Anda di halaman 1dari 12

ACARA I

IDENTIFIKASI INFORMASI TEPI DAN MOZAIK FOTO UDARA

A. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi informasi tepi foto udara
2. Mahasiswa mampu melakukan mozaik foto udara dari berbagai jenis foto udara secara
manual
3. Mahasiswa mampu menghitung tampalan foto udara
4. Mahasiswa mampu melakukan pengamatan secara sterioskop

B. ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan praktikum meliputi:
1. Foto udara
2. Stereoskop cermin
3. Penggaris
4. Alat Tulis

C. DASAR TEORI
Produk dari penginderaan jauh secara garis besar dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu
citra foto dan non foto. Citra foto disebut juga foto udara yang proses perekamanya
menggunakan kamera dengan wahana pesawat. Sedangkan citra non foto lebih dikenal dengan
citra satelit yang proses perekamannya menggunakan sensor non kamera dengan sistem
penyiaman (scaning) yang menggunakan wahana satelit. Perbedaan karakteristik keduanya
sebagaimana Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Perbedaan antara citra foto dan non foto

Variabel Jenis Citra

pembeda Citra Foto Citra Non Foto


Kamera Non Kamera, mendasarkan atas
Sensor
penyiaman (scanning)

Film Pita Manetik, termistor, foto


Detektor
konduktif, dsb

Proses Fotografi/kimiawi Elektronik


Perekaman

Mekanisme Serentak Parsial


prekaman

Spektrum Spektrum tampak dan Spktral tampak dan perluasannya,


Elektromagnetik perluasannya termal, dan gelombang mikro

WAHANA

OBJEK:

AIR

VEGETASI

AWAN

PERMUKIMAN

Berdasarkan tabel 4.1 tersebut, citra foto proses perekamannya menggunakan sensor
kamera, detektor film (sekarang digital), proses perekaman kimiawi (digital) dengan
mekanisme perekaman serentak dan spektrum elektromagnetik menggunakan spektrum
tampak yang relatif pendek. Citra satelit non foto proses perekaman menggunakan sistem
penyiaman (scanning), detektornya menggunakan pita magnetik, termistor, foto konduktif,
perekaman elektromagnetik, mekanisme perekaman parsial, dan spektrum elektromagnetik
spektral tampak dengan perluasan termal, dan gelombang mikro. Adapun contoh data citra foto
dan non foto dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini.
A B

Gambar 1. Perbedaan produk citra foto (foto udara) dan non foto (citra satelit)

Berdasarkan gambar 1 tersebut, di jelaskan citra foto dengan saluran spektral. Saluran
spektral citra foto lebih sedikit pengembangannya jika dibandingkan dengan citra non foto
yang memiliki lebih dari 3 saluran pola spektral.

1. Sistem Foto Udara

Citra foto/foto udara merupakan produk penginderaan jauh yang menggunakan sensor
kamera dengan detektor film dengan sistem perekaman serentak. Citra foto merupakan
termasuk dalam penginderaan jauh sistem pasif, yang sistem kerjanya tergantung dari tenaga
alami yaitu matahari. Karakteristik citra foto dapat dilihat pada gambar 2 di bawah ini.
Jam terbang

Altimeter

Informasi Tepi
Niveau/level

Panjang Fokus

Tanda Tepi

Gambar 2. Elemen foto udara

Dari gambar 2 tersebut, foto udara terdiri dari beberapa elemen informasi tepi yang
meliputi Jam terbang, altimeter (ketinggian terbang terhadap mean sea levels), Niveau/level
(indikator kedataran pesawat saat pemotretan ), panjang fokus, dan tanda tepi (tanda pada
tengah-tengah sisi atau pojok foto untuk penentuan titik utama foto). Perkembangan teknologi
saat ini telah banyak berkembang dengan kemajuan teknologi kamera, perekaman yang pada
awalnya menggunakan detektor film sudah mulai ditinggalkan dengan sistem foto udara
digital. Perkembangan teknologi ini juga membawa implikasi berkembangnya jasa-jasa
pembuatan foto udara dari ukuran small format (format kecil) sampai ukuran large format
(format besar) yaitu 23cm x 23 cm. Adapun gambaran informasi foto udara digital dapat dilihat
pada gambar 3 berikut ini.
Gambar 3. Foto udara digital dengan keterangan datanya

Gambar 3 tersebut, dijelaskan gambar foto udara digital dengan informasi perekaman
yang meliputi jenis kamera yang digunakan, waktu perekaman, panjang fokus, dan beberapa
parameter lainnya. Berdasarkan karakteristiknya foto udara dapat dibedakan menjadi beberapa
jenis yaitu: Karakteristik foto udara dapat dibedakan atas dasar beberapa karateristik yaitu: 1).
Berdasarkan spektrum elektromagnetiknya, 2). Berdasarkan sumbu kamera, 3). Berdasarkan
jenis kamera, 4). Berdasarkan warna yang digunakan, 5). Berdasarkan sistem wahana yang
digunakan.
1. Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan
a. Foto Udara Ultraviolet
b. Foto ortokromatik
c. Foto udara Pankromatik
d. Foto Udara Inframerah
e. Foto Multispektral
2. Berdasarkan Sumbu Kamera
a) Foto vertikal adalah foto yang dibuat dengan sumbu kamera tegak lurus terhadap
permukaan bumi.
b) Foto condong adalah foto yang dibuat dengan sumbu kamera menyudut terhadap garis
tegak lurus ke permukaan bumi. Foto udara ini dapat dibedakan menjadi: 1) Foto agak
condong yakni bila cakrawala tidak tampak pada foto, 2) Foto sangat condong yakni bila
pada foto tampak cakrawala.
3. Berdasarkan jenis kamera
a) Foto tunggal, yaitu foto yang dibuat dengan kamera tunggal. Tiap daerah liputan
foto hanya tergambar oleh satu lembar foto.
b) Foto jamak, yaitu beberapa foto yang digunakan pada waktu yang sama dan
menggambarkan daerah liputan yang sama.
4. Berdasarkan warna yang digunakan
a) Foto berwarna semu (false color) atau foto inframerah berwarna. Pada foto
berwarna semu, warna objek tidak sama dengan warna foto. Misalnya vegetasi yang
berwarna hijau dan banyak memantulkan spectrum tampak merah, akan tampak
merah pada foto. Terbentuknya foto udara berwarna semu biasanya menggunakan
perpaduan warna lebih dari satu warna dengan komposit spektral diluar saluran
tampak. Berikut ini contoh dari foto inframerah yang menggambarkan objek tidak
sesuai dengan warna aslinya.
b) Foto warna asli (true color), yaitu foto pankromatik berwarna. Foto berwarna
ditentukan oleh tiga warna dasar yaitu merah, Hijau, dan biru. Ketiga warna dasar
tersebut lebih dikenal dengan komposit RGB (red, green, dan blue).
5. Berdasarkan sistem wahana
a) Pesawat Terbang
b) Balon Udara
c) dan wahana lain yang memungkinkan untuk melakukan pemotretan dari atas.
1. MOZAIK FOTO UDARA
Foto udara merupakan salah satu citra foto yang umumnya diambil menggunakan
wahana pesawat terbang. Bentuk wahana lain yang dapat digunakan sebagai bahan foto udara
adalah balon udara, pesawat ulang-alik, satelit, paralayang dan berbagai wahana lainnya.
Dalam teknis perekaman foto udara telah dipertimbangkan beberapa hal yaitu:
1. Bentuk wilayah, bentuk wilayah ini akan menentukan biaya pemotretan. Semakin luas
suatu wilayah jelas biaya yang dikeluarkan akan semakin mahal, karena biaya untuk
operasional juga semakin besar
2. Jalur terbang, dalam pengambilan jalur terbang biasanya diambil jarak yang terpanjang
untuk melakukan perekaman, hal ini untuk memperoleh kestabilan pesawat disaat
pemotretan.
Gambar ….
3. Area yang bertampalan /overlap dan Sidelap, Overlap merupakan daerah yang bertampalan
antara foto satu dengan foto yang laindnya sesuai dengan nomor urutan jalur terbang.
Besarnya tampalan antar foto tersebut umumnya sebesar 60%. Misalnya foto X1 memiliki
informasi yang sama dengan foto X2 sebesar 60%. Tujuan dari tampalan ini adalah untuk
menghindari daerah yang kosong disaat perekaman dikarenakan wahana pesawat terbang
melaju dengan kecepatan yang tinggi. Selain overlay foto udara juga harus sidelap. Sidelap
merupakan pertampalan antara foto udara satu dengan foto udara lain yang ada diatas
maupun dibawah area yang direkam. Sidelap ini terjadi pada jalur terbang yang berbeda
jadi suatu wilayah pada jalur terbang 1 yang telah direkam akan direkam kembali sebesar
25% dari liputan jalur terbang 2. Berikut ini gambaran dari proses Overlap dan Sidelap.
Tujuan dibuatnya sidelap ini adalah untuk menghindari kekosongan foto antara jalur
terbang. Selain tujuan tersebut dibuatnya foto overlap dan sidelap adalah untuk
memperoleh kenampakan 3 dimensi ketika dilihat melalui sterioskop cermin.
Gambar 1. Contoh hasil overlap dan sitelap pada kegiatan pemotretan udara

Gambar 2. Gap akibat perubahan topografi ketika menggunakan tampalan kecil

4. Gangguan perekaman, gangguan ini dapat berupa Drift dan Crab. Drif adalah
perpindahan atau pergeseran lateral pesawat udara dari garis terbang yang
direncanakan, yang disebabkan oleh gerakan angina, kesalahan navigasi atau
penyebab-penyabab yang lain. Hasilnya dapat berupa suatu celah (gab) sebagaimana
gambar 2 diantara foto udara yang berdekatan. Crab merupakan keadaan yang
disebabkan kegagalan mengorientasikan kamera sehubungan dengan garis terbang
yang direncanakan. Pada fotografi udara vertical hal tersebut ditunjukkan oleh tipe-tipe
foto yang tidak sejajar dengan garis basis (lintas terbang antara pusat-pusat foto).
Karena alasan ini lokasi garis terbang yang sebenarnya dan pusat foto mungkin sedikit
berbeda daripada lokasi yang direncanakan.
Gambar 3. Kesalahan akibat drift

Gambar 4. Kesalahan akibat Crab


z

y Variasi skala

x
z

y Rotasi terhadap Rotasi terhadap


sumbu X,Y,Zdan skala
sumbu Z

x kappa

z
Rotasi terhadap
y sumbu X
Rotasi terhadap
sumbu X,Y& Z

x omega

Rotasi terhadap
y sumbu Y
Rotasi terhadap
sumbu X & Y

x phi

2. PANDANGAN STEREOSKOPIS
Untuk mendapatkan informasi baik kualitatif maupun kuantitatif dari potret udara,
interpretasi visual secara stereoskopis merupakan suatu proses yang memegang peranan yang
sangat penting. Interpretasi yang dilakukan secara stereoskopis akan memberikan hasil yang
lebih detail karena adanya kesan keruangan. Sebagaimana diketahui, stereoskopis adalah
fenomena alamiah yang mencakup prinsip-prinsip mekanis dan psikologis. Dengan pandangan
stereoskopis, suatu benda akan dilihat dari sudut-sudut pandang yang berbeda (sudut-sudut
paralaks). Pada potret udara, sudut paralaks dan beda sudut paralaks dinyatakan dengan
paralaks absobut dan paralaks relatif (beda paralaks). Kesan keruangan terjadi karena adanya
perbedaan sudut-sudut paralaks yang dikenal dengan beda paralaks. Secara teknis, untuk
mendapatkan stereoskopis yang baik dan benar, potret udara harus memenuhi beberapa
persyaratan sebagai berikut (Jaya, 1986; Paine, 1981): Skala potret yang berpasangan relatif
sama; Adanya pertampalan (overlap) khususnya pertampalan ke belakang (end lap) dengan
pasangan stereoskopisnya; Orientasi potret harus benar, dimana arah eye base, stereoscopic
base dan photo base harus sejajar antara satu dengan lainnya. Dengan kata lain sumbu
stereoskopis sejajar dengan jalur terbang pesawat pada waktu pemotretan.

Mozaik Foto Udara secara manual


1) Ambilah foto udara
2) Urutkanlah foto udara tersebut sesuai dengan nomor dan jalur terbang
3) Catatlah nomor foto yang telah berurutan
4) Ambilah satu pasang foto udara yang berurutan
5) Ambilah sterioskop cermin dan pasanglah pada posisi pengamatan
6) Letakan foto udara tersebut di bawah sterioskop cermin
7) Amatilah foto udara tersebut dari atas sterioskop sesuai dari tempat yang telah
disediakan
8) Geserlah foto udara tersebut sampai ketemu pandangan 3D
9) Setelah ketemu pandangan 3D, kuncilah posisi foto dengan menggunakan isolasi pada
tepi foto.
10) Tampalkan plastic transparan dan isolasilah tepinya supaya tidak bergeser
11) Ambilah spidol transparan dan lakukanlah deliniasi objek

E. HASIL PRAKTIKUM
1. Tabel Identifikasi Informasi tepi foto udara
2. Skema Persentase Pertampalan foto udara
3. Perhitungan Persentase pertampalan foto udara
F. TUGAS
1. Identifikasilah informasi tepi pada foto udara
2. Buat skema pertampalan foto udara
3. Identifikasi objek yang bertampalan
4. Perhitungan persentase pertampalan foto udara
5. Bagaimanakah kerterkaitan resolusi spasial dan spektral dalam identifikasi objek?
6. Buat laporan praktikum (isi laporan terdiri dari topik praktikum, tujuan, alat dan bahan, dasar
teori, cara kerja, hasil, dan pembahasan hasil, kesimpulan, daftar pustaka).

Anda mungkin juga menyukai