Untuk memperoleh kualitas estimasi yang baik, ada beberapa panduan yang bisa
diterapkan.
Tanggung jawab.
Menggunakan beberapa orang untuk melakukan estimasi.
Kondisi normal.
Unit waktu.
Independensi (ketidakberpihakan).
Ketidakpastian (contingency).
Menambahkan penilaian risiko pada estimasi untuk membantu menghindari kejutan pada
stakeholder.
3. Macam-macam estimasi
Secara garis besar, estimasi bisa dibagi menjadi dua, yaitu estimasi makro dan
estimasi mikro. Estimasi makro (atas-bawah) pada umumnya diperoleh dari seseorang
yang menggunakan pengalaman dan/atau informasi untuk menentukan durasi dan total
biaya proyek. Metode estimasi ini di antaranya metode konsensus, metode rasio, metode
distribusi merata, metode function point, dan metode kurva pembelajaran.
Metode ini paling sering dan cocok digunakan pada tahap awal dari proses
perencanaan dan desain.
Dasar hitungannya adalah biaya per satuan luas dari bangunan sejenis
dikalikan total luas bangunan yang direncanakan.
Harga satuan diperoleh dari proyek sejenis yang telah selesai dibangun,
lebih baik jika dibangun oleh perusahaan sendiri maupun dari buku data yang
dipublikasikan.
Metode ini serupa dengan metode Unit Cost per Square Meter Estimate
tetapi satuan yang digunakan bukan luas melainkan volume. Metode ini cocok
untuk bangunan yang mementingkan volume seperti gudang.
Metode ini dapat digunakan untuk proyek yang memiliki komponen utama
yang dominan misalnya konstruksi pemanas untuk instalasi pembangkit tenaga.
Komponen utama ditentukan sebagai faktor dasar dengan nilai 1,00.
Komponen lain diberi nilai berupa prosentase yang proporsional dari komponen utama tadi.
Estimasi yang biasanya digunakan oleh kontraktor utama adalah detailed estimateatau
yang biasa disebut Rencana Anggaran Biaya (RAB). Estimasi ini disusun estimator secara
terperinci untuk mengajukan penawaran.
Perubahan pekerjaan hampir selalu terjadi selama proses konstruksi berlangsung. Hal
ini disebabkan antara lain keinginan pemilik proyek, kesalahan yang terjadi, kesalahan dan
kelalaian dalam dokumen kontrak, ataupun perubahan kondisi lapangan.
Pada umumnya proyek konstruksi mengikuti sistem pembayaran bertahap dari pemilik
proyek kepada kontraktor. Hal ini disebabkan karena nilai proyek yang sangat besar dan
resiko-resiko yang harus ditanggung oleh masing-masing pihak. Karenanya selama proses
kontruksi berlangsung, manajer proyek perlu membuat progress estimatesebagai dasar
permintaan pembayaran.
Selain itu progress estimate juga dapat digunakan untuk memastikan perkiraan
keuntungan atau kerugian proyek.