II
PERSI
5. Manajemen Mutu dan Biaya Samsi Jacobalis
8. Quality Assurance dalam Keperawatan – Rokiah Kusumapradja
dan
16. Peranan Perawat dalam Efisiensi Penggunaan Sumber Daya – Mariani Situmorang
23. Pelaksanaan Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan di RS MMC Jakarta – Robby
Ke VII
33. Budaya Mutu sebagai Bagian Integral Manajemen Rumah Sakit – Emmyr F. Moeis
36. Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan di RSUD Pasar Rebo, Jakarta –Achmad Harjadi
39. Mutu dan Biaya Keperawatan – Maria I. Widjaja
47. Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Keperawatan – Tien Gartinah
Manajemen Keuangan
Maret 1994 50. Paviliun Khusus Swasta di RSCM Dr. Cipto Mangunkusumo – Soepardi Soedibyo
53. Manajemen Keuangan – Catharina
59. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat dan Implikasinya terhadap Pengelolaan
Rumah Sakit – MH Widodo Soetopo
63. Penilaian Kembali Penggunaan Metoda Barber-Johnson dalam Penilaian Efisiensi
Pelayanan Rumah Sakit di Indonesia – AL Slamet Riyadi
68. Dilema yang Dihadapi Rumah Sakit Swasta yang Memiliki Kepedulian Sosial Arif
Hartono, Diah Rini Handjari
69. Rumah Sakit Swakelola PT Timah – Hadisiswo Arsad
74. Program Kesejahteraan untuk Staf Rumah Sakit dan Para Dokter – Hotbonar Sinaga
78. Penerapan Teknologi Informasi untuk Meningkatkan Pelayanan Rumah Sakit dalam
Menyongsong PJPT II – Harun Affandie
83. Effective Hospital Management – James E Wawoeroendeng
Manajemen Penunjang
89. Trend Pengelolaan Pelayanan Penunjang Rumah Sakit – Imelda Emilia Dharma
91. Sistim Pelayanan Gizi di Rumah Sakit – Gunarti Yahya
97. Peranan Rehabilitasi Medik dalam Menurunkan Lama Hari Rawat (LOS) – Gerry
Haryati
100. Rumah Sakit Matra Laut – H. Sigit Widodo
103. Data Linen di Rumah Sakit Islam Jakarta – HJSitiAmbarwati
106. Efisiensi Pengclolaan Laboratorium di Rumah Sakit – Indika Pitono, Rustadi Sosro-
sumihardjo
110. Survai Keamanan Pasien – Boy S. Sabarguna
Makalah Lain
Karya Sriwidodo WS 115. Standar Perilaku sebagai Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan – Edi Sumarwoto
118. Satuan Pengendali Intern dalam Pengelolaan Rumah Sakit (suatu pemikiran) – H.
Soemaryono Rahardjo
122. Peranan Lembaga Konsultan bagi Peningkatan Sarana Pelayanan Kesehatan (Rumah
Sakit) – Emmyr F. Moeis
123. Pembinaan Rumah Sakit melalui Instrumen Penilaian Penampilan Kerja dan Instrumen
Pengukuran Kemampuan – SK Poerwani
129. Pengalaman Penerapan Peningkatan Kualitas Terpadu di RS Pelni Petamburan –
Hernawan
131. Pelayanan Sosio Medik di Rumah Sakit PGI Cikini – Woro Setyanti , Agustina Ma-
katika, Tunggul Situmorang, Emmy Sahertian
135. Kualitas Manajemen – pengalaman RS Islam Jakarta – H. Sugiat As.
137. Konsep Pengembangan Dana Sehat di Lingkungan LSM Islam – H. Abdul Mukty
143. The Effects of Current Flow through the Human Body and the Electrical Protection of
Patient Treatment Areas – Richard King
Artikel
Manajemen Mutu
TRIKOTOMI MUTU, BIAYA DAN PEMERATAAN adalah lebih tinggi daripada biaya pengadaan baja untuk mem-
Trikotomi dalam pemberian asuhan kesehatan adalah antara produksi satu mobil itu. Hal ini tentu mempunyai dampak
mutu, biaya dan pemerataan. Tiga unsur itu saling mempe- merugikan dalam persaingan dengan industri otomotif Jepang
ngaruhi, namun tidak selalu saling mendukung, bahkan dapat dan beberapa negara lain.
saling berlawanan. Misalnya : biaya yang ditingkatkan dapat Ny. Hillary Clinton, yang mendapat tugas khusus dari
mengakibatkan pemerataan layanan juga bertambah, tetapi dapat presiden Clinton, telah siap dengan rancangannya untuk meng-
juga terjadi hal yang bertentangan. Jika biaya yang meningkat itu atasi "krisis asuhan kesehatan" di negara adikuasa itu. Namun
karena membeli teknologi yang mahal, dan pasien harus mem- saat ini ia sedang sibuk berargumentasi untuk mempertahankan
bayar mahal pula untuk dapat menikmati teknologi itu, ini akan rancangannya terhadap serangan-serangan gencar dari beberapa
berarti justru berkurangnya pemerataan, karena sebagian ma- anggota Kongres yang sangat berpengaruh. Di kalangan ma-
syarakat terpaksa harus tersisih dari kenikmatan mendapat syarakat, terutama segmen tertentu, rancangan itu juga men-
layanan. dapat dorotan tajam dan diperdebatkan oleh pihak-pihak yang
Banyak negara industri yang dikenal sebagai welfare states pro dan kontra (Time, 27 September 1993).
(Inggris, Swedia, Jerman, Kanada, dan lain-lain) sedang menga- Di Indonesia masalah pemerataan layanan kesehatan sangat
lami masalah berat dalam pembiayaan layanan kesehatan bagi dipentingkan, bahkan dijadikan salah satu kebijakan pokok
rakyat mereka. Umumnya mereka sedang berusaha melakukan dalam pembangunan sektor kesehatan nasional sejak Repelita I.
restrukturisasi sistem layanan kesehatan nasionalnya, karena Untuk itu ujung tombaknya adalah penyebaran Puskesmas dan
biaya makin lama makin melonjak tinggi. Sedang giat direnca- Puskesmas pembantu sampai ke pelosok-pelosok terpencil.
nakan cost containment tanpa mengorbankan mutu dan keter- Demikian juga program Posyandu, peningkatan ketahanan hidup
jangkauan atau pemeratan layanan. Contoh yang paling anak, bidan desa, pos obat desa, dokter PTT dan lain-lain adalah
mengesankan adalah Amerika. Di negara kaya itu sudah sejak program pemerataan layanan kesehatan seeara nasional. Upaya-
beberapa tahun terakhir biaya kesehatan naik dengan tajam. upaya pemerataan itu tentu harus didukung dengan biaya. Harus
Tahun ini diperkirakan akan menjadi hampir 14% dari GNP diakui bahwa demi pemerataan, dan dalam keterbatasan sum-
negara itu. Persentase itu adalah tertinggi di seluruh dunia. Tetapi berdaya, pada awal pembangunan kesehatan dulu mutu belum
apakah dengan meningkatnya biaya itu pemerataan juga jadi terlalu mendapat perhatian.
lebih meningkat di sana ? Justru tidak. Saat ini lebih dari 38 Namun sejak sekitar sepuluh tahun yang lalu situasi sudah
juta orang Amerika tidak terjangkau oleh layanan kesehatan mulai berubah. Peningkatan mutu juga dijadikan tujuan pem-
yang memadai karena mereka tidak terlindung oleh asuransi. bangunan kesehatan nasional. Sudah giat dikembangkan upaya-
Biaya Iayanan kesehatan di negara itu sudah demikian tingginya, upaya menuju keseimbangan antara mutu, biaya dan pemerataan
sehingga dalam biaya satuan (unit cost) satu mobil Amerika yang serta keterjangkauan layanan kesehatan. Sekarang dapat kira-
diproduksi, biaya untuk pemeliharaan kesehatan buruh pabrik kira diikhtisarkan perkembangan sebagai berikut :
Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21— 25 November 1993.
KESIMPULAN
1) Upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan di rumah KEPUSTAKAAN
sakit adalah penting dan sudah merupakan tuntutan karena ada- 1. Dep. Kes. RI. Sistem Kesehatan Nasional, Depkes, Jakarta, 1982.
nya berbagai faktor penyebab. Untuk mencapai hasil yang baik 2. Rowland HS, Rowland BL. The Manual of Nursing Quality Assurance,
maka upaya tersebut harus dilaksanakan secara terpadu, multi- Aspen Publication Inc, Rockville, 1987.
disiplin, melibatkan seluruh karyawan terkait, pasien/keluarga- 3. Samsi Jacobalis. Menjaga Mutu Pelayanan Rumah Sakit, PT Citra Windu
Satria, Jakarta, 1989.
nya, serta hendaknya menjadi bagian yang tidak terpisahkan 4. Joint Commission on Acreditation on Health Care Organization, Primer on
(built-in) dari pelayanan itu sendiri, yang harus dilaksanakan Indicator Development and Application, measuring Quality in Health Care,
secara terus menerus dan berkesinambungan. JCAHO, Oakbrook Terrace, III, 1990.
Upaya menjaga mutu diperlukan suatu tanggung jawab 5. Nan Kemp, Richardson EW. Quality Assurance in Nursing Practice,
Biddies LTD, London, 1990.
yang besar dari organisasi yang harus tercermin dalam misi, 6. Donabedian A. Exploration in Quality and Monitoring Health Administra-
tujuan, perencanaan, penganggaran dan evaluasi prestasi baik tion, Ann Arbor, Michigan, 1980.
penampilan pelayanan rumah sakit maupun setiap individu di 7. Azrul Azwar. Standar dalam Program Menjaga Mutu, MKMI, 1993; 5.
8. Azrul Azwar. Konsep Mutu dalam Pelayanan Kesehatan, MKMI, 1993; 4.
dalamnya, serta hendakny a menjadi komitmen penuh dari seluruh 9. Blum HL. Planning for Development and Application of Social Change
karyawan di semua tingkatan rumah sakit. Theory, Human Science Press, New York, 1984.
2) Keperawatan sebagai salah satu profesi di rumah sakit 10. Departemen Kesehatan RI. Standar Pelayanan Rumah Sakit, Depkes,
peranannya dalam upaya menjaga mutu cukup potensial dan Jakarta, 1992.
strategis, serta keterlibatan para perawat dalam upaya menjaga 11. Emilie Beck, Joseph ED. Quality Assurance/Risk Management : The
Nurses Prespective, Care Communication Inc, Chicago, 1981.
mutu saat ini sudah cukup banyak. Namun pelaksanaannya 12. Ell MF, Ell JD. Quality Assurance Demystified, M.E. Medical Information
masih terkotak-kotak dan kurang terkoordinasi dengan baik System, Victoria Australia, 1991.
sehingga kurang efektif. 13. Texas Hospital Association.Guidelinesto an Effective Quality Assurance
3) Pengertian mutu pelayanan kesehatan banyak macamnya Program, Texas Society for Quality Assurance, Texas, 1984.
14. Wiorld Health Organization. The Principles of Quality Assurance, Report
dan penilaiannya tidaklah mudah mengingat mutu memiliki on WHO Meeting Barcelona, 1986.
sifat multidimensional. Namun secara umum yang dimaksud 15. Dep. Kes. RI. Modul Pelatihan Rumah Sakit, Mutu Pelayanan Depkes,
dengan mutu pelayanan kesehatan adalah yang menunjuk pada Jakarta, 1992.
Makalah ini disajikan pada Kongres Vl PERSI & Hospital Expo, Jakarta ,
21 — 25 November 1993.
Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo. Jakarta.
2l - 25 November 1993.
Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21— 25 November 1993.
28 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994
Gambar 1 : Model masalah
ini, biasanya rumah sakit disalahkan karena memakai anggaran kemanusiaan, pemerintah dan masyarakat pada umumnya.
yang berlebihan; keadaan ini didapat karena rumah sakit selalu Penilaian hasil rumah sakit didapat bila kita mengusahakan
berusaha segalanya untuk semua, hingga menempatkan dirinya dengan sungguh-sungguh 3 (tiga) hal yang utama :
dalam kedudukan rawan dan kritis. a) Informasi Rumah Sakit yang benar dan akurat.
Untuk mengurangi hal tersebut di atas, maka rumah sakit di b) Data statistik yang jujur dan benar.
masa datang haruslah : c) Metode evaluasi yang dinamis.
1) Mempunyai misi dan tujuan yang jelas. Dari informasi/data, yang diperoleh oleh Rumah Sakit ialah :
2) Output yang dihasilkan serta dampaknya pada pelayanan Data tentang kepuasan pelayanan.
-
kesehatan masyarakat dapat diperhitungkan dan dievaluasi de- - Data mutu pelayanan.
ngan nyata. Data keterjangkauan biaya.
-
3) Biaya yang bersaing dan dapat dijangkau antara lain me- Data kepuasan relatif mudah didapat, data mutu pelayanan agak
lalui asuransi, J.P.K.M dan lain-lain. sulit diterapkan, tetapi di Indonesia telah mulai diupayakan
Rumah Sakit haruslah menggunakan managemen ekonomi antara lain :
sehingga biaya sepadan dengan pelayanan yang diberikan; atau - Upaya penentuan standar/akreditasi.
bila tidak biarlah organisasi lain yang melaksanakan, sedangkan - Review penerapan indikator tertentu.
pelayanan medik dilakukan oleh organisasi lain pula. Juga upaya untuk mengembangkan dan memasyarakatkan :
Kita dapat mengharapkan peran serta dan tanggung jawab Perencanaan Rumah Sakit (SK Dirjen Yanmed 0215/YM/SET/
masyarakat menjadi besar karena difusi informasi pada masa PPL-III/1993), Quality Assurance, Risk Management dan Total
kini dan mendatang besar sekali, sehingga kesadaran masyara- Care Management Program, Total Quality Management dan
kat lebih besar. Rumah Sakit (Umum dan Khusus) wajib mem- lain-lain.
berikan informasi sejak dini tentang pelayanan yang didapat, Salah satu bentuk nyata adalah pelaksanaan pembenahan rumah
tingkat dan tipe dari perawatan yang ada, kemampuan yang di- sakit menjadi Instalasi Lembagd Swadana dan mutu dikaitkan
miliki dari segi keahlian-teknologi, keterbatasan mutu yang me- pada :
nyangkut manusia, dana dan bahan. Rumah Sakit mempunyai 1) Quality Assurance Program.
peranan sosial penting yang harus dimainkan agar pelayanan 2) Process Oriented.
kesehatan secara umum dapat dilaksanakan dan dapat diterima 3) Prioritas Utama.
oleh mereka yang membutuhkan pada masa mendatang dengan 4) Orientasi penderita, termasuk kepuasan terhadap pelayanan
tanggung jawab yang terbagi antara pengusaha dan organisasi rumah sakit.
Metode
Biaya/Mutu
* Administratip
* Medik
* Perawatan
* Kepemimpinan
* Satuan Tugas
ABSTRAK
Pasien yang memperoleh jasa rumah sakit memiliki harapan tertentu. Bila jasa
rumah sakit yang diterimanya dapat memenuhi bahkan melebihi dari apa yang diharapkan
dalam waktu ke waktu; timbul pemikiran pada diri pasien bahwa inilah suatu jasa
pelayanan rumah sakit yang memiliki mutu.
Dengan menciptakan Budaya Mutu (Quality Culture) dalam lingkungan kerja rumah
sakit, dapat diharapkan peningkatan mutu pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
keinginan dan harapan pasien.
PENDAHULUAN
Seiring dengan membaiknya tingkat pendidikan, jawab secara moral dan hukum dari pimpinan rumah sakit untuk
meningkatnya keadaan sosial ekonomi masyarakat, serta ada- menjamin terselenggaranya standar pelayanan yang baik. Ada-
nya kemudahan di bidang transportasi dan komunikasi menye- nya tanggung jawab yang harus dipikul oleh seluruh pengelola
babkan informasi semakin mudah diperoleh; di samping itu, rumah sakit, tidak dapat dilaksanakan begitu saja karena terkait
majunya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta deras- erat dengan kebijaksanaan, tanggung jawab moral dan legal dari
nya arus informasi mengakibatkan sistem nilai dalam masya- pimpinan rumah sakit. Evaluasi yang dilakukan secara kontinu,
rakat berubah. Akibatnya masyarakat cenderung menuntut pe- dengan mempertimbangkan semua faktor-faktor yang berkaitan
layanan umum yang lebih bermutu termasuk pelayanan kese- dengan mutu pelayanan, akan mendorong penyempurnaan pe-
hatan. Dengan semakin meningkatnya tuntutan pelayanan lebih layanan administrasi rumah sakit, pelayanan klinis, pendidikan
bermutu tadi, maka fungsi pelayanan kesehatan di rumah sakit profesional, serta perawatan pasien yang lebih baik.
secara bertahap perlu ditingkatkan agar menjadi lebih efektif dan Makalah ini menguraikan tentang pentingnya budaya kerja
efisien serta memberikan kepuasan terhadap pasien, keluarga yang berkaitan erat dengan mutu pelayanan yang diberikan
maupun masyarakat. kepada masyarakat, dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan
Pelayanan rumah sakit yang baik tergantung dari kompe- pasien sebagai pengguna jasa rumah sakit. Dengan manajeman
tensi dan kemampuan para pengelola rumah sakit. Untuk rumah sakit yang memiliki budaya mutu, diharapkan roda or-
meningkatkan kemampuan para pengelola rumah sakit tersebut ganisasi dan pelayanan rumah sakit dapat berjalan dengan
selain melalui program pendidikan dan pelatihan, juga diper- lancar, sehingga rumah sakit dapat dikelola secara efisien dan
lukan pengaturan atau penegakkan disiplin sendiri (self dici- efektif; yang pada akhirnya akan meningkatkan citra rumah
pline) dari para pengelola rumah sakit serta adanya tanggung sakit.
Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta.
21- 25 November 1993.
LATAR BELAKANG
Pemerintah Pusat pada tahun 1992 menetapkan 4 (empat) 6) Total quality management seminar 1 hari, untuk 5 dokter.
rumah sakit Depkes sebagai unit swadana dan pada waktu itu Dari informasi di atas dapat dilihat bahwa intervensi yang
hanya Pemerintah DKI Jakarta yang melaksanakan program dilakukan oleh Depkes melalui kegiatan konsultan swasta ter-
swadana dengan menetapkan satu rumah sakitnya, RSUD Pasar sebut sifatnya masukan teknis untuk meng-inisiasi kegiatan
Rebo, sebagai unit swadana Daerah. peningkatan mutu. Tetapi bagaimana agar hal tersebut berjalan
Untuk meningkatkan kemampuan manajemen rumah sakit, terus dan berkembang bukan menjadi ruang lingkup tanggung
Departemen Kesehatan melakukan intervensi kepada rumah jawab konsultan melainkan tanggung jawab manajemen rumah
sakit swadana dengan memberikan bantuan teknis berupa pro- sakit sendiri. Dengan demikian kesamaan persepsi antara ma-
gram : sistem akuntansi rumah sakit, manajemen keuangan, najemen dan konsultan merupakan hal yang sangat penting agar
pentarifan, sistem informasi manajemen dan peningkatan mutu proses peningkatan mutu tidak menjadi layu sebelum berkem-
pelayanan terpadu. Keempat rumah sakit Depkes masing- bang.
masing mendapat empat intervensi program sedangkan RSUD Makalah ini mencoba memberikan gambaran tentang
Pasar Rebo mendapat satu intervensi program yaitu peningkatan bagaimana RSUD Pasar Rebo memotivasi sumber daya ma-
mutu pelayanan terpadu. nusianya sejak program swadana masih dalam tahap dini (tahun
Program peningkatan mutu pelayanan terpadu yang telah 1991). Dengan pendekatan partisipatif, kegiatan peningkatan
disiapkan Depkes, diimplementasikan oleh konsultan swasta mutu pelayanan yang di-inisiasi Depkes masih tetap berlangsung
(yang ditunjuk Depkes) mulai September 1992 s/d Maret 1993. terus selaras dengan kegiatan peningkatan mutu pelayanan
Mulai April 1993 sampai sekarang kegiatan ini dilaksanakan model Pasar Rebo.
sendiri oleh manajemen rumah sakit.
Kegiatan implementasi yang dilaksanakan adalah : GAMBARAN UMUM RSUD PASAR REBO
1) Quality education training 4 hari, 30 fasilitator. Satu dari 4 RSUD kelas C (1987 ditetapkan sebagai RSU
2) Quality education training dilanjutkan dengan process kelas C, sebelumnya RSTP) milik Pemda DKI Jakarta yang
consulting bagi ke-tigapuluh fasilitator di atas. terletak di pinggir timur agak selatan Jakarta berbatasan dengan
3) Quality assurance lecture 25 dokter, 6 kali @ 3 jam. Depok (Kab. Bogor), Pondok Gede (Bekasi) dan Cimanggis
4) Training on 5-S (kerapihan/kebersihan/ketertiban tempat (Kab. Bogor). Merupakan UPT Dinas Kesehatan propinsi DKI
ketja), 5 kali @ 3 jam. Jakarta (DKI Jakarta tidak mempunyai Dinas Kesehatan Ka-
5) Total quality management seminar 1 hari, untuk manajemen bupaten) dengan kapasitas 137 tempat tidur (kelas III : 117,
rumah sakit. kelas II : 20 dan tidak ada kelas I atau VIP). Berdiri di atas lahan
seluas 13.400 meter persegi dengan luas bangunan 5.000 meter
Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21— 25 November 1993.
Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21- 25 November 1993.
Makalah ini disajikan pada Kongres VI PEPSI & Hospital Expo, Jakarta,
21 - 25 November 1993.
Soepardi Soedibyo
Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta
Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21— 25 November 1993.
52
-4Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994
Manajemen Keuangan
Catharina, Akuntan
Rumah Sakit St. Carolus, Jakarta
Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21 — 25 November 1993.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
8.
9.
10. Total
Total
Rumah Sakit " X " Controller Report Untuk Periode Januari s/d Desember 199X
A. Pendapatan
1. Unit Perawatan
2. Unit Rawat Jalan Spesialistik
3. Unit Penunjang Medik
4. Unit Balai Kesehatan Masyarakat
5. Operasional Lain
Jumlah Pendapatan Sebelum
Perawatan Cuma-cuma
6. Perawatan Cuma-cuma
Jumlah Pendapatan (A)
B. Biaya Operasional
1. Unit Perawatan
2. Unit Rawat Jalan Sepsialistik
3. Unit Penunjang Medik
4. Unit Balai Kesehatan Masyarakat
5. Operasional Lain
Jumlah Biaya Operasional Langsung (B 1)
Pendapatan Kotor (A - B 1)
Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21.- 25 November 1993.
ABSTRAK
Metoda Barber Johnson merupakan salah satu metoda yang dapat digunakan untuk
penilaian efisiensi pengelolaan pelayanan rumah sakit. Sebagai metoda yang semula
dikembangkan di negara-negara maju, maka penggunaannya sebagai suatu instrumen
penilaian dimungkinkan karena konsistensi sosio-budaya dan infrastrukturnya yang
mendukung di negara-negara tersebut.
Dari hasil pemantauan di Indonesia terhadap parameter angka hunian (Bed Occupancy
Rate = BOR), rata-rata lama dirawat (Average Length ofStay= ALOS), rata-rata sebuah
tempat tidur digunakan/tahun (Bed Turn Over = BTO) serta rata-rata sebuah tempat tidur
dalam keadaan kosong (Turn Over Interval = TOI) yang meliputi berbagai rumah sakit
(tahun 1989) maupun Adi Husada (1986 — 1990), ternyata tidak satupun sempat masuk
dalam daerah efisiensi Barber Johnson.
Secara hipotetik justru perlu dipertanyakan kembali apakah penerapan metoda
Barber Johnson untuk Indonesia yang masih heterogen tidak perlu disesuaikan kembali
dengan koreksi faktor, seperti dibedakan menurut klasifikasi akreditasi, tahapan Pelita
dan sebagainya.
Walaupun demikian, metoda Barber Johnson bagi Indonesia masih tetap relevan bisa
dimanfaatkan untuk penilaian efisiensi pelayanan rumah sakit bila sebelumnya disertai
dengan koreksi faktor sebagaimana tersebut di atas.
PENDAHULUAN masing tolok ukurnya, yaitu :
Dengan diterapkannya standar pelayanan rumah sakit oleh (a) Kriteria yang dikaitkan dengan mutu pelayanan (medis dan
Departemen Kesehatan, maka peranan pusat data dan infor- perawatan).
masi dalam menejemen rumah sakit makin dirasakan ke- (b) Kriteria yang berkaitan dengan penyelenggaraan me-
butuhannya. Kehadiran sistim peneatatan rekam medik dan nejemennya (antara lain : efisiensinya).
kaitannya timbal balik diharapkan dapat ikut membantu me- (c) Kriteria yang berkaitan dengan jangkauan pelayanan ke-
nilai sejauh mana keberhasilan misi rumah sakit itu. Untuk pada masyarakat (antara lain : cakupannya).
dapat menilainya, perlu adanya kriteria dengan perangkat Untuk kriteria pertama, landasan teoritik yang dapat
tolok ukur yang sensitif. Secara mendasar kila dapat mem- digunakan adalah quality assurance (QA) yang belakangan
bedakan setidak-tidaknya dalam tiga kriteria dengan masing- disempurnakan sebagai pendekatan quality improvement (QI)
Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21— 25 November 1993.
Gambar 3
ABSTRAK
Masalah kepedulian sosial dan mengentaskan kemiskinan adalah topik yang pada
saat ini sedang ramai didiskusikan oleh Pemerintah maupun pihak Swasta.
Rumah Sakit swasta pun tak luput dari sorotan Pemerintah karena Pemerintah
tampaknya serius untuk mensukseskan PJPT II dan pembangunan kesehatan. Pemerin-
tah pada umumnya dan Departemen Kesehatan khususnya sudah sejak awal menghimbau
dan mendorong pihak swasta di bidang pelayanan kesehatan untuk memiliki kepedulian
sosial; bahkan Pemerintah telah melibatkan modal swasta untuk bergerak di bidang
pelayanan kesehatan.
Hasilnya bermunculan rumah sakit-rumah sakit swasta yang berkompetisi mem-
bangun fasilitas kesehatan yang canggih dan memenuhi selera masyarakat Ibukota
Metropolitan Jakarta. Sedangkan banyak pula rumah sakit swasta swadana dan ber-
aspirasi sosial belum mampu mengembangkan diri karena kekurangan dana. Diuraikan
dilema dan kendala yang dihadapi rumah sakit swasta yang memiliki kepedulian sosial
dan harus berkompetisi dengan rumah sakit-rumah sakit for profit.
ABSTRAK
Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21— 25 November 1993.
PENGANTAR 1) Pangan
Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk 2) Sandang
menyelenggarakan upaya kesehatan. Termasuk diantaranya 3) Papan
adalah balai pengobatan, puskesmas, rumah sakit umum, rumah 4) Pendidikan
sakit khusus dan lain sebagainya. 5) Kesehatan
Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan dapat di- 6) Olah raga
selenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta tetap 7) Rekreasi
harus memperhatikan fungsi sosial. Bagi investor atau penanam Kebutuhan di atas dapat dipenuhi setiap insan dengan mem-
modal, rumah sakit kini merupakan suatu bisnis yang tidak belanjakan pendapatannya. Memang tidak semua kebutuhan
kalah menariknya dengan bidang usaha lain. Melalui konsep tersebut dapat dibiayai dari penghasilannya. Sebagian justru
swakelola dan swadana, mulai banyak bermunculan berbagai disediakan oleh tempatnya bekerja. Ambit contob misalnya per-
rumah sakit yang dikelola secara lebih profesional dan lebih usahaan besar menyediakan rumah dinas, rumah sakit berikut
berorientasi bisnis tanpa melupakan fungsi sosialnya. fasilitas kesehatan lainnya, sarana olah raga dan sebagainya.
Salah satu ciri rumah sakit yang baik adalah rumah sakit Perusahaan yang lebih kecil belum tentu tidak memiliki ke-
yang profesional pelayanannya. Pelayanan yang baik tidak lepas sanggupan untuk menyediakan atau membantu karyawannya
dari pelaksana atau pelakunya yakni para tenaga kesehatan yang dalam hal pemenuhan kebutuhan tersebut. Minimal perusahaan
bekerja di rumah sakit. Personil rumah sakit mulai dari tenaga kecil dapat menyediakan semacam kemudahan, misalnya fasili-
kesehatan, tenaga administrasi sampai dengan para pesuruh, tas pemberian kredit perumahan, pemberian tunjangan kese-
satpam dan sebagainya merupakan sumber daya yang sangat hatan dan sebagainya.
vital dan menentukan dalam hal mutu pelayanan. Rumah Sakit
sebagai suatu badan usaha harus memperhatikan semua per- BALAS JASA DAN FASILITAS YANG DISEDIAKAN
sonilnya termasuk kesejahteraannya agar mereka dapat mem- RUMAH SAKIT
berikan kontribusi yang terbaik sehingga mutu pelayanan tidak Staf rumah sakit yang bekerja sebagai tenaga tetap maupun
hanya selalu dijaga bahkan ditingkatkan. tidak tetap berhak untuk memperoleh kompensasi atas tenaga
yang disumbangkan bagi rumah sakit. Kompensasi yang umum
KEBUTUHAN FISIK MANUSIA berbentuk gaji ataupun upah ditambah uang kerja lembur. Selain
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap insan memerlukan gaji/upah plus uang lembur, variasi kompensasi yang lain cukup
makanan untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Pangan me- banyak, mulai dari intensif, bonus atau jasa produksi, asuransi,
rupakan kebutuhan utama yang kemudian disusul oleh sandang. program pensiun dan sebagainya.
Tata urut kebutuhan nyata manusia pada dasarnya adalah : Pada dasarnya, gaji atau upah digunakan untuk memenuhi
Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21 — 25 November 1993.
Iuran
Program -
Pengusaha Tahun Iuran Hasil Saldo
Tenaga Kerja ke Pertahun Investasi Dana
(Dalam Rupiah) (Dalam Rupiah) (Dalam Rupiah)
1. Jaminan Kecelakaan Kerja 0,24 – 1,74 –
2. Jaminan Kematian 0,30 – 1 1,200,000 144,000 1,330,000
3. Jaminan Hari Tua 3,70 2,00 2 1,200,000 303,667 2,805,885
4. Jaminan Pemeliharaan 3,00 – 6,00*) – 3 1,200,000 480,706 4,441,725
lajan g/berkeluarga 4 1,200,000 677,007 6,255,545
5 1,200,000 894,665 8,266,708
Keterangan : 6 1,200,000 1,136,005 10,496,686
*) Upah maksimum sebagai dasar perhitungan iuran Rp. 1,000,000 7 1,200,000 1,403,602 12,969,285
8 1,200,000 1,700,314 15,710,904
9 1,200,000 2,029,308 18,750,810
10 1,200,000 2,394,097 22,121,458
PERSIAPAN HARI TUA UNTUK PARA DOKTER 11 1,200,000 2,798,575 25,858,833
Telah dikemukakan di atas, bahwa selama masa produktif 12 1,200,000 3,247,060 30,002,834
bekerja setiap orang perlu menyisihkan sebagian pendapatannya 13 1,200,000 3,744,340 34,597,702
untuk persiapan di hari tua. Dokter yang merangkap sebagai 14 1,200,000 4,295,724 39,692,492
15 1,200,000 4,907,099 45,341,595
pegawai negeri secara otomatis sudah terdaftar sebagai peserta 16 1,200,000 5,584,991 51,605,321
TASPEN. Namun kita semua tahu bahwa manfaat pensiun yang 17 1,200,000 6,336,639 58,550,540
akan diperoleh kelak, masih sangat minim dibandingkan dengan 18 1,200,000 7,170,065 66,251,399
kcbutuhan. Rumah sakit swasta bisa saja menyelenggarakan 19 1,200,000 8,094,168 74,790,111
20 1,200,000 9,118,813 84,257,835
dana pensiun untuk para stafnya termasuk dokter. Bagaimana 21 1,200,000 10,254,940 94,755,647
dengan dokter yang tidak terikat baik sebagai Pegawai Negeri 22 1,200,000 11,514,678 106,395,622
maupun sebagai dokter tetap di suatu rumah sakit? Mereka bisa 23 1,200,000 12,911;475 119,395,622
24 1,200,000 14,460,243 133,612,646
mengikuti atau mendaftar sebagai peserta dana pensiun yang
25 1,200,000 16,177, 517 149,480,262
diselenggarakan asuransi jiwa. Sebagai individu para dokter
dapat meneatatkan diri dan menjadi peserta dana pensiun. Se-
ABSTRAK
Rumah sakit sebagai suatu subsistem dari sistem pelayanan kesehatan sejak beberapa
waktu yang lalu menunjukkan perkembangan yang mengarah kepada sifat sebagai suatu
institusi profesional yang bergerak dalam bidang pelayanan jasa. Perkembangan ini
disebabkan oleh berbagai faktor internal maupun eksternal seperti tuntutan masyarakat
dan mulai tumbuhnya kesadaran pengelola rumah sakit untuk menerapkan sistem ma-
nagemen yang profesional. Profesionalisme ini secara perlahan tapi pasti mulai dirasakan
sebagai suatu kebutuhan dalam pengelolaan rumah sakit. Untuk mewujudkan hal itu
dibutuhkan dukungan teknologi informasi yang sesuai.
Aplikasi teknologi informasi dimaksudkan untuk melakukan otomatisasi berbagai
proses administrasi yang berlangsung dalam kegiatan operasional rumah sakit. Tentu
saja teknologi informasi tidak dimaksudkan untuk hanya sekedar melakukan proses
otomatisasi, namun terdapat maksud lain yang lebih jauh, yaitu sebagai sarana untuk
menjalankan fungsi-fungsi managemen seperti perencanaan, pengambilan keputusan,
penilaian dan pengendalian. Contoh konkrit aplikasi teknologi informasi ini misalnya
dalam hal identifikasi pos untung dan rugi; identifikasi besarnya keuntungan atau
kerugian dan management logistik.
Pemilihan teknologi informasi yang tepat harus mempertimbangkan beberapa hal
seperti perangkat keras, perangkat lunak dan disesuaikan dengan beberapa kondisi yang
harus diciptakan untuk mendukung dalam aplikasinya nanti. Kondisi-kondisi tersebut
misalnya dukungan penuh dari pihak managemen, kalangan medis dan penyediaan
sumberdaya manusia yang memadai.
Di samping itu juga jangan dilupakan beberapa kendala yang mungkin akan dihadapi
seperti mahalnya biaya investasi dan resistansi dari "Iingkungan" rumah sakit itu sendiri.
PENDAHULUAN maupun di luar negeri, mereka seolah menjadi rebutan. Sehingga
Pasien terutama kalangan atas sebagai "pembeli" jasa ru- apabila suatu rumah sakit ingin tetap mempunyai "daya saing"
mah sakit dewasa ini sudah semakin kritis karena mengetahui yang tinggi, rumah sakit tersebut dituntut untuk memberikan
buying power yang mereka miliki cukup tinggi, apalagi dengan pelayanan yang serba lebih dibandingkan dengan rumah sakit
semakin banyaknya rumah sakit yang tersedia, baik di dalam lain, misalnya dalam hal kemudahan, kecepatan dan ketepatan
Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21 — 25 November 1993.
James E. Wawoeroendeng
James E. Wawoeroendeng & Associates, Loma Linda, California, USA
Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21— 25 November 1993.
2) Pengelolaan oleh pihak ke tiga dengan pengawasan dan 1. Aniroen S. Pelayanan medik, Penunjang medik dan Penunjang lainnya di
pengendalian oleh pihak rumah sakit. Rumah Sakit, Kuliah MARS FKM UI, 1991.
Kedua pilihan tersebut dapat memberikan manfaat antara lain : 2. Cheng Chew Kient. Medical Excellence and Quality Support Services,
– peningkatan pelayanan terhadap pasien sehingga kepuasan Jakarta, 1993.
3. McGibony JR. Principles of Hospital Administration, 1969.
pasien akan meningkat pula. 4. Rowland HS, Rowland BL. Hospital Administration Handbook, An Alpen
– peningkatan pemasaran rumah sakit yang secara otomatis Publication, 1984.
akan menambah sisa hasil usaha.
PENGANTAR Profesionalisme ahli gizi bisa dinilai jika ada pengakuan dan
Rumah sakit, selain memberikan pelayanan medis, ber- penghargaan terhadap eksistensi seorang ahli gizi sebagai salah
upaya memberikan pelayanan hotel pada klien. Atau dengan satu anggota Tim Kesehatan. Kerapkali terjadi anggota tim lain
kata lain, kualitas pelayanan hotel suatu rumah sakit merupakan (dokter, perawat, apoteker, dan lain-lain) kurang menyadari pen-
pertimbangan utama dari klien untuk memilih rumah sakit ter- tingnya data pelayanan gizi terpadu, sehingga mengakibatkan
sebut. Ini merupakan salah satu faktor yang memicu persaingan kurangnya penghargaan akan peran seorang ahli gizi dalam
antar rumah sakit di kota-kota besar, terutama rumah sakit yang proses penyembuhan pasien. Ahli gizi masih sering dianggap
dikelola oleh pihak swasta. sebagai anggota pelengkap tim kesehatan saja; tidak mempunyai
Namun dapatkah pelayanan gizi — sebagai bagian integral peranan yang berarti.
dari pelayanan kesehatan rumah sakit — mengikuti pola penye- Dalam mengetengahkan hal-hal di atas, penulis berusaha
lenggaraan makanan seperti di hotel ?. Yang jelas pelayanan gizi memberikan sedikit sumbang saran yang diserap berdasarkan
rumah sakit mempunyai tujuan yang berbeda dengan pelayanan pengalaman mengikuti Hospital Administration Training di
hotel. Rumah sakit senantiasa bertujuan menyediakan makanan Australia (program OTO - BAPPENAS dan Dep Kes RI), dan
bermutu yaitu makanan yang memenuhi kebutuhan gizi tanpa beberapa catatan ketika menyusun dan mengevaluasi Action of
mengurangi cita rasa yang enak sehingga dapat mempercepat Plan di Rumah Sakit Islam Jakarta pada tahun 1992.
penyembuhan pasien. Jika untuk memenuhi makanan yang ber-
citarasa tinggi harus mengesampingkan nilai-nilai gizi dan per- STANDARISASI RESEP
aturan diit, maka hal ini harus dipertimbangkan dan dikaji ulang. Langkah awal dari penyelenggaraan makanan adalah pe-
Cara terbaik yang ditempuh adalah memadukan ilmu diit rencanaan menu. Menu adalah kumpulan beberapa macam
dan seni kuliner (ilmu tentang masakan). Tapi karena keter- hidangan atau masakan yang disajikan untuk seseorang atau
batasan sumber daya manusia dan dana, hal ini sering dirasakan kelompok orang untuk setiap kali makan. Menu tersebut disajikan
menjadi faktor penghambat bagi pencapaian mutu pelayanan gizi sebagai hidangan pagi, siang atau malam. Perencanaan menu
yang baik. adalah kegiatan yang sangat penting yang merupakan penentu
Hal lain yang menjadi perhatian adalah pelayanan gizi di keberhasilan penyelenggaraan makanan (Critical Focal Point).
ruang rawat pasien yang menuntut kerja profesional seorang atau Faktor utama dalam penyusunan menu ini adalah melaku-
sekelompok ahli gizi. Kerja profesional bagi seorang ahli gizi kan standarisasi resep. Fungsi standar resep adalah :
berarti melaksanakan pelayanan gizi bagi pasien sesuai dengan · Mendapatkan makanan yang berkualitas baik dalam jumlah/
kaidah-kaidahnya. Mulai dari perencanaan diit hingga evaluasi porsi makanan yang banyak.
perkembangan pasien selama dalam perawatan. · Mengetahui kandungan gizi tiap porsi masakan.
Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21— 25 November 1993.
Paraf Pagi
Tgl BB Catatan Perkembangan
Diit Siang
(kg) Ahli Gizi
Malam
Pagi
Siang
Malam
Pagi
Siang
Malam
Keterangan :
Form 03/0693
1) Kemampuan menyusun perencanaan menu
Kemampuan untuk perencanaan menu membutuhkan
ketrampilan seni kuliner. Namun karena keterbatasan waktu
Form O1B/0623 dan dana untuk mendalami bidang ini, maka cara sederhana
Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21- 25 November 1993.
ABSTRAK
PENDAHULUAN DEFINISI
Bumi terdiri dari 70% lautan dan 30% daratan. Indonesia Kesehatan Kelautan adalah bidang kesehatan yang men-
terdiri dari 13.335 pulau-pulau besar kecil, dengan luas daratan cakup semua aspek mengenai laut, dapat meliputi segi militer
1/3 bagian dan luas lautan 2/3 bagian. Manusia sangat berkepen- maupun non-militer. Rumah Sakit Matra Laut (RSML) adalah
tingan dengan lautan, karena potensi laut yang amat besar. Laut Rumah Sakit yang mempunyai tugas pokok Dukungan Kese-
merupakan sumber bahan mahakan hewani dan nabati yang hatan (Dukes) berupa Kesehatan Kelautan (Kesla), disamping
melimpah. Laut memiliki sumber energi yang besar, berupa tugas Pelayanan Kesehatan (Yankes) seperti umumnya Rumah
minyak dan gas bumi. Lautpun mengandung aneka bahan tam- Sakit lainnya.
bang/mineral. Baru kira-kira 10% potensi laut yang diman- Kesehatan Kelautan meliputi 2 (dua) fungsi uatama, yaitu :
faatkan oleh manusia. Bangsa-bangsa yang maju seperti 1) Uji dan Pemeriksaan Kesehatan (Urikkes) personil untuk
Amerika Serikat, Jepang dan Rusia telah memanfaatkan dengan bertugas di laut.
baik potensi laut tersebut. 2) Pembinaan Kesehatan Kapal Atas Air, Kapal Selam, Penye-
Bangsa Indonesia harus lebih memperhatikan laut dengan laman (Hiperbarik), Penerbangan Laut, Pangkalan (Pelabuhan),
potensi yang luar biasa banyaknya itu. Menteri Kependudukan Industri dan Jasa Maritim, Amfibi (Marinir).
dan Lingkungan Hidup Prof. Emil Salim pada seminar tentang
Teknologi Maritim, yang diselenggarakan oleh Yayasan De- PERAN DI MASA PEMBANGUNAN
waruci, September 1987 menyatakan bahwa di masa depan Semua Rumah Sakit TNI-AL adalah RSML. Belum semua
bangsa Indonesia akan menggantungkan kehidupannya dari RSML itu dapat berfungsi secara optimal. Untuk dapat melak-
lautan. sanakan tugas Dukkes dengan baik, RS harus memiliki personil
Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21— 25 November 1993.
RS Islam Jakarta berkapasitas 485 tempat tidur dengan per- cara misalnya hari ini kamar dengan nomor ganjil, keesokan
incian kelas sebagai berikut : 2% kelas VIP, 18% kelas Utama harinya yang diganti adalah kamar dengan nomor genap. Untuk
dan kelas I, 30% kelas II, 50% kelas III: . ruangan anak-anak setiap hari linennya diganti
Linen yang tersedia berjumlah :
Laken : 896 lembar PROSEDUR PENGIRIMAN LINEN KOTOR DAN PEN-
Steek taken : 570 lembar CUCIAN
Selimut lorek 814 lembar 1) Petugas ruangan mengantar linen kotor ke laundry sekitar
Selimut tebal : 251 lembar jam 08:00 — 10:00. Untuk cabang-cabang RSIJ menurut datang-
Sarung bantal : 1457 lembar nya linen kotor saja, karena adanya faktor jarak dan kemacetan
Sarung guling : 1701embar . lalu lintas
Setelah adanya perbaikan sistim, maka linen yang ada ber- 2) Linen yang terkena noda darah, di ruangan direndam dulu
jumlah : (per tanggal 10 - 8 - 1993) dengan thiosulfas dengan takaran 10 butir thiosulfas dalam 201
Laken 1217 lembar air.
Steek laken : 828 lembar 3) Linen kotor yang berasal dari pasien dengan penyakit infeksi
Selimut lorek : 939 lembar tidak dipisahkan dari yang tak menderita infeksi dari ruangan
Selimut tebal : 238 lembar . masing-masing
Sarung bantal 1046 lembar 4) Petugas ruangan menghitung jumlah dan jenis linen kotor
Sarung guling : 123 lembar yang dikirim ke laundry. Tiap-tiap ruangan mencatatnya di buku
Handuk pasien : 251 lembar . khusus untuk cucian
Handuk lap tangan : 281 lembar 5) Linen kotor diangkut ke laundry dengan menggunakan
Baju operasi : 67 buah . kereta dorong
Gurita dewasa : 78 buah 6) Sesampainya di laundry, linen kotor diserahkan ke petugas
Mitela : 488 lembar laundry dan dihitung lagi bersama serta dipisah-pisahkan. Bila
Taplak meja 866 lembar masih banyak noda, dikembalikan ke petugas ruangan lagi su-
Dibandingkan dengan standar minimal yaitu 3 X kapasitas TT, . paya dibersihkan terlebih dahulu
maka jumlah taken yang ada di RSIJ masih kurang sebanyak : 7) Setelah dicatat oleh kedua belah pihak (petugas ruangan dan
1455 — 1217 = 238 lembar. Demikian pula dengan steek taken . petugas laundry), diparaf oleh kedua belah pihak
409lembar yang kurang 629 lembar , sarung bantal yang kurang 8) Petugas laundry menimbang berat masing-masing linen
. dan lain-lainnya kotor, dan memisahkan mana yang kena noda dan mana yang
tidak.
PENGGANTIAN LINEN DI RS ISLAM JAKARTA Petugas laundry tidak mengetahui linen kotor yang tercemar
hari.Untuk kelas VIP, Utama dan kelas I, linen diganti setiap . infeksi maupun tidak, oleh karena itu dicampur saja
Untuk kelas II dan kelas III linen diganti setiap dua hari, dengan 9) Linen kotor dibilas dulu, baru kemudian direndam dengan
Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21- 25 November 1993.
Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994 103
deterjen. Banyaknya deterjen yang diberikan tergantung pada 18) Linen bersih yang rusak/robek ringan, tetap dikirim ke tiap-
kotor tidaknya cucian. Rata-rata penggunaannya sebanyak 400 – tiap ruangan bersangkutan dengan harapan oleh petugas ruangan
500 gram/hari. akan dipilah-pilah dan dikirim ke penjahitan untuk perbaikan-
10) Deterjen yang digunakan terdiri dari beberapa jenis/macam nya.
nomor misalkan nomor C-910 yang mengandung zat aktif fosfat Bila rusak/robek berat, oleh bagian/unit laundry ditahan,
dan alkali dan juga mengandung zat anti korosi sehingga me- bila mungkin digunakan untuk yang lain dan dikirim ke Unit
. lindungi mesin cuci dari proses korosip penjahitan, sedangkan stock ruangan yang kurang akan diganti
C-935 merupakan bubuk pemutih yang mengandung zat dengan yang baru
aktif khlor, oleh karena itu dapat membunuh kuman dan bakteri 19) Sesuai dengan ketentuan dari Depnaker, maka sekali se-
. yang berbahaya tahuri peralatan perlu diservice dan minimal perlu waktu 3 hari.
C-929 yang mengandung bahan alkali tinggi sehingga Cucian
. RSIJ dicucikan di luar
. mempercepat proses emulsi dari kotoran minyak dan lemak
C-948 yang mengandung asam sehingga dapat mengikat
sisa alkali dan khlor. Selain itu dapat mencegah warna kuning KENDALA YANG DIALAMI RSIJ
pada cucian. Biasanya digunakan/diberikan pada pembilasan
yang terakhir. 1) Air :
11) Jumlah linen yang dicuci rata-rata 700 kg/hari, dengan · Unit laundry memerlukan air yang cukup banyak dan aliran-
perincian sebagai berikut : nya deras untuk mempercepat proses pencucian.
Kelas Kapasitas TT Berat Cucian (kg) Pada awalnya dibangun pompa air khusus untuk Unit laundry
VIP 8 75 tetapi ternyata kemudian dipakai juga untuk bagian dan unit lain,
Utama 16 83 sehingga untuk mengisi air ke mesin cuci saja memerlukan waktu
I 64 64 yang lama. Akibatnya seluruh proses pencucian baru selesai
II 111 104 dalam waktu yang cukup lama pula.
III 200 154 · Air yang ada di unit pencucian, mungkin mengandung zat
Anak-anak 70 82 tertentu sehingga linen putih dan baru setelah 3–4 kali dicuci
Kebidanan 25 41 berubah warna menjadi kekuningan.
ICU 6 21 2) Jumlah linen :
Hemodialisa 7 10 Jumlah linen yang ada di RSIJ masih tetap dirasakan kurang,
Kamar Operasi 6 98 lebih-lebih karena peningkatan rumah sakit tidak diimbangi
Poliklinik 12 23 dengan peningkatan jumlah linen yang tersedia. BOR yang
12) Peralatan yang dipakai : meningkat dari 72% pada 1991 menjadi 75% pada 1992 LOS
– Mesin cuci merk Spronk yang dibeli pada tahun 1971 dan yang menurun dari 7,2 hari menjadi 6 hari dan TOI yang menetap
berkapasitas 30 kg. 2 hari; mengakibatkan turn over pasien yang tinggi, dan perlu
– Mesin cuci merk Electrolux yang dibeli tahun 1986 dengan disediakan linen yang cukup banyak untuk mempersiapkan tempat
kapasitas 30 kg. tidur pasien.
– Mesin boiler merk Spronk.
– Mesin boiler merk Electrolux yang ternyata lebih pendek 3) Bahan dasar :
dan daya presnya juga kurang. Ternyata sangat sulit mencari bahan dasar dengan ukuran
– Setrika dipergunakan untuk menyetrika baju-baju fungsional, tertentu di pasaran, sehingga perlu memesan dulu dari pabrik
baju bayi dan linen lain yang sukar dipres. tekstil; dengan sendirinya hal ini perlu waktu yang relatif lebih
13) Linen bersih yang telah disetrika dibawa ke kamar linen dan lama.
dibagikan ke petugas-petugas ruangan masing-masing sesuai
4) Anggaran :
dengan banyaknya linen yang dicuci pada hari itu
Anggaran yang diperlukan ternyata baru disadari kalau
14) Untuk linen di RSIJ digunakan sistim sentralisasi kira-kira
cukup besar, membeli linen jadi perlu biaya yang lebih besar lagi,
3 tahun ini; sebelumnya dipakai sistim desentralisasi
selain itu fungsi dari unit penjahitan bukan hanya memperbaiki
15) Petugas laundry. di RSIJ bertugas dalam 2 shift yaitu pagi
. yang rusak/robek saja tetapi juga harus menjahit yang baru
dan sore hari, pada hari libur yang bertugas hanya 1 shift
16) Distribusi linen bersih : bila persediaan linen bersih ada, 5) Tenaga :
langsung diberikan pada petugas ruangan sesuai jumlah cucian; · Di unit laundry tenaga yang bertugas kurang sekali yaitu
bila tak ada/tak mencukupi, maka pada siang hari sekitar jam hanya 15 orang. Untuk mengatasi jumlah cucian yang cukup
13.00 baru diambil lagi oleh petugas ruangan banyak tersebut maka petugas unit laundry bertugas dalam 2
17) Linen bersih dari laundry diangkut dengan kereta dorong shift.
yang tertutup, untuk dibawa ke masing-masing ruangan. Linen · Tenaga di unit penjahitan juga tak memadai, sehingga linen
bersih yang perlu steril, langsung dibawa ke CSSD untuk di- baru yang dibutuhkan tak dapat segera dipenuhi, perbaikan atau
sterilkan. daur ulang linen yang robek/rusak juga kurang terpenuhi.
Pengetahuan ilmiah saja yang selama ini dianggap me- untuk merealisasikan suatu target yang telah ditentukan dengan
rupakan satu-satunya prinsip untuk pengelolaan laboratorium, biaya yang minimal, efisiensi maksimal dan kualitas pelayanan
sekarang tidakdapatdipertahankan lagi. Konsep terbaru mengenai . penderita yang tidak terganggu
laboratorium klinik adalah konsep ekonomi yang bersama-sama Secara umum agar hal tersebut dapat dicapai sebaik-baiknya
dengan pengetahuan laboratorium secara terintegrasi diperlukan pihak manajemen seharusnya mempunyai tujuan, rencana yang
dalam pengelolaan laboratorium klinik untuk menghadapi . baik dan kontrol. Tujuan harus jelas, realistik dan dapat "diukur"
. lingkungan yang makin bersifat business Perencanaan yang baik meliputi aktifitas planning statement,
Laboratorium klinik merupakan salah satu bagian yang forecasting, menentukan prioritas tujuan, programming yang
memerlukan biaya tinggi (cost intensive) dari suatu rumah sakit meliputi rencana mengenai alat-alat, personel, keuangan dan
untuk diagnosis dan monitoring suatu penyakit. Laboratorium timetable, scheduling yaitu menentukan batas waktu tujuan ter-
swasta komersial dihadapkan pada persaingan yang ketat dan capai dan merencanakan anggaran. Aktifitas kontrol manajemen
harus menemukan cara untuk mengelola secara ekonomis, tetapi meliputi pembuatan standar prosedur, mengukur performance
tetap masih mendapat keuntungan. Laboratorium yang tidak . dan melakukan tindakan koreksi
bersifat komersial dalam suatu rumah sakit harus meningkatkan Eksekutip rumah sakit sering kali dikritik, karena dianggap
efisiensi dan mengenal bentuk operasional maupun fungsi dalam tidak mengeluarkan dana cukup yang diperlukan untuk direct
. menghadapi beban kerja yang semakin meningkat patient care. Keterangan bahwa selama ini sumber dana masih
Belum ada atau sedikit sekali petunjuk/rujukan baku untuk terbatas tidak dapat meyakinkan bahwa rumah sakit bukannya
menilai biaya, produktivitas, aktivitas atau faktor-faktor untuk mempunyai dana yang tidak ada habisnya. Hal ini disebabkan
membuat perkiraan biaya yang diperlukan untuk karyawan, karena kritik tersebut tidak memperhatikan fakta-fakta serta
. reagensia dan pengeluaran lainnya pengertian tentang adanya distribusi dana dalam rumah sakit,
Pada kesempatan ini akan diulas mengenai pengelolaan asal dana serta nilai diagnostik dan penggunaan yang berlebihan
laboratorium klinik yang pada akhirnya didapatkan suatu kese- dari tes diagnostik, x-ray, obat-obatan serta tindakan diagnostik
. imbangan antara kualitas pelayanan dan efektifitas dan terbatasnya sumber dana. Walaupun demikian permintaan
Pengelolaan laboratorium seyogyanya menggunakan tes-tes diagnostik dan tindakan diagnostik tetap meningkat,
manajemen yang lazim digunakan dalam industri yang ternyata sebabnya adalah mekanisme kontrol yang tidak pernah ada
sangat berharga untuk dilaksanakan di laboratorium. Adminis- secara jelas dan formal. Dalam hal laboratorium rumah sakit
trator rumah sakit bertanggung jawab dalam merencanakan serta swasta kesukaran dana tersebut dapat dicapai dengan mening-
menentukan kualitas pelayanan penderita secara umum serta katkan pendapatan atau mengurangi pengeluaran. Pada rumah
keberhasilannya, sedangkan manajer laboratorium merekomen- sakit pemerintah dimana peningkatan pendapatan laboratorium
dasikan alat yang cost-effective, mengoptimalkan penggunaan tidak dapat begitu saja dicapai dengan menaikkan harga tiap tes
sumber daya manusia dan membantu merencanakan anggaran dan pemberian dana dengan meningkatnya biaya juga tidak dapat
Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21— 25 November 1993.
106 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994
begitu mudah dilaksanakan, manajer laboratorium harus lebih lah pemeriksaan dan usaha tetap akan tetapi kualitas pemeriksaan
efisien
. dan memanfaatkan setiap dana yang dianggarkan meningkat
.
Untuk mengoptimalkan dana tersebut beberapa masalah Dalam meningkatkan produktivitas ini manajer laborato-
yang sering dijumpai di rumah sakit seyogyanya dipahami dan rium harus memperhatikan dua hal yaitu tingkat kualitas yang
diantisipasi. Masalah ini adalah sebagai berikut : dihasilkan dan tingkat produktivitas (Gambar 1). Posisi (1,1)
1) Kurangnya informasi tentang besarnya kebutuhan klinik adalah yang tidak memperhatikan kedua hal tidak dapat bertahan
dan . prioritas lama dan tidak diinginkan oleh pihak rumah sakit. Posisi (10,1)
Manajer laboratorium mendapat kesukaran mengatur ang- adalah manager yang sangat memperhatikan kualitas, akan tetapi
garan yang telah ditetapkan karena : kurang memperhatikan produktivitas, tipe ini masih dapat diper-
a) tidak ada cara yang tepat untuk menaksir jumlah serta ma- tahankan akan tetapi sukar menghadapi keadaan dana yang
cam
. tes yang rutin akan diminta selama satu mata anggaran terbatas. Posisi (1,10) tidak diinginkan karena- walaupun
b) perkiraan tentang tes yang tidak dikehendaki tidak pernah produktivitasnya tinggi, akan tetapi kualitas pemeriksaannya
dapat
. diterka dengan tepat rendah. Posisi (5,5) adalah posisi yang seimbang dimana per-
Kejadian ini biasa terjadi dan mengharuskan pihak adminis- hatian ditujukan terhadap baik kualitas maupun produktivitas,
trator rumah sakit mengalihkan anggaran dari satu pos ke pos akan tetapi hal ini juga kurang disukai karena menunjukkan
lain. Komputerisasi laboratorium mungkin membantu men- pekerjaan yang "setengah hati" baik untuk kualitas maupun
dapatkan
. angka mengenai jumlah dan macam tes lebih tepat produktivitas. Posisi (10,10) adalah tipe manajer yang memper-
2) Kurangnya pendidikan/pemberitahuan/prosedur standar hatikan secara maksimum baik kualitas maupun produktivitas,
diagnostik
. mungkin hipotesis saja, akan tetapi ini posisi yang paling jelas
Adanya prosedur standar, pemberitahuan tentang cara diinginkan
. untuk manajer yang bertanggung jawab
meminta tes seharusnya diberikan serta pendidikan yang terus
menerus
.
3) Meningkatnya beban kerja dan kebutuhan akan prosedur
pemantapan
. mutu
Jumlah, macam tes dan prosedur pemantapan mutu diten-
tukan setepat mungkin untuk mengurangi biaya. Tes apa yang
sering diminta serta penyakit apa yang sering dijumpai, kapan
terdapat akumulasi permintaan tes tertentu dapat membantu
menentukan keperluan di atas. Data tersebut sebenarnya dapat
diperoleh
. melalui medical record
Selain masalah tersebut terdapat biaya yang tidak terkontrol
dalam laboratorium yang penyebabnya adalah :
1) Biaya untuk otomatisasi yang tidak terantisipasi sebelum-
nya.
Dengan otomatisasi pemeriksaan laboratorium menjadi
mudah dan cepat. Profil tes lebih mudah dikerjakan dan lebih
cepat mendorong klinisi meminta tes dengan cara tersebut, era
dimana permintaan tes berdasarkan pertimbangan klinis serta
diagnostik fisik semakin ditinggalkan.
2) Masalah
. dengan reagen dan reagen penunjang lainnya
Pada permulaan perusahaan automatic analyzer sering kali
membuat alat yang banyak reagen serta penunjangnya banyak Gambar 1. Perhatian atas kualitas dan produktivitas manajer laborato-
tergantung padanya. Akan tetapi pada masa kini kebanyakan alat rium.
telah menggunakan open system artinya dapat menggunakan
reagen merk lain bahkan perangkat kerasnya misalnya kuvet dan Berikutnya adalah tabel-tabel yang dapat dipakai sebagai
sebagainya. strategi untuk meningkatkan produktivitas laboratorium. Di dal am
tabel-tabel terdapat masalah maupun penyelesaian yang umum,
3) Perlunya kontrol atas pengeluaran biaya untuk personalia.
yang mungkin tidak semuanya cocok untuk tiap laboratorium,
4) Perlunya membuat grup tes yang lebih kecil tetapi lebih
akan tetapi setidaknyadapat dipakai acuan untuk menilai keadaan
spesifik dibanding grup tes penyaring yang banyak akan tetapi
laboratoriumnya bila terdapat masalah tersebut.
kurang. spesifik
Mengatur biaya laboratorium tidak mungkin tanpa adanya Tabel 1. Penyebab rendahnya produktivitas personil di laboratorium
upaya meningkat produktivitas laboratorium. Produktivitas la- 1 . Tingkat ketrampilan yang rendah.
boratorium meningkat apabila 1) Jumlah pemeriksaan yang 2. Absen
. yang terlalu sering
3. Program pelatihan yang kurang tepat.
dikeluarkan bertambahnya untuk usaha yang tertentu. 2) Usaha 4. Orientasi karyawan terlalu berlebihan.
untuk mencapai jumlah pemeriksaan tertentu menurun. 3) Jum- 5. Spesialisasi dan generalisasi kurang tepat.
ABSTRAK
Selayaknya mutu pelayanan rumah sakit tidak hanya dibicarakan, tetapi perlu :
1. Dilakukan tindakan yang bisa mengukur keadaan sejauh mana sekarang ini telah
berjalan.
. perlu dilakukan dari hasil interpretasi penilaian yang terjadi
2. Tindak lanjut apa yang
Maka langkah-langkah upaya dalam rangka meningkatkan mutu keamanan pasien
adalah :
KEAMANAN PASIEN
* Kewajaran * Relevansi * Hasil segera Aspek keamanan pasien sebenarnya banyak yang mempu-
* Kuantitas * Efektivitas * Hasil jangka panjang nyai dasar objektif, artinya dapat dili hat bendanya. Seperti adanya
* Efisiensi alat pemadam kebakaran. Hanya permasalahannya berapa ban-
Struktur adalah : sarana fisik, perlengkapan dan peralatan, yak dan berapa besar yang dinilai cukup ?; hal ini menjadi relatif
organisasi dan manajemen, keuangan, sumber daya manusia dan subjektif, karena akan berhubungan dengan situasi dan kondisi
. sumber daya yang lain yang ada. Segi ini yang akan dicoba dikuantifikasikan dengan
Proses adalah : sarana kegiatan dokter, kegiatan perawat, skela tertentu.
. kegiatan administrasi pasien Tentunya masih banyak lagi yang dapat dipertimbangkan,
Outcome adalah : outcome jangka panjang seperti ke-
termasuk hal-hal yang sifatnya perilaku yang lebih spesifik,
seperti setiap transfusi selalu dilakukan crossmatch. Dapat juga
. mungkinan kambuh, kemungkinan sembuh di masa datang lebih dispefikasi seperti : jumlah satpam, kemampuan satpam,
ASPEK MUTU . pelatihan ulangan
Mutu pelayanan rumah sakit dapat pula dilihat dari segi Hal di atas merupakan sebagian dari aspek penting yang
aspek yang berpengaruh. Aspek berarti termasuk hal-hal yang harus ada dan diperhatikan agar keamanan pasien mendapat
secara langsung atau tidak berpengaruh terhadap penilaian. jaminan. Kemudian dengan survai yang menggunakan skala
Keempat aspek itu adalah : akan dapat diperhitungkan seberapa jauh sudah diadakan.
Jumlah
Catatan : 1.
2.
3.
TINDAK LANJUT
Dalam menjaga mutu yang telah dibicarakan terdahulu, tak
ada gunanya ditemukan maslah bila tidak jelas upaya L.ntuk
memecahkannya. Dengan kuesioner akan ditemukan n asalah
yang secara kuantitatif jelas terlihat, hal ini sudah baik karena
bisa didiskusikan, tetapi tak cukup sampai disitu, perlu upaya
tindak lanjut yang secara nyata akan meningkatkan pelayanan.
1) Spesifikasi masalah
Masalah berarti adanya kesenjangan antara kenyataan dan
. harapan. Hal ini harus jelas dan pasti, berarti harus spesifik
Contoh : Catatan :
* Alat untuk keamanan pasien kurang (tidak spesifik) 1. Tindakan pemecahan masalah akan menjadi dasar bagi spesifikasi masalah
Alat pemadam kebakaran kurang (spesifik) lebih lanjut dan untuk pertimbangan bagi survai keamanan pasien berikutnya.
Not everyone can do great things, but everyone can do small things
in agreat way
ABSTRAK
Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21 — 25 November 1993.
ABSTRAK
ABSTRAK
Instrumen Penilaian Penampilan Kerja Rumah Sakit telah dikembangkan pada tahun
1984, sedangkan Instrumen
. Pengukur Kemampuan Rumah Sakit pada tahun 1990
Pengembangan kedua instrumen tersebut dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI
bersama-sama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan dan Dinas Kese-
hatan Dati I Propinsi. Jawa Timur
Maksud pengembangan kedua instrumen tersebut adalah untuk memperoleh suatu
sarana atau alat guna membina dunia perumahsakitan di Indonesia pada umumnya dan di
daerah tingkat I dan II tempat rumah-rumah sakit berada di wilayah kerjanya pada
khususnya. Demikian pula pembinaan pimpinan Rumah Sakit yang bersangkutan ter-
hadap pelayanan Rumah . Sakit itu sendiri
Ruang lingkup kedua instrumen tersebut meliputi a) kelompok manajemen rumah
sakit, b) kelompok pelayanan medik rumah sakit, c) kelompok penunjang pelayanan
medik, dan d) kelompok pemeliharaan sarana, pendidikan/latihan/penelitian di rumah
sakit.
Penilaian penampilan kerja rumah sakit dilakukan setiap tahun sekali, dengan
kategori baik sekali, baik, cukup, kurang dan kurang sekali. Sedangkan untuk pengukuran
kemampuan rumah sakit adalah rumah sakit dengan kategori di atas 60% dari standar,
antara 30–60% dari .standar dan di bawah 30% dari standar
Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21— 25 November 1993.
PENDAHULUAN
ngan demikian biaya operasional suatu rumah sakit menjadi
Rumah sakit adalah institusi yang memberikan pelayanan
mahal. Atas dasar itu pulalah rumah sakit sedikit "dilupakan "
kepada mereka yang sakit. Dalam menjalankan kewajibannya,
dalam strategi WHO.
rumah sakit pada dasarnya tidak terlepas dari batasan Badan
Sesuai dengan kesepakatan baru dalam mencapai health
Kesehatan Dunia (WHO, 1957), yaitu: "The hospital is an
for all by the year 2000, beberapa parameter baru perlu di-
integral part of social and medical organization, the function
of which is to provide for the population complete health tambahkan guna memperjelas tujuan tersebut. Parameter ter-
care both curative and preventive, and whose out patient sebut adalah dengan pemerataan, efisiensi dan efektif. De-
service reach out to the family and its home environment; the ngan demikian apapun yang terjadi pelayanan rumah sakit
hospital is also a centre for training of health workers and harus dapat menjangkau seluruh masyarakat dan dijalankan
. for bio-social research" secara efisien dengan program yang efektif.
Batasan di atas memberikan kesimpulan bahwa peran ru- Uraian di atas menyimpulkan bahwa rumah sakit itu me-
mah sakit tidak dapat dipisahkan dari keutuhan pelayanan rupakan salah satu mata rantai pelayanan yang penting dan
kesehatan. Hal mana rumah sakit merupakan back up sistim rumit, sehingga penanganannya bukan sekedar dari bidang
dari pelayanan puskesmas yang menjadi ujung tombak pe- medik saja, tetapi segi manajerialnya. Walaupun demikian
layanan kesehatan pada masyarakat. tidak berarti bahwa strategi pembangunan kesehatan harus
Dengan demikian rumah sakit selayaknya menyediakan di arahkan ke rumah sakit semata-mata. Tetapi paling tidak
atau menyelenggarakan pelayanan medik, pelayanan penun- perhatian pemerintah terhadap perumahsakitan perlu diting-
jang medik, pelayanan perawatan, rehabilitasi, preventif dan katkan, terutama bila dikaitkan dengan tersedianya sarana dan
promotif. Di samping itu suatu rumah sakit perlu menyedia- . cakupun agar dapat memberikan pelayanan yang diharapkan
kan diri untuk menjadi tempat pendidikan tenaga kesehatan Untuk maksud itulah pada kesempatan ini penulis men-
dan penelitian ilmu dan teknologi kesehatan dan aplikasinya, coba untuk memberikan masukan dalam upaya pembinaan
serta menjadi tempat rujukan bagi instansi kesehatan yang pelayanan rumah sakit di Indonesia yang lebih terarah agar
kurang mampu menyelesaikan upaya penyembuhan penderita pelayanan rumah sakit dapat lebih efisien dan efektif. Mat
dikarenakan kemampuan yang ada tidak memungkinkan. Un- yang dapat digunakan untuk maksud tersebut adalah "instru-
tuk menunjang pelaksanaan pelayanan rumah sakit, sumber men penilaian penampilan kerja rumah sakit" dan "instrumen
daya baik tenaga, keuangan, sarana fisik, peralatan dan lain- pengukur kemampuan rumah sakit". Maksud dan tujuan in-
lain perlu sekali suatu penanganan yang efisien dan efektif. strumen tersebut secara umum adalah untuk mengetahui se-
Oleh karena itu rumah sakit merupakan suatu institusi yang berapa jauh penampilan kerja dan kemampuannya dalam
kompleks dan unik, karena sifat dari rumah sakit adalah pa- menyediakan sarana prasarana untuk dapat menjalankan
dat karya, padat modal dan padat ilmu serta teknologi. De- fungsinya. Sedangkan secara khusus instrumen tersebut di-
128
Cermin Dunia Kedokteran Edisi Khusus No. 91, 1994
Pengalaman Penerapan
Peningkatan Kualitas Terpadu
di Rumah Sakit PELNI
Petamburan Jakarta
Dr. Hernawan DSA
Rumah Sakit Pelni, Jakarta
Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21— 25 November 1993.
Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta.
21 - 25 November 1993.
SEJARAH SINGKAT
Pelayanan Sosio Medik di RS PGI Cikini dimulai sejak
tahun 1987, dengan melibatkan orang-orang dari berbagai pro-
fesi (psikolog, pekerja sosial lulusan SMPS, rohaniwan, dokter,
perawat) serta unit-unit kerja yang terkait dengan masalah yang
harus ditangani. Pelaksana tugas-tugas harian hanya 1 orang
pekerja sosial, dan seorang psikolog yang merangkap sebagai
.koordinator Tim Komisi Sosio Medik
Pelayanan pada saat itu dimulai dengan suatu pola pela-
yanan yang sederhana. Fokus utama pada saat itu adalah pada
masalah sosial-ekonomi, karena memang kebutuhan akan pela-
yanan dalam hal tersebut sangat tinggi. Banyak pasien yang
mengajukan 'permohonan agar mendapat keringanan biaya
(biasanya mereka yang keadaan ekonominya lemah, tapi harus
membayar biaya rumah sakit yang cukup tinggi). Saat itu, pe-
mantauan yang dirasakan paling baik dan efektif adalah peman-
tauan melalui nota keuangan pasien (disini dapat dilihat : siapa
belum membayar berapa). Selain itu, Sosio Medik juga bekerja
berdasarkan rujukan dari bagian keuangan yang mengalami
kesulitan dalam menghadapi pasien yang beluk juga menja-
. lankan kewajibannya untuk membayar biaya pengobatan Rujukan Konseling Perawatan intensif
Pada saat menangani masalah sosial-ekonomi pasien itulah,
lambat laun terpantau juga berbagai masalah di luar masalah TUJUAN KOMISI SOSIO MEDIK
ekonomi, misalnya : masalah psikologis, pendidikan, spiritual, Pelayanan Sosio Medik di RS PGI Cikini diadakan dalam
relasional, tempat tinggal atau pekerjaan. Kebutuhan akan ada- rangka menerapkan pola pelayanan holistik kepada para pasien
Keinginan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan Islami mulai dari pola pikir, penampilan, sikap dan perilaku serta
Rumah Sakit Islam Jakarta selalu ada sejak awal diresmikan pada tindakan dari segenap jajaran rumah sakit (1991 – sekarang).
tahun 1971. Perkembangan Rumah Sakit Islam Jakarta sampai Tahap ini dimulai dengan perubahan-perubahan dasar di-
saat ini menempuh tahap-tahap sebagai berikut : mulai dari susunan organisasi yang berdasarkan konsep Infor-
1) Tahap rintisan (1971 – 1978). mation Based Organisation (IBO) dilanjutkan dengan pengem-
Tahap ini diawali dengan pembukaan seeara resmi oleh bangan kerjasama tim dalam penanganan tugas dan pemecahan
Presiden RI pada tanggal 23 Juni 1971, pada tahap tersebut untuk lapangan, serta peningkatan pemahaman dan penghayatan pe-
. biaya rutin dan pemeliharaan masih harus disubsidi oleh Yayasan doman hidup berdasarkan Al Qur'an dan Sunnah Rasul SAW.
Meskipun kapasitas baru 50 TT akhir tahun 1978, sudah mulai penerapannya dalam tugas sehari-hari.
ada Sisa Hasil Usaha, yang digunakan terutama untuk me- Pelaksanaan TQC di Rumah Sakit Islam Jakarta dimulai
ningkatkan kesejahteraan karyawan. pada tahun 1983. Diawali dengan pelatihan TQC bagi pimpinan
2) Tahap tumbuh kembang (1978 – 1986). RSIJ, penataran fasilitator dan pengorganisasian TQC, be-
Dalam tahap ini upaya pemantapan manajemen memper- kerjasama dengan Lembaga Bina Managemen Indonesia
oleh prioritas, dengan ditetapkan Direktur yang purnawaktu, (BIMINDO).
penyusunan Sistem Akuntansi RS bekerjasama dengan Fakultas Pada tahun 1984 kegiatan TQC tampak dijalankan secara
Ekonomi UI, penyusunan Sistem Medical record kerjasama antusias oleh pimpinan maupun karyawan. Kampanye TQC
dengan Dra. Gemala Hatta, penyusunan Protap-protap, dan per- dilaksanakan dengan intensif dan telah dibentuk QCC di setiap
aturan kepegawaian, penggajian serta jaminan hari tua, penam- bagian/unit kerja. Pengorganisasian TQC disusun sebagai
bahan peralatan medik modern untuk peningkatan pelayanan berikut : Panitia Pengarah yang dipimpin oleh Direktur, Tim
medik, penambahan kapasitas sehingga meneapai 450 TT dan Koordinator Pelaksana, Tim Standarisasi, KelompokFasilitator
pembukaan pendidikan paramedik (SPK, Program Bidan dan dan QCC. QCC telah sempat aktif melakukan diskusi masalah
dan pemecahannya. Yang paling aktif saat ini adalah QCC
. AKPER)
3) Tahap Pemantapan (1986– 1991). perawatan.
Ciri tahap ini adalah : makin mantapnya peraturan kepe- Awal tahun 1986 dengan pergantian Direksi terjadi per-
gawaian, pembangunan gedung permanen menggantikan gedung ubahan kebijaksanaan dalam pelaksanaan TQC. QCC diarahkan
sebagai forum pengajian. Kegiatan diskusi yang semula ber-
semi permanen, pengakuan RSIJ oleh DepKes. sebagai RS
bobot pemecahan masalah berubah dan kurang memperoleh
swasta kelas Utama, pemantapan Program Pendidikan Tenaga
respons dari pimpinan padahal pemecahan masalah tersebut
Kesehatan.
Kapasitas menjadi 495 TT dan pelayanan medis telah di- menyangkut unit kerja lain. Dengan perubahan ini, maka makin
. dukung dengan peralatan canggih menurun aktivitas QCC, makin lama makin tidak tampak aktivi-
4) Tahap peningkatan mutu pelayanan dan mewujudkan ciri tasnya sama sekali. Hal ini sesuai dengan teori/prinsip-prinsip
Makalah ini disajikan pada Kongres VI PEPSI & Hospital Expo, Jakarta,
21 — 25 November 1993.
136
Cermin Dunia Kedokteran Edisi Khusus No. 91, 1994
Konsep Pengembangan Dana Sehat
di Lingkungan Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) Islam
Dr H Abdul Mukty
Wakil Direktur Bidang Medis RS Islam Surabaya
ABSTRAK
Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21— 25 November 1993.
ELECTRICITY IN MODERN MEDICINE movement and storage techniques. There is often lack of report-
The medical industry is one that is always at the forefront of ing by medical staff that equipment has possible faults eg; slight
technology. Modern medicine combines the knowledge of cen- electric shock or 'tingle' felt when touching metal instrument
turies of research with the very latest break-throughs in biology, cover or metal fittings. The most likely cause of all is the lack of
chemistry and physics. This progress has resulted in many a routine procedure for the checking of all electrical equipment
advantages for patients, not only can many once serious and by trained electrical personnel, safe guarding against use and
terminal diseases now be cured but modern techniques and abuse events, which can render equipment potentially harmful.
equipment allow procedures to be carried out more efficiently.
These techniques and equipment often enable more operations EFFECT OF CURRENT FLOW THROUGH THE HUMAN
per day to be carried out making more efficient use of the BODY ( ' MACRO-SHOCK')
'
hospitals facilities. Patients who would previously have spent Macro-Shock' is the term used to describe the resultant
weeks recovering from operations can often now be home in a effects of applying mains voltage to a human body. The typical
matter of days. One major area that has changed is the ever electrical resistance of the human body (1000 Ohms or 1 kOhm)
increasing use of electrical and electronic equipment for every- li mits the current that will flow to 240 mA (in a 240 V ac system).
thing from monitoring through to electro-surgical devices. With If this current flows for 500 ms or more there is a greater than 50%
this greatly increased use of electrical and electronic equipment chance that the shock will cause cardiac arrest. When the skin is
in patient treatment procedures, comes the increased likelihood by-passed the internal resistance of the body is variable depend-
of accidental shock. ing on the current path. Current paths that include the chest area,
The requirement for the power distribution system to be for example left arm to right arm are more hazardous than those
installed and maintained to the highest possible standards which avoid it, for example abdomen to foot. (Note. these figures
becomes critical as does the maintenance and regular servicing of are taken from Australian Standard AS3859 which is identical to
all mains operated equipment in order to minimize the chance of the IEC publication 479 'effects of current passing through the
such accidental shock. Due to the portable nature of many items human body')
of equipment the opportunities for unintentional abuse and loss
of insulation integrity increase with each change of equipment SPECIAL CONSIDERATIONS FOR MEDICAL AREAS
location. The bodies natural defenses against electrocution are often
Typical events that would render equipment potentially by-passed during medical procedures. That is the electrical
unsafe (and justify the need for the safety measures as outlined) resistance of the skin can be lowered by the use of conductive
would include, power cords pulled on directly when disconnect- electrode gel or electrodes may pierce the skin and make contact
ing equipment from outlets, equipment being subject to acciden- with highly conductive body fluids. Normally the involuntary
. tal conductive liquid spills penetrating equipment internals muscular contractions that accompany electric shocks will often
Power cords and equipment can be damaged by poor transit serve to disconnect a person from the faulty equipment or
Presented at the Vlth Congress of the Indonesian Hospitals Association &
Hospital Expo, Jakarta 21 — 25 November 1993
Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994 143
'
appliance, in the case of a patient who may be immobilized by ' MICRO-SHOCK
anesthetic or have electrodes firmly connected to them this Whilst the causes and effects of 'Macro-Shock ' are known
. disconnection will not occur so readily and generally well understood there exists a second form known
as 'Micro-Shock'. 'Micro-Shock' can occur where two nomi-
'
RCD PROTECTION AGAINST 'MACRO-SHOCK nally earthed conductors are brought in close contact with the
' Macro-Shock' can be protected against in domestic or heart of a patient. In a normally earthed electrical system it is
industrial installations by the use of 30 mA RCD's which will possible for there to be up to 2 Ohms electrical resistance between
disconnect the supply should more than 30 mA be detected the earth connections of two different mains outlets. It is quite
. flowing to earth via a fault (human contact or equipment failure) possible that there could be 1A of fault current flowing through
In medical installations more sensitive 10 mA RCD's should be the earthed structure of a building, this would be the sum of all the
used, as a current flow of between 10 and 30 mA, that will not leakage currents and fault currents present in the electrical
necessarily trip of a 30 mA RCD, will be harmful to an anesthe- system (Note: measurements have been taken in Australian
tized patient or one attached to electrodes if the current flows for hospitals that suggest that the level of these currents can
greater than 10 seconds (AS3859/IEC479). occasionally exceed 10 A). 1 Amp of fault current flowing
through the earth system could give a voltage between the
LINE ISOLATION AND OVERLOAD MONITOR earthed points of up to 2 V which in normal circumstances would
PROTECTION AGAINST 'MACRO-SHOCK' not be considered a problem. In the case of two conductors in
While a 10 mA RCD is a comparatively economical means close contact with a heart, voltages in excees of 100 mV between
of protecting against 'Macro-Shock' there is the disadvantage in them should be avoided otherwise 'Micro-Shock' will occur with
medical situations that when it trips off it not only removes the . cardiac arrest as a result
power from the fault but also any other equipment connected to
the same protected circuit. It may also be the case that a fault EQUIPOTENTIAL EARTHING
could occur in a piece of equipment that is actively keeping the To protect against 'Micro-Shock' it is necessary to reduce the
patient alive (eg; a Heart-Lung Machine). While the RCD will voltages that can occur between earthed conductors. The cross
save the patient from an electric shock the resultant removal of section of those conductors should be increased to limit the
the supply from the equipment could pose just as big a hazard. resistance between any two earthed points in a Cardiac Treat-
In medical procedures where life support equipment is used ment Area to generally less than 0.1 Ohm and in certain circum-
(eg; cardiac type procedures) it is advisable to use an isolated stances as low as 0.01 Ohm. This is known as an Equipotential
power supply system that has its isolation from earth constantly (EP) Earthing System. The EP System should extend not only to
. monitored by a Line Isolation and Overload Monitor (LIOM) the earth conductor in the supply wiring but also to any exposed
Using this system a single fault can occur that connects a patient metal that is in contact with the structure of the building (eg; taps,
or medical staff between one live conductor and Earth and there . gas outlets or pendant lights)
will be no danger of current flowing through the patient or staff
member. If however a second fault were to occur, that connects REFERENCE DOCUMENTS
. the other live conductor to Earth, dangerous currents would flow
1. Australian Standards:
The LIOM will alert the medical staff on with the operation (and AS3003 : Guide to the safe use of electricity in patient care
accept the very slight risk that a second fault will occur) or AS3003: Electrical installations, patient treatment areas
stabilize the patients condition as soon as possible and stop the AS3859: Effects of current passing through the human body
2. International Electrotechnical Committee (IEC)
operation. Non-essential equipment can also be unplugged if the TC64 (secretariat) 629: Electrical installations, medical locations (draft)
alarm sounds as the fault may lay within them and be cleared by 3. American National Standard
their disconnection. ANSI/NFPA 99: Health care facilities