tumbuhan hanya 1% pertahun dalam dasawarsa terakhir sebagai
mandiri dibawah Yayasan Bakti Timah (sebuah Rumah Sakit akibat dari lambatnya pertumbuhan industri hilir pemakai timah,
Swasta) per 1 Januari 1994. Perubahan tersebut sebagai bagian perkembangan teknologi elektronika dan diketemukannya sub-
dari Program Restrukturisasi perusahaan pada konteks pen- situsi timah. Di lain pihak suplai timah dunia meningkat, 7%
jabaran langkah teknis pelepasan asset perusahaan yang non- pertahun, dengan diketemukannya tambang sangat kaya dan
produktif dan bersifat layanan masyarakat. murah Brazil dan Cina (?). Ketidak seimbangan antara pertum-
Keinginan penulis untuk menginformasikan perubahan- buhan permintaan dan penawaran, mengakibatkan harga timah
perubahan tersebut sebagai sautu kajian kasus, yang diharapkan merosot.
dapat memberikan masukan bagi penentu kebijakan, khususnya Masa sekarang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) harus
di bidang kesehatan meskipun hanya menyangkut bagian kecil terlepas dari beban-beban sosial dan lebih mengkonsentrasikan
dari masyarakat Indonesia yang berlokasi jauh dari penyusun pada peluang untuk mendapatkan keuntungan. BUMN harus
kebijakan dan kajian masih sangat superfisial mengingat proses berbudaya swasta dalam mengelola usaha, memacu keinginan
sedang berjalan. Walaupun demikian terdorong oleh keyakinan untuk bersaing dalam menuju kearah profit( 2 ). Penyusun orga-
bahwa dalam era globalisasi dengan kedenderungan "swasta- nisasi diBUMN harus efisien dan ramping serta fleksibel. Sebab
nisasi negara kesejahteraan" (1), program restrukturisasi mungkin organisasi dibuat untuk menampung pekerjaan, bukan untuk
juga akan meluas ke BUMN dengan kondisi serupa lainnya, menampung personil(3 ). (Menteri Muda Keuangan Drs. Nasrudin
penulis mencoba menuangkan perkembangan ide/pikiran dan Sumintapura).
langkah nyata alternatif lain berdirinya sebuah rumah sakit Pemikiran-pemikiran tersebut diatas, menjelaskan bahwa
akibat perubahan suprasistem dari rumah sakit yang ada di program Restrukturisasi PT Timah tak bisa dielakkan. Program
daerah. Hal ini dimungkinkan oleh karena penulis mendapat restrukturisasi, usaha jangka panjang dengan sasaran menekan
kesemaptan berperan selaku subjek maupun objek dari proses biayaproduksiUS$ 4.500 per metrik ton di tahun 1995 dari US$
perubahan tersebut. 6.130 per metrik ton di tahun 1990. Langkah-langkah teknisnya
Harapan penulis makalah ini dapat memberi kejelasan ten- meliputi pemindahan Kantor Pusat (relokasi), perampingan
tang proses perubahan yang terjadi, landasan pemikiran yang organisasi secara bertahap (reorganisasi), rehabilitasi peralatan
mengantisipasi perubahan tersebut, permasalahan-permasalahan produksi (rekonstruksi) dan pelepasan asset non produktif.
yang menghadang dari sudut pandang idealisme profesi yang Restrukturisasi dimulai tahun 1990, tepatnya 19 Agustus 1991
sedang mencari bentuk didasari sikap nasional, sikap etis dan dengan keluarnya SuratMenteri Keuangan bahwarestrukturisasi
sikap profesional dengan kepekaan mengantisipasi tantangan yang membutuhkan dana Rp. 113 milyar didukung penuh Pe-
pembangunan serta kebutuhan masyarakat pada saat kita me- merintah.
masuki tahapan Pembangunan Jangka Panjang ke Dua Bidang Restrukturisasi sebuah program besar baru selesai di tahun
Kesehatan, dikaitkan dengan kebijakan Pengembangan Wilayah 1995; pelaksanaan restrukturisasi harus utuh, konsekuen dan
di daerah yang sedang berusaha melepaskan ketergantungannya rasional. Memiliki idealisme dan cita-eita yang tinggi untuk
dari pertambangan yang sedang bergulat pada akhir kehidupan- semakin meningkatkan sumbangan nyata bagi pengembangan
nya tetapi tetap berusaha mengembangkan wawasan baru yaitu wilayah di samping secara finansial (pajak & royalti), dalam
penambangan berwawasan lingkungan dengan 2 strategi pokok bentuk pengumpulan dan penyelarasan operasi penambangan
yaitu pengembangan wialayah serta pembangunan berkelan- dengan rencana pengembangan wilayah yang dimiliki Pemerin-
jutan. tah Daerah.
Sistimatika penyampaian dimulai dengan Program Pemikiran strategis bahwa timah di pulau Bangka akan habis
Restrukturisasi PT Tambang Timah (persero), sebab harapan 25 tahun lagi dan PT Timah mempunyai konsep menjadikan
yang dikandungnya, perubahan dari sistem kesehatan perusahaan pulau Bangka sebagai pulau industri, sebab pada dasarnya wilayah
sebagai konsekuensi dari kebijakan perusahan tersebut dan lan- Bangka mempunyai posisi yang sangat strategis dan ma-
dasan pemikiran dikembangkannya status Swakelola sebagai syarakatnya bersifat industris.
tahapan transisi berdirinya sebuah rumah sakit swasta di bawah Komitmen PT Timah yang merupakan bagian dari warga
Yayasan, sebuah contoh perubahan dari sebuah Rumah Sakit Bangka, bahwa PT Timah tetap berfungsi seeara murni sebagai
Badan Usaha Milik Negara menjadi sebuah rumah sakit mandiri badan usaha dengan persaingan yang ketat dan berat, tetapi PT
yang diharapkan dapat tumbuh dan berkembang selaras dengan Timah akan mengembangkan konsep pengembangan wilayah

70 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994


dengan caramembantu wilayah untuk mandiri, menyumbangkan c) RS Pusat (di Pangkalpinang-Bangka, Tanjungpandan-Beli-
pikiran
bersam- untuk pembangunan ekonomi Bangka, tung, Dabo-Singkep) dan RS Wilasi type C di Mentok-Bangka
semua potensi yang ada. Realisasi antara lain dimulai melalui dan Tanjung Balai-Karimun) diserahkan ke Departemen Kese-
kerjasama dengan PT Koja B ahari untuk reparasi kapal bertonase hatan, dengan harapan dapat tetap dipertahankan fungsinya
kecil, kapal tunda tongkang di Air Kantung Sungailiat; Juga sebagai rumah sakit.
pembentukan pendirian politeknik di Sungai liat yang selanjutnya Setelah melalui masa 2 tahun (1991-1992) ketidakpastian,
diharapkan dapat menghasilkan manusia-manusia profesional, pada akhir 1992, dengan pertimbangan bahwa RS Pangkalpi-
perwira dan berdaya saing dan pulau Bangka dapat menjadi pusat nang-Bangka dan RS Tanjung Balai-Karimun memiliki potensi
terbentuknya manusia semacam itu. untuk mandiri dan kesehatan yang masih ada, maka per 1 Febru-
Dengan demikian penglepasan asset fungsi sosial, bukan ari 1993 kedua RS dimintakan kembali dari Departemen
sekedar untuk efisiensi, tapi adalah sejalan dengan upaya pe- Kesehatan dan statusnya di dalam bentuk Swakelola (subsidi gaji
ngembangan wilayah ini. Penglepasan asset dengan membentuk dari PT Timah untuk tenaga kesehatan yang masih merupakan
Koperasi Jasa Usaha Bersama (KJUB), melepaskan tambang karyawan PT Tambang Timah) dan 1 Januari 1994 diharapkan
darat, dok kapal, rumah sakit, angkutan BBM dan lain-lain sudah mampu mandiri (tanpa subsidi gaji lagi) hanya PT Timah
bertujuan memberi kesempatan masyarakat berpartisipasi untuk memberikan captive market.
menahan uang yang beredar jangan keluar dari Bangka.
RUMAH SAKIT SWAKELOLA PT TAMBANG TIMAH
REORGANISASI KESEHATAN PERUSAHAN & (PERSERO)
PENGLEPASAN ASSET RUMAH SAKIT PERUSAHAAN Khususnya dalam makalah ini pembahasan dibatasi pada
Industri pertambangan di daerah merupakan pusat awal dari RS Pusat Pangkalpinang PT Tambang Timah (Persero), Rumah
pertumbuhan ekonomi wilayah ditemukan bahan tambang ter- Sakit yang telah berperan sebagai pusat rujukan untuk per-
sebut. Karena jebakan mineral umumnya ditemukan di daerah ubahaan dan masyarakat Bangka, Belitung dan Singkep pada
terpencil, maka industri pertambangan merupakan industri pi- masa lalu, yang sudah berdiri sejak 1911.
onir sebelum industri lain muneul. Karena jauh dari lingkungan
sekitarnya, maka segala fasilitas dan sarana infrastruktur pen- DASAR PEMIKIRAN
dukung harus dibangun dalam rangka pengembangan tambang Adanya kesulitan Departemen Kesehatan untuk menerima
tersebut. RS Pangkalpinang maupun RS lainnya dari PT Timah, karena
Dengan demikian pada awal program restrukturisasi PT peraturan kepegawaian tidak dapat mengangkat tenaga-tenaga
Tambang Timah (persero) memiliki 8 Rumah Sakit di Bangka, 4 kesehatan yang ada, kecuali masih memenuhi persyaratan umur
Rumah Sakit di Belitung dan 2 Rumah Sakit di Kepulauan Riau dan pendidikan (hanya ± 20%); Departemen Kesehatan tidak
(1 buah di pulau Singkep dan 1 buah di pulau Karimun),dengan memprogramkan pendirian Rumah Sakit baru Daerah Tingkat
706 tempat tidur tersebar di pusat-pusat penambangan (setingkat II, tapi lebih memprioritaskan pendanaan/penggunaan anggaran
kecamatan). Terdiri atas 2 tipe C dan 12 tipe D (data 1987), yang yang lebih efektif ke pengembangan primary health care
berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pengobatan (kuratif). yang memiliki jangkau lebih luas dalam konteks pelayanan
Dalam proses perubahan dilandasi kebijakan bahwa bagian kesehatan (health care) sebagai sasaran pembangunan kesehatan
yang melekat pada perusahaan, yang langsung terkait dengan Nasional yang memprioritaskan pada golongan masyarakat yang
produktifitas karyawan adalah kegiatan-kegiatan higiene per- berpenghasilan rendah, baik di pedesaan maupun di perkotaan,
usahan & kesehatan kerja (hiperkes), sedangkan kegiatan dengan perhatian khusus pada daerah terpencil, kelompok ma-
yang bersifat kesejahteraan tenaga kerja yaitu kegiatan syarakat terasing, daerah pemukiman baru termasuk daerah
pengobatan untuk karyawan, keluarga dan pensiun adalah transmigrasi dan daerah perbatasan.
bagian yang tidak melekat pada perusahaan akan dilepaskan dan Terdorong oleh kepedulian sosial dalam usaha memper-
untuk selanjutnya mempergunakan fasilitas pengobatan daerah tahankan lapangan kerja yang sudah ada dan kesadaran akan
yang sudah berdiri, misalnya Puskesmas dan Rumah Sakit masih terbatas/kurangnya fasilitas pelayanan kesehatan yang
UmumDaerah untuk Bangka, Belitung dan Singkep, sedangkan sudah ada (jumlah tempat tidur dibandingkan penduduk baru
untuk Jakarta dengan memanfaatkan kerjasama dengan RS pada angka 0,2 - 0,3 tempat tidur per 1000 penduduk), maka
Pelni Petamburan. ti mbul kesepakatan/komitmen di kalangan tenaga kesehatan RS
Maka pada awal Program Restrukturisasi Timah untuk Pusat Pangkalpinang untuk menajukan pengelolaan sendiri dengan
bidang kesehatan perusahaan, dilaksanakan : konsep tahapan status swakelola PT Tambang Timah (Persero)
a) Yang melekat pada perusahan, dengan kegiatan utamanya yang selanjutnya diharapkan dapat mandiri sebagai Rumah Sakit
adalah hiperkes dan pelayanan gawat darurat hanya tinggal di 6 Swasta non-profit di bawah Yayasan Bakti Timah. Pemikiran
lokasi dan nama rumah sakit dirubah menjadi balai hiperkes. tersebut diyakini dengan pandangan bahwa konsep tersebut
b) Rumah sakit sejumlah 5 buah di daerah yang telah diting- sejalan dengan TAP MPR NO. II/MPR/1988 Garis-garis Besar
galkan, dihibahkan ke Pemerintah Daerah langsung untuk diman- Haluan Negara dengan acuan Sistem Kesehatan Nasional dan
faatkan sesuai kebutuhan Pemda (masih dalam proses). tujuan pokok Repelita V. Dimantapkan dengan TAP MPR NO.

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, /994 71


II/MPR/1993 Garis-garis Besar Haluan Negara Bidang Kese- market yang setiap waktu bisa berkurang ataupun hilang ka-
hatan, serta Kebijakan Pelita VI dan Undang Undang Kesehatan rena perubahan kebijakan.
No. 23 tahun 1992 Bab VII Pasal 71 Ayat 1-2, yaitu : Masyarakat 5) Strategi pokok Rumah Sakit dalam mengembangkan diri
memiliki kesempatan untuk berperan serta dalam penyelengga- menghadapi ketidak pastian tersebut, adalah :
raan upaya kesehatan beserta sumber dayanya. Dan Pemerintah · Motivasi bahwa yang dikerjakan adalah "dari kita untuk kita
membina, mendorong, dan menggerakkan swadaya masyarakat sendiri", "peluang harus diaraih".
yang bergerak di bidang kesehatan agar lebih berdayaguna dan · Budaya kerja yang dilandasi atas 3K (kebersamaan, keter-
berhasilguna. bukaan & kebersihan) dan 3A (asah, asih & asuh) melalui
pembinaan 3 pilar pendukung RS, yaitu profesi, manajemen dan
SASARAN pelaksana.
Mempersiapkan infrastruktur Rumah Sakit pada tahap · Kiat yang dikembangkan adalah kepercayaan, baik pada
Swakelola, untuk selanjutnya mempertahankan dan mengem- diri sendiri, antar sub-sistem atau kelompok profesi/kerja
bangkan kemandirian Rumah Sakit sebagai sebuah Rumah Sakit (manajemen, profesi maupun pelaksana), Pemerintah Daerah
Umum yang berorientasi pada perusahaan-perusahaan dengan dengan Instansi terkait, pasien dan tentunya masyarakat swasta
kelompok tenaga kerjanya melalui pelayanan hiperkes secara yang diharapkan nantinya dapat berperan serta dalam mema-
aktif, sel untuk masyarakat umum, sebagai antisipasi atas jukan daerahnya.
program penambangan berwawasan lingkungan dan pengem- · Implikasinya adalah bentuk organisasi yang dinamis dengan
bangan wilayah untuk menjadikan pualu Bangka sebagai pulau desentralisasi wewenang, pemisahan ketigapilarpadakewajiban,
industri. hak dan tanggung-jawabnya, manajemen transparan, profesional
dan pengembangan hubungan Pelayan-Pelanggan, kebijakan
STRATEGI yang proaktif dan organisasi yang percaya diri.
Strategi yang dikembangkan untuk mencapai sasaran tersebut 6) Dalam pengembangannya untuk mempertahankan ke-
adalah menempatkan diri pada bagian yang integral di dalam beradaannya, terjadi rasa yang tinggi dari semua pihak atas
sistem kesehatan daerah bersama-sama Puskesmas, Praktek dokter kesadaran bahwa hal tersebut merupakan bagian dari idealisme
dan Rumah Sakit Umum Daerah, yang secara terpadu me- profesi masing-masing, yang pada kelanjutannya timbul mekan-
ngembangkan kondisi tahap tinggal landas yaitu yang sesuai isme pengengalian/kontrol khususnya bagi tenaga medis melalui
dengan "Kesehatan bagi semua pada tahun 2000", melalui pe- aspek profesionalisme yang murni oleh kelompok profesi itu
ningkatan peran serta masyarakat termasuk swasta dalam upaya sendiri.
pelayanan kesehatan.
PERMASALAHAN
KARAKTERISTIK KONDISI & PROSES KEMANDIRI- 1) Tenaga kesehatan, khususnya tenaga media (dokter umum
AN : dan dokter ahli), yang dengan Pemerintah sebagai Pegawai
1) Rumah sakitnya sudah tak menentu selama tahun 1991- Negeri, PTT ataupun wajib sarjana tidak bisa berfungsi sebagai
1992, sehingga sebagian masyarakat menduga sudah tutup, ber- pegawai tetap rumah sakit atau masih terbatasnya kemampuan
arti hilangnya kepercayaan masyarakat. Rumah Sakit untuk memberi imbalan.
2) Suatu proses yang berkembang di luar kendali, dalam situasi 2) Meningat nilai ekonomis usaha, khususnya usaha rumah
yang penuh ketidak-pastian, setiap waktu ada kemungkinan sakit yang dikembangkan di daerah, dengan tingkat kemajuan
terjadi perubahan kebijakan. Jalan dulu baru aturan, aturan dulu ekonomi daerah yang terbatas, bukan merupakan sesuatu yang
baru kelembagaan. Demikian juga berkenaan dengan aspek menarik untuk investasi.
biaya investasi/biaya orperasionalnya, jalan dulu baru dihitung 3) Bentuk dukungan dari Pemerintah Daerah berkenaan de-
atau bayar dulu baru cari. ngan pembinaan tata-peran yang optimal, didasari wawasan
3) Pertimbangan swastanisasi rumah sakit tidak didasari oleh pemikiran yang luas yang dikaitkan dengan pengembangan
profit, tetapi lebih pada usaha mempertahankan keberadaannya wilayah dan sasaran Pembangunan Kesehatan dengan Deklarasi
untuk tetap menghidupkan lapangan kerja bagi tenaga kesehatan Alma Alta yaitu health for all in the year 2000.
yang sudah bekerja di RS tersebut, mempertahankan peran
rumah sakit di masyarakat Bangka dan dalam rangka meng- PENUTUP
antisipasi program restrukturisasi PT Timah dengan penglepasan Telah disampaikan satu alternatif baru berdirinya sebuah
asset yang non-produktif dan bersifat layanan masyarat dengan rumah sakit, tidak sebagai Rumah Sakit Pemerintah yang jelas
pemikiran strategisnya untuk pengembangan wilayah . Jelas hirarki kepemilikannya dan kewajiban yang diemban, tidak juga
dasar pertimbangannya lebih berat pada aspek etika sosial daripada seperti sebuah rumah sakit non-profit di bawah Yayasan yang
pertimbangan aspek ekonomisnya. misi dan dukungannya sudah jelas, dan bukan pula rumah sakit
4) Tidak didukung oleh infrastruktur yang sudah siap, ke- profit atau kwalitas pangsa pasarnya. Prosesnya terpaksa, keku-
beradaan SDM yang memadai, permodalan yang menunjang dan atannya adalah pada komitmen keseluruhan potensi sumber daya
pangsa pasar yang terjamin. Contoh : Perusahaan menyerahkan manusianya yang terlibat aktif dalam proses, dan keberhasilan-
asset (yang masih dalam proses jenis & jumlahnya), dan captive nya enterpreunership kewirawastaan dengan dukungan kemam-

72 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994


puan inovasi.
Keberadaannya perlu mendapat antisipasi yang positif
hatan. Seminar Kiat-kiat Manajemen Ketenagaan dalam Rangka Pen-
mengingat kemungkinan akan terjadinya lagi kasus yang sama,
ingkatan Kualitas Sumber Daya Manusia, 1993.
dengan lokasi kejadian di kota kabupaten yang jauh dari kota 2. Sarwono Kusumaatmaja. Kasus PT Tambang Timah (Persero) Pelajaran
besar, manfaatnya jelas dalam menunjang Pembangunan Ke- bagi BUMN. Stania, Edisi Perdana 1991.
sehatan khususnya dalam mendukung pemerataan dan perluasan 3. Nasrudin Sumintapura. Pokok-pokok pengarahan Menteri Muda Ke-
uangan pada Rapat Kerja PT Tambang Timah (Persero). Stania, Desember
jangkauan pelayanannya yang kiranya bukan sesuatu yang dapat 1991.
diharapkan untuk investasi oleh pemodal (kecuali lokasi adalah 4. Rumah Sakit di wilayah pedesaan dan perkotaan, Seri Laporan Teknis
di kota besar), peran serta kelompok masyarakat dalam hal ini WHO, 1992.
keseluruhan tenaga kesehatan yang mengelola rumah sakit tim- 5. Drucker PF. Inovasi dan kewiraswastaan, Praktek dan dasar-dasar. Jakarta:
Erlangga, 1985.
bul dari kesadaran diri-profesi-lingkungan/wilayah yang kiranya Sri Soewasti Soesanto. Faktor-faktor yang mendorong dan menghambat
6.
lebih menjamin kesinambungannya dari segi SDM. peran serta masyarakat dan swasta dalam pembangunan kesehatan, Maj al ah
Alangkah bedanya bila kesiapan instansi/organisasi terkait Kesehatan Masyarakat 1988; 39.
7. Undang-undang Kesehatan No. 23 tahun 1992.
dalam perumahsakitan sudah ada sebelum proses restrukturisasi 8. Sistem Kesehatan Nasional, Departemen Kesehatan RI. 1982.
PT Tambang Timah, kemungkinan besar tidak hanya RS Pusat 9. Rencana Pembangunan lima tahun kelima bidang Kesehatan 1989/90-
Pangkalpinang dan RS Karimun PT Tambang Timah (persero) 1993/94, Departemen Kesehatan RI. 1989.
yang masih bertahan/masih merupakan sarana kesehatan yang 10. Naisbitt J cs. Megatrends 2000. Warta Ekonomi, Juli 1990.
11. Buku Pedoman Penyelenggaraan Upaya pelayanan kesehatan swasta di
bermanfaat bagi masyarakat, tetapi juga RS Tanjung Pandan, RS
bidang Medik Spesialistik. Departemen Kesehatan, Maret 1989.
Peltim atau RS lainnya dapat dipertahankan untuk kepentingan 12. Sudwikatmono. Peran swasta dalam investasi rumah sakit (Studi Kasus RS
daerah yang jelas dibutuhkan oleh masyarakat setempat, dengan Pondok Indah. Seminar Hospital Planning and Design), Jakarta Maret
pemikiran bahwa "mempertahankan yang sudah ada akan jauh 1991.
13. TAP MPR-RI Nomor II/MPR/1993 tentang Garis-garis Besar Haluan
lebih murah & rasional daripada membuat baru", tentunya tanpa
Negara (Bidang Kesehatan), Majalah Kesehatan 1993; 137.
membebankan pendanaannya ke Departemen Kesehatan maupun 14. Kuntoro Mangkusubroto. Kepedulian sosial terhadap lingkungan tetap
Pemerintah Daerah dan PT Tambang Timah (persero), tetapi dari tinggi. Stania, Juni 1993.
15. Puji Samekto. Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri dalam kaitannya de-
penggalangan peran serta masyarakat khususnya tenaga kese-
ngan pengembangan wilayah. Stania, Juli 1993.
hatan rumah sakit itu sendiri. 16. Pengembangan wilayah Bangka - sebuah konsep berangkat dari penam-
bangan timah, Stania, Juli 1993.
KEPUSTAKAAN 17. Kuntoro Mangkusubroto. Pengembangan sumber daya manusia bagian
1. Hidayat Hadjoprawito. Sambutan Sekretaris Jenderal Departemen Kese- yang paling penting di PT Timah. Stania, Agustus 1993.

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994 73


Program Kesejahteraan untuk
Staf Rumah Sakit dan Para Dokter
Hotbonar Sinaga
Direktur Produksi & Pemasaran Tugu Mandiri, Jakarta
(Life, Pension & Health Insurance)

PENGANTAR 1) Pangan
Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk 2) Sandang
menyelenggarakan upaya kesehatan. Termasuk diantaranya 3) Papan
adalah balai pengobatan, puskesmas, rumah sakit umum, rumah 4) Pendidikan
sakit khusus dan lain sebagainya. 5) Kesehatan
Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan dapat di- 6) Olah raga
selenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta tetap 7) Rekreasi
harus memperhatikan fungsi sosial. Bagi investor atau penanam Kebutuhan di atas dapat dipenuhi setiap insan dengan mem-
modal, rumah sakit kini merupakan suatu bisnis yang tidak belanjakan pendapatannya. Memang tidak semua kebutuhan
kalah menariknya dengan bidang usaha lain. Melalui konsep tersebut dapat dibiayai dari penghasilannya. Sebagian justru
swakelola dan swadana, mulai banyak bermunculan berbagai disediakan oleh tempatnya bekerja. Ambit contob misalnya per-
rumah sakit yang dikelola secara lebih profesional dan lebih usahaan besar menyediakan rumah dinas, rumah sakit berikut
berorientasi bisnis tanpa melupakan fungsi sosialnya. fasilitas kesehatan lainnya, sarana olah raga dan sebagainya.
Salah satu ciri rumah sakit yang baik adalah rumah sakit Perusahaan yang lebih kecil belum tentu tidak memiliki ke-
yang profesional pelayanannya. Pelayanan yang baik tidak lepas sanggupan untuk menyediakan atau membantu karyawannya
dari pelaksana atau pelakunya yakni para tenaga kesehatan yang dalam hal pemenuhan kebutuhan tersebut. Minimal perusahaan
bekerja di rumah sakit. Personil rumah sakit mulai dari tenaga kecil dapat menyediakan semacam kemudahan, misalnya fasili-
kesehatan, tenaga administrasi sampai dengan para pesuruh, tas pemberian kredit perumahan, pemberian tunjangan kese-
satpam dan sebagainya merupakan sumber daya yang sangat hatan dan sebagainya.
vital dan menentukan dalam hal mutu pelayanan. Rumah Sakit
sebagai suatu badan usaha harus memperhatikan semua per- BALAS JASA DAN FASILITAS YANG DISEDIAKAN
sonilnya termasuk kesejahteraannya agar mereka dapat mem- RUMAH SAKIT
berikan kontribusi yang terbaik sehingga mutu pelayanan tidak Staf rumah sakit yang bekerja sebagai tenaga tetap maupun
hanya selalu dijaga bahkan ditingkatkan. tidak tetap berhak untuk memperoleh kompensasi atas tenaga
yang disumbangkan bagi rumah sakit. Kompensasi yang umum
KEBUTUHAN FISIK MANUSIA berbentuk gaji ataupun upah ditambah uang kerja lembur. Selain
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap insan memerlukan gaji/upah plus uang lembur, variasi kompensasi yang lain cukup
makanan untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Pangan me- banyak, mulai dari intensif, bonus atau jasa produksi, asuransi,
rupakan kebutuhan utama yang kemudian disusul oleh sandang. program pensiun dan sebagainya.
Tata urut kebutuhan nyata manusia pada dasarnya adalah : Pada dasarnya, gaji atau upah digunakan untuk memenuhi

Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21 — 25 November 1993.

74 Cermin Dunia Kedokteran. Edisi Khusus No. 9/, 1994


kebutuhan diri pegawai dan keluarganya sehari-hari. Bila masih yang tidak terkait dengan hubungan kerja, ahli warisnya akan
ada kelebihan, digunakan untuk keperluan berencana maupun mendapat santunan dari PT ASTEK sebesar Rp. 1 juta ditambah
yang bersifat mendadak. Lazimnya, kebutuhan untuk hari tua biaya pemakaman Rp. 200.000.
belum tersedia. Selain Jamsostek yang wajib sifat kepesertaannya, rumah
Berbagai fasilitas disediakan oleh perusahaan selain gaji. Di sakit seyogyanya menyediakan juga berbagai tunjangan atau-
bawah ini dapat dilihat berbagai fasilitas ataupun kemudahan pun subsidi yang terkait kesejahteraan staf rumah sakit. Misal-
yang lazim diberikan perusahaan bagi tenaga kerjanya : nya saja asuransi perjalanan untuk staf yang sering bepergian,
- Fasilitas kesehatan tabungan hari tua atau bahkan pensiun.
- Fasilitas pendidikan umum
- Fasilitas olah raga dan rekreasi
- Fasilitas/tujuan cuti
- Jasa produksi DANA PENSIUN
- Ulang tahun dinas Tanggal 20 April 1992 Pemerintah telah memberlakukan
- Program pemilikan rumah Undang-Undang Dana Pensiun. Walaupun pembentukan Dana
- Program simpan pinjam (biasanya melalui koperasi) Pensiun di perusahaan bukan atau belum merupakan sesuatu
- Menunaikan ibadah haji (selektif) yang wajib, sepantasnyalah rumah sakit yang baik kondisi ke-
- Bea siswa (selektif) uangannya menyelenggarakan Dana Pensiun, baik untuk dokter,
Sebagian fasilitas tersebut tidak perlu disediakan atau di- paramedis maupun pegawai lainnya di lingkungan Rumah Sakit.
berikan seluruhnya oleh rumah sakit. Sebagian dapat diadakan Dana Pensiun merupakan pemupukan dana jangka panjang
oleh koperasi karyawan rumah sakit, atau bekerja sama dengan yang dipersiapkan untuk masa non produktif. Selama masih
bank dalam hal pemberian kredit perumahan. Sebagian lagi, produktif, sebagian pendapatan disisihkan oleh tenaga kerja
khususnya yang mengandung "risiko", dapat ditransfer kepada berupa dana pensiun. Pemupukan dana ini memperoleh fasilitas
perusahaan asuransi. Misalnya saja sebagai contoh dal am bentuk perpajakan dari Pemerintah. Berbeda dengan tabungan, investasi
asuransi kematian, asuransi tunjangan hari tua, asuransi ke- dana pensiun misalnya dal am bentuk deposito, bunganya dibebas-
celakaan, asuransi perjalanan serta asuransi kesehatan. Bahkan kan dari pajak. Fasilitas perpajakan ini haruslah dimanfaatkan
program pemilikan rumah ataupun bea siswa dapat dise- oleh rumah sakit. Pembentukan dana pensiun dapat diseleng-
lenggarakan dengan cara bekerja sama dengan perusahaan garakan oleh rumah sakit atau ikut serta dalam program pensiun
asuransi. yang diselenggarakan perusahaan asuransi jiwa. Bila ingin
membentuk dana pensiun sendiri, aplikasi harus diajukan kepada
JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA Menteri Keuangan untuk memperoleh persetujuan. Rumah sakit
UU no. 3/1992 mengenai Jaminan Sosial Tenaga Kerja dengan staf di bawah 200 orang tidak perlu membentuk dana
menyebutkan bahwa setiap tenaga kerja yang bekerja pada pensiun sendiri. Alternatifnya adalah secara bersama-sama
perusahaan/badan usaha yang memenuhi syarat kepesertaan, membentuk dana pensiun atau ikut serta dalam program pensiun
wajib menjadi peserta program Jamsostek. Syarat kepesertaan yang diselenggarakan asuransi jiwa ataupun perbankan.
tersebut adalah : Dalam lampiran II dapat dilihat diagram mengenai jenis
- Memiliki tenaga kerja di atas 10 orang atau program pensiun dan penyelenggara. Jenis program pensiun
- Gaji keseluruhan tenaga kerja, per bulan melebihi Rp. 1 juta dapat berupa :
Program ini mencakup empat jenis jaminan yakni : - Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP)
1. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) - Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP)
2. Jaminan Kematian (JKM) Penyelenggaranya bisa oleh Rumah Sakit sebagai perusa-
3. Jaminan Hari Tua (JHT) haan pemberi kerja (disebut DPPK atau Dana Pensiun Pemberi
4. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Kerja) atau diserahkan kepada perusahaan asuransi jiwa atau
Dengan'sendirinya, seluruh staf rumah sakit tanpa me- bank umum (disebut DPLK atau Dana Pensiun Lembaga Ke-
mandang statusnya apakah pegawai tetap ataukah bukan, wajib uangan). Iuran dana pensiun bulanan dapat berasal dari per-
diikutkan dalam program ini. Penyelenggara program ini adalah usahaan (rumah sakit) dan sebagian lagi dari pegawai berupa
PT ASTEK. Setiap peserta dengan koordinasi pemberi kerja pemotongan gaji. Dana pensiun yang telah terkumpul selama
wajib membayar iuran yang besarnya ditetapkan dengan persen- peserta masih aktif bekerja, akan dibayarkan bila yang ber-
tase dari gaji bulanan yang pembayarannya dilaksanakan setiap sangkutan mencapai usia pensiun. Pembayaran tidak diberikan
bulan. Dalam lampiran I dapat dilihat besarnya presentase iuran secara lumpsum, harus dibayarkan bulanan dan bisa diteruskan
dan manfaat atau benefit untuk setiap macam jaminan. kepada janda atau dudanya.
Jamsostek ini merupakan jaminan wajib dan pelengkap dari Lampiran III memperlihatkan contoh pemupukan dana
gaji ataupun kompensasi lain yang diberikan rumah sakit. Man- yang dihimpun setelah kurun waktu tertentu. Ternyata dapat kita
faat atau besarnya benefit merupakan jaminan dasar yang dapat lihat kemampuan pemupukan dana pensiun yang bisa meng-
diidentikkan dengan "ala kadar-nya" Sebagai contoh, tenaga hasilkan dana cukup besar pada saat peserta mencapai usia
kerja yang meninggal karena sakit atau mendapat kecelakaan pensiun.

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994 75


Lampiran I. Jaminan Sosial Tenaga Kerja Lampiran II. Penyelenggaraan dan Bentuk Program
Program Jamsostek
Jaminan Kecelakaan Kerja
1. Biaya Transportasi (maksimum)
a. Darat Rp. 100,000
b. Laut Rp. 200,000
c. Udara Rp. 250,000
2. Santunan Sementara Tidak 4 bulan pertama 100% upah
Mampu Bekerja (STMB) 4 bulan kedua 75% upah
Selanjutnya 50% upah
3. Biaya Perawatan (maksimum) Rp. 3,000,000
RS Pemerintah Kelas I
4. Santunan cacat
a. Sebagian tetap % tabel x 60 bulan upah
b. Total tetap
i. Sekaligus 70% 60 bulan upah
ii. Berkala (2 tahun) Rp. 25,000/bulan
c. Kurang Fungsi % kurang fungsi x % tabel
5. Santunan Kematian x 60 bulan upah
a. Sekaligus 60% x 60 bulan upah
b. Berkala (2 tahun) Rp. 25,000/bulan
c. Biaya Pemakaman Rp. 200,000
6. Penyakit Akibat Kerja Meliputi 31 jenis penyakit
(selama hubungan kerja dan 3
tahun setelah putus hubungan
kerja)
II. Jaminan Kematian
1. Santunan Kematian Rp. 1,000,000
2. Biaya Pemakaman Rp. 200,000
III. Jaminan Hari Tua Dapat diambil setelah meme-
nuhi masa kepesertaan 5 tahun Lampiran III. Asumsi
& masa tunggu 6 bulan
Penghasilan per bulan = 2,000,000
IV. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pelayanan kesehatan dasar
luran per bulan 5% = 100,000 Usia peserta = 30 tahun
Iuran per tahun = 1,200,000 Usia pensiun = 55 tahun
Iuran (dalam % dari upah/bulan) Hasil investasi = 12%/Tahun Periode pemupukan dana = 25 tahun

Iuran
Program -
Pengusaha Tahun Iuran Hasil Saldo
Tenaga Kerja ke Pertahun Investasi Dana
(Dalam Rupiah) (Dalam Rupiah) (Dalam Rupiah)
1. Jaminan Kecelakaan Kerja 0,24 – 1,74 –
2. Jaminan Kematian 0,30 – 1 1,200,000 144,000 1,330,000
3. Jaminan Hari Tua 3,70 2,00 2 1,200,000 303,667 2,805,885
4. Jaminan Pemeliharaan 3,00 – 6,00*) – 3 1,200,000 480,706 4,441,725
lajan g/berkeluarga 4 1,200,000 677,007 6,255,545
5 1,200,000 894,665 8,266,708
Keterangan : 6 1,200,000 1,136,005 10,496,686
*) Upah maksimum sebagai dasar perhitungan iuran Rp. 1,000,000 7 1,200,000 1,403,602 12,969,285
8 1,200,000 1,700,314 15,710,904
9 1,200,000 2,029,308 18,750,810
10 1,200,000 2,394,097 22,121,458
PERSIAPAN HARI TUA UNTUK PARA DOKTER 11 1,200,000 2,798,575 25,858,833
Telah dikemukakan di atas, bahwa selama masa produktif 12 1,200,000 3,247,060 30,002,834
bekerja setiap orang perlu menyisihkan sebagian pendapatannya 13 1,200,000 3,744,340 34,597,702
untuk persiapan di hari tua. Dokter yang merangkap sebagai 14 1,200,000 4,295,724 39,692,492
15 1,200,000 4,907,099 45,341,595
pegawai negeri secara otomatis sudah terdaftar sebagai peserta 16 1,200,000 5,584,991 51,605,321
TASPEN. Namun kita semua tahu bahwa manfaat pensiun yang 17 1,200,000 6,336,639 58,550,540
akan diperoleh kelak, masih sangat minim dibandingkan dengan 18 1,200,000 7,170,065 66,251,399
kcbutuhan. Rumah sakit swasta bisa saja menyelenggarakan 19 1,200,000 8,094,168 74,790,111
20 1,200,000 9,118,813 84,257,835
dana pensiun untuk para stafnya termasuk dokter. Bagaimana 21 1,200,000 10,254,940 94,755,647
dengan dokter yang tidak terikat baik sebagai Pegawai Negeri 22 1,200,000 11,514,678 106,395,622
maupun sebagai dokter tetap di suatu rumah sakit? Mereka bisa 23 1,200,000 12,911;475 119,395,622
24 1,200,000 14,460,243 133,612,646
mengikuti atau mendaftar sebagai peserta dana pensiun yang
25 1,200,000 16,177, 517 149,480,262
diselenggarakan asuransi jiwa. Sebagai individu para dokter
dapat meneatatkan diri dan menjadi peserta dana pensiun. Se-

76 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994


Manfaat Pensiun Maksimal 20% 29,896,052 Di bawah ini dapat dilihat urutan langkah yang perlu di-
Manfaat Pensiun — Untuk dibelikan Anuitas 119,584,209 lakukan oleh dokter atau profesi apapun yang ingin menjadi
149,480,261 peserta individu suatu dana pensiun yang diselenggarakan per-
usahaan asuransi jiwa :
Pembayaran pensiun bulanan dengan ketentuan dapat diteruskan kepada 1) Mengisi formulir kepesertaan yang berisikan info umum
janda/duda dan satu anak (hingga usia anak 25 tahun) sebesar 100% (yang
diterima janda/duda atau anak = 100%) = Rp. 1,270,000 seperti
- Nama
baiknyalah para dokter memanfaatkan fasilitas perpajakan yang - Alamat
diberikan Pemerintah melalui dana pensiun. Fasilitas tersebut - Usia
adalah : - Pekerjaan
- Iuran dana pensiun yang berasal dari peserta akan mengu- - Nama ahli waris, janda/duda
rangi pendapatan kena pajaknya (yang dilaporkan dalam SPT - Dan lain sebagainya
tahunan). 2) Menetapkan gaji bulanan dan tahunan
- Iuran yang berasal dari pemberi kerja bebas pajak. 3) Memilih usia pensiun
- Iuran yang dibayar pemberi kerja akan mengurangi ke- 4) Menetapkan iuran bulanan sebagai persentase dari gaji atau
untungan perusahaan yang dikenai pajak. pendapatan bulanan
- Bila diinvestasikan dalam bentuk instrumen tertentu seperti 5) Menetapkan investasi yang pilihannya diserahkan kepada
deposito, obligasi dan saham, bebas dari pajak penghasilan. peserta.
Dokter yang telah ikut program pensiun yang diselenggara- Manfaat yang diperoleh dokter yang mengikuti program
kan rumah sakit tempatnya bekerja (atau telah menjadi peserta pensiun sebagai individu adalah fasilitas pajak seperti telah
TASPEN), namun merasa masih kurang, dapat ikut sebagai dikemukakan di atas. Setelah yang bersangkutan meneapai usia
pesertapribadi. Iuran per bulan maksimal yang akan dibebaskan pensiun, dari hasil akumulasi dananya, 20% dapat diminta
pajaknya adalah atas dasar penghasilan Rp. 60 juta setahun. Bila lumpsum sedangkan sisanya harus dibelikan asuransi jiwa
yang bersangkutan tidak atau belum ikut program pensiun lain, anuitas hidup dan manfaat pensiunnya dibayarkan bulanan.
sebagai individu maksimal iurannya 20% dari gaji tahunan atau Besarnya pembayaran bulanan tergantung dari program anuitas
iuran bulanan maksimal = Rp. 1.000.000,-. yang dipilihnya.

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994 77


Penerapan Teknologi Informasi
untuk
Meningkatkan Pelayanan Rumah Sakit
dalam Menyongsong PJPT - II
Harun Affandie
Kepala Bidang Information Systems Rumah Sakit Graha Medika, Jakarta

ABSTRAK
Rumah sakit sebagai suatu subsistem dari sistem pelayanan kesehatan sejak beberapa
waktu yang lalu menunjukkan perkembangan yang mengarah kepada sifat sebagai suatu
institusi profesional yang bergerak dalam bidang pelayanan jasa. Perkembangan ini
disebabkan oleh berbagai faktor internal maupun eksternal seperti tuntutan masyarakat
dan mulai tumbuhnya kesadaran pengelola rumah sakit untuk menerapkan sistem ma-
nagemen yang profesional. Profesionalisme ini secara perlahan tapi pasti mulai dirasakan
sebagai suatu kebutuhan dalam pengelolaan rumah sakit. Untuk mewujudkan hal itu
dibutuhkan dukungan teknologi informasi yang sesuai.
Aplikasi teknologi informasi dimaksudkan untuk melakukan otomatisasi berbagai
proses administrasi yang berlangsung dalam kegiatan operasional rumah sakit. Tentu
saja teknologi informasi tidak dimaksudkan untuk hanya sekedar melakukan proses
otomatisasi, namun terdapat maksud lain yang lebih jauh, yaitu sebagai sarana untuk
menjalankan fungsi-fungsi managemen seperti perencanaan, pengambilan keputusan,
penilaian dan pengendalian. Contoh konkrit aplikasi teknologi informasi ini misalnya
dalam hal identifikasi pos untung dan rugi; identifikasi besarnya keuntungan atau
kerugian dan management logistik.
Pemilihan teknologi informasi yang tepat harus mempertimbangkan beberapa hal
seperti perangkat keras, perangkat lunak dan disesuaikan dengan beberapa kondisi yang
harus diciptakan untuk mendukung dalam aplikasinya nanti. Kondisi-kondisi tersebut
misalnya dukungan penuh dari pihak managemen, kalangan medis dan penyediaan
sumberdaya manusia yang memadai.
Di samping itu juga jangan dilupakan beberapa kendala yang mungkin akan dihadapi
seperti mahalnya biaya investasi dan resistansi dari "Iingkungan" rumah sakit itu sendiri.
PENDAHULUAN maupun di luar negeri, mereka seolah menjadi rebutan. Sehingga
Pasien terutama kalangan atas sebagai "pembeli" jasa ru- apabila suatu rumah sakit ingin tetap mempunyai "daya saing"
mah sakit dewasa ini sudah semakin kritis karena mengetahui yang tinggi, rumah sakit tersebut dituntut untuk memberikan
buying power yang mereka miliki cukup tinggi, apalagi dengan pelayanan yang serba lebih dibandingkan dengan rumah sakit
semakin banyaknya rumah sakit yang tersedia, baik di dalam lain, misalnya dalam hal kemudahan, kecepatan dan ketepatan
Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21 — 25 November 1993.

78 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994


baik dari segi medis pada khususnya, maupun segi penunjang hatan dapat mencakup semua bidang, termasuk medis. Namun
lain termasuk proses administrasi pada umumnya. Ihwal ke- pembahasan pada makalah ini akan dibatasi hanya pada maslah
mudahan, kecepatan dan ketepatan layanan ini berlaku mulai non-medik saja yang cakupannya meliputi Front Office dan Back
saat pendaftaran, pencarian berkas rekam-medis, sampai kepada Office.
pembuatan billing baik untuk rawat-jalan maupun rawat-inap. Satuan-kerja Front Office dapat terdiri dari :
Tidak perlu diterangkan lebih lanjut tentang perlunya kera- 1. Bagian Informasi;
mah-tamahan yang menimbulkan rasa tenteram bagi pengguna 2. Bagian pendaftaran pasien rawat jalan;
jasa dan j uga perlunya penegakan diagnosis yang cepat dan tepat. 3. Bagian pendaftaran pasien UGD;
Ada satu sifat unik rumah sakit yang tidak dimiliki oleh 4. Bagian pendaftaran pasien rawat inap;
jenis usaha yang lain. Jika suatu perusahaan dagang penjual 5. Floor Officer;
barang atau jasa yang pada tahun lalu telah memperoleh laba 6. Kasir.
bersih misalnya sebesar x%, maka untuk tahun berikutnya ten- Sedangkan satuan-kerja Back Office dapat terdiri dari :
tunya para pemegang saham menginginkan agar laba tersebut 1) Bagian Sumberdaya Manusia;
bertambah besar. Direksi perusahaan tersebut tentunya akan 2) Bagian Keuangan dan Akunting;
menterjemahkan keinginan para pemegang saham tersebut 3) Bagian Logistik;
menjadi angka-angka, yang kemudian diurai lebih lanjut menjadi 4) Bagian Administrasi/Umum;
jumlah satuan barang atau jasa yang harus terjual tahun berikutnya 5) Bagian-bagian lainnya sesuai kebutuhan organisasi.
dan menyusun segala macam rencana, strategi pemasaran dan Teknologi Informasi dalam kaitan ini terdiri dari ;
program penjualan untuk mencapai tingkat penjualan yang di- · otomatisasi proses administrasi
inginkan. Rumah sakit tidak mungkin melakukan hal yang · pengelolaan data menjadi informasi
sama dengan perusahaan dagang tersebut, karena jenis jasa
yang ditawarkannya adalah sesuatu yang dalam keadaan normal TUJUAN PENERAPAN
tidak dikehendaki oleh siapapun. Memang ada pengecualian PJPT-II mengisyaratkan adanya kebutuhan penyediaan
yaitu medical-check-up dan vaksinasi, tetapi kontribusinya ter- sarana pelayanan kesehatan bagi semua lapisan masyarakat.
hadap pendapatan menyeluruh dari suatu rumah sakit masih Bagi para penyedia jasa layanan kesehatan hal ini harus dipan-
dianggap kurang besar. Tidak akan pernah kita dengar adanya
dang sebagai suatu tantangan, walaupun sekaligus dapat diang-
rencana seseorang untuk berakhir minggu di suatu rumah sakit.
gap pula sebagai peluang. Dikatakan sebagai tantangan arena
Dengan demikian sangat sulit memproyeksikan pendapatan rumah isyarat tersebut mengharuskan semua rumah sakit untuk menye-
sakit secara tepat, dan kalaupun ada hanya berdasarkan suatu diakan jasanya dengan biaya terjangkau oleh semua lapisan ma-
perkiraan dengan membandingkan pendapatan tahun-tahun
syarakat sesuai dengan kelasnya. Memang hal ini terasa cukup
sebelumnya, sehingga gambarannya agak kasar. Atas dasar itu-
berat, terutama bagi rumah sakit swasta for profit yang tidak
lah maka satu-satunya cara untuk meninggikan "laba" adalah luput dari kewajiban untuk juga menyediakan perawatan dengan
dengan terus-menerus meningkatkan pelayanan, efisiensi dan biaya terjangkau oleh golongan masyarakat berpenghasilan
efektifitas di segala bidang.
rendah, walaupun sasaran utama jenis rumah sakit ini adalah
Salah satu contoh yang paling nyata atas peningkatan efi- kalangan menengah ke atas. "Harga jual" untuk kalangan bawah
siensi adalah pengontrolan atas barang-barang persediaan ini seringkali harus berada di bawah biaya yang diperlukan untuk
(inventory) berupa obat-obatan, disposable medik (alkes) dan menyediakan jasa layanan tersebut, yang berarti suatu kerugian
barang-barang umum lainnya. Tidak adanyakontrol atas inventory bagi rumah sakit. Tetapi karena fungsi sosial rumah sakit di
akan merupakan salah satu lubang besar kebocoran yang jika negeri kita tercinta ini sama sekali tidak dapat dikesampingkan,
dibiarkan akan menggerogoti keuangan rumah sakit. Fungsi maka hal ini tidak dapat diabaikan begitu saja. Sebaliknya rumah
kontrol dalam contoh tersebut hanya merupakan salah satu dari sakit juga diberi kesempatan untuk mengenakan tarif yang relatif
sekian banyak peran Teknologi Informasi di bidang pelayanan lebih tinggi untuk kelangan atas dengan "menjual" layanan-lebih
kesehatan. Banyak contoh penerapan Teknologi Informasi yang sebagai nilai tambah yang harus dibayar relatif lebih mahal.
lain, terutama dalam bidang keuangan. Agar dapat tumbuh dan Keuntungan yang didapat dari kalangan atas ini dapat digunakan
berkembang dengan baik, rumah sakit harus sehat secara finan- untuk menutupi kerugian dari kalangan bawah. Dari sinilah
siil. lahir istilah "subsidi-silang", yang hasil akhirnya secara sekilas
Berkat kemajuan teknologi yang pesat, kini banyak tersedia tampak hanya "impas" saja.
pilihan perangkat yang dapat dijadikan alat bantu dalam menge- Di sini Teknologi Informasi antara lain dapat berperan untuk
lola suatu usaha -- termasuk rumah sakit -- dan satu di antaranya menidentifikasi pos-pos yang menguntungkan sekaligus juga
adalah Teknologi Informasi. Pada halaman-halaman berikut pos-pos yang merugikan. Jika mendatangkan keuntungan harus
dapat disimak bagaimana Teknologi Informasi dapat berperan diketahui secara tepat berapa untungnya, dan sebaliknya jika
dalam meningkatkan pelayanan rumah sakit. merugi harus diketahui secara tepat pula berapa ruginya, baik se-
cara nilai uang maupun prosentase dari modalnya. Pokok pangkal
LINGKUP BAHASAN ketidak-jelasan untung/rugi tersebutdikarenakan penentuan biaya
Penerapan Teknologi Informasi di bidang pelayanan kese- suatu tindakan atau pemeriksaan hanya berdasarkan suatu

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994 79


perkiraan atau kelaziman pasar belaka. rendah dibandingkan dengan komputer main-frame. Tetapi ek-
Seeara umum penerapan Tekonologi Informasi di bidang sistensi jenis ini boleh dikatakan tidak akan lamalagi, mengingat
pelayanan kesehatan sebagaimana juga pada bidang usaha lain- dari atas tertekan oleh main-frame dan dari bawah terdesak oleh
nya dimaksudkan sebagai alat bantu management suatu orga- sang pendatang baru : micro-computer.
nisasi dengan tingkatan sebagai berikut : Meledaknya micro-computer atau yang lebih dikenal se-
a) Pelaksana: bagai PC (Personal Computer) di akhir 1980-an dan awal 1990-
1) pengolahan transaksi; an semakin meramaikan dunia informatika. Micro-computer
2) pemberian informasi/laporan, tidak saja mengancam kelangsungan hidup mini-komputer, te-
b) Management Lini : tapi juga membuat cemas pembuat main-frame, berkat kemam-
1) perencanaan operasional; puan dan unjuk-kerjanya yang diprediksi dapat menggantikan
2) pengambilan keputusan; main-frame dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi. Micro-
3) pengendalian.. computer sedemikian populer karena menganut sistem terbuka
c) Management Madya : (open system) dalam arti yang luas, di samping hanya me-
1) perencanaan strategis; merlukan biaya operasi dan perawatan yang paling rencah.
2) penentuan kebijakan; Keterbatasan dan kelemahan komputer-mikro telah, sedang dan
3) pengambilan keputusan. akan disingkirkan secara bertahap. Kini bahkan pembedaan pe-
Sepintas nampak bahwa tujuan penerapan Teknologi Infor- rangkat-keras komputer dengan istiliah kelas mini dan mikro
masi tersebut tampak klise dan sederhana saja. Tetapi berapa sudah semakin kabur.
banyak badan usaha yang menerapkan Teknologi Informasi se-
kedar pengolah data belaka ? B) Perangkat-lunak
Siklus suatu proses pengolahan informasi dimulai dari para Perangkat-lunak yang dimaksudkan di sini adalah semua
pelaksana yang mengerjakan tahap awal berupa inputting data jenis perangkat-lunak termasuk Firmware, Operating System,
yang akan membentuk database, master table dan transaksi. Network Software dan program aplikasi.
Data dapat berasal dari berbagai maeam sumber, misalnya pen- Secara garis besar perangkat-lunak dapat dibagi menjadi 3
daftaran pasien, kasir, logistik, ruang perawatan, personalia dan (tiga) bagian, yaitu :
sebagainya. Semua data dan transaksi yang terjadi direkam dan 1) Operating System : yaitu perangkat-lunak penggerak dan
disimpan secara elektronis/digital. Pengolahan lebih lanjut di- interface antara perangkat-keras dengan pemakai.
dasarkan kepada kebutuhan, yang diramu dengan berbagai 2) Development Tools : yaitu software yang berfungsi untuk
master table dan database akan menghasilkan laporan-laporan membuat/menyusun program aplikasi.
tertentu untuk semua tingkatan pengelola rumah sakit. 3) Application Software : yaitu software yang dipakai dalam
kegiatan "produksi".
PILIHAN TEKNOLOGI
Teknologi Informasi secaraumum mengandung unsur-unsur C) Database
perangkat-keras, perangkat-lunak, database, prosedur dan pe- Adalah himpunan berbagai macam data yang disusun se-
tugas pengelola. Saat ini dunia informatika sedang mengarah cara terstruktur dan digunakan sebagai bahan dasar untuk membuat
ke sistem terbuka (open system) yang akan diterangkan lebih berbagai macam informasi sesuai kebutuhan.
lanjut. Contoh database :
3)
2)1) Database karyawan;
A) Perangkat-keras Database fixed asset;
Sejak awal, komputer besar yang dikenal sebagai mainframe Database pemeriksaan; dan lain sebagainya.
zamn mendominasi dunia sampai era 1980-an dan menikmati
keemasannya selama puluhan tahun. Perangkat-keras jenis ini D) Prosedur
mempunyai keunggulan antara lain dapat melayani pemakai Adalah peraturan yang mengendalikan semua proses yang
dalam jumlah yang sangat besar dengan kecepatan proses yang terkait:dalam sautu siklus sistem informasi. Contoh
sangat tinggi. Namun perangkat ini memerlukan ruangan khusus 1) Prosedur alur data;
yang relatif luas, pemakaian daya listrik yang sangat besar, 2) Prosedur akses ke dalam sistem;
sistem pendingin khusus yang mahal dan biaya perawatan yang 3) Pembatasan kewenangan membuat laporan, dan lain se-
sama sekali tidak ekonomis karena masih adanya monopoli bagainya.
pemberian jasa layanan perawatan dan perbaikan dari pembuat
atau distributornya. Komputer main-frame terdesak oleh kehadiran E) Petugas Pengelola
komputer mini yang boom pada awal 1980-an. Meskipun unjuk- Adalah para karyawan yang bertanggung-jawab atas ter-
kerjanya memang tidak dapat menyamai komputer main frame, selenggaranya proses sistem informasi, terdiri dari Systems
tetapi price performance-nya bagus dan lebih sesuai untuk Manager, Systems Analyst, Systems Programmer dan Systems
digunakan oleh perusahaan-perusahaan menengah ke atas de- Operator.
ngan biaya pengoperasian dan biaya perawatan yang relatif lebih Pemilihan teknologi selayaknya didasarkan kepada penilaian

80 Cermin Dania Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994


hal-hal betikut : informasi sudah selayaknya memberikan hasil sesuai dengan
1) open system yang diharapkan. JIka semuanya berjalan dengan baik, maka
Kemampuan suatu sistem untuk "diisi" dengan berbagai berikut adalah hasil-hasil yang diharapkan dapat diperoleh :
jenis operating system, kemampuan untuk dapat dihubungkan
dengan perangkat-keras dari sistem lain serta kemampuan sistem A) Kualitatif
untuk dapat berkomunikasi dengan sistem lain. 1) Kepuasan pasien atau calon pasien
2) Dukungan purna-jual dapat berasal dari penerimaan penjelasan yang akurat dan rinci
a) jumlah tenaga ahli yang tersedia untuk melayani permintaan dari Bagian Informasi (langsung atau melalui telpon), proses
perbaikan baik perangkat-keras maupun perangkat-lunak. pendaftaran yang cepat (rawat jelan, UGD atau rawat inap),
b) jangka-tanggap (response time) atas suatu panggilan keru- proses check-out yang cepat dan tepat yang dapat dilakukan tiap
sakan; saat, billing yang rinciannya sangat jelas dan akurat, dan lain
c) kelengkapan suku-cadang di dalam negeri; sebagainya.
d) dukungan teknis dari prinsipal; Kepuasan pasien merupakan promosi jitu bagi rumah sakit
3) Installed base itu sendiri.
Jumlah unit terpasang di dalam negeri, yang semakin ba- 2) Kepuasan para Dokter
nyak semakin baik. Dapatberasal dari cepatnya proses retrieval berkas rekam medik,
4) Multi platform sehingga membantu managemen waktu bagi dokter, jelasnya
Adalah tersedianya perangkat-lunak untuk berbagai merk rincian laporan pendapatan dokter dari setiap pasien dan dari
perangkat-keras, sehingga jika suatu saat perangkat-keras di- berbagai tindakan atau pemeriksaan yang dilakukan, ketepatan
ganti, maka perangkat-lunak yang sudah dimiliki dapat dengan dan keteraturan pembayaran jasa dokter, dan lain sebagainya.
mudah dipindahkan ke perangkat-keras yang baru tanpa harus 3) Kepuasan para Pelaksana
menulis-ulang. Disebabkankarena pekerjaan menjadi relatit lebih mudah dan
cepat. Arus dokumen berjalan secaraelektronis. sengga tingkat
PRASYARAT KEBERHASILAN ketersediaan data operasional sangat baik.
Penerapan Teknologi Informasi memerlukan beberapa pra- 4) Kepuasan Management
syarat untuk memastikan keberhasilannya, sehingga segala in- Diperolehdari kecepatan, keteraturan dan akurasi laporan, kemu-
vestasi dan usaha yang telah atau akan dilaksanakan tidak sia- dahan membuat analisis dan statistik, pengambilan keputusan
sia. dan penentuan kebijaksanaan didukung oleh data yang akurat
Adapaun pra-syarat keberhasilan tersebut adalah sebagai dan mutakhir.
berikut :
1) Adanya commitment pucuk pimpinan untuk menerapkan B) Kuantitatif
teknologi ini di dalam organisasi dengan segala konsekuen- 1) Jumlah pasien hari ini dari semua bagian dapat diperoleh
sinya. Commitment ini mutlak diperlukan sebagai pondasi pem- pada hari berikutnya.
bentukan satuan-kerja terkait serta untuk mengatasi kendala- 2) Jumlah pendapatan hari ini dari semua bagian dapat diper-
kendala yang akan diterangkan lebih lanjut. oleh pada hari berikutnya.
2) Adanya dukungan moral dari seluruh anggota Team Man- 3) Nilai account receivable dapat dikethaui setiap saat.
agement dan seluruh karyawan. Tanpa adanya dukungan ini, 4) Nilai account payable sudah diketahui berikut jadwal pem-
proses penerapan teknologi ini akan menemui banyak hambatan bayarannya.
dalam pelaksanaannya di lapangan. 5) Cashflow sangat baik.
3) Infrastrukturnya telah terbentuk dengan baik dan benar. 61 Nilai inventory sesuai kebutuhan.
Pembentukan infrastruktur yang asal jadi akan menimbul- 7) Pergerakan inventory dapat diketahui setiap saat.
kan banyak masalah di kemudian hari. 8) Waktu pemersanan barang dapat diketahui dengan pasti.
'4) Nilai investasi optimum 9) Jadwal pembayaran jasa dokter sangat teratur dan akurat.
Investasi awal harus sesuai dengan kebutuhan dengan
mempertimbangkan ruang gerak pertumbuhan. Investasi yang KENDALA
terlalu kecil atau terlalu besar hanya merupakan pemborosan Untuk memastikan bahwa penerapan teknologi informasi
belaka. dapat berjalan lancar sesuai rencana, harus diketahui kendala-
5) Proses pengembangannya berjalan terus-menerus. kendala yang akan dihadapi. Kendala tersebut biasanya berupa
Sejalan dengan diperolehnya pengalaman dan berdasarkan hambatan psikologis saja. Hambatan psikologis dapat berasal
umpan balik dari lapangan, maka sistem informasi harus dikem- dari semua jenjang, mulai dari Dewan Direksi sampai kepada
bangkan secara terus-menerus. Jika hal ini diabaikan maka para Pelaksana. Contoh-contoh hambatan ini misalnya :
secara perlahan tetapi pasti, sistem tersebut akan kadaluwarsa. 1) Keengganan untuk melakukan investasi yang relatif besar
tanpa ada kepastian akan manfaatnya secara langsung, biasanya
HASIL YANG DAPAT DIHARAPKAN berasal dari kalangan Direksi.
Semua investasi yang ditanam untuk menerapkan teknologi 2) Keengganan untuk beradaptasi dengan sistem baru dan un-

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994


81
tuk belajar hal-hal yang baru, biasanya berasal dari kalangan pelayanan rumah sakit merupakan tuntutan pasien dewasa ini.
manager dan dokter. 3) Teknologi informasi dapat diterapkan di rumah sakit se-
Hambatan psikologis dari kalangan medik ini merupakan bagai alat bantu untuk meningkatkan pelayanan, efisiensi dan
kendala untuk menerapkan sistem electronic medical-record. efektifitas.
3) Keengganan. untuk menggunakan sistem baru, didasarkan 4) Pemilihan jenis teknologi informasi yang sesuai memer-
kekhawatiran akan tersaingi atau merasa diperintah dengan sis- lukan pengkajian yang mendalam.
tem komputer. Hal ini biasanya berasal dari kalangan para 5) Agar penerapan teknologi informasi dapat berjalan dengan
pelaksana. baik, ada beberapa pra-syarat yang harus dipenuhi.
6) Hasil penerapan teknologi informasi seeara keseluruhan
KESIMPULAN berdampak positif terhadap rumah sakit baik secara kualitatif
1) Rumahsakit harus memberikan pelayanan serba lebih kepada maupun seeara kuantitatif.
pasien, selain harus terus-menerus meningkatkan efisiensi dan 7) Kendala-kendala penerapan teknologi informasi harus
efektifitas agar dapat "bersaing". diketahui secara dini agar penanganannya dapat dilakukan de-
2) Unsur-unsur kemudahan, kecepatan dan ketepatan dalam ngan benar.

82 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994


Effective Hospital Management

James E. Wawoeroendeng
James E. Wawoeroendeng & Associates, Loma Linda, California, USA

Effective organizational performance in health services is HOSPITAL MANAGEMENT


not just a goal in itself, but a means to improve patient outcomes The administrator of a charitable hospital is the executive
and community health. Normally one might assume that officer directly in charge of the hospital, responsible only to the
improvement of patient outcomes is left to physicians and other governing board. He is the general supervisor of all the opera-
health professionals. Equally important, however, is manage- tions of the hospital. The governing board delegates powers to the
ment's role in such an assumption which is to get resources to administrator whereby he is able to fulfill this responsibility.
these professionals effectively , to see that such resources are Although he may in turn delegate specific areas of responsibility
used efficiently, and to ensure that professionals evaluate and to various subordinate supervisors, the administrator is primarily
improve patient care. responsible for the efficient and orderly management of the
Today, control over hospital resources and the power to hospital.
allocate these have shifted to management although patient The administrator has only those duties delegated to him by
admissions, orders for care are controlled by physicians. In the hospital governing board. Legal responsibility for the con-
recognition of increased administrative dominance, most hos- duct of the hospital is vested in the governing board. The
pital management have become more sophisticated in applying delegation of authority to the administrator may be broad or
modern managerial technologies, such as cost accounting, narrow, depending upon the policy of the board. He must carry
finance, management engineering, risk management, strategic out the policies of the board by implementing these policies in
planning and marketing to achieve more effective management the various departments of the hospital, medical staff and other
of the complex and costly hospital organization. personnel.
The purpose of this paper is to review and describe selected Normally, the administrator are authorized to select or
specialized management techniques and methods or approaches recommend selection of administrative department heads. He
used in managing a modern hospital in the United States. Today then delegates to department heads the authority to select their
hospitals have become more complex and the planning and assistants, but reserve authority to coordinate the overall opera-
coordination responsibilities of management have grown in tions of the departments. A suggested list of duties may be
importance. This paper is not advocating the American hospital possible. The administrator shall:
management model rather it is to serve as a springboard for l) Maintain an organizational structure which defines and
discussions and comparisons for the hospital management of makes known the authority responsibility of various positions
today, as we explore for the most effective .way of managing and their relationships and employ sufficient trained personnel to
hospitals and plan for tomorrow. adequately man the facility.

Presented at the VIth Congress of the Indonesian Hospitals Association &


Hospital Expo, Jakarta 21— 25 November 1993

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994 83


2) Develop, with the assistance of hospital personnel and the · Corporate restructuring, joint ventures, diversification,
Medical Staff, a program of patient care and hospital operation mergers shared services, affiliation with chains system and
in line with goals of hospital and needs of patients served. managed care organizations
3) Measure the effectiveness of the hospital operation in terms The requirement for Certificate of Need (CON), a control
of goals and the expected results of patient care. feature vested with the government, forces hospitals to be more
4) Maintain long-ranee plans to provide for the continuos proactive in planning. Any large capital expenditures beyond a
improvement of the hospital. given threshold for equipment purchases, construction and or
5) Consult with representatives of the organized Medical Staff expansion, are subjected to government review and approval for
on matters which are of concern to the Medical Staff in its the purposes of restraining medical costs and preventing un-
hospital work. necessary duplication. The merit of this approach is still in doubt
6) Initiate proposal as to what the mission of the hospital should as this has created unintended monopoly and interference of the
be and what the priority mix and time schedule of programs market forces which in itself is capable of regulating oversupply
should be to achieve it. or duplication. Nevertheless, the CON process, revised at higher
7) Initiate proposal for policy changes in response to changing threshold, is a strong impetus for conducting institutional plann-
conditions and trends. ing. Some hospitals have a planning department staffed by a
8) Plan the course of the organization so it remains financially planner reporting directly to the Chief Executive Officer. His
otherwise viable while responding to public needs and expecta- main responsibilities are to forecast demand, project utilization,
tions. identify competition and opportunities, prepares the CON review
A survey of hospital CEOs in the US, may show the follow- documents, and assist in the marketing function of the hospital.
ing topics for continuing education programs as necessary in
order to be up to date with the changes affecting their duties. MARKETING
1. Financial Management 14. Management Theory Marketing is one of the functions of management. It is
2. Government Regulations 15. Managed Care integrated with other management subsystems of Production,
3. HR Management 16. MBO Finance, and Human Resources. Marketing determines the needs
4. Legal Affairs 17. Computer Science of the consumer in the marketplace and lays out a plan for
5. Labor Relations 18. Conbstruction Management
6. Budgeting 19. Org. Theory satisfying these needs. It is a management tool that must be
7. CEO to MDs Relations 20. Systems Approach blended with strategic planning and economic analysis. Some of
8. Planning 21. Marketing the components of hospital marketing are as follows:
9. Practical Problems 22. Shared Services
23. Education of Board
1) Marketing Research, Planning and Strategy Development.
10. Prof. Standards Review
11. Public Relations 24. Decision-making 2) Public Relations, Community Relations which describes the
12. Issues in Admin. 25. Public Health action for communicating with the publics that interact with the
13. Health Legislation 26. Occupational Safety Healthhealth organization.
Safety Act (OSHA)
3) Contracting, arranging the hospital care of company
PLANNING employees, school.
4) Fund Development, fund raising for charitable contribu-
Health care planning is generally considered to be one of the
most important functions of management. The dynamics of tions.
Existing operating and planning practices will need to be
health care, the need to improve the delivery of health services,
modified in a changing health services environment. Specifi-
and the increasing changes and pressures all indicate the need
cally, this refers to the determination of when a new or expand
to develop long range planning. Planning for health care
program should be considered as part of a health provider's role
institutions has become a complex situation. Many hospitals
or responsibility. Frequently, motivations for new services,
have planning committees as part of their governing board and
programs, equipment or expansion of existing activities come
occasionally include operating personnel. Staff services are
from influential physicians, other political interests or restricted
essential to the planning process and are usually left to the
donations. Motivations for new program should be based on
administrator or someone else who specializes in planning and
sound market research identifying need, potential market and
forecasting techniques. Consultants frequently provide planning
financial viability, not emotional enthusiasm. The program itself
services on a contractual basis. Normally, it is the responsibility
may not be a moneymaker but may generate other avenues of
of the board to initiate institutional planning process, but leave
revenue that may bring about a continued and longer term benefit
the operation to the Chief Executive Officer. Some of the major
to the total institution.
issues addressed in planning are the following:
· Institutional mission, goals, objectives, and strategy for
Hospital Marketing Activities
growth
Attitude survey of current or discharge patients
· New services or programs, facility evaluation & construc-
Marketing research techniques to assist in feasibility studies
tions
Patient-oriented advertising
· Capital formation, borrowing

84 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994


Direct mail promotion to physicians MANAGEMENT ENGINEERING
Patient, demographic profile A unique aspect of management engineering is its emphasis
Defined hospital target market on improvements; in contrast, administrators, physicians, and
Formal marketing plan others are sometimes more concerned with maintenance. It is
Study of services offered by nearby hospitals, survey apparent that improvements, like maintenance require team
Scope of Responsibilities Between Public Relations and Marketing work. Today, with more concerns for cost containment, manage-
PR & Marketing ment places more importance on systems engineering, and evi-
Public Relations Marketing
(jointly) dence shows demand for such managers are increasing. The
Program alteration Market research
following list includes several specific functions performed by
Internal publications
Media releases Public surveys Program pricing management engineers in hospitals:
Hospital tours Patient discharges Forecasting Hospital-wide productivity reporting systems
Social programs Media strategy Portfolio management Standard setting in hospital departments
Auxiliary board programs Recruitment New service development
Fund raising Marketing strategy
Work simplification and systems improvement in departments
Volunteer programs
Functional space utilization and layout
INTERNAL AUDITING Staff scheduling
The internal auditor has an important role in ensuring that Capital budget decision
top management has provided a good control system and in Purchase vs lease decisions
assuring the administration the system is working well. The Quality definition and evaluation
benefits hospitals can expect are the same as those that large Position control system
corporations already experience with internal auditors. These Information systems and computer evaluation and development
include: Long-range planning
1. Appraising the soundness, adequacy, and applications of Contract versus in-house service decisions
accounting, financial, and operating internal controls, and pro- Inventory control
moting effective control at the least cost. "Reengineering" a term now becoming more popular is a
2. Appraising the extent to which employees comply with the new approach used in the corporate world or industrial sector but
established hospital policies and procedures. are becoming adaptable in hospital setting. The thrust of Reengi-
3. Appraising the accountability and safety of hospital aseets. neering can be illustrated by looking the operation with a new set
4. Appraising the reliability of management information sys- of blue print. Instead of improving the old or current system,
tems. reengineering forces analyst to begin a new approach and a new
5. Appraising personnel performance. look at the given goal and objective. Also, the concept is sensitive
6. Recommending operating improvements. to external demands and preferences. It has application in hospi-
Operations auditing may be applied to virtually any patient tals especially as hospitals are forced to survive with limited
care area of the hospital. Internal auditors eventually must resources. It forces management to look at problem anew, seek-
evaluate the entire hospital to be certain all departments and ing new alternative and new approaches.
operating areas are contributing to the institution's goals. Some
of the focus of internal auditing has been at abuses of privileges COST ACCOUNTING
or authorities at the departmental level involving the use of Cost accounting have been practiced in US hospitals for
hospital resources, its misuse, or misrepresentation. A few areas some time now. Lately because a new payment method called
that may be worth focusing are: (1) delegated purchasing authori- Prospective Payment System, which is characterized by a fixed
ties and procedures with vendors, salesmen, (2) the use, distribu- fee for each given diagnostic group, this field has grown in
tion and storage of medications, (3) the handling of cash, receipt importance. The ability to understand and identify costs related
and payment of hospital invoices (4) the ordering of supplies, in to each diagnostic group is vital to maximum reimbursement
the kitchen, laboratory, pharmacy. under this system. The term "product line" is in style because now
There are well recognized internal auditing control measures each product or each program become a competitive entity and
that can be implemented to ensure these abuses and misuses are are subjected to price competition. As a result of this develop-
minimize or eliminated. The services of an internal auditor is ment, the disciplines of cost accounting and medical records
usually a full time basis in a large hospital. However, a small size systems are integrated in a way that management will know
hospital could combine internal auditing function with that of the precisely and quickly the diagnosis for each admission. A new
chief financial officer who in turn is supervised and controlled by position emerged, the DRG Coordinator, whose main role is to
the CEO. A consultant could be hired on a one time basis to install ensure that proper diagnosis are assigned to each admission, and
a control system but enforcement would have to be continuos. to maximize rate of reimbursement by understanding the catego-
The push for cost containment and higher productivity have ries of each DRG so that diagnosis are properly classified.
made internal auditing function an important part of management The primary lesson of this practice in the United States
as efforts in this area minimizes expenses or misuse. which may have implications with any other country is the

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994 85


growing acceptance of the prospective payment system with these institutions high risk investments. The change occurred
payors of health care, insurance or large employers. The out- when Medicare and Medicaid, government health programs,
standing feature of this of system is that it removes the incentive provided hospitals with dependable source of revenue that forms
from providers of care to order unnecessary tests or hospital a basis for loan security.
admissions. If forces the hospital and the physicians to work Below are commonly used financial ratios helpful in ana-
jointly in controlling costs of care because together both are at lyzing a hospital financial position:
risks. I submit that in not too distant future, this method of Desired Positions
payment will be adopted even here in Indonesia.
Trend Industry Average
A visible consequence of the PPS approach is the increased
importance given to productivity management or productivity Current Up Above
improvement, "doing more with less" because hospitals now gain Acid Test Up Above
Collection Period Down Below
by doing less and the resulting difference between the fixed fee Average Payment Down Below
assigned and the actual costs incurred, are the amount kept for Long Term Debt To Fixed Assets Down Below
hospitals as profit. Long Term Debt To Equity Down Below
Times Interest Earned Up Above
Debt Service Coverage Up Above
FINANCIAL MANAGEMENT Cash Flow To Debt Yp Above
Consistently in survey after survey, financial management Total Asset Turnover Up Above
shows up at the top as the one most important topic hospital Fixed Asset Turnover Up Above
Current Asset Turnover Up Above
management would like to stay or remain current. Beginning Up Above
Inventory Turnover
with 1966, Medicare and Medicaid legislation, financial ma- Mark-up Up Above
nagement has been increasingly concerned with cost accounting Deductible Down Below
and total financial requirements. This more comprehensive Operating Margin Up Above
Non-operating Revenue Up Above
approach is a departure from the routine practice consisted of Return on Assets Up Above
bookkeeping, financial accounting and collection. The new Viability Index Down Below
approach was emphasized in the American Hospital Associa-
tion's statement in 1979, indicating the need for the accountabi- HOSPITAL INFORMATION SYSTEM
lity of the total financial requirements of health providers which Computers are used in hospitals at three levels: administra-
covers such areas as: tive data processing, clinical data processing and medical infor-
· Costs of doing business, such as salaries, supplies, utilities, mation systems.
bad debts, and taxes. Administrative Data Processing (Data Processing)
· Costs of staying in business, such as maintenance of working At the first level, the role of the computer is the same in the
capital and maintenance of assets hospital as in any business:
· Cost of changing business, to meet competitors and take
advantage of new opportunities, such as additional assets and Patient Billing System Inventory
working capital Accounts Receivable Report data from laboratory
· Costs of attracting and/or holding capital, or return to capital Accounts Payable Report data on drugs
sources, such as interest on debt, payment of debt, required Payroll Report data on equipment
Census Menu planning
returns to equity holders, and maintenance of the equity base. Materials Management Admission/Discharge/Transfer
To support the operation of the financial management of Fixed asset accounting Order entry
hospitals, staff in this department include specialists in budget, Clinic scheduling Time & attendance
Admission Records Operating room schedule
reimbursement, cash investments, cost report or accounting, cost
management and productivity, equipment and inventory spe- Clinical Data Processing
cialist, and strategic financial planner. At this level, complete patient medical records are main-
tained during a patient's hospital stay. Such system may also
Capital Formation provide specialized services to the clinical laboratory, radiology,
To finance construction and expansion or purchases of nursing stations, and pharmacy. Typically, such systems provide
high-priced equipment, hospitals in the United States have immediate inquiry response by operating in "real time" or in-
increasingly find it unable to rely strictly upon donations, grants stantly available information, and they provide "on line" medical
or government subsidy or from its own operating gains. As a information which can be used in decision making in administer-
result they have turned to debt financing through such instru- ing both the individual patient's hospital stay and the overall
ments as tax exempt bonds. Because it is unlikely that hospitals hospital.
will be able to generate higher surpluses, the pressure to borrow
increases. In the past, debt financing was not considered a viable Medical Information
means of obtaining the funds needed to expand the services of The third level, a complete medical information system,
health care institutions because banks and lenders considered provides management information that can be used in decision

86 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, /994


making in administering both the individual patient's hospital Within this structure there are two group. The first group are
stay and the overall hospital. Patient management system is a the "soft S's" and the "hard S's". It is argued that Japanese
fully integrated approach to maintaining patient care information companies are effective because of their attention and dedication
and provides an opportunity for enhancing communication to the integrative forces of superordinate goals and for their
between members of the health care team. The foundation of this concern for those variables which habe to do with the human
integrated system is a set of comprehensive data bases containing factor, the soft S's. These are the factors which American ma-
various medical, financial, statistical and other pertinent infor- nagers allegedly pay too little attention to: staff, skills, and most
mation. The largest of these is the patient data base, which importantly style. The hard S's which complete the Seven S
includes all relevant information about each patient registered at model are: strategy structure and systems.
the hospital. Given the logic of the seven variables model above, the
The data base include: Patient identification, biographic and concept serve to amplify the crucial role hospital management or
financial data, patient allergies, physicians' orders, for patient specifically the chief executive's power and potential in setting,
care, medication, therapeutics and diagnostic services, test results, arranging and manipulating all seven variables — for the purposes
interpretations and progress notes, drug profile and medication of accomplishing the delivery of good patient care. It is a very
administration records, medical activity summaries data, and profound thought, as therein lies the potential for success or
nursing care plans and associated results. failure of management.
This comprehensive and integrated approach provide multiple
benefits to the medical team administering care to patients:
· Reduction of clerical effort ROLE AND FUNCTIONS OF EXECUTIVE MANAGE-
· Accurate and timely availability of patient data MENT
· Faster order entry Executive management should initiate and monitor orga-
· Better control of patient accounts and records nizational mechanisms to ensure that the hospital has effective
· Improved coordination of ancillary and support services organizational structures and processes.
· Easy access and inquiry into patient case-related informa- Executive management should develop and recommend to
tion the governing board an effective organizational plan that takes
· Improved control over intra-unit patient transfers into consideration the interdependent leadership roles of execu-
Progress in extending and improving computer applications tive management, the governing board, and the medical staff and
in hospitals continue at a fast pace. Changes and innovations that clearly assigns responsibilities for specific organizational
occur in such a short span of time that equipment or hardware programs and services to specific components and individuals.
purchased a year ago may have become obsolete or less desirable The organizational plan should clearly define relationships
today. It is important for management to make an informed and between the board's broad policy responsibility for the quality of
knowledgeable decision when planning to install a new data care, and the executive management's responsibility for overall
processing or information system. operations.
Executive management should assume primary responsibi-
CONCLUSION lity for ensuring that members of the hospital organization are
Much of the potential for success or failure of a hospital lies kept informed about public policy and environmental issues and
largely with the leadership level at the top whose decisions and their effects on the hospital.
actions has to be accurate and timely. Some of have called this Executive management is responsible for establishing
strategic management. Strategic, because it means prioritizing mechanisms for identifying and obtaining information about
and calculating before making . any important a move. The public policy issues and decisions affecting the hospital and,
complexity of a modern hospital is such that top management when necessary, for developing an appropriate organizational
must be guided by a clear sense of mission and goal-oriented in response. Executive management should take the initiative to
managing the hospital scarce or limited resources. work with other community organizations on public policy
McKinsey Co., a well known US management consulting issues and decisions affecting the health status of the community.
firm have developed a concept called the 7 S's which includes the Executive management should take the initiative in ensuring
following variables: that the hospital has a broadly based strategic planning program.
· Superordinate Goals Strategic planning provides the hospital with a powerful
· Strategy management tool to help determine its goals and objectives in
· Structure relationship to changes in the environment and the needs of its
· Systems community, to establish its priorities, to choose the most appro-
· Staff (the concern for having the right sort of people to do the priate organizational structure to achieve its goals and objectives,
work) and to provide benchmarks fort evaluating the achievements of
· Skills (training and developing people to do what is needed) its goals and objectives.
· Style (the manner in which management handles subordi- Executive management should assume responsibility for the
nates, peers, and superiors). cost-effective management of the hospital's resources.

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994 87


This responsibility requires a commitment to provide the traditional means of health care delivery and financing, such as
most economical and highest quality services possible in keeping health maintenance organizations, independent practice associa-
with available resources and to communicate this commitment to tions, consumer choice health plans and others. Finally, it implies
the entire organization and the community. This commitment the existence of an effective system for financial and manage-
implies a willingness to assume leadership, along with the ment reporting that enhances the monitoring and evaluation of,
governing board and the medical staff, in introducing new patient organization performance.
care technologies and programs that are of high quality and are Executive management should provide a work atmosphere
medically necessary and appropriate, and as efficiently yet that recognizes the vital importance of human resources to the
compassionately provided. It implies a responsibility to engage health care organization.
the medical staff in a cooperative effort to eliminate obsolete The provision of a positive work atmosphere indicates a
technologies and programs, and a willingness to introduce new moral and ethical commitment to the needs of people, a concern
management techniques and improve the utilization of human for their health and status and quality of life, and commitment to
and financial resources. It also suggests a willingness to experi- fostering respect and satisfaction for all.
ment with and make the community aware of alternatives to (AHA Statement)

88 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994


Manajemen Penunjang

Trend Pengelolaan Pelayanan


Penunjang Rumah Sakit
dr. Imelda Emilia Dharma MARS
Rumah Sakit Husada, Jakarta

PENDAHULUAN 1) Pelayanan medik :


Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya ke- — pelayanan medik umum
mampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat — pelayanan medik spesialistik dan sub spesialistik
mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal, se- 2) Pelayanan penunjang medik :
bagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari Tujuan Na- — laboratorium
sional. Untuk itu perlu ditingkatkan upaya untuk memperluas — anestesi
dan mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat — gizi
yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima serta — farmasi
dengan mutu yang baik dan biaya yang terjangkau. — rehabilitasi medik
Perubahan sosial ekonomi, perubahan pola penyakit dari 3) Pelayanan penunjang :
penyakit infeksi ke penyakit khronik degeneratif serta makin — administrasi : * umum
berkembangnya ilmu dan teknologi kedokteran, menyebabkan * pasien
peningkatan biaya pelayanan kesehatan. Penggunaan teknologi — pemeliharaan : * bahan linen
modern dalam upaya untuk meningkatkan citra rumah sakit se- * pengadaan air
cara otomatis akan meningkatkan biaya operasional. Hal tersebut * kelistrikan
mengakibatkan pimpinan rumah sakit yang seyogyanya berada * bangunan dan pertamanan
di tangan orang-orang yang mempunyai latar belakang pendidikan * peralatan
manajemen perlu mengadakan pendekatan-pendekatan baru da- * mesin
lam mengelola rumah sakit dengan tidak melupakan perhitung- * sanitasi/kebersihan lingkungan
an ekonomi dalam rangka investasi modal serta pengelolaan — pelayanan : * komunikasi
sumber daya manusia yang efisien dan efektif untuk memberikan * transportasi
pelayanan medik, penunjang medik dan penunjang non medik * pengamanan
yang berkualitas. * perawatan jenazah
Pelayanan medik merupakan tugas pokok rumah sakit dan
PELAYANAN PASIEN DI RUMAH SAKIT lebih bersifat fungsional, lebih desentralisasi dan ditandai
Walaupun tiap rumah sakit mempunyai kemampuan ber- dengan banyaknya tenaga profesional yang bekerja untuk meng-
beda dalam memberikan pelayanan kepada pasiennya, pada hasilkan pelayanan medik. Selain itu pula pelayanan medik
dasarnya pelayanan di rumah sakit dapat dikelompokkan men- memegang peranan penting dalam proses penyembuhan pen-
jadi : derita di samping pelayanan perawatan dan penunjang medik.

Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21— 25 November 1993.

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994 89


Seperti pelayanan medik, pelayanan penunjang medik juga – peningkatan produktivitas dan moral kerja karyawan. .
merupakan tugas pokok (jasa profesional) dari kegiatan rumah – dapat menjadi katalisator untuk mempercepat proses per-
sakit, tetapi lebih bersifat struktural. ubahan menuju perbaikan manajemen rumah sakit.
Sedangkan pelayanan penunjang merupakan kegiatan pe- – biaya dapat dikendalikan.
nunjang (supportif) yang memberi dukungan bagi pelayanan jasa Memang bantuan konsultan manajemen yang profesional
profesional. pada mulanya akan meningkatkan biaya, tetapi bila diperhitung-
Seperti diketahui perawatan dan pelayanan kesehatan tra- kan untuk jangka panjang, kualitas pelayanan yang baik akan
disionil hanya memfokuskan diri pada para dokter. Para pen- meningkatkan pula pemasaran rumah sakit. Di samping itu
derita percaya penuh bahwa para dokter sanggup mengetahui pengelolaan oleh pihak ke tiga tanpa dibarengi dengan peng-
dengan tepat serta menyembuhkan penyakit yang dideritanya. awasan dan pengendalian yang ketat sukar memberikan hasil
Oleh sebab itu mereka mengenyampingkan kualitas pelayanan yang semula diharapkan. Alternatif manapun yang akan dipilih
lain di rumah sakit seperti kebersihan, makanan, keamanan, ke- oleh pimpinan rumah sakit hendaknya dapat memberi dampak
nyamanan dan lainnya. Tetapi beberapa dekade terakhir ini telah positif bagi kemajuan dan pengembangan rumah sakit.
terjadi peningkatan keadaan sosial masyarakat, tuntutan akan
fasilitas yang lebih baik serta mutu pelayanan yang lebih prima; KESIMPULAN
masyarakat bersedia membayar lebih untuk semua itu. Kepuasan penderita atas pelayanan dan perawatan di rumah
sakit akan merupakan suatu promosi gratis dan paling efektif
PENGELOLAAN PELAYANAN PENUNJANG RUMAH bagi rumah sakit yang bersangkutan. Mereka pasti akan men-
SAKIT ceritakan pengalaman baik tersebut baik kepada keluarga serta
Jumlah karyawan non medik yang bertugas memberikan kerabatnya, serta apabila mereka memerlukan perawatan lagi
pelayanan penunjang biasanya paling banyak di semua rumah pada waktu yang akan datang, pasti akan memilih rumah sakit
sakit. (di RS Husada mencapai 47% dari seluruh karyawan). Hal yang sama. Hal tersebut perlu mendapat perhatian khusus da-
ini menyebabkan pengeluaran rumah sakit untuk gaji, transport, lam menghadapi "persaingan" antar rumah sakit dengan makin
lembur serta biaya pengobatan menjadi besar pula. Tanpa peng- banyaknya rumah sakit baru yang dikelola secara profesional.
awasan dan pengendalian yang baik dan terpadu, kebocoran- Pengelolaan pelayanan penunjang baik oleh bantuan kon-
kebocoran sukar dihindari baik berupa pencurian kecil-kecilan sultan manajemen ataupun pihak ketiga dalam bidang peme-
oleh tenaga pelaksana maupun lembur yang berkepanjangan. liharaan bahan linen, bangunan dan pertamanan, alat kesehatan,
Untuk mengantisipasi hal-hal tersebut di atas, ada dua pilih- sanitasi/kebersihan lingkungan serta makanan perlu menjadi
an : pemikiran dalam manajemen rumah sakit saat ini.
1) Pengelolaan dengan bantuan konsultan manajemen yang
profesional. KEPUSTAKAAN

2) Pengelolaan oleh pihak ke tiga dengan pengawasan dan 1. Aniroen S. Pelayanan medik, Penunjang medik dan Penunjang lainnya di
pengendalian oleh pihak rumah sakit. Rumah Sakit, Kuliah MARS FKM UI, 1991.
Kedua pilihan tersebut dapat memberikan manfaat antara lain : 2. Cheng Chew Kient. Medical Excellence and Quality Support Services,
– peningkatan pelayanan terhadap pasien sehingga kepuasan Jakarta, 1993.
3. McGibony JR. Principles of Hospital Administration, 1969.
pasien akan meningkat pula. 4. Rowland HS, Rowland BL. Hospital Administration Handbook, An Alpen
– peningkatan pemasaran rumah sakit yang secara otomatis Publication, 1984.
akan menambah sisa hasil usaha.

90 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994


Sistim Pelayanan Gizi
di Rumah Sakit
Gunarti Yahya
UPM Gizi Rumah Sakit Islam, Jakarta

PENGANTAR Profesionalisme ahli gizi bisa dinilai jika ada pengakuan dan
Rumah sakit, selain memberikan pelayanan medis, ber- penghargaan terhadap eksistensi seorang ahli gizi sebagai salah
upaya memberikan pelayanan hotel pada klien. Atau dengan satu anggota Tim Kesehatan. Kerapkali terjadi anggota tim lain
kata lain, kualitas pelayanan hotel suatu rumah sakit merupakan (dokter, perawat, apoteker, dan lain-lain) kurang menyadari pen-
pertimbangan utama dari klien untuk memilih rumah sakit ter- tingnya data pelayanan gizi terpadu, sehingga mengakibatkan
sebut. Ini merupakan salah satu faktor yang memicu persaingan kurangnya penghargaan akan peran seorang ahli gizi dalam
antar rumah sakit di kota-kota besar, terutama rumah sakit yang proses penyembuhan pasien. Ahli gizi masih sering dianggap
dikelola oleh pihak swasta. sebagai anggota pelengkap tim kesehatan saja; tidak mempunyai
Namun dapatkah pelayanan gizi — sebagai bagian integral peranan yang berarti.
dari pelayanan kesehatan rumah sakit — mengikuti pola penye- Dalam mengetengahkan hal-hal di atas, penulis berusaha
lenggaraan makanan seperti di hotel ?. Yang jelas pelayanan gizi memberikan sedikit sumbang saran yang diserap berdasarkan
rumah sakit mempunyai tujuan yang berbeda dengan pelayanan pengalaman mengikuti Hospital Administration Training di
hotel. Rumah sakit senantiasa bertujuan menyediakan makanan Australia (program OTO - BAPPENAS dan Dep Kes RI), dan
bermutu yaitu makanan yang memenuhi kebutuhan gizi tanpa beberapa catatan ketika menyusun dan mengevaluasi Action of
mengurangi cita rasa yang enak sehingga dapat mempercepat Plan di Rumah Sakit Islam Jakarta pada tahun 1992.
penyembuhan pasien. Jika untuk memenuhi makanan yang ber-
citarasa tinggi harus mengesampingkan nilai-nilai gizi dan per- STANDARISASI RESEP
aturan diit, maka hal ini harus dipertimbangkan dan dikaji ulang. Langkah awal dari penyelenggaraan makanan adalah pe-
Cara terbaik yang ditempuh adalah memadukan ilmu diit rencanaan menu. Menu adalah kumpulan beberapa macam
dan seni kuliner (ilmu tentang masakan). Tapi karena keter- hidangan atau masakan yang disajikan untuk seseorang atau
batasan sumber daya manusia dan dana, hal ini sering dirasakan kelompok orang untuk setiap kali makan. Menu tersebut disajikan
menjadi faktor penghambat bagi pencapaian mutu pelayanan gizi sebagai hidangan pagi, siang atau malam. Perencanaan menu
yang baik. adalah kegiatan yang sangat penting yang merupakan penentu
Hal lain yang menjadi perhatian adalah pelayanan gizi di keberhasilan penyelenggaraan makanan (Critical Focal Point).
ruang rawat pasien yang menuntut kerja profesional seorang atau Faktor utama dalam penyusunan menu ini adalah melaku-
sekelompok ahli gizi. Kerja profesional bagi seorang ahli gizi kan standarisasi resep. Fungsi standar resep adalah :
berarti melaksanakan pelayanan gizi bagi pasien sesuai dengan · Mendapatkan makanan yang berkualitas baik dalam jumlah/
kaidah-kaidahnya. Mulai dari perencanaan diit hingga evaluasi porsi makanan yang banyak.
perkembangan pasien selama dalam perawatan. · Mengetahui kandungan gizi tiap porsi masakan.

Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21— 25 November 1993.

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994 91


· Mengetahui unit-cost tiap porsi masakan. Lampiran 1.
· Memperoleh hasil masakan yang konsisten pada tiap Standar resep makanan no.
pemasak. Nama Masakan
· Mempermudah proses penyusunan menu. : Jumlah
· Mempermudah proses pengolahan masakan. Warna
:
Konsistensi
:
Rasa
:
PROSEDUR PERENCANAAN MENU
Nama Bahan Berat Urt Harga Prosedur
Tahap Persiapan Makanan Pengolahan
a) Penyebaran kuesioner mengenai menu yang sudah dilak-
sanakan (Kuesioner Pra Menu Baru). Titik berat dari kuesioner
ini adalah mendapatkan data masakan apa yang menjadi masak-
an favorit atau kesukaan pasien.
b) Bentuk Tim Penyusun Menu yang terdiri dari unsur staf
UPM Gizi, unsur ahli gizi, dan unsur Unit Pengolahan Makanan.
c) Pengumpulan data yang diperlukan :
— Peraturan pemberian makanan sesuai dengan kelas pera-
watan.
— Standar diit (Hasil Revisi RSIJ).
— Siklus menu yang digunakan (7, 10 hari atau 2 minggu).
(menentukan banyaknya resep masakan yang harus disediakan).
— Pola menu standar yaitu menu baku yang disusun sesuai
siklus menu, biasanya digunakan untuk kelas II — III. Keterangan :
— Pola menu pilihan adalah pilihan menu yang ditawarkan Lampiran 2
pada pasien terutama kelas I sampai VIP.
Kandungan zat gizi masakan
— Buku-buku resep, majalah dan sebagainya. ..................
d) Membuat standar resep Jumlah : 50 porsi
Resep harus dibuat dalam jumlah banyak yaitu jumlah yang
diperkirakan mewakili jumlah porsi masakan yang dise- Nama Bahan Berat Urt Kalori Protein Lemak H. Arang
Makanan (Gr) (Kai) (Gr) (Gr) (Gr)
lenggarakan di rumah sakit.
Cara yang dipergunakan :
· Dari setiap resep yang dipilih, diteliti serta disusun bahan
dasar dan bumbu dalam jumlah minimal 50 porsi. Disusun pula
cara pengolahan yang praktis dan mudah. Resep ini ditulis dalam
Form Standar Resep (Lampiran 1).
· Bahan dasar dan bumbu jugaditulis dalam Form Kandungan
Gizi Masakan (Lampiran 2) . Perhitungan kandungan gizi harus
disesuaikan dengan revisi standar diit.
Berdasarkan pengalaman pembuatan standar resep di RSIJ
dan meneliti buku-buku resep masakan diit, diperoleh kesepakat- Jumlah
an contoh untuk lauk hewani sebesar 180 Kalori (makanan biasa)
Rata-rata per porsi
dan 150 Kalori (makanan diit).
Hal ini menimbulkan konsekuensi, jumlah bahan dasar dan
bumbu harus disesuaikan. Lampiran 3
· Resep diuji coba cita rasa masakan dan dinilai oleh para
Form penilaian standar resep
panelis minimal 5 orang dengan menggunakan Form Penilaian
Resep Masakan (Lampiran 3). : Nama Masakan
· Berdasarkan penilaian maka resep diperbaiki: atau jika Tanggal
tidak memenuhi syarat sama sekali maka resep tersebut tidak — Pilihan penilaian yang tepat menurut anda, nilai terbaik adalah 4. Berikan
dipergunakan lagi. tanda silang pada pilihan anda.
— Isilah titik-titik di bawah ini untuk menyempurnakan resep :
Tahap Pelaksanaan
a) Membuat master menu dengan penentuan masakan ber- 1. Rasa masakan 1 2 3 4
dasarkan warna, komposisi, bentuk dan variasi. 2. Aroma/bau masakan 1 2 3 4
b) Uji coba menu hidangan dengan menggunakan Form 3. Konsistensi masakan 1 2 3 4
4. Tekstur masakan 1 2 3 4
Penilaian Menu Masakan oleh para panelis yang terdiri dari 5. Komentar :......................................................................................................
...................................................

92 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994


perawat, dokter dan direksi. Lampiran 4
c) Menu diperbaiki dan menu siap untuk digunakan.
Standar diit lambung III
Tahap Evaluasi
Waktu Hidangan Berat Kalori Protein Lemak H. Arang
Penyebaran kuesioner mengenai menu yang akan dilaksa-
(Gr) (Kai) (Gr) (Gr) (Gr)
nakan (Questionaire Post Menu Baru), fokusnya adalah men-
dapatkan data tentang daya terima pasien terhadap makanan Pagi Tim 150 108 2 0,2 23,7
yang disajikan. Penyebaran kuesioner ini juga merupakan salah L. hewani 0,5 porsi 100 5 7 —
satu cara pengawasan mutu makanan secara periodik. Susu 1 gelas 130 7 7 9
Gula pasir 20 72,8 — — 18,8
10.00
PENYESUAIAN STANDAR DIIT RSIJ Ekstra l porsi 140 1 3 32
Sebagai pedoman dalam standarisasi diit dan penyusunan
Siang Tim 200 175 4 — 40
menu maka standar diit harus dengan mudah dapat diaplikasikan
L. hewani 1 porsi 150 10,5 6 1,4
dalam bentuk hidangan/makanan. Selama ini standar diit RSIJ L. nabati 1 porsi 100 7 7 8
selalu berpedoman pada Buku Penuntun Diit yang dikeluarkan Sayur 1 porsi 75 4 3 5
oleh PERSAGI dan RSCM; pada Buku Penuntun Diit tersebut, 16.00 Buah 1 porsi 40 0,5
Ekstra 1 porsi 140 1 — 32
perincian makanan masih dalam keadaan bahan makanan Gula pasir 20 72,8 — — 18,8
(mentah). Berdasarkan pengalaman dari pembuatan standar
Malam Tim 200 175
resep rata-rata kandungan kalori : 4 0,2 40
- Lauk hewani : 180 - 225 Kalori L. hewani 1 porsi 150 10,5 6 1.4
Sayur 1 porsi 75 4 3 5
- Lauk nabati : 90 - 140 Kalori Buah 1 porsi 40 0,5 — —
Seperti yang telah diketahui bahwa kandungan kalori dalam 21.00
Roti 40 87,5 2 — 20
bahan makanan mentah yaitu lauk hewani : 95 Kalori dan lauk Margarine 5 36 — 4 —
nabati : 80 Kalori. Maka dicoba untuk melakukan penyesuaian Gula pasir 10 36,4 — — 9,4
standar diit dengan menggunakan pedoman Buku Penuntu Jumlah 1904 63,5 66 272,5
Diit.
Pembentukan tim kerja dalam melakukan revisi ini sangat
penting karena cukup banyak macam standar diit yang harus Standar Diit Lambung IV
disesuaikan. Pada awal penghitungan standar diit, sulit dicapai
Berat Kalori Protein Lemak H. Arang
kebutuhan gizi sesuai dengan Pedoman; jika kalori dan lemak Waktu Hidangan
(gr) (kal) (gr) (gr) (gr)
sudah mencapai target maka protein jauh di bawah target. Untuk
Pagi Nasi 100 175 4 — 40
itu harus ada kesepakatan bahwa pembuatan standar resep harus .
L. Hewani 0.5 porsi 100 5 7 —
mengikuti ketentuan dari standar diit yaitu : Susu 1 gelas 130 7 7 9
- Lauk hewani : 150 Kalori 10.00 Gula Pasir 20 72.4. 18.8
- Lauk nabati : 100 Kalori Ekstra 1 porsi 140 1 3 32
Siang Nasi 150 262.5 6 — 60
- Sayur : 75 Kalori L. Hewani 1 porsi 150 10.5 14 1.4
- Puding : 140 Kalori L. Nabati 1 porsi 100 7 7 8
Pala kesempatan ini RSIJ baru mampu melaksanakan 3 macam Sayur 1 porsi 75 4 3 9
standar diit yaitu : 16.00 Buah 1 porsi 40 0.5 — 10
Ekstra 1 porsi 140 1 3 32
- Diit lambung III dan Diit Lambung IV (Lampiran 4) Malam Nasi 150 262.5 6 — 60
- Diit Hati III dan Diit Hati IV (Lampiran 5) L. Hewani 1 porsi 150 10.5 14 1.4
- Diit Diabetes Mellitus I - VIII (Lampiran 6) L. Nabati 1 porsi 100 7 7 8
Sayur 1 porsi 75 4 3 9
Buah 1 porsi 40 0.5 — 10
PROFESIONALISME AHLI GIZI
Sebagian besar rumah sakit di Indonesia belum mempunyai Jumlah 2084.8 74 68 310
catatan mengenai pelayanan gizi dalam rekam medis pasien.
Hingga saat ini penulis belum menemukan data penelitian ten- hasan yang luas dan mendalam antar anggota tim terkait. Catatan
tang hal ini, tetapi penyebabnya mungkin bisa dicermati sebagai pelayanan gizi menjadi salah satu data pada rekam medis pasien
berikut : yang turut dipertimbangkan dan diperhatikan oleh dokter maupun
1) Profesi ahli gizi kurang diakui di banyak rumah sakit. perawat. Hal ini membutuhkan dukungan kuat dari pimpinan
2) Koordinasi dengan tim kesehatan belum lancar; ini dise- rumah sakit agar dapat menerapkan kebijakan tersebut, karena
babkan belum adanya prosedut kerja yang telah disepakti oleh catatan pelayanan gizi dapat menunjang program Quality Assu-
ti m kesehatan lain dan dibakukan dalam prosedur tertulis. rance untuk meraih pelayanan kesehatan yang bermutu.
Untuk memperoleh informasi tentang data apa yang diper- Namun mampukah ahli gizi dalam melaksanakan layanan
lukan oleh tim kesehatan itu maka semestinya diadakan pemba- gizi dapat mewujudkan profesionalismenya ?

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994 93


Lampiran 5 Lampiran 6

Standar Diit Hati III Diit Diabetes Mellitus I - VIII

Berat Kalori Protein Lemak H. Arang Bahan


Waktu Hidangan Waktu Makanan 11.00 13.00 15.00 17.00 19.00 21.00 23.00 25.00
(gr) (kal) (gr) (gr) (gr)

Pagi Nasi 100 175 4 - 40 Pagi Nasi Putih 0.5 1 1 1 11 l.5 2


L. Hewani 0.5 porsi 100 5 17 - Hewani 1 ps 1 ps 1 ps 1 ps 1 ps 1 ps 1 ps 1 ps
Gula Pasir 20 72.8 - 18.8 Nabati - - - - - 1 1 1
-
140 2 3 32 Susu - - - - - - 1 1
10.00 Ekstra 1 porsi
72.8 - - 18.8 10.00 Buah 1 11 1 1 1 1 1
Gula Pasir 20
350 8 - 80 Siang Nasi Putih 0.75 1 1 1 1.5 2 2 2
Siang Nasi 200
150 10.5 14 1.4 Hewani 1 11 1 1 1 1 1
L. Hewani 1 porsi
7 8 Nabati - - 1 1 11 1 1
L. Nabati 1 porsi 100 7
3 9 Sayur A - - - 0.5 ps 0.5 ps 0.5 ps 0.5 ps 0.5 ps
Sayur 1 porsi 75 4
1 porsi 40 0.5 - 10 Sayur B 1 ps 1 ps 1 ps 1 ps 1 ps 1 ps 1 ps 1 ps
Buah
1 porsi 140 1 3 32 Buah 1 1 1 1 1 1 1 1
16.00 Ekstra
30 63.9 - - 16.5 16.00 Buah 1 11 1 11 1 1
Sirup
262.5 6 - 60 Snack Berat - - - 1 ps 1 ps 1 ps 1 ps 1 ps
Malam Nasi 150
10.5 14 l.4 Malam Nasi Putih 0.75 1 1 1 1.5 1.5 l.5 2
L. Hewani 1 porsi 150
I porsi 75 4 3 9 Hewani 1 ps 1 ps 1 ps 1 ps 1 ps 1 ps 1 ps 1 ps
Sayur
1 porsi 40 0.5 - 10 Nabati - - 1 ps 1 ps 1 ps 1 ps 1 ps 1 ps
Buah
Sayur A - 0.5 ps 0.5 ps 0.5 ps 0.5 ps 0.5 ps 0.5 ps 0.5 ps
Jumlah 2007 62.5 54 346.9 Sayur B 1 ps 1 ps 1 ps 1 ps 1 ps 1 ps 1 ps 1 ps
Buah 1 1 1 1 1 1 1 1
Kalori 1070 1325 1525 1740 1940 2102.5 2320 2495
Standar Diit Hati IV
Berat Kalori Protein Lemak H. Arang Keterangan :
Waktu Hidangan (gr) (gr. ) (gr) (gr) - 1porsi [auk hewani = 150 kalori
(kal )
- = 100 kalori
Pagi Nasi 100 175 4 - 40 = 75 kalori
-
L. Hewani 0.5 porsi 100 5 7 1.4 = 40 kalori
-
Susu Skim 1 gelas 145 7 7 9
10.00 Ekstra 1 porsi 140 1 3 32
Gula Pasir 20 72.8 - - 18.8 m Form digunakan jika pasien mengalami kesulitan
Siang Nasi 250 438 10 - 100 emakanan diit sesuai dengan standar di UPM Gizi; ahli gizi akan
n
r
i
a
L. Hewani 1 porsi 150 10.5 14 mengatur kembali standar makanan secara individu.
1.4
L. Nabati 1 porsi 100 7 7 8 Form dibuat dalam rangkap 4 yaitu :
Sayur 1 porsi 75 4 3 9
Buah 1 porsi 40 0.5 - 10 - Untuk petugas di unit distribusi makanan
16.00 Ekstra 1 porsi 140 1 3 32 - Untuk pengawas dinas pag/sore/malam
Malam Nasi 250 438 10 - 100 - Untukpetugas selektif menu bagi pasien kelas I - VIP
L. Hewani 1 porsi 150 10.5 14 l.4
L. Nabati 1 porsi 100 7 7 8
- Arsip/dokumentasi ahli gizi
Sayur 1 porsi 75 4 3 9 c) Form Catatan Makanan (Lampiran 9)
Buah 1 porsi 40 0.5 - 10 Digunakan jika intake makanan pasien kurang sehingga
21.00 Susu Skim 1 gelas 145 7 7 9 mempengaruhi penurunan berat badan secara bermakna; meru-
Jumlah 2522.8 89.30 68 390 pakan dokumentasi ahli gizi untuk monitor intake makanan
pasien dan nilai gizinya selama tiga hari berturut-turut.
Usaha awal yang dilakukan adalah mencoba menggali Dalam pelaksanaannya perlu disusun prosedur auu
beberapa instrujmen pencatatan dan pelaporan kegiatan pela- petunjuk pelaksanaannya, agar setiap ahli gizi mempunyai persepsi
yanan gizi. Tentu saja harus sesuai dengan kapasitas/jumlah yang sama delam dokumentasi data.
tenaga dan kemampuan ahli gizi yang ada. Penulis mencoba Fungsi ketiga bentuk form ini juga sebagai alat pengawasan
menyajikan hasil modifikasi dari RS di Adelaide, Australia dan dan akreditasi ahli gizi dalam meningkatkan profesionalismenya.
RS Cipto Mangunkusumo. Beberapa instrumen yang berhasil Akreditasi ahli gizi berupa kedisiplinan dan kemampuan ahli gizi
disusun yaitu : dalam pelayanan gizi pada pasien. Sebagai contoh, dapat di-
a) Form Gizi dan Catatan Perkembangan (Lapiran 7) ketahui berapa banyak kunjungan ahli gizi ke pasien dan materi
Form ini sebagai alat dokumentasi ahli gizi dan alat komu- diit apa saja yang telah diberikan pada pasien.
nikasi dengan tim kesehatan lain. Dengan form ini seorang ahli Dengan instrumen-instrumen yang sederhana ini dapat
gizi dapat mencatat perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pela- diketahui cakupan pelayanan gizi pada pasien.
yanan gizi.
b) Form Hidangan Sehari (Lampiran 8) KESIMPULAN
Form ini sebagai alat dokumentasi ahli gizi dan alat komu- Dua hal yang menjadi tuntutan publik rumah sakit pada ahli
nikasi dengan petugas di Unit Pengolahan Makanan. gizi yaitu :
94
Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994

1 porsi lauk nabati


1 porsi sayur B
0.5 porsi sayur B
Lampiran 7 Lampiran 8
Rumah Sakit Islam Jakarta UPM Gizi Rumah Sakit Islam Jakarta UPM Gizi
Pav No. Reg :/ / / Nama : No. Reg
Paviliun : Tan ggal
Nama: No: Med
Diit
Pendidikan : TS/SD/SMP/SLA/PT Sex : UP
Pekerjaan: Th Hidangan Sehari
Dokter : Tgl Ref : / /
Ekstra
B. Badan kg Kebutuhan
: : Makan Pagi
T. Badan : cm Gr Urt Jam 10.00 Gr Urt
BBP : kg Kalori kal
Aktivitas : Protein gr
Diag. Awal : Lemak : gr
H. Arang : gr
Riwayat Py. : Natrium
Kalium Ekstra
Pengobatan : Calsium Makan Siang
Gr Urt Jam 16.00 Gr Urt
Fe
Hasil Lab. Darah : Frekwensi Makanan :
Pemeriksaan Nilai Normal Nasi Kentang Roti
Mie Cereal Biskuit Umbi
Albumin gr/dl 3.2 - 4.5
Daging Cumi Udang Ikan Ekstra
Tot Prot gr/dl 2.5 - 5.0 Makan Malam
Natrium meq/l 136.0 - 145.0 Jantung Lidah Bakso Ati Gr Urt Jam 21.00 Gr Urt
Kalium : meg/l 3.5 - 5.0 Sosis Corned Telur Ayam
Calcium : meq/l 9.0 - 11.0
Ureum : mg/l 20.0 - 40.0 Kacang Ijo Tempe Tahu
Creatinin : mg/dl 0.6 - l. 2 Oncom Kacang Merah
SGOT : mg/dl 0 - 20.0
SGPT mg/dl 0 - 22.0 Sayur Ijo dan Wortel Labu Keterangan
Gula Darah Sayur Kacang-kacangan
- Puasa : mg/dl 70.0 - 110.0
- J. 11.00 : mg/di 120 Buah segar Buah Kaleng
- J. 16.00 : mg/dl 120 Juice Buah Form 02/0693
Riwayat Gizi Soft Drink Susu Coklat Lampiran 9
Burger Pizza Fried Chicken
Rumah Sakit Islam Jakarta UPM Gizi
Cara memasak Nama
: No. Reg
Panggang / Goreng / Rebus Paviliun Tangl:
Makanan Alergi/Tidak Disukai Diit
Keterangan :
Catatan Makanan Pasien
Porsi
Tgl Waktu Hp H N SY Bh Susu Pdg Srp Snack
Ke-4

Paraf Pagi
Tgl BB Catatan Perkembangan
Diit Siang
(kg) Ahli Gizi
Malam
Pagi
Siang
Malam
Pagi
Siang
Malam
Keterangan :

Form 03/0693
1) Kemampuan menyusun perencanaan menu
Kemampuan untuk perencanaan menu membutuhkan
ketrampilan seni kuliner. Namun karena keterbatasan waktu
Form O1B/0623 dan dana untuk mendalami bidang ini, maka cara sederhana

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 9 1, 1994 95


adalah melaksanakan standarisasi resep sebelum melaksanakan terhadap seorang ahli gizi dan menganggap ahli gizi sebagai
penyusunan menu. mitra kerjanya.
2) Kemampuan mewujudkan profesionalisme di bidang pe-
layanan gizi di ruang rawat pasien; mungkin dengan cara meng- KEPUSTAKAAN
kaji ulang instrumen-instrumen yang mendukung pelaksanaan 1. Akmal N. Pencatatan dan Pelaporan di Instalasi Gizi RS. Penataran Pengelola
pelayanan gizi pasien dan kesepakatan berdasarkan referensi Gizi
. RS Depkes RI. Bogor, 8 s/d 14 Nopember 1989
terbaru untuk penatalaksanaan diit terbaru. Semua harus terdo- 2. Depkes RI. Dit Jen Pelayanan Medik, Buku Pedoman Pelayanan Gizi Rumah
kumentasikan untuk monitoring dan evaluasi langkah-langkah Sakit. Jakarta 1991
3. Prakoso MI. Manajemen Penyelenggaraan Makanan di Rumah Sakit. Dalam
pelayanan gizi yang terekam dalam program Quality Assurance Semiloka Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit Manajemen Laundry, Linen
rumah sakit. Secara makro, diharapkan ada komitmen kuat dari dan
. Dapur. Jakarta, 11 s/d 14 Desember 1991
para pimpinan rumah sakit untuk menempatkan ahli gizi dalam 4. Royal Adelaide Hospital. Dept. Nutrition & Food Service. Clinical Dietetics
posisi yang (hampir) sama pentingnya dengan dokter atau pe- Policy
. and Procedure Manual. Australia
.
5. Soenardi, Tuti. Profesionalisme Pelayanan Makanan Melalui Seni Kuliner
rawat. Paling tidak, mempertimbangkan dan memberikan du- Kongres PERSAGI. Semarang, 17 s/d 19 Nopember 1992.
kungan akan pentingnya profesionalisme ahli gizi. Begitu pula 6. Yahya, Gunarti. Laporan Implementasi Plan Of Action. Peningkatan Pela-
sikap tindak yang sama lahir dari kalangan dokter dan perawat yanan Gizi. RS Islam Jakarta. 23 Januari 1993.

96 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994


Peranan Rehabilitasi Medik
dalam Menurunkan
Lama Hari Rawat (LOS)
Dr. Gerry Heryati DSRM
Unit Pelayanan Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta

PENDAHULUAN Menurut WHO prevalensi kecacatan di negara maju cukup


Lama hari rawat (LOS) merupakan salah satu unsur atau besar yaitu sebesar 10 % dan di negara berkembang kurang
aspek asuhan dan pelayanan di rumah sakit yang dapat dinilai/ lebih 7-10%. Menurut UNICEF diperkirakan 1 di antara 10
diukur. Bila seseorang dirawat di rumah sakit, maka yang diha- kelahiran hidup menderita kecacatan atau kelainan bawaan atau
rapkan tentunya ada perubahan akan derajat kesehatannya. Bila kira-kira 285.000 orang pertambahan penderitacacat atau ke-
yang diharapkan baik oleh dokter maupun oleh penderita itu lainan bawaan per tahun di Indonesia. Prevalensi kecacatan di
sudah tercapai maka tentunya tidak ada seorang pun yang ingin Indonesia di masa mendatang diperkirakan cenderung mening-
berlama-lama di rumah sakit. kat karena meningkatnya umur harapan hidup bangsa Indonesia,
Outcome atau hasil akhir kegiatan dan tindakan dokter dan menurunnya angka kematian kasar serta angka kematian bayi
tenaga profesi lainnya terhadap pasien, dalam arti derajat kese- dan anak, meningkatnya status gizi, kemajuan teknologi pela-
hatan dan kepuasannya, termasuk juga aspek psikologis dan yanan kesehatan serta bertambah baiknya standar kehidupan.
sosialnya adalah petunjuk efektif tidaknya proses kegiatan pro- Prevalensi tersebut menjadi lebih besar pula karena terjadi per-
fesional di rumah sakit. geseran pola penyakit dari akibat kecelakaan karena majunya
Rehabilitasi Medik adalah salah satu upaya kesehatan guna industri dan transportasi.
memulihkan fungsi-fungsi tubuh kembali seperti semula se- Makalah ini disusun dengan tujuan untuk menggambarkan
hingga seseorang dapat hidup produktif atau lebih produktif. keadaan penderita yang dirawat di rumah sakit untuk waktu lama
Upaya ini sudah dikenal lama dalam institusi kesehatan, tetapi dengan kemungkinan menjadi cacat dan sejauh maim peran
kurang diberi prioritas karena terutama di negara-negara ber- rehabilitasi medik dengan sarananya dapat memulangkan pasien
kembang, masih banyak masalah penting lainnya yang memer- secara cepat untuk efisiensi rumah sakit serta memberi kesem-
lukan perhatian yang lebih banyak. Dengan semakin patan bagi mereka untuk berobat jalan.
meningkatnya keinginan untuk memperoleh mutu hidup yang
lebih baik, upaya rehabilitasi menjadi lebih penting. FAKTA DAN HARAPAN
Rehabilitasi medik pada masa lalu baru dilaksanakan pada Rehabilitasi Medik di rumah sakit, terutama di rumah sakit
tahap terakhir untuk menanggulangi kecacatan. Pada saat ini swasta sampai saat ini masih belum merupakan prioritas. Hal ini
falsafah rehabilitasi telah berubah sehinggamemungkinkan upaya disebabkan karena pengertian rehabilitasi medik yang masih
rehabilitasi dilakukan lebih dini dan intensif, karena tujuannya belum merata antara lain karcna Rehabilitasi Medik belum
untuk mencegah terjadinya kecacatan. Dengan demikian maka secaran formal diajarkan Fakultas Kedokteran dan prinsip-prin-
penderita penyakit yang sejak semula sudah diketahui sip yang menjadi dasar perencanaan program Rehabilitasi Medik
kemungkinan bisa menjadi cacat, sudah mempunyai sarana untuk di rumah sakit masih belum dilaksanakan secara optimal, se-
mencegah kecacatannya. hingga sampai saat ini rehabilitasi medik masih sering diiden-

Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21- 25 November 1993.

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994 97


tikkan dengan fisioterapi. medik, dengan allied health profesionals yang terkait (fisiote-
Di Rumah Sakit Pendidikan pelayanan rehabilitasi medik rapis, terapis okupasi, terapis wicara, psikolog, pekerja sosial
sudah lebih memadai karena tersedianya sarana dan tenaga ahli medik, ortotisprostetis dan perawat rehabilitasi medik).
yang lebih lengkap. Di antaranya di Rumah Sakit Fatmawati Dalam pengobatan medis tidak terdapat tim secara formal
yang dapat memberikan pelayanan rujukan rehabilitasi medik sedangkan dalam rehabilitasi medikpekerjaan selalu dilaksanakan
dan juga merupakan tempat pendidikan dan penelitian serta oleh tim secara bersama-sama. Tujuan pengobatan juga berbeda,
pengembangan di bidang rehabilitasi medik. pada pengobatan secara medis, tujuan terapi adalah mengobati
Meskipun demikian, rujukan yang dilakukan sering terlam- penyakitnya, sedangkan pada rehabilitasi medik, tujuan terapi
bat, sehingga yang dirujuk ke Rehabilitasi Medik adalah kasus- adalah untuk mengatasi ketidakmampuan yang diakibatkan oleh
kasus yang sudah mempunyai kecacatan yang menetap. Kurang penyakit.
lebih 70% pasien yang dirawat di Unit Pelayanan Rehabilitasi Pada prinsipnya peran rehabilitasi medik di ruang -ruang
Medik Rumah Sakit Fatmawati, merupakan pasien rujukan dari perawatan suatu rumah sakit merupakan suatu "total care".
rumah sakit lain dengan kompikasi akibat perawatan yang lama Dengan penguasaan dan pelaksanaan rehabilitasi medik yang
(dekubitus, kontraktur, deconditioning syndrome ) (100%) Untuk baik, komplikasi yang mudah timbul pada perawatan, khususnya
kasus-kasus ringan memang cukup diberikan rehabilitasi seder- pada penderita yang memerlukan imobillisasi lama, dapat
hana misalnya dengan fisioterapi saja, tetapi untuk kasus-kasus dihindari. Teknik perawatan penderita juga perlu diperhatikan.
yang sejak awal sudah diperkirakan akan menimbulkan keca- Di Unit Pelayanan Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Fat-
catan (misalnya spinal cord injury, stroke, muscular dystrophy mawati rehabilitasi medik dilaksanakan secara terpadu selama
dan lain-lain), maka tidak cukup dilakukan rehabilitasi seder- 24 jam. Perawatan dilaksanakan oleh perawat rehabilitasi medik
hana. dengan pengawasan seorang perawat rehabilitasi medik senior.
(Medical Rehabilitation Nurse). Adanya pembina rawat reha-
PRINSIP DAN CARA KERJA bilitasi medik tersebut perlu untuk rumah sakit besar untuk efek-
Nickel(1) mengemukakan bahwa terdapat dua prinsip yang tifitas rumah sakit sehingga dapat decegah komplikasi akibat
menjadi dasar perencanaan program rehabilitasi medik. Per- rawaat baring yang lama dan LOS dapat diturunkan.
tama, memperkecil sebanyak-banyaknya cacat sisa (sequelae) Cara kerja rehabilitasi medik adalah secara tim. Sebelum
yang ditinggalkan baik oleh trauma maupun penyakit. Kedua, penderita mendapat pelayanan rehabilitasi medik, penderita harus
komplikasi yang dapat dicegah (preventable) harus dicegah. diperiksa oleh dokter. Apakah dokter tersebut seorang spesialis
Bila komplikasi itu terjadi, harus ditindak secara agresif. rehabilitasi medik atau bukan, tergantung dari situasi dan kondisi
Apabila dasar-dasar ini dilaksanakan, maka berarti pe- setempat, yang penting dokter tersebut mengerti mengenai prisip
laksanaan teknik rehabilitasi medik yang baik telah dijalankan rehabilitasi medik. Dokter akan menentukan apakah penderita
untuk memperoleh efek yang maksimal dalam menurunkan ini merupakan kandidat rehabilitasi yang tepat. Pengetahuan
LOS. Diharapkan rehabilitasi medik dapat diintegrasikan sejak tentang pasien apa yang merupakan kandidat rehabilitaadsi medik
dini dalam proses kuratif, sehingga perhatian terhadap keadaan juga diperlukan oleh semua dokter karena tidak semua proses
patologi dan perhatian terhadap keadaan fungsi dapat dilaksanakan rehatilitasi kompregensif relevan dan efektif untuk setiap pasien.
secara simultan dengan demikian akibat-akibat buruk yang Dokter sebagai team leader akan memeriksa dan menentukan
disebabkan oleh immobilisasi lama dapat dicegah. masalah yang ada pada penderita, kemudian masalah ini akan
Lebih jelas lagi dikemukakan bahwa Rehabilitasi Medik dievaluasi lebih lanjut oleh allied health profesionals yang
merupakan program pengobatan yang dirancang untuk mem- terkait (Perawat/Fisioterapis/Terapis okupasi /Terapis wicaral
perkecil konsekuensi cacat yang tetap atau ketidakmampuan psikolog/ortotis-prostetis/petugas sosial medik). Pemilihan al-
yang berkepanjangan. Rehabilitasi medik berada pada tempat lied health profesionals yang terkait dalam menangani masalah
yang berbeda dengan pengobatan medik yang lazim (Standard juga memerlukan pengetahuan akan rehabilitasi medik yang
medical care ) . Perbedaan ini terletak pada beberapa hal yaitu memadai. Hal ini untuk mencegah over utilization sarana
mulai dari orientasi masalah : pengobatan secara medik ber- rumah sakit.
orientasi pada penyakit, dengan asumsi bahwa fungsi akan Setelah evaluasi, maka ditentukan goal /target/tujuan re-
kembali dengan sendirinya. Peran dokter juga berbeda; pada habilitasi. Goal ini ada tiga, yaitu goal pasien sendiri, goal dokter
pengobatan medis dokter berperan sebagai pelaksana terapi yang dan goal terapis. Goal ini disusun secara rinci menurut prioritas.
aktif mulai dari pemeriksaan awal, menentukan pemeriksaan Setelah itu baru ditentukan program rehabilitasi yang akan dilak-
lanjutan, membuat diagnosis dan memberikan terapi. Dalam sanakan. Kesepakatan ini dibicarakan dalam suatu team meeting
rehabilitasi medik, dokter lebih berperan sebagai koordinator yang dilakukan secara teratur baik formal maupun non formal.
dan fasilitator program dengan tidak melepaskan fungsinya Untuk quality control, maka dokter akan melakukan reas-
sebagai dokter sesuai dengan pengetahuan medisnya. sessment/pemeriksaan kembali, apakah goal yang telah disepakati
Dalam pengobatan medis, peran pasien lebih pasif sedangkan telah tercapai, bila perlu ditingkatkan lagi. Adakalanya goal
dalam rehabilitasi pasien harus berperan aktif. Pada rehabilitasi tidak tercapai, mungkin karena goal yang ditentukan kurang
medik komprehensif diperlukan suatu program multidisipiner tepat, atau kondisi pasien berubah atau kesalahan pemilihan
dan perlu kerja sama yang baik antara dokter/dokter rehabilitasi program, maka perlu dilakukan evaluasi ulang untuk menen-

98 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994


tukan program yang baru. efisiensi rumah sakit di antaranya dengan menurunkan lama hari
Di Amerika pelayanan rehabilitasi medik sudah Iebih maju. rawat (LOS). Untuk ini diperlukan pengetahuan tentang re-
Demi meningkatkan hasil akhir, menurunkan cost dan me- habilitasi medik yang memadai agar rehabilitasi medik dapat
nurunkan LOS, beberapa rumah sakit telah menggunakan criti- sedini mungkin dilaksanakan sejak penderita masuk rumah sakit.
cal pathways untuk program rehabilitasi medik. Dengan critical
pathways ini semua rencana dari mulai penderita dirawat sampai KEPUSTAKAAN
discharge plan telah ditentukan sejak awal. Dari penelitian di 1. Halstead LS. Philosophy of Rehabilitation Medicine. In: Medical
Rehabilitation, Raven Press, New York, I985,p I -5.
Amerika ternyata rehabilitasi medik akan lebih efektif untuk 2. Halstead L.S., Grabois M. Rehabilitation Specialists.In : Medical Rehabilita-
efisiensi rumah sakit apabiladiintegrasikan dengan proses kuratif tion, New York, Raven Press: 1985, p7- I I
sejak awal, dengan demikian perhatian terhadap kedaan patologi 3. Delisa JA et al. Rehabilitation Medicine: Past, Present, and Future. In :
dan fungsi dapat dilakukan secara simultan dan akibat-akibat Rehabilitation Medicine : principles and practice, Philadelphia: J.B. Lippin-
cott,
. 1988; p3 - 23
buruk yang disebabkan karena imobilisasi lama dapat dicegah, 4. Curie DM, Marburger RA. Writing Therapy Referrals and Treatment Plans
sehingga LOS dapat diturunkan. and Interdisciplinary Team. In: Rehabilition Medicine : Principles and
practice,
. Philadelphia: JB Lippincott, 1988; p.I45-157
PENUTUP 5. Critical
. pathway: Road maps to improve outcomes, reduce length-of stay
In :
.Hospital Rehab (October) 1993; z (I )
Dengan melaksanakan prisip-prinsip rehabilitasi medik di 6. Jacobalis HS. Program menjaga mutu (QA) Rumah Sakit. Kursus Quality
ruang perawatan rumah sakit maka kita akan dapat meningkatkan Assurance
. Rumah Sakit, Pasca Kongres Persi 1990

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994 99


Rumah Sakit Matra Laut

Dr. H. Sigit Widodo


Rumah Sakit TNI Angkatan Laut Mintohardjo, Jakarta

ABSTRAK

Tugas utama suatu Rumahsakitpada umumnya adalah pelayanan kesehatan (Yankes).


Tetapi tugas utama suatu Rumahsakit Matra Laut (RSML) adalah dukungan kesehatan
(Dukkes) operasi dan latihan kelautan.
Peran RSML pada PJPT II akan meningkat karena :
1. Dibangunnya keretaapi bawah tanah dengan sistem caisson untuk menanggulangi
kemacetan lalulintas di Jakarta dan kota-kota besar lainnya.
2. Meningkatnya pemboran lepas pantai untuk mencari minyak dan gas bumi.
3. Meningkatnya industri pariwisata kelautan (bahari).

PENDAHULUAN DEFINISI
Bumi terdiri dari 70% lautan dan 30% daratan. Indonesia Kesehatan Kelautan adalah bidang kesehatan yang men-
terdiri dari 13.335 pulau-pulau besar kecil, dengan luas daratan cakup semua aspek mengenai laut, dapat meliputi segi militer
1/3 bagian dan luas lautan 2/3 bagian. Manusia sangat berkepen- maupun non-militer. Rumah Sakit Matra Laut (RSML) adalah
tingan dengan lautan, karena potensi laut yang amat besar. Laut Rumah Sakit yang mempunyai tugas pokok Dukungan Kese-
merupakan sumber bahan mahakan hewani dan nabati yang hatan (Dukes) berupa Kesehatan Kelautan (Kesla), disamping
melimpah. Laut memiliki sumber energi yang besar, berupa tugas Pelayanan Kesehatan (Yankes) seperti umumnya Rumah
minyak dan gas bumi. Lautpun mengandung aneka bahan tam- Sakit lainnya.
bang/mineral. Baru kira-kira 10% potensi laut yang diman- Kesehatan Kelautan meliputi 2 (dua) fungsi uatama, yaitu :
faatkan oleh manusia. Bangsa-bangsa yang maju seperti 1) Uji dan Pemeriksaan Kesehatan (Urikkes) personil untuk
Amerika Serikat, Jepang dan Rusia telah memanfaatkan dengan bertugas di laut.
baik potensi laut tersebut. 2) Pembinaan Kesehatan Kapal Atas Air, Kapal Selam, Penye-
Bangsa Indonesia harus lebih memperhatikan laut dengan laman (Hiperbarik), Penerbangan Laut, Pangkalan (Pelabuhan),
potensi yang luar biasa banyaknya itu. Menteri Kependudukan Industri dan Jasa Maritim, Amfibi (Marinir).
dan Lingkungan Hidup Prof. Emil Salim pada seminar tentang
Teknologi Maritim, yang diselenggarakan oleh Yayasan De- PERAN DI MASA PEMBANGUNAN
waruci, September 1987 menyatakan bahwa di masa depan Semua Rumah Sakit TNI-AL adalah RSML. Belum semua
bangsa Indonesia akan menggantungkan kehidupannya dari RSML itu dapat berfungsi secara optimal. Untuk dapat melak-
lautan. sanakan tugas Dukkes dengan baik, RS harus memiliki personil

Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21— 25 November 1993.

100 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994


dan peralatan khusus. Dan dari fungsi Pembinaan Kesehatan, kit dekompresi bila melanggar prosedur kerja yang baku.
yang berkembang dan mempunyai prospek yang baik adalah Untuk mengurangi kemacetan lalu lintas di Jakarta, salah
Kesehatan Penyelaman (hiperbarik). satu alternatif adalah dengan membangun kereta api bawah tanah
Ada 2 (dua) manfaat utama dari Kesehatan Penyelaman seperti kota-kota besar lainnya di negara maju. Singapura telah
(hiperbarik) : membangun kereta api bawah tanah sebagai MRT (Mass Rapid
1) Bidang Penyelaman dan Caisson Transport) sejak tahun 1984 - 1987. Dari 2392 pekerja caisson,
2) Bidang terapi penyakit klinis sebanyak 164 orang menderita penyakit dekompresi (0,087%)
yang ditangani oleh Kesehatan Angkatan Laut Singapura (The
Penyelaman : Naval Diving and Hyperbaric Medicine). Indonesia, dalam hal
1) Olahrga dan rekreasi (pariwisata) ini TNI-AL, tepatnya Kesehatan Komando Penataran Angkatan
2) Tugas inspeksi dan reparasi kapal Laut (Konatal) telah mempunyai pengalaman menangani pender-
3) Konstruksi, misalnya jembatan, terowongan, dermaga, ita penyakit dekompresi pekerja caisson. Pada waktu memba-
waduk, dok, caisson ngun graving dock di Surabaya dari tahun 1964 - 1967 telah
4) Membantu pengeboran minyak lepas pantai (offshore ditanggulangi 213 orang penderita penyakti dekompresi. De-
drilling) ngan pertumbuhan ekonomi yang tinggi Indonesia pasti akan
5) Taktis membangun dermaga, dok, bendungan atau waduk dan se-
6) Penelitian bagainya yang menggunakan konstruksi caisson.
4) Pembinaan kesehatan para penyelam Indonesia yang lebih
Manusia adalah makhluk darat; hidup dan bekerja terbaik baik, baik penyelam alam (Aru dsb) dan profesional (swasta,
pada lingkungan sekitar permukaan laut dengan tekanan 1 atm. BUMN, ABRI), terutama untuk keselamatan kerja.
Bila menyelam setiap bertambah dalam 10 meter, tekanan di
sekitarnya bertambah 1 atm. Bila menyelam sedalam 40 meter, Terapi penyakit Minis
maka tekanan di sekitarnya sebesar 1 + 4 = 5 atm. Pada tekanan Terapi oksigenasi hiperbarik (OHB), di mana penderita
tinggi, yaitu Iebih besar dari 1 atm, disebut hiperbarik, manusia bernafas oksigen murni (100%) di dalam RUBT, mempunyai
harus melakukan penyesuaian (adjustment). Bilagagal melakukan efek sebagai berikut :
penyesuaian, maka akan mengalami penyakit penyelaman. Salah 1) Memperbaiki dan menormalkan kembali jaringan yang
satu bentuk penyakit penyelaman adalah penyakit dekompresi, hipoksia dan anoksia
yang terjadi bila penyelam naik (ascend) dari kedalaman atau 2) Vasokonstriksi arteria
dasar laut ke permukaan, tanpa prosedur yang benar. 3) Meningkatkan viabilitas sel/jaringan yang iskhemik
Terapi penderita penyakit dekompresi adalah dengan me- 4) Menimbulkan neovaskularisasi dan proliferasi kapiler
nekan kembali (recompress), yaitu memasukkan penderita ke 5) Meningkatkan kemampuan lekosit untuk membunuh kuman
dalam Ruang Udara Bertekanan Tinggi (RUBT). Di dalam 6) Bersifat bakteriostatik terhadap kuman aerob
RUBT penderita bernafas dengan udara atau oksigen sesuai 7) Bersifat bakterisid terhadap kuman anaerob
dengan tabel pengobatan tertentu, yang lamanya (waktunya) Maka terapi OHB diindikasikan terhadap penyakit-penyakit
tergantung dari tabel pengobatan tersebut. Bila bernafas dengan klinis yang memperoleh manfaat dari 7 efek tersebut. Indikasi
oksigen, waktunya lebih singkat sekitar separuhnya dibanding terapi OHB dikatagorikan berbeda-beda, misalnya : Amerika
bila bernafas dengan udara. Terapi di RUBT bernafas dengan Serikat (Undersea and Hyperbaric Medical Society) :
oksigen disebut terapi oksigenasi hiperbarik (OHB). 1) Currently accepted
Pembinaan kesehatan penyelaman di Indonesia akan terus 2) Experimental
bertambah dan berkembang karena : Jepang (Japanese Society for Hyperbaric Medicine) :
1) Meningkatnya pariwisata bahari, penyelaman di taman- 1) Emergency
taman laut (Bunaken, Ambon), Bali dan sebagainya. 2) Non-emergency
2) Meningkatnya pencarian minyak dan gas bumi lepas pantai, Cina (Chinese Society for Hyperbaric Medicine) :
yang membutuhkan tenaga penyelam profesional, yang hingga 1) Utama
kini masih didominasi oleh penyelam asing. 2) Ajunktif
3) Pembangunan yang menggunakan konstruksi pneumatic 3) Riset
caisson sebagai fondasinya, karena tidak mungkin terdiri dari Majalah Annales de Medicine Hyperbare, nomor 1, tahun
tiang-tiang pancang, seperti underground communication 1988 :
(kereta api bawah tanah, terowongan), dan atau bendungan air, 1) Merupakan treatment of choice :
tanki minyak bawah tanah, fasilitas pelabuhan (dermaga dsb), a) Keracunan gas CO
dok kering dan lain-lain bangunan bawah tanah. Pekerja yang b) Emboli udara
bekerja di situ disebut pekerja caisson, yang bekerja di ling- c) Keracunan sianida akut
kungan hiperbarik, yang diperlukan untuk mencegah (menekan) d) Penyakit dekompresi
masuknya air bawah tanah ke ruang kerja. Pekerja caisson dapat e) Anemia akibat kehilangan darah banyak
disebut sebagai penyelam "kering", yang dapat menderita penya - f) Skin grafts

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994 101


g) Gas gangrene 1. Uji dan pemeriksaan kesehatan penyelam = 825 orang
h) Infeksi aerobik dan anerobik dengan jaringan nekrosis 2. Terapi penyakit penyelaman = 33 orang
2) Merupakan adjunctive therapy : 3. Terapi penyakit klinis = 185 orang +
a) Radionekrosis tulang dan jaringan lunak Jumlah =1043 orang
b) Penyembuhan fraktur Rumkital Dr Mintohardjo dengan kapasitas 360 tempat tidur,
c) Bone grafts melakukan dukungan kesehatan matra laut sejak tahun 1990
d) Acute thermal burn hingga September 1993 :
e) Infeksi bakteroides
1990 1991 1992 1993
f) Crush injury
g) Acute cerebral oedema 1) Urikkes penyelam 207 154 333 130
h) Traumatic head & spinbal cord injury 2) Terapi 2 16 9 8
i) Obstruksi intestin 3) Terapi penyakit klinik 56 70 149 95
j) Osteomyelitis
k) Acute Peripheral Traumatic Ischemia Cianci pada Kongres Kesehatan Hiperbarik ke XII di
l) Chronic stroke Baltimore, tahun 1987 melaporkan keuntungan terapi OHB
m) Chronic skin ulcers terhadap penyakit klinis :
n) Decubitus ulcres 1) Menurunkan biaya pengobatan sampai 40%
o) Gastric ulcer 2) Mengurangi kecacatan hingga minimal
p) Trophic skin ulcer 3) Mengurangi penderitaan pasien
q) Diabetic skin ulcer 4) Waktu perawatan di RS menjadi lebih singkat
r) Multiple sclerosis
3) Penderita memperoleh manfaat dengan OHB sebagai long
term therapy : KESIMPULAN
a) Diabetic ulcers Rumah Sakit Matra Laut mempunyai peran penting bagi
pembangunan nasional Indonesia berupa dukungan kesehatan
b) Skin ulcers (arterial insufficency)
kelautan antara lain :
c) Decubitus ulcers (bed sores)
d) Non Union fracture 1) Keselamatan kerja penyelam dan pekerja caisson yang
e) Soft tissue healing membantu pembangunan transportasi (kereta api bawah tanah,
f) Post stroke dermaga), industri minyak, pariwisata, pertanian dan pengen-
g) Neurological insufficiencies dalian banjir (waduk), Hankam dan sebagainya.
h) Angina 2) Terapi penyakit klinis yang Iuas.
Terapi OHB dalam klinik bukan merupakan terapi tunggal
(single treatment), karena obat-obatan atau tindakan lain masih
perlu dilaksanakan. Jadi status terapi OHB dapat disingkat men-
jadi:
1) Terapi utama
2) Terapi tambahan
KEPUSTAKAAN
3) Terapi alternatif
1. Buku Pedoman Standar Rumah Sakit ABRI tingkat II Departemen Hankam/
Di Indonesia kini ada 4 RSML yang cukup memadai, karena
Puskes ABRI, 1980.
memiliki RUBT dan personil khusus, yaitu : 2. Fred Bove. New studies on decompression illness. Skin Diver, Oktober 1993.
1) Rumkital Dr Midiato, Tanjungpinang 3. Jimmy How. Medical support in compressed air work. Seminar Kesehatan
2) Rumkital Dr Mintohardjo, Jakarta Hiperbarik, Jakarta, 1987.
4. Otto Maulana. Prosedur terapi hiperbarik dan penggunaannya dalam klinik.
3) Rumkital Dr Ramelan, Surabaya Simposium Kesehatan bawah Air dan Terapi Hiperbarik Tanjungpinang,
4) Rumkital Dr Gandi, Ambon 1989.
Berlin,
Pertamina juga memiliki 4 RUBT yang terutama digunakan 5. Cox RAF Offshore Medical Care : Offshore Medicine. Heidelberg,
untuk terapi penyakit dekompresi para penyelam. New York, Springer Verlag, 1982, 53-78.
6. SKEP KASAL Nomor : Skep/921/l/1989 Tanggal 29 November 1989
Rumkital Dr Mintohardjo, yang berdiri sejak 1 Agustus
tentang Penyelenggaraan Kesehatan TNl-AL Bidang Keseahtan Keangkatan
1957, baru mempunyai RUBT setelah 20 tahun yaitu tahun 1977. Lautan (Pers. 004.001).
Dukungan kesehatan matra laut yang dilaksanakan dari 1977 7. US Navy Diving Manual, Navy Departement, Washington DC, 1982.
hingga 1989 adalah :

102 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994


Data Linen
di Rumah Sakit Islam Jakarta
Dr. HJ. Siti Ambarwati
Rumah Sakit Islam Jakarta

RS Islam Jakarta berkapasitas 485 tempat tidur dengan per- cara misalnya hari ini kamar dengan nomor ganjil, keesokan
incian kelas sebagai berikut : 2% kelas VIP, 18% kelas Utama harinya yang diganti adalah kamar dengan nomor genap. Untuk
dan kelas I, 30% kelas II, 50% kelas III: . ruangan anak-anak setiap hari linennya diganti
Linen yang tersedia berjumlah :
Laken : 896 lembar PROSEDUR PENGIRIMAN LINEN KOTOR DAN PEN-
Steek taken : 570 lembar CUCIAN
Selimut lorek 814 lembar 1) Petugas ruangan mengantar linen kotor ke laundry sekitar
Selimut tebal : 251 lembar jam 08:00 — 10:00. Untuk cabang-cabang RSIJ menurut datang-
Sarung bantal : 1457 lembar nya linen kotor saja, karena adanya faktor jarak dan kemacetan
Sarung guling : 1701embar . lalu lintas
Setelah adanya perbaikan sistim, maka linen yang ada ber- 2) Linen yang terkena noda darah, di ruangan direndam dulu
jumlah : (per tanggal 10 - 8 - 1993) dengan thiosulfas dengan takaran 10 butir thiosulfas dalam 201
Laken 1217 lembar air.
Steek laken : 828 lembar 3) Linen kotor yang berasal dari pasien dengan penyakit infeksi
Selimut lorek : 939 lembar tidak dipisahkan dari yang tak menderita infeksi dari ruangan
Selimut tebal : 238 lembar . masing-masing
Sarung bantal 1046 lembar 4) Petugas ruangan menghitung jumlah dan jenis linen kotor
Sarung guling : 123 lembar yang dikirim ke laundry. Tiap-tiap ruangan mencatatnya di buku
Handuk pasien : 251 lembar . khusus untuk cucian
Handuk lap tangan : 281 lembar 5) Linen kotor diangkut ke laundry dengan menggunakan
Baju operasi : 67 buah . kereta dorong
Gurita dewasa : 78 buah 6) Sesampainya di laundry, linen kotor diserahkan ke petugas
Mitela : 488 lembar laundry dan dihitung lagi bersama serta dipisah-pisahkan. Bila
Taplak meja 866 lembar masih banyak noda, dikembalikan ke petugas ruangan lagi su-
Dibandingkan dengan standar minimal yaitu 3 X kapasitas TT, . paya dibersihkan terlebih dahulu
maka jumlah taken yang ada di RSIJ masih kurang sebanyak : 7) Setelah dicatat oleh kedua belah pihak (petugas ruangan dan
1455 — 1217 = 238 lembar. Demikian pula dengan steek taken . petugas laundry), diparaf oleh kedua belah pihak
409lembar yang kurang 629 lembar , sarung bantal yang kurang 8) Petugas laundry menimbang berat masing-masing linen
. dan lain-lainnya kotor, dan memisahkan mana yang kena noda dan mana yang
tidak.
PENGGANTIAN LINEN DI RS ISLAM JAKARTA Petugas laundry tidak mengetahui linen kotor yang tercemar
hari.Untuk kelas VIP, Utama dan kelas I, linen diganti setiap . infeksi maupun tidak, oleh karena itu dicampur saja
Untuk kelas II dan kelas III linen diganti setiap dua hari, dengan 9) Linen kotor dibilas dulu, baru kemudian direndam dengan
Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21- 25 November 1993.
Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994 103
deterjen. Banyaknya deterjen yang diberikan tergantung pada 18) Linen bersih yang rusak/robek ringan, tetap dikirim ke tiap-
kotor tidaknya cucian. Rata-rata penggunaannya sebanyak 400 – tiap ruangan bersangkutan dengan harapan oleh petugas ruangan
500 gram/hari. akan dipilah-pilah dan dikirim ke penjahitan untuk perbaikan-
10) Deterjen yang digunakan terdiri dari beberapa jenis/macam nya.
nomor misalkan nomor C-910 yang mengandung zat aktif fosfat Bila rusak/robek berat, oleh bagian/unit laundry ditahan,
dan alkali dan juga mengandung zat anti korosi sehingga me- bila mungkin digunakan untuk yang lain dan dikirim ke Unit
. lindungi mesin cuci dari proses korosip penjahitan, sedangkan stock ruangan yang kurang akan diganti
C-935 merupakan bubuk pemutih yang mengandung zat dengan yang baru
aktif khlor, oleh karena itu dapat membunuh kuman dan bakteri 19) Sesuai dengan ketentuan dari Depnaker, maka sekali se-
. yang berbahaya tahuri peralatan perlu diservice dan minimal perlu waktu 3 hari.
C-929 yang mengandung bahan alkali tinggi sehingga Cucian
. RSIJ dicucikan di luar
. mempercepat proses emulsi dari kotoran minyak dan lemak
C-948 yang mengandung asam sehingga dapat mengikat
sisa alkali dan khlor. Selain itu dapat mencegah warna kuning KENDALA YANG DIALAMI RSIJ
pada cucian. Biasanya digunakan/diberikan pada pembilasan
yang terakhir. 1) Air :
11) Jumlah linen yang dicuci rata-rata 700 kg/hari, dengan · Unit laundry memerlukan air yang cukup banyak dan aliran-
perincian sebagai berikut : nya deras untuk mempercepat proses pencucian.
Kelas Kapasitas TT Berat Cucian (kg) Pada awalnya dibangun pompa air khusus untuk Unit laundry
VIP 8 75 tetapi ternyata kemudian dipakai juga untuk bagian dan unit lain,
Utama 16 83 sehingga untuk mengisi air ke mesin cuci saja memerlukan waktu
I 64 64 yang lama. Akibatnya seluruh proses pencucian baru selesai
II 111 104 dalam waktu yang cukup lama pula.
III 200 154 · Air yang ada di unit pencucian, mungkin mengandung zat
Anak-anak 70 82 tertentu sehingga linen putih dan baru setelah 3–4 kali dicuci
Kebidanan 25 41 berubah warna menjadi kekuningan.
ICU 6 21 2) Jumlah linen :
Hemodialisa 7 10 Jumlah linen yang ada di RSIJ masih tetap dirasakan kurang,
Kamar Operasi 6 98 lebih-lebih karena peningkatan rumah sakit tidak diimbangi
Poliklinik 12 23 dengan peningkatan jumlah linen yang tersedia. BOR yang
12) Peralatan yang dipakai : meningkat dari 72% pada 1991 menjadi 75% pada 1992 LOS
– Mesin cuci merk Spronk yang dibeli pada tahun 1971 dan yang menurun dari 7,2 hari menjadi 6 hari dan TOI yang menetap
berkapasitas 30 kg. 2 hari; mengakibatkan turn over pasien yang tinggi, dan perlu
– Mesin cuci merk Electrolux yang dibeli tahun 1986 dengan disediakan linen yang cukup banyak untuk mempersiapkan tempat
kapasitas 30 kg. tidur pasien.
– Mesin boiler merk Spronk.
– Mesin boiler merk Electrolux yang ternyata lebih pendek 3) Bahan dasar :
dan daya presnya juga kurang. Ternyata sangat sulit mencari bahan dasar dengan ukuran
– Setrika dipergunakan untuk menyetrika baju-baju fungsional, tertentu di pasaran, sehingga perlu memesan dulu dari pabrik
baju bayi dan linen lain yang sukar dipres. tekstil; dengan sendirinya hal ini perlu waktu yang relatif lebih
13) Linen bersih yang telah disetrika dibawa ke kamar linen dan lama.
dibagikan ke petugas-petugas ruangan masing-masing sesuai
4) Anggaran :
dengan banyaknya linen yang dicuci pada hari itu
Anggaran yang diperlukan ternyata baru disadari kalau
14) Untuk linen di RSIJ digunakan sistim sentralisasi kira-kira
cukup besar, membeli linen jadi perlu biaya yang lebih besar lagi,
3 tahun ini; sebelumnya dipakai sistim desentralisasi
selain itu fungsi dari unit penjahitan bukan hanya memperbaiki
15) Petugas laundry. di RSIJ bertugas dalam 2 shift yaitu pagi
. yang rusak/robek saja tetapi juga harus menjahit yang baru
dan sore hari, pada hari libur yang bertugas hanya 1 shift
16) Distribusi linen bersih : bila persediaan linen bersih ada, 5) Tenaga :
langsung diberikan pada petugas ruangan sesuai jumlah cucian; · Di unit laundry tenaga yang bertugas kurang sekali yaitu
bila tak ada/tak mencukupi, maka pada siang hari sekitar jam hanya 15 orang. Untuk mengatasi jumlah cucian yang cukup
13.00 baru diambil lagi oleh petugas ruangan banyak tersebut maka petugas unit laundry bertugas dalam 2
17) Linen bersih dari laundry diangkut dengan kereta dorong shift.
yang tertutup, untuk dibawa ke masing-masing ruangan. Linen · Tenaga di unit penjahitan juga tak memadai, sehingga linen
bersih yang perlu steril, langsung dibawa ke CSSD untuk di- baru yang dibutuhkan tak dapat segera dipenuhi, perbaikan atau
sterilkan. daur ulang linen yang robek/rusak juga kurang terpenuhi.

104 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994


6) Warna linen : . dari linen
· Sebaiknya warna linen yang digunakan tetap putih saja, Di RSIJ pada ruangan perawatan Anak-anak pernah terjadi
terbukti di Pav. Kebidanan yang memakai warna merah muda, kehilangan sprei sebanyak 17 lembar dalam tempo 3 bulan.
setelah 3 bulan warna pudar dan berubah menjadi warna putih Setelah diteliti ternyata pada waktu pasien anak tersebut pulang
kotor. maka spreinya ikut dibawa pulang. Di ruang Kebidanan warna
· Untuk Kamar Operasi tetap warna hijau yang mempunyai linennya adalah merah muda dan setelah dicuci ± 3 bulan warna
kesan ukuran yang sebenarnya dari alat/organ tubuh yang sedang merah muda tersebut menjadi pudar dan berubah menjadi putih
. dioperasi, selain itu juga mengurangi stress kotor; akhirnya linen tersebut tak dipakai lagi karena paramedis
perawatannya malu untuk memasang di tempat tidur pasien, dan
PEMBAHASAN . pasiennya sendiri juga kurang berkenan
Perencanaan: Pemeliharaan dan Penghapusan :
Selama ini telah direncanakan dengan baik dan disesuaikan Pensortiran linen kotor kadang-kadang menggunakan pe-
dengan kapasitas tempat tidur. Penentuan kebutuhan linen sudah ngait yang ujungnya runcing, sehingga dapat melubangi linen
dilaksanakan, dan disesuaikan dengan apa yang diperlukan, kotor, lama kelamaan lubang/koyakan ini makin lebar; sampai
berapa jumlah yang diperlukan, mengapa diperlukan, siapa yang . tak layak dipakai
memerlukan, diperlukan untuk apa, bilamana diperlukan dan Linen yang robek/rusak ringan memang telah diperbaiki
dimana diperlukan. oleh unit penjahitan, tetapi lama kelamaan perbaikannya me-
Inventarisasi linen juga telah dilakukan, oleh karena itu . makan waktu yang sangat lama karena keterbatasan tenaga
dapat diketahui bahwa jumlah linen yang tersedia di RSIJ ter- . Membuat perlengkapan linen yang baru demikian pula
nyata masih belum memadai. Untuk mengatasi kekurangan Obat/deterjen yang dipakai mula-mula ternyata tak efisien,
persediaan linen tersebut maka petugas laundry berdinas dalam dan linennya cepat sekali berubah menjadi kuning dan baunya
. 2 shift yaitu pagi dan sore . kurang sedap; oleh karena itu sekarang dipakai produk merk lain
Pengadaan: Pemeliharaan alat-alat laundry yang lama ternyata me-
Dilakukan pengelompokan menurut skala prioritas, antara menuhi syarat sehingga sampai sekarang masih dapat diper-
gunakan dengan baik, malah lebih berfungsi dibandingkan alat
lain :
yang baru dibeli 7 tahun yang lalu.
— Kelompok linen utama : merupakan linen yang mutlak di-
Pakaian bayi bila dicuci dengan mesin cuci rumah sakit
.perlukan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan
ternyata cepat sekali robek, oleh karena itu diharapkan membeli
— Kelompok tambahan : adalah linen yang diperlukan, tetapi
mesin cuci rumah tangga untuk keperluan tersebut, bila di-
tak akan menyebabkan pelayanan terhenti bila tak tersedia.
— Kelompok pelengkap : adalah linen yang tidak mempenga- . perlukan sterilitas, dapat dikirim ke CSSD terlebih dulu
.ruhi jalannya pelayanan kesehatan
KESIMPULAN
Walaupun telah dilakukan pengelompokan sesuai dengan
1) Kecanggihan peralatan yang telah dimiliki RS Islam Jakarta
skala prioritas dan anggarannya tersedia, ternyata RSIJ masih
(ESWL, CT-Scan) ternyata tak diimbangi dengan peralatan atau
mengalami hambatan dalam pengadaan, karena bahan dasar
. perlengkapan linen yang memadai/memenuhi standar
untuk pembuatan linen rumah sakit tidak tersedia di pasaran, jadi
2) Dengan pemeliharaan yang baik dan tepat ternyataperalatan
. harus memesan ke pabrik tekstil terlebih dahulu
lama masih berfungsi baik, bahkan lebih bagus daripada alat
Penyimpanan dan Penyaluran : . yang baru
Pemborosan linen di rumah sakit dapat terjadi sebagai akibat 3) Perlu dibuat prosedur kerja tetap yang baku dan tertulis,
dari keborosan, kehilangan, pencurian barang/linen dan kualitas . sehingga dapat dipakai seterusnya

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994 10 5


Efisiensi Pengelolaan Laboratorium
di Rumah Sakit
Dr Indika Pitono, Dr Rustadi Sosrosumihardjo
Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta

Pengetahuan ilmiah saja yang selama ini dianggap me- untuk merealisasikan suatu target yang telah ditentukan dengan
rupakan satu-satunya prinsip untuk pengelolaan laboratorium, biaya yang minimal, efisiensi maksimal dan kualitas pelayanan
sekarang tidakdapatdipertahankan lagi. Konsep terbaru mengenai . penderita yang tidak terganggu
laboratorium klinik adalah konsep ekonomi yang bersama-sama Secara umum agar hal tersebut dapat dicapai sebaik-baiknya
dengan pengetahuan laboratorium secara terintegrasi diperlukan pihak manajemen seharusnya mempunyai tujuan, rencana yang
dalam pengelolaan laboratorium klinik untuk menghadapi . baik dan kontrol. Tujuan harus jelas, realistik dan dapat "diukur"
. lingkungan yang makin bersifat business Perencanaan yang baik meliputi aktifitas planning statement,
Laboratorium klinik merupakan salah satu bagian yang forecasting, menentukan prioritas tujuan, programming yang
memerlukan biaya tinggi (cost intensive) dari suatu rumah sakit meliputi rencana mengenai alat-alat, personel, keuangan dan
untuk diagnosis dan monitoring suatu penyakit. Laboratorium timetable, scheduling yaitu menentukan batas waktu tujuan ter-
swasta komersial dihadapkan pada persaingan yang ketat dan capai dan merencanakan anggaran. Aktifitas kontrol manajemen
harus menemukan cara untuk mengelola secara ekonomis, tetapi meliputi pembuatan standar prosedur, mengukur performance
tetap masih mendapat keuntungan. Laboratorium yang tidak . dan melakukan tindakan koreksi
bersifat komersial dalam suatu rumah sakit harus meningkatkan Eksekutip rumah sakit sering kali dikritik, karena dianggap
efisiensi dan mengenal bentuk operasional maupun fungsi dalam tidak mengeluarkan dana cukup yang diperlukan untuk direct
. menghadapi beban kerja yang semakin meningkat patient care. Keterangan bahwa selama ini sumber dana masih
Belum ada atau sedikit sekali petunjuk/rujukan baku untuk terbatas tidak dapat meyakinkan bahwa rumah sakit bukannya
menilai biaya, produktivitas, aktivitas atau faktor-faktor untuk mempunyai dana yang tidak ada habisnya. Hal ini disebabkan
membuat perkiraan biaya yang diperlukan untuk karyawan, karena kritik tersebut tidak memperhatikan fakta-fakta serta
. reagensia dan pengeluaran lainnya pengertian tentang adanya distribusi dana dalam rumah sakit,
Pada kesempatan ini akan diulas mengenai pengelolaan asal dana serta nilai diagnostik dan penggunaan yang berlebihan
laboratorium klinik yang pada akhirnya didapatkan suatu kese- dari tes diagnostik, x-ray, obat-obatan serta tindakan diagnostik
. imbangan antara kualitas pelayanan dan efektifitas dan terbatasnya sumber dana. Walaupun demikian permintaan
Pengelolaan laboratorium seyogyanya menggunakan tes-tes diagnostik dan tindakan diagnostik tetap meningkat,
manajemen yang lazim digunakan dalam industri yang ternyata sebabnya adalah mekanisme kontrol yang tidak pernah ada
sangat berharga untuk dilaksanakan di laboratorium. Adminis- secara jelas dan formal. Dalam hal laboratorium rumah sakit
trator rumah sakit bertanggung jawab dalam merencanakan serta swasta kesukaran dana tersebut dapat dicapai dengan mening-
menentukan kualitas pelayanan penderita secara umum serta katkan pendapatan atau mengurangi pengeluaran. Pada rumah
keberhasilannya, sedangkan manajer laboratorium merekomen- sakit pemerintah dimana peningkatan pendapatan laboratorium
dasikan alat yang cost-effective, mengoptimalkan penggunaan tidak dapat begitu saja dicapai dengan menaikkan harga tiap tes
sumber daya manusia dan membantu merencanakan anggaran dan pemberian dana dengan meningkatnya biaya juga tidak dapat

Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21— 25 November 1993.
106 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994
begitu mudah dilaksanakan, manajer laboratorium harus lebih lah pemeriksaan dan usaha tetap akan tetapi kualitas pemeriksaan
efisien
. dan memanfaatkan setiap dana yang dianggarkan meningkat
.
Untuk mengoptimalkan dana tersebut beberapa masalah Dalam meningkatkan produktivitas ini manajer laborato-
yang sering dijumpai di rumah sakit seyogyanya dipahami dan rium harus memperhatikan dua hal yaitu tingkat kualitas yang
diantisipasi. Masalah ini adalah sebagai berikut : dihasilkan dan tingkat produktivitas (Gambar 1). Posisi (1,1)
1) Kurangnya informasi tentang besarnya kebutuhan klinik adalah yang tidak memperhatikan kedua hal tidak dapat bertahan
dan . prioritas lama dan tidak diinginkan oleh pihak rumah sakit. Posisi (10,1)
Manajer laboratorium mendapat kesukaran mengatur ang- adalah manager yang sangat memperhatikan kualitas, akan tetapi
garan yang telah ditetapkan karena : kurang memperhatikan produktivitas, tipe ini masih dapat diper-
a) tidak ada cara yang tepat untuk menaksir jumlah serta ma- tahankan akan tetapi sukar menghadapi keadaan dana yang
cam
. tes yang rutin akan diminta selama satu mata anggaran terbatas. Posisi (1,10) tidak diinginkan karena- walaupun
b) perkiraan tentang tes yang tidak dikehendaki tidak pernah produktivitasnya tinggi, akan tetapi kualitas pemeriksaannya
dapat
. diterka dengan tepat rendah. Posisi (5,5) adalah posisi yang seimbang dimana per-
Kejadian ini biasa terjadi dan mengharuskan pihak adminis- hatian ditujukan terhadap baik kualitas maupun produktivitas,
trator rumah sakit mengalihkan anggaran dari satu pos ke pos akan tetapi hal ini juga kurang disukai karena menunjukkan
lain. Komputerisasi laboratorium mungkin membantu men- pekerjaan yang "setengah hati" baik untuk kualitas maupun
dapatkan
. angka mengenai jumlah dan macam tes lebih tepat produktivitas. Posisi (10,10) adalah tipe manajer yang memper-
2) Kurangnya pendidikan/pemberitahuan/prosedur standar hatikan secara maksimum baik kualitas maupun produktivitas,
diagnostik
. mungkin hipotesis saja, akan tetapi ini posisi yang paling jelas
Adanya prosedur standar, pemberitahuan tentang cara diinginkan
. untuk manajer yang bertanggung jawab
meminta tes seharusnya diberikan serta pendidikan yang terus
menerus
.
3) Meningkatnya beban kerja dan kebutuhan akan prosedur
pemantapan
. mutu
Jumlah, macam tes dan prosedur pemantapan mutu diten-
tukan setepat mungkin untuk mengurangi biaya. Tes apa yang
sering diminta serta penyakit apa yang sering dijumpai, kapan
terdapat akumulasi permintaan tes tertentu dapat membantu
menentukan keperluan di atas. Data tersebut sebenarnya dapat
diperoleh
. melalui medical record
Selain masalah tersebut terdapat biaya yang tidak terkontrol
dalam laboratorium yang penyebabnya adalah :
1) Biaya untuk otomatisasi yang tidak terantisipasi sebelum-
nya.
Dengan otomatisasi pemeriksaan laboratorium menjadi
mudah dan cepat. Profil tes lebih mudah dikerjakan dan lebih
cepat mendorong klinisi meminta tes dengan cara tersebut, era
dimana permintaan tes berdasarkan pertimbangan klinis serta
diagnostik fisik semakin ditinggalkan.
2) Masalah
. dengan reagen dan reagen penunjang lainnya
Pada permulaan perusahaan automatic analyzer sering kali
membuat alat yang banyak reagen serta penunjangnya banyak Gambar 1. Perhatian atas kualitas dan produktivitas manajer laborato-
tergantung padanya. Akan tetapi pada masa kini kebanyakan alat rium.
telah menggunakan open system artinya dapat menggunakan
reagen merk lain bahkan perangkat kerasnya misalnya kuvet dan Berikutnya adalah tabel-tabel yang dapat dipakai sebagai
sebagainya. strategi untuk meningkatkan produktivitas laboratorium. Di dal am
tabel-tabel terdapat masalah maupun penyelesaian yang umum,
3) Perlunya kontrol atas pengeluaran biaya untuk personalia.
yang mungkin tidak semuanya cocok untuk tiap laboratorium,
4) Perlunya membuat grup tes yang lebih kecil tetapi lebih
akan tetapi setidaknyadapat dipakai acuan untuk menilai keadaan
spesifik dibanding grup tes penyaring yang banyak akan tetapi
laboratoriumnya bila terdapat masalah tersebut.
kurang. spesifik
Mengatur biaya laboratorium tidak mungkin tanpa adanya Tabel 1. Penyebab rendahnya produktivitas personil di laboratorium
upaya meningkat produktivitas laboratorium. Produktivitas la- 1 . Tingkat ketrampilan yang rendah.
boratorium meningkat apabila 1) Jumlah pemeriksaan yang 2. Absen
. yang terlalu sering
3. Program pelatihan yang kurang tepat.
dikeluarkan bertambahnya untuk usaha yang tertentu. 2) Usaha 4. Orientasi karyawan terlalu berlebihan.
untuk mencapai jumlah pemeriksaan tertentu menurun. 3) Jum- 5. Spesialisasi dan generalisasi kurang tepat.

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994 107


6. Arus kerja yang kurang baik karena perencanaan yang kurang baik. Tabel 4. Rekomendasi untuk meningkatkan kualitas (clinical produc-
.
7. Kurangnya penjelasan arus kerja tivity).
8. Penilaian
. tentang beban kerja salah
.
9. Pembagian kerja yang kurang baik antara shift, sub bagian lab l. Kembangkan
. laboratory disease related test group dengan klinisi
10. Melakukan batching of test *) yang tidak benar. (tes dilakukan tujuh 2. Interaksi dengan klinisi untuk melakukan prioritas terhadap tes.
kali
. seminggu walaupun tiga kali telah cukup) 3. Interaksi dengan staff klinik untuk menentukan pemilihan jenis tes yang
11. Standar turn around time **) yang tidak tepat. optimal
.
12.. Mengerjakan sendiri pemeriksaan yang jarang diminta. 4. Integrasikan grup tes dengan rencana program pemantapan kualitas.
13. Program pemantapan mutu kurang tepat sehingga tes sering harus di- .
5. Lengkapi dengan interpretasi untuk klinisi
ulang. 6. Interaksi dengan pihak manajemen rumah sakit untuk tidak melakukan
.
14. Pelaksanaan quality control yang berlebihan tes yang tidak relevan lagi dan adakan tindakan pengurangan biaya.
15. Tuntutan pelayanan yang berlebihan dari para klinisi. Permintaan sito
yang terlalu banyak. Tabel 5. Penyebab tingginya biaya non personil.
16. Automatisasi yang tidak memadai. l. Terlalu banyak biaya untuk riset, pengembangan dan tidak untuk
17. Kerusakan alat yang relatip sering. perawatan pasien
.
2. Terlalu banyak beban biaya yang tidak berhubungan dengan laborato-
Keterangan :
rium
. oleh rumah sakit atau yayasan
*) Batching of t est adalah melakukan pemeriksaan dengan mengumpulkan
3. Terlalu banyak biaya untuk perjalanan atau pendidikan.
terlebih
. dulu untuk kemudian dikerjakan setelah banyak
4. Tingginya biaya untuk mengikuti program pemantapan mutu ekstema.
**) Turn around time adalah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan.satu Tingginya biaya untuk melakukan tindakan quality control dalam
5.
pekerjaan
. dari permulaan sampai selesai semua tahap pemeriksaan.
Tabel 2. Jalan keluar untuk mengatasi rendahnya produktivitas personil. 6. Tingginya iuran untuk organisasi.
7. Terlalu banyak berlangganan buku/majalah yang tidak perlu.
l. Tinjau
. kemungkinan adanya konsolidasi personil 8. Terlalu banyak biaya untuk konsultasi.
2. Tingkatkan ketrampilan dan harapan akan kemajuan dengan pelatihan 9. Terlalu sedikit modal untuk alat/terlalu banyak alat yang disewa (rental).
dan
. imbal jasa 10. Terlalu banyak reagen terbuang.
3. .
Perbaiki hubungan dengan staf medik 11. Terlalu banyak kontrol, standar dan pengulangan tes.
4. .
Campur antara analis yang "general" dan "spesialis" 12. Kebijaksanaan pembelian dan tawar menawar yang kurang baik.
5. Hindari
. karyawan yang mempunyai spesialisasi sangat khusus 13. Adanya ketetapan yang tidak menentu mengenai definisi peralatan
6. Tinjau
. kemungkinan pengurangan karyawan yang akan dibeli.
7. Motivasi
. karyawan agar bekerja 100% pada waktu jam kerja 14. Inventarisasi yang kurang baik.
8. Tingkatkan kemampuan seluruh analis tentang tindakan pencegahan 15. Terlalu banyak atau terlalu sedikit tes yang dikirim keluar.
dan
. pemeliharaan alat-alat 16. Terlalu banyak tindakan pencegahan.
9. Hindari
. terlalu banyak karyawan dengan honor tinggi 17. Tindakan pencegahan yang jelek yang mengakibatkan tingkat kega-
10. Tinjau
. kembali struktur organisasi galan alat-alat yang tinggi.
11. Tinjau
. biaya tes bila dilakukan manual atau otomatis 18. Monitoring terhadap telepon interlokal yang kurang baik.
12. Tentukan
. apakah harus membuat atau membeli 19. Kurir servis (bila ada) kurang terkontrol biayanya.
13. .
Gabungan sub bagian/seksi untuk mendapatkan efisiensi maksimal 20. Kapasitas peralatan yang dibeli tidak sesuai dengan beban kerja.
14. Usahakan
. adanya ruang cukup dan arus kerja yang baik 21. Peralatan khusus sito yang harga reagennya tinggi dipakai untuk rutin.
15. .
Tinjau kemungkinan "satelite lab" 22. Tingginya pengulangan tes karena standardisasi alat yang kurang baik.
16. Usahakan
. beban kerja yang tepat 23. Kemungkinan perlu alat cadangan.
17. Meningkatkan beban kerja dan memperbesar jumlah "batch" dengan 24. Tingginya penggunaan kertas komputer.
peningkatan
. pelayanan
18. Pindahkan
. pekerjaan rutin ke waktu lain Tabel 6. Penyebab tingginya permintaan tes laboratorium
19. Tinjau kemungkinan meningkatkan batching of test dan penurunan test
l. Rumah sakit adalah rumah sakit pendidikan dimana residen dapat
turn
. around time
20. Kurangi adanya duplikasi pelayanan dalam laboratorium. meminta
. tes
21. Tingkatkan otomatisasi dengan menggunakan alat yang non labor 2. Laboratorium mempunyai program keluar yang demikian baik se-
.
intensive dan low cost/test hingga
. banyak sampel berasal dari luar rumah sakit
22. Kirim keluar tes yang jarang bila efisiensi masih rendah. 3. Banyaknya pasien dalam keadaan kritis.
23. Tinjau kembali kegiatan riset dan tindakan pengembangan yang tidak 4. Tidak
. benarnya tata cara pola permintaan tes
perlu
. 5. Monitoring atas tata cara permintaan tes tidak berfungsi efektip.
24. Tinjau dan tingkatkan efisiensi beberapa alat otomatis. 6. Kurangnya
. presentasi kasus oleh patologists
25. Hindari alat yang banyak memerlukan interaksi karyawan. 7. Turn
. around time yang jelek
26. Komputerisasi laboratorium. 8. Adanya length of stay yang pendek dengan bertambahnya permintaan
tes
.
9. Formulir
. lab yang kurang terencana dengan baik
Tabel 3. Hal-hal yang mungkin timbul akibat adanya excessive high labor 10. Kurangnya algoritme untuk membantu pemilihan dan interpretasi tes.
productivity. 11. Catatan yang tidak benar sehingga tampak sebagai permintaan tes
tinggi
.
l. Adanya kemungkinan kekurangan karyawan untuk bertugas 24 jam. 12. Adanya kepentingan komersial untuk mempertahankan permintaan tes
2. Berkurangnya waktu untuk pelatihan dan pengembangan. yang
. tinggi
3. Adanya kemungkinan menurunnya kualitas. 13. Terlalu
. banyaknya tes sito
4. Timbulnya tes yang jarang diminta karena keluhan dari klinik. 14. Adanya persepsi kualitas lab yang jelek yang mengakibatkan per-
5. Adanya kemungkinan memanjangnya turn around time yang tidak mintaan tes ulang.
benar. 15. Metodologi yang jelek yang mcnyebabkan hasil lab tidak konsisten
6. Berkurangnya peninjauan untuk mengembangkan tes yang baru. dengan
. keadaan penderita
7. Terjadi pelaporan tentang beban kerja yang tidak benar. 16. Pekerjaan riset dan pengembangan tidak dinilai dalam rupiah.

108 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994


KEPUSTAKAAN clinical Laboratory. Baltimore, Maryland: University Park Press, 1974.
3. Morrison JI, Hardwick DF, Cassidy PA. Laboratory Use, Cost, Technology:
1. Travers EM. Managing Costs in Clinical Laboratories. New York: McGraw- How much can be saved?. In: The Clinical Laboratory in the new era. Quality,
.Hill, 1989 Cost, and Diagnostic Demands. Bermes EW, ed. Washington: AACC Press,
2. Bennington JL, Westlake GE, Louvau GE. Financial Management of the 1989.

Cerm.in Dunia Kedokteran, Edisi Khusus Nd. 91, 1994 10 9


Survai Keamanan Pasien

Dr. Boy S. Sabarguna, MARS


Asisten Direktur Bidang PPE Rumah Sakit Umum Daerah Gunung Jati, Cirebon

ABSTRAK

Selayaknya mutu pelayanan rumah sakit tidak hanya dibicarakan, tetapi perlu :
1. Dilakukan tindakan yang bisa mengukur keadaan sejauh mana sekarang ini telah
berjalan.
. perlu dilakukan dari hasil interpretasi penilaian yang terjadi
2. Tindak lanjut apa yang
Maka langkah-langkah upaya dalam rangka meningkatkan mutu keamanan pasien
adalah :

PENDAHULUAN demikian sudah merupakan langkah maju, dibandingkan tidak


Berbagai cara meningkatkan mutu pelayanan di rumah . sama sekali
sakit, mulai dari quality assurance, total quality control sampai Menjaga mutu dari aspek klinis merupakan hal yang hingga
yang terbaru CTQI atau continuing total quality improvement, sekarang merupakan yang tersulit, karena menyangkut profesi
sebenarnya berbasis relatif sama yaitu upaya. Jadi tak hanya di- dan standar profesi, hal ini sedang dijajagi oleh IDI bersama
bicarakan dan didiskusikan kebaikan dan keunggulannya, tetapi Pemerintah.
. paling penting adalah bisa dikerjakan Aspek efisiensi dan efektivitas yang menilai mutu dari sudut
Dari 4 aspek mute(1 ) yaitu : keuangan dan pelayanan memerlukan perhitungan dan upaya
1) Aspek klinis, . ekstra keras agar bisa dipergunakan dengan mudah dan jelas
2) Aspek efisiensi dan efektivitas, Aspek keamanan pasien dapat merupakan hal yang seder-
3) Aspek keselamatan pasien, hana sampai rumit, hal ini perlu ditelusuri agar dapat dilakukan
4) Aspek kepuasan pasien, upaya menjaga mutu dengan jelas dan terarah; bila tidak, aspek
yang sering dikupas baru kepuasan pasien, dan itupun sering ini hanya dinilai tanpa indikator yang jelas, atau dengan indikator
tidak tuntas; artinya survai dengan pemilihan sampel kurang yang sangat subjektif sehingga tak bisa diperhitungkan. Upaya
tepat, juga hasilnya tidak cukup ditindaklanjuti. Meskipun berikut ini merupakan langkah kuantifikasi berbagai hal yang
Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21— 25 November 1993.
110 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994
berhubungan dengan keamanan pasien, sehingga bisa diper- * Aspek Klinis
. hitungkan dan didiskusikan Yaitu menyangkut pelayanan dokter, perawat dan terk3it
Tulisan ini bertujuan : .dengan teknis medis
1. Memberikan gambaran yang lebih terang tentang Menjaga * Efisiensi dan Efektifitas
Mutu Pelayanan Rumah Sakit yang terkait dengan keamanan Yaitu pelayanan yang murah, tepat guna, tak ada diagnosis
pasien. .dan terapi yang berlebihan
2. Memberikan gambaran yang lebih jelas tentang indikator * Keamanan Pasien
. keamanan pasien yang dapat dipakai sebagai pedoman Yaitu upaya perlindungan terhadap pasien, misalnya per-
3. Membuat sur vai keamanan pasien di rumah sakit, sehingga lindungan jatuh dari tempat tidur, kebakaran.
aspek ini dapat dikwantifikasi dan selanjutnya dapat didiskusikan, * Kepuasan Pasien
kemudian dilakukan tindak lanjut yang relevan. Yaitu yang berhubungan dengan kenyamana, keramahan
.dan kecepatan pelayanan
MENJAGA MUTU PELAYANAN RUMAH SAKIT
DEFINISI (1)
Quality Assurance atau menjaga mutu adalah :"Suatu pro-
gram berlanjut yang disusun secara objektif dan sistematik CIRI MUTU YANG BAIK
memantau dan menilai mutu dan kewajaran asuhan terhadap Berdasarkan dari pengamatan di atas ternyata mutu yang
pasien. Menggunakan peluang untuk meningkatkan asuhan pasien baik adalah (1) :
dan memecahkan masalah-masalah yang terungkap. " (Skema 1) * Tersedia dan terjangkau.
. * Tersedia kebutuhan
.* Tepat sumber daya
.*Tepat standar profesi/etika profesi
* Wajar dana aman.
.* Mutu memuaskan bagi pasien yang dilayani
Pelayanan medis yang baik adalah(2):
* Yang didasari oleh praktek medis yang rasional dan didasari
. oleh ilmu kedokteran
.* Mengutamakan pencegahan
* Terjadinya kerjasama antara masyarakat dengan ilmuwan
medis.
.* Mengobati seseorang sebagai keseluruhan
KOMPONEN MUTU .*Memelihara kerjasama antara dokter dengan pasien
Mutu pelayanan kesehatan menjadi sulit diukur, karena hasil . *Berkoordinasi dengan pekerja sosial
yang terlihat merupakan resultan dari berbagai faktor yang . *Mengkoordinasikan semua jenis pelayanan medis
. berpengaruh. Walaupun demikian secara jelas dapat dibedakan * Mengaplikasikan pelayanan modern dari ilmu kedokteran
Komponen itu adalh (1) : .yang ditubuhkan masyarakat

KEAMANAN PASIEN
* Kewajaran * Relevansi * Hasil segera Aspek keamanan pasien sebenarnya banyak yang mempu-
* Kuantitas * Efektivitas * Hasil jangka panjang nyai dasar objektif, artinya dapat dili hat bendanya. Seperti adanya
* Efisiensi alat pemadam kebakaran. Hanya permasalahannya berapa ban-
Struktur adalah : sarana fisik, perlengkapan dan peralatan, yak dan berapa besar yang dinilai cukup ?; hal ini menjadi relatif
organisasi dan manajemen, keuangan, sumber daya manusia dan subjektif, karena akan berhubungan dengan situasi dan kondisi
. sumber daya yang lain yang ada. Segi ini yang akan dicoba dikuantifikasikan dengan
Proses adalah : sarana kegiatan dokter, kegiatan perawat, skela tertentu.
. kegiatan administrasi pasien Tentunya masih banyak lagi yang dapat dipertimbangkan,
Outcome adalah : outcome jangka panjang seperti ke-
termasuk hal-hal yang sifatnya perilaku yang lebih spesifik,
seperti setiap transfusi selalu dilakukan crossmatch. Dapat juga
. mungkinan kambuh, kemungkinan sembuh di masa datang lebih dispefikasi seperti : jumlah satpam, kemampuan satpam,
ASPEK MUTU . pelatihan ulangan
Mutu pelayanan rumah sakit dapat pula dilihat dari segi Hal di atas merupakan sebagian dari aspek penting yang
aspek yang berpengaruh. Aspek berarti termasuk hal-hal yang harus ada dan diperhatikan agar keamanan pasien mendapat
secara langsung atau tidak berpengaruh terhadap penilaian. jaminan. Kemudian dengan survai yang menggunakan skala
Keempat aspek itu adalah : akan dapat diperhitungkan seberapa jauh sudah diadakan.

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 91, 1994 111


Kelompok indikator keamanan pasien meliputi : menggambarkan; bila pilihan :
No. Kelompok Indikator
1. Istimewa; 2. Baik; 3. Cukup; 4. Kurang; 5. Buruk, dari
pengalaman, sering dipilih cukup, karena tengah-tengah/netral.
1. Fasilitas 1. Pemadam kebakaran Bila menggunakan EPI INFO, dipergunakan skala (4):
2. Pembuangan limbah 1 = Buruk; 2 = Kurang; 3 = Baik; 4 = Istimewa. Dalam hal ini tak
3. Pencegahan penularan kuman
4. Cadangan lisirik
dipergunakan skala cukup, untuk menghindari pemiiihan nilai
5. Ruang operasi yang memenuhi stndar tengah yang dianggap aman.
6. Adanya ruang pulih sadar yang memedai 2) Cara Pengisian Kuesioner
7. Adanya ICU yang memadai Diisi dengan memilih salah satu dan ditandai.
2. Alat
8. Pengikat di kereta dorong Pengisi kuesioner diberi penjelasan cara mengisinya :
9. Pengikat di tempat tidur * Memilih dengan memberi tanda; * Jelaskan bahwa perlu diberi
10. Kelengkapan oksigen nama jabatan pengisi; * dan mohon diisi dengan jelas dan
11. Kelengkapan alat gawat darurat sebenarnya.
3. Obat
12. Tersedia obat untuk mengatasi syok Kuesioner dianjurkan diisi oleh :
13. Nama obat yang jelas 1) Direktur
14. Dosis obat yang jelas 2) Para Wakil Direktur
4. Prosedur
15. Prosedur menghadapi musibah 3) Kepala Bidang
16. Prosedur penyimpanan barang pasien 4) Kepala Ruangan
17. Prosedur pencegahan infeksi nosokomial 5) Dokter Kepala UPF.
18. Prosedur menunggu pasien
5. Petugas
19. Adanya petugas Satpam yang cukup 3) Cara Pengolahan Kuesioner
20. Adanya seragam petugas Data bisa dioleh dengan cara manual atau komputer. Dengan
21. Adanya nama dan identitas petugas manual berarti mengumpulkan diisi sesuai program.
22. Adanya identitas penunggu pasien
6. Kegiatan
23. Status diisi lengkap 4) Epi Info
24. Adanya catatan pergantian antar petugas Merupakan program untuk epidemologi, dan program ini
merupakan public domain, artinya bisa dipakai tanpa membeli
atau menyewa.
SURVAI KEAMANAN PASIEN
Dalam program ini termasuk didalamnya analisis yang
1) Pembuatan Kuesioner
Kuesioner dapat diperbandingkan dengan wawancara sebagai diperlukan dalam rangka pengolahan data, seperti :
berikut(3 ) : 1) Presentase
2) Analisa korelasi.
Keuntungan Kuesioner Keuntungan Wawancara
5) Pedoman Interpretasi
* Ekonomis : Swa pengisian akan * Kejelasan : Pewawancara akan Untuk menginterpretasi atau mengerti apa yang digambar-
mengurangi petugas dapat menjelaskan pertanyaan yang kan oleh angka itu, maka perlu pedoman :
* Standarisasi : Perintahtertulis akan sulit dimengerti dan dapat mentasi
mengurangi bias karena perbedaan kalau ada responden yang tidak 1) Standar dari litelatur
cara bertanya atau interaksi antara dapat membaca. Walaupun tidak pasti, dapat memberikan gambaran yang
petugas dan responden. * Kekayaan informasi : Pewawan- lebih jelas, dan dapat dilakukan modifikasi.
* Anonymity : akan lebih leluasa cara dapat mengumpulkan lebih 2. Kegiatan serial
mengisi hal-hal yang sensitif, tanpa banyak informasi berdasarkan
disaksikan atau ditanya oleh orang jawaban responden dan melalui Bila kegiatan dilaksanakan secara berkelanjutan, akan dapat
lain. observasi tampilan dan prilaku dibandingkan . senerti contoh :
responden.
* Keteraturan : Pewawancara akan
dapat menanyakan pertanyaan
secara berurutan.

Dalam pembuatannya bisa berbentuk :


1. Ya, atau tidak.
2. Ya, tidak atau tidak tahu.
3. Pilihan berganda : a, b, c, d. 6) Kesimpulan Interpretasi
4. Dengan skala; contoh : 1. Sangat penting; 2. Penting; 3. Dari interpretasi itu harus diperoleh gambaran :
Kurang penting; 4. Tidak penting. 1. Seberapa jauh pencapaian saat ini.
Jangan membuat yang tengah-tengah, karena menurut penga- Misalnya : pemadam kebakaran 70% menilai baik.
laman akan banyak jatuh pada pilihan ini, sehingga tidak 2. Segi apa yang menyolok baik.

112 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994


3. Segi apa
. yang menyolok buruk * Identitas petugas tak ada (tidak spesifik)
Dengan demikian mulai secara jelas terlihat sektor yang Identitas perawat tidak ada (spesifik)
perlu perhatian dan peningkatan lebih lanjut, juga sektor yang 5)
4)2) Penentuan penyebab masalah
. perlu dipertahankan kebaikannya Setelah masalah kepuasan pasien diketahui, selanjutnya
adalah upaya untuk mengetahui penyebabnya. Sedapat mungkin
7) Kuesioner, Keamanan Pasien kita dapat menyelesaikan penyebabnya, tidak hanya rnenghi-
Berikut ini akan dibuat kuesioner keamanan pasien sesuai langkan tanda dan gejala saja.
indikator yang telah dibuat yaitu 25 buah. 3) Pembuatan alternatif pemecahan masalah
Setelah penyebab ditemukan, maka buatlah berbagai
Kuesioner Keamanan Pasien . kemungkinan pemecahan masalah yang mungkin dapat dilakukan
Tanggal : Pengisi
Tahun : Kuesioner ke
Kumpulkan sebanyak yang dapat dibuat dari kemungkinan
pemecahan masalah itu.
No. Soal Buruk Kurang Baik Istimewa Pemilihan pemecahan masalah yang optimal
1 2 3 4 Dari sekian banyak kemungkinan pemecahan masalah,
pilihlah yang optimal. Optimal berarti pemecahan masalah yang
l. Pemadam kebakaran ?
2. Pembuangan limbah ? paling mungkin dilakukan dalam berbagai keterbatasan yang
3. Pencegahan penularan kuman ? ada; jadi belum tentu yang terbaik. Penentuan yang optimal ini
4. Cadangan lisirik ? hendaklah mempertimbangkan berbagai aspek dan mendengar-
5. Ruang operasi sesuai standar ?
kan semua pihak yang terlibat.
6. Ruang pulih sadar yang memadai ?
7. Ruang ICU yang memadai ? Tindakan pemecahan masalah
8. Pengikat kereta dorong ? Lakukanlah upaya yang nyata dalam rangka pemecahan
9. Pengikat di tempat tidur ? masalah, secara konsekuen dan pastikan sesuai dengan tuj.an
10. Kelengkapan oksigen ?
11.
dan rencana yang dibuat.
Kelengkapan alat gawat darurat ?
12. Obat untuk mengatasi syok ?
13. Nama obat yang jelas ? DOKUMENTASI
14. Dosis obat yang jelas ? Pencatatan setiap langkah dan perkembangan yang terjadi
15. Prosedur menghadapi musibah ?
16.
sangat penting bagi manajemen dalam rangka belajar dari pe-
Pros. penyimpanan barang pasien ?
17. Pros. pencegahan inf. nosokomial ? ngalaman. Bila hanya dilakukan sambil lalu, maka hanya akan
18. Prosedur persiapan operasi ? menjadi angin lalu, tak akan memberikan kesan dan pengalaman
19. Prosedur menunggu pasien ? apapun.
20. Adanya petugas Satpam yang
cukup ?
Maka jadikanlah pengalaman itu tercatat secara jelas, se-
21. Adanya seargam petugas ? hingga akan merupakan bahan acuan dan bahan kajian, baik
22. Adanya nama dan identitas petugas ? untuk masa kini dan masa datang.
23. Adanya identitas penunggu pasien ? Maka model untuk tindak lanjut adalah
24. Status diisi lengkap ?
25. Catatan pergantian antar petugas ?

Jumlah

Catatan : 1.
2.
3.

TINDAK LANJUT
Dalam menjaga mutu yang telah dibicarakan terdahulu, tak
ada gunanya ditemukan maslah bila tidak jelas upaya L.ntuk
memecahkannya. Dengan kuesioner akan ditemukan n asalah
yang secara kuantitatif jelas terlihat, hal ini sudah baik karena
bisa didiskusikan, tetapi tak cukup sampai disitu, perlu upaya
tindak lanjut yang secara nyata akan meningkatkan pelayanan.
1) Spesifikasi masalah
Masalah berarti adanya kesenjangan antara kenyataan dan
. harapan. Hal ini harus jelas dan pasti, berarti harus spesifik
Contoh : Catatan :
* Alat untuk keamanan pasien kurang (tidak spesifik) 1. Tindakan pemecahan masalah akan menjadi dasar bagi spesifikasi masalah
Alat pemadam kebakaran kurang (spesifik) lebih lanjut dan untuk pertimbangan bagi survai keamanan pasien berikutnya.

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994 113


2. Dokumentasi hasil survai d an interprestasinya,termasuktindakan pemecahaa 2 Schulz E. dkk. Management of Hospital. New York : McGraw Hill, 1983.
masalah. . Riono P. Seminar Survai Kepuasan Pasien di Rumah Sakit, RS Gatot Subroto,
3 Jakarta, 1991.
KEPUSTAKAAN . Dean
. AG. dkk. Epi Info. Georgia : CDC, 1990
1. Jacobalis S. Menjaga mutu pelayanan rumah sakit. Jakarta : PERSI, 1989.
4
.

Not everyone can do great things, but everyone can do small things
in agreat way

114 Cermin Duniu Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994


Makalah Lain

Standar Perilaku sebagai


Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan
Drg. Edi Sumarwanto, MBA
Semarang

ABSTRAK

Banyak penyimpangan perilaku tenaga kesehatan yang dapat mempengaruhi mutu


pelayanan di sarana kesehatan. Perilaku tersebut berhubungan dengan etika profesi, etika
tata nilai masyarakat, etika agama maupun etika moral tertentu. Bahkan tidak sedikit
penyimpangan secara hukum, seperti :
– Penentuan tarif, mengacu pada harga pokok dan ditambah dengan tingkat keuntung-
an tertentu.
– Over utilization untuk alat-alat canggih bagi pasien yang mampu dan non-utilization
untuk pasien yang tidak
. mampu
– Penjualan alat implant untuk pasien rawat tinggal secara berlebihan harga dan
jumlahnya.
– Penggunaan obat yang tidak rasional, over dosis untuk pasien mampu dan kurang
dosisnya pada pasien yang tidak mampu.
– Memperpanjang length of stay untuk pasien yang ada di kelas atas (pemberi subsidi).
– Bersikap tidak sopan terhadap pasien yang tidak mampu atau tak dijamin asuransi.
– Berbicara atau bersikap menyinggung tata nilai/agama/perasaan/suku.
Resesi etika moral yang muncul dalam perilaku tenaga kesehatan akan sangat
merugikan tingkat mutu pelayanan.

PENGANTAR dengan harapannya.


Era globalisasi telah membuat dunia seakan menjadi satu Mutu pelayanan rumah sakit menjadi fokus tuntutan ma-
kesatuan informasi, kesatuan komunikasi, kesatuan pasar maupun syarakat; dalam persaingan antar rumah sakit yang semakin
kesatuan budaya. Hal ini tak lepas dari akibat modernisasi, terasa dampaknya, maka mutu pelayanan akan menjadi salah
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, urbanisasi, sehingga satu alternatif utama bagi calon pasien dan keluarganya yang
terjadi perubahan sosial, perubahan ekonomi dan perubahan akan menggunakan jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit.
budaya yang sangat besar dalam waktu yang relatif pendek. Perilaku petugas di rumah sakit merupakan salah satu variabel
Akibat selanjutnya, sistim nilai dan persepsi tentang baik dan utama dalam mewujudkan mutu pelayanan rumah sakit yang
buruk telah mengalami banyak perubahan; latar belakang sosial, baik, karena pasien menuntut pelayanan yang baik tidak hanya
budaya, ekonomi, telah membuateara memandang masalah yang melihat kecepatan, ketelitian para petugas tapi juga perilakunya,
tidak sama, belum lagi ditunjang dengan adanya motivasi dan seperti keramahan, perhatian, tidak membuatdiskriminasi, sopan
kepentingan yang berbeda, sehingga proses pengambilan kepu- dan lain-lain.
tusan untuk memberikan reaksi akan berbeda-beda.
Secara nasional pendapatan perkapita penduduk Indonesia STANDAR PERILAKU
setiap tahunnya bertambah, hal ini karenapertumbuhan ekonomi Merupakan kebijakan manajemen yang harus diperankan
yang cukup mapan, sehingga golongan masyarakat mampu oleh para pelaksana di lingkungan rumah sakit dalam melakukan
semakin bertambah banyak, berpendidikan dan menguasai infor- fungsinya, dengan tenaga kesehatannya meliputi : dokter, dokter
masi, sehinggamereka bida memilih, bisa membayar yang sesuai gigi, farmasi, bidan dan perawat (di samping tenaga non medis),
Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21 - 25 November 1993.
Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994 115
masing-masing telah mempunyai kode etik profesi yang bersifat diperpanjang, tidak melakukan diskriminasi, dan lain-lain.
individual dan mengikat secara moral (juga hukum ?)
Standar perilaku merupakan alternatif untuk meningkatkan
2) Masyarakat
mutu pelayanan, dengan mengacu pada etika profesi, misi rumah Masyarakat mengharapkan agar Rumah Sakit tidak men-
sakit, tata nilai/budaya masyarakat serta agama, yang diproses cemari lingkungan, ikut membangun wilayah sekitar dan mem-
menjadi performance, penampilan kerja para pelaksana rumah punyai fungsi sosial, dan sebagainya.
sakit dalam menjalankan fungsinya melayani konsumen.
3) Pegawai Rumah Sakit
MUTU PELAYANAN Mengharapkan kesempatan pengembangan keilmuan,
Pemahaman konsep tentang mutu pelayanan akan terikat
ketrampilan, karier dan kesejahteraan, di samping fasilitas
dengan faktor kepuasan pelangganan, meskipun puasnya
lengkap, dan administrasi tertib.
pelanggan tidak selalu berarti pelayanannya bermutu.
Mutu pelayanan rumah sakit menyakut hasil pelayanan
4) Manajemen Rumah Sakit
dengan predikat sempurna, sehingga pelayanan dinilai bermutu
Mutu yang diharapkan adalah adanya input yang baik se-
baik kalau layanan tersebut tidak mempunyai cela. Hasil layanan
hingga mudah diproses untuk pencapaian hasil/tujuan rumah
yang diterima oleh konsumen atau pelanggan merupakan proses
sakit, meliputi : - Sumber daya manusia, - Sumber dana, -
dari semua input yang terpadu, baik yang berhubungan langsung
. Material, - Metode, - Teknologi dan lain-lain.
maupun tidak langsung dalam pelayanan di rumah sakit tersebut
Variabel input dalam proses mewujudkan mutu pelayanan 5) Pemilik Mosal/Yayasan
meliputi : Mutu yang diharapkan dari rumah sakit adalah : - ada
1) Faktor manusia pertumbuhan, - untung/SHU banyak, - misi tercapai.
Manusia sebagai pemberi pelayanan langsung, mulai dari
dokter, paramedis, tenaga administrasi, satpam, petugas parkir 6) Pemerintah
maupun bukan pemberi pelayanan langsung seperti : direktur, Mutu rumah sakit yang diharapkan pemerintah antara lain :
yayasan/pemilik modal, petugas laundry, cleaning service, dan – Mendukung program pemerintah untuk pembangunan bidang
lain-lain. kesehatan.
2) Faktor Sarana dan Prasarana Fisik – Mengikuti ketentuan-ketentuan atau perundang-undangan
· Bangunan gedung meliputi lay out, kualitas bahan, bentuk, yang ditetapkan pemerintah.
warna, kebersihan, lokasi. – dan lain-lain.
· Peralatan : alat medis, alat nonmedis seperti : alat suntik,
tensimeter, mebelair, sarana komunikasi, AC, kulkas, dan lain-
lain. STANDAR PERILAKU DAN MUTU PELAYANAN
5) Faktor Manajemen Kaitan antara standar perilaku dan upaya meningkatkan
Prosedur pelayanan, prosedur administrasi, ketentuan mutu pelayanan pada pelanggan dapat dilihat dari parameter
pemakaian alat, ketentuan tarip, standar terapi, standar pela- kepuasan pelanggan. Perilaku petugas yang tercermin dalam
yanan, standar perilaku, dan lain-lain. interaksi dengan pelanggan merupakan salah satu variabel mutu
6) Faktor Alam pelayanan, antara lain :
Faktor ini lebih banyak bersifat tak terkendali atau sulit · "Selamat pagi, ada yang perlu saya bantu Pak?" Ucapan oleh
dikendalikan seperti : banjir, kemarau panjang, gempa bumi, seorang bagian informasi rumah sakit saat ada orang meng-
angin ribut, dan lain-lain. hampiri
.
7) Dan lain-lain · "Assalamu'alaikum . . . . semalam bisa tidur Bu ?" Ucapan
perawat sambil mengantar dokter visite pagi pada seorang pasien
Sesungguhnya mutu rumah sakit dibutuhkan oleh mereka ibu
. muslimah
yang mendapat layanan seperti : · "Selamat siang, ........ RS X di sini". Ucapan seorang operator
sambil mengangkat telepon.
1) Pelanggan · "Sakit sedikit ya Bu . . . . Bismillah" Ucapan seorang dokter
Pelanggan atau konsumen jasapelayanan rumah sakit secara sambil
. menyuntikkan jarum pada pasien muslim
langsung yang paling banyak membutuhkan mutu pelayanan · Pasien dengan keluhan perut, kemungkinan radang usus
rumah sakit; mulai parkir kendaraan, mendaftarkan diri sebagai buntu, mendapat pemeriksaan . laboratorium lengkap, USG -
pasien, mendapat pemeriksaan, mendapat terapi, kemudian ECG, CT Scan, dan lain-lain atas permintaan dokter yang juga
membayar atau menggunakan fasilitas lain seperti: rawat tinggal, .
pemegang saham di rumah sakit agar ROI segera tercapai
pemeriksaan penunjang serta bermacam-macam jasa, telepon, · Pasien di UGD tergeletak tidak segera diperiksa karena
laundry, keamanan dan lain-lain. Pelanggan butuh pelayanan pasien tidak jelas identitasnya, tidak ada yang menanggung
yang cepat, ramah, teliti, profesional, tarif "wajar", pemeriksaan biayanya
. atau tidak dijamin asuransi
tidak diada-adakan, obat tidak over dosis, rawat tinggal tak · Seorang rochaniwan datang ke setiap pasien di ruangan,

116 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994


membawa kitab suci, membimbing do'a, pada pasien tanpa
melihat agama/kepercayaan si penderita. PENUTUP
· Jawaban bagian pendaftaran, kamar perawatan yang ada Demikian gambaran tentang perialaku yang dapat berperan
tinggal ruang VIP dan klas I untuk setiap pasien yang datang dalam ikut serta mewujudkan upaya peningkatan mutu pela-
tanpa melihat daya bell pasien, pada hal klas IlI masih ada yang yanan rumah sakit.
kosong. Standar perilaku dapat disusun dengan mengacu pada etika
· Pasien mau pulang dihambat, pada hal dokter telah meng- profesi, tata nilai, budaya, maupun agama. Bentuk-bentuk konkrit
izinkan pulang, agar pendapatan perawatan rumah sakit naik, standar perilaku dibedakan untuk setiap unit kerja sesuai dengan
apalagi belum ada pasien baru yang mau masuk. fungsinya masing-masing.

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994 11 7


Satuan Pengendali Intern
dalam Pengelolaan Rumah Sakit
(Suatu Pemikiran)
H. Soemaryono Rahardjo, SE
Direktur Keuangan Rumah Sakit Islam Jakarta dan Bendahara IRSJAM/PERSI,
Jakarta

PENDAHULUAN pembiayaan sehingga mampu berkompetisi serta masyarakat


Rumah Sakit Swasta khususnya yang menganut pola IPSM tidak memikul biaya yang terlalu tinggi. UU Nomor : 23 tahun
adalah suatu usaha yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan 1992 juga mendorong rumah sakit harus lebih memperhatikan
masyarakat yang lebih menitik beratkan bidang pengabdian pertanggungjawaban profesional terhadap tuntutan masyarakat,
masyarakat daripada usaha mendapatkan pengabdian ma- baik masalah tingkat kepuasannya maupun yang berkaitan
syarakat daripada usaha mendapatkan keuntungan. Walaupun dengan aspek hukum.
demikian tidak berarti bahwa rumah sakit tipe ini memberikan Hal-hal tersebut di atas mendorong pemikiran bahwa untuk
pelayanan kesehatan pada masyarakat secara cuma-cuma leboh menjamin terselenggaranya mutu pelayanan rumah sakit,
dengan mengandalkan pemberian sumbangan donatur, karena diperlukan pengawasan ataupun pengendalian serta deteksi dini
bagaimanapun juga rumah sakit swasta harus dapat mengem- dari para pimpinan rumah sakit terhadap pelayanan medis, pe-
bangkan usaha secara mandiri, artinya rumah sakit harus dapat rawatan serta administrasi dan keuangan. Oleh karena itu di
mengembangkan usaha untuk meningkatkan pelayanan kese- perlukan bantuan staf yang memiliki integritas, obyektifitas
hatan dari hasil operasionalnya sedangkan sumbangan yang dan keahlian. Staf ini akan lebih terkoordinir bila dibentuk
diperoleh hanya merupakan bagian investasi dalam pengem- dalam suatu wadah Santuan Pengendali Intern (SPI). Satuan
bangan rumah sakit. Pengendali Intern dapat melakukan penilaian terhadap tingkat
Oleh karena itu dalam pengelolaan rumah sakit, manajemen daya guna dan kehematan atas semua sarana yang tersedia,
tetap harus mendapatkan nilai lebih dari apa yang telah diin- tingkat hasil guna atau manfaat setiap kegiatan serta menilai
vestasi dalam pengelolaan rumah sakit. Namun demikian nilai keandalan dan ketaatan pada peraturan perundangan yang telah
lebih (selisih h asil usaha) yang diperoleh dalam pengelolaan ditetapkan.
rumah sakit semata-mata bermotivadi untuk mengembangkan
rumah sakit agar dapat lebih meningkatkan pelayanan kepada KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSIONAL SPI
masyarakat baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Salah satu Satuan Pengendalian Intern merupakan alat perlengkapan
saha manajemen untuk mendapatkan selisih hasil usaha tersebut rumah sakit yang berada dan bertanggung jawab langsung kepada
adalah dengan cara mengelola sarana yang tersedia secara ber- Direktur rumah sakit dengan tugas pokok mengembangkan dan
daya guna dan hemat serta berhasil guna. mengevaluasi pengendalian intern dalam bidang pengelolaan
Era globalisasi dan deregulasi dewasa ini telah menum- operasional rumah sakit.
buhkan banyak institusi baru perumah sakitan khususnya di kota- Untuk dapat menyelenggarakan tugas pokok tersebut, SPI
kota besar. Banyaknya rumah sakit baru di satu pihak dapat mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut :
membantu Pemerintah memperluas jangkauan pelayanan kepada a) Mengembangkan dan mengevaluasi pengendalian intern
masyarakat, tetapi juga merupakan tantangan bagi pengelola . dalam bidang pelayangan medik dan penunjang medik
rumah sakit agar lebih profesional dengan tetap efisien dalam b) Mengembangkan dan mengevaluasi pengendalian intern

Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21 — 25 November 1993.

118 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994


.dalam bidang pengelolaan umum hal-hal sebagai berikut L:
c) Mengembangkan dan mengevaluasi pengendalian intern 1) Ruang Lingkung Pemeriksaan
dalam bidang pengelolaan keuangan. Ruang lingkup pemeriksaan intern perlu dicantumkan dalam
norma umum pemeriksaan untuk menetapkan luasnya pe-
TATA ORGANISASI SPI meriksaan dan mengarahkan hasil pemeriksaan yang dike-
a) Tugas : hendaki, yaitu meliputi :
· SPI merupakan alat perlengkapan rumah sakit dan berada di a) Pemeriksaan keuangan dan ketaatan pada peraturan yang
bawah serta bertanggung jawab kepada Direktur. berlaku.
· Tugas pokok SPI adalah untuk melaksanakan deteksi dini b) Penilaian tentang daya guna (efisiensi) dan kehematan
dan mengembangkan serta mengevaluasi efektivitas pengen- (keekonimisan) dalam penggunaan sarana yang tersedia.
dalian intern bidang pengelolaan rumah sakit. c) Penilaian tentang dari suatu kegiatan atau program.
b) Susunan Organisasi d) Inspeksi terhadap suatu proses kegiatan sebagai deteksi dini
· SPI dipimpin oleh seorang Inspektur dengan dibantu oleh bila ada penyimpangan.
sebagai berikut : e) Penilaian dan analisa data Rekam Medik.
— Inspektorat pembantu bidang Medik dan Penunjang Medik Pemeriksaan SPI.
(Itban Medik & P. Medik). A) Pemeriksaan atas keuangan dan ketaatan pada peraturan
— Inspektorat pembantu bidang Umum. . perundang-undangan yang berlaku
— Inspektorat pembantu bidang Keuangan. Pemeriksaan ini dapat mencakup pemeriksaan transaksi,
c) Tugas pokok Inspektur adalah membantu Direktur rumah perkiraan, kegiatan, fungsi dan pertanggungjawaban keuangan
sakit menyusun dan mengkoordinir kelompok kerja SPI untuk bagian atau keseluruhan rumah sakit sesuai dengan ruang lingkup
mengembangkan dan mengevaluasi efektivitas pengendalian pemeriksaan yang ditentukan dalam penugasan pemeriksaan,
intern rumah sakit. yang hasilnya akan cukup untuk menentukan apakah:
— Keseluruhan rumah sakit, bagian atau suatu kegiatan telah
NORMA PEMERIKSAAN melaksanakan pengendalian yang berhasil guna terhadap hasil
Agar diketahui apakah fungsi-fungsi telah berjaln maka dan biaya ataupun terhadap harta dan hutang.
diperlukan pula inspeksi atau pemeriksaan oleh SPI. Inspeksi/ — Keseluruhan rumah sakit, bagian atau suatu kegiatan telah
pemeriksaan sebagai usaha untuk mengembangkan dan meng- melaksanakan pencatatan dengan tepat atas sarana, kewajiban
evaluasi pengendalian intern atas pengelolaan rumah sakit harus dan operasi.
mengikuti norma pemeriksaan yang merupakan patokan, kaidah — Laporan manajemen memuat data yang teliti, lengkap, dapat
dan ukuran dalam melaksanakan fungsi pemeriksaan agar di- dipercaya dan dan bermanfaat serta disajikan secara layak.
capai mutu pelaksanaan pemeriksaan dan mutu laporan pe- — Keseluruhan rumah sakit, bagian atau kegiatan telah
meriksaan yang dikehendaki. Norma pemeriksaan ini bertujuan mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku, dalam hal
menjamin pelaksanaan dan laporan pemeriksaan serta kesera- ini ialah semuaperaturan yang berlaku dari yang tertinggi sampai
gaman pendapat mengenai bagaimana sebaiknya norma disaji- dengan yang terendah yang bersangkutan dengan sasaran yang
kan agar bermanfaat bagi pemakainya. Norma ini juga dimaksud diperiksa.
untuk dipakai sebagai dasar dalam menetapkan batas-batas B) Penilaian tentang dayaguna dan kehematan dalam
tanggung jawab pelaksanaan pemeriksaan SPI. . penggunaan sarana yang tersedia
Landasan penetapan norma pemeriksaan ini adalah sebagai Penilai ini bertujuan untuk menentukan apakah rumah sakit,
berikut : bagian atau kegiatan yang diperiksa telah mengelola atau
1) Bahwa sesuai dengan tugas, SPI membantu Direksi rumah menggunakan sumberdaya seperti uang, peralatan, barang, per-
sakit mengadakan penilaian atas sistem pengendalian manaje- sonalia dan sebagainya yang tersedia secara berdayaguna dan
men dan pelaksanaannya di rumah sakit serta memberikan saran- . hemat
saran perbaikan. Dalam penilaian dayaguna dan kehematan Pemeriksa harus
2) Bahwa untuk mengetahui apakah tugas telah dilaksanakan memperhatikan apakah Pimpinan rumah sakit, Bagian atau ke-
sebagaimana seharusnya, maka perlu adanya kriteria tentang giatan yang diperiksa telah mengusahakan sepenuhnya untuk
ukuran mutu pelaksanaan tugas pemeriksaan SPI. memelihara sumberdaya dan membatasi pengeluaran sampai
3) Bahwa kriteria tentang ukuran mutu pelaksanaan tugas . pada tingkat yang minimum
pemeriksaan oleh Pemeriksa Intern ditetapkan dalam Norma — Praktek yang tidak berdayaguna dan tidak hemat mencakup
Pemeriksaan SPI. pula kelemahan dalam sistem informasi, prosedur ketatalaksa-
4) Bahwa agar norma pemeriksaan termaksud diketahui, di- naan dan struktur organisasi. Contoh mengenai praktek yang
mengerti dan dihayati oleh semuapemeriksa intern maka norma tidak berdayaguna atau tidak hemat yang harus diteliti oleh
pemeriksaan tersebut harus dikodifikasi. Pemeriksa antara lain sebagai berikut :
— Prosedur yang tidak berhasilguna dan memerlukan biaya
MATERI NORMA PEMERIKSAAN .yang lebih besar daripada yang seharusnya
Materi yang dicakup dalam norma pemeriksaan SPI meliputi — Penggulangan pekerjaan yang dilakukan oleh beberapa

Cermin Duniu Kedokterun, Edisi Khusus No. 91, 1994 11 9


petugas atau oleh berbagai bagian di dalam organisasi. seharusnya membuat laporan pemeriksaan.
– Penggunaan peralatan yang terlampau banyak atau ter- Kriterisa pelaporan pemeriksaan yang ditetapkan dalam
lampau lama dengan biaya berlebihan bila dibandingkan dengan norma ini antara lain bahwa pelaporan harus sesuai dengan
. kebutuhan dan atau prestasina penugasan, laporan harus dibuat secara tertulis, isi yang diungkap
– Penggunaan tenaga kerja yang terlampau banyak jika di- dalam laporan.
bandingkan dengan sifat dan luasnya pekerjaan yang harus
dilakukan. 5) Kriteria Tindaklanjut
– Praktek pembelian yang salah atau terlalu mahal dan pe- Kriteria ini merupakan pedoman dasar bagi SPI, bagaimana
nimbunan barang dalam jumlah yang terlalu banyak dari yang mengikuti pelaksanaan tindaklanjut atas saran tindaklanjut yang
diperlukan atau memang tidak diperlukan sama sekali. telah dilaporkan.
C) Pemeriksaan efektivitas hasil program atau kegiatan.
Penilaian terhadap efektivitas hasil program atau kegiatan.6) PERSYARATAN BAGI PEMERIKSA INTERN
Kegiatan ini bertujuan untuk menilai apakah kelemahan-ke- Untuk mencapai hasil pemeriksaan seperti yang diahrapkan
lemahan manajemen mempunyai pengaruh dalam pencapaian dalam norma pemeriksaan, maka pemeriksa intern harus me-
hasil yang dikehendaki dan apakah ada alternatif lain untuk miliki integritas, obyektivitas dan keahlian yang dibutuhkan.
mencapai tujuan program/kegiatan dengan lebih efektif atau Berikut ini dikemukakan uraian mengenai pentingnya per-
dengan biaya yang lebih rendah serta apakah ada manfaat atau syaratan bagi pemeriksa intern.
kerugian dari kegiatan/program yang tidak diperhitungkan pada 1) Integritas pemeriksa dalam pelaksanaan tugas pemeriksaan.
saat penetapan program/kegiatan. Pemeriksa adalah seorang yang melakukan penilaian ter-
D) Pemeriksaan dalam suatu proses kegiatan yang menyangkut hadap kegiatan/pekerjaan orang lain, oleh karena itu harus
transaksi keuangan (sidak), agar dapat dilakukan lebih dini bilamempunyai kepribadian yang dilandasi unsur jujur, berani, bi-
terjadi penyimpangan dari ketentuan yang ada. jaksana dan bertanggung jawab. Pemeriksa harus jujur agar hasil
E) Pemeriksaan hasil rekam medis dan analisis atas data pekerjaannya tidak diragukan lagi.
laporan rekam medis melalui epidemologi klinik baik untuk Pemeriksa dituntut bersikap berani dalam melaksanakan
keperluan perencanaan/keputusan ataupun keperluan hukum. tugas terutama dalam mengemukakan pendapatnya. Persyaratan
ini diperlukan mengingat pemeriksa mungkin menghadapi te-
2) KRITERIA PEMERIKSA INTERN kanan dan usaha-usaha untuk mempengaruhi serta tantangan dari
Kriteria ini merupakan persyaratan yang harus dipenuhi pihak yang diperiksa.
untuk menjadi seorang pemeriksa intern, karena merupakan Mengingat temuan pemeriksaannya dapat membawa dam-
salah satu aspek utama untuk mencapai kualitas pemeriksaan pak yang merugikan kepentingan rumah sakit dan atau kepentin-
yang diharapkan. gan umum, maka pemeriksa dituntut untuk bij aksana, yaitu harus
Kriteriapemeriksa yang ditetapkan dalam norma pemeriksaan dapat menimbang segala permasalahannya dengan sebaik-
adalah bahwa dalam melaksanakan tugas pemeriksaan, SPI dan baiknya, memperhatikan situasi secara keseluruhan, mencari
pemeriksanya, baik secara individu maupun kolektif, harus sebab-sebab penyimapangan, serta pengaruh-pengaruh yang
bertindak dengan penuh integritas dan obyektivitas. terjadi pada pekerjaan atau kegiatan yang diperiksanya. Dari
Norma ini mewajibkan SPI dan pemeriksanya mempunyai berbagai sumber informasi diharapkan dapat diperoleh bahan
kepribadian yang dilandasi unsur jujur, berani, bijaksana dan masukan dalam perspektif yang benar.
bertanggungjawab serta dapat menyimpan rahasia jabatan, agar Sifat dari pelaksanaan tugas pemeriksaan menghendaki rasa
mampu mendapatkan kesimpulan yang obyektif. Selain itu untuk tanggung jawab pemeriksa untuk benar-benar berusaha men-
menjaga objektivitasnya, SPI dan pemeriksanya tidak boleh dapatkan bukti-bukti pemeriksaan yang cukup, kompeten dan
melaksanakan tugas operasional di luar bidangnya. relevan, sehingga kelengkapan dan kualitas hasil pemeriksaan-
nya benar-benar dapat dicapai. Rasa tanggung jawab pula ter-
3) Kriteria Pelaksanaan Pemeriksaan Intern cermin pada saat yang bersangkutan melaporkan hasil pe-
Kriteria ini merupakan syarat yang harus ditaati oleh setiap meriksaannya serta mengikuti tindak lanjutnya.
pemeriksa intern, yang mengatur bagaimana seharusnya me-
laksanakan pemeriksaan dengan baik. 2) Obyektivitas pemeriksa dalam pelaksanaan tugas pe-
Kriteria pelaksanaan pemeriksaan yang ditetapkan dalam meriksaan dan pelaporan hasil pemeriksaan.
norma ini antar lain bahwa pemeriksaan harus direncanakn Pelaksanaan tugas dan pelaporan hasil pemeriksaan me-
dengan sebaik-baiknya, penelaahan peraturan perundang- rupakan rangkaian kegiatan yang penting dalam rangka pe-
undang yang berlaku, pengkajian terhadap sistem pengendalian, nyempurnaan kegiatan manajemen secara keseluruhan, karena
persyaratan pemberian kesimpulan dan saran tindak lanjut dan itu pemeriksa harus memiliki pandangan dan sikap obyektif,
kerta kerja pemeriksaan. artinya pemeriksa tidak boleh berpihak kepada siapapun yang
mempunyai atas hasil pekerjaannya. Pandangan dan sikap
4) Kriteria Pelaporan Pemeriksaan Intern obyektif pemeriksa berarti pula menyatakan fakta atau kondisi
Kriteria ini merupakan pedoman dasar bagi SPI, bagaimana apa adanya tanpa dipengaruhi prasangka, interpretasi maupun

120 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994


kepentingan pribadi pemeriksa. 7) HASIL/OUTPUT SPI
Pemeriksa tidak hanya harus meyakinkan dirinya sendiri Output yang dikeluarkan oleh SPI adalah Laporan Hasil
bahwa sikap dan tindakannya benar-benar obyektif, tetapi juga Pemeriksaan yang memuat sebagai berikut :
harus menjauhkan diri dari hal-hal yang menyebabkan orang lain a) Temuan dan kesimpulan mengenai :
meragukan obyektifitasnya. Dengan demikian temuan yang di- · Kelayakan pertanggung jawaban dan ketaatan pada per-
laporkan oleh pemeriksa adalah merupakan temuan yang sebe- aturan yang berlaku.
narnya. · Efisiensi kehematan penggunaan prasarana yang tersedia.
· Efektivitas atau manfaat kegiatan atau program.
3) Keahlian pemeriksa dalam pelaksanaan tugas pemeriksaan. · Adanya penyimpangan suatu proses kegiatan yang me-
Pelaksanaan tugas pemeriksaan dapat dilakukan dengan rugikan baik medis maupun non medis.
baik apabila pemeriksa mempunyai keahlian mengenai pe- f) Rekomendasi kepada pejabat yang berwenang.
meriksaan dan menguasai masalah-masalah yang diperiksa.
Pemeriksa yang tidak mempunyai keahlian di bidang pemeriksaan 8) PENUTUP
tidak akan memperoleh hasil pemeriksaan yang efektif. 1) Untuk lebih menjamin pengawasan pimpinan rumah sakit
Keahlian dalam bidang pemeriksaan bearti mempunyai maka SPI sangat diperlukan bagi pengelolaan rumah sakit.
pengetahuan tentang pengertian pemeriksaan, tahapan pe- 2) Dengan berfungsinya SPI maka efisiensi/efektifitas dapat
meriksaan, teknik pemeriksaan, prosedur pemeriksaan, sistem dideteksi dan dievaluasi secara dini ataupun tindakan perbaikan
pengendalian intern, penyusunan laporan hasil pemeriksaan serta dilakukan secara berkala.
mampu menerapkan pengetahuan tersebut dalam pelaksanaan 3) Dengan adanya DPI dapat mempermudah persiapan pe-
pemeriksaan. meriksaan bagi pemeriksa extern rumah sakit (pemerintah/pajak).
Pemeriksa harus menguasai bidang yang akan diperiksa. 4) SPI dapat menjadi alat monitoring atas perkembangan
Bidang-bidang yang diperiksa beraneka ragam dan masing- manajemen dan penyelenggaraan evaluasi pada pengelolaan
masing memerlukan penguasaan secara tersendiri, misalnya rumah sakit.
keuangan, pelayanan, kepegawaian, dan lain sebagainya. Pen-
guasaan masalah-masalah yang diperiksa akan mempermudah KEPUSTAKAAN
penetapan kriteria, kondisi, penyimpangan, sebab dan akibat .1.Sistem Akuntansi Yayasan RS. Islam Jakarta
serta rekomendasi yang diberikan. 2. SPI Rumah Sakit Islam Jakarta oleh Drs. Muslich.

Cermin Dunia Kedokteran Edisi Khusus No. 91, 1994 12 1


Peranan Lembaga Konsultan Bagi
Peningkatan
Sarana Pelayanan Kesehatan
( Rumah Sakit )
Emmyr F. Moeis, Drg., MARS.
Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Padjadjaran, Bandung, Indonesia

ABSTRAK

Pelayanan kesehatan di Indonesia dalam dua dekade terakhir berkembang sangat


pesat, sehingga pada tahun 1990 telah terdapat ± 1.500 rumah sakit swasta dan peme-
rintah. Dalam 25 tahun mendatang jumlah dan jenis pelayanan kesehatan akan sangat
berkembang, hal ini disebabkan antara lain oleh jumlah populasi yang meningkat, per-
mintaan (demand) yang meninggi, transportasi dan komunikasi yang mudah, berubahnya
pola penyakit, dan faktor-faktor lainnya. Majunya ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran serta derasnya arus informasi menyebabkan sofistikasi pada banyak rumah
sakit dan sarana pelayanan
. kesehatan
Pelayanan kesehatan swasta akan lebih banyak daripada pemerintah menjelang
tahun 2000 nanti, dan rumah sakit pemerintah akan cenderung menjadi swadana; rumah
sakit pemerintah akan tampil bersaing terhadap swasta dalam artian penampilan fisik,
pelayanan (service) dan kualitas. Perlunya pelayanan yang bermutu dan persaingan yang
ketat, mengakibatkan rumah sakit harus dikelola secara profesional yang didukung oleh
kesiapan sarana dan prasarana yang tangguh.
Di sisi lain didapat suatu keadaan, sulitnya memperoleh tenaga-tenaga profesional
untuk mengelola sarana pelayanan kesehatan/rumah sakit dalam menghadapi keadaan
yang sangat kompetitif di masa mendatang. Serta kesibukan-kesibukan rutin yang
dihadapi para pimpinan rumah sakit di dalam mengelola institusinya, sehingga tidak
memiliki waktu dan tenaga yang memadai untuk mempersiapkan institusinya dalam
menghadapi dan mengantisipasi
. keadaan-keadaan atau masalah-masalah yang dihadapi
Salah satu terobosan yang dapat dilakukan untuk mengatasi keadaan-keadaan ter-
sebut di atas, ialah dengan memanfaatkan lembaga konsultan yang dapat dijadikan
sumberdaya dalam mempersiapkan manajemen rumah sakit menghadapi masalah yang
dihadapi saat sekarang dan untuk masa mendatang, serta peningkatan mutu rumah sakit
sebagai sarana pelayanan
. kesehatan

12 2 Cermin Dunia Kedokteran Edisi Khusus No. 91, 1994


Pembinaan Rumah Sakit melalui
Instrumen Penilaian Penampilan Kerja
dan Instrumen Pengukur Kemampuan
SK. Poerwani dr, MARS
Pusat Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Departemen Kesehatan RI Surabaya

ABSTRAK

Instrumen Penilaian Penampilan Kerja Rumah Sakit telah dikembangkan pada tahun
1984, sedangkan Instrumen
. Pengukur Kemampuan Rumah Sakit pada tahun 1990
Pengembangan kedua instrumen tersebut dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI
bersama-sama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan dan Dinas Kese-
hatan Dati I Propinsi. Jawa Timur
Maksud pengembangan kedua instrumen tersebut adalah untuk memperoleh suatu
sarana atau alat guna membina dunia perumahsakitan di Indonesia pada umumnya dan di
daerah tingkat I dan II tempat rumah-rumah sakit berada di wilayah kerjanya pada
khususnya. Demikian pula pembinaan pimpinan Rumah Sakit yang bersangkutan ter-
hadap pelayanan Rumah . Sakit itu sendiri
Ruang lingkup kedua instrumen tersebut meliputi a) kelompok manajemen rumah
sakit, b) kelompok pelayanan medik rumah sakit, c) kelompok penunjang pelayanan
medik, dan d) kelompok pemeliharaan sarana, pendidikan/latihan/penelitian di rumah
sakit.
Penilaian penampilan kerja rumah sakit dilakukan setiap tahun sekali, dengan
kategori baik sekali, baik, cukup, kurang dan kurang sekali. Sedangkan untuk pengukuran
kemampuan rumah sakit adalah rumah sakit dengan kategori di atas 60% dari standar,
antara 30–60% dari .standar dan di bawah 30% dari standar

Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21— 25 November 1993.

Cermin Dunia Kedokteran Edisi Khusus No. 91, 1994 123


Gambaran penampilan kerja rumah sakit di Jawa Timur dengan menggunakan
instrumen penilaian penampilan kerja pada 3 tahun terakhir menunjukkan bahwa jumlah
rumah sakit dengan kategori baik sekali dari sebuah rumah sakit pada tahun 1990 men-
jadi 2 buah pada tahun 1992. Kategori baik dari 9 rumah sakit menjadi 19 rumah sakit pada
tahun 1991 dan 24 rumah sakit pada tahun 1992. Sedangkan untuk kategori cukup dan
kurang menunjukkan jumlah yang menurun. Untuk kemampuan rumah sakit pada tahun
1991, nampaknya yang mencapai di atas 60% dari standar baru 5 buah rumah sakit,
kurang dari 30% dari standar hanya sebuah rumah sakit dan sisanya dari 35 rumah sakit
di Jawa Timur masuk. kategori antara 30–60% dari standar
Gambaran tersebut menunjukkan bahwa kedua instrumen tersebut dapat digunakan
sebagai alat pembinaan dalam dunia perumahsakitan. Hal tersebut karena dapat di-
lakukannya suatu pemetaan penampilan kerja maupun kemampuan rumah sakit dalam
penyediaan sarana.
Dengan demikian pembinaan terhadap perumahsakitan baik secara menyeluruh di
Indonesia ataupun di tingkat propinsi dapat lebih terarah, rumah sakit mana yang patut
mendapat perhatian. Sedangkan untuk pimpinan rumah sakitpun dapat memutuskan
kelompok yang perlu. dibenahi untuk ditingkatkan penampilannya maupun sarananya

PENDAHULUAN
ngan demikian biaya operasional suatu rumah sakit menjadi
Rumah sakit adalah institusi yang memberikan pelayanan
mahal. Atas dasar itu pulalah rumah sakit sedikit "dilupakan "
kepada mereka yang sakit. Dalam menjalankan kewajibannya,
dalam strategi WHO.
rumah sakit pada dasarnya tidak terlepas dari batasan Badan
Sesuai dengan kesepakatan baru dalam mencapai health
Kesehatan Dunia (WHO, 1957), yaitu: "The hospital is an
for all by the year 2000, beberapa parameter baru perlu di-
integral part of social and medical organization, the function
of which is to provide for the population complete health tambahkan guna memperjelas tujuan tersebut. Parameter ter-
care both curative and preventive, and whose out patient sebut adalah dengan pemerataan, efisiensi dan efektif. De-
service reach out to the family and its home environment; the ngan demikian apapun yang terjadi pelayanan rumah sakit
hospital is also a centre for training of health workers and harus dapat menjangkau seluruh masyarakat dan dijalankan
. for bio-social research" secara efisien dengan program yang efektif.
Batasan di atas memberikan kesimpulan bahwa peran ru- Uraian di atas menyimpulkan bahwa rumah sakit itu me-
mah sakit tidak dapat dipisahkan dari keutuhan pelayanan rupakan salah satu mata rantai pelayanan yang penting dan
kesehatan. Hal mana rumah sakit merupakan back up sistim rumit, sehingga penanganannya bukan sekedar dari bidang
dari pelayanan puskesmas yang menjadi ujung tombak pe- medik saja, tetapi segi manajerialnya. Walaupun demikian
layanan kesehatan pada masyarakat. tidak berarti bahwa strategi pembangunan kesehatan harus
Dengan demikian rumah sakit selayaknya menyediakan di arahkan ke rumah sakit semata-mata. Tetapi paling tidak
atau menyelenggarakan pelayanan medik, pelayanan penun- perhatian pemerintah terhadap perumahsakitan perlu diting-
jang medik, pelayanan perawatan, rehabilitasi, preventif dan katkan, terutama bila dikaitkan dengan tersedianya sarana dan
promotif. Di samping itu suatu rumah sakit perlu menyedia- . cakupun agar dapat memberikan pelayanan yang diharapkan
kan diri untuk menjadi tempat pendidikan tenaga kesehatan Untuk maksud itulah pada kesempatan ini penulis men-
dan penelitian ilmu dan teknologi kesehatan dan aplikasinya, coba untuk memberikan masukan dalam upaya pembinaan
serta menjadi tempat rujukan bagi instansi kesehatan yang pelayanan rumah sakit di Indonesia yang lebih terarah agar
kurang mampu menyelesaikan upaya penyembuhan penderita pelayanan rumah sakit dapat lebih efisien dan efektif. Mat
dikarenakan kemampuan yang ada tidak memungkinkan. Un- yang dapat digunakan untuk maksud tersebut adalah "instru-
tuk menunjang pelaksanaan pelayanan rumah sakit, sumber men penilaian penampilan kerja rumah sakit" dan "instrumen
daya baik tenaga, keuangan, sarana fisik, peralatan dan lain- pengukur kemampuan rumah sakit". Maksud dan tujuan in-
lain perlu sekali suatu penanganan yang efisien dan efektif. strumen tersebut secara umum adalah untuk mengetahui se-
Oleh karena itu rumah sakit merupakan suatu institusi yang berapa jauh penampilan kerja dan kemampuannya dalam
kompleks dan unik, karena sifat dari rumah sakit adalah pa- menyediakan sarana prasarana untuk dapat menjalankan
dat karya, padat modal dan padat ilmu serta teknologi. De- fungsinya. Sedangkan secara khusus instrumen tersebut di-

124 Cermin Dunia Kedokteran Edisi Khusus No. 91, 1994


harapkan dapat memperluas wawasan para pengelola rumah 6. Unit Pelayanan Bedah......................................14 indikator
sakit baik rumah sakit pemerintah maupun swasta dalam 7. Unit Kesehatan Anak....................................... 16 indikator
mengelola rumah sakitnya. Instrumen tersebut telah dikem- 8. Unit Pelayanan Kebidanan & Kandungan ......15 indikator
bangkan dan ditetapkan di seluruh Indonesia dalam rangka 9. Unit PKBRS........................................................7 indikator
menentukan rumah sakit yang berprestasi. Namun pada ke- 10. Unit Pelayanan Imunisasi .................................. 9 indikator
sempatan ini penulis hanya membatasi penerapannya di Dati 11. Unit PKMRS .......................................................5 indikator
I Propinsi Jawa Timur. Sedangkan rumah sakit yang di- (Catatan: Unit 1 - 4 adalah kelompok Pelayanan medik se-
maksud adalah rumah sakit umum Dati II, karena rumah sa- cara keseluruhan.
kit inilah yang paling banyak jumlahnya, baik itu secara Unit 5 - 8 adalah kelompok Pelayanan medik spe-
menyeluruh di Indonesia maupun di Dati I Propinsi Jawa sialis.
Timur. Unit 9 - 11 adalah kelompok Pelayanan terintegrasi.
3) Kelompok Penunjang Pelayanan Medik
INSTRUMEN PENILAIAN PENAMPILAN KERJA 1. Unit Laboratorium.............................................. 8 indikator
RUMAH SAKIT
2. Unit Radio Diagnostik ....................................... 6 indikator
Instrumen ini telah diterapkan mulai th. 1984, yang setiap 3. Unit Pelayanan Farmasi.....................................6 indikator
3 tahun disempurnakan. Untuk periode thn. 1990, 1991 dan 4. Unit Pelayaan Gizi.............................................4 indikator
1992 instrumen ini terdiri dari 4 kelompok, yaitu: 5. Unit Rekam Medik .............................................6 indikator
1. Kelompok A : Manajemen Rumah Sakit : 28 indikator
2. Kelompok B : Pelayanan Medik : 112 indikator 4) Kelompok Penunjang Pemeliharaan dan Pelayanan
3. Kelompok C : Penunjang Pelayanan Medik : 30 indikator 1. Unit Hygiene Sanitasi RS................................17 indikator
4. Kelompok D : Pemeliharaan : 29 indikator 2. Unit Pemeliharaan Sarana dB..........................12 indikator
Jumlah indikator : 119 indikator
C. HASIL
Dalam menerapkan instrumen penilaian penampilan
A. Metoda Penilaian
kerja RS Dati II di Dati I Jawa Timur, kebijakan yang dise-
Metoda penilaian dilakukan dengan kesepakatan antar pakati dalam penilaian penampilan kerja masing-masing ru-
anggota tim penyusunan instrumen, yaitu menggunakan sis- mah sakit adalah sebagai berikut: Penampilan kerja ditampil-
tem pembobotan. Bobot untuk masing-masing kelompok ada- kan dalam angka presentase pencapaian di lihat dari total
lah sebagai berikut: A : B : C : D = 20.000 : 60.000 : 30.000 skor, kemudian dikelompokkan menjadi 5 kategori yaitu:
: 20.000. Sedangkan bobot tiap indikator untuk masing-ma- Baik sekali bila mencapai di atas 81,94 persen; Baik, bila
sing kelompok adalah sama. Sebagai contoh: Kelompok A mencapai 69,68% - 81,93%; Cukup bila mencapai 57,41% -
terdiri dari 28 indikator, jadi tiap indikator dari kelompok ini 69,67%; Kurang, bila mencapai 45,15% - 57,40% dan Kurang
nilainya 1/28 X 20.000 = 714.3. Dengan demikian total skor sekali, bila pencapaiannya di bawah 45,15%.
20.000 + 60.000 + 30.000 + 20.000 = adalah 130.000. Secara keseluruhan penilaian terhadap penampilan kerja
Penilaian dilakukan serentak setiap tahun sekali oleh 35 RS di pati I Propinsi Jawa Timur tampak dalam tabel 1:
Dinas Kesehatan Dati I untuk seluruh RS yang ada di wilayah
Tabel 1. Penampilan Kerja RS di Jawa Timur Tahun 1990, 1991 dan
kerjanya. Sebelumnya pihak rumah sakitpun menilai penam-
1992.
pilannya sendiri dengan menggunakan instrumen yang sama.
Dengan cara demikian diharapkan adanya komunikasi yang Kategori penampilan 1990 1991 1992
baik dalam rangka pembinaan/pengawasan baik terhadap ru-
mah sakit maupun seluruh staf rumah sakit terkait. Baik Sekali (BS) 1 1 2
Baik (B) 9 19 26
Cukup (C) 21 13 6
B. VARIABEL YANG DINILAI Kurang (K) 4 2 1
1) Kelompok A: Penatalaksanaan RS (Manajemen RS) Kurang sekali (KS) - - -

1. Unit Ketenagaan................................................. 7 indikator Jumlah Rumah Sakit 35 35 35


2. Unit Keuangan .................................................... 5 indikator
3. Unit Pelayanan Medik ........................................7 indikator Dengan pola pembinaan oleh Dinas Kesehatan Dati I
4. Unit Penyusunan Program dan Logistik ...........6 indikator Propinsi Jawa Timur yang mengacu pada instrumen penilai-
5. Unit.Lingkungan................................................. 3 indikator an penampilan kerja, nampaknya pada 3 tahun terakhir, di-
2) Kelompok B: Pelayanan Medik RS sertai oleh upaya masing-masing rumah sakit untuk men-
1. Unit Rawat Jalan................................................ 9 indikator capai kriteria yang disarankan, peningkatan pencapaian se-
2. Unit Gawat Darurat............................................7 indikator cara keseluruhan dapat nampak pada tabel di atas. Terlihat
3. Unit Kesehatan Gigi dan Mulut ........................6 indikator bahwa rumah sakit yang masuk kategori baik meningkat dari
4. Unit Pelayanan Spesialis dan Rujukan ........... 19 indikator 9 RS tahun 1990, kemudian 19 RS tahun 1991 dan 26 RS
5. Unit Pcnyakit Dalam ........................................ 15 indikator pada tahun 1992. Demikian pula dengan sendirinya RS de-

Cermin Dunk. Kedokteran Edisi Khusus No. 91, 1994 125


ngan kategori kurang tahun 1992 tinggal sebuah RS saja. arahan dalam mengelola rumah sakit yang dipercayakan, apa
Untuk masing-masing variabel juga menunjukkan hal serupa, saja yang harus dilakukan untuk meningkatkan penampilan
dengan rincian yang terdapat pada tabel 2. kerjanya, khususnya dalam hal manajemen RS, pelayanan me-
Tabel 2. Penampilan Kerja RS di Jawa Timur tahun 1990, 1991 dan
dik yang diberikan, penunjang medik serta pemeliharaan sa-
1992 dilihat dari tiap kelompok variabel.
rana RS. Adanya telaah tentang apa yang telah dikerjakan
dalam kurun waktu paling sedikit setahun, dapat menetapkan
Kategori Kelompok A Kelompok B Kelompok C Kelompok D prioritas kegiatan yang perlu ditingkatkan, dengan sendiri-
Penampilan '90 '91 '92 '90 '91 '92 '90 '91 '92 '90 '91 '92
nya memudahkan pembuatan perencanaan yang matang,
Baik sekali 4 3 6 1 10 1 3 11 2 8 16 mulai dari tiap unit kegiatan hingga secara menyeluruh ke-
Baik 6 7 22 15 21 32 13 20 14 6 15 1 giatan rumah sakit. Hal ini dan didukung dengan data yang
Cukup 10 19 5 14 13 3 15 9 10 12 8 1
Kurang -10 4 2 5 0 0 6 3 0 11 1 7 1
ada, memudahkan pihak rumah sakit bemegosiasi dengan
Krg sekali 5 2 0 0 0 0 0 0 0 0 4 3 . pemerintah daerah selaku pengelola/pemilik RSU Dati II
Hal ini memudahkan pihak yang berkepentingan untuk lebih
Jumlah RS 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 memahami bcrbagai kendala yang dialami oleh rumah sakit
bersangkutan. Akhirnya dengan berbagai informasi yang di-
Kecenderungan peningkatan penampilan kerja RS untuk peroleh melalui instrumen penilaian penampilan kerja RS,
tiap kelompok variabel di atas, pada tahun 1991 dan 1992 proses penatalaksanaan RS dapat meningkat. Mulai dari
berdasarkan tabel 3 berikut ini menunjukkan bahwa pe- perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan
ningkatan penampilan untuk Kelompok A (Manajemen RS) serta pengendalian.
ada 4 buah RS, Kelompok B (pelayanan Medik) ada 10 buah Instrumen tersebut dapat menimbulkan persaingan sehat
RS, Kelompok C (Penunjang pelayanan Medik) ada 4 buah antara rumah sakit dalam berbagai lomba-lomba yang dise-
. RS dan kelompok D (Pemeliharaan) ada 6 buah RS lenggarakan oleh pemerintah.
Tabel 3. Kecenderungan peningkatan penampilan kerja RS untuk tiap INSTRUMEN PENGUKUR KEMAMPUAN RUMAH
kelompok variabel tahun 1991 dan 1992.
SAKIT
Kelompok A Kelompok B Kelompok C Kelompok D Instrumen ini ditujukan untuk melihat seberapa jauh
RS dg kiteria kemampuan suatu rumah sakit dalam menyediakan sarana/
RS % RS % RS % RS % prasarana dalam rangka memberikan pelayanan kepada ma-
82,85 24 68,57 32 91,42 27 74,14
syarakat, yang terdiri dari 4 kelompok variabel yaitu:
Ada peningkatan 29
5.71 1 2.85 - -2 5.71
1. Kelompok A: Penatalaksanaan (Manajemen)
Kondisi statis 2
Penurunan 4 11.44 10 28.58 3 8.58 6 17.15 RS.......................................................................28 indikator
2. Kelompok B: Pelayanan Medik.....................166 indikator
3. Kelompok C: Penunjang Medik/Non me-
MANFAAT dik.................................................................... 166 indikator
4. Kelompok D : Penelitian, pendidikan,
1) Bagi Dinas Kesehatan Dati I
latihan ................................................................ 37 indikator
Selaku instansi yang bertanggung jawab atas terlaksana- Masing-masing kelompok variabel tersebut terdiri dari 5
nya layanan rumah sakit di wilayah kerjanya, melalui pene- unsur, yaitu:
rapan instrumen penilaian penampilan kerja RS Dati II, dapat
1. Unsur Tenaga
melakukan suatu pemetaan dalam keseluruhan Dati I Pro-
2. Unsur Jenis/kemampuan pelayanan
pinsi Jawa Timur. 3. Unsur Sarana fisik
Melihat adanya peningkatan penampilan kerja dari ru- 4. Unsur Peralatan
mah sakit yang ada dalam binaannya (tabel 3), instrumen
5. Unsur Prosedur Kerja Tetap (Protap)
tersebut dapat dipakai sebagai alat pembinaan. Adanya ins- Instrumen ini baru dikembangkan pada tahun 1990, dan
trumen tersebut memudahkan pihak Dati I Propinsi Jawa ditetapkan di Indonesia pada tahun 1991/1992 termasuk di
Timur untuk menetapkan rumah sakit berprestasi dalam rang- Dati I Propinsi Jawa Timur.
ka lomba HKN maupun Karya Utama Nugraha.
Dengan menerapkan instrumen tersebut, melalui suatu
A. METODA PENGUKURAN/PENILAIAN
kegiatan stratifikasi rumah sakit, paling sedikit semua rumah Metoda pengukuran atau penilaian dengan mengguna-
sakit Dati II yang ada dalam wilayah binaannya berkesem- kan instrumen ini sama halnya dengan instrumen penilaian
patan mengadakan dialog dengan mereka dari Dinas Kese- penampilan kerja yang telah diuraikan, yaitu dengan sistem
hatan Dati I Jawa Timur. Hal ini dapat dikatakan adanya skoring dan pembobotan, yang merupakan kesepakatan um
suatu pengawasan terhadap pengelolaan rumah sakit. penyusun.
2) Bagi Rumah Sakit yang bersangkutan Pembobotan untuk masing-masing kelompok variabel
Pimpinan Rumah Sakit yang bersangkutan memperoleh adalah sebagai berikut: Kelompok A: Kelompok B: Kelom-

126 Cermin Dania Kedokteran Edisi Khusus No. 91, 1994


pok C: Kelompok D = 2 : 4 : 3 : 1. Untuk memudahkan per- B. VARIABEL/SUBVARIABEL YANG DINILAI/DI-
hitungan, total skor ke 4 kelompok variabel adalah 11.000, UKUR
dengan rincian: Kelompok A: 2.200, Kelompok B: 4.400,
Jumlah Indikator
Kelompok C: 3.300, Kelompok D: 1.100. Variabel/subvariabel
Pembobotan untuk tiap unsur dalam setiap kelompok variabel yang diukur/dinilai Tenaga Kemam- Sarana Alat Protap
puan
adalah sebagai berikut:
l. Penatalaksanaan RS 5 5 5 8 5
Tenaga : Kemampuan : Sarana Fisik : Peralatan : Protap = 2. Pelayanan Medik 10
3:3:2:2:1. a. Rawat Jalan 3 6 13 2
Oleh karena total skor setiap kelompok variabel berbeda b. Gawai darurat 6 5 7 2
c. Penyakit dalam 7 3 3 2
sesuai dengan bobotnya, maka total skor untuk tiap unsurnya d. Kesehatan Anak 3 3
9 2
pun berbeda.: Sebagai contoh, misalnya: Total skor unsur te- e. Bedah 7 3 3 2
naga dalam kelompok A: 3/11 X 2.200, sedangkan untuk f. Kebidanan & 4 3 4 2
kandungan
kelompok B: 3/1 X 4.400, kelompok C: 3/11 X 3.300, ke- g. Kes. Mata 3 2 2 2
lompok D: 3/11 X 1.100. h. Kes. THT 3 3 2 2
Setiap unsur terdiri dari serangkaian indikator yang i. Kulit dan Kelamin 3 3 2 2
j. Gigi Mulut 6 3 3 2
mempunyai nilai skala antara 1 - 5. Nilai indikator tergan- k. Peny. syaraf
5
2 3 2 2
tung dari bobot masing-masing indikator bersangkutan. Bobot 3. Penunjang Pelayanan
tersebut dapat sama untuk setiap indikator atau berbeda se- 1. Penunjang Medik
8 3 3 2
a. Laboratorium
suai dengan pertimbangan faktor kecanggihan, kesulitan mau- b. Radiologi 3 3 3 2
pun kwalitas. Dengan demikian nilai indikator tersebut ada- c. Farmasi 4 3 2 2
lah: nilai skala X bobot. d. Gizi 3 3 2 2
e. Km. Operasi 8 3 12 2
Contoh: f. Rehabilitasi Mcdik 1 3 6 2
Unsur Ketenagaan kelompok Manajemen RS: g. PKMRS 13 2 2 2 2
2. Pemeliharaan 8 9 5 8
Jenis tenaga/Skala 1 2 3 4 5 Robot Nilai 3. Penunjang lain 9 4 3 4 4
4. Pendidikan, Latihan,
Sarjana/Sarj. muda x 4 3X4 Penelitian
x l. Pendidikan/latihan 4 6 5 8 1
SLTA 3 4X3
x 2 3X2 2. Penelitian 7 2 2 1 1
SLTP x
SD 1 5X1

Jumlah nilai = 12 + 12 + 4+ 5= 33 C. HASIL PENERAPAN INSTRUMEN PENGUKUR


Nilai maksimal untuk unsur tenaga tsb: 5 X 10 = 50 KEMAMPUAN RS di JATIM
Dengan demikian pencapaian skor unsur tenaga:
33/50 X Total skor X 100% Hasil penerapan instrumen tersebut disajikan dalam 3
33/50 X 3/11 X 2200 X 100% = 66% kategori, yaitu Kategori I pencapaian skor di atas 70%, kate-
Demikian seterusnya hingga didapatkan peneapaian skor gori II di antara 50 - 70% sedangkan kategori III pencapaian-
untuk kelompok manajemen RS yang terdiri dari ke 5 unsur nya berada di bawah 50%. Penerapan instrumen tersebut di
yang telah dikemukakan, dengan menjumlahkan nilai tiap Dati I Propinsi Jawa Timur pada tahun 1991, dan gambaran
unsur dan dikalikan dengan total skor untuk kelompok ma- secara umum peneapaian skor kemampuan rumah sakit dapat
najemen RS. Sebagai c ontoh: dilihat pada tabel 4.
Nilai unsur tenaga : 396
Nilai unsur kemampuan : 300 Tabel 4. Pencapaian Skor Kemampuan RS pada 35 RS di Dati I Pro-
Nilai unsur sarana : 250 pinsi Jawa Timur. Th. 1991
Nilai unsur peralatan : 300
Nilai unsur protap : 75 Kategori Pencapaian skor Jumlah Rumah Sakit
Total Nilai : 1321 Kemapuan RS
Ini berarti peneapaian skor untuk kelompok Manajemen l. Kategori I (di atas 70%) 3
RS = 1321/2200 X 100% = 60% .2 Kategori II (50 - 70%) 9
Dengan cara perhitungan yang sama akan didapatkan 3. Kategori III ( di bawah 50%) 23
total nilai masing-masing kelompok variabel dan peneapaian Total 35
skor kemampuan rumah sakitpun diperoleh. Misalnya:
Nilai kclompok manajcmcn RS : 1321
Nilai kclompok Pelayanan Medik
Sedangkan gambaran untuk tiap kelompok variabel, da-
: 3000
Nilai kclompok Penunjang 2300 pat digambarkan melalui tabel 5.
Nilai kclompok diklat & penelitian 300 Tabel 4 menunjukkan bahwa rumah sakit di Dati I Jawa
Total nilai kemampuan RS : 6921 Timur sebagian besar pcneapaian skor untuk kemampuan-
Dengan demikian Pencapaian skor kemampuan rumah sakit nya dalam menyediakan sarana/prasarana untuk mendukung
adalah: 6921 X 11000 X 100% = 63%. tugas dan fungsinya masih berada di bawah 50%. Baru 3

Cermin Dunia Kedokteran Edisi Khusus No. 91, 1994 127


Tabel 5. Pencapaian Skor kemampuan RS ditinjau dari masing-ma- telah ditetapkan. Seeara khusus, kegunaan instrumen ini pada
sing kelompok variabel. tingkat-tingkat pembinaan rumah sakit di Indonesia adalah
Kategori'pencapaian/Kelompok A B C D sebagai berikut:
skor variabel 1) Rumah sakit
l. Kategori I 7 4 2 - Pimpinan rumah sakit dapat menilai kemampuan rumah
2. Kategori II 21 7 16 - sakit yang dipimpinnya dalam penyediaan sarana terhadap
3. Kategori III 7 24 17 35
ketentuan yang telah ditetapkan. Sebagai akibatnya, pimpin-
Jumlah Rumah sakit 35 35 35 35 an rumah sakit dapat menentukan prioritas kegiatan mana
yang perlu baik yang diupayakan oleh rumah sakit sendiri,
buah rumah sakit yang kemampuannya mencapai di atas maupun melalui pengajuan pada supra sistemnya.
70%. Sesuai dengan salah satu tujuan dari penerapan instru-
2) Tingkat II/Kabupaten/Kodaya
men ini di setiap rumah sakit di Indonesia, maka dapat di-
Pemda tk. II/Kabupaten/Kodya dapat memperoleh gam-
katakan bahwa dari 35 rumah sakit di Jawa Timur, tampak-
baran situasi rumah-rumah sakit yang ada di wilayahnya baik
nya baru 3 buah rumah sakit yang memenuhi persyaratan
yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta. Dengan de-
untuk ditingkatkan kelasnya dari RS kelas C menjadi Kelas
mikian pola pembinaan lebih terarah dalam pengadaan
B non pendidikan. Sedangkan lainnya masih perlu ditingkat-
sarana untuk meningkatkan kemampuan pelayanan rumah
kan kemampuannya.
sakit, khususnya sebagai back-up system dari instansi pe-
Hal ini merupakan salah satu asupan bagi kebijakan pe-
layanan kesehatan yang bersifat dasar.
merintah dalam memutuskan rumah-rumah sakit yang sudah
dapat ditingkatkan kelasnya dan yang masih memerlukan 3) Tingkat Propinsi/Daerah Khusus/Pusat (Depkes)
bantuan dan binaan. Memperoleh gambaran (peta) dari keadaan perumah-
Sedangkan tabel 5 lebih ditujukan pada Dinas Kese- sakitan yang ada dalam wilayah kerjanya dilihat dari peng-
hatan Dati I untuk lebih mengarahkan pembinaannya ter- adaan tenaga, sarana fisik, peralatan dan protap untuk tiap
hadap rumah sakit dalam setiap kelompok variabel yang di- fungsi rumah sakit. Mulai dari keadaan manajemennya, pe-
nilai. Namun demikian, nampaknya untuk kelompok D, ter- layanan medik yang diberikan, pelayanan penunjang medik/
nyata ke 35 RS yang ada di Jawa Timur pencapaiannya ma- non medik, maupun pendidikan/latihan dan penelitian di ru-
sih di bawah 50%. Padahal fungsi rumah sakit sebagai mah-rumah sakit. Dengan demikian dapat menetapkan rumah
tempat pendidikan, latihan tenaga kesehatan serta penelitian sakit yang dapat diusulkan untuk ditingkatkan kelasnya.
ilmu dan teknologi kedokteran adalah fungsi yang tidak
dapat ditinggalkan begitu saja. Dan ini memerlukan pembi- PENUTUP
naan lebih lanjut. Telah diuraikan tentang Instrumen Penilaian Penampilan
Sedangkan untuk rumah sakit yang bersangkutan, dapat Kerja dan Pengukur Kemampuan Rumah Sakit. Diharapkan
menetapkan kelompok variabel mana yang mendapatkan dapat bermanfaat untuk perluasan wawasan berbagai pihak
prioritas untuk ditingkatkan kemampuannya. Baik upaya ru- yang berkepentingan dalam pembinaan maupun pengelolaan
mah sakit sendiri, maupun melalui pemerintah (pemda) atau- pelayanan rumah sakit di Indonesia, walaupun eontoh yang
pun Depkes. dikemukakan adalah penerapan di salah satu Propinsi di
. Indonesia yaitu Propinsi Jawa Timur
MANFAAT INSTRUMEN PENGUKUR KEMAMPUAN
RUMAH SAKIT
KEPUSTAKAAN
Instrumen ini dapat digunakan di pelbagai tingkat pem-
binaan, mulai dari rumah sakit bersangkutan, Pemerintah 1. Departemen
. Keschatan, Dircktorat Jendral Pelayanan Medik, Jakarta
daerah Tk. II, Pemerintah Daerah Tk.I maupun Pemerintah 1990
.
Pusat. Pembinaan tersebut baik terhadap rumah saki' yang 2. Dinas Kesehatan Daerah Jawa Timur, Sub Dinas Pemulihan Kesehat-
an dan Rujukan. Analisa Stratifikasi RS thn. 1992 dan Evaluasi tahun 1990,
dikelola pemerintah, maupun swasta. Khususnya pembinaan 1991
. dan 1992
ini ditekankan pada penyediaan tenaga, sarana fisik, per- 3. Prayoga et al. Penerapan Insirumen Akreditasi RS Kelas C, D dan
alatan serta prosedur kerja tetap yang digunakan untuk pe- setara. Dep Kes. RI. Puslitbang Surabaya, 1992, RRS 92
4. SK. Poerwani et at. Pengembangan Instrumen Akreditasi RS kelas C,
natalaksanaan rumah sakit, pelayananm medik rumah sakit,
D.dan setara Dep. Kes. RI. Puslitbang Yankes. Surabaya 1990. RSS 77
pelayanan penunjang medik dan non medik rumah sakit 5. Pedoman Akreditasi RS Kelas C, D dan setara RRS 78.
serta pendidikan/latihan dan penelitian di rumah sakit. Ke- 6. Untung Suseno Sutardjo. Peran Rumah sakit. Maj. Kedokt. Indonesia
semuanya ini merupakan tugas dan fungsi rumah sakit yang (Mar.) 1993; 43(3).

128
Cermin Dunia Kedokteran Edisi Khusus No. 91, 1994
Pengalaman Penerapan
Peningkatan Kualitas Terpadu
di Rumah Sakit PELNI
Petamburan Jakarta
Dr. Hernawan DSA
Rumah Sakit Pelni, Jakarta

PENDAHULUAN KEMAMPUAN RUMAH SAKIT


RS Pelni Petamburan didirikan oleh Pemerintah jajahan RS Pelni Petamburan berdiri di atas tanah 6,5 hektar terletak
Belanda pada tahun 1918 dengan nama KPM Hospital. Pada di Jl. Aip II KS. Tubun No. 92-94 Jakarta Barat. Kapasitas t.t. :
tanggal 21 April 1958, KPM Hospital diambil alih oleh buruh 510 tempat tidur dengan BOR antara 66-70%, hari perawatan
KPM, dan diserahkan kepada PT Pelni. Semenjak itu penge- rata-rata : 10 hari. Pangsa pasar : masyarakat menengah ke
lolaan RS Pelni Petamburan dibawah PT Pelni (Rumah Sakit bawah di samping pegawai PT Pelni, pensiunan dan keluar-
BUMN). ganya.
Sesuai dengan S.K. Dirut PT Pelni No. B/16/VI/72, RS Pelni Jumlah personil 1163 orang, terdiri dari :
Petamburan diberi otonomi sepenuhnya. Berdasarkan otonomi — Dokter Umum : 14 orang
penuh tersebut, agar RS Pelni dapat berkembang secara wajar, — Dokter Spesialis : Full Time : 15 orang
maka pengelolaan Rumah Sakit harus benar-benar dilaksanakan Part Time 86 orang
secara profesional, baik manajemen umum, manajemen per- — Dokter Gigi : 2 orang
sonil, manajemen keuangan dan lebih-lebih manajemen pela- — Apoteker : 2 orang
yanan pasien. Semua manajemen tersebut di atas dilaksanakan — Sarjana Ekonomi : 4 orang
secara terpadu, searah dan serasi, sehingga rumah sakit dapat — Sarjana Hukum : 1 orang
membayar biaya eksploitasi, biaya overhead dan bahkan — Para Medis Perawatan : 462 orang
mendapat laba untuk diinvestasikan kembali dalam rangka — Para Medis Non Perawatan : 142 orang
. pengembangan rumah sakit — Non Medis : 435 orang
Telah kita ketahui bersama, bahwa rumah sakit adalah Kemampuan Medis : Mampu memberi pelayanan kepada
padat modal sekaligus padat harga. Di samping itu rumah sakit . pasien dari pelayanan medis sederhana sampai canggih
juga harus melaksanakan fungsi sosialnya dan juga harus mem-
bantu melaksanakan program kesehatan nasional, khususnya di PENINGKATAN KUALITAS TERPADU
bidang perumah sakitan. Sehingga dengan demikian penge- Untuk dapat memberikan pelayanan dengan kualitas yang
lolaan rumah sakit harus bisa mencari keuntungan dan sekaligus baik, maka perlu adanya peningkatan pelayanan di semua bidang
. dapat melaksanakan fungsi sosial secara terpadu, tereneana serta baik di bidang peningkatan

Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21— 25 November 1993.

Cermin Dunia Kedokteran Edisi Khusus No. 91, 1994 12 9


sumber daya manusia, peningkatan sarana dan prasarana dan pasien diberi penyuluhan, penataran dan ketrampilan di
peningkatan pelayanan kesehatan (medik dan perawatan) secara samping diberi pengobatan; sehingga dengan demikian pasien
bersama-sama, serasi dan searah. Setiap sumber daya manusia bisa merawat dirinya, bisa melakukan peneegahan dan bila
ditingkatkan kemampuan dan ketrampilannya, dengan diberi sakit, bisa mengobati dirinya dengan suntikan insulin, mera-
kesempatan mengikuti pendidikan, seminar, kursus, penataran wat luka di anggota gerak dan sebagainya. Pasien tahu kapan
dan sebagainya dengan bantuan biaya dari rumah sakit. Di harus masuk perawatan di Rumah Sakit. Hubungan dokter-
samping itu di tiap-tiap Bagian/Urusan dan sebagainya diaktifkan pasien-perawat cukup harmonis.
kegiatan GKM (Gugus Kendali Mutu), QCD (Quality Cost Di samping itu juga dibentuk klinik Asma dengan klub
Delivery) dan sebagainya. Peningkatan disiplin kerja dan kemam- . Asmanya, klub jantung sehat, stroke club dan sebagainya
puan atau ketrampilan ini dibarengi dengan peningkatan Pernah terjadi pasien patah tulang, ternyata juga menderita
kesejahteraan. gas gangren. Keadaan ini dapat diketahui seeara dini oleh pera-
Setiap personil yang ada, diteliti berapa jam kerja efektif- wat dan dengan cepat Pimpinan Rumah Sakit dibantu oleh Staf
nya, apakah sudah optimal atau belum. Sehingga dengan dan tenaga ahli mengambil tindakan, sehingga pasien selamat,
demikian setiap ada permintaan penambahan pegawai di suatu . tidak menjalar ke pasien lain dan tidak menimbulkan keresahan
Bagian selalu dipelajari apakah Bagian tersebut memang betul- Di sini tampak dengan jelas adanya keterpaduan dalam pem-
. betul memerlukan tenaga (dihitung jam kerja efektifnya) . berian pelayanan kepada pasien
Di dalam hal peningkatan sarana dan prasarana selalu di-
lakukan studi kelayakan, diperhatikan unit costnya apabila studi
kelayakannya menunjukkan adanya keuntungan barulah diper- KESIMPULAN
timbangkan untuk diadakan. Jadi di Rumah Sakit Pelni tidak Dari pembiearaan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
dikenal istilah proyek mereusuar. Semua proyek harus bisa peningkatan kualitas seeara terpadu dalam mengelola suatu
membiayai unitnya dan mendatangkan keuntungan bagi rumah .Rumah Sakit akan mendatangkan manfaat yang cukup baik
sakit. Bila proyek tersebut kurang menguntungkan, tetapi diper- Manajemen umum, manajemen keuangan, manajemen pera-
lukan oleh pasien, maka pasien dikirim ke rumah sakit lain untuk watan dan manajemen medik serta manajemen sumber daya
dilakukan pemeriksaan/tindakan oleh dokter rumah sakit Pelni manusia, dilakukan seeara terpadu dan terarah, sehingga dicapai
. (sewa alat di Rumah Sakit lain) mutu pelayanan kepada pasien yang cukup baik, efektif dan
Pelayanan kesehatan baik pelayanan medik dan perawatan efisian.
diberikan seeara terpadu, sesuai kebutuhan pasien, sebagai eon- Mudah-mudahan ini bisa diambil manfaatnya untuk ber-
toh di Rumah Sakit Pelni dikenal Diabetic Centre, tempat bagi pengalaman.

130 Cermin Dunia Kedokteran Edisi Khusas No. 91, 1994


Pelayanan Sosiomedik
Rumah Sakit PGI Cikini, Jakarta
Dra Woro Setyanti, Agustina Makatika BSW, Dr Tunggul Situmorang DSPD, Emmy Sahertian, STh
Rumah Sakit PGI Cikini, Jakarta

PENDAHULUAN manuais terdapat beberapa unsur/dimensi kehidupan yang tak


"Sakit" bukan hanya masalah dunia medis semata-mata, terpisahkan. Unsur/dimensi tersebut adalah : fisik, mental, sosial
tetapi lebih luas dari itu adalah teraneamnya keutuhan hidup dan spiritual, yang masing-masing saling mempengaruhi dan
seseorang. Dengan demikian, kepedulian terhadap mereka yang saling bergantung (interdependensi). Apabila ada gangguan
sakit seharusnya perlu dilihat secara utuh dan menyeluruh pula. pada salah satu dimensi kehidupan (misalnya : sakit)), maka
Menyadari akan hal itu, maka RS PGI Cikini mulai mengem- akibatnya dimensi yang lain (sosial, mental dan spiritual) juga
bangkan pola pelayanan terpadu yang disebut "Pola Pelayanan akan terganggu. Atau sebaliknya, jika dimensi sosial, mental
Holistik". Pelayanan ini dilakukan oleh sebuah tim, yang terdiri ataupun sosial terganggun, akibatnya orang tersebut akan sakit.
dari berbagai profesi. Kepelbagaian profesi di dalam tim ini Keadaan yang tidak sehat (atau tidak seimbang) yang di-
dimaksudkan untuk dapat menjangkau dan membantu mengatasi alami oleh seseorang, akan mengakibatkan disfungsi. Itu berarti
masalah-masalah non-medis, yang kurang/belum dapat diatasi orang tersebut tidak dapat menjalankan peran dan fungsinya,
oleh dokter maupun perawat di rumah sakit. Mereka tergabung baik di dalam keluarga, pekerjaan atau kehidupan berma-
dalam suatu wadah yang dikenal sebagai Komisi Sosio Medik. syarakat. Ketidakmampuan untuk menjalankan fungsi dan peran
Pelayanan holistik oleh tim sosio medik ini sedang bertumbuh tersebut dapat pula mempengaruhi keadaan lingkungan. Pe-
dan terus diusahakan agar dapat makin berkembang, sehingga nanganan yang hanya diarahkan pada satu dimensi saja, tidaklah
kelak bisa menghasilkan suatu pola pelayanan yang baku. cukup. Sesuai dengan cara pandang holistik, penanganan yang
Makalah ini ditulis dengan maksud untuk membagi penga- dilakukan idealnya dilakukan secara terpadu, memperhatikan
laman dan memberikan sumbangan pikiran bagi peningkatan seluurh unsur. Dengan demikian, " kesembuhan: yang dialami
pelayanan rumah sakit terhadap manusia. Diharapkan apa yang juga utuh/menyeluruh, yang akhirnya akan membuatnya bisa
dikemukakan dapat menjadi bahan masukan bagi rumah sakit berfungsi kembali dengan baik.
yang lain, agar kelak pelayanan seperti ini dapat pula dijalankan Sasaran pelayanan holistik bukan hanya orang yang me-
dan dikembangkan. Di pihak lain, diharapkan melalui penyajian ngalami masalah saja, tetapi juga lingkungan sosialnya (baik itu
makalah ini bisa diperoleh saran dan sumbangan pikiran yang keluarga, tetangga, teman bekerja, gereja atau kelompok-
baru, yang bisa digunakan untuk lebih meningkatnya pelayaan- kelompok lain yang berhubungan dengan kehidupan pasien).
an Sosio Medik di RS PGI Cikini. Lingkungan sosial harus juga diperhatikan, dan kalau perlu
dilibatkan dalam usaha pemberian bantuan. Ini semua sangat erat
PELAYANAN HOLISTIK SEBAGAI SALAH SATU CIRI kaitannya dengan proses pemenuhan kebutuhan secara utuh dan
RS PGI CIKINI menyeluruh.
Pengertian pelayanan holistik Di rumah sakit PGI Cikini, upaya pelaksanaan pelayanan
Ide dasar suatu pelayanan holistik adalah bahwa dalam diri holistik dimulai sejak pertamakalinya pasien masuk/dirawat.

Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta.
21 - 25 November 1993.

Cermin Dunia Kedokteran Edisi Khusus No. 91, 1994 131


Pemantauan dilaksanakan, baik oleh perawat dan dokter di nya pekerja sosial profesional sebagai pelaksana tugas harian
bangsal, maupun oleh para pekerja sosial. Berdasarkan pengam- semakin dirasakan. Awal tahun 1993, Komisi Sosio Medik me-
matan maupun percakapan-percakapan yang mereka lakukan, nambah 2 tenaga pekerja sosial, yang diharapkan akan dapat
maka akan diketahui ada atau tidaknya masalah non fisik yang membantu melaksanakan tugas-tugas pelayanan kepada pasien.
dialami pasien. Kami percaya bahwa penanganan masalah Sampai saat ini, secara bertahapKomisi Sosio Medik mulai
sejak dini, adalah cara yang terbaik untuk membantu pasien, agar meningkatkan pelayanannya, lebih terorganisir dan terarah.
dapat mengalami kesembuhan secara utuh. Karenanya, setiap Kerjasama dengan lembaga-lembaga di luar rumah sakit (baik
kali ada rujukan yang tiba ke kantor Sosio Medik, secepat lembaga milik pemerintah maupun swasta) ditingkatkan, agar
mungkin diperiksa (melalui kunjungan ke bangsal dan wawan- bisa secepat mungkin merujuk pasien kepada lembaga yang
cara dengan pasien) dan terus menerus dipantau perkembang- menyediakan pelayanan yang dibutuhkan. Sasaran pelayanan
annya. Tindakan-tindakan pertolongan selanjutnya dilaksanakan juga secara bertahap akan dikembangkan; bukan hanya pasien,
sesuai dengan kebutuhan pasien, dan penentuannya dibicarakan keluarga dan masyarakat di luar RS, tetapi juga para masyarakat
bersama-sama dengan pasien. hospitalia sendiri.
Sudah barang tentu tidak semua pasien mengalami masalah
non fisik. Dengan demikian, tim sosio medik juga tidak mutlak STRUKTUR ORGANISASI DAN FUNGSIONAL
bekerja bersama-sama secara terus-menerus. Sejauh masalah Komisi Sosio Medik diketuai oleh seorang perawat senior,
tersebut dapat diatasi oleh staf pelaksana (2 perawat dan 3 pekerja dan wakilnya adalah juga seorang perawat senior. Tenaga pelak-
sosial), maka profesi yang lain tidak banyak terlibat dalam sana hariannya adalah tiga orang pekerja sosial profesional.
proses pemberian bantuan. Hal tersebut tergantung dari berat Komisi Sosio Medik bertanggung jawab langsung kepada Di-
atau ringannya masalah yang dialami oleh pasien; jika memang rektur Medik.
ternyata masalah yang dialami tergolong berat, maka kasus itu Secara struktural, satuan kegiatan RS PGI Cikini dapat
akan dibicarakan di dalam tim, dengan orang-orang yang memiliki dilihat sebagai berikut :
keahlian di bidang tersebut. Sedangkan jika masalah yang di-
alami masih tergolong ringan, maka bantuan akan langsung
diberikan oleh staf Komisi Sosio Medik, berdasarkan perspektif
holistik seperti di atas.

KOMISI SOSIO MEDIK RS PGI CIKINI SEBAGAI


SARANA PELAYANAN HOLISTIK

SEJARAH SINGKAT
Pelayanan Sosio Medik di RS PGI Cikini dimulai sejak
tahun 1987, dengan melibatkan orang-orang dari berbagai pro-
fesi (psikolog, pekerja sosial lulusan SMPS, rohaniwan, dokter,
perawat) serta unit-unit kerja yang terkait dengan masalah yang
harus ditangani. Pelaksana tugas-tugas harian hanya 1 orang
pekerja sosial, dan seorang psikolog yang merangkap sebagai
.koordinator Tim Komisi Sosio Medik
Pelayanan pada saat itu dimulai dengan suatu pola pela-
yanan yang sederhana. Fokus utama pada saat itu adalah pada
masalah sosial-ekonomi, karena memang kebutuhan akan pela-
yanan dalam hal tersebut sangat tinggi. Banyak pasien yang
mengajukan 'permohonan agar mendapat keringanan biaya
(biasanya mereka yang keadaan ekonominya lemah, tapi harus
membayar biaya rumah sakit yang cukup tinggi). Saat itu, pe-
mantauan yang dirasakan paling baik dan efektif adalah peman-
tauan melalui nota keuangan pasien (disini dapat dilihat : siapa
belum membayar berapa). Selain itu, Sosio Medik juga bekerja
berdasarkan rujukan dari bagian keuangan yang mengalami
kesulitan dalam menghadapi pasien yang beluk juga menja-
. lankan kewajibannya untuk membayar biaya pengobatan Rujukan Konseling Perawatan intensif
Pada saat menangani masalah sosial-ekonomi pasien itulah,
lambat laun terpantau juga berbagai masalah di luar masalah TUJUAN KOMISI SOSIO MEDIK
ekonomi, misalnya : masalah psikologis, pendidikan, spiritual, Pelayanan Sosio Medik di RS PGI Cikini diadakan dalam
relasional, tempat tinggal atau pekerjaan. Kebutuhan akan ada- rangka menerapkan pola pelayanan holistik kepada para pasien

132 Cermin Dunia Kedokteran Edisi Khusus No. 91, 1994


yang dirawat di rumah sakit. Hal ini sesuai dengan tujuan rumah agar pelayanan komisi dapat berkembang/dikenal, termasuk
sakit yang ingin mengembangkan 2 ciri umum, yaitu : asuhan kesempatan-kesempatan untuk mempresentasikan pelayanan
keperawatan dan asuhan dengan pendekatan holistik, dengan sosio medik pada peristiwa-peristiwa penting di rumah sakit.
pendekatan yang yang bersifat peningkatan (promotive), pen- · Sudah mulai terlihat adanya minat dan pengertian dari
cegahan (preventive), Pengobatan (curative) dan pemulihan (re- bagian perawatan dan para perawat pelaksana di bangsal-bangsal
habilitative). perawatan, yang dapat memperlancar/meningkatkan upaya pen-
Secara praktis, pelayanan sosio medik diadakan untuk jaringan masalah pasien dari bangsal.
menolong pasien mengatasi masalah-masalah non-fisik yang
tidak dapat sepenuh nya ditangani oleh dokter maupun perawat,
B) Faktor-faktor penghambat
yang diduga turut menentukan/mempengaruhi kesehatan pasien.
· Belum adanya pemahaman yang merata dari semua pihak
Tujuan mendasar dari pemberian pelayanan ini adalah mem-
yang terlibat dalam pelayanan Komisi Sosio Medik. Dan untuk
bantu pasien (dan keluarganya) agar dapat mendapai keber-
mencapai pemahaman yang merata, akan memakan waktu yang
fungsian sosial yang optimal. Sudah barang tentu pelaksanaan
cu kup lama dan proses yang tidak mudah.
pemberian bantuan tersebut berdasarkan kebutuhan pasien,
· Kurangnya tenaga pekerja sosial profesional sebagai staf
karena tanpa kesadaran, kemauan dan partisipasi aktif dari mereka
pelaksana harian.
yang terlibat, maka masalah tidak akan dapat diselesaikan secara
· Masih kurangnya hubungan dengan lembaga-lembaga luar
tuntas.
(belum ada jaringan kerja yang tetap), hingga penanganan masalah
terkadang terpaksa tertunda akibat tidak segera bisa dirujuk ke
FUNGSI-FUNGSI YANG DIJALANKAN lembaga yang menyediakan pelayanan yang dibutuhkan.
Fungsi-fungsi yang dijalankan oleh tim sosio medik di
antaranya adalah : Contoh penanganan kasus holistik di RS PGI Cikini
1) Mediator : bertindak sebagai penghubung, perantara atau P (wanita, 19 tahun) adalah seorang anak yatim piatu yang
penengah antara pasien dengan pihak-pihak yang terkait di sejak usia 4 tahun diadopsi oleh pasangan suami isteri pejabat
rumah sakit (misal : dokter, perawat, bagian keuangan, bagian tinggi. Sejak kecil ia sudah bermasalah, sering pergi tanpa
kerohanian) ataupun dengan lembaga-lembaga di luar rumah pamit berhari-hari, bolos sekolah dan tidak menurut apa yang
sakit yang terlibat dalam upaya pemberian bantuan. diperintahkan orang tua. Akhirnya pada usia 13 tahun ia pergi
2) Motivator/dinamisator : bertindak sebagai pendorong, begitu saja dari rumah. Mulai saat itu, orang tua angkat memu-
pemberi semangat dan pemberi dukungan kepada pasien maupun tuskan hubungan, tidak mau menerimanya kembali tinggal di
keluarganya, agar dapat mengatasi sendiri masalah yang dialami. rumah mereka, dan tidak lagi menganggapnya sebagai anak.
3) Advokasi (pembelaan) : bertindak sebagai pembela, pada P tambah dalam terperangkap di dalam pergaulan bebas : hidup
kasus-kasus pasien maupun keluarganya (sebagai pihak yang bersama dengan teman lelaki yang berganti-ganti, merokok,
benar) dirugikan oleh pihak lain. Bantuan ini dilakukan, jika minum-minuman keras. Kehidupan malam dan diskotik akrab
memang pasien tidak bisa mengatasi masalahnya sendiri. dalam kehidupannya. Sekolah tidak lagi diteruskannya (P sudah
4) Fasilitator : bertindak sebagai penyedia informasi, jika berhasil lulus SMP). Makan tidak teratur/tidak bergizi, dan
pasien kurang memahami sesuatu. Informasi yang diberikan tidur kurang, menyebabkan P sering sakit.
tidak terbatas (artinya, bisa mengenai hal apapun) sejauh yang Bulan Maret, ia sakit (diare dan paru-paru yang sudah sangat
diketahui
. secara pasti oleh tim parah), dan diantar kawannya ke RS PGI Cikini.
Selain itu tidak kalah pentingnya adalah pendampingan se- Berdasarkan rujukan dari pefawat, masalah ini segera diper-
lama pasien dirawat di rumah sakit, di dalamnya terdapat unsur- hatikan. Kami melakukan pendampingan terus menerus, sambil
unsur : menghibur (penghiburan), menemani/berteman (per- mengumpulkan dan mengidentifikasi masalah. Selain dokter dan
sahabatan), memperhatikan (perhatian), membimbing (kon- perawat, profesi yang terlibat dalam pemberian bantuan ada-
seling) dan mendengarkan keluh kesah mereka mengenai apapun. lah : pekerja sosial dan psikolog. Berikut ini kami kemukakan
Fungsi khusus yang juga dilaksanakan tim sosio medik, apa yang sudah kami lakukan untuk mengatasi masalah-masalah
yaitu dalam penanganan kasus transplantasi ginjal, dengan ikut P:
serta mempersiapkan calon penerima (recipient) maupun pem- – Masalah tempat tinggal : kami rujuk ke sebuah yayasan yang
beri ginjal (donor).Tim sosio medik terlibat pada awal, perte - mau menampung P. Yayasan bersedia menolong, dan sampai
ngahan maupun akhir proses transplantasi, dengan men jalankan saat ini P tinggal di situ.
fungsi-fungsi seperti disebutkan di atas. – Masalah kesehatan : kami menghubungi suatu yayasan
pelayanan kesehatan untuk membantu pengobatan lanjutan.
Permohonan dikabulkan, dan P boleh berobat gratis sampai
FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT KELAN- sembuh. Sekarang P sudah hampir sembuh total. Keadaan fisiknya
CARAN PELAYANAN SOSIO MEDIK sangat baik dan tampak sehat.
A) Faktor pendukung – Masalah pendidikan : setelah keadaan kesehatan membaik,
· Adanya dukungan dan peluang dari pimpinan rumah sakit, dan dinyatakan boleh sekolah kembali, kami bantu mengambil

Cermin Dunia Kedokteran Edisi Khusus No. 91, 1994


13 3
ijazah di SMP TR. Pihak yayasan dimana P tinggal membantu Ibu P sudah bersedia memaafkan P, dan P sendiri tampak sangat
mencarikan sekolah, dan kami berhubungan dengan yayasan As. puas dengan perubahan ini.
B, untuk mencarikan beasiswa bagi P. Pihak yayasan bersedia – Masalah emosional/psikologis : berkat bimbinganan dan
memberikan, dan mulai bulan ini P sudah bisa menerima beasiswa perhatian bersama, kini P tampak bersemangat menghadapi
tingkat SLTA. hidup, keadaan emosi mulai stabil dan terlihat P berani meng-
– Masalah relasi : secara terus-menerus kami memotivasi P hadapi kenyataan. Hal tersebut bertolak belakang dengan keada-
dan ibunya, agar bersedia untuk memperbaiki hubungan dan . annya ketika pertamakali bertemu dengan kami
memulai segala sesuatu dari awal. Saat ini, relasi mereka tampak Samapi saat ini, kami secara rutin masih mengadakan
mulai mengalami perubahan yang baik. Ibu P sudah mau berbi- pertemuan seminggu sekali dengannya, sebagai upaya untuk
cara dengan P melalui telepon, mau membalas surat P dan bahkan memantau perkembangan kondisi P.
menjanjikan untuk menengok P di tempat tinggalnya yang baru.

134 Cermin Dunia Kedokteran Edisi Khusus No. 91, 1994


Kualitas Manajemen
Pengalaman Rumah Sakit Islam Jakarta
Dr H. Sugiat As, SKM
Kepala Penelitian dan Pengembangan/
Direktur Utama Rumah Sakit Islam, Jakarta 1978 – 1986

Keinginan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan Islami mulai dari pola pikir, penampilan, sikap dan perilaku serta
Rumah Sakit Islam Jakarta selalu ada sejak awal diresmikan pada tindakan dari segenap jajaran rumah sakit (1991 – sekarang).
tahun 1971. Perkembangan Rumah Sakit Islam Jakarta sampai Tahap ini dimulai dengan perubahan-perubahan dasar di-
saat ini menempuh tahap-tahap sebagai berikut : mulai dari susunan organisasi yang berdasarkan konsep Infor-
1) Tahap rintisan (1971 – 1978). mation Based Organisation (IBO) dilanjutkan dengan pengem-
Tahap ini diawali dengan pembukaan seeara resmi oleh bangan kerjasama tim dalam penanganan tugas dan pemecahan
Presiden RI pada tanggal 23 Juni 1971, pada tahap tersebut untuk lapangan, serta peningkatan pemahaman dan penghayatan pe-
. biaya rutin dan pemeliharaan masih harus disubsidi oleh Yayasan doman hidup berdasarkan Al Qur'an dan Sunnah Rasul SAW.
Meskipun kapasitas baru 50 TT akhir tahun 1978, sudah mulai penerapannya dalam tugas sehari-hari.
ada Sisa Hasil Usaha, yang digunakan terutama untuk me- Pelaksanaan TQC di Rumah Sakit Islam Jakarta dimulai
ningkatkan kesejahteraan karyawan. pada tahun 1983. Diawali dengan pelatihan TQC bagi pimpinan
2) Tahap tumbuh kembang (1978 – 1986). RSIJ, penataran fasilitator dan pengorganisasian TQC, be-
Dalam tahap ini upaya pemantapan manajemen memper- kerjasama dengan Lembaga Bina Managemen Indonesia
oleh prioritas, dengan ditetapkan Direktur yang purnawaktu, (BIMINDO).
penyusunan Sistem Akuntansi RS bekerjasama dengan Fakultas Pada tahun 1984 kegiatan TQC tampak dijalankan secara
Ekonomi UI, penyusunan Sistem Medical record kerjasama antusias oleh pimpinan maupun karyawan. Kampanye TQC
dengan Dra. Gemala Hatta, penyusunan Protap-protap, dan per- dilaksanakan dengan intensif dan telah dibentuk QCC di setiap
aturan kepegawaian, penggajian serta jaminan hari tua, penam- bagian/unit kerja. Pengorganisasian TQC disusun sebagai
bahan peralatan medik modern untuk peningkatan pelayanan berikut : Panitia Pengarah yang dipimpin oleh Direktur, Tim
medik, penambahan kapasitas sehingga meneapai 450 TT dan Koordinator Pelaksana, Tim Standarisasi, KelompokFasilitator
pembukaan pendidikan paramedik (SPK, Program Bidan dan dan QCC. QCC telah sempat aktif melakukan diskusi masalah
dan pemecahannya. Yang paling aktif saat ini adalah QCC
. AKPER)
3) Tahap Pemantapan (1986– 1991). perawatan.
Ciri tahap ini adalah : makin mantapnya peraturan kepe- Awal tahun 1986 dengan pergantian Direksi terjadi per-
gawaian, pembangunan gedung permanen menggantikan gedung ubahan kebijaksanaan dalam pelaksanaan TQC. QCC diarahkan
sebagai forum pengajian. Kegiatan diskusi yang semula ber-
semi permanen, pengakuan RSIJ oleh DepKes. sebagai RS
bobot pemecahan masalah berubah dan kurang memperoleh
swasta kelas Utama, pemantapan Program Pendidikan Tenaga
respons dari pimpinan padahal pemecahan masalah tersebut
Kesehatan.
Kapasitas menjadi 495 TT dan pelayanan medis telah di- menyangkut unit kerja lain. Dengan perubahan ini, maka makin
. dukung dengan peralatan canggih menurun aktivitas QCC, makin lama makin tidak tampak aktivi-
4) Tahap peningkatan mutu pelayanan dan mewujudkan ciri tasnya sama sekali. Hal ini sesuai dengan teori/prinsip-prinsip

Makalah ini disajikan pada Kongres VI PEPSI & Hospital Expo, Jakarta,
21 — 25 November 1993.

Cermin Dunia Kedokteran Edisi Khusus No. 91, 1994 135


pelaksanaan TQC itu sendiri yaitu bahwa keberhasilan TQC Ta'awun
sangat ditentukan oleh dukungan top management. 5:2
....... Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,
Tahun 1991 terjadi lagi perubahan Direksi. Dengan susun-
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
an organisasi berdasarkan konsep Information Based Organisa- bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berai siksa-Nya.
tion (IBO) yang ciri utamanya adalah bahwa setiap orang harus Kemudahan
mampu berperan sebagai pemberi dan penerima informasi untuk 94 : 5
pemecahan masalah serta perlunya kerjasama Tim, timbul lagi Karena.sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan
gerakan semacam TQC. Meskipun istilah yang digunakan tidak Keadilan
sama namun langkah-langkah yang diambil untuk operasional- 42 : 15, 16 : 90
nya menuju pada kemampuan setiap individu untuk menggerak-
kan inisiatif pemecahan masalah secara tim. Sampai sejauh TOLOK UKUR KEBERHASILAN MENEJEMEN
mana keberhasilan TQC/QCC dalam meningkatkan kualitas
.pelayanan, akan disampaikan dalam makalah lengkap

NORMA ISLAM DALAM MENEJEMEN


Fungsi Kholifah
2 : 30 Keterangan :
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat : "Sesungguh- Input : 5 M + I
nya Aku hendak menjadi seorang khalifah di muka bumi". Proses : RE —> LA —> TI —> DAK
6 : 165
Dan Dia ialah yang menetapkan kamu penguasa (Khalifah) di muka bumi,
– Rencana —> Laksanakan —> Teliti —> Tindakan
dan Dia meninggikan sebagian kamu atas sebagian yang lain beberapa derajat, Output
sebagai cobaan dari apa yang diberikan-Nya kepadamu. – Tercapainya Program
35 : 39 – Kepuasan Pasien/Pemilik/Pegawai
Dia yang menetapkan kamu menjadi khalifah-khalifah di muka bumi. Ba-
rang siapa yang kafir, maka (akibat) kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak
– Pertumbuhan
lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran Faktor yang mempengaruhi
orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kerugian mereka – Lingkungan
. belaka – Peraturan-peraturan (Dep. Kes. + Dep. Keu, dsb)
Tugas Ibadah hanya untuk Allah Evaluasi dan penilaian
51:56
Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah
kepada-Ku.
Peringatan adanya bencana
-3:112
Mereka diliputi kehinaan dimana saja mereka berada, kecuali jika mereka
berpegang pada tali (agama Allah) dan tali (perjanjian) dengan manusia dan me-
. reka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliput kerendahan
Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh
para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka dur-
. haka dan melampaui batas
Setiap individu adalah pemimpin MASALAH/KENDALA
Awas Setiap kamu adalah penggembala (pemimpin). Setiap kamu akan di- 1. Tuntutan kwalitas & kwantitas SDI yang semakin tinggi
.tanya (diminta pertanggungjawaban) atas gembalaannya (kepemimpinannya) 2. Peralatan medik yang semakin canggih & mahal
(HR Muslim dan dari Ibnu Umar) 3. Demand tinggi tapi daya beli rendah
Pertanggungjawaban 4. Dana terbatas
17 : 36 5. Peraturan yang semakin membelenggu
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai penge-
tahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semua- 6. Tuntutan profesionalisme yang semakin tinggi
. nya itu akan diminta pertanggungan jawabnya 7. Era globalisasi yang transparan
Demokratis
3 : 159 HASIL YANG DAPAT DICAPAI
...... dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apa- 1985 : Sistem Australia Skor : 79,2
bila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Se-
-
- 1986 : Sistem Australia Skor : 80,1
.sungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya
42:38 Akreditasi Depkes Skor : 63
..... sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka ..... - 1992 : Sistem Australia Skor : 82,2

136
Cermin Dunia Kedokteran Edisi Khusus No. 91, 1994
Konsep Pengembangan Dana Sehat
di Lingkungan Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) Islam
Dr H Abdul Mukty
Wakil Direktur Bidang Medis RS Islam Surabaya

ABSTRAK

Dalam upaya mengatasi masalah keterbatasan dana pemeliharaan kesehatan, ter-


utama bagi masyarakat yang kurang atau tidak mampu perlu adanya usaha dari LSM
untuk mendirikan suatu Organisasi Penghimpun Dana Sehat (OPDS) atau Jaminan Pe-
meliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM). Sebuah Konsep Pengembangan Dana Sehat
di Lingkungan LSM Islam dapat dicoba dikembangkan di Pondok Pesantren, khususnya
di Jawa Timur, mengingat. potensi ke arah itu sangat menunjang
Untuk itu dicoba suatu konsep Pengembangan Dana Sehat di Lingkungan LSM
Islam, yang berisi: (a) Petunjuk umum dan pedoman dasar dalam penyelenggaraan OPDS;
(b) Struktur Organisasi OPDS; (c) Dasar-dasar organisasi; (d) Direksi dan Staf serta
penjabaran tugas masing-masing; (e) Pedoman dalam mempersiapkan pembentukan
OPDS dan (f) Langkah-langkah
. yang harus ditempuh
Dasar-dasar organisasi yang terpenting adalah OPDS dimiliki bersama oleh para
anggotanya dan kepentingan bersama lebih diutamakan daripada kepentingan pribadi
dari tiap anggota, Staf yang profesional perlu diusahakan untuk menjamin kelangsungan
hidup organisasi serta. peningkatan mutunya

PENDAHULUAN Kebijaksanaan pelaksanaan pembangunan jangka panjang


Seperti diketahui Sistim Kesehatan Nasional di Indonesia bidang kesehatan berdasarkan Paneakarya Husada antara lain
adalah tatanan yang mencerminkan upaya bangsa Indonesia adalah (a) Setiap warga negara berhak memperoleh derajat
untuk meningkatkan kemampuan mencapai derajat kesehatan kesehatan yang optimal, oleh karena itu upaya kesehatan harus
yang optimal sebagai salah satu perwujudan kesejahteraan umum dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, merata, dapat di-
. seperti dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 terima dan terjangkau oleh seluruh masyarakat; (b) Semua
Sistim Kesehatan Nasional (SKN) adalah penjabaran dari pola potensi dalam penyelenggaraan upaya kesehatan diarahkan dan
atau arah dan strategi pembangunan kesehatan yang ditetapkan dimanfaatkan sejauh mungkin atas dasar kekeluargaan dan ke-
. dalam GBHN gotongroyongan serta jelas fungsi sosialnya; (c) Peranan ma-
Pada dasarnya kesehatan masyarakat adalah menyangkut syarakat termasuk swasta di bidang kesehatan sangatpenting dan
semua segi kehidupan, baik untuk perorangan, keluarga, kelom- perlu dibina serta dikembangkan oleh pemerintah pada semua
pok manusia, masyarakat luas maupun bangsa. Ruang Iingkup tingkatan. Upaya tersebut meliputi pula kegiatan-kegiatan untuk
. dan jangkauannya sangat luas . membudayakan sikap dan perilaku hidup sehat di masyarakat

Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21— 25 November 1993.

Cermin Dunia Kedokteran Edisi Khusus No. 91, 1994 13 7


(d) Penyelenggaraan upaya kesehatan ditujukan bagi masyarakat tarip tinggi. Pendirian OPDS semacam ini harusa didahului
berpenghasilan rendah baik di desa maupun di kota. Perhatian dengan persiapan masyarakat dan organisasi masyarakat yang
khusus diberikan kepada daerah terpencil, daerah pemukiman tepat.
baru dan daerah perbatasan. Penyelenggaraan upaya kesehatan 2) OPDS dipereaya untuk penyediaan asuhan medis dan kese-
tersebut diutamakan untuk bayi, anak-anak balita dan ibu. Per- hatan bermutu tinggi, dengan pertimbangan ekonomi, efisiensi
hatian ditujukan pula kepada angkatan kerja dan kelompok dan
. efektivitas
. remaja. Dan kebijaksanaan-kebijaksanaan lainnya 3) Manajemen keuangan yang sehat dan cermat merupakan
Permasalahan yang dihadapi menjelang tahun 2000 adalah: kunci bagi kelangsungan hidup OPDS. Masalah ini harus di-
(1) Jumlah penduduk akan meningkat terus walaupun upaya di amati secara ketat sepanjang masa demi mutu pelayanan kepada
bidang KB cukup berhasil, angka kematian akan menurun se- para
. anggota
jalan dengan usaha-usahaperbaikan kesehatan, perlu penambah- 4) OPDS didasari atas pembagian keuntungan yang seadil-
an Rumah Sakit; (2) Meningkatkan kecerdasan masyarakat, adilnya dan sejujur-jujurnya kepada para anggota: setiap ikhtiar
akan meningkat pula kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan; harus diusahakan untuk menjamin bahwa kebijakan yang di-
(3) Kemajuan di bidang teknologi dan ilmu kedokteran meng- ambil tidak akan merugikan atau menguntungkan sebagian
akibatkan digunakannya peralatan eanggih yang biayanya sangat anggota
. saja, tetapi harus menguntungkan semua anggota
mahal; (4) Biaya kesehatan dibandingkan dengan total Produk 5) Profesionalisme harus mengisi semua aspek manajemen
Domestik Bruto masih rendah; (5) Harga obat-obatan masih OPDS
.
mahal, meskipun sudah ada obat generik. Dan masalah-masalah 6) Para anggota harus berperan aktif dalam pembuatan ke-
. lainnya yang sangat kompleks bijakan melalui Dewan Direksi, yang dipilih di antara para
Untuk mengantisipasi keadaan tersebut, pemerintah telah anggota
. yang mampu
mengambil kebijaksanaan terobosan, antara lain: (1) Gerakan 7) Semua OPDS yang didirikan harus dari masyarakat untuk
i munisasi untuk semua (UCI) mencapai 80% tahun 1990; (2) Pe- masyarakat dan harus otonom. Namun, Kelompok Manajemen
nempatan bidan baru di desa sebanyak 18.900 orang; (3) Ke- Tehnik (Pemerintah atau Swasta) yang akan membantu pelak-
wajiban penggunaan obat generik di sarana kesehatan pemerin- sanaan proyek OPDS, harus memberikan supervisi manajerial
tah; (4) Pengembangan Program Jaminan Pemeliharaan Kese- terus-menerus selama pelaksanaan semua OPDS yang telah ada
hatan Masyarakat (JPKM) yang merupakan pengembangan sebagai jaminan dari dan untuk masyarakat. Untuk pengembang-
asuransi kesehatan (Askes); (5) Rumah Sakit Pemerintah men- an selanjutnya yang dimungkinkan, staf harus diambil dari para
. jadi Unit Swadana. Dan kebijaksanaan lainnya anggota
. OPDS yang berkualitas
Di samping itu adanya peluang untuk mengatasi per- 8) Dalam penetapan iuran anggota, OPDS harus memper-
masalahan tersebut di kalangan masyarakat, khususnya LSM timbangkan tingkat kesanggupan para langganan (clientele) dan
Islam perlu dioptimalisasikan. Misalnya banyaknya Pondok biaya pelayanan medis dan kesehatan yang bermutu yang diberi-
Pesantren di Jawa Timur ini dapat dirangsang untuk meng- kan secara efisien dan efektif. Keseimbangan yang layak antara
usahakan semacam JPKM atau Organisasi Penghimpun Dana .biaya dan mutu pelayanan harus dipertahankan selama-lamanya
Sehat (OPDS) yang seeara bergotongroyong menghimpun dana B) Struktur Organisasi OPDS
dari masyarakat Pondok Pesantren untuk membiayai pelayanan Struktur organisasi OPDS disarankan sebagai berikut :
kesehatan bagi anggotanya yang memerlukan pengobatan di
PolikliniklPuskesmas sampai perawatan di Rumah Sakit. Sikap
bergotong-royong ini sesuai dengan ajaran Islam, yang meminta
kepada segenap umat Islam untuk berbuat kebajikan dan suka
. bertolong-menolong sesamanya dalam kebaikan
Dalam makalah ini akan disajikan suatu konsep pengem-
bangan Dana Sehat di Lingkungan LSM Islam, yang terbagi atas:
Pedoman Umum dan Pedoman Dasar dalam Pelaksanaan Dana
Sehat, Pedoman dalam Persiapan dan Organisasi Masyarakat
untuk Penyelenggaraan Dana Sehat, kemungkinannya untuk
diterapkan di Pondok Pesantren di Jawa Timur, Langkah-langkah
. apa yang perlu ditempuh

PETUNJUK UMUM DAN PEDOMAN DASAR DALAM


PENYELENGGARAAN OPDS
A) Pedoman Dasar
1) OPDS atau Organisasi Penghimpun Dana Sehat direnca-
nakan untuk membantu masyarakat menengah dan bawah yang
tidak dapat dilayani oleh sarana pelayanan kesehatan dengan

138 Cermin Dunia Kedokteran Edisi Khusus No. 91, 1994


C) Dasar-dasar Organisasi dasar-dasar pedoman umum dan tidak boleh berprasangka buruk
1) OPDS dimiliki bersama oleh para anggotanya. Kepenting- terhadap kelangsungan hidup OPDS. Dengan kata lain, tiada
an bersama lebih diutamakan daripada kepentingan pribadi dari kebijakan tak benar ditempuh, yang dapat membahayakan posisi
tiap anggota. keuangan OPDS.
2) Dewan Direksi, suatu badan pembuat kebijakan, memberi- 2) Hanyalah anggota-anggota yang sah dan mampu saja di-
. kan pelayanan yang baik kepada para anggota secara kolektif terima menjadi anggota Dewan Direksi. Anggota-anggota
. Anggota Dewan Direksi disahkan oleh para anggota Dewan yang memilih menarik diri dari keanggotaannya, baik
3) Staf yang profesional, yang dilatih dan disupervisi oleh Ke- oleh karena tercela maupun atas kehendak sendiri, akan kehi-
lompok Manajemen Tehnik bertugas mengelola pelaksanaan . langan kedudukannya dalam Dewan Direksi secara otomatis
sehari-hari OPDS. Mereka harus berpengalaman baik pada pe- 3) Kualifikasi untuk keanggotaan dalam Dewan Direksi harus
laksanaan OPDS dan mampu berlaku adil serta mempunyai per- meliputi hal-hal berikut :
ti mbangan perikemanusiaan dalam melaksanakan dan mene- a) Anggota yang mampu dan baik selama sekurang-kurang-
. rapkan kebijakan dan dasar-dasar OPDS nya 12 bulan.
4) Pada kapasitas puncak pelaksanaan, sebagai syarat mini- .b) Bermoral baik
harus mum bagi pelayanan yang efektif, Staf manajemen OPDS c) Mempunyai kepedulian akan kesejahteraan masyarakat.
mempunyai 5 unit pelaksana utama, seperti: a) Unit Tata Usaha; d) Memahami konsep dasarpelaksanaan OPDS dan mengikuti
b) Unit Pelayanan Anggota; c) Unit Pelayanan Medis; d) Unit seminar orientasi OPDS dasar bagi para anggota.
Pemasaran dan e) Unit Keuangan. Seorang Kepala Kantor atau 4) Seleksi anggota Dewan harus berdasarkan prosedur
Pejabat yang ditunjuk, bertugas melakukan supervisi pelaksana- berikut
.
. an semua unit tersebut di atas a) rekomendasi oleh para anggota dan pengurus OPDS
5) Semua Staf harus mengalami masa percobaan 3-5 bulan b) penilaian prakualifikasi oleh Kelompok Manajemen Tehnik
sebelum diangkat secara tetap pada posisinya. Pelatihan dan c) orientasi tentang dasar-dasar OPDS dan mekanisme pe-
orientasi jabatan harus dilakukan selama masa percobaan. Per- laksanaan OPDS
sonil dari Kelompok Manajemen Teknik harus melaksanakan d) persetujuan dari sebagian besar anggota OPDS melalui pe-
supervisi pekerjaan Staf dan harus menilai penampilan staf pada milihan atau referendum (Hanya para anggota yang sekurang-
. masa percobaan kurangnya menjadi anggota pada tahun kedua yang dapat me-
6) Jabatan-jabatan utama dan penjabaran tugas pada jabatan . milih dan dipilih sebagai anggota Dewan)
tersebut dari Staf kunci OPDS dan pejabat-pejabat lainnya akan 5) Idealnya, Dewan Direksi harus mempunyai anggota/peng-
. diuraikan lebih lanjut urus sebagai berikut :
7) Koordinator OPDS adalah pekerja yang semi-otonom yang a) profesional dalam hukum
dipercaya untuk tugas mencari anggota-anggota baru. Mereka b) profesional dalam medis atau kesehatan masyarakat
bekerja tanpa terikat oleh jam kerja dan menerima kompensasi c) ahli analisa keuangan atau ahli ekonomi
berdasarkan jumlah sebenarnya dari anggota baru yang dapat d) ahli manajemen atau berpengalaman dalam manajemen
direkrut sebagai anggota OPDS. Dalam beberapa hal, mereka e) p rang awam
dapat meminta uang transportasi atas persetujuan Kepala Unit f) ahli pemasaran atau berpengalaman dalam pemasaran
Pemasaran atau Pejabat yang ditunjuk. Insentif juga dapat di- .g)
ahli atau berpengalaman dalam bidang penaksiran
berikan kepada koordinator OPDS yang sangat berprestasi, atas 6) Dewan Direksi akan bertugas selama 2 tahun; separuh
persetujuan Dewan Direksi. Secara alamiah koordinator OPDS anggotanya harus dipilih dan disetujui tiap tahun pleb sebagian
merupakan sukarelawan yang berniat baik atau pengusaha keeil besar suara para anggota. Kepala Kelompok Manajemen Teknik
yang mendapat kesempatan untuk peran serta yang sangat ber- atau wakilnya ditunjuk secara otomatis menjadi anggota Dewan
manfaat dalam OPDS, tetapi tidak diangkat menjadi staf atau dalam kapasitas ex-officio dan harus memberikan petunjuk teknis
pegawai OPDS. Hanyalah anggota-anggota yang mampu dan kepada Dewan tentang hal-hal yang berkaitan dengan kebijakan
. sah saja yang dapat dipercaya sebagai koordinator OPDS yang benar yang disarankan.
8) Koordinator OPDS juga diberikan pelatihan orientasi oleh 7) Pengurus harus dipilih oleh Dewan di antara mereka dan
Staf Pemasaran OPDS. Mereka secara dinas terkait pada Unit harus meliputi :
Pemasaran dan bertugas sebagai perpanjangan tangan Staf a) Ketua
Pemasaran. Peranan utama mereka adalah membuka pintu yang b) Wakil Ketua
. memungkinkan Staf Pemasaran mendapatkan banyak anggota c) Sekretaris
Mereka membantu Staf Pemasaran dalam menentukan peneri- d) Bendahara
maan anggota baru, menyelenggarakan seminar orientasi atau e) Kepala Hubungan Masyarakat
informasi bagi calon-calon anggota. - f) Penasehat Hukum
g) Penasehat Medis
D) Dewan Direksi h) Penasehat Tehnis dan Manajemen.
1) Dewan Direksi harus merupakan pembuat kebijakan per- 8) Tidak boleh lebih dari dua jabatan dipegang oleh seorang
tama dari OPDS. Kebijakan yang ditempuh harus sesuai dengan anggota atau pengurus yang sama dari Dewan pada saat yang

Cermin Dunia Kedokteran Edisi Khusus No. 91, 1994 13 9


sama. Tanggung jawab minimum dari pengurus Dewan seperti 2) Pejabat/Staf Bagian Pelayanan Anggota :
tersebut di bawah. Dewan, dengan keputusannya yang pokok, a) Memproses surat permohonan (lamaran) dari ealon
dapat menambah tanggung jawab tersebut. anggota dan memberikan rekomendasi persetujuan.
a) Ketua Dewan : b) Memberikan orientasi (pengarahan) kepada para anggota
(i) Memimpin semua rapat-rapat Dewan baru tentang prosedur mendapatkan pelayanan, manfaatnya,
(ii) Mengawasi proses formulasi kebijakan OPDS kekecualian dan pembatasan-pembatasan yang diberikan.
b) Wakil Ketua Dewan : c) Memproses tagihan (claim) untuk pelayanan/benefit.
(i) Mengawasi dan memantau pelaksanaan OPDS d) Memberikan pelayanan non-medis yang diperlukan
(ii) Memimpin rapat Dewan bila Ketua berhalangan anggota.
(iii) Memimpin Panitia Eksekutif, yang harus dibentuk oleh e) Memantau pemanfaatan pelayanan dari para anggota.
Dewan Direksi. f) Melayani keluhan para anggota dan memecahkan masalah
c) Sekretaris : sesuai dengan kebutuhan.
(i) Menyimpan arsip semua penetapan dan membuat notulen g) Memelihara daftar terbaru para anggota OPDS yang aktif
rapat Dewan. dan menyerahkannya kepada pemberi pelayanan yang telah
(ii) Menyiapkan agenda dan dokumen lainnya untuk rapat diakreditasi.
Dewan. 3) Pejabat/Staf Bagrian Pelayanan Medis :
(iii) Bertindak selaku petugas penghubung yang mewakili De- a) Memberikan pelayanan medis dasar kepada anggota.
.wan dalam hubungan dengan pihak pemerintah b) Memelihara rujukan yang layak dari para anggota yang
d) Bendahara : memerlukan pelayanan medis lebih tinggi tingkatannya dan
(i) Mengawasi dan memantau keadaan keuangan OPDS. menerbitkan Surat Rujukan/Surat Pengantar yang tepat.
(ii) Menyiapkan atau menyetujui laporan keuangan yang dibuat c) Memantau pelayanan yang diperluas bagi para anggota oleh
oleh Staf OPDS. pemberi pelayanan yang sudah diakreditasi.
e): Kepala Hubungan Masyarakat d) Bertanggung jawab terhadap akreditasi spesialis, fasilitas/
(i) Bertanggung jawab akan pekerjaan hubungan masyarakat institusi diagnostik dan rumah sakit sebagai fasilitas rujukan
pada OPDS. OPDS.
(ii) Memberikan masukan atau saran pada Dewan tentang e) Membentuk dan memelihara hubungan yang efektif den ,gan
masalah yang ada kaitannya dengan hubungan masyarakat. fasilitas
, rujukan yang diakreditasi untuk pelayanan yang bar-
f) Penasehat Hukum : moms dan efisien bagi para anggota yang dirujuk.
(i) Membantu Dewan dalam menyiapkan bahan-bahan atau f) Bertanggung jawab terhadap skrining medis dari anggota
dokumen yang terkait dengan hukum. baru untuk diusulkan pemeriksaan fisik pendahuluan dan pe-
(ii) Memberi masukan dan saran kepada Dewan tentang bahan- nentuan penyakit yang sudah diderita.
bahan yang dibutuhkan tindakan hukum. 4) Pejabat/Staf Bagian Pemasaran :
g) Penasehat Medis : a) Bertugas dalam semua kegiatan promosi untuk meningkat-
(i) Memberi masukan dan saran tentang masalah yang terkait kan keanggotaan dalam OPDS.
dengan pelayanan medis dari OPDS. b) Membentuk dan memelihara jaringan komunikasi fungsio-
(ii) Membantu dalam menetapkan kebijakan yang terkait nal dari para koordinator yang harus melayani sebagai mata
dengan pelayanan medis. rantai pasar antara OPDS dan masyarakat.
h) Penasehat Teknis/Manajemen : c) Mengelola kegiatan pengerahan anggota, yang meliputi pe-
(i) Memberi masukan dan saran kepada Dewan tentang ma- nyelenggaraan kursus orientasi OPDS bagi calon-calon anggota/
salah yang terkait kebenaran dalam penaksiran dan pelaksanaan kelompok.
kebijakan manajemen. d) Bertanggung jawab terhadap pemeliharaan tingkat ke-
(ii) Membantu Dewan dalam menilai sehatnya manajemen pe- anggotaan yang hidup melalui pengerahan secara aktif dari para
laksanaan OPDS. anggota baru dan mempertahankan anggota lama.
e) Bertanggung jawab terhadap koleksi uang pendaftaran dan
E) Jabatan Utama dan Penjabaran Tugas dari Staf/Pejabat uang iuran keahggotaan dari para anggota baru dan anggota
Kunci OPDS lama yang mampu.
1) Pejabat/Staf Bagian Tata Usaha : 5) Pejabat/Staf Bagian Keuangan :
a) Melaksanakan tugas dalam bidang manajemen personalia a) Bertanggung jawab terhadap pembuatan anggaran, akun-
dan hak milik. tansi, dan fungsi kasir OPDS.
b) Memelihara rumah tangga dan pelaksanaan pemeliharaan b) Memelihara catatan laporan anggota yang terbaru dan me-
kantor. lengkapi daftar terbaru dari anggota yang aktif dari Pejabat/Staf
c) Bertanggung jawab akan pemeliharaan dan keamanan hak Bagian Pelayanan Anggota.
milik. c) Bertanggung jawab atas rekening para anggota dan pe-
d) Bertanggung jawab tentang manajemen pengadaan dan mantauan pembayaran para anggota. Menyerahkan daftar para
persediaan. anggota yang belum membayar iuran kepada Pejabat/Staf Ba-

140 Cermin Dunia Kedokteran Edisi Khusus No. 91, 1994


The Effects of Current Flow through
the Human Body
and the Electrical Protection
of Patient Treatment Areas
Richard King
E.S.P, Australia

ELECTRICITY IN MODERN MEDICINE movement and storage techniques. There is often lack of report-
The medical industry is one that is always at the forefront of ing by medical staff that equipment has possible faults eg; slight
technology. Modern medicine combines the knowledge of cen- electric shock or 'tingle' felt when touching metal instrument
turies of research with the very latest break-throughs in biology, cover or metal fittings. The most likely cause of all is the lack of
chemistry and physics. This progress has resulted in many a routine procedure for the checking of all electrical equipment
advantages for patients, not only can many once serious and by trained electrical personnel, safe guarding against use and
terminal diseases now be cured but modern techniques and abuse events, which can render equipment potentially harmful.
equipment allow procedures to be carried out more efficiently.
These techniques and equipment often enable more operations EFFECT OF CURRENT FLOW THROUGH THE HUMAN
per day to be carried out making more efficient use of the BODY ( ' MACRO-SHOCK')
'
hospitals facilities. Patients who would previously have spent Macro-Shock' is the term used to describe the resultant
weeks recovering from operations can often now be home in a effects of applying mains voltage to a human body. The typical
matter of days. One major area that has changed is the ever electrical resistance of the human body (1000 Ohms or 1 kOhm)
increasing use of electrical and electronic equipment for every- li mits the current that will flow to 240 mA (in a 240 V ac system).
thing from monitoring through to electro-surgical devices. With If this current flows for 500 ms or more there is a greater than 50%
this greatly increased use of electrical and electronic equipment chance that the shock will cause cardiac arrest. When the skin is
in patient treatment procedures, comes the increased likelihood by-passed the internal resistance of the body is variable depend-
of accidental shock. ing on the current path. Current paths that include the chest area,
The requirement for the power distribution system to be for example left arm to right arm are more hazardous than those
installed and maintained to the highest possible standards which avoid it, for example abdomen to foot. (Note. these figures
becomes critical as does the maintenance and regular servicing of are taken from Australian Standard AS3859 which is identical to
all mains operated equipment in order to minimize the chance of the IEC publication 479 'effects of current passing through the
such accidental shock. Due to the portable nature of many items human body')
of equipment the opportunities for unintentional abuse and loss
of insulation integrity increase with each change of equipment SPECIAL CONSIDERATIONS FOR MEDICAL AREAS
location. The bodies natural defenses against electrocution are often
Typical events that would render equipment potentially by-passed during medical procedures. That is the electrical
unsafe (and justify the need for the safety measures as outlined) resistance of the skin can be lowered by the use of conductive
would include, power cords pulled on directly when disconnect- electrode gel or electrodes may pierce the skin and make contact
ing equipment from outlets, equipment being subject to acciden- with highly conductive body fluids. Normally the involuntary
. tal conductive liquid spills penetrating equipment internals muscular contractions that accompany electric shocks will often
Power cords and equipment can be damaged by poor transit serve to disconnect a person from the faulty equipment or
Presented at the Vlth Congress of the Indonesian Hospitals Association &
Hospital Expo, Jakarta 21 — 25 November 1993
Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994 143
'
appliance, in the case of a patient who may be immobilized by ' MICRO-SHOCK
anesthetic or have electrodes firmly connected to them this Whilst the causes and effects of 'Macro-Shock ' are known
. disconnection will not occur so readily and generally well understood there exists a second form known
as 'Micro-Shock'. 'Micro-Shock' can occur where two nomi-
'
RCD PROTECTION AGAINST 'MACRO-SHOCK nally earthed conductors are brought in close contact with the
' Macro-Shock' can be protected against in domestic or heart of a patient. In a normally earthed electrical system it is
industrial installations by the use of 30 mA RCD's which will possible for there to be up to 2 Ohms electrical resistance between
disconnect the supply should more than 30 mA be detected the earth connections of two different mains outlets. It is quite
. flowing to earth via a fault (human contact or equipment failure) possible that there could be 1A of fault current flowing through
In medical installations more sensitive 10 mA RCD's should be the earthed structure of a building, this would be the sum of all the
used, as a current flow of between 10 and 30 mA, that will not leakage currents and fault currents present in the electrical
necessarily trip of a 30 mA RCD, will be harmful to an anesthe- system (Note: measurements have been taken in Australian
tized patient or one attached to electrodes if the current flows for hospitals that suggest that the level of these currents can
greater than 10 seconds (AS3859/IEC479). occasionally exceed 10 A). 1 Amp of fault current flowing
through the earth system could give a voltage between the
LINE ISOLATION AND OVERLOAD MONITOR earthed points of up to 2 V which in normal circumstances would
PROTECTION AGAINST 'MACRO-SHOCK' not be considered a problem. In the case of two conductors in
While a 10 mA RCD is a comparatively economical means close contact with a heart, voltages in excees of 100 mV between
of protecting against 'Macro-Shock' there is the disadvantage in them should be avoided otherwise 'Micro-Shock' will occur with
medical situations that when it trips off it not only removes the . cardiac arrest as a result
power from the fault but also any other equipment connected to
the same protected circuit. It may also be the case that a fault EQUIPOTENTIAL EARTHING
could occur in a piece of equipment that is actively keeping the To protect against 'Micro-Shock' it is necessary to reduce the
patient alive (eg; a Heart-Lung Machine). While the RCD will voltages that can occur between earthed conductors. The cross
save the patient from an electric shock the resultant removal of section of those conductors should be increased to limit the
the supply from the equipment could pose just as big a hazard. resistance between any two earthed points in a Cardiac Treat-
In medical procedures where life support equipment is used ment Area to generally less than 0.1 Ohm and in certain circum-
(eg; cardiac type procedures) it is advisable to use an isolated stances as low as 0.01 Ohm. This is known as an Equipotential
power supply system that has its isolation from earth constantly (EP) Earthing System. The EP System should extend not only to
. monitored by a Line Isolation and Overload Monitor (LIOM) the earth conductor in the supply wiring but also to any exposed
Using this system a single fault can occur that connects a patient metal that is in contact with the structure of the building (eg; taps,
or medical staff between one live conductor and Earth and there . gas outlets or pendant lights)
will be no danger of current flowing through the patient or staff
member. If however a second fault were to occur, that connects REFERENCE DOCUMENTS
. the other live conductor to Earth, dangerous currents would flow
1. Australian Standards:
The LIOM will alert the medical staff on with the operation (and AS3003 : Guide to the safe use of electricity in patient care
accept the very slight risk that a second fault will occur) or AS3003: Electrical installations, patient treatment areas
stabilize the patients condition as soon as possible and stop the AS3859: Effects of current passing through the human body
2. International Electrotechnical Committee (IEC)
operation. Non-essential equipment can also be unplugged if the TC64 (secretariat) 629: Electrical installations, medical locations (draft)
alarm sounds as the fault may lay within them and be cleared by 3. American National Standard
their disconnection. ANSI/NFPA 99: Health care facilities

14 4 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994


gian Pemasaran untuk pengumpulan. an serta pembayaran di muka.
d) Menyimpan arsip semua transaksi keuangan yang masuk b) Menentukan bidang kerjasama di antara manajemen OPDS,
ke dalam OPDS atau yang keluar dari OPDS. para pejabat setempat, dan institusi pelayanan kemungkinan
e) Menyiapkan laporan keuangan berkala, neraca, cash flow, berpartisipasi dalam pembiayaan proyek.
dan lain-lain pada pelaksanaan OPDS. c) Menentukan peranan yang mungkin dan mendapatkan ja-
f) Menanggung analisa keuangan berkala untuk memantau minan dukungan dari para pej abat tersebut dalam pengembangan
dan menilai kesehatan keuangan pelaksanaan OPDS. masyarakat untuk pelaksanaan OPDS.
2) Persiapan masyarakat dengan menyelenggarakan kegiatan
PEDOMAN DALAM PERSIAPAN DAN ORGANISASI berikut :
MASYARAKAT UNTUK PENYELENGGARAAN DANA a) Menyebarluaskan informasi secara intensif dan memberi-
SEHAT kan penyuluhan kepada masyarakat.
b) Pencarian dan pengembangan kepemimpinan untuk men-
A) Kegiatan Pendahuluan
ciptakan kelompok inti dari motivator lokal untuk OPDS.
1) Pendirian OPDS yang berdasarkan sosial kemasyarakatan
c) Pelatihan dan ketelitian kepemimpinan melalui seminar
dan swakelola didahului dengan survei masyarakat dan penye-
terjadwal dan resmi.
lidikan sosial untuk menentukan kemampuan dan kebutuhan
d) Organisasi pemberi pelayanan.
masyarakat akan program asuhan kesehatan yang hidup dan
3) Mengorganisasikan struktur OPDS dan Staf manajemen :
dapat dipercaya serta terorganisasi dengan baik. Penyelidikan
a) Mengadakan rapat organisasi formal.
sosial pendahuluan diusahakan untuk menilai masyarakat ke-
b) Memilih pejabat dan anggota Dewan Direksi.
giatan organisasi OPDS.
c) Memilih Staf inti dan pejabat OPDS.
Kriteria untuk menilai masyarakat pendirian OPDS adalah :
d) Memilih dan menyewa Staf OPDS full-time.
a) Persetujuan dan dukunganpejabatsetempat(Walikota Bupati
e) Meneliti dan menetapkan Spesialis untuk bekerja.
Kepala Daerah) untuk pendirian OPDS. 4) Merencanakan konperensi.
b) Adanya sarana fisik pelayanan medis dan Dokter Praktek
Umum.
KEMUNGKINAN PEMBENTUKAN OPDS DI PONDOK
c) Adanya pendapatan rata-rata yang teratur dan memadai dari PESANTREN
sebagian besar penduduk dalam masyarakat. Mengingat banyaknya Pondok Pesantren di Jawa Timur ini,
d) Adanya kemauan dan kemampuan membayar iuran secara
dimana para santri jumlahnya ribuan dalam satu Pondok Pesan-
teratur sejumlah uang kesehatan masa depan dan kebutuhan
tren, maka kelompok ini dapat dianggap sebagai suatu kelompok
medis; dan
anggota OPDS. Usia para santri berkisar antara 9 – 25 tahun,
e) Adanya kemauan untuk berperan serta dan kegiatan kese-
dimana pada usia tersebut angka kesakitannya rendah di-
hatan secara kolektif oleh calon anggota dan pemberi pelayanan
bandingkan kelompok usia lanjut atau balita. Peluang ini dapat
kesehatan.
dimanfaatkan untuk mencoba memulai dengan pendataan kemu-
2) Hasil dari penyelidikan sosial pendahuluan diberlakukan
dian menghitung perkiraan biaya pelayanan kesehatan yang
melalui penyelenggaraan survei masyarakat yang memeriksa
diperlukan tiap orang rata-rata dalam periode tertentu, misalnya
pola yang biasa terdapat dari: a) pendapatan, b) pengeluaran,
satu bulan. Selanjutnya dihitung berapa seharusnya uang iuran
c) penyakit, d) pemanfaatan pelayanan kesehatan, e) tabungan
anggota tiap bulan.
untuk asuhan medis, dan f) angka kematian.
3) Studi kelayakan pendirian OPDS didasarkan atas data sta- Dengan demikian dapat dihitung pula pembatasan tentang
jenis pelayanan kesehatan yang dapat diberikan kepada tiap
tistik yang dikumpulkan dan dibuat taksiran. Pendirian OPDS
dianggap layak jika tingkat pengeluaran kesehatan yang didapat anggota oleh poliklinik atau rumah sakit.
kurang daripada atau sama dengan premi perkiraan bulanan
yang dibutuhkan untuk tanggungan bantuan keuangan bagi LANGKAH-LANGKAH YANG HARUS DITEMPUH
1) Pendataan di semua Pondok Pesantren yang bersedia men-
kemungkinan pengeluaran kesehatan pada jumlah keanggotaan
dirikan OPDS, tentang jumlah santri, kesanggupannya, jenis
yang diharapkan.
penyakit yang sering diderita oleh kebanyakan santri dan warga
B) Persiapan Masyarakat, Organisasi dan Manajemen Pondok Pesantren lainnya.
OPDS 2) Mengadakan pertemuan dengan pihak Pemda Tk. II dan
1) Jika studi kelayakan positif untuk pendirian OPDS, lang- Dinkes setempat untuk memperoleh persetujuan dan dukungan.
kah berikutnya adalah menyampaikan data-data kepada para 3) Mengadakan pendekatan dengan pemberi pelayanan kese-
pejabat, pemimpin dan calon pemberi pelayanan setempat dalam hatan setempat, Puskesmas, Balkesmas dan Rumah Sakit.
suatu pertemuan orientasi resmi dan menjelaskan kepada mereka 4) Membentuk Panitia Persiapan untuk mendirikan OPDS di
tentang konsep OPDS keseluruhannya dan untuk : Pondok Pesantren yang bersangkutan, yang anggotanya terdiri
a) Mempengaruhi sikap para pejabat, pemimpin, calon pem- dari Pengurus Pondok dan para santri dengan berkonsultasi
beri pelayanan setempat dan pengaruh tersebut dimaksudkan dengan Dinas Kesehatan Tingkat II atau Tingkat I untuk men-
agar menghargai nilai pemeliharaan kesehatan melalui pencegah- dapatkan bimbingan dan pembinaan.

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91. 1994 14 1


5. Setelah semuanya siap, maka dibentuklah OPDS dengan
struktur organisasi yang baik sertapelaksanaan manajemen yang 2. Buku Pedoman Penyelenggaraan Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta di
bidang medik spesialistik. Direktorat RS Khusus dan Swasta Direktorat
profesional oleh orang-orang yang profesional pula. Jenderal
. Pelayanan Medik Depkes RI, 1989
3. Kebijaksanaan Umum Departemen Kesehatan RI. Informasi Pembangunan
KEPUTUSAN Kesehatan
. di Indonesia 1989
1. Broto Wasisto. Kebijaksanaan Pemerintah dalam Pengembangan RS Swasta 4. Operations Manual for Health Maintenance Organizations. Philipin Council
di Indonesia. Pelatihan Evaluasi Program Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta for Health Research and Development. Departement of Science and Techno-
di Caringin - Bogor, 24-28 November 1991. logy,
. Metro Manila, 1990

14 2 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994

Anda mungkin juga menyukai