Kevin Louis Bardosh, Sadie J. Ryan, Kris Ebi, Susan Welburn dan Burton Singe
Dalam makalah ini, kami menyediakan perspektif biososial alternatif yang didasarkan
pada wawasan ilmu sosial, menggambarkan konsep-konsep kerentanan, ketahanan, partisipasi
dan adaptasi berbasis masyarakat. Analisis kami diinformasikan oleh ulasan realis yang berfokus
pada tujuh penyakit yang ditularkan melalui vektor yang sensitif terhadap perubahan iklim
seperti malaria, schistosomiasis, demam berdarah, leishmaniasis, penyakit tidur, penyakit chagas
dan demam lembah keretakan. Di sini kami menempatkan analisis kami tentang intervensi
berbasis masyarakat yang ada dalam konteks proses perubahan global dan literatur ilmu sosial
yang lebih luas.
Para pelaku kesehatan masyarakat global, sebagai komunitas, perlu berbuat lebih baik.
Dan kita bisa dengan mulai membangun basis bukti, kita perlu menghubungkan penelitian
dengan kebijakan dan tindakan. Kita perlu lebih baik menggunakan penelitian secara real-time
untuk memfasilitasi implementasi yang lebih baik di lapangan. Pelajaran yang dipetik harus
segera diterjemahkan ke dalam kebijakan dan praktik, dan kisah sukses sangat penting untuk
upaya advokasi yang terus berkembang. Semua ini akan menuntut manajemen yang baik, ilmu
biososial yang sehat dan kepemimpinan yang kuat di masa depan.
Arah kebijakan dan strategi Direktorat P2PTVZ didasarkan pada arah kebijakan dan
strategi Kementerian Kesehatan 2005-2025 mengacu pada empat hal penting yakni: 1)
Penguatan Pelayanan Kesehatan Primer (Primary Health Care); 2) Penerapan Pendekatan
Keberlanjutan Pelayanan (Continuum Of Care); 3) Intervensi Berbasis Risiko Kesehatan; 4)
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga. Untuk mencapai tujuan dan sasaran
kegiatan pencegahan dan pengendalian penyakit tular vektor dan zoonotik, maka arah kebijakan
dan strategi pencegahan dan pengendalian penyakit tular vektor dan zoonotik 2015-2019 adalah:
1. Perluasan cakupan akses masyarakat (termasuk skrining cepat bila ada dugaan potensi
meningkatnya kejadian penyakit menular seperti Mass Blood Survey untuk malaria) dalam
memperoleh pelayanan kesehatan terkait penyakit menular terutama di daerah- daerah yang
berada di perbatasan, kepulauan dan terpencil untuk menjamin upaya memutus mata rantai
penularan.
5. Peningkatan peran daerah khususnya kabupaten/kota yang menjadi daerah pintu masuk negara
dalam mendukung implementasi pelaksanaan International Health Regulation (IHR) untuk upaya
cegah tangkal terhadap masuk dan keluarnya penyakit yang berpotensi menimbulkan kedaruratan
kesehatan masyarakat.
6. Menjamin ketersediaan obat dan vaksin serta alat diagnostik cepat untuk pengendalian
penyakit menular secara cepat.