PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsung telah terjadi interaksi yang
dalam belajar. Guru ingin memberikan layanan yang terbaik bagi anak didik,
berusaha menjadi pembimbing yang baik dengan peranan yang arif dan bijaksana,
sehingga tercipta hubungan dua arah yang harmonis antara dua guru dengan anak
didik.
Ketika kegiatan belajar mengajar itu berproses, guru harus dengan ikhlas
dalam bersikap dan berbuat, serta mau memahami anak didiknya dengan segala
jalannya proses belajar mengajar, baik yang berpangkal dari perilaku anak didik
maupun yang bersumber dari luar diri anak didik, harus dihilangkan, dan bukan
Dalam mengajar, guru harus pandai menggunakan pendekatan secara arif dan
bijaksana, bukan sembarangan yang bisa merugikan anak didik. Pandangan guru
terhadap anak didik akan menentukan sikap dan perbuatan. Setiap guru tidak
1
selalu mempunyai pandangan yang sama dalam menilai anak didik. Hal ini akan
Guru yang memandang anak didik sebagai pribadi yang berbeda dengan anak
didik lainnya akan berbeda dengan guru yang memandang anak didik sebagai
makhluk yang sama dan tidak ada perbedaan dalam segala hal.Maka adalah
penting meluruskan pandangan yang keliru dalam menilai anak didik. Sebaiknya
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendekatan Individual
Mereka berkelompok dari dua sampai lima orang. Di depan mereka ada meja
untuk membaca dan menulis atau untuk meletakkan fasilitas belajar. Mereka
mempunyai karakteristik tersendiri yang berbeda dari satu anak didik dengan anak
didik lainnya.
bahwa strategi pengajaran harus memperhatikan perbedaan anak didik pada aspek
individual ini. Dengan kata lain, guru harus melakukan pendekatan individual
dalam strategi belajar mengajarnya. Bila tidak, maka strategi belajartuntas atau
Pada kasus-kasus tertentu yang timbul dalam kegiata belajar mengajar, dapat
didik tersebut pada tempat yang terpisah dengan cara yang cukup jauh.
3
Pendekatan individual mempunyai arti yang sangat penting bagi kepentingan
B. Pendekatan Kelompok
Dalam kegiatan belajar mengajar terkadang ada juga guru yang menggunakan
suatu waktu diperlukan dan perlu digunakan untuk membina dan mengembangkan
sikap sosial anak didik. Hal ini disadari bahwa anak didik adalah sejenis makhluk
sosial yang tinggi pada diri mereka masing-masing, sehingga terbina sikap ini
pada hal-hal yang baik saja. Mereka sadar bahwa hidup ini saling ketergantungan,
seperti ekosistem dalam mata rantai kehidupan semua makhluk hidup di dunia.
Tidak ada makhluk hidup yang terus menerus berdiri sendiri tanpa keterlibatan
makhluk lain, langsung atau tidak langsung, disadari atau tidak, makhluk lain itu
Anak didik dibiasakan hidup bersama , bekerja sama dalam kelompok, akan
4
kelebihan dengan ikhlas mau membantu mereka yang mempunyai kekurangan.
Sebaliknya mereka yang mempunyai kekurangan dengan rela hati mau belajar
dari mereka yang mempunyai kelebihan, tanpa ada rasa minder. Persaingan yang
positif pun terjadi di kelas dalam rangka untuk mencapai prestasi belajar yang
optimal. Inilah yang diharapkan, yakni anak didik yang aktif, kreatif, dan amndiri.
fasilitas belajar pendukung, metode yang akan dipakai sudah dikuasai, dan bahan
yang akan diberikan kepada anak didik memang cocok didekati dengan
mempengaruhi penggunaannya.
C. Pendekatan Kognitif
Istilah “kognitif” berasal dari kata cognition yang artinya sama dengan kata
kognitif menjadi sangat populer sebagai salah satu dominan atau wilayah
pengelolaan informasi dan keyakinan. Ranah kejiwaan yang berpusat di otak ini
juga berhubungan dengan kehendak dan perasaan yang bertalian dengan ranah
rasa.
5
Kognitif = intelek (Chaplin, 1981)
manusia sudah mulai berjalan sejak manusia itu mendayagunakan kapasitas motor
sensorinya.
Teori psikologi kognitif adalah bagian terpenting dari sains kognitif yang telah
internal, mental manusia. Dalam pandangan ahli kognitif, tingkah laku manusia
yang tampak tidak dapat diukur tanpa dan diterangkan melibatkan proses mental,
6
lebih nyata dalam hampir semua aktivitas belajar siswa. Secara lahiriah, seorang
anak yang sedang belajar membaca dan menulis, tentu menggunakan perangkat
jasmaniah (dalam hal ini mulut dan tangan) untuk mengucapkan kata dan
pena yang dilakukan tersebut bukan semata-mata respon stimulus yang ada,
melainkan yang lebih penting karena dorongan mental yang diatur oleh otak.
mengenal atau memikirkan situasi di mana tingkah laku itu terjadi. Dalam situasi
belajar, seorang terlibat langsung dalam situasi itu dan memperoleh insight untuk
memecahkan masalah. Jadi pada teori kognitif dikatakan bahwa, tingkah laku
memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi. Prinsip dasar psikologi
kognitif, yaitu:
1. Belajar aktif;
7
Teori psikologi kognitif berkembang dengan ditandai lahirnya teori Gestalt
terbentuk dalam suatu keseluruhan. Ada beberapa jenis teori belajar psikologi
dalam suatu medan kekuatan, yang bersifat psikologi, yang disebut Life space.
orang yang dijumpai, fungsi kejiwaan yang dimiliki dan objek material yang
dihadapi.
Jadi tingkah laku merupakan hasil interkasi antar kekuatan, baik yang berasal
dari dalam diri individu, seperti tujuan, tekanan kejiwaan maupun yang berasal
dari luar diri individu seperti, tantangan dan permasalahan yang di hadapi.
Menurut teori ini, belajar itu berlangsung sebagai akibat dari perubahan
dalam struktur kognitif. Perubahan struktur kognitif adalah hasil pertemuan dari
dua kekuatan yaitu, yang berasal dari struktur medan kognitif itu sendiri dan yang
lainnya berasala dari kebutan dan motivasi internal. Dengan demikian, peranan
motivasi jauh lebih penting dari pada reward atau hadiah (Soemanto, 2008).
Yang menjadi dasar ide J. Bruner ialah pendapat dari piaget yang menyatakan
bahwa anak harus berperan secara aktif di dalam kelas. Untuk itu Bruner memakai
8
cara dengan apa yang disebutnya discory learning yaitu di mana siswa
mengprganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir. Prosedur ini
menerangkan semua informasi dan siswa harus mempelajari semua bahan atau
Dalam teori ini Piaget memandang bahwa proses berpikir merupakan aktivitas
gradual dari fungsi intelektual, yaitu dengan berpikir konkret menuju abstrak.
kognitif tergantung pada akomodasi. Oleh karena itu, siswa harus diberikan suatu
areal yang belum diketahui, agar ia dapat belajar. Dengan adanya areal baru ini
gradual dari fungsi intelektual yang konkret menuju abstrak. Ia memakai schemer:
2. Schemer mental (pola tingkah laku yang susah diamati, dan dapat diamati.
yaitu: (1) sensory motor; (2) pre operational; (3) concrete operational; dan (4)
formal operational.
9
Perkembangan kognitif individu meliputi empat tahap menurut Piaget yaitu:
(1) Kematangan
1) Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena
itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara
berfikir anak.
dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan
lingkungan sebaik-baiknya.
3) Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak
asing.
Kepada siswa harus diberikan suatu area yang belum diketahui agar ia dapat
10
belajar, karea ia tidak dapat belajar dari apa yang telah diketahui saja. Dengan
adanya area baru, siswa akan mengadakan usaha untuk dapat mengakomodasikan
(Soemanto, 2008).
1. Pengertian konstruktivisme
pencipta alam dan manusia adalah tuan dari ciptaan.” Vico selanjutnya
sesuatu” (Suparno, 1997: 24). Ini berarti bahwa seorang baru mengetahui sesuatu
Selain Vico, ahli yang dapat dikategorikan memiliki aliran konstruktif adalah
Jean Piacet. Menurut Jean Piaget (1971) pengetahuan itu akan akan bermakna bila
dicari dan ditemukan sendiri oleh peserta didik bukan hasil pemberitahuan orang
lain, termasuk guru. Selanjutnya, Piaget dalam Sanjaya (2007: 194) menyatakan
dapat diatasi melalui pengetahuan diri dan pada akhir proses belajar pengetahuan
11
akan dibangun oleh anak melalui pengalamannya dari dari hasil interaksi dengan
lingkungannya.
berdasarkan pengalaman
pembentukan pengatahuan.
12
2. Menyediakan berbagai alternatife pengalaman belajar, tidak semua
transmisi sosial yaitu terjadinya interaksi dan kerja sama seseorang dengan
3. Jenis-jenis konstruktivisme
13
E. Pendekatan Humanistik
manusia, proses belajar dianggap berhasil jika peserta didik (siswa) memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha
Pendekatan belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang
pelakunya (peserta didik, siswa) bukan dari sudut pandang orang lainnya
(pengamatnya).
Dalam pendekatan ini, tujuan utama para pendidik adalah membantu siswa
mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam
mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Para ahli humanistic
Tokoh penting dalam pendekatan belajar humanistik antara lain adalah: Arthur
perhatian pada dunia pendidikan. Meaning (makna atau arti) adalah konsep dasar
14
yang sering digunakan. Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru
tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan
kehidupan mereka. Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena bodoh
tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan
penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain
hanyalah ketidak mampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan
2. Maslow
Teori Maslow didasarkan pada dua asumsi bahwa didalam diri individual ada
dua hal:
mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha untuk
sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki
dorongan untuk lebih maju kearah yang keutuhan, keunikan diri, kea rah
fungsinya semua kemampuan kea rah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan
15
3. Carl Rogers
Carl Rogers lahir 8 januari 1902 di Oak Park, IIIinois Chicago, sebagai anak
keempat dari enam bersaudara, semula Rogers menekuni bidang agama terapi
belajar, yaitu:
secara personal, berinisiatif, evaluasi oleh siswa sendiri, adanya efek yang
16
2. Implikasi pendekatan humanistik
berikut ini adalah berbagai cara untuk member kemudahan belajar dan bebagai
kualitas sebagai fasilitator. Ini merupakan ikhtisar yang sangat singkat dari
yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu
5. Dia menempatkan dirinya sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat
dimanfaatkan
17
b. Aplikasi pendekatan Humanistik terhadap pembelajaran siswa
para siswa yang dapat memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar
Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses
18
6. Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
peserta.
c. Jenis-Jenis Kontruksivisme
dua, yaitu lebih personal berkembanng atas ide piaget, dan yang lebih sosial
sendiri.
teratur dan berhubungan yang memuat konsep-konsep yang saling terkait satu
sama lain.
19
2. Konstruktuvisme Psikologi Sosial
individu, yang selanjutnya keadaan ini dapat di sesuaikan oleh setiap individu.
3. Konstruktivisme Sosiologis
konstruk sosial, bukan konastruksi individu. Dalam arti kata bahwa pengetahuan
hari merupakan dunia yang di alami bersama dengan orang lain. Dunia ini nyata
bagi “saya” dan bagi ornag lain “saya” tidak dapat berhenti berkomonikasi dengan
yang lain. Sementara itu Matthews (Suparno, 1997: 48) menyatakan bahwa
Salah satu prinsip paling penting dari pskoligi pendidikan adalah guru tidak
20
siswa sebagai pribadi yang sudah memiliki kemampuan awal sebelum
F. Pendekatan Kontekstual
dan sekaligus memperhatikan faktor kebutuhan individual siswa dan peran guru.
Contextual Learning (CTL) adalah sebuah sistem yang merangsang otak untuk
2006: 65).
proses keterlibatan peserta didik untuk menemukan materi yang di pelajari dan
21
1. Karaktristik Pembelajaran berdasarkan pendekatan kontekstual
1) Kerjasama
2) Saling Menunjang
5) Pembelajaran terintegrasi
7) Siswa aktif
10) Dinding deng lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar,
11) Laporan kepada orang tua bukan hanya rapot tetapi hasil karya siswa,
antara siswa agar dapat saling menunjang dalam pembelajarn, siswa aktif, senang
dan bergairah dalam belajar, pembelajar terintegrasi dengan mata pelajaran lain,
dengan kebebasan berpendapat membuat siswa kritis, dan suasana kelas menjadi
indah dan membuat siswa nyaman untuk belajar sehingga pendekatan ini sangat
cocok dalam membangun pembelajaran bagi anak usia dini yang sesuai dengan
22
perkembangan anak. Pendekatan ini tidak mengubah tatanan sekolah dan
usia dengan komponen CTL dan filsofi Flobel, anak bermain sambil belajar.
masalah nyata. Dalam hal ini siswa menggunakan keterampilan berpikir kritik dan
isu dan mungkin juga menggunakan baebagai isi materi pembelajaran untuk
pegelaman, sekolah, tempat tinggal, dan masyarakat yang memiliki arti penting
bagi siswa.
langkah yang harus dilalui yang disebut dengan fase, Aqib (2013) menjelaskan
23
Fase 1
(menyampaikan tujaun dan motivasi siswa), guru mencapai tujuan yang ingin
Face 2
Fase 3
menjelaskan kepada siswa bagai mana cara membentuk kelompok belajar dan
Fase 4
Fase 5
Fase 6
sampaikan trianto (2009) bahwa terdapat tujuan langka yang harus dilaksanakan
24
1) Mengembangkan pemikiran anak bahwa anak akan belajar lebih
G. Pendekatan Bervariasi
maka guru akan berhadapan dengan permasalahan anak didik yang bevariasi.
Setiap masalah yang dihadapi oleh anak didik tidak selalu sama, terkadang ada
perbedaan.
Dalam belajar, anak didik mempunyai motivasi yang bebeda. Pada satu sisi
anak didik memiliki motivasi yang rendah, tetapi pada saat lain anak didik
mempunyai motivasi yang tinggi. Anak didik yang satu bergairah belajar, anak
didik yang lain kurang bergairah belajar. Sementara sebagian besar anak belajar,
menciptakan suasana kelas yang konduktif dalam waktu relatif lama. Bila terjadi
25
Permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik biasanya bervariasi, maka
pendekatan yang digunakan pun akan lebih tepat dengan pendekatan bervariasi
pula. Misalnya, anak didik yang tidak disiplin dan anak didik yang tidak disiplin
dan anak didik yang suka berbicara akan berbeda pemecahannya dan
anak didik yang membuat keributan. Guru tidak bisa menggunakan teknik
pemecahan yang sama untuk memecahkan permasalahan yang lain. Kalaupun ada,
dihadapi oleh setiap anak didik dalam belajar bermacam-macam. Kasus yang
variasi teknik untuk setiap kasus. Maka kiranya pendekatan bervariasi ini sebagai
H. Pendekatan Edukatif
Apapun yang guru lakukan dalam pendidikan dan pengajaran dengan tujuan
untuk mendidik, bukan karena motif-motif lain, seperti dendam, gengsi, ingin
Anak didik yang telah melakukan kesalahan, yakni membuat keributan dikelas
ketika guru sedang memberikan pelajaran, misalnya tidak tepat diberikan sanksi
dengan cara memukul badannya hingga luka dan cidera. Ini adalah tindakan
sanksi hokum yang tidak bernilai pendidikan. Guru telah melakukan pendekatan
yang salah. Guru telah menggunakan menggunakan pendekatan yang salah. Guru
26
telah menggunakan teori power, yakni teori kekuasaan untuk menundukkan
orang lain. Dalam pendidikan, guru akan kurang arif dan bijaksana bila
kepribadian anak didik. Pendekatan yang benar bagi guru adalah dengan
melakukan pendekatan edukatif. Setiap tindakan, sikap, dan perbuatan yang guru
lakukan harus bernilai pendidikan, dengan tujuan untuk mendidik anak didik agar
menghargai norma hokum, norma susila, norma moral, norma sosial, dan norma
agama.
Cukup banyak sikap dan perbuatan yang harus guru lakukan untuk
misalnya, ketika lonceng tanda masuk kelas telah berbunyi, anak-anak jangan
dibiarkan masuk dulu, tetapi suruhlah mereka berbaris didepan pintu masuk dan
perintahkan ketua kelas untuk mengatur barisan. Semua anak perempuan berbaris
dalam kelompok jenisnya. Jadi barisan dibentuk menjadi dua dengan pandangan
terarah ke pintu masuk. Di sisi pintu masuk guru berdiri sambil mengontrol
dipersilahkan masuk oleh ketua kelas. Mereka pun satu persatu menyalami guru
dan mencium tangan tangan guru sebelum dilepas. Akhirnya, semua anak masuk
guru dengan menyuruh anak didik dengan menyuruh anak didik berbaris didepan
pintu masuk. Guru telah meletakkan tujuan untuk membina watak anak didik
27
I. Pendekatan Keagamaan
pendekatan keagamaan. Hal ini dimaksudkan agar nilai budaya ilmu itu tidak
mengajar seperti prinsip korelasi dan sosialisasi, guru dapat menyisipka peasan-
pesan keagamaan untuk semua mata pelajaran umum. Tentu saja guru harus
dipegang. Persoalannya sekarang terletak, mau atau tidaknya guru mata pelajaran
Sarah Faasiin, ayat 34,dan ayat 36, adalah bukti nyata bahwa pelajaran biologi
tidak bisa dipisahkan dari ajaran agama. Surat Yasiin ayat 37, 38,39,dan 40 adalah
kerdilnya jiwa agama tidak dicemohkan dan dilecehkan, tetapi diyakini, dipahami,
J. Pendekatan Kebermaknaan
pendapat, dan perasaan, secara lisan maupun tulisan. Bahasa inggris adalah bahasa
asing pertama di Indonesia yang dianggap penting untuk tujuan penyerapan dan
28
inggris tidak bisa mengabaikan masalah pendekatan yang harus digunakan dalam
proses belajar mengajar. Kegagalan penguasaan dalam bahasa inggris oleh siswa,
selain faktor lain sepeti faktor sejarah, fasilitas, dan lingkungan serta kompetensi
berikut:
melalui struktur (tata bahasa dan kosa kata). Dengan demikian, struktur
dan perasaan).
3. Makna dapat diwujudkan melalui kalimat yang berbeda baik secara lisan
maupun tertulis.
keberhasilan belajarnya.
29
6. Bahan pelajaran dan kegiatan pembelajaranmenjadi lebih bermakna bagi
siswa jika berhubungan dengan pengalaman, minat, tata nilai, dan masa
depannya.
7. Dalam proses belajar mengajar siswa merupakan subjek utama, tidak hanya
30
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
guru dan peserta didik di dalam perwujudan kegiatan pembelajaran yang berusaha
yang bertujuan. Guru dan anak didiklah yang menggerakannya. Ketika kegiatan
belajar mengajar itu di berproses, guru harus dengan ikhlas dalam bersikap dan
berbuat, serta mau memahami anak didiknya dengan segala konsekuensinya. Hal
menyenangkan.
B. Saran
kepribadian anak didik sehingga nantinya memperoleh hasil yang memuaskan dan
31
32