Anda di halaman 1dari 89

Tugas Kelompok

Senin /4 Maret 2019

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA


“MODEL PEMBELAJARAN FISIKA SESUAI MATERI SMA”

OLEH:

KELOMPOK 6

CICI DWI TISA HASPEN 18175006

INTAN FADILLA 18175015

NUDIYA RAHMADHANI 18175024

YOSA AULYA PUTRI 18175041

DOSEN PEMBIMBING

Prof. Dr. FESTIYED, M. S

Dr. FATNI MUFIT, M. Si

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya, penulis dapat menyusun tugas ini dengan judul “Model
PEmbelajaran Fisika Sesuai Materi SMA ”.
Dalam penyelesaian makalah ini penulis banyak menemui kendala. Namun
berkat bantuan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu khususnya dosen pembimbing mata kuliah Pengembangan
Model Pembelajaran Fisika, Ibu Prof. Dr. Hj. Festiyed, M.S dan Ibu Dr. Hj. Fatni
Mufit, M.Si.
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca dalam rangka
penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Padang, 4 Maret 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................3
C. Tujuan Penulisan...................................................................................3
D. Manfaat Penulisan.................................................................................3
BAB II KAJIAN TEORI
A. Landasan Pengembangan Model Pembelajaran....................................4
1. Landasan Agama...............................................................................4
2. Landasan Yuridis..............................................................................7
B. Karakteristik Peserta Didik SMA.........................................................8
1. Pengertian dan Ruang Lingkup Anak Usia SMA..............................8
2. Perkembangan Anak Usia SMA......................................................11
C. Hakikat Pembelajaran Fisika...............................................................20
1. Pengertian Pembelajaran.................................................................20
2. Hakekat Ilmu Fisika........................................................................21
3. Pembelajaran Fisika........................................................................29
D. Materi Fisika SMA..............................................................................30
1. Karakteristik Keilmuan Fisika........................................................30
2. Ruang Lingkup Materi Fisika SMA................................................36
3. Karakteristik Belajar Fisika.............................................................43
4. Nilai-Nilai Ilmiah dalam Fisika.......................................................44
5. Prosedur Ilmiah dalam Fisika..........................................................45
6. Kompetensi Mempelajari Fisika.....................................................46
E. Model Pembelajaran Fisika Berdasarkan Kurikulum 2013
Revisi 2016.........................................................................................47
1. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)....................47
2. Model Pembelajaran Discovery Learning.......................................52
3. Model pembelajaran Project Based Learning (PJBL)....................57

ii
4. Model PembelajaranInquiry Based Learning (IBL)........................60
BAB III PEMBAHASAN
A. Matriks Karakteristik Peserta Didik SMA, Karakteristik Fisika
SMA, Model Pembelajaran Fisika SMA.............................................65
B. Analisis Materi Suhu dan Kalor Terhadap Pemilihan Model
Sesuai Anjuran Kurikulum 2013..........................................................72
C. Matriks Analisis Materi Suhu dan Kalor Terhadap Pemilihan Model
Sesuai Anjuran Kurikulum 2013..........................................................74
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................83
B. Saran....................................................................................................83
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................84

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fisika merupakan salah satu cabang ilmu yang mendasari perkembangan
teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam. Perkembangan pesat di
bidang teknologi informasi dan komunikasi ini dipicu oleh temuan di bidang
fisika material melalui penemuan piranti mikroelektronika yang mampu memuat
banyak informasi dengan ukuran sangat kecil. Sebagai ilmu yang mempelajari
fenomena alam, fisika juga memberikan pelajaran yang baik kepada manusia
untuk hidup selaras berdasarkan hukum alam. Pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan serta pengurangan dampak bencana alam tidak akan berjalan secara
optimal tanpa pemahaman yang baik tentang fisika.
Pada jenjang pendidikan SMA, fisika dipandang penting untuk diajarkan
sebagai mata pelajaran tersendiri dengan beberapa pertimbangan. Pertama, selain
memberikan bekal ilmu kepada peserta didik, mata pelajaran Fisika dimaksudkan
sebagai wahana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir yang berguna untuk
memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, mata pelajaran
Fisika perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus yaitu membekali peserta
didik pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan
untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan
ilmu dan teknologi. Pembelajaran Fisika dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk
menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta
berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup.
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian
proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian
2

kompetensi lulusan. Hal ini dapat dilakukan oleh pendidik dengan menggunakan
dan menerapkan model pembelajaran yang bervariasi dalam proses pembelajaran
fisika.
Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang
ada disekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan
kepada tujuan dan proses tersebut melalui berbagai pengalaman. Kegiatan
pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan siswa. Perilaku
mengajar dan perilaku belajar tersebut terkait dengan bahan pembelajaran. Bahan
pembelajaran dapat berupa pengetahuan, nilai-nilai kesusilaan, seni, agama, sikap,
dan keterampilan. Hubungan antara guru, siswa dan bahan ajar bersifat dinamis
dan kompleks. Untuk mencapai keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran,
terdapat beberapa komponen yang dapat menunjang, yaitu komponen tujuan,
komponen materi, komponen strategi belajar mengajar, dan komponen evaluasi.
Masing-masing komponen tersebut saling terkait dan saling mempengaruhi satu
sama lain. Komponen-komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh
guru dalam memilih dan menentukan model-model pembelajaran apa yang akan
digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
Model-model pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip
atau teori sebagai pijakan dalam pengembangannya. Biasanya mempelajari
model-model pembelajaran didasarkan pada teori belajar yang dikelompokan
menjadi empat model pembelajaran. Model tersebut merupakan pola umum
prilaku pembelajaran untuk mencapai kompetensi/tujuan pembelajaran yang
diharapkan. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru
boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efesien untuk mencapai
tujuan pembelajaran.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, rumusan masalah dari
makalah ini adalah:
1. Bagaimana karakteristik perkembangan peserta didik SMA?
2. Bagaimana karakteristik materi Fisika SMA ?
3

3. Bagaimana model pembelajaran yang digunakan sesuai karakteristik materi


Fisika dan karakteristik peserta didik SMA?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui karakteristik perkembangan peserta didik SMA
2. Mengetahui karakteristik materi Fisika SMA
3. Mengetahui model pembelajaran yang digunakan sesuai karakteristik materi
Fisika dan karakteristik peserta didik SMA

D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat dijadikan pengalaman dan bekal ilmu pengetahuan bagi pembaca
khususnya tenaga pendidik
2. Membantu mahasiswa memahami tentang model pembelajaran fisika sesuai
materi SMA.
3. Memenuhi persyaratan untuk mengikuti mata kuliah pengembangan model
pembelajaran fisika program studi pendidikan Fisika Fakultas pascasarjana
Universitas Negeri Padang.
4

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Landasan Agama dan Yudiris


1. Landasan Agama
Pembelajaran menunjukkan kepada suatu proses perubahan perilaku atau
pribadi seseorang. Agar tujuan dari pada pembelajaran tersebut dapat tercapai
dengan baik, seorang pendidik atau guru menciptakan interaksi atau hubungan
timbal balik antara guru dengan peserta didik dalam proses pembelajaran.
Sebelum pembelajaran guru menyiapkan sebuah pola atau acuan kerangka yang
utuh dalam pembelajaran yaitu model pembelajaran. Berkenaan dengan hal
tersebut, Allah SWT telah berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 256 sebagai
berikut.

Artinya : Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya


telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu
barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka
sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang
tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Dari kutipan ayat diatas, telah memberikan inspirasi bahwa pembelajaran
yang berlangsung tidaklah merupakan sebuah paksaan dan dilaksanakan dengan
persiapan yang matang salah satunya dengan memilih model pembelajaran yang
tepat, sehingga peserta didik akan secara sadar dan ikhlas dalam melakukan
proses pembelajarannya. Dan dengan iu, perlulah kiranya menumbuhkan motivasi
yang ada dalam diri peserta didik untuk mau belajar, yang nantinya akan
membuahkan hasil bagi diri mereka sendiri.
5

Demi menarik minat para pembelajar dalam proses pembelajaran, tentunya


diperlukan beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai sarana untuk menarik minat
tersebut. al-Qur’an telah diturunkan dengan gaya bahasa yang semenarik
mungkin, sehingga dapat menjadi perhatian bagi ummat Muhammad saw saat
diturunkannya. Selain itu, Allah SWT berfirman yang terdapat dalam Surat An
Nahl ayat 125:

Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan


pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang
yang mendapat petunjuk.

Dari ayat di atas, telah jelas bahwa seruan dakwah dan proses pembelajaran
dengan hikmah atau perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan
antara yang haq dan yang bathil serta memberikan pelajaran yang baik, atau
dengan memberikan teladan yang baik bagi peserta didik. Selain itu juga
memberikan ruang diskusi untuk saling berargumen, akan tetapi jika terjadi debat
atau perselisihan, maka hendaknya diselesaikan dengan penyelesaian yang baik,
yaitu dengan menggunakan bahasa yang ramah, dan halus. Dengan demikian
pembelajaran yang berlangsung akan menjadi menarik dan terjadi dalam suasana
yang kondusif.
Kemudian di dalam Al-Qur'an dijelaskan bahwa segala sesuatu yang
diperbuat di hari esok, haruslah direncanakan terlebih dahulu. Termasuk
didalamnya guru mempersiapkan perangkat pembelajaran yang mendukung
6

proses berpikir peserta didik. Hal ini terbukti dalam Al-Qur`an surat al Hasyr ayat
18.

Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

Selanjutnya surat Al-Kahf ayat 66 ,

Artinya :
“Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu
mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah
diajarkan kepadamu?".
Dari ayat ini dapat diambil beberapa pokok pemikiran sebagai berikut:
kaitan ayat ini dengan aspek pendidikan bahwa seorang pendidik hendaknya :
- Menuntun anak didiknya. Dalam hal ini menerangkan bahwa peran seorang
guru adalah sebagai fasilitator, tutor, tentor, pendamping dan yang lainnya.
Peran tersebut dilakukan agar anak didiknya sesuai dengan yang diharapkan
oleh bangsa negara dan agamanya.
- Memberi tahu kesulitan-kesulitan yang akan dihadapi dalam menuntut ilmu.
Hal ini perlu, karena zaman akan selalu berubah seiring berjalananya waktu.
Dan kalau kita tidak mengikutinya, maka akan menjadikan anak yang
tertinggal.
7

Mengarahkannya untuk tidak mempelajari sesuatu jika sang pendidik


mengetahui bahwa potensi anak didiknya tidak sesuai dengan bidang ilmu yang
akan dipelajarinya.
2. Landasan Yudiris
Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Nomor
20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa pendidikan nasional berperan mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Selain itu, disebutkan dalam
undang-undang tersebut bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Pasal 1 angka 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
Proses pembelajaran mengacu pada standar proses yang mengacu pada
standar kompetensi lulusan dan standar isidalam Peraturan Pemerintah Nomor 32
Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan. Standar Proses adalah kriteria
mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai
Standar Kompetensi Lulusan. Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi pesertadidik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan
pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses
8

pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi


dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.
Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi maka salah satu
prinsip pembelajaran yang digunakan adalah dari pendekatan tekstual menuju
proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah yaitu
proses pengetahuan yang dimiliki melalui aktivitas mengetahui, memahami,
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, hingga mencipta. Untuk memperkuat
pendekatan ilmiah ini maka sangat disarankan untuk menerapkan pembelajaran
baik individual maupun berkelompok dengan menggunakan model-model
pembelajaran yang mendukung proses ilmiah.

B. Karakteristik Peserta Didik SMA


1. Pengertian dan Ruang Lingkup Anak Usia SMA
Usia siswa SMA secara umum berada pada rentang 15/16-18/19 tahun yang
kerap disebut sebagai usia remaja, dengan hal ini sebelum kita membahas lebih
lanjut mengenai karakteristik siswa SMA atau karakteristik seorang remaja kita
akan bahas terlebih dahulu apa yang sebenarnya dimaksud dengan usia remaja itu.
Berikut merupakan batasan usia remaja menurut para ahli:
a. Menurut Hurlock (1981) remaja adalah mereka yang berada pada usia 12-18
tahun.
b. Monks, dkk (2000) memberi batasan usia remaja adalah 12-21 tahun.
c. Menurut Stanley Hall (dalam Santrock, 2003) usia remaja berada pada rentang
12-23 tahun. Selanjutnya, Remaja adalah masa yang penuh dengan
permasalahan. Statemen ini sudah dikemukakan jauh pada masa lalu yaitu di
awal abad ke-20 oleh Bapak Psikologi Remaja yaitu Stanley Hall. Pendapat
Stanley Hall pada saat itu yaitu bahwa masa remaja merupakan masa badai
dan tekanan (storm and stress) sampai sekarang masih banyak dikutip
orang.
d. Menurut Erickson masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas atau
pencarian identitas diri. Gagasan Erickson ini dikuatkan oleh James Marcia
yang menemukan bahwa ada empat status identitas diri pada remaja yaitu
9

identity diffusion/ confussion, moratorium, foreclosure, dan identity


achieved (Santrock, 2003, Papalia, dkk, 2001, Monks, dkk, 2000, Muss,
1988). Karakteristik remaja yang sedang berproses untuk mencari identitas
diri ini juga sering menimbulkan masalah pada diri remaja.
e. Sunarto (Http://e-learning.Po.Unp.Ac.Id, 1999), menyatakan bahwa masa
remaja adalah upaya menentukan jati dirinya (identitasnya) atau aktualisasi
diri.
Berdasarkan batasan-batasan yang diberikan para ahli, bisa dilihat bahwa
mulainya masa remaja relatif sama akan tetapi berakhirnya masa remaja sangat
bervariasi. Bahkan ada yang dikenal juga dengan istilah remaja yang diperpanjang
dan remaja yang diperpendek. Jadi, masa remaja adalah masa pencarian jati diri
yang dimulai pada rentangan usia 12-23 tahun.
Berikutnya kita akan mulai membahas karakteristik dari remaja. Dari
beberapa pengertian di atas masa remaja merupakan sebuah periode dalam
kehidupan manusia yang batasan usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu
jelas. Masa remaja ini sering dianggap sebagai masa peralihan, dimana saat-saat
ketika anak tidak mau lagi diperlakukan sebagai anak-anak, tetapi dilihat dari
pertumbuhan fisiknya ia belum dapat dikatakan orang dewasa.
Fase-fase masa remaja menurut Monks dkk. (2004) dibatasi antara usia 12-
21 tahun, dengan pembagian 12-15 tahun termasuk masa remaja awal, 15-18
tahun termasuk masa remaja pertengahan, 18-21 tahun termasuk masa remaja
akhir. Karakteristik yang menonjol pada anak usia sekolah menengah adalah
sebagai berikut:
a. Adanya kekurangseimbangan proporsi tinggi dan berat badan.
b. Mulai timbulnya ciri-ciri sekunder.
c. Timbulnya keinginan untuk mempelajari dan menggunakan bahasa asing.
d. Kecenderungan ambivalensi antara keinginan menyendiri dengan keinginan
bergaul dengan orang banyak serta antara keinginan untuk bebas dari
dominasi dengan kebutuhan bimbingan dan bantuan dari orang tua.
e. Senang membandingkan kaidah-kaidah, nilai-nilai etika, atau norma dengan
kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa.
10

f. Mulai mempertanyakan secara skeptis mengenai eksistensi (keberadaan) dan


sifat kemurahan dan keadilan Tuhan.
g. Reaksi dan ekspresi emosi masih labil.
h. Kepribadiannya sudah menunjukkan pola tetapi belum terpadu.
i. Kecenderungan minat dan pilihan karier sudah relatif lebih jelas.
Karakteristik-karakteristik tersebut akan mendatangkan implikasi bagi
kehidupannya, salah satu implikasi dari karakteristik siswa SMA tersebut
terhadap pendidikan adalah sebagai berikut:
a. Remaja memerlukan orang yang dapat membantunya mengatasi kesukaran
yang dihadapi.
b. Pribadi pendidik (sebagai pendukung nilai) berpengaruh langsung terhadap
perkembangan pendirian hidup remaja. Karena itu, segala sikap dan perilaku
pendidik harus dapat dipertanggungjawabkan dari segi pendidikan.
c. Pendidik hendaknya:
1) Berdiri ’di samping’ mereka, tidak di depannya melalui dikte dan instruksi,
2) Menunjukkan simpati bukan otoritas, sehingga dapat memperoleh
kepercayaan dari remaja dan memberinya mereka bimbingan; serta
3) Menanamkan semangat patriotik dan semangat luhur lainnya karena ini
memang masanya.
Pada dasarnya, keseluruhan ciri umum tersebut lebih bersifat konseptual.
Kenyataan menunjukkan bahwa setiap anak baik yang berjenis kelamin sama
ataupun berbeda, menghayati masa remajanya dengan cara yang tidak persis
sama. Kajian terhadap perkembangan peserta didik usia PMU menunjukkan
bahwa secara biologis, didaktis, dan psikologis, mereka berada dalam periode
berikut (Hunkins, 1980; Hamachek, 1990; Santrock, 1994; Suryabrata, 2002;
Sukmadinata, 2004; Desmita, 2005).
Menurut Hunkins (1980), siswa SMA cenderung berkarakteristik berikut:
a. Secara fisik:
1) umumnya individu telah mempunyai kematangan yang lengkap;
2) individu-individu ini kian menyerupai orang dewasa: tulang-tulang tumbuh
kian lengkap, dan sosoknya kian tinggi; serta
3) meningkatnya energi gerak pada setiap individu.
b. Secara mental:
11

1) individu dilanda kerisauan untuk menemukan jati diri dan tujuan hidup
mereka;
2) keadaan mental remaja itu terus berlanjut dan untuk berusaha keras suntuk
menjadi mandiri;
3) dalam melepaskan ketergantungan dari orang dewasa, pelbagai individu ini
kerap memperlihatkan perubahan mood yang ekstrem, dari yang kooperatif
hingga yang suka memberontak;
4) kendali untuk dapat diterima lingkungan masih kuat, dan individu-individu itu
sangat memperhatikan popularitas, terutama bagi kalangan yang berbeda
kelamin; serta
5) berbagai individu kerap mengalami beberapa masalah dengan membuat
penilaian sendiri.
2. Perkembangan Anak Usia SMA
Menurut ilmu psikologi yang dimaksud dengan perkembangan adalah
perkembangan manusia sebagai pribadi. Perkembangan pribadi manusia ini
berlangsung sejak konsepsi sampai mati. Perkembangan yang dimaksud adalah
proses tertentu yaitu proses yang terus menerus, dan proses yang menuju ke depan
dan tidak begitu saja dapat diulang kembali. Istilah “perkembangan“ secara
khusus diartikan sebagai perubahan-perubahan yang bersifat kualitatif dan
kuantitatif yang menyangkut aspek-aspek mental psikologis manusia.
Bagi sebagian besar individu yang baru beranjak dewasa bahkan yang sudah
melewati usia dewasa remaja adalah waktu yang paling berkesan dalam hidup
mereka. Kenangan terhadap saat remaja merupakan kenangan yang tidak mudah
dilupakan, sebaik atau seburuk apapun saat itu. Sementara banyak orangtua yang
memiliki anak berusia remaja merasakan bahwa usia remaja adalah waktu yang
sulit. Banyak konflik yang dihadapi oleh orangtua dan remaja itu sendiri. Banyak
orangtua yang tetap menganggap anak remaja mereka masih perlu dilindungi
dengan ketat sebab di mata orangtua, para anak remaja mereka masih belum siap
menghadapi tantangan dunia orang dewasa. Sebaliknya, bagi para remaja,
tuntutan internal membawa mereka pada keinginan untuk mencari jati diri yang
mandiri dari pengaruh orangtua. Keduanya memiliki kesamaan yang jelas yakni
12

remaja adalah waktu yang kritis sebelum menghadapi hidup sebagai orang
dewasa.
Dalam kehidupan anak terdapat dua proses yang terjadi secara kontinue,
yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Kedua proses ini berlangsung secara
interdependent, saling bergantung satu sama lainnya dan tidak dapat dipisahkan
(tidak bisa berdiri sendiri), akan tetapi dapat dibedakan (Kartono, K., 1979).
Pertumbuhan dimaksudkan untuk menunjukkan bertambah besarnya ukuran
badan dan fungsi fisik yang murni. Perubahan ukuran akibat bertambah
banyaknya atau bertambah besarnya sel (Edwina, 2004) Misalnya bertambahnya
tinggi badan, bertambahnya berat badan, otot-otot tubuh bertambah pesat (kekar).
Perkembangan menunjukkan suatu proses tertentu yaitu proses yang menuju
kedepan dan tidak dapat diulang kembali. Dalam perkembangan manusia terjadi
perubahan-perubahan yang sedikit banyak bersifat tetap dan tidak dapat diulangi.
Perkembangan menunjukkan pada perubahan-perubahan dalam suatu arah yang
bersifat tetap dan maju (Ahmadi, A., 1991), begitu pula dengan perkembangan
karakteristik remaja terutama siswa SMA. Berikut merupakan perkembangan
karakteristik dari siswa SMA:
a. Perkembangan Karakteristik Berupa Perkembangan Fisik
Pada masa remaja, pertumbuhan fisik mengalami perubahan lebih cepat
dibandingkan dengan masa anak-anak dan masa dewasa. Pada fase ini remaja
memerlukan asupan gizi yang lebih, agar pertumbuhan bisa berjalan secara
optimal. Perkembangan fisik remaja jelas terlihat pada tungkai dan tangan, tulang
kaki dan tangan, serta otot-otot tubuh berkembang pesat.
b. Perkembangan Karakteristik Seksual
Terdapat perbedaan tanda-tanda dalam perkembangan seksual pada remaja.
Tanda-tanda perkembangan seksual pada anak laki-laki diantaranya alat
reproduksi spermanya mulai berproduksi, ia mengalami masa mimpi yang
pertama, yang tanpa sadar mengeluarkan sperma. Sedangkan pada anak
perempuan, bila rahimnya sudah bisa dibuahi karena ia sudah mendapatkan
menstruasi yang pertama.
13

Terdapat ciri lain pada anak laki-laki maupun perempuan. Pada laki-laki
pada lehernya menonjol buah jakun yang bisa membuat nada suaranya pecah;
didaerah wajah, ketiak, dan di sekitar kemaluannya mulai tumbuh bulu-bulu atau
rambut; kulit menjadi lebih kasar, tidak jernih, warnanya pucat dan pori-porinya
meluas. Pada anak perempuan, diwajahnya mulai tumbuh jerawat, hal ini
dikarenakan produksi hormon dalam tubuhnya meningkat. Pinggul membesar
bertambah lebar dan bulat akibat dari membesarnya tulang pinggul dan
berkembangnya lemak bawah kulit. Payudara membesar dan rambut tumbuh di
daerah ketiak dan sekitar kemaluan. Suara menjadi lebih penuh dan merdu.
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan
menstruasi pertama pada remaja putri ataupun perubahan suara pada remaja putra,
secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan
seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi. Pada masa
pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis hormon
(gonadotrophins atau gonadotrophic hormones) yang berhubungan dengan
pertumbuhan, yaitu: Follicle-Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing
Hormone (LH).
Pada anak perempuan kedua hormon tersebut merangsang pertumbuhan
estrogen dan progesterone: dua jenis hormon kewanitaan. Pada anak lelaki,
Luteinizing Hormone yang juga dinamakan Interstitial-Cell Stimulating Hormone
(ICSH) merangsang pertumbuhan testosterone. Pertumbuhan secara cepat dari
hormon-hormon tersebut di atas merubah sistem biologis seorang anak. Anak
perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem
reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara
mulai berkembang, dll. Anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam
suara, otot, dan fisik lainnya yang berhubungan dengan tumbuhnya hormon
testosterone. Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat sejak awal pubertas
dan akan membawa mereka pada dunia remaja.
c. Perkembangan Karakteristik Berpikir
Hal ini menyangkut tentang hubungan sebab akibat. Remaja sudah mulai
berfikir kritis sehingga ia akan melawan bila orang tua, guru, lingkungan, masih
14

menganggapnya sebagai anak kecil. Mereka tidak akan terima jika dilarang
melakukan sesuatu oleh orang yang lebih tua tanpa diberikan penjelasan yang
logis. Misalnya, remaja makan didepan pintu, kemudian orang tua melarangnya
sambil berkata “pantang”. Sebagai remaja mereka akan menanyakan mengapa hal
itu tidak boleh dilakukan dan jika orang tua tidak bisa memberikan jawaban yang
memuaskan maka dia akan tetap melakukannya. Apabila guru/pendidik dan
oarang tua tidak memahami cara berfikir remaja, akibatnya akan menimbulkan
kenakalan remaja berupa perkelahian antar pelajar.
Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli
perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap
pertumbuhan operasi formal (period of formal operations). Pada periode ini,
idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan
masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja
berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat
membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat
atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang
sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja
tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses
informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka
juga mampu mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang untuk
ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan.
Dengan kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu mengadaptasikan
diri dengan lingkungan sekitar mereka.
Pada kenyataan, di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) masih
sangat banyak remaja (bahkan orang dewasa) yang belum mampu sepenuhnya
mencapai tahap perkembangan kognitif operasional formal ini. Sebagian masih
tertinggal pada tahap perkembangan sebelumnya, yaitu operasional konkrit,
dimana pola pikir yang digunakan masih sangat sederhana dan belum mampu
melihat masalah dari berbagai dimensi.
Hal ini bisa saja diakibatkan sistem pendidikan di Indonesia yang tidak
banyak menggunakan metode belajar-mengajar satu arah (ceramah) dan
15

kurangnya perhatian pada pengembangan cara berpikir anak. penyebab lainnya


bisa juga diakibatkan oleh pola asuh orangtua yang cenderung masih
memperlakukan remaja sebagai anak-anak, sehingga anak tidak memiliki
keleluasan dalam memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan usia dan
mentalnya. Semestinya, seorang remaja sudah harus mampu mencapai tahap
pemikiran abstrak supaya saat mereka lulus sekolah menengah, sudah terbiasa
berpikir kritis dan mampu untuk menganalisis masalah dan mencari solusi terbaik.
d. Perkembangan Karakteristik Emosi Yang Cenderung Meluap-Meluap
Emosi pada remaja masih labil, karena erat hubungannya dengan keadaan
hormon. Mereka belum bisa mengontrol emosi dengan baik. Dalam satu waktu
mereka akan kelihatan sangat senang sekali tetapi mereka tiba-tiba langsung bisa
menjadi sedih atau marah. Contohnya pada remaja yang baru putus cinta atau
remaja yang tersinggung perasaannya. Emosi remaja lebih kuat dan lebih
menguasai diri mereka daripada pikiran yang realistis. Saat melakukan sesuatu
mereka hanya menuruti ego dalam diri tanpa memikirkan resiko yang akan terjadi.
e. Perkembangan Karakteristik Dalam Kehidupan Sosialnya
Sebagai makhluk sosial, individu dituntut untuk mampu mengatasi segala
permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sosial
dan mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku.
Oleh karena itu setiap individu dituntut untuk menguasai ketrampilan-ketrampilan
sosial dan kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitarnya.
Ketrampilan-ketrampilan tersebut biasanya disebut sebagai aspek psikososial.
Ketrampilan tersebut harus mulai dikembangkan sejak masih anak-anak, misalnya
dengan memberikan waktu yang cukup buat anak-anak untuk bermain atau
bercanda dengan teman-teman sebaya, memberikan tugas dan tanggungjawab
sesuai perkembangan anak, dsb. Dengan mengembangkan ketrampilan tersebut
sejak dini maka akan memudahkan anak dalam memenuhi tugas-tugas
perkembangan berikutnya sehingga ia dapat berkembang secara normal dan sehat.
Keterampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri menjadi semakin
penting manakala anak sudah menginjak masa remaja. Hal ini disebabkan karena
pada masa remaja individu sudah memasuki dunia pergaulan yang lebih luas
16

dimana pengaruh teman-teman dan lingkungan sosial akan sangat menentukan.


Kegagalan remaja dalam menguasai ketrampilan-ketrampilan sosial akan
menyebabkan dia sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya sehingga
dapat menyebabkan rasa rendah diri, dikucilkan dari pergaulan, cenderung
berperilaku yang kurang normatif (misalnya asosial ataupun anti sosial), dan
bahkan dalam perkembangan yang lebih ekstrim bisa menyebabkan terjadinya
gangguan jiwa, kenakalan remaja, tindakan kriminal, tindakan kekerasan, dsb.
Berdasarkan kondisi tersebut diatas maka amatlah penting bagi remaja
untuk dapat mengembangkan ketrampilan-ketrampilan sosial dan kemampuan
untuk menyesuaikan diri. Permasalahannya adalah bagaimana cara melakukan hal
tersebut dan aspek-aspek apa saja yang harus diperhatikan. Salah satu tugas
perkembangan yang harus dikuasai remaja yang berada dalam fase perkembangan
masa remaja madya dan remaja akhir adalah memiliki ketrampilan sosial (sosial
skill) untuk dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari. Ketrampilan-
ketrampilan sosial tersebut meliputi kemampuan berkomunikasi, menjalin
hubungan dengan orang lain, menghargai diri sendiri & orang lain, mendengarkan
pendapat atau keluhan dari orang lain, memberi atau menerima feedback,
memberi atau menerima kritik, bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku,
dan sebagainya.
Apabila keterampilan sosial dapat dikuasai oleh remaja pada fase tersebut
maka ia akan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Hal ini
berarti pula bahwa sang remaja tersebut mampu mengembangkan aspek
psikososial dengan maksimal. Jadi tidak mengherankan jika pada masa ini remaja
mulai mencari perhatian dari ingkungannya dan berusaha mendapatkan status atau
peranan, misalnya mengikuti kegiatan remaja dikampung dan dia diberi peranan
dimana dia bisa menjalankan peranan itu dengan baik. Sebaliknya jika remaja
tidak diberi peranan, dia akan melakukan perbuatan untuk menarik perhatian
lingkungan sekitar dan biasanya cenderung ke arah perilaku negatif.
Salah satu pola hubungan sosial remaja diwujudkan dengan membentuk satu
kelompok. Remaja dalam kehidupan sosial sangat tertarik pada kelompok
sebayanya sehingga tidak jarang orang tua dinomorduakan, sedangkan
17

kelompoknya dinomorsatukan. Contohnya, apabila seorang remaja dihadapkan


pada suatu pilihan untuk mengikuti acara keluarga dan berkumpul dengan teman-
teman, maka dia akan lebih memilih untuk pergi dengan teman-teman. Pola
hubungan sosial remaja lain adalah dimulainya rasa tertarik pada lawan jenisnya
dan mulai mengenal istilah pacaran. Jika dalam hal ini orang tua kurang mengerti
dan melarangnya maka akan menimbulkan masalah sehingga remaja cenderung
akan bersikap tertutup pada orang tua mereka. Anak perempuan secara biologis
dan karakter lebih cepat matang daripada anak laki-laki.
f. Perkembangan Karakteristik Moral
Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya
mengenai berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar
bagi pembentukan nilai diri mereka. Elliot Turiel (1978) menyatakan bahwa para
remaja mulai membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi masalah-masalah
populer yang berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya: politik,
kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dan sebagainya. Remaja tidak lagi
menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana, dan absolut yang diberikan pada
mereka selama ini tanpa bantahan. Remaja mulai mempertanyakan keabsahan
pemikiran yang ada dan mempertimbangan lebih banyak alternatif lainnya.
Secara kritis, remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan
membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan ditanamkan
kepadanya. Sebagian besar para remaja mulai melihat adanya “kenyataan” lain di
luar dari yang selama ini diketahui dan dipercayainya. Ia akan melihat bahwa ada
banyak aspek dalam melihat hidup dan beragam jenis pemikiran yang
lain.Baginya dunia menjadi lebih luas dan seringkali membingungkan, terutama
jika ia terbiasa dididik dalam suatu lingkungan tertentu saja selama masa kanak-
kanak.
Kemampuan berpikir dalam dimensi moral (moral reasoning) pada remaja
berkembang karena mereka mulai melihat adanya kejanggalan dan
ketidakseimbangan antara yang mereka percayai dahulu dengan kenyataan yang
ada di sekitarnya. Mereka lalu merasa perlu mempertanyakan dan merekonstruksi
pola pikir dengan “kenyataan” yang baru. Perubahan inilah yang seringkali
18

mendasari sikap “pemberontakan” remaja terhadap peraturan atau otoritas yang


selama ini diterima bulat-bulat. Misalnya, jika sejak kecil pada seorang anak
diterapkan sebuah nilai moral yang mengatakan bahwa korupsi itu tidak baik.
Pada masa remaja ia akan mempertanyakan mengapa dunia sekelilingnya
membiarkan korupsi itu tumbuh subur bahkan sangat mungkin korupsi itu dinilai
baik dalam suatu kondisi tertentu. Hal ini tentu saja akan menimbulkan konflik
nilai bagi sang remaja. Konflik nilai dalam diri remaja ini lambat laun akan
menjadi sebuah masalah besar, jika remaja tidak menemukan jalan keluarnya.
Kemungkinan remaja untuk tidak lagi mempercayai nilai-nilai yang ditanamkan
oleh orangtua atau pendidik sejak masa kanak-kanak akan sangat besar jika
orangtua atau pendidik tidak mampu memberikan penjelasan yang logis, apalagi
jika lingkungan sekitarnya tidak mendukung penerapan nilai-nilai tersebut.
Peranan orangtua atau pendidik amatlah besar dalam memberikan alternatif
jawaban dari hal-hal yang dipertanyakan oleh putra-putri remajanya. Orangtua
yang bijak akan memberikan lebih dari satu jawaban dan alternatif supaya remaja
itu bisa berpikir lebih jauh dan memilih yang terbaik. Orangtua yang tidak mampu
memberikan penjelasan dengan bijak dan bersikap kaku akan membuat sang
remaja tambah bingung. Remaja tersebut akan mencari jawaban di luar lingkaran
orangtua dan nilai yang dianutnya. Ini bisa menjadi berbahaya jika “lingkungan
baru” memberi jawaban yang tidak diinginkan atau bertentangan dengan yang
diberikan oleh orangtua. Konflik dengan orangtua mungkin akan mulai menajam.
g. Perkembangan Karakteristik Kepribadian
Secara umum penampilan sering diindentikkan dengan manifestasi dari
kepribadian seseorang, namun sebenarnya tidak. Karena apa yang tampil tidak
selalu mengambarkan pribadi yang sebenarnya (bukan aku yang sebenarnya).
Dalam hal ini amatlah penting bagi remaja untuk tidak menilai seseorang
berdasarkan penampilan semata, sehingga orang yang memiliki penampilan tidak
menarik cenderung dikucilkan. Disinilah pentingnya orangtua memberikan
penanaman nilai-nilai yang menghargai harkat dan martabat orang lain tanpa
mendasarkan pada hal-hal fisik seperti materi atau penampilan.
19

Dalam pertumbuhan dan perkembangannya, manusia mempunyai


kebutuhan-kebutuhan. Selama di SMA, seluruh aspek perkembangan manusia
yaitu psikomotor, kognitif, dan afektif mengalami perubahan yang luar biasa.
Siswa SMA mengalami masa remaja, satu periode perkembangan sebagai transisi
dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Anak dipandang sebagai salah satu
sumber untuk menentukan apa yang akan dijadikan bahan pelajaran. Anak
bukanlah hanya sekedar versi yang lebih kecil dari orang dewasa. Anak memiliki
kemampuan dan kebutuhan yang sangat khusus. Untuk itu perlu dipelajari
bagaimana anak tumbuh, berkembang dan belajar, apa kebutuhan dan apa
minatnya. Proses berkembang ini dibagi atas fase-fase tertentu. Dengan
mengetahui tugas-tugas perkembangan pada fase tertentu, memberikan informasi
dan landasan dalam menentukan alternatif model latihan yang cocok agar
kemampuan anak dapat dikembangkan seoptimal mungkin. Perkembangan aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor siswa SMA dijelaskan sebagai berikut.
a. Perkembangan Aspek Psikomotorik
Wuest dan Lombardo (Arma dan Agusmanaji, 1994) menyatakan bahwa
perkembangan aspek psikomotor seusia siswa SMA ditandai dengan perubahan
jasmani dan fisiologis secara luar biasa. Salah satu perubahan luar biasa tersebut
adalah pertumbuhan tinggi badan dan berat badan. Pada usia 15-17 tahun atau
lebih cepat dan lebih lambat dari itu, siswa mengalami pertumbuhan cepat. Tulang
rangka mengalami perubahan semakin keras. Bagian tubuh mengalami
pertumbuhan dan pematangan pada kecepatan yang berbeda, sehingga proporsi
antar-anggota tubuh kelihatan tidak sempurna. Kondisi ini menyebabkan remaja
mengeluh bahwa tubuhnya terlalu gemuk, sehingga terkadang menjadi kendala
partisipasinya dalam aktivitas jasmani.
b. Perkembangan Aspek Kognitif
Wuest dan Lombardo (Arma dan Agusmanaji, 1994) menyatakan
perkembangan kognitif pada siswa SMA meliputi peningkatan fungsi intelektual,
kapasitas memori dan bahasa, dan pemikiran konseptual. Siswa mengalami
peningkatan kemampuan mengekspresikan diri, kemampuan memecahkan
masalah dan membuat keputusan akan meningkat.
20

c. Perkembangan Aspek Afektif


Wuest dan Lombardo (Arma dan Agusmanaji, 1994) menyatakan
perkembangan afektif siswa SMA mencakup proses belajarperilaku. Pihak yang
berpengaruh dalam proses sosialisasi remaja adalah keluarga, sekolah dan teman
sebaya. Dari ketiganya pihak yang sangat berpengaruh adalah teman sebaya.
Siswa juga mengalami kondisi egosentris, yaitu kondisi yang hanya
mementingkan pendapatnya sendiri dan mengabaikan pandangan orang lain.
Remaja menghabiskan waktu memikirkan penampilan, tindakan, perasaan dan
perhatian. Siswa mengalami perubahan persepsi atas kemampuan dan keyakinan
yang kuat bahwa ia mampu mengerjakan sesuatu, sehingga timbul rasa percaya
diri.

C. Hakikat Pembelajaran Fisika


1. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara pendidik dan peserta
didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan
bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu
pengetahuan, penguasaan kemahiran dan pembentukan sikap dan kepercayaan
pada peserta didik. Menurut Mulyasa (2009:255) “Pembelajaran pada hakikatnya
adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya, sehingga terjadi
perubahan perilaku ke arah yang lebih baik baik”. Dalam proses pembelajaran
terjadi interaksi yang bermakna berupa pemberian informasi antara peserta didik
dengan peserta didik lain dan antara peserta didik dengan pendidik. Dari proses
interaksi tersebut diharapkan peserta didik mengalami perubahan perilaku ke arah
yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses
untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Menurut permendiknas nomor 69 (2013:2) karakteristik dari pembelajaran
adalah sebagai berikut:
a. Pembelajaran berpusat pada siswa.
b. Pembelajaran berbentuk pola pembelajaran interaktif, aktif, dan kritis.
21

c. Sistem pembelajaran jejaring dimana siswa dapat menimba ilmu darimana saja
dan dari siapa saja.
d. Pembelajaran dengan ilmu pengetahuan jamak
e. Pembelajaran didasarkan pada kebutuhan dengan mengembangkan potensi
khusus yang dimiliki oleh siswa
f. Pola pembelajaran berbasis alat media
Dari uraian dapat dijelaskan bahwa pembelajaran yang dianjurkan oleh
kurikulum 2013 adalah pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.
Pembelajaran yang dilakukan adalah pembelajaran interaktif dan peserta didik
aktif serta kritis dalam mengikuti pembelajaran. Adapun materi pelajaran yang
diberikan didasarkan pada kebutuhan dengan mengembangkan potensi khusus
yang dimiliki oleh peserta didik.
2. Hakikat Ilmu Fisika
Fisika (bahasa Yunani: (physikos), “alamiah”, dan (physis), “alam”) adalah
sains atau ilmu tentang alam dalam makna yang terluas. Fisika mempelajari gejala
alam yang tidak hidup atau materi dalam lingkup ruang dan waktu. Fisika sebagai
ilmu pengetahuan telah berkembang sejak awal abad ke 14 yang lalu. Fisika
tercakup dalam kelompok ilmu-ilmu alam (natural sciences) atau secara singkat
disebut science. Dalam bahasa Indonesia istilah science ini diterjemahkan menjadi
sains atau ilmu pengetahuan alam. Sains merupakan salah satu bentuk ilmu. Oleh
karena itu, ruang lingkup kajiannya juga terbatas hanya pada dunia empiris, yakni
hal-hal yang terjangkau oleh pengalaman manusia. Alam dunia menjadi objek
telaah fisika ini sebenarnya tersusun atas kumpulan benda-benda dan peristiwa–
peristiwa yang satu dengan yang lainnya terkait dengan sangat kompleks.
Pada hakikatnya, ilmu fisika merupakan sebuah kumpulan pengetahuan atau
jalan berfikir dan cara untuk penyelidikan. Hakekat fisika adalah sebagai produk
(“a body of knowledge”), fisika sebagai sikap (“a way of thinking”), dan fisika
sebagai proses (“a way of investigating”). Hakikat fisika dapat digambarkan pada
Gambar 1 berikut.
22

Gambar 1. Hakikat Fisika (Sutrisno,2006)


Dalam penerapan ilmu fisika harus memperhatikan hakikat ilmu fisika
sebagai berikut.
a. Fisika Sebagai Produk
Dalam rangka pemenuhan kebutuhan manusia, terjadi interaksi antara
manusia dan lingkungannya. Interaksi itu memberikan pembelajaran kepada
manusia sehingga menemukan pengalaman yang semakin menambah pengetahuan
dan kemampuannya serta berubah perilakunya. Dalam wacana ilmiah, hasil-hasil
penemuan dari berbagai kegiatan penyelidikan yang kreatif dari para ilmuan di
inventarisasi, dikumpulkan dan disusun secara sistematis menjadi sebuah
kumpulan pengetahuan yang kemuadian disebut sebagai produk atau a body of
knowledge. Pengelompokan hasil-hasil penemuan itu menurut bidang kajian yang
sejenis menghasilkan ilmu pengetahuan yang kemudian disebut sebagai fisika,
kimia, dan biologi. Untuk fisika, kumpulan pengetahuan itu dapat berupa fakta,
konsep, prinsip, hukum, rumus, teori dan model seperti terlihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Fisika Sebagai Produk (Sutrisno, 2006)


1) Fakta
23

Fakta adalah keadaan atau kenyataan yang sesungguhnya dari segala


peristiwa yang terjadi di alam. Fakta merupakan dasar bagi konsep, prinsip,
hukum, teori atau model. Sebaliknya kita juga dapat menyatakan bahwa, konsep,
prinsip, hukum, teori, dan model keberadaannya adalah untuk menjelaskan dan
memahami fakta.
2) Konsep
Konsep adalah abstraksi dari berbagai kejadian, objek, fenomena dan fakta.
Konsep memiliki sifat-sifat dan atribut-atribut tertentu. Menurut Bruner,
Goodnow dan Austin (collette dan chiappetta : 1994) dalam Sutrisno (2006)
konsep memiliki lima elemen atau unsur penting yaitu nama, definisi, atribut,
nilai (value), dan contoh. Yang dimaksud dengan atribut itu misalnya adalah
warna, ukuran, bentuk, bau, dan sebagainya. Sesuai dengan perkembangan
intelektual anak, keabstrakan dari setiap konsep adalah berbeda bagi setiap anak.
Menurut Herron dan kawan-kawan (dalam Collette dan Chiappetta 1994), konsep
fisika dapat dibedakan atas konsep yang baik contoh maupun atributnya dapat
diamati, konsep yang contohnya dapat diamati tetapi atributnya tidak dapat
diamati, dan konsep yang baik contoh maupun atributnya tidak dapat diamati.
3) Prinsip dan hukum
Istilah prinsip dan hukum sering sering digunakan secara bergantian karena
dianggap sebagai sinonim. Prinsip dan hukum dibentuk oleh fakta atau fakta-
fakta dan konsep atau konsep-konsep. Ini sangat perlu dipahami bahwa, hukum
dan prinsip fisika tidaklah mengatur kejadian alam (fakta), melainkan kejadian
alam (fakta) yang dijelaskan keberadaannya oleh prinsip dan atau hukum.
4) Rumus
Rumus adalah pernyataan matematis dari suatu fakta, konsep, prinsip,
hukum, dan teori. Dalam rumus kita dapat melihat saling keterkaitan antara
konsep-konsep dan variable-variabel. Pada umumnya prinsip dan hukum dapat
dinyatakan secara matematis.
5) Teori
Teori disusun untuk menjelaskan sesuatu yang tersembunyi atau tidak dapat
langsung diamati, misalnya teori atom, teori kinetik gas, teori relativitas. Teori
24

tetaplah teori tidak mungkin menjadi hukum atau fakta. Teo bersifat tentatif
sampai terbukti tidak benar dan diperbaiki. Hawking (1988) yang dikutip oleh
Collette dan Chiappetta (1994) dalam Sutrisno (2006) menyatakan bahwa “kita
tidak dapat membuktikan kebenaran suatu teori meskipun banyak hasil
eksperimen mendukung teori tersebut, karena kita tidak pernah yakin bahwa pada
waktu yang akan dating hasilnya tidak akan kontradiksi dengan teori tersebut,
sedangkan kita dapat membuktikan ketidakbenaran suatu teori cukup dengan
hanya satu bukti yang menyimpang.Jadi, teori memiliki fungsi yang berbeda
dengan fakta, konsep maupun hukum”
6) Model
Model adalah sebuah presentasi yang dibuat untuk sesuatu yang tidak dapat
dilihat.. Model sabgat berguna untuk membantu memahami suatu fenomena alam,
juga berguna untuk membantu memahami suatu teori. Sebagai contoh, model
atom Bohr membantu untuk memahami teori atom.
b. Fisika Sebagai Proses
Fisika sebagai proses atau juga disebut sebagai a way of investigating
memberikan gambaran mengenai bagaimana ilmuwan bekerja melakukan
penemuan-penemuan. Fisika sebagai proses memberikan gambaran mengenai
pendekatan yang digunakan untuk menyusun pengetahuan. Dalam fisika dikenal
banyak metoda yang menunjukkan usaha manusia untuk menyelesaikan masalah.
Para ilmuwan astronomi misalnya, menyusun pengetahuan mengenai astronomi
dengan berdasarkan kepada observasi dan prediksi. Ilmuwan lain banyak yang
menyusun pengetahuan dengan berdasarkan kepada kegiatan laboratorium atau
eksperimen yang terfokus pada hubungan sebab akibat. Sampai pada tahap ini
kiranya cukup jelas bahwa, untuk memahami fenomena alam dan hukum-hukum
yang berlaku, perlu dipelajari objek-objek dan kejadian-kejadian di alam itu.
Objek-objek dan kejadian-kejadian alam itu harus diselidiki dengan
melakukan eksperimen dan observasi serta dicari penjelasannya melalui proses
pemikiran untuk mendapatkan alasan dan argumentasinya. Jadi pemahaman fisika
sebagai proses adalah pemahaman mengenai bagaimana informasi ilmiah dalam
fisika diperoleh, diuji, dan divalidasikan. Dari uraian di atas kiranya dapat
disimpulkan bahwa pemahaman fisika sebagai proses sangat berkaitan dengan
25

kata-kata kunci fenomena, dugaan, pengamatan, pengukuran, penyelidikan, dan


publikasi. Pembelajaran yang merupakan tugas guru termasuk ke dalam bagian
mempublikasikan itu. Dengan demikian pembelajaran fisika sebagai proses
hendaknya berhasil mengembangkan keterampilan proses sain pada diri siswa.
Jenis keterampilan proses yang dimaksud adalah seperti yang terdapat dalam
Gambar 3 berikut ini.

Gambar 3. Fisika Sebagai Proses (Sutrisno, 2006)


Indikator dari setiap keterampilan proses pada gambar 3 di atas, adalah
seperti yang tercantum dalam Tabel 1 di bawah ini (Sutrisno,2006).
Tabel 1. Indikator Keterampilan Proses
KPS Indikator KPS
Mengamati  Menggunakan alat indera yang sesuai.
(observasi)  Memberi penjelasan apa yang diamati.
 Memilih bentuk pengamatan yang sesuai.
 Mencatat persamaan, perbedaan, keteraturan.
 Membandingkan (lebih banyak)
 Membuat pengamatan dalam perioda tertentu.
 Mencatat pengecualian/atau hal yg tak
diharapkan.
 Menjelaskan suatu pola.
 Menemukenali (identifikasi menurut pola tertentu).
Mengklasifikasi  Memberi urutan pada peristiwa yang terjadi.
/ Kategorisasi /  Mencari persamaan dan perbedaan.
seriasi  Menentukan kriteria pengelompikkan.
 Menempatkan pada kelompok tertentu berdasarkan
kriteria.
 Memilih (memisahkan dengan jumlah kelompok tertentu).
 Mengelompokkan berdasarkan ciri-ciri tertentu yang
26

KPS Indikator KPS


ditemukan dalam pengamatan
 Memisahkan dengan berbagai cara.
Mengukur /  Memilih alat ukur uang sesuai
Melakukan  Memperkirakan dengan lebih tepat
pengukuran  Menggunakan alat ukur dengan ketepatan tertentu
 Menemukan ketidak pastian pengukuran
Mengajukan  Mengajukan sebanyak mungkin pertanyaan.
pertanyaan  Mengidentifikasi pertanyaan yang dapat dijawab dengan
penemuan ilmiah.
 Mengubah pertanyaanh menjadi bentuk yang dapat
dijawab dengan percobaan.
 Merumuskan pertanyaan berlatang belakang hipotesis
(jawab dapat dibuktikan).
Merumuskan  Merncoba menjelaskan pengamatan dalam terminologi
hipotesis konsep dan prinsip.
 Menyadari fakta bahwa terdapat terdapat beberapa
kemungkinan untuk menjelaskan suatu gejala.
 Menggunakan penjelasan untuk membuat prediksi dari
sesuai yang dapat diamati atau dibuktikan
Merencanakan  Merumuskan masalah.
penyelidikan /  Menemukenali variabel kontrol.
percobaan  Membandingkan variabel bebas dan variabel terikat.
 Merancang cara melakukan pengamatan untuk
memecahkan masalah.
 Memilih alat dan bahan yang sesuai.
 Menentukan langkah-langkah percobaan
 Menentukan cara yang tepat untuk mengumpulkan data
Menginterpretasi  Menarik kesimpulan.
/ Menafsirkan  Menggunakan kunci atau klasifikasi.
informasi  Menyadari bahwa kesimpulan bersifat tentatif
 Menggeneralisasi.
 Membuat dan mencarti pembenaran dari kesimpulan
sementara
 Membuat prediksi berdasarkan pola atau patokan tertentu
Berkomunikasi  Mengikuti penjelasan secara verbal.
 Menjelaskan kegiatan secara lisan, menggunakan diagram.
 Menggunakan tabel, grafik, model, dll, untuk menyajikan
informasi.
 Memilih cara yang paling tepat untuk menyajikan
informasi.
 Menghargai adanya perbedaan dari audiens, dan memilih
metoda yang tepat.
 Mendengarkan laporan, menanggapi dan memberikan
27

KPS Indikator KPS


saran.
 Memberi sumbangan saran pada kelompok diskusi.
 Menggunakan sumber tidak langsung untuk memperoleh
informasi.
 Menggunakan teknologi informasi yang tepat.

c. Fisika Sebagai Sikap


Dari penjelasan mengenai hakikat fisika sebagai produk dan hakikat fisika
sebagai proses diatas, tampak terlihat bahwa penyusunan pengetahuan fisika
diawali dengan kegiatan-kegiatan kreatif seperti pengamatan, pengukuran dan
penyelidikan atau percobaan, yang ke semuanya itu memerlukan proses mental
dan sikap yang berasal dari pemikiran. Jadi, dengan pemikirannya orang bertindak
dan bersikap sehingga akhirnya dapat melakukan kegiatan-kegiatan ilmiah.
Pemikiran-pemikiran para ilmuan yang bergrak dalam bidang fisika itu
menggambarkan rasa ingin tahu dan rasa penasaran mereka yang besar, diiringi
dengan rasa percaya, sikap objektif, jujur, dan terbuka serta mau mendengarkan
pendapat orang lain. Sikap-sikap itulah yang kemudian memaknai hakikat fisika
sebagai sikap atau a way of thinking. Oleh para ahli psikologi kognitif, pekerjaaan
dan pemikian para ilmuwan IPA termasuk fisika di dalmnya, dipandang sebagai
kegiatan kreatif, karena ide-ide dan penjelasan-penjelasan dari suatu gejala alam
disusun dalam fikiran. Oleh sebab itu, pemikiran dan argumentasi para ilmuwan
dalam bekerja menjadi rambu-rambu penting dalam kaitannya dengan hakekat
fisika sebagai sikap. Hal ini terlihat pada Gambar 4.
28

Gambar 4. Fisika Sebagai Sikap (Sutrisno,2006)


Dari beberapa pendapat tentang Fisika di atas dapat disimpulkan bahwa
Fisika adalah salah satu cabang dari IPA yang menerangkan gejala-gejala alam
yang bersifat fisik yang dapat dipelajari melalui pengamatan, eksperimen, serta
teori. Secara pengamatan dan eksperimen, Fisika dapat dipelajari dengan kegiatan
berdasarkan analisis rasional dengan berpijak pada teori yang telah ditemukan
sebelumnya. Hasil-hasil Fisika diungkapkan dalam bentuk fakta, konsep, prinsip,
hukum dan teori. Fisika meliputi proses, sikap dan produk. Proses Fisika berupa
aktivitas-aktivitas yang bertujuan mempelajari, menggali, mencari, dan
menyelidiki kejadian alam. Sikap fisika berupa sikap mental yang diperlukan
selama melakukan proses kegiatan Fisika (jujur, terbuka, kritis, menghargai
pendapat orang lain). Produk Fisika adalah hasil kegiatan Fisika berupa konsep,
hukum, dan teori yang tersusun berdasarkan fakta-fakta alam.
Fisika adalah mata pelajaran yang terkandung dalam pembelajaran di
sekolah. Materi pelajaran fisika sangat penting dipelajari oleh setiap peserta didik.
Berdasarkan Depdiknas (2008) mata pelajaran fisika bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan berikut :
a. Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menyadari keteraturan dan
keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
b. Memupuk sikap ilmiah yang jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan dspat
bekerja sama dengan orang lain.
c. Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan, mengajukan, dan
menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen
percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta
mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis.
d. Mengembangkan kemampuan bernalar dan berpikir analisis, induktif, dan
deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan
berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah baik secara kualitatif
maupun kuantitatif.
e. Menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan
mengembangkan pengetahuan dan sikap percaya diri serta bekal untuk
29

melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan


ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dari tujuan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa banyak manfaat
mempelajari mata pelajaran fisika terutama bagi diri peserta didik itu sendiri.

3. Pembelajaran Fisika
Pembelajaran fisika dipandang sebagai suatu proses untuk mengembangkan
kemampuan memahami konsep, prinsip maupun hukum-hukum fisika sehingga
dalam proses pembelajarannya harus mempertimbangkan strategi atau metode
pembelajaran yang efektif dan efisien. Dalam pembelajaran fisika, pengalaman
proses sains dan pemahaman produk sains dalam bentuk pengalaman langsung
akan sangat berarti dalam membentuk konsep siswa secara induktif berdasar
fakta-fakta empiris di lapangan.
Selanjutnya secara garis besar pembelajaran Fisika seperti yang
diungkapkan oleh Abu Hamid (sulistyono,1998:12), adalah sebagai berikut:
a. Proses belajar Fisika bersifat untuk menentukan konsep, prinsip, teori, dan
hukum-hukum alam, serta untuk dapat menimbulkan reaksi, atau jawaban
yang dapat dipahami dan diterima secara objektif, jujur dan rasional.
b. Pada hakikatnya mengajar Fisika merupakan suatu usaha untuk memilih
strategi mendidik dan mengajar yang sesuai dengan materi yang akan
disampaikan, dan upaya untuk menyediakan kondisi-kondisi dan situasi
belajar Fisika yang kondusif, agar murid secara fisik dan psikologis dapat
melakukan proses eksplorasi untuk menemukan konsep, prinsip, teori, dan
hukum-hukum alam serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
c. Pada hakikatnya hasil belajar Fisika merupakan kesadaran murid untuk
memperoleh konsep dan jaringan konsep Fisika melalui eksplorasi dan
eksperimentasi, serta kesadaran murid untuk menerapkan pengetahuannya
untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya sehari-hari.
30

Setiap proses pembelajaran memiliki tujuan yang ingin dicapai begitu pula
dengan pembelajaran fisika. Berdasarkan Permendikbud Nomor 59 tahun 2014,
pembelajaran Fisika SMA/MA bertujuan untuk:
a. Menambah keimanan peserta didik dengan menyadari hubungan keteraturan,
keindahan alam, dan kompleksitas alam dalam jagad raya terhadap kebesaran
Tuhan yang menciptakannya;
b. Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, objektif, jujur, teliti,
cermat, tekun, ulet, hati-hati, bertanggung jawab, terbuka, kritis, kreatif,
inovatif dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud
implementasi sikap ilmiah dalam melakukan percobaan dan berdiskusi;
c. Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-hari sebagai
wujud implementasi melaksanakan percobaan dan melaporkan hasil
percobaan; memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis
dan dapat bekerjasama dengan orang lain;
d. Mengembangkan pengalaman untuk menggunakan metode ilmiah dalam
merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan,
merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan
menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan
tertulis;
e. Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan
deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan
berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah baik secara kualitatif
maupun kuantitatif;
f. Menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan
mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk
melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pembelajaran fisika bertujuan untuk menghasilkan siswa yang memiliki
potensi baik dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Tujuan pembelajaran
fisika sesuai dengan pembelajaran kurikulum 2013 adalah mengembangkan
seluruh potensi yang dimiliki peserta didik. Untuk mencapai tujuan pembelajaran
Fisika ini, peran guru sangatlah penting yaitu sebagai fasilitator dalam
31

menyampaikan materi pembelajaran yang mudah dipahami siswa. Hal yang dapat
dilakukan guru adalah mengembangkan model pembelajaran Fisika sehingga
siswa termotivasi untuk belajar.
D. Materi Fisika SMA
1. Karakteristik Keilmuan Fisika
Karakteristik fisika berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam
secara sistematis, sehingga fisika bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan. Pemahaman tentang karakteristik fisika ini
berdampak pada proses belajar fisika di sekolah. Sesuai dengan karakteristik
fisika, fisika di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih
lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan karakteristik fisika pula, cakupan fisika yang dipelajari di
sekolah tidak hanya berupa kumpulan fakta tetapi juga proses perolehan fakta
yang didasarkan pada kemampuan menggunakan pengetahuan dasar fisika untuk
memprediksi atau menjelaskan berbagai fenomena yang berbeda. Cakupan dan
proses belajar fisika di sekolah memiliki karakteristik tersendiri.
a. Fisika mempunyai nilai ilmiah. Kebenaran dalam Fisika dapat dibuktikan lagi
oleh semua orang dengan menggunakan metode ilmiah dan prosedur seperti
yang dilakukan terdahulu oleh penemunya.
b. Fisika merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara
sistematis,dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala
alam.
c. Fisika merupakan pengetahuan teoritis. Teori Fisika diperoleh atau disusun
dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi,
eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori,eksperimentasi, observasi dan
demikian seterusnya kait mengkait antara cara yangsatu dengan cara yang lain.
d. Fisika merupakan suatu rangkaian konsep yang saling berkaitan.
Menggunakan bagan-bagan konsep yang telah berkembang sebagai suatu hasil
eksperimen dan observasi, yang bermanfaat untuk eksperimentasi dan
observasi lebih lanjut (Depdiknas, 2006).
32

e. Fisika meliputi empat unsur, yaitu produk, proses, aplikasi dan sikap. Produk
dapat berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum. Proses merupakan prosedur
pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi
pengamatan, penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen, percobaan atau
penyelidikan pengujian hipotesis melalui eksperimentasi; evaluasi,
pengukuran, dan penarikan kesimpulan.
Definisi dan contoh fakta, konsep, prinsip, hukum, postulat, dan teori dalam ilmu
fisika
a. Fakta dalam ilmu fisika
Fakta adalah sejumlah data yang terkumpul atau dihasilkan dalam suatu
proses kegiatan misalnya penelitian, yang menunjukkan keadaan yang sebenarnya
sesuai dengan proses yang berlangsung. Fakta merupakan produk paling dasar
dari sains (IPA). Fakta-fakta merupakan dasar dari konsep-konsep, prinsip-prinsip,
dan teori-teori. Fakta menunjukkan kebenaran dan keadaan sesuatu. Fakta dalam
IPA adalah pernyataan-pernyataan tentang benda-benda yang benar-benar ada atau
peristiwa yang benar-benar terjadi dan sudah dikonfirmasi secara objektif. karena
fakta-fakta diperoleh dari hasil observasi, maka fakta-fakta merepresentasikan apa
yang dapat dilihat. Seringkali, dua buah kriteria berikut ini digunakan untuk
mengidentifikasi sebuah fakta yaitu :
1) dapat diamatai secara langsung
2) dapat didemonstrasikan kapan saja
Oleh karena itu, fakta-fakta terbuka bagi siapapun yang ingin
mengamatinya. Namun, kita harus ingat bahwa dua kriteria di atas tidak selalu
berlaku karena ada informasi faktual yang hanya terjadi sekali dalam jangka
waktu yang sangat lama.
Contoh :
1) Sebuah bola yang digelindingkan pada sebuah lantai yang permukaannya
licin akan bergerak lebih cepat dibandingkan jika digelindingkan pada lantai
yang permukaannya kasar.
2) Benda diam akan tetap diam
3) Benda bergerak akan tetap bergerak
b. Konsep dalam ilmu fisika
33

Konsep adalah sebuah ide yang diekspresikan dengan simbol atau kata.
Konsep menunjukkan pengertian tentang suatu objek, disebut juga sebagai
pembawa arti. Konsep dipakai untuk mendeskripsikan objek yang diamati, baik
materi atau energi. Konsep dibagi dua, yaitu simbol dan definisi. Konsep adalah
abstraksi dari kejadian-kejadian, banda-benda, atau gejala yang memiliki sifat
tertentu atau lambang. Konsep juga merupakan konstruksi mental yang digunakan
untuk menginterprestasika hasil observasi ikan, misalnya, memiliki karakteristik
tertentu yang membedakannya dengan reptil dan mamalia.
Konsep merupakan gambaran umum dari suatu idea tau gagasan dari sistem
penalaran. Biasanya gambaran umum yang bersifat abstrak. Dalam arti yang lebih
luas kita harus memberikan batas atau ruang lingkup agar jelas terbeda sesuatu
dengan yang lain, baik bentuk, sifat, atau material dari idea tau gagasan tersebut.
Kata konsep dan generalisasi sering dipergunakan secara bergantian. Konsep
kadangkala diartikan sebagai bayangan mental atau sudut pandang secara
individual. Sebagai contoh, jika seorang anak mempunyai konsep jarak bumi ke
bulan, maka konsep ini khas untuk dirinya sendiri. Sementara generalisasi adalah
pernyataan yang didasarkan atas akumulasi pengalaman-pengalaman yang terjadi
dalam komunitas ilmiah. Ciri-ciri konsep :
1) Konsep merupakan buah fikiran yang dimiliki seseorang. Konsep itu
semacam simbol.
2) Konsep itu timbul sebagai hasil dari pengalaman manusia dengan lebih dari
satu benda, peristiwa atau fakta. Konsep itu adalah suatu generalisasi.
3) Konsep adalah hasil berfikir abstrak manusia yang merangkum banyak
pengalaman.
4) Konsep menyangkut keterkaitan fakta – fakta atau pemberian pola pada fakta-
fakta .
5) Suatu konsep dapat dianggap kurang tepat disebabkab timbulnya pengetahuan
baru sehingga konsep tersebut harus mengalami perubahan.
6) Konsep itu berguna untuk membuat ramalan atau tafsiran.
Contoh :
1) Konsep percepatan : Simbol (a) = V/ t
34

Definisi nya, Konsep percepatan itu meliputi percepatan yang semakin cepat
(biasa disebut percepatan saja) dan percepatan yang semakin lambat (biasa
disebut perlambatan).
2) Konsep tentang perpindahan. Nama dari konsep adalah perpindahan,
definisinya adalah sebuah vektor yang arahnya dari benda pada kedudukan
awal menuju kedudukan akhir dan mempunyai besar yang sama dengan jarak
terpendek antara dua kedudukan.
3) Satelit adalah benda angkasa yang bergerak mengelilingi planet.
4) Air adalaha zat yang molekulnya tersusun atas 2 atom hidrogen dan 1 atom
oksigen.
c. Prinsip dalam ilmu fisika
Jika hukum mempunyai cakupan yang luas, maka prinsip mempunyai
cakupan yang terbatas. Prinsip dan hukum memiliki kemiripan, hanya pernyataan
sebuah prinsip kurang umum, sedangkan pernyataan yang dikategorikan ke dalam
hukum memiliki cakupan yang luas. Prinsip merupakan pernyataan yang berlaku
bagi sekolompok gejala tertentu yang mampu menjelaskan suatu kejadian. Prinsip
diperoleh lewat proses induksi dari hasil berbagai macam observasi.
Contoh :
1) Prinsip Archimedes
2) Prinsip Pascal
3) Logam bila dipanaskan memuai
4) Semakin besar besar intensitas cahaya, semakin efektif proses fotosintesis
5) Larutan yang bersifat asam bila dicampur dengan larutan yang bersifat basa
akan membentuk garam dan bersifat netral.
6) Semakin besar perbedaan tekanan udara, semakin kuat angin berhembus.
d. Hukum dalam ilmu fisika
Hukum fisika ialah generalisasi ilmiah berdasarkan pada pengamatan
empiris. Hukum ialah kesimpulan yang diambil dari, atau hipotesis yang
ditegaskan oleh eksperimen ilmiah. Hukum fisika berbeda dari teori ilmiah
dengan kesederhanaannya. Teori ilmiah memiliki banyak persamaan sifat sebagai
hukum, namun umumnya lebih kompleks daripada hukum; mempunyai banyak
35

komponen bagian, dan lebih mungkin berubah sebagai kumpulan data percobaan
yang tersedia dan pengembangan analisis.
Hukum merupakan pernyataan yang singkat tapi bersifat umum dalam
menjelaskan perilaku alam. Terkadang pernyataan itu membentuk suatu
persamaan atau hubungan, misalnya Hukum II Newton. Suatu pernyataan disebut
hukum jika secara eksperimental berlaku secara luas. Hukum-hukum ilmiah
bersifat deskriptif; menjelsakan bagaimana alam berprilaku, tidak menjelsakan
bagaimana alam harus berprilaku. Berbeda dengan hokum politik
yang preskriptif, di mana menjelaskan bagaimana manusia harus beprilaku. Suatu
pernyataan disebut hukum jika validitasnya telah teruji secara luas. Walaupun
demikian, jika terdapat informasi-informasi baru yang muncul maka hukum-
hukum tertentu harus disesuaikan, bahkan harus dilenyapkan. Kekhasan hukum
dapat ditunjukkan dari :
1) Bersifat lebih kekal karena telah berkali-kali mengalami pengujian
2) Pengkhususannya dalam menunjukkan hubungan antar variable
Hukum pada hakikatnya merupakan pernyataan hubungan antara dua
variable atau lebih dalam suatu kaitan sebab akibat. Hukum adalah prinsip yang
bersifat spesifik. Kekhasan hukum dapat ditunjukkan dari hal berikut :
1) Bersifat lebih kekal karena telah berkali-kali mengalami pengujian
2) Pengkhususannya dalam menunjukkan hubungan antar variable
Contoh :
1) Hukum I Newton yang menyatakan “sebuah benda yang diam akan cenderung
diam dan benda yang bergerak cenderung tetap bergerak dengan kecepatan
tetap jika tidak ada gaya luar yang bekerja pada benda itu” ∑F = 0.
2) Hukum ohm menunjukkan hubungan antara hambatan dengan kuat arus dan
tegangan listrik, yaitu ”besarnya hambatan sebanding dengan besarnya
tegangan listrik tetapi berbanding terbalik dengan kuat arusnya”. Hukum
tersebut secara matematis dibahasakan dalam bentuk persamaan :
R = V/I
dimana :
R = tahanan
V = tegangan
I = kuat arus
36

e. Postulat dalam ilmu fisika


Postulat (asumsi/aksioma) atau patokan pikir itu adalah “suatu keterangan
yang benar”, yang kebenarannya itu dapat diterima tanpa harus diuji atau
dibuktikan lebih lanjut, digunakan untuk menurunkan keterangan lain sebagai
landasan awal untuk menarik suatu kesimpulan.
Contoh :
1) Suhu didataran tinggi lebih rendah dari pada didataran rendah
2) Benda padat berubah-ubah pada suhu yang berbeda
3) Rel kereta api di buat dari baja sejenis besi.
f. Teori dalam ilmu fisika
Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang saling
berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai
fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan menentukan
hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah. Teori
juga merupakan suatu hipotesis yang telah terbukti kebenarannya. Manusia
membangun teori untuk menjelaskan, meramalkan, dan menguasai fenomena
tertentu (misalnya, benda-benda mati, kejadian-kejadian di alam, atau tingkah
laku hewan). Sering kali, teori dipandang sebagai suatu model atas kenyataan
(misalnya, apabila kucing mengeong berarti minta makan). Teori merupakan
usaha intelektual yang sangat keras karena ilmuwan harus berhadapan dengan
kompleksitas dan kenyataan yang tidak jelas dan tersembunyi dari pengamatan
langsung.
Teori juga merupakan kerangka yang lebih luas dari fakta-fakta, data-data,
konsep-konsep, dan prinsip-prinsip yang saling berhubungan. Teori ini dapat
berubah jika ada bukti-bukti baru yang berlawanan dengan teori tersebut. Menurut
Kerlinger (1973) yang terjemahannya sebagai berikut. “Suatu teori adalah
seperangkat pengertian (konsepsi) definisi dan proposisi yang saling berkaitan
yang menyajikan suatu pandangan yang sistematis dari berbagai fenomena dengan
mengungkapkan adanya hubungan yang spesifik antar variabel, dengan tujuan
untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena-fenomena tersebut.”
2. Ruang Lingkup Materi Fisika SMA
37

Pengembangan Kurikulum Fisika SMA/MA dilakukan dalam rangka


mencapai dimensi kompetensi pengetahuan, kerja ilmiah, serta sikap ilmiah
sebagai perilaku sehari-hari dalam berinteraksi dengan masyarakat, lingkungan
dan pemanfaatan teknologi, seperti yang tergambar pada Gambar 5. berikut.

Gambar 5. Kerangka Pengembangan Ilmu Pengetahuan Alam


Gambar 5 di atas menunjukkan bahwa peserta didik mampu menerapkan
kompetensi Ilmu Pengetahuan Alam yang dipelajari di sekolah menjadi perilaku
dalam kehidupan masyarakat dan memanfaatkan masyarakat dan lingkungan
sebagai sumber belajar.
Kerangka pengembangan Kompetensi Dasar (KD) Ilmu Pengetahuan Alam
mengacu pada Kompetensi Inti (KI) sebagai unsur pengorganisasi KD secara
vertikal dan horizontal. Organisasi vertikal KD berupa keterkaitan KD antar kelas
harus memenuhi prinsip belajar, yaitu terjadi suatu akumulasi yang
berkesinambungan antar kompetensi yang dipelajari peserta didik. Organisasi
horizontal berupa keterkaitan antara KD suatu mata pelajaran dengan KD mata
pelajaran lain dalam satu kelas yang sama sehingga terjadi proses saling
memperkuat.
Pengembangan kompetensi dasar berdasarkan pada prinsip akumulatif,
saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antarmata pelajaran
dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal). Semua kompetensi
dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai KI.
Kompetensi Inti terdiri dari 4 (empat) aspek, yaitu: KI-1 (sikap spiritual),
KI-2 (sikap sosial), KI-3 pengetahuan, dan KI-4 (keterampilan). KD Sikap
38

Spiritual dan KD Sikap Sosial pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tidak
dirumuskan, tetapi hasil pembelajaran tidak langsung (indirect teaching) dari
pengetahuan dan keterampilan, sehingga perlu direncanakan pengembangannya.
KI-3 pengetahuan dan KI-4 keterampilan dirinci lebih lanjut dalam KD mata
pelajaran. Pengembangan KD tidak dibatasi oleh rumusan Kompetensi Inti (KI),
tetapi disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran, kompetensi, lingkup
materi, psikopedagogi. Namun demikian, perumusan KD harus mengacu ke
Kompetensi Inti. Kompetensi Inti di SMA/MA Kelas X, XI, dan XII disajikan
pada Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Peta Kompetensi Inti SMA/MA
Kelas X Kelas XI Kelas XII
KI-1: Menghayati dan KI-1: Menghayati dan KI-1: Menghayati dan
mengamalkan ajaran mengamalkan ajaran mengamalkan ajaran
agama yang agama yang agama yang dianutnya.
dianutnya. dianutnya.
KI-2: Menunjukkan KI-2: Menunjukkan perilaku KI-2: Menunjukkan perilaku
perilaku jujur, jujur, disiplin, jujur, disiplin,
disiplin, tanggung- tanggungjawab, tanggungjawab, peduli
jawab, peduli (gotong peduli (gotong (gotong royong,
royong, kerjasama, royong, kerjasama, kerjasama, toleran,
toleran, damai), toleran, damai), damai), santun,
santun, responsif dan santun, responsif dan responsif dan pro-aktif
pro-aktif dan pro-aktif dan dan menunjukkan
menunjukkan sikap menunjukkan sikap sikap sebagai bagian
sebagai bagian dari sebagai bagian dari dari solusi atas
solusi atas berbagai solusi atas berbagai berbagai permasalahan
permasalahan dalam permasalahan dalam dalam berinteraksi
berinteraksi secara berinteraksi secara secara efektif dengan
efektif dengan efektif dengan lingkungan sosial dan
lingkungan sosial dan lingkungan sosial dan alam serta dalam
alam serta dalam alam serta dalam menempatkan diri
menempatkan diri menempatkan diri sebagai cerminan
sebagai cerminan sebagai cerminan bangsa dalam
bangsa dalam bangsa dalam pergaulan dunia.
pergaulan dunia. pergaulan dunia.
KI-3: Memahami, mene- KI-3: Memahami, KI-3: Memahami,
rapkan, menganalisis menerapkan, dan menerapkan,
pengetahuan faktual, menganalisis menganalisis dan
konseptual, pengetahuan faktual, mengevaluasi
prosedural konseptual, pengetahuan faktual,
berdasarkan rasa prosedural, dan konseptual, prosedural,
39

Kelas X Kelas XI Kelas XII


ingin tahunya tentang metakognitif dan metakognitif
ilmu pengetahuan, berdasar-kan rasa berdasarkan rasa ingin
teknologi, seni, ingin tahunya tentang tahunya tentang ilmu
budaya, dan ilmu pengetahuan, pengetahuan,
humaniora dengan teknologi, seni, teknologi, seni,
wawasan budaya, dan budaya, dan
kemanusiaan, humaniora dengan humaniora dengan
kebangsaan, wawasan wawasan kemanu-
kenegaraan, dan kemanusiaan, siaan, kebangsaan,
peradaban terkait kebangsaan, kenega-raan, dan
penyebab fenomena kenegaraan, dan peradaban terkait
dan kejadian, serta peradaban terkait penyebab fenomena
menerap-kan penyebab fenomena dan kejadian, serta
pengetahuan dan kejadian, serta menerapkan
prosedural pada menerap-kan pengetahuan
bidang kajian yang pengetahuan prose- prosedural pada bidang
spesifik sesuai dural pada bidang kajian yang spesifik
dengan bakat dan kajian yang spesifik sesuai dengan bakat
minatnya untuk sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan dan minat-nya untuk memecahkan masalah.
masalah. memecahkan
masalah.
KI 4: Mengolah, menalar, KI 4: Mengolah, menalar, KI 4: Mengolah, menalar,
dan menyaji dalam dan menyaji dalam menyaji, dan mencipta
ranah konkrit dan ranah konkrit dan dalam ranah konkrit
ranah abstrak terkait ranah abstrak terkait dan ranah abstrak
dengan dengan terkait dengan
pengembangan dari pengembangan dari pengembangan dari
yang dipelajarinya di yang dipelajarinya di yang dipelajarinya di
sekolah secara sekolah secara sekolah secara mandiri
mandiri, dan mampu mandiri, bertindak serta bertindak secara
menggunakan metode secara efektif dan efektif dan kreatif, dan
sesuai kaidah kreatif, serta mampu mampu menggunakan
keilmuan. menggunakan metode metode sesuai kaidah
sesuai kaidah keilmuan.
keilmuan.

Kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial, dicapai melalui pembelajaran


tidak langsung (indirect teaching) yaitu keteladanan, pembiasaan, dan budaya
sekolah, dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran serta kebutuhan dan
kondisi peserta didik. Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap
dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung, dan dapat digunakan
40

sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih


lanjut. Ruang lingkup materi Fisika untuk setiap jenjang pendidikan ditunjukkan
pada Tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Ruang Lingkup Materi Ilmu Pengetahuan Alam
Ruang Ruang lingkup materi Ilmu Pengetahuan Alam pada Jenjang
Lingkup
SD/MI I-III SD/MI IV-VI SMP/MTs SMA/MA
Kerja Ilmiah Mengajukan Mengajukan Merumuskan Merumuskan
dan Kesela- pertanyaan, pertanyaan, masalah, masalah,
matan Kerja memprediksi memprediksi, memprediksi, mengajukan
, melakukan melakukan melakukan hipotesis,
pengamatan, percobaan, percobaan, menentukan
mengumpulk mengumpulk mengumpulkan variabel,
an data, an dan data secara akurat, merancang dan
menarik mengolah mengolah data melakukan
kesimpulan, data, menarik secara sistematis, percobaan,
dan kesimpulan, menarik mengumpulkan
mengomuni- dan kesimpulan, dan mengolah data
kasikan hasil mengomunik mengomunikasikan secara sistematis,
percobaan asikan hasil hasil percobaan menarik
percobaan secara lisan kesimpulan, serta
maupun tertulis mengomunikasika
n hasil percobaan
secara lisan dan
tertulis
Makh-luk Bagian tubuh Gejala alam, Gejala alam, Obyek biologi
Hidup dan manusia dan lingkungan, lingkungan dan Meliputi 5
Sistem perawatan- tumbuhan, perubahannya, Kingdom
Kehidupan nya hewan, dan tumbuhan, hewan, Tingkat Organisasi
Makhluk manusia dan manusia secara Kehidupan
hidup di secara makro mikro (molekul, sel,
sekitarnya jaringan, organ,
(ciri, bagian, sistem organ,
cara peme- individu, populasi,
liharaan) komunitas,
ekosistem, dan
biosfer)
Ragam persoalan
biologi
(keanekaragaman
makhluk hdup,
makhluk hidup dan
lingkungan,
struktur dadn
41

Ruang Ruang lingkup materi Ilmu Pengetahuan Alam pada Jenjang


Lingkup
SD/MI I-III SD/MI IV-VI SMP/MTs SMA/MA
fungsi, regulasi,
genetika, evolusi,
dan bioteknologi)
Energi dan Sumber dan Gaya dan Gerak dan Gaya Mekanika
Perubahan- Bentuk Gerak Usaha (kerja) dan Termodiamika
nya Energi Sumber Pesawat Sederhana Gelombang dan
Energi Tekanan Optik
Bunyi Gelombang dan Listrik Statis dan
Cahaya Optik Dinamik
Sumber Daya Kelistrikan dan Arus Bolak-balik
Alam Kemagnetan Fisika Modern
Suhu, Kalor, Teknologi ramah Teknologi Digital
dan lingkungan
Perpindahan
Kalor
Rangkaian
Listrik
Sederhana
dan Sifat
Magnet
Materi dan Ciri benda Perubahan Penggolongan dan Komposisi,
Perubahan- Wujud benda Wujud Perubahan materi Struktur, dan Sifat
nya Penggolonga Zat Aditif dan (Rumus Kimia,
n Materi Adiktif Struktur Atom,
Partikel Materi Ikatan Kimia, dan
Tabel Periodik
Unsur)
Transformasi
(Rekasi Kimia,
Persamaan Kimia,
Hukum-hukum
Dasar Kimia,
Stoikiometri,
Asam, Basa, dan
Larutan)
Dinamika (Laju
Reaksi,
Kesetimbangan
Kimia, Sifat
Koligatif)
Energitika
(Termokimia,
Elektrokimia)
42

Ruang Ruang lingkup materi Ilmu Pengetahuan Alam pada Jenjang


Lingkup
SD/MI I-III SD/MI IV-VI SMP/MTs SMA/MA
Terapan Kimia/Isu
Kimia (Senyawa
Karbon, Senyawa
Anorganik)
Bumi dan Siang dan Tata Surya Lapisan Bumi Gerak Planet
Anta- riksa Malam Bumi, Bulan, Tata Surya dalam Tata Surya
Perubahan dan Matahari
Cuaca dan
Musim

Sains, Dampak Lingkungan Pemanasan Global Pemanasan Global


Lingku-ngan, Perubahan dan Teknologi Ramah dan Dampaknya
Teknolo-gi, Musim Kesehatan Lingkungan bagi Kehidupan
dan Masya- terhadap Perawatan Tanah dan Lingkungan
rakat Kegiatan Tumbuhan Energi Alternatif
Sehari-hari Sumber Daya
Alam

Dalam konteks mata pelajaran Fisika SMA, kurikulum Fisika SMA


mencakup rencana pengaturan materi pelajaran Fisika, dan cara pembelajaran
Fisika untuk mencapai kompetensi. Rencana pengaturan umum diwujudkan dalam
bentuk silabus pembelajaran Fisika, sedangkan rencana pengaturan yang lebih
detil diwujudkan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Fisika.
Penyusunan RPP Fisika merupakan tugas dan kewenangan guru, dengan mengacu
pada silabus, buku guru, buku siswa, sumber belajar yang tersedia, serta
karakteristik peserta didiknya.
Ruang lingkup mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dipelajari dari
jenjang SD, SMP dan SMA. Materi Fisika yang dipelajari pada jenjang SD
berbasis tema dan fenomena Fisika sederhana, pada jenjang SMP berbasis
fenomena Fisika dengan pendekatan kualitatif, sedangkan pada jenjang SMA
berbasis fenomena Fisika dengan pendekatan kuantitatif.
Penjabaran materi Fisika ditunjukkan pada Tabel 3. Ruang lingkup mata
pelajaran Fisika pada jenjang SMA dijabarkan kedalam peta materi Fisika setiap
kelas sebagaimana ditampilkan pada tabel 4.
Tabel 4. Peta Materi Fisika
43

3. Karakteristik Belajar Fisika


Fisika memiliki berbagai karakteristik dalam pembelajaran. Karakteristik
belajar fisika diuraikan sebagai berikut:
a. Proses belajar fisika melibatkan hampir semua alat indera, seluruh proses
berpikir, dan berbagai macam gerakan otot. Contoh: untuk mempelajari
pemuaian pada benda, kita perlu melakukan serangkaian kegiatan yang
melibatkan indera penglihat untuk mengamati perubahan ukuran benda
(panjang, luas, atau volume), melibatkan gerakan otot untuk melakukan
pengukuran dengan menggunakan alat ukur yang sesuai dengan benda yang
diukur dan cara pengukuran yang benar, agar diperoleh data pengukuran
kuantitatif yang akurat.
b. Belajar fisika dilakukan dengan menggunakan berbagai macam cara (teknik).
Misalnya: observasi, eksplorasi, dan eksperimentasi.
c. Belajar fisika memerlukan berbagai macam alat, terutama untuk membantu
pengamatan. Hal ini dilakukan karena kemampuan alat indera manusia itu
sangat terbatas.Selain itu, ada hal-hal tertentu bila data yang kita peroleh
hanya berdasarkan pengamatan dengan indera, akan memberikan hasil yang
kurang obyektif,sementara itu fisika mengutamakan obyektivitas. Contoh:
pengamatan untuk mengukur suhu benda diperlukan alat bantu pengukur
suhu yaitu termometer.
44

d. Belajar fisika seringkali melibatkan kegiatan-kegiatan temu ilmiah


(misalseminar, konferensi atau simposium), studi kepustakaan, mengunjungi
suatu objek, penyusunan hipotesis, dan lain-lain.Kegiatan tersebut kita
lakukan semata-mata dalam rangka untuk memperoleh pengakuan kebenaran
temuan yang benar-benar obyektif. Contoh: sebuah temuan ilmiah baru untuk
memperoleh pengakuan kebenaran, maka temuan tersebut harus dibawa ke
persidangan ilmiah lokal, regional, nasional, atau bahkan sampai tingkat
Internasional untuk dikomunikasikan dan dipertahankan dengan
menghadirkan ahlinya.
e. Belajar fisika merupakan proses aktif. Belajar fisika merupakan sesuatu yang
harus siswa lakukan, bukan sesuatu yang dilakukan untuk siswa. Proses
belajar fisika, siswa mengamati obyek dan peristiwa, mengajukan pertanyaan,
memperoleh pengetahuan, menyusun penjelasan tentang gejala alam, menguji
penjelasan tersebut dengan cara-cara yang berbeda, dan mengkomunikasikan
gagasannya pada pihak lain. Keaktifan secara fisik saja tidak cukup untuk
belajar fisika, siswa juga harus memperoleh pengalaman berpikir melalui
kebiasaan berpikir dalam belajar fisika.Para ahli pendidikan dan pembelajaran
fisika menyatakan bahwa pembelajaran fisika hendaknya melibatkan siswa
dalam berbagai ranah, yaitu ranah kognitif,psikomotorik, dan afektif.
4. Nilai-Nilai Ilmiah dalam Fisika
Adapun nilai-nilai ilmiah dalam Fisika antara lain :
a. Keinginan untuk mengetahui dan memahami rasa ingin tahu menjadi syarat
mutlak bagi seseorang dalam memahami suatu fenomena alam tersebut.
Dengan rasa keingintahuan yang tinggi mereka berusaha menebak hukum-
hukum dan prinsip-prinsip yang terjadi pada gejala atau fenomena alam yang
diamati.
b. Menanyakan segala hal. Pepatah mengatakan bahwa “Malu bertanya sesat di
jalan”. Bertanya merupakan salah satu nilai ilmiah yang harus dimiliki oleh
seorang yang ingin memahami ilmu fisika. Pertanyaan-pertanyaan yang kritis
terhadap segala hal tentang suatu fenomena alam yang terjadi akan membantu
seseorang memahami sesuatu lebih utuh.
45

c. Pengumpulan data-data dan pemaknaannya. Informasi merupakan hal yang


sangat penting dalam ilmu fisika. Informasi yangberupa data-data dari
pengamatan dan pengukuran yang akurat dan lengkap sangat diperlukan oleh
seseorang untuk menyusun hipotesa-hipotesa dan teori-teori serta menarik
kesimpulan dari suatu fenomena alam yang diamati.
d. Tuntutan pembuktian. Dalam ilmu pengetahuan, bukti menjadi sangat penting
untuk menjaga kredibilitas dari suatu teori. Ilmu pengetahuan bersifat tentatis,
artinya ilmu pengetahuan bisa berubah sesuai dengan perkembangan zaman
dan bukti-bukti baru yang ditemukan. Oleh karena itulah bukti sangat penting
untuk mempertahankan teori.
e. Taat logika. Seseorang yang belajar memahami ilmu pengetahuan alam tidak
boleh percaya pada hal-hal yang bersifat tahayul. Semua data harus dipahami
dan ditafsirkan secara logis.
f. Pertimbangan premis. Premis adalah syarat cukup bagi berlakunya suatu
keadaan. Seseorang harus kritis terhadap premis-premis yang diasumsikan
oleh orang lain ketika menarik kesimpulan-kesimpulan.
g. Pertimbangan konsekuensi. Seseorang juga dituntut untuk memikirkan
konsekuensi atau akibat dari penemuannya. Apakah penemuan itu berakibat
positif atau negatif. Pertimbangan positif dan negatif inilah yang harus dasar
dalam menentukan eksperimen atau pengamatan-pengamatan selanjutnya.
5. Prosedur Ilmiah dalam Fisika
Pada proses ilmiah ini setidaknya ada 7 tahap yaitu :
a. Menemukan permasalahan.
Permasalahan dalam fisika tidak lain adalah gejala-gejala alam dari benda-
bendayang tidak hidup atau materi dalam lingkup ruang dan waktu. Rasa
ingin tahuyang tinggi menjadi modal dasar bagi seseorang untuk bisa
menemukan permasalahan.
b. Melakukan pengamatan.
Pada tahap ini seorang fisikawan dituntut cermat dan teliti. Dengan
kecermatan dan ketelitian tersebut diharapkan dapat mendapatkan suatu data
yang valid sehingga dapat dimanfaatkan dalam menentukan langkah
selanjutnya.
c. Mengajukan hipotesis.
46

Setelah mendapatkan data dan informasi dari hasil pengamatan suatu gejala
alam, seorang fisikawan harus mampu memberikan penafsiran-penafsiran
dari data yang diperoleh yang kemudian menjadi dasar untuk dilakukannya
eksperimen.
d. Melakukan eksperimen.
Eksperimen merupakan salah satu langkah untuk memperoleh data-data
yang dapat digunakan untuk membuktikan dan memperkuat penafsiran-
penafsiran yang telah dilakukan sebelumnya. Dalam eksperimen ini
fisikawan harus mempunyai sikap jujur.
e. Menguji hipotesis.
Hasil eksperimen yang dilakukan tentunya dapat digunakan untuk
mengujiapakah hipotesis yang telah dibuat benar atau salah. Pengujian
hipotesis ini harus dilakukan dengan obyektif dan penuh kejujuran.
f. Kesimpulan.
Langkah-langkah yang telah dilakukan sebelumnya mendukung dalam
menentukan kesimpulan.
g. Publikasi.
Publikasi menjadi langkah terakhir dalam proses ilmiah ini. Seorang
fisikawan harus menyampaikan hasil penemuannya apa adanya. Kalau
hasilnya buruk makaharus dikatakan buruk dan kalau baik harus dikatakan
baik.
6. Kompetensi Mempelajari Fisika
Setelah peserta didik mengikuti pembelajaran Fisika di SMA/MA
diharapkan memiliki kompetensi yang mencakup kompetensi sikap, kompetensi
pengetahuan, dan kompetensi keterampilan sebagai berikut.
a. menjalani kehidupan dengan sikap positif dengan daya pikir kritis, kreatif,
inovatif, dan kolaboratif, disertai kejujuran dan keterbukaan, berdasarkan
potensi proses dan produk fisika;
b. memahami fenomena alam di sekitarnya, berdasarkan hasil pembelajaran sains
melalui bidang-bidang Fisika;
c. membedakan produk atau cara yang masuk akal dengan produk atau cara yang
tidak bersesuaian dengan prinsip-prinsip Fisika;
d. mengambil keputusan di antara berbagai pilihan yang dibedakan oleh hal-hal
yang bersifat ilmiah;
47

e. menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya, terutama memilih


di antara cara-cara yang telah dikenal manusia berdasarkan pertimbangan
ilmiah;
f. mengenali dan menghargai peran Fisika dalam memecahkan permasalahan
umat manusia; dan
g. memahami dampak dari perkembangan Fisika terhadap perkembangan
teknologi dan kehidupan manusia di masa lalu, maupun potensi dampaknya di
masa depan bagi dirinya, orang lain, dan lingkungannya.

E. Model Pembelajaran Fisika Berdasarkan Kurikulum 2013 Revisi 2016


Berikut adalah definisi model pembelajaran menurut para ahli yang dikutip
oleh M. Sobry Sutikno diantaranya adalah :
1. Model pembelajaran menurut Joyce dan Weil digunakan untuk sosok utuh
konseptual dari aktivitas belajar mengajar yang secara keilmuan dapat
diterima dan secara operasional dapat dilakukan. Secara khusus, istilah model
pembelajaran diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai
pedoman dalam melakukan suatu kegiatan.
2. Menurut Arends yang dikutip Agus Suprijono, model pembelajaran mengacu
pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalam tujuan-tujuan
pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan
pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
3. Menurut Sunarwan mengartikan model pembelajaran sebagai gambaran
tentang keadaan nyata.
4. Menurut Dahlan model pembelajaran merupakan suatu rencana atau pola
yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur meteri pelajaran, dan
member petunjuk kepada pengajar dikelas dalam settingpengajaran ataupun
setting lainnya.
5. Pengertian model pembelajaran berdasarkan Permendikbud Nomor 103 Tahun
2014 tentang Pembelajaran adalah kerangka konseptual dan operasional
pembelajaran yang memiliki nama, ciri, urutan logis, pengaturan, dan budaya.
Sedangkan pendekatan pembelajaran merupakan cara pandang yang
digunakan seorang pendidik untuk mengimplementasikan rencana yang sudah
disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan
48

pembelajaran. Cara pandang tersebut perlu direalisasikan dalam pembelajaran


dengan menggunakan model atau metode pembelajaran tertentu.
Dari beberapa definisi model pembelajaran diatas, dapat ditarik kesimpulan,
bahwa model pembelajaran fisika adalah sebagai kerangka konseptual dalam
keseluruhan alur atau langkah-langkah kegiatan pembelajaran fisika yang
tergambar secara sistemik, dan berfungsi sebagai pedoman bagi guru atau
perancang pembelajaran fisika dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas
belajar mengajar.
Dengan kata lain, model pembelajaran fisika adalah suatu rangkaian atau
rancangan segala sesuatu dalam pembelajaran fisika yang antara lain meliputi
kegiatan dalam pembelajaran, tahap-tahapan, pengelolaan kelas dan juga
tujuan pembelajaran. Seperti yang kita tahu bahwa model pembelajaran fisika
adalah sebagai pedoman seorang guru dalam menentukan jalannya pembelajaran
fisika demi terwujudnya suatu tujuan pembelajaran yang sudah di tentukan,
agar memudahkan siswanya dalam memahami materi pelajaran fisika.
Berdasarkan kurikulum 2013 revisi 2016 terdapat empat model
pembelajaran yang disarankan antara lain:
1. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Pembelajaran Berbasis Masalah atau sering disebut dengan Problem Based
Learning. Model Problem Based Learning (PBL) memiliki beberapa pengertian
yaitu sebagai berikut.
f. Model Problem Based Learning (PBL) adalah model pengajaran bercirikan
adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar
berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah serta memperoleh
pengetahuan (Duch, 1995).
g. Menurut Boud dan Felleti, (1997), Fogarty (1997) menyatakan bahwa model
pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pendekatan pembelajaran dengan
masalah-masalah praktis, berbentuk open ended melalui stimulus dalam
belajar.
h. Menurut Arends (Nurhayati Abbas, 2000: 12) menyatakan bahwa model
pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran dengan
pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik, sehingga siswa dapat
49

menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan


yang lebih tinggi, memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan diri
sendiri.
i. Menurut Ward, 2002: Stepien, dkk., 1993 menyatakan bahwa model
Pembelajaran Berbasis Masalah adalah suatu model pembelajaran yang
melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap
metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang
berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan
untuk memecahkan masalah.
j. Ratnaningsih, 2003: menyatakan bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah
adalah suatu pembelajaran yang menuntut aktivitas mental siswa untuk
memahami suatu konsep pembelajaran melalui situasi dan masalah yang
disajikan pada awal pembelajaran.
Dari beberapa defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran
Berbasis Masalah yang dalam bahasa inggrisnya diistilahkan Problem-based
Learning (PBL) merupakan suatu strategi yang dimulai dengan menghadapkan
siswa pada masalah nyata.
PBL dimulai dengan suatu masalah yang memicu ketidaksetimbangan
kognitif pada diri pebelajar. Keadaan ini dapat mendorong rasa ingin tahu
sehingga memunculkan bermacam-macam pertanyaan disekitar masalah.
Penerapan PBL dalam pembelajaran dapat mendorong pebelajar mempunyai
inisiatif untuk belajar secara mandiri. Pengalaman ini sangat diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari dimana berkembangnya pola pikir dan pola kerja seseorang
bergantung pada bagaimana dia membelajarkan dirinya.Lebih lanjut. PBL juga
bertujuan untuk membantu pembelajar belajar secara mandiri. Pembelajaran PBL
dapat diterapkan bila didukung lingkungan belajar yang konstruktivistik.
Karakteristik model pembelajaran PBL menurut Rusman (2011: 232)
adalah sebagai berikut:
a. Permasalahan menjadi starting point dalam belajar.
b. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata
yang tidak terstuktur.
c. Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective).
50

d. Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap, dan


kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan
bidang baru dalam belajar.
e. Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama.
f. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaanya, dan evaluasi
sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBL.
g. Belajar adalah kolaboratif, komunikasi dan kooperatif.
h. Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama
pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari
sebuah permasalah.
i. Keterbukaan proses dalam PBL meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah
proses belajar.
j. PBL melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.
Sintaks model pembelajaran Problem Based Learning menurut
Permendikbud no 59 (2014: 924) terdiri atas lima tahap seperti terlihat pada
Gambar 6.

Gambar 6. Sintaks PBL


Fase pertama yaitu mengorientasikan peserta didik pada masalah.
Pembelajaran diawali dengan menyampaikan tujuan pembelajaran dan
kegiatanyang akan dilakukan. Pendidik sebagai fasilitator harus mampu
menjelaskan dengan rinci apa yang yang harus dilakukan oleh peserta didik dan
51

bagaimana pendidik mengevaluasi proses pembelajaran. Sehingga peserta didik


dapat mengerti dalam pembelajaran yang akan dilakukan.
Fase kedua adalah mengorganisasikan peserta didik untuk belajar. Dalam
memecahkan masalah, peserta didik harus berusaha untuk bekerja mandiri atau
dengan temannya. Oleh sebab itu, pembelajaran dapat dimulai dengan
pembentukan kelompok. Permendikbud no 59 (2014: 926) menyatakan “prinsip-
prinsip pengelompokan peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dapat
digunakan seperti kelompok harus heterogen, pentingnya interaksi antar anggota,
komunikasi yang efektif, adanya tutor sebaya, dan sebagainya”. Setelah
pembentukan kelompok, selanjutnya menetapkan subtopik-subtopik yang spesifik
dan tugas-tugas penyelidikan. Kemudian pendidik memonitor kerja kelompok
agar dapat mengoptimalkan kegiatan penyelidikan.
Fase ketiga membantu penyelidikan mandiri dan kelompok. Penyelidikan
dilakukan melalui tahap pengumpulan data dan eksperimen, berhipotesis dan
penjelasan, dan memberikan pemecahan. Peserta didik mengumpulkan data dan
melaksanakan eksperimen untuk memahami situasi permasalahan. Setelah peserta
didik mengumpulkan cukup data dan memberikan permasalahan tentang
fenomena yang mereka selidiki, selanjutnya mereka mulai menawarkan
penjelasan dalam bentuk hipotesis, penjelasan, dan pemecahan. Kemudian tugas
pendidik untuk menilai penjelasan peserta didik tersebut dalam bentuk
pertanyaan.
Fase keempat yaitu mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Setelah
melakukan penyelidikan maka peserta didik harus menyajikan hasil
penyelidikannya tersebut dalam bentuk laporan tertulis, video dan sebagainya.
Langkah selanjutnya adalah menampilkan hasil karya peserta didik di depan kelas,
kemudian kelompok lain dan pendidik memberikan umpan balik.
Fase kelima yaitu analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah. Fase ini
merupakan tahap akhir dalam PBL. Setelah menyajikan hasil penyelidikan,
peserta didik bersama kelompok menganalisis dan mengevaluasi kegiatan
penyelidikan yang mereka lakukan. Pendidik meminta saran dan pendapat yang
diterima saat penyajian hasil karya kelompok dapat dijadikan bahan untuk untuk
52

merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses


kegiatan belajarnya.
2. Model Pembelajaran Discovery Learning
Penemuan adalah terjemahan dari discovery. Menurut Sund ”discovery
adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau
prinsip”. Proses mental tersebut ialah mengamati, mencerna, mengerti,
mengolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat
kesimpulan dan sebagainya (Roestiyah, 2001:20). Berikut ini beberapa pengertian
menurut beberapa ahli yaitu:
a. Menurut Kamus Inggris-Indonesia (Bambang M. dan Munir, 2007) Discovery
berasal dari kata “Discover” yang berarti menemukan dan “Discovery” adalah
penemuan. Bahasa Indonesia memberi pengertian Discover sebagai
menemukan. Makna menemukan dalam pembelajaran mengarah pada
pengertian memperoleh pengetahuan yang membawa kepada suatu
pandangan. Cara belajar dengan menemukan (Discovery Learning) ini
pertama kali dikenalkan oleh Plato dalam dialog antara Socrates dan seorang
anak.
b. Model Discovery Learning adalah didefinisikan sebagai proses pembelajaran
yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk
finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Sebagaimana pendapat
Bruner, bahwa: “Discovery Learning can be defined as the learning that takes
place when the student is not presented with subject matter in the final form,
but rather is required to organize it him self” (Lefancois dalam Emetembun,
1986). Ide dasar Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa
anak harus berperan aktif dalam belajar di kelas.
c. Model discovery learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan,
melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan
(Budiningsih, 2005: 43).
d. Menurut Suprijono (2010:69) discovery learning merupakan pembelajaran
beraksentuasi ada masalah-masalah kontekstual. Proses belajar model ini
meliputi proses informasi, transformasi, dan evaluasi. Proses informasi, pada
tahap ini siswa memperoleh informasi mengenai materi yang sedang
53

dipelajari. Pada tahap ini siswa melakukan penyandian atau encoding atas
informasi yang diterimanya. Berbagai respon diberikan siswa atas informasi
yang diperolehnya. Ada yang menganggap informasi yang diterimanya
sebagai sesuatu yang baru. Ada pula yang menyikapi informasi yang
diperolehnya lebih mendalam dan luas dari pengetahuan yang dimiliki
sebelumnya.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat peneliti simpulkan bahwa
Model Pembelajaran Discovery learning adalah model pembelajaran yang
mengatur sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang belum
diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya
ditemukan sendiri.
Teori Tentang Model Pembelajaran Discovery Learning, yaitu Teori Belajar
Jerome Bruner. Teori belajar Bruner ialah belajar penemuan atau discovery
learning. Belajar penemuan dari Jerome Bruner adalah model pengajaran yang
dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip konstruktivis. Di dalam discovery
learning siswa didorong untuk belajar sendiri secara mandiri. Siswa terlibat aktif
dalam penemuan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalaui pemecahan masalah
atau hasil abstraksi sebagai objek budaya. Guru mendorong dan memotivasi siswa
untuk mendapatkan pengalaman dengan melakukan kegiatian yang
memungkinkan mereka untuk menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip
matematika untuk mereka sendiri. Pembelajaran ini dapat membangkitkan rasa
keingintahuan siswa.
Karakteristik utama belajar menemukan yaitu: (1) mengeksplorasi dan
memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi
pengetahuan; (2) berpusat pada siswa; (3) kegiatan untuk menggabungkan
pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada.Ada sejumlah ciri-ciri proses
pembelajaran yang sangat ditekankan oleh teori konstruktivisme, yaitu :
a. Menekankan pada proses belajar, bukan proses mengajar
b. Mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajar pada siswa.
c. Memandang siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang ingin dicapai.
d. Berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan menekan pada
hasil.
54

e. Mendorong siswa untuk mampu melakukan penyelidikan.


f. Menghargai peranan pengalaman kritis dalam belajar.
g. Mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami pada siswa.
h. Penilaian belajar lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman siswa.
i. Mendasarkan proses belajarnya pada prinsip-prinsip kognitif.
j. Banyak menggunakan terminilogi kognitif untuk menjelaskan proses
pembelajaran; seperti predeksi, inferensi, kreasi dan analisis.
k. Menekankan pentingnya “bagaimana” siswa belajar.
l. Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam dialog atau diskusi dengan
siswa lain dan guru.
m. Sangat mendukung terjadinya belajar kooperatif.
n. Menekankan pentingnya konteks dalam belajar.
o. Memperhatikan keyakinan dan sikap siswa dalam belajar.

p. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan dan


pemahaman baru yang didasari pada pengalaman nyata.

Sintaks model pembelajaran discovery learning yaitu,


a. Persiapan
Langkah persiapan model pembelajaran penemuan (discovery learning)
adalah sebagai berikut:
1) Menentukan tujuan pembelajaran
2) Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya
belajar, dan sebagainya)
3) Memilih materi pelajaran.
4) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari
contoh-contoh generalisasi)
5) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi,
tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa
6) Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang
konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik
7) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa

b. Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan, langkah-langkah model Discovery Learning adalah


seperti pada Gambar 7 berikut.
55

Gambar 7. Sintaks Discovery Learning


a. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)
Pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan
kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar
timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru dapat memulai
kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan
aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.
Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar
yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan.
b. Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah)
Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-
agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya
dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas
pertanyaan masalah).
c. Data collection (Pengumpulan Data)
Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para
siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini
berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya
hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan
(collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati
objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan
sebagainya.
d. Data Processing (Pengolahan Data)
Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan mengolah
data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara,
observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan,
wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan,
56

ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada
tingkat kepercayaan tertentu
e. Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan
alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing (Syah, 2004 : 244).
Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan
baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh
yang ia jumpai dalam kehidupannya.
f. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)

Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah


kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian
atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah,
2004:244). Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang
mendasari generalisasi.
3. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PJBL)
Model pembelajaran berbasis proyek dalam Abidin (2007:167)
merupakan model pembelajaran yang secara langsung melibatkan siswa
dalam proses pembelajaran melalui kegiatan penelitian untuk mengerjakan dan
menyelesaikan suatu proyek pembelajaran tertentu. Model pembelajaran berbasis
proyek ini sebenarnya bukanlah model baru dalampembelajaran. Walaupun
MPBP dapat dikatakan sebagai model lama, model ini masih banyak
digunakan dan terus dikembangkan karena dinilai memiliki keunggulan
tertentu dibanding dengan model pembelajaran lain. Salah satu keunggulan
tersebut yaitu merupakan salah satu model pembelajaran yang sangat baik dalam
mengembangkan berbagai keterampilan dasar yang harus dimiliki siswa termasuk
keterampilan berfikir, keterampilan membuat keputusan, kemampuan
berkreativitas, kemampuan memecahkan, dan sekaligus dipandang efektif
untuk mengembangkan rasa percaya diri danmanajemen diri para siswa.
Project Based Learning ialah proses pembelajaran yang secara langsung
melibatkan siswa untuk menghasilkan suatu proyek. Pada dasarnya model
57

pembelajaran ini lebih mengembangkan keterampilan memecahkan dalam


mengerjakan sebuah proyek yang dapat menghasilkan sesuatu. Dalam
implementasinya, model ini memberikan peluang yang luas kepada siswa untuk
membuat keputusan dalam memiliki topik, melakukan penelitian, dan
menyelesaikan sebuah proyek tertentu. pembelajaran dengan menggunakan
proyek sebagai metoda pembelajaran. Para siswa bekerja secara nyata,
seolah-olah ada di dunia nyata yang dapat menghasilkan produk secara realistis.
Karakteristik Model Project Based Learningdari Diffily and Sassman dalam
Abidin (2007:168) menjelaskan bahwa model pembelajaran ini memiliki tujuh
karakteristik sebagai berikut:
a. Melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran
b. Menghubungkan pembelajaran dengan dunia nyata
c. Dilaksanakan dengan berbasis penelitian
d. Melibatkan berbagai sumber belajar
e. Bersatu dengan pengetahuan dan keterampilan
f. Dilakukan dari waktu ke waktu
g. Diakhiri dengan sebuah produk tertentu.

Sintaks model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) dapat terlihat


pada Gambar 8 berikut.

Gambar 8. Sintaks Model Project Based Learning (PjBL)


a. Menyiapkan Pertanyaan Atau Penugasan Proyek
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang
dapatmemberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas.
Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan
58

sebuah investigas mendalamdan topik yang diangkat relevan untuk para peserta
didik.
b. Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project)
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta didik.
Dengan demikian peserta didik diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek
tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat
mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan
berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat
diakses untuk membantu penyelesaian proyek.
c. Menyusun jadwal (Create a Schedule)
Guru dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam
menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) membuat timeline
untuk menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline penyelesaian proyek,
(3)membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing
peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan
proyek,dan (5) meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang
pemilihan suatu cara.
d. Memonitor Kegiatan dan Perkembangan Proyek(Monitor the Students and the
Progress of the Project)
Guru bertanggung jawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas
peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara
menfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain pengajar berperan
menjadi mentor bagi aktivitas peserta didik. Agar mempermudah proses
monitoring, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang
penting.
e. Menguji Hasil (Assess the Outcome)
Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukur
ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing- masing
peserta didik,memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah
dicapai peserta didik, membantu pengajar dalam menyusun strategi pembelajaran
berikutnya.
f. Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience)
59

Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan


refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi
dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik
diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamanya selama
menyelesaikan proyek. Guru dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam
rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnyy
ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang
diajukan pada tahap pertama pembelajaran.
4. Model Pembelajaran Inquiry Based Learning (IBL)
Kata “Inquiry” berasal dari bahasa inggris yang berarti mengadakan
penyelidikan, menanyakan keterangan, melakukan pemeriksaan (Echols dan
Hassan Shadily, 2003: 323). Sedangkan menurut Gulo (2005:84) inkuiri berarti
pertanyaan atau pemeriksaan, penyelidikan. Sumantri (1999:164), menyatakan
bahwa metode inquiry adalah cara penyajian pelajaran yang memberi
kesempatankepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau
tanpa bantuan guru. Metode inquiry berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir
ilmiah pada diri siswa, dan menempatkan siswa dalam suatu peran yang
menuntut inisiatif besar dalam menemukan hal-hal penting untuk dirinya sendiri.
Pendekatan IBL adalah suatu pendekatan yang digunakan dan mengacu
pada suatu cara untuk mempertanyakan, mencari pengetahuan (informasi),
atau mempelajari suatu gejala. Pembelajaran dengan pendekatan IBL selalu
mengusahakan agar siswa selalu aktif secara mental maupun fisik. Materi
yang disajikan guru bukan begitu saja diberitahukan dan diterima oleh
siswa, tetapi siswa diusahakan sedemikian rupa sehingga mereka memperoleh
berbagai pengalaman dalam rangka “menemukan sendiri” konsep-konsep
yang direncanakan oleh guru.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa
Inquiry Based Learning (IBL) adalah sebuah teknik mengajar di mana guru
melibatkan siswa di dalam proses belajar melalui penggunaan cara-cara
bertanya, aktivitas problem solving, dan berpikir kritis. Hal ini akan memerlukan
banyak waktu dalam persiapannya.
60

Sintaks model pembelajaran Inquiry Based Learning (IBL) menurut Pedaste


dkk (2015: 54) seperti pada Gambar 9 berikut:

Gambar 9. Sintaks Model Inquiry Based Learning (IBL)


a. Orientasi (Orientation)
Berfokus pada merangsang minat dan rasa ingin tahu terkait dengan
masalah yang dihadapi. Selama fase ini topik belajar diperkenalkan berdasarkan
lingkungan sekitar yang diberikan oleh guru atau ditemukan sendiri oleh peserta
didik. Variabel utama yang diidentifikasi selama tahap orientasi adalah
memunculkan permasalahan.
b. Konseptualisasi (conceptualization)
Fase konseptualisasi (conceptualization) merupakan proses memahami
konsep-konsep dari permasalahn masalah yang dimunculkan. Fase ini dibagi
menjadi sub-fase, questioning (pertanyaan) dan hypothesis generation (hipotesis
umum). Kedua sub-fase tersebut sama-sama menghasilkan hasil yang belum dapat
dibedakan. Pada sub-fase questioning (pertanyaan) proses menghasilkan
pertanyaan berdasarkan masalah yang muncul, sementara pada sub fase
hypothesis generation (hipotesis umum) proses menghasilkan hipotesis terhadap
masalah. Kedua sub fase ini didasarkan pada teori kebenaran dan berisi variabel
bebas dan terikat, tetapi memiliki satu perbedaan utama, dimana hipotesis
diarahkan kepada hubungan antara variabel yang diberikan dalam hipotesis yang
tidak muncul dalam kasus pertanyaan penelitian. Secara umum, hipotesis adalah
penyusunan pernyataan atau seperangkat pernyataan, sementara pertanyaan adalah
penyusunan pertanyaan yang dapat diinvestigasi. Dengan demikian, hasil dari fase
Konseptualisasi adalah pertanyaan penelitian atau hipotesis yang akan diteliti atau
keduanya jika pertanyaan penelitian pertama dirumuskan dan kemudian hipotesis
yang dihasilkan berdasarkan pertanyaan.
c. Investigasi (investigation).
61

Fase investigasi (investigation) merupakan fase di mana rasa ingin tahu


yang berubah menjadi tindakan untuk menanggapi pertanyaan penelitian yang
muncul atau hipotesis. Sub-fase investigasi meliputi eksplorasi, eksperimentasi,
dan data interpretasi. Pada sub-fase eksplorasi, proses pembuatan data yang
sistematis dan terencana atas dasar pertanyaan penyelidikan yang muncul, sub-
fase eksperimentasi proses merancang dan melakukan percobaan untuk menguji
hipotesis sedangkan sub-fase data interpretasi, difokuskan pada proses pembuatan
makna dari data yang dikumpulkan dan mensintesis pengetahuan baru.Hasil akhir
dari fase investigasi merupakan interpretasi data (formulasi dari hubungan antara
variabel) yang akan memungkinkan kembali ke pertanyaan penelitian atau
hipotesis dan mengambil kesimpulan mengenai apa yang dipertanyakan atau
hipotesis.
d. Kesimpulan (conclusion)
Fase kesimpulan (conclusion) merupakan fase di mana kesimpulan dasar
dari pelajaran yang dilakukan. Pada fase ini peserta didik menjawab pertanyaan
penelitian atau hipotesis dan mempertimbangkan apakah ini menjawab atau
mendukung oleh hasil penelitian. Ini dapat melahirkan wawasan teoritis yang
baru. Hasil dari fase kesimpulan (conclusion) merupakan kesimpulan akhir
tentang temuan dari pembelajaran berbasis inquiry, menanggapi pertanyaan
penelitian atau hipotesis
e. Diskusi (Discussion)
Fase diskusi (discussion) terdiri sub-fase komunikasi (communication) dan
refleksi (reflection). Komunikasi dapat dilihat sebagai proses eksternal di mana
peserta didik hadir dan berkomunikasi terhadap temuan dan kesimpulan mereka
kepada peserta didik lain, dan menerima umpan balik dan komentar dari orang
lain, dan kadang-kadang bisa mendengarkan orang lain dan mengartikulasikan
dengan pemahaman sendiri. Refleksi didefinisikan sebagai proses mencurahkan
apa pun yang ada dalam pikiran peserta didik, misalnya, pada keberhasilan proses
penyelidikan (inquiry) atau menyarankan bagaimana proses pembelajaran berbasis
inquiry dapat ditingkatkan kedepannya. Hal ini dipandang sebagai proses internal
(Apa yang saya lakukan? Mengapa saya melakukannya? Apakah saya
melakukannya dengan baik? Apa pilihan lain pada situasi yang sama?). dalam
62

proses ini, beberapa kegiatan, seperti bermain peran, menulis buku harian atau
narasi, dan membimbing pertanyaan. Dengan demikian, refleksi sering lebih
terfokus pada proses pembelajaran berbasis inquiry dan komunikasi terfokus pada
hasil yang didapatkan. Kedua sub-fase diskusi ini dapat dilihat sebagai terjadi
pada dua tingkat kemungkinan: (1) berkomunikasi atau refleksi pada seluruh
proses di akhir pembelajaran berbasis inquiry atau (2) komunikasi dan refleksi
dalam seluruh proses disetiap masing-masing fase sebelumnya.
Kelima fase dari model Inquiry Based Learning (IBL) berlangsung secara
paralel satu sama lain yang saling berhubungan. Terutama pada fase komunikasi
yang bisa terjadi selama proses pembelajaran berlangsung.
Karakteristik Model Inquiry Based Learning yaitu model inquiry ini
berangkat dari asumsi bahwa sejak manusia lahir ke dunia, manusia
memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahunanya. Rasa ingin tahu
tentang keadaan alam disekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak lahir ke
dunia. Sejak kecil manusia memiliki keinginan untuk mengenal segala
sesuatu melalui indra pengecapan, pendengaran, penglihatan dan indraindra
lainnya.
Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama model pembelajaran inkuiri
ini, yaitu :
a. Strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal
untuk menari dan menemukan, artinya strategi inkuiri menempatkan siswa
sebagai subjek belajar.
b. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan. Dengan
demikian strategi pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai
sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.
c. Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah
mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan
kritis.Tujuan utama pembelajaran melalui model Inquiry Based Learning
ini adalah menolong siswa untuk dapat mengembangkan disiplin
intelektual dan keterampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan-
pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu mereka.
63

BAB III
PEMBAHASAN

A. Matriks Karakteristik Peserta Didik SMA, Karakteristik Fisika SMA, Model Pembelajaran Fisika SMA
Tabel 1. Matriks Hubungan Karakteristik Peserta Didik SMA, Karakteristik Fisika SMA, Model Pembelajaran Fisika
SMA
Karakteristik Peserta didik Hakikat Pembelajaran
Karaktristik Fisika SMA Model Pembelajaran Fisika
SMA Fisika SMA
a. Perkembangan Karakteristik a. Pembelajaran Karakteristik Fisika Secara 1. Model Discovery Learning
Berupa Perkembangan Fisik Merupakan suatu proses Umum Karakteristik :
- Pertumbuhan fisik interaksi antara pendidik dan a. Fisika merupakan suatu a. Mengeksplorasi dan
mengalami perubahan peserta didik dan sumber kumpulan pengetahuan memecahkan masalah
lebih cepat dimana jelas belajar pada suatu lingkungan yang tersusun secara untuk menciptakan,
terlihat pada tungkai dan belajar sehingga terjadi sistematis, dan dalam menggabungkan dan
tangan, tulang kaki dan perubahan perilaku ke arah penggunaannya secara menggeneralisasi
tangan, serta otot-otot yang lebih baik baik dari umum terbatas pada pengetahuan;
tubuh berkembang pribadi peserta didik. gejala-gejala alam. (Fakta) b. Berpusat pada siswa;
pesat. b. Hakikat Ilmu Fisika b. Fisika merupakan suatu kegiatan untuk
ilmu tentang alam dalam rangkaian konsep yang c. Menggabungkan
b. Perkembangan Karakteristik makna terluas yang saling berkaitan. pengetahuan baru dan
Seksual. Berkembangnya mempelajari gejala alam baik Menggunakan bagan- pengetahuan yang sudah
hormon-horman pada anak yang tidak hidup atau materi bagan konsep yang telah ada
baik itu pria dan wanita dalam lingkup ruang dan berkembang sebagai suatu Sintak :
yang mana hormon tersebut waktu yang terkumpul hasil eksperimen dan 1.Persiapan
dapat merangsang menjadi sebuah kumpulan observasi, yang bermanfaat 2.Pelaksanaan
kesuburan anak pengetahuan atau jalan untuk eksperimentasi dan a. Stimulation
berfikir dan cara untuk observasilebih lanjut (stimulus/pemberian
penyelidikan (Konsep) rangsangan).
64

c. Pembelajaran Fisika c. Fisika merupakan b. Problem statement


kesadaran murid untuk pengetahuan teoritis yang (pernyataan/identifikasi
memperoleh konsep dan disusun dengan cara yang masalah)
jaringan konsep Fisika baik khas atau khusus, yaitu c. Data collection
melalui eksplorasi dan dengan melakukan (Pengumpulan Data)
eksperimentasi yang bertujuan observasi, eksperimentasi, d. Data Processing
untuk menghasilkan siswa penyimpulan, penyusunan (Pengolahan Data)
yang memiliki potensi baik teori,eksperimentasi, e. Verification
dalam sikap, pengetahuan, observasi dan demikian (Pembuktian)
dan keterampilan seterusnya (Prinsip) f. Generalization (menarik
d. Fisika mempunyai nilai kesimpulan/generalisasi
ilmiah yang mana
kebenaran dalam Fisika
dapat dibuktikan lagi oleh 2. Model
c. Perkembangan Karakteristik semua orang dengan Pembelajaran Problem
Berpikir menggunakan metode Based Learning (PBL)
- Perkembangan kognitif ilmiah dan prosedur Karakteristik :
remaja, dalam (Prosedur) a. Permasalahan menjadi
pandangan Jean Piaget e. Fisika meliputi empat starting point dalam
(seorang ahli unsur, yaitu produk, belajar.
perkembangan kognitif) proses, aplikasi dan sikap. b. Permasalahan yang ada
merupakan periode Karakteristik Fisika dalam di dunia nyata yang tidak
terakhir dan tertinggi Pembelajaran terstuktur.
dalam tahap  Proses belajar fisika c. Permasalahan
pertumbuhan operasi melibatkan hampir semua membutuhkan perspektif
formal (period of formal alat indera, seluruh proses ganda (multiple
operations). berpikir, dan berbagai perspective).
- Pada periode ini, macam gerakan otot d. Permasalahan,
65

idealnya para remaja  Belajar fisika dilakukan menantang pengetahuan


sudah memiliki pola dengan menggunakan yang dimiliki oleh siswa,
pikir sendiri dalam berbagai macam cara sikap, dan kompetensi
usaha memecahkan (teknik). yang kemudian
masalah-masalah yang  Belajar fisika memerlukan membutuhkan
kompleks dan abstrak. berbagai macam alat, identifikasi kebutuhan
- Kemampuan berpikir terutama untuk membantu belajar dan bidang baru
para remaja berkembang pengamatan. dalam belajar.
sedemikian rupa  Belajar fisika seringkali e. Belajar pengarahan diri
sehingga mereka dengan melibatkan kegiatan- menjadi hal yang utama.
mudah dapat kegiatan temu ilmiah f. Pemanfaatan sumber
membayangkan banyak (misal seminar, konferensi pengetahuan yang
alternatif pemecahan atau simposium), studi beragam, penggunaanya,
masalah beserta kepustakaan, mengunjungi dan evaluasi sumber
kemungkinan akibat suatu objek, penyusunan informasi merupakan
atau hasilnya. hipotesis, dan lain-lain. proses yang esensial
- Namun masih belum  Belajar fisika merupakan dalam PBL.
optimal di Indonesia proses aktif. Belajar fisika g. Belajar adalah
yang bisa saja merupakan sesuatu yang kolaboratif, komunikasi
diakibatkan oleh sistem harus siswa lakukan, dan kooperatif.
pendidikan di Indonesia bukan sesuatu yang h. Pengembangan
yang tidak banyak dilakukan untuk siswa keterampilan inquiry dan
menggunakan metode pemecahan masalah
belajar-mengajar satu sama pentingnya dengan
arah (ceramah) dan penguasaan isi
kurangnya perhatian pengetahuan untuk
pada pengembangan mencari solusi dari
cara berpikir anak. sebuah permasalah.
66

- Penyebab lainnya bisa i. Keterbukaan proses


juga diakibatkan oleh dalam PBL meliputi
pola asuh orangtua yang sintesis dan integrasi dari
cenderung masih sebuah proses belajar.
memperlakukan remaja j. PBL melibatkan evaluasi
sebagai anak-anak, dan review pengalaman
sehingga anak tidak siswa dan proses belajar.
memiliki keleluasan Sintak :
dalam memenuhi tugas Fase 1: Mengorientasikan
perkembangan sesuai siswa/mahasiswa pada masalah
dengan usia dan Fase2: Mengorganisasikan
mentalnya. pebelajar untuk belajar
Fase 3: Membimbing
penyelidikan individu dan
kelompok
Fase4: Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
Fase 5: Menganalisa dan
mengevaluasi proses pemecahan
masalah

3. Model IBL
d. Perkembangan Karakteristik Karakteristik :
Emosi Yang Cenderung a.Strategi inkuiri menekankan
Meluap-Meluap kepada aktivitas siswa secara
Emosi pada remaja masih labil maksimal untuk menarik dan
karena belum bisa mengontrol menemukan, artinya strategi
emosi dengan baik dan hanya inkuiri menempatkan siswa
67

menuruti ego dalam diri sendiri sebagai subjek belajar.


b.Seluruh aktivitas yang
dilakukan siswa diarahkan
untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri
dari sesuatu yang
dipertanyakan
c.Tujuan dari penggunaan
strategi pembelajaran inkuiri
adalah mengembangkan
kemampuan berpikir secara
sistematis, logis, dan kritis
Sintak :
1) Orientasi (Orientation)
2)Konseptualisasi
(conceptualization)
3) Investigasi (investigation).
4) Kesimpulan (conclusion)
5) Diskusi (Discussion)

4. Model PJBL
e. Perkembangan Karakteristik Karakteristik :
Dalam Kehidupan Sosialnya a. Melibatkan siswa secara
- Sebagai makhluk sosial, langsung dalam
individu dituntut untuk pembelajaran
menguasai ketrampilan- b. Menghubungkan
ketrampilan sosial dan pembelajaran dengan dunia
kemampuan nyata
68

penyesuaian diri c. Dilaksanakan dengan


terhadap lingkungan berbasis penelitian
sekitarnya. d. Melibatkan berbagai
- Pada remaja sangat sumber belajar
penting menajaga e. Bersatu dengan
keterampilan sosial agar pengetahuan dan
tidak terjadi kesulitan keterampilan
dalam menyesuaikan f. Dilakukan dari waktu ke
diri dengan lingkungan waktu
sekitarnya sehingga g. Diakhiri dengan sebuah
dapat menyebabkan rasa produk tertentu.
rendah diri, dikucilkan Sintak :
dari pergaulan, 1. Menyiapkan Pertanyaan
cenderung berperilaku Atau Penugasan Proyek
yang kurang normatif 2. Mendesain Perencanaan
(misalnya asosial Proyek (Design a Plan
ataupun anti sosial), dan for the Project)
bahkan dalam 3. Menyusun jadwal
perkembangan yang (Create a Schedule)
lebih ekstrim bisa 4. Memonitor Kegiatan
menyebabkan terjadinya Dan Perkembangan
gangguan jiwa, Proyek (Monitor the
kenakalan remaja, Students and the
tindakan kriminal, Progress of the Project)
tindakan kekerasan, dsb. 5. Menguji Hasil (Assess
the Outcome)
f. Perkembangan Karakteristik 6. Mengevaluasi
Moral Pengalaman (Evaluate
69

- Remaja tidak lagi the Experience


menerima hasil
pemikiran yang kaku,
sederhana, dan absolut
yang diberikan pada
mereka selama ini tanpa
bantahan. Remaja mulai
mempertanyakan
keabsahan pemikiran
yang ada dan
mempertimbangan lebih
banyak alternatif
lainnya.
Secara kritis, remaja akan lebih
banyak melakukan pengamatan
keluar dan membandingkannya
dengan hal-hal yang selama ini
diajarkan dan ditanamkan
kepadanya. Peranan orangtua
atau pendidik amatlah besar
dalam memberikan alternatif
jawaban dari hal-hal yang
dipertanyakan oleh putra-putri
remajanya. Orangtua yang bijak
akan memberikan lebih dari
satu jawaban dan alternatif
supaya remaja itu bisa berpikir
lebih jauh dan memilih yang
70

terbaik.
71

B. Analisis Materi Suhu dan Kalor Terhadap Pemilihan Model Sesuai


Anjuran Kurikulum 2013

Materi gerak suhu dan kalor merupakan materi SMA kelas X Semester 1
dengan KD. 3.7 dan KD 4.1 KD 4.8 pada kelas XI ini yaitu Menganalisis
hubungan antara perubahan suhu dan banyaknya kalor yang dihasilkan dalam
kehidupan sehari-hari. Adapun kata kerja operasional yang digunakan pada KD
3.7 ini yaitu menganalisis, yang mana menganalisis ini berada pada posisi C4.
Adapun kemampuan yang harus ada pada peserta didik yaitu kemampuan untuk
merinci atau menguraikan suatu masalah, mampu untuk mentransfer pengetahuan
yang mana pada materi suhu dan kalor ini terdapat materi besaran-besaran fisika
sehingga peserta didik hendaknya dapat mentransfer pengetahuan matematika
yang telah mereka miliki sebelumnya, kemudian peserta didik diharapkan
memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah menjadi bagian-bagian dan
melakukan pengkajian yang mana pada materi suhu dan kalor ini yaitu pengaruh
perubahan suhu dengan banyaknya kalor yang akan dihasilkan dan dan besaran-
besaran terkaitnya.
Dari ketiga perpaduan materi tersebut peserta didik diharapkan mampu
mengkaji uraian dari besaran-besaran tersebut yang mana kesemua kemampuan
tersebut dapat ditunjang dengan penggunaan media dalam pembelajaran.
Kemudian untuk KD 4.1 terdapat kata kerja operasional yaitu melakukan yang
mana kata kerja operasional ini terletak pada posisi P2 yaitu setara dengan
melakukan. Yang mana nantinya peserta didik diharapkan dapat melakukan
percobaan mengenai suhu dan kalor ini. Untuk lebih jelasnya, berikut pemaparan
Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, dan Indikator materi suhu dan kalor.
1. Kompetensi Int
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
72

dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.


KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian
yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkrit dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

2. Peta Konsep Materi Suhu dan Kalor


74

3. Matriks Analisis Materi Suhu dan Kalor Terhadap Pemilihan Model Sesuai Anjuran Kurikulum 2013

Tabel 2. Matriks Analisis Materi Suhu dan Kalor Terhadap Pemilihan Model Sesuai Anjuran Kurikulum 2013

Kompetensi Indikator Tujuan Karakter yang Karakteristik Materi (Fakta, Stimulus Sintak
Dasar Pembelajaran Harus Dimiliki Konsep, Prinsip, Prosedur) Pembelajaran Pembelajaran
oleh Guru
3.71 Menganalisis C4 (Menganalisis) Melalui kegiatan  Dalam Fakta  Pendidik Bertanya
pengaruh  Mendefenisikan pembelajaran menganalisis,  Air yang mendidih memberikan  Membimbing
kalor pengertian suhu dalam proses peserta didik  Es batu yang mencair tayangan peserta didik
terhadap dan kalor mencari hendaknya  Pertambahan panjang rel vidio sebagai untuk bertanya
suhu benda.  Mengidentifikasi informasi, memiliki kereta api saat siang hari stimulus terkait
4.11 Melakukan besaran-besaran menanya, kemampuan untuk peserta demonstrasi
percobaan yang terkait dengan bereksperimen untuk merinci didik. yang dilakukan
hubungan materi suhu dan dan berdiskusi atau Konsep  Pendidik Hipotesis umum
suhu dan kalor peserta didik menguraikan  Suhu adalah derajat yang memberikan  Menyuruh
kalor  Menentukan dapat memahami suatu menyatakan panas atau pertanyaan peserta didik
berikut persamaan kalor pengetahuan masalah/soal dinginnya suatu benda. kenapa hal untuk membuat
presentasi  Menghitung faktual, menjadi  Termometer merupakan alat tersebut dapat hipotesis umum
serta makna besarnya konseptual, dan bagian-bagian ukur suhu. terjadi. tentang masalah
fisisnya. ertambahan prosedural yang lebih kecil  Satuan internasional suhu  Pendidik yang diberikan
panjang benda tentang dan mampu adalah Kelvin (K) membimbing  Investigasi
(pemuaian) hubungan antara untuk siswa untuk Eksplorasi
 Pemuaian adalah
 Menentukan suhu dan kalor memahami melakukan  Guru
pertambahan panjang yang
pengaruh kalor dalam kehidupan hubungan di investigasi memancing
terjadi pada benda .
dengan perubahan sehari-hari serta antara bagian- mengenai siswa untuk
 Kalor merupakan bentuk
bentuk bentuk mampu bagian tersebut. contoh yang mengingat
energy yang berpindah
membangun - Peserta didik
75

Kompetensi Indikator Tujuan Karakter yang Karakteristik Materi (Fakta, Stimulus Sintak
Dasar Pembelajaran Harus Dimiliki Konsep, Prinsip, Prosedur) Pembelajaran Pembelajaran
oleh Guru
benda kesadaran akan dituntut untuk karena adanya perbedaan telah pelajaran suhu
 Melaksanakan kebesaran Tuhan mampu suhu. diberikan. dan kalor
percobaan untuk YME dan mentransfer  Satuan untuk menyatakan  Pendidik  Memancing
menetukan mampu pengetahuan kalor adalah joule (J) atau membantu siswa untuk
hubungan suhu dan menunjukkan matematika Kalori (kal). Peserta didik mencari materi
kalor sikap ilmiah dan dalam untuk suhu dan kalor
keterampilan menentukan Prinsip menemukan pada proses
procedural hubungan Kalor adalah energi panas pengertian peribahan es
melalui proses besaran yang zat yang dapat berpindah dari suhu batu menjadi air
mencoba, telah dipelajari. dari suhu tinggi ke suhu dengan  Memaparkan
mengasosiasi - Peserta didik rendah. Jika mengalami menampilkan materi suhu dan
dan dituntut untuk perubahan suhu maka : gambar atau kalor
mengkomunikasi melakukan vidio. Eksperimen
kannya dalam pemecahan  Pendidik  Mengorganisasi
presentasi dan masalah yang membantu kan kegiatan
laporan tertulis. berupa Peserta didik pembelajaran
menguraikan untuk  Melakukan
masalah Namun jika tidak menemukan pembagian
menjadi mengalami perubahan suhu pengertian bahan berupa
bagian-bagian (berubah wujud) maka : dari kalor LKPD
dan meneliti, dengan  Melakukan
mengkaji, serta Untuk Es menjadi Cair menampilkan pembagian
menyusun gambar atau kelompok untuk
kembali bagian vidio kegiatan
tersebut perubahan es praktikum
76

Kompetensi Indikator Tujuan Karakter yang Karakteristik Materi (Fakta, Stimulus Sintak
Dasar Pembelajaran Harus Dimiliki Konsep, Prinsip, Prosedur) Pembelajaran Pembelajaran
oleh Guru
menjadi suatu menjadi air.  Membimbing
kesatuan Untuk Cair menjadi Gas  Pendidik dalam kegiatan
sehingga (Uap) membagi eksperimen
merupakan peserta didik suhu dan kalor
penyelesaian dalam  Membimbing
akhir beberapa dalam diskusi
- Saat proses kelompok hasil praktikum
diskusi dan Keterangan : untuk Interpretasi data
praktikum melakukan  Membimbing
diharapkan Q = Kalor (Joule) praktikum. dalam
sikap c = kalor jenis zat (J/kg K)  Pendidik Menganalisis
spiritual C = kapasitas panas suatu membimbing dan mengolah
(jujur) dan benda (J/K) peserta didik data praktikum
sikap sosial ΔT = perubahan suhu zat untuk Kesimpulan
(teliti, (K) mendiskusika  Membimbing
kerjasama, L = kalor laten lebur (J/kg) n hasil dalam
percaya U = kalor laten uap (J/kg) praktikum dan merumuskan
diri, menyimpulka kesimpulan
tamggung Konversi satuan kalor nnya.  Diskusi
jawab,  Pendidik Komunikasi
disiplin, 1 kalori = 4,2 Joule membimbing  Mempresentasik
santun dan 1 Joule = 0,24 kalori peserta didik an hasil
menghargai dalam praktikum
pendapat Pemuaian adalah bertambah merumuskan Refleksi
orang lain) besarnya ukuran suatu kesimpulan.  Melakukan
77

Kompetensi Indikator Tujuan Karakter yang Karakteristik Materi (Fakta, Stimulus Sintak
Dasar Pembelajaran Harus Dimiliki Konsep, Prinsip, Prosedur) Pembelajaran Pembelajaran
oleh Guru
peserta benda karena kenaikkan  Pendidik penilaian dan
didik dapat suhu yang terjadi pada meminta refleksi terhadap
tumbuh dan benda tersebut. peserta didik hasil kerja
berkembang untuk kelompok
dengan baik 1. Pemuaian Zat Padat mempresentas
- Menunjukk ikan hasil Sistem sosial:
an sikap Ada 3 jenis pemuaian pada praktikum  Kerja sama
ilmiah pada zat padat, yakni : yang telah di dalam
saat laksanakan. kelompok
melaksanak a. Pemuaian Panjang  Toleransi dalam
an kerja kelompok
percobaan
gerak Adanya prinsip-
harmonik prinsip reaksi:
pada  Memberikan
ayunan Keterangan : penilaian dan
bandul refleksi terhadap
 Kemampuan LT = Panjang total (m) hasil praktikum
yang harus Lo = panjang mula-mula (m)  Memberikan
dimiliki peserta ΔL = pertambahan panjang pujian terhadap
didik dalam (m) siswa yang aktif
menyelesaikan ΔT = selisih suhu awal dan  Memberikan
masalah adalah akhir (oC atau oK) reward kepada
sebagai α = koefisien muai panjang (oC- kelompok yang
1
berikut : atau oK-1) paling aktif
78

Kompetensi Indikator Tujuan Karakter yang Karakteristik Materi (Fakta, Stimulus Sintak
Dasar Pembelajaran Harus Dimiliki Konsep, Prinsip, Prosedur) Pembelajaran Pembelajaran
oleh Guru
Menurut Young
dan Freedman b. Pemuaian Luas Sistem pendukung:
(2012: 3)  Alat peraga
menjelaskan  bahan ajar berupa
menyelesaikan LKPD
soal fisika ada  alat dan bahan
empat langkah untuk praktikum
yang dilakukan Keterangan :
meliputi:
- Pertama, AT = Luas total (m2)
mengidentifikas Ao = luas mula-mula (m2)
i konsep ΔA = pertambahan luas (m2)
relevan ΔT = selisih suhu awal dan
(identify). akhir (oC atau oK)
Pada langkah β = koefisien muai luas (oC-
ini siswa 1
atau oK-1)
menggunakan
kondisi yang c. Pemuaian Volume
dinyatakan
dalam masalah
untuk
menentukan
konsep fisika
yang relevan Keterangan :
dan
79

Kompetensi Indikator Tujuan Karakter yang Karakteristik Materi (Fakta, Stimulus Sintak
Dasar Pembelajaran Harus Dimiliki Konsep, Prinsip, Prosedur) Pembelajaran Pembelajaran
oleh Guru
mengidentifikas VT = Volume total (m3)
i variabel yang Vo= volume mula-mula (m3)
dicari seperti ΔV = pertambahan volume (m3)
membuat daftar ΔT = selisih suhu awal dan
besaran yang akhir (oC atau oK)
diketahui dan γ = koefisien muai volume (oC-
1
menentukan atau oK-1)
besaran ditanya.
- Kedua, set up dimana :
the problem
Pada langkah
ini menentukan
persamaan yang
sesuai untuk
memecahkan 2. Pemuaian Zat Cair
masalah,
membuat sketsa Pada zat cair terjadi Pemuaian
mendeskripsika volume
n masalah.
- Ketiga, execute
solusi.
Pada langkah
ini
menggunakan Keterangan :
persamaan,
80

Kompetensi Indikator Tujuan Karakter yang Karakteristik Materi (Fakta, Stimulus Sintak
Dasar Pembelajaran Harus Dimiliki Konsep, Prinsip, Prosedur) Pembelajaran Pembelajaran
oleh Guru
mensubtitusika VT = Volume total (m3)
n nilai yang Vo= volume mula-mula (m3)
diketahui ke ΔV = pertambahan volume (m3)
persamaan dan ΔT = selisih suhu awal dan
melakukan akhir (oC atau oK)
operasi γ = koefisien muai volume (oC-
1
matematika atau oK-1)
menemukan
solusi. 3. Pemuaian Zat Gas
- Keempat,
evaluasi Pada zat gas terjadi pemuaian
jawaban(evalua volume
si). Peserta
didik mengecek
satuan dan
mengecek
kesesuaian
dengan konsep.
Keterangan :

VT = Volume total (m3)


Vo= volume mula-mula (m3)
ΔV = pertambahan volume (m3)
ΔT = selisih suhu awal dan
akhir (oK)
81

Kompetensi Indikator Tujuan Karakter yang Karakteristik Materi (Fakta, Stimulus Sintak
Dasar Pembelajaran Harus Dimiliki Konsep, Prinsip, Prosedur) Pembelajaran Pembelajaran
oleh Guru

D. Perpindahan Kalor

Energi panas/kalor dapat


berpindah melalui berbagai
cara, antara lain :

1. Konduksi

Konduksi merupakan
perpindahan kalor tanpa disertai
perpindahan partikel-
partikelnya.

Keterangan :

H = Laju hantar kalor (J/s atau


Watt)
Q = Jumlah aliran kalor (J)
t = selang waktu (s)
k = konduktivitas termal
82

Kompetensi Indikator Tujuan Karakter yang Karakteristik Materi (Fakta, Stimulus Sintak
Dasar Pembelajaran Harus Dimiliki Konsep, Prinsip, Prosedur) Pembelajaran Pembelajaran
oleh Guru
A = luas penampang benda (m2)
L = tebal benda atau jarak antar
ujung benda (m)
ΔT = perbedaan suhu kedua
ujung

2. Konveksi

Konveksi merupakann
perpindahan kalor dengan
disertai perpindahan partikel-
partikelnya.

Keterangan :

H = Laju hantar kalor (J/s)


Q = Jumlah aliran kalor (J)
t = selang waktu (s)
h = koefisien konveksi
A = luas penampang benda
(m2)
83

Kompetensi Indikator Tujuan Karakter yang Karakteristik Materi (Fakta, Stimulus Sintak
Dasar Pembelajaran Harus Dimiliki Konsep, Prinsip, Prosedur) Pembelajaran Pembelajaran
oleh Guru
ΔT = perbedaan suhu

3. Radiasi

Radiasi adalah perpindahan


kalor tanpa zat perantara.

Keterangan :

P = Laju hantar kalor (J/s)


Q = Jumlah aliran kalor (J)
t = selang waktu (s)
e = emisivitas bahan
σ = tetapan Boltzmann (5,67
x 10-8 Wm-2 K-4)
A = luas permukaan benda
pemancar (m2)
T = suhu benda (K)

Prosedur
 Percobaan perpindahan
84

Kompetensi Indikator Tujuan Karakter yang Karakteristik Materi (Fakta, Stimulus Sintak
Dasar Pembelajaran Harus Dimiliki Konsep, Prinsip, Prosedur) Pembelajaran Pembelajaran
oleh Guru
kalor
 Percobaan azas black
83

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan tersebut, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Model pembelajaran fisika adalah sebagai kerangka konseptual dalam
keseluruhan alur atau langkah-langkah kegiatan pembelajaran fisika yang
tergambar secara sistemik, dan berfungsi sebagai pedoman bagi guru
atau perancang pembelajaran fisika dalam merencanakan dan melaksanakan
aktivitas pembelajaran
2. Pemilihan model pembelajaran perlu memperhatikan karakteristik materi
Fisika yang akan diajarkan. Karakteristik materi Fisika terdiri dari fakta,
konsep, prinsip, prosedur, hukum, postulat, dan teori Fisika.
B. Saran
Penulis mengetahui bahwa makalah ini belum sempurna, untuk itu
diharapkan kepada dosen pembimbing serta pembaca ikut memberikan saran agar
makalah ini lebih baik untuk selanjutnya.
84

DAFTAR PUSTAKA
Giancoli, Doughlas. C.. 2012. Fisika Jilid I (terjemahan). Jakarta: Erlangga.
Kemendikbud. 2013. Diklat Pendidik Dalam Rangka Implementasi Kurikulum
2013. Jakarta : Kemendikbud
Kemendikbud. 2016. Silabus Mata Pelajaran Sekolah Menengah Atas/ Madrasah
Aliyah (SMA/MA). Jakarta: Kemendikbud.
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Jakarta
Sudibyo, Bambang. 2006. Undang-Undang Repubkik IndonesiaNomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta. Depdiknas.
Sutrisno. 2006. Fisika dan Pembelajaran. Universitas Pendidikan Indonesia
Qodir, Abdul. 2012. Konsep Teori, Model, dan Hukum Fisika. [online]:
http://aqodirt.blogspot.com/2012/02/konsep-teori-model-dan-hukum-
fisika.html?m=1
Young, Hugh D. dan Freedman, Roger A., 2002. Fisika Universitas (terjemahan).
Jakarta: Erlangga.
http://www.tintapendidikanindonesia.com/2017/01/pengelompokkan-model-
pembelajaran.html

Anda mungkin juga menyukai