Anda di halaman 1dari 26

BAGIAN NEUROLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN KASUS BESAR

UNIVERSITAS HALU OLEO OKTOBER 2019

ISCHIALGIA

OLEH :

Ahmad Arief J. Bana, S.Ked

K1A1 13 002

SUPERVISOR

dr. Happy Handaruwati, M.Kes., Sp.S

TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN NEUROLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

2019
BAB I
STATUS PASIEN NEUROLOGI

A. Identitas Pasien
Nama : Tn. R
Umur : 37 tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Alamat : Jl. Bahagia
Agama : Islam
No. RM : 56 18 61
Tanggal masuk RS : 26-10-2019
DPJP : dr. Happy Handaruwati, M.Kes, Sp.S

B. Anamnesis
Keluhan utama : Nyeri Pinggul kiri
Anamnesis : Pasien masuk dengan nyeri pinggul kiri menjalar ke
terpimpin kaki. Keluhan ini dirasakan ±2 minggu yang lalu,

nyeri hilang timbul dan memberat 2 hari sebelum


masuk rumah sakit. Nyeri timbul terutama bila
digunakan beraktivitas seperti bekerja, berjalan
lama, jongkok lama. Nyeri berkurang bila istirahat
dan tidur. Nyeri tidak disertai penurunan kekuatan
bergerak, hanya saja rasa nyeri ini mengganggu
dalam aktivitas sehari-hari. Keluhan tidak dirasakan
pada ekstremitas bagian atas. Sakit kepala (+),
demam (-), Mual (+), muntah (-), nyeri ulu hati (+),
batuk (-), pilek (-), sesak (-), BAK dan BAB dalam
batas normal
Riwayat penyakit : Hipertensi (-)
yang diderita Kolesterol dan DM tidak diketahui.
Riwayat keluarga : -
Riwayat kebiasaan : Rokok (+), alkohol (-)
Riwayat : Pasien tidak mengkonsumsi obat sebelumnya.
pengobatan

C. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan umum
Kesan : Sakit sedang Tensi : 130/80 Anemis: (-)
Kesadaran : Compos Mentis Nadi : 78x/m Ikterus: (-)
Gizi : Baik Suhu : 36,5 0C Sianosis: (-)
Pernapasan : 16x/m

Pemeriksaan toraks
Jantung
Inspeksi : IC tidak tampak
Palpasi : IC tidak teraba
Perkusi : Batas jantung kanan : ICS IV linea parasternalis

Batas jantung kiri : ICS V 2 jari linea

midclavicularis

Auskultasi : BJ I/II murni regular, bunyi tambahan (-)


Thoraks
Inspeksi : Simetris ki=ka, tidak tampak tahanan bernapas
Palpasi : Krepitasi(-), nyeri tekan(-), vokal fremitus simetris
kesan normal
Perkusi : Sonor, batas paru-hepar ICS V
Auskultasi : Bunyi pernapasan : Vesikular +/+,
Bunyi tambahan: Rh -/-, wh -/-
Pemeriksaan Psikiatri
Emosi dan efek : Dalam Batas Normal Penyerapan : Dalam Batas Normal
Proses berfikir : Dalam Batas Normal Kemauan : Dalam Batas Normal
Kecerdasan : Dalam Batas Normal Psikomotor : Tidak Dilakukan
Pemeriksaan

Status neurologis
GCS : E4M6V5
1. Kepala
Posisi : Ditengah Bentuk/ukuran : Bulat/normocephal
Penonjolan : (-) Auskultasi : Normal

2. Saraf Cranialis
N.I
Penghidu : TDP
N.II
OD OS
Ketajaman penglihatan SDN SDN
Lapangan penglihatan SDN SDN
Funduskopi TDP TDP
N.III, IV, VI
Dextra Sinistra
Celah kelopak mata
Ptosis (-) (-)
Exoftalmus (-) (-)
Ptosis bola mata (-) (-)
Pupil
Ukuran/bentuk 2,5 mm/ bulat 2,5 mm/ bulat
Isokor/anisokor isokor isokor
RCL/RCTL (+)/(+) (+)/(+)
Refleks akomodasi (+) (+)
Gerakan bola mata
Parese ke arah (-) (-)
Nistagmus (-) (-)

N.V
Sensibilitas : N.V1 : Normal
N.V2 : Normal
N.V3 : Normal
Motorik : Inspeksi/palpasi : Normal
(istirahat/menggigit)
Refleks dagu/masseter : Normal
Refleks kornea : Normal
N.VII
Motorik M.Frontalis M. Orbicularis oculi M. Orbicularis oris
Istirahat TDP TDP TDP
Mimik TDP TDP TDP
Pengecap 2/3 depan : Tidak dilakukan pemeriksaan
N.VIII
Pendengaran : Normal
Tes rinne/weber : Tidak dilakukan pemeriksaan
Fungsi vestibularis : Tidak dilakukan pemeriksaan
Posisi arkus faring : Tidak dilakukan pemeriksaan
Refleks telan/muntah : Tidak dilakukan pemeriksaan
Pengecap 1/3 lidah belakang : Tidak dilakukan pemeriksaan
Suara : SDN
Takikardi/bradikardi : DBN
N.XI
Memalingkan kepala dengan/ : Normal
tanpa tahanan
Angkat bahu : Normal
N.XII
Deviasi lidah : Tidak (-)
Fasikulasi : Tidak (-)
Atrofi : Tidak (-)
Tremor : Tidak (-)
Ataxia : Tidak dilakukan pemeriksaan
3. Leher
Rangsang menings
Kaku kuduk : (-)
Kernig’s sign : (-)
Kelenjar limfe : Pembesaran (-)
Arteri karotis : Bruit (-)
Kelenjar gondok : Pembesaran (-)

4. Abdomen

Refleks dinding perut N N N


N N N
N N N
5. Kolumna vertebralis
Inspeksi : Normal
Palpasi : Normal
Perkusi : Normal
Auskultasi : Normal
6. Ekstremitas
Superior Inferior
Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Pergerakan Normal Menurun Normal Menurun
Kekuatan 5 5 5 5
Tonus Normal Normal Normal Normal
Bentuk otot Normal Normal Normal Normal
Rigiditas - - - -

Refleks fisiologis
Dextra Sinistra
Biceps N N
Triceps N N
Radius N N
Ulna N N
KPR N N
APR N N
Klonus
Lutut : DBN
Kaki : DBN
Laseq test : Positif
Patrick test : TDP
Kontrapetrick test : TDP
Refleks patologis
Ekstremitas Superior Ekstremitas Inferior
Hoffmann : -/- Babinski : -/-
Tromner : -/- Chaddock : -/-
Gordon : -/-
Schaefer : -/-
Oppenheim : -/-
Sensibilitas
Ekstroseptif : -Nyeri : SDN
- Suhu : TDP
- Rasa raba halus : SDN
Proprioseptif : - Rasa sikap : SDN
- Rasa nyeri dalam : SDN
Fungsi kortikal : - Rasa diskriminasi : SDN
- Stereognosis : SDN
Pergerakan abnormal spontan : (-)
Gangguan koordinasi
Tes jari hidung : Tidak dilakukan pemeriksaan
Tes pronasi supinasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Tes tumit : Tidak dilakukan pemeriksaan
Tes pegang jari : Tidak dilakukan pemeriksaan
Gangguan keseimbangan
Tes Romberg : Tidak dilakukan pemeriksaan
Tes Gait : Tidak dilakukan pemeriksaan

Pemeriksaan fungsi luhur :


Reaksi emosi : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
Fungsi bicara : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
Fungsi psikosensorik (gnosis) : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
Intelegensia : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
Fungsi psikomotorik (praksia) : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
D. Pemeriksaan Radiologi

1. Diagnosis
1. Klinis : Ischalgia
2. Topis : Radix Nervus Spinalis
3. Etiologis : HNP

2. Penatalaksanaan
Non-farmakologi Farmakologi
1. Bed Rest 1. IVFD Nacl 20 tpm

2. Fisioterapi 2. Nat. Diclofenat

3. Ketorolac

4. Pantoprazole

5. Eprisone

6. Gabapentin

7. Neurodial
3. PROGNOSIS
Qua ad vitam : Dubia ad bonam
Qua ad functionam : Dubia ad bonam
Qua ad sanationam : Dubia ad bonam

4. ANJURAN
MRI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. ISCHIALGIA
I. Pendahuluan
Nyeri, berdasarkan International Association for the Study of Pain
(IASP) pada tahun 1997, didefinisikan sebagai pengalaman sensorik atau
emosional yang tidak menyenangkan, yang terkait dengan potensi atau
adanya kerusakan jaringan.1 Definisi nyeri tersebut menjelaskan konsep
bahwa nyeri adalah produk kerusakan struktural, bukan saja respon sensorik
dari suatu proses nosisepsi, harus dipercaya seperti yang dikatakan penderita,
tetapi juga merupakan respon emosional (psikologik) yang didasari atas
pengalaman termasuk pengalaman sebelumnya. 1,2

Ischialgia adalah penjepitan pada saraf ischiadicus yang menyebabkan


pengalihan nyeri punggung sampai tungkai bawah baik salah satu atau
keduanya. 3

II. Anatomi Dan Fisiologi

Panjang rangkaian tulang belakang pada orang dewasa dapat


mencapai 57-67 cm. Seluruhnya terdapat 33 ruas tulang, 24 buah di
antaranya adalah tulang-tulang terpisah dan 19 ruas sisanya bergabung
membentuk 2 tulang. Kolumna vertebralis terdiri dari 7 tulang
belakang servikalis, 12 tulang belakang thorakalis, 5 tulang belakang
lumbal, 5 tulang sakrum, dan 4 tulang ekor (coccygeus).
Gambar 1. Columna Vertebra6

Saraf spinalis L4-S3 pada fossa poplitea membelah dirinya menjadi saraf perifer

yakni N. tibialis dan N. poreneus. N ischiadicus keluar dari foramen ischiadicus

mayor tuberositas anterior 1/3 bawah dan tengah dari SIPS kebagian dari tuberositas

ischii.

Perjalanan Nervus Ischidicus di mulai dari L4-S3, dan saraf ini memiliki

percabangan antara lain:

 N. lateral poplital yang terdapat pada caput fibula

 N. Medial popliteal yang terdapat pada fossa polpliteal


 N. Tibialis Posterior yang terdapat pada sebelah bawah

 N. Suralis/Saphenus yang terdapat pada tendon ascilles

 N. Plantaris Yang berada pada telapak kaki

Tulang belakang merupakan bangunan yang kompleks yang dapat dibagi

menjadi 2 bagian. Dibagian ventral terdiri dari korpus vertebra yang dibatasi satu

dengan lainnya oleh diskus intervertebra dan ditahan satu dengan lainnya oleh

ligamentum longitudinal ventral dan dorsal. Bagian dorsal tidak begitu kuat dan

terdiri atas arkus vertebra dengan lamina dan pedikel yang diikat satu dengan lainnya

oleh berbagai ligamen diantaranya ligamen interspinal, ligamen intertranversa dan

ligamen flavum. Pada procesus spinosus dan tranversus melekat otot-otot yang turut

menunjang dan melindungi kolum vertebra. Seluruh bangunan kolum vertebra

mendapat inervasi dari cabang-cabang saraf spinal yang sebagian besar keluar dari

ruangan kanalis vertebra melalui foramen intervertebra dan sebagian dari ramus

meningeal yang menginervasi duramater. Diskus intervertebra dan nukleus pulposus

tidak mempunyai inervasi sensibel biarpun berbatasan langsung dengan ligamen

longitudinal yang mengandung serabut sensibel.

Bagian lumbal merupakan bagian tulang punggung yang mempunyai

kebebasan gerak yang terbesar. Tarikan tekanan dan torsi yang dialami pada

gerakan-gerakan antara bagian toraks dan panggul menyebabkan daerah ini dapat

mengalami cedera lebih besar daripada daerah lain, biarpun tulang-tulang vertebra

dan ligamen di daerah pinggang relatif lebih kokoh. Perbedaan hentakan antara

tulang dengan jaringan dalam peranan mereka sebagai sendi pendukung akan

menyebabkan penyakit yang karakteristik unik pada daerah yang bersangkutan.

Sebagian besar lesi pada diskus lumbal adalah mengenai jaringan lunak dan sering

sekali menghasilkan protrusi inti (nucleus) yang kemudian menekan akar saraf.
N. Ischiadicus mempersarafi:

 M. Semitendinosus

 M. Semimbranosus

 M. Biceps Femoris

 M. Adduktor Magnus

N. Poroneus Mempersarafi

 M. tibialis anterior

 M. ekstensor digitorum longus

 M. ekstensor halluci longus

 M. digitorum brevis

 M. poroneus tertius

N. Tibialis Mempersarafi

 M. gastrocnemius

 M. popliteus

 M. soleus

 M. plantaris

 M. tibialis posterior

 M. fleksor digitorum longus

 M. fleksor hallucis longus

Hip joint merupakan sendi yang arah gerakannya sangat luas atau yang
biasa disebut dengan Ball and Socked joint. Hip joint juga bagian terpenting
dalam pembentuk postur seseorang dan berperan penting dalam setiap
aktivitas terutama dalam berjalan. Hip joint ini terbentuk atas beberapa
tulang, ligamen, dan otot dimana kesemuanya itu saling berhubungan dan
saling menguatkan.
Beberapa tulang pembentuk hip joint :
1) Acetabulum
Acetabulum merupakan pertemuan antara os ilium, os ischium,
dan os pubis yang bertugas sebagai mangkuk sendi. Dilapisi hyalin
cartilage dan tertutup lagi acetabulum labrium yang merupakan fibro
cartilage, keduanya tebal ditepi dan tipis di center
2) Os Femur
Pada bagian Os femur terdapat dua bagian yang sangat terkait
dalam pergerakan sendi Hip Joint, bagian itu adalah :
 Caput femur
Caput femur merupakan tulang yang berbentuk setengah
bola dilapisi hyalin cartilage, kedistal sebagai collum femoris
(sering fraktur), kedistal terdapat trochanter mayor dan minor,
selanjutnya kedistal sebagai (shaff of) femur.
 Collum Femur
Collum femur merupakan processus tulang yang berbentuk
piramidal yang menghubungkan corpus dengan caput femur dan
membentuk sudut pada bagian medial. Sudut terbesar terjadi
pada saat bayi dan akan berkurang seiring dengan pertumbuhan,
sehingga pada saat pubertas akan membentuk suatu kurva pada
aksis corpus kurva. Pada saat usia dewasa, collum femur
membentuk sudut sebesar 1250 dan bervariasi tergantung pada
perkembangan pelvis wanita lebih besar.

Ada beberapa ligament pembentuk hip joint, dimana ligamen-ligament


ini sangat kuat sebagai penyambung antara acetabulum dan caput femur. Ada
lima ligament terkuat pada hip joint, antara lain :
1) Ligamentum Capitis Femoris
Ligament ini diliputi oleh membran sinovial yang terbentang dari
fosa acetabuli dimana terdapat bantalan lemak menuju ke caput
femoris, selain itu ligament ini mengandung arteria yang menuju caput
femoris yang datang dari r.acetabuli arteria abturatoria. Caput femoris
disuplai oleh A circumfleksa medialis dan A circumfleksa lateralis.
2) Ligamentum Pubofemoral
Berasal dari crista obturatoria dan membrana obturatoria yang
berdekatan. Ligament ini memamcar kedalam capsula articularis zona
orbicularis pada khususnya melanjukan diri melalui jalan ini ke
femoris.
3) Tranverse Acetabulum Ligament
Ligament ini berfungsi menjembatani incisura acerabuli dan
seluruh permukaan caput femoris.
4) Iliofemoral Ligament
Berasal dari spina iliaca anterior inferior dan pinggiran
acetabulum serta membentang ke linea intertrochanterica.
5) Ischiofemoral Ligament
Berasal dari ischium di bawah dan berjalan hampir horizontal
melewati collum femoris menuju ke perlekatan pars lateralis ligament
iliofemoral. Ligament ini mencegah rotasi medial paha.
III. Epidemiologi

Ischialgia merupakan keluhan yang sangat umum dan sangat sering


terjadi, dikeluhkan 4 dari 5 orang di Amerika Serikat, dan merupakan salah
satu penyebab ketidakhadiran di tempat kerja. Sisi baiknya, ischialgia
sesungguhnya dapat dicegah. Seandainya pencegahan juga kurang berhasil,
terapi atau latihan sederhana di rumah dan mekanisme tubuh yang baik akan
memperbaiki dan mempertahankan fungsinya dalam waktu beberapa minggu.
Operasi merupakan tindakan yang jarang dilakukan. Wanita memiliki angka
prevalensi yang lebih tinggi terkena ischialgia dibandingkan dengan pria.
Onset lebih sering pada usia 30-50 tahun dengan insiden yang terjadi 16,2%
dari semua diagnosa penyakit saraf. Hal tersebut dikarenakan wanita
memiliki aktivitas yang monoton dengan posisi yang statis, misalnya saja
pada penggunaan sepatu dengan hak tinggi atau pada pedagang dengan
kebiasaaan menggendong.5

IV. Klasifikasi

Iskhialgia dibagi menjadi tiga yaitu:4

1. Iskhialgia sebagai perwujudan neuritis iskhiadikus primer


Iskhialgia akibat neuritis iskhiadikus primer adalah ketika nervus
iskhiadikus terkena proses radang. Tanda dan gejala utama neuritis
iskhiadikus primer adalah nyeri yang dirasakan bertolak dari daerah
sakrum dan sendi panggul, tepatnya di foramen infra piriformis atau
incisura iskhiadika dan menjalar sepanjang perjalanan nervus
iskhiadikus dan lanjutannya pada nervus peroneus dan tibialis. Nyeri
tekan ditemukan pada incisura iskhiadika dan sepanjangspasium
poplitea pada tahap akut. Juga tendon archiles dan otot tibialis anterior
dan peroneus longus terasa nyeri pada penekanan. Kelemahan otot tidak
seberat nyeri sepanjang tungkai. Karena nyeri itu maka tungkai di
fleksikan, apabila diluruskan nyeri bertambah hebat. Tanda-tanda
skoliosis kompensatorik sering dijumpai pada iskhialgia jenis ini.
Diagnosa neuritis iskhiadikus primer ditetapkan apabila nyeri tekan
pada otot tibialis anterior dan peroneus longus. Dan pada neuritis
sekunder nyeri tekan disepanjang nervus iskhiadikus, tetapi di dekat
bagian nervus iskhiadikus yang terjebak saja. Timbul nyerinya akut dan
tidak disertai adanya nyeri pada punggung bawah merupakan ciri
neuritis primer berbeda dengan iskhialgia yang disebabkan oleh
problem diskogenik. Reflek tendon archiles dan tendon lutut biasanya
tidak terganggu.
2. Iskhialgia sebagai perwujudan entrapment radikulitis atau radikulopati

Pada iskhialgia radikulopati merupakan akibat dari jebakan oleh

tumor, nukleus pulposus yang menjebol ke dalam kanalis vertebralis

maupun osteofit atau peradangan (rematois spondilitis angkilopoetika,

herpes zoster, tuberkulosa) yang bersifat menindihi, menjerat dan

sebagainya terjadi radikulopati.

Pola umum iskhialgia adalah nyeri seperti sakit gigi atau nyeri

hebat yang dirasakan bertolak dari vertebra lumbosakralis dan menjalar

menurut perjalanan nervus iskhiadikus dan lanjutannya pada nervus

peroneus atau nervus tibialis. Makin jauh ke tepi nyeri makin tidak

begitu hebat, namun parestesia atau hipoastesia sering dirasakan.

Pada data anamnestik yang bersifat umum antara lain: nyeri pada

punggung bawah selalu mendahului iskhialgia, kegiatan yang

menimbulkan peninggian tekanan intra spinal seperti batuk, bersin dan

mengejan memprofokasi adanya iskhialgia, faktor trauma hampir

selamanya dapat ditelusuri, kecuali kalau proses neoplasmik atau

infeksi yang bertanggung jawab. Adapun data diagnostik non fisik yang

bersifat umum adalah : kurva lordosis pada lumbosakral yang mendatar,

vertebra lumbosakral memperlihatkan fiksasi, nyeri tekan pada salah

satu ruas vertebra lumbosakralis hampir selalu ditemukan, test lasegue

hampir selalu positif pada derajat kurang dari 70, tesr naffziger dan

valsava hampir selalu positif. Data anamnestik dan diagnostik fisik

yang bersifat spesifik berarti informasi yang mengarahkan ke suatu


jenis proses patologik atau yang mengungkapkan lokasi di dalam

vertebra lumbosakralis atau topografi radiks terhadap lesi yang

merangsangnya.

3. Iskhialgia sebagai perwujudan entrapment neuritis

Unsur-unsur nervus iskhiadikus yang dibawakan oleh nervi L4, L5,

S1, S2 dan S3 menyusun pleksus lumbosakralis yang berada di fasies

pelvina os sakri. Di situ pleksus melintasi garis sendi sakroiliaka dan

sedikit lebih distal membentuk nervus iskhiadikus, yang merupakan

saraf perifer terbesar. Selanjutnya dalam perjalanannya ke tepi nervus

iskhiadikus dapat terjebak dalam bangunan-bangunan yang dilewatinya.

Pada pleksus lumbosakral dapat diinfiltrasi oleh sel-sel karsinoma

ovarii, karsinoma uteri atau sarkoma retroperineal. Di garis persendian

sakroiliaka komponen-komponen pleksus lumbosakralis sedang

membentuk nervus iskhiadikus dapat terlibat dalam proses radang

(sakroilitis). Di foramen infra piriformis nervus iskhiadikus dapat

terjebak oleh bursitis otot piriformis. Dalam trayek selanjutnya nervus

iskhiadikus dapat terlibat dalam bursitis di sekitar trochantor major

femoris. Dan pada trayek itu juga, nervus iskhiadikus dapat terganggu

oleh adanya penjalaran atau metastase karsinoma prostat yang sudaj

bersarang pada tuber iskhii. Simtomatologi entrapment neuritis

iskhiadika sebenarnya sederhana yaitu pada tempat proses patologik

yang bergandengan dengan iskhiagia.

V. Etiologi
 Herniated disc
 Lumbar spinal stenosis
 Spondylolisthesis
 Trauma
 Sindrom piriformis
 Tumor tulang belakang
VI. Patofisiologi
Ischialgia merupakan nyeri menjalar sepanjang perjalanan nervus
ischiadicus L4-S2. Ischialgia yang terasa bertolak dari lokasi foramen
infrapiriformis dan menjalar menurut perjalanan nervus ischiadicus cum
nervus poroneus dan nervus tibialis harus di curigaisebagai
manifestasiischiadicus primer atau entrapment neuritis dengan tempat
jebakan di daerah sacroiliaca.
Nyeri saraf itu terasa sepanjang perjalanan saraf tepi. Ia bertolak
dari tempat saraf sensorik terangsang dan menjalar berdasarkan
perjalanan serabut sensorik itu ke perifer. Perangsangan terhadap berkas
saraf perifer biasanya berarti perangsangan pada saraf motorik dan
sensorik.Gangguan sensibilitas yang terasa sepanjang parjalanan saraf
tepi dan biasanya juga disertai gangguan motorik yang di sebut Neuritis.
Neuritis di tungkai dapat terjadi oleh karena berkas saraf tertentu terkena
infeksi atau terkena patologic di sekitarnya.
Nyeri atau rasa tidak enak yang menjalar harus diartikan sebagai
perwujudan hasil perangsangan terhadap saraf sensori. Nyeri saraf itu
terasa sepanjang perjalanan saraf tepi. Ia bertolak dari tempat saraf
sensorik terangsang dan menjalar berdasarkan perjalanan serabut
sensorik itu ke perifer. Perangsangan terhadap berkas saraf perifer
biasanya berarti perangsangan pada saraf motorik dan
sensorik.Gangguan sensibilitas yang terasa sepanjang parjalanan saraf
tepi dan biasanya juga disertai gangguan motorik yang di sebut Neuritis.
Neuritis di tungkai dapat terjadi oleh karena berkas saraf tertentu terkena
infeksi atau terkena patologic di sekitarnya.
VII. Manifestasi Klinik
 Nyeri punggung bawah
 Nyeri daerah bokong
 Rasa kaku pada punggung bawah
 Nyeri menjalar seperti rasa kesetrum yang dirasakan dari bokong
menjalar ke daerah paha, betis bahkan sampai kaki, tergantung
bagian saraf mana yang terjepit.
 Rasa nyeri sering ditimbulkan setelah melakukan aktifitas yang
berlebihan, terutama banyak membungkukkan badan atau banyak
berdiri dan berjalan.
 Kesemutan dan baal.
 Timbul kelemahan otot, dan hilangnya reflek patella dan achilles.
 Nyeri bertambah dengan batuk, bersin dan mengangkat.

VIII. PENEGAKAN DIAGNOSA


Penegakan diagnose dimulai dari Anamnesis, pemeriksaan fisik, serta
pemeriksaan penunjang. Adapun pemeriksaan tersebut meliputi :
1. Anamnesis1-7
Dalam anamnesis perlu ditanyakan kapan dan bagaimana mulai timbulnya,
lokasi nyeri, sifat nyeri, kualitas nyeri, apakah nyeri yang diderita diawali
dengan kegiatan fisik, faktor yang memperberat atau memperingan, ada
riwayat trauma sebelumnya dan apakah ada keluarga penderita penyakit
yang sama. Adanya riwayat mengangkat beban yang berat dengan sikap
tubuh yang salah dan berulangkali, kegiatan fisik atau olahraga yang tidak
biasa. Sifat nyeri yang tajam, menusuk dan berdenyut, seringkali
bersumber dari sendi, tulang dan ligamen. Sedangkan rasa pegal, biasanya
berasal dari otot. Nyeri yang disertai dengan penjalaran ke arah tungkai
menunjukkan adanya keterlibatan radiks saraf. Sedangkan nyeri yang
berpindah-pindah dan tidak wajar, sangat mungkin merupakan nyeri
psikogenik. Harus pula diperhatikan adanya gangguan miksi dan defekasi
untuk mengetahui gangguan pada radiks saraf. Hal lain yang perlu
diketahui adalah adanya demam selama beberapa waktu terakhir untuk
menyingkirkan kemungkinan infeksi, misalnya spondilitis. Riwayat
penyakit terdahulu dan riwayat pekerjaan harus diketahui untuk
mempertajam penegakan diagnosis.
2. Pemeriksaan Fisik
Untuk memastikan bahwa nyeri yang timbul termasuk dalam gangguan
saraf. Meliputi pemeriksaan sensoris, motorik, reflex. Pemeriksaan fisik
dimulai dengan inspeksi dan bila pasien tetap berdiri dan menolak untuk
duduk, maka sudah harus dicurigai adanya suatu herniasi diskus. Gerakan
aktif pasien harus dinilai, diperhatikan gerakan mana yang membuat nyeri
dan juga bentuk kolumna vertebralis, berkurangnya lordosis serta adanya
skoliosis. Berkurang sampai hilangnya lordosis lumbal dapat disebabkan
oleh spasme otot paravertebral. Gerakan-gerakan yang perlu diperhatikan
pada penderita adalah adanya keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau
arah.
a. Pemeriksaan sensoris, pada pemeriksaan sensoris ini apakah ada
gangguan sensoris, dengan mengetahui dermatom mana yang terkena
akan dapat diketahui radiks mana yang terganggu.
b. Pemeriksaan motorik, apakah ada tanda paresis, atropi otot.
c. Pemeriksaan reflex, bila ada penurunan atau refleks tendon
menghilang, misal APR menurun atau menghilang berarti
menunjukkan segmen S1 terganggu.
Adapun tes yang dapat dilakukan untuk diagnosis Ischialgia adalah:
a. Pemeriksaan range of movement (ROM)
Pemeriksaan ini dapat dilakukan secara aktif oleh penderita sendiri
maupun secara pasif oleh pemeriksa. Pemeriksaan ROM ini
memperkirakan derajat nyeri, function laesa, atau untuk memeriksa
ada/ tidaknya penyebaran rasa nyeri.
b. Straight Leg Raise (Laseque) Test:
Tes untuk mengetaui adanya jebakan nervus ischiadicus. Pasien tidur
dalam posisi supinasi dan pemeriksa memfleksikan panggul secara
pasif, dengan lutut dari tungkai terekstensi maksimal. Tes ini positif
bila timbul rasa nyeri pada saat mengangkat kaki dengan lurus,
menandakan ada kompresi dari akar saraf lumbar.
c. Lasegue Menyilang
Caranya sama dengan percobaan lasegue, tetapi disini secara otomatis
timbul pula rasa nyeri ditungkai yang tidak diangkat. Hal ini
menunjukkan bahwa radiks yang kontralateral juga turut tersangkut.
d. Tanda Kerning
Pada pemeriksaan ini penderita yang sedang berbaring difleksikan
pahanya pada persendian panggung sampai membuat sudut 90 derajat.
Selain itu tungkai bawah diekstensikan pada persendian lutut.
Biasanya kita dapat melakukan ekstensi ini sampai sudut 135 derajat,
antara tungkai bawah dan tungkai atas, bila terdapat tahanan dan rasa
nyeri sebelum tercapai sudut ini, maka dikatakan tanda kerning
positif.
e. Ankle Jerk Reflex
Dilakukan pengetukan pada tendon Achilles. Jika tidak terjadi
dorsofleksi pada kaki, hal ini mengindikasikan adanya jebakan nervus
di tingkat kolumna vertebra L5-S1. 3,4
f. Knee-Jerk Reflex
Dilakukan pengetukan pada tendon lutut. Jika tidak terjadi ekstensi
pada lutut, hal ini mengindikasikan adanya jebakan nervus di tingkat
kolumna vertebra L2-L3-L4.
IX. Pemeriksaan Penunjang
a. X-Ray
X-Ray tidak dapat menggambarkan struktur jaringan lunak secara akurat.
Nucleus pulposus tidak dapat ditangkap di X-Ray dan tidak dapat
mengkonfirmasikan herniasi diskus maupun jebakan akar saraf. Namun,
X-Ray dapat memperlihatkan kelainan pada diskus dengan gambaran
penyempitan celah atau perubahan alignment dari vertebra.
b. Mylogram
Pada myelogram dilakukan injeksi kontras bersifat radio-opaque dalam
columna spinalis. Kontras masuk dalam columna spinalis sehingga pada
X-ray dapat nampak adanya penyumbatan atau hambatan kanalis spinalis
c. MRI
Merupakan gold standard diagnosis HNP karena dapat melihat struktur
columna vertebra dengan jelas dan mengidentifikasi letak herniasi.

Gambar 2. MRI pasien HNP pre dan post penatalaksanaan7


d. Elektromyografi
Untuk melihat konduksi dari nervus, dilakukan untuk mengidentifikasi
kerusakan nervus.
X. Penatalaksanaan
1. Terapi Farmakologis
a. Analgetik dan NSAID ( Non Steroid Anti Inflamation Drug)
obat ini diberikan dengan tujuan untuk mengurangi nyeri dan
inflamasi sehingga mempercepat kesembuhan. Contoh analgetik :
paracetamol, Aspirin Tramadol. NSAID : Ibuprofen, Natrium
diklofenak, Etodolak, Selekoksib.
b. Obat pelemas otot (muscle relaxant)
bermanfaat bila penyebab NPB adalah spasme otot. Efek terapinya
tidak sekuat NSAID, seringkali di kombinasi dengan NSAID.
Sekitar 30% memberikan efek samping mengantuk. Contoh
Tinazidin, Esperidone dan Carisoprodol.
c. Opioid
Obat ini terbukti tidak lebih efektif dari pada analgetik biasa yang
jauh lebih aman. Pemakaian jangka panjang bisa menimbulkan
toleransi dan ketergantungan obat.
d. kortikosteroid oral
Pemakaian kortikosteroid oral masih kontroversi. Dipakai pada
kasus yang berat dan mengurangi inflamasi jaringan.
e. Anelgetik ajuvan
Terutama dipakai pada kasus kronis karena ada anggapan
mekanisme nyeri sesuai dengan neuropatik. Contohnya : amitriptilin,
Karbamasepin, Gabapentin.
2. Program Rehabilitasi Medik
Fisioterapi meliputi terapi panas, terapi listrik, terapi latihan/
exercise, okupasi terapi, psikologi, social medik dan edukasi.
Program fisioterapi bertujuan untuk mengurangi rasa sakit dan
nyeri otot, mencapai gerak sendi yang normal, memperbaiki koordinasi
dan keseimbangan dalam bergerak.
Penguatan otot untuk mencegah pemendekan otot (kontraktur)
meluruskan otot yang spastic, memperlancar aliran darah serta
meningkatkan kemampuan hidup sehari-hari.
Psikologi bertujuan untuk membebaskan sesorang dari masalah
tertentu yang dianggap mengganggu kesehtan jiwa dan diharapkan
dapat memperkuat pasien dalam menghadapi kesulitan.
Sosial medik memiliki tujuan utama untuk membantu pasien dan
keluarganya dalam menjangkau sumber pelayanan yang optimal
dengan kondisi kemampuannya yang mengalami hambatan karena
sakit fisik.
Edukasi yang dapat diberikan kepada penderita ischialgia yaitu:
 Hindari banyak membungkuk badan
 Hindari sering mengangkat barang-barang berat.
 Segera istirahat jika merasakan nyeri saat berjalan atau berdiri
 Saat duduk lama diusahakan kaki disila bergantian kanan dan kiri
atau menggunakan kursi kecil untuk menumpu dua kaki.
 Saat menyapu atau mengepel lantai pergunakan gagang sapu atau
pel yang panjang, sehingga tidak membungkuk.
 Jika hendak mengambil barang usahakan punggung tetap lurus dan
tekuk kedua lutut untuk menggapai barang tersebut
 Lakukan back exercise secara rutin untuk memperkuat otot
punggung sehingga mampu menyangga tulang belakang secara
baik dan maksimal.
3. Operasi: dilakukan pada kasus yang berat/ sangat mengganggu aktivitas
dimana dengan obat-obatan dan program rehabilitasi medik tidak dapat
membantu.

Anda mungkin juga menyukai