Anda di halaman 1dari 62

Hari/Tanggal : Senin / 11-02-2019

Kelompok :6
Tugas :3

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA

“PENGERTIAN TAKTIK, GAYA, TEKNIK, STRATEGI, PENDEKATAN


DAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA”

NAMA : YOSA AULYA PUTRI

NIM : 18175041

DOSEN : 1. Prof. Dr. Festiyed, M.S

2. Dr. Fatni Mufit, S.Pd, M.Si

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya, penulis dapat menyusun tugas ini dengan judul “Pengertian
Taktik, Gaya, Teknik, Strategi, Pendekatan Dan Model Pembelajaran
Fisika”.
Dalam penyelesaian makalah ini penulis banyak menemui kendala. Namun
berkat bantuan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu khususnya dosen pembimbing mata kuliah Pengembangan
Model Pembelajaran Fisika, Ibu Prof. Dr. Hj. Festiyed, M.S dan Ibu Dr. Fatni
Mufit, S.Pd, M.Si.
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu,penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca dalam rangka
penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Padang, 11 Februari 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...................................................................................2
D. Manfaat Penulisan.................................................................................2
BAB II KAJIAN TEORI
A. Landasan Agama...................................................................................3
B. Landasan Yuridis...................................................................................6
C. Taktik Pembelajaran Fisika...................................................................7
D. Gaya Pembelajaran Fisika.....................................................................8
E. Metode Pembelajaran Fisika...............................................................13
F. Teknik Pembelajaran Fisika.................................................................16
G. Strategi Pembelajaran Fisika...............................................................23
H. Pendekatan Pembelajaran Fisika.........................................................28
I. Model Pembelajaran Fisika.................................................................30
BAB III PEMBAHASAN
A. Matrik Perbedaan Taktik, Gaya, Teknik, Strategi, Pendekatan,
dan Model Pembelajaran Fisika...........................................................48
B. Matriks Perbandingan Model, Strategi, Pendekatan, Teknik, Gaya
Dan Taktik Pembelajaran Fisika.........................................................49
C. Hubungan Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, Gaya,
Dan Model Pembelajaran Fisika..........................................................53
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................58
B. Saran....................................................................................................58
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................59

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembelajaran suatu kegiatan yang dirancang oleh guru agar siswa
melakukan keiatan belajar, untuk mencapai tujuan atau kompetensi yang
diharapkan. Dalam merancang kegiatan pembeajaran ini, seorang guru semestinya
memahami karakteristik siswa, tujuan pembelajran, yang ingin dicapai atau
kompetensi yang harus dikuasai siswa, materi ajar yang akan disajikan, dan cara
yang digunakan terus mengemas penyajian materi serta penggunaan bentuk dan
jenis penilaian yang akan dipiih untuk melakukan mengukuran terhadap
ketercapaian tujuan pembelajaran atau kompetensi yang telah dimiliki siswa.
Berkaitan dengan cara atau metode apa yang akan dipilih dan digunakan dalam
kegiatan pembelajaran, seorang guru harus terlebih dahulu memahami berbagai
pendakatan, strategi, dan model pembelajaran. Pemahaman tentang hal ini akan
memberikan tuntutan kepada guru untuk dapat memilah, memilih, dan
menetapkan dengan tepat metode pmbelajaran yang akan digunakan dalam
pembelajaran. Perlu dipahami bahwa setiap pendekatan pembelajran memiliki
pandangan yang berbeda tentang konsepsi dan makna pembelajaran, pandangan
tentang guru, dan pandangan tentang siswa, perbedaan inilah kemudian
mengakibatkan strategi dan model pembelajaran yang dikembangkan menjadi
berbeda juga, sehingga proses pembelajaran akan berbeda walaupun strategi
pembelajaran sama.
Pemilihan model pembelajaran yang tepat akan membawa siswa belajar
sesuai dengan cara-gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat
dicapai dengan optimal ada berbagai model pembelajaran. Dalam prakteknya,
pengajar harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk
segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran
yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar,
fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.
Jenis – jenis model belajar cukup banyak, menurut Erman Suherman ada 65,
2

juga model pembelajaran berkaitan dengan mata kuliah atau mata pelajaran,
contoh ada model pembelajaran fisika. Penggunaan model pembelajaran juga
dipengaruhi oleh filsafat pendidikan, misalnya model pembelajaran yang sesuai
dengan filsafat konstruktivisme, model pembelajaran yang sesuai dengan filsafat
progesivisme, dan lain-lain. Selain itu model pembelajaran juga bergantung dari
pemakaian teknologi dalam pendidikan, misalnya penggunaan computer.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan taktik pembelajaran fisika?
2. Apa yang dimaksud dengan gaya pembelajaran fisika?
3. Apa yang dimaksud dengan teknik pembelajaran fisika?
4. Apa yang dimaksud dengan strategi pembelajaran fisika?
5. Apa yang dimaksud dengan pendekatan pembelajaran fisika?
6. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran fisika?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pengertian taktik pembelajaran fisika
2. Mengetahui pengertian gaya pembelajaran fisika
3. Mengetahui pengertian teknik pembelajaran fisika
4. Mengetahui pengertian strategi pembelajaran fisika
5. Mengetahui pengertian pendekatan pembelajaran fisika
6. Mengetahui pengertian model pembelajaran fisika
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi guru sebagai tambahan wawasan mengenai pengembangan dan
pemanfaatan model pembelajaran dan dapat diaplikasikan.
2. Bagi penulis sebagai modal untuk menulis tesis dan melakukan penelitian
ilmiah dalam pengembangan model pembelajaran.
3

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Landasan Agama
Pada dasarnya konsep belajar itu selalu menunjukkan kepada suatu proses
perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman
tertentu. Hal-hal ini dapat terlaksana dengan baik atas ketersediaan bahan ajar
yang baik sehingga materi-materi yang diajarkan dapat tersampaikan dengan
benar. Hal ini sejalan dengan Firman Allah dalam Al-Qur’an surat An-Nahl ayat
78, seperti berikut:

Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan
dan hati, agar kamu bersyukur.”
Adapun makna dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa pada mulanya
manusia itu tidak memiliki pengetahuan atau tidak mengetahui sesuatu apapun.
Maka belajar adalah “perubahan tingkah laku lebih merupakan proses internal
peserta didik dalam rangka menuju tingkat kematangan”. Selain itu sebagai
seorang pendidik, kita harus betul-betul memahami kewajiban untuk
menyebarluaskan ilmu dengan berbagai cara atau metode yang akan dipilih dan
digunakan dalam kegiatan pembelajaran, yang didahului dengan penguatan pada
pendakatan, strategi, dan model pembelajaran. Pendidik juga dilarang
menyembunyikan suatu ilmu, seperti yang diterangkan dalam Q.S Ali-Imran ayat
187 berikut:
4

Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang
telah diberi Kitab (yaitu), ‘Hendaklah kamu benar-benar menerangkannya
(isi Kitab itu) kepada manusia, dan janganlah kamu menyembunyikannya,’
lalu mereka melemparkan (janji itu) ke belakang punggung mereka dan
menjualnya dengan harga murah. Maka itu seburuk-buruk jual-beli yang
mereka lakukan.”
Ayat tersebut memerintahkan bagi siappun yang dibekali kelebihan ilmu
untuk dapat menerangkannya kepada yang lainnya. Menerangkan ilmu
seyogyanya juga membutuhkan cara yang baik dalam penyampaiaan agar orang
yang menerima dengan mudah mendapatkan ilmu sesuai dengan tujuan yang
hendak dicapai.
Kemudian di dalam Al-Qur'an dijelaskan bahwa segala sesuatu yang
diperbuat di hari esok, haruslah direncanakan terlebih dahulu. Hal ini terbukti
dalam Al-Qur`an surat al Hasyr ayat 18.

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan


hendaklah setiap individu memperhatikan merencanakan apa yang akan
diperbuatnya di hari esok. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya
Allah mengetahui apa yang akan kamu kerjakan"(Q.S.Al-Hasyr: 18).
Perencanaan berkaitan dengan penentuan apa yang akan dilakukan.
Mengingat perencanaan merupakan suatu proses untuk menentukan ke arah yang
ingin dicapai, serta mengidentifikasikan persyaratan yang diperlukan dengan cara
yang paling efektif dan efisien. Sehingga, perencanaan yang baik dapat membantu
proses pembelajaran yang hendaknya melakukan yang terbaik agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
Serta dalam QS. Al-Mu’minun ayat 12-14 :
5

Artinya: “ Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal)
dari tanah. Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan)
dalam tempat yang kukuh (rahim). Kemudian, air mani itu Kami jadikan
sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami
menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Mahasuci Allah, Pencipta
yang paling baik.”(Q.S. al-Mukminun ayat 12–14)
Berdasarkan ayat diatas menjelaskan bahwa segala sesuatu itu tercipta
melalui proses bukan semata-mata langsung tercipta, begitupun juga di dalam
model pembelajaran terdapat tahap-tahap atau urutan-urutan kegiatan belajar yang
diistilahkan dengan fase yang menggambarkan bagaimana model tersebut dalam
praktiknya, misalnya bagaimana memulai pembelajaran supaya tujuan
pembelajaran tercapai hendaknya.
Al-quran juga menjelaskan tentang pendidikan yang pertama sekali
dirasakan oleh manusia, Q.S Al-Baqarah ayat 31 :

Artinya: “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)


seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu
berfirman : “sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu
memang benar orang-orang yang benar ! ”(Q.S Al-Baqarah ayat 31).

Tafsir Jalalayn mengatakan makna (dan diajarkan-Nya kepada Adam nama-


nama) maksudnya nama-nama benda (keseluruhnya) dengan jalan memasukkan
ke dalam kalbunya pengetahuan tentang benda-benda itu (kemudian
dikemukakan-Nya kepada Malaikat) maksudnya benda-benda itu yang ternyata
6

bukan saja benda-benda mati, tetapi juga makhluk-makhluk berakal. Itulah awal
mula pendidikan yang dirasakan oleh ummat manusia di dunia. Perkembangan
waktu menuntut manusia untuk berkembang dalam cara penyampaian sebuah
ilmu. Dewasa ini, pendidik harus mampu menyajikan bagaimana model, metode,
taktik dalam penyampaian ilmu pengetahuan terutama yang menyangkut fisika
demi membentuk manusia yang lebih baik lagi.
Dengan demikian perencanaan berkaitan dengan penentuan apa yang akan
dilakukan. Mengingat perencanaan merupakan suatu proses untuk menentukan ke
mana harus pergi dan mengindetifikasikan persyaratan yang diperlukan dengan
cara yang paling efektif dan efisien. Sehingga perencanaan dapat membantu
proses pembelajaran yang hendaknya melakukan yang terbaik agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai. Itulah sebabnya pentingnya mengembangkan model
pembelajaran yang baik dan menarik agar proses pembelajaran dapat berjalan
dengan baik.
B. Landasan Yudiris
Menurut Standar Proses telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Proses
Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi pesertadidik untuk berpartisipasi aktif,
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran,
pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.
Selanjutnya, berdasarkan Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang
Standar proses pendidikan. Dalam pelaksanaan pembelajaran pendidik mestilah
menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran,
dan sumber belajar yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik serta mata
pelajaran agar pembelajaran yang dilaksanakan mengarah kepada standar nasional
pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya.
7

C. Taktik Pembelajaran
1. Pengertian Taktik Pembelajaran Fisika
Taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan
metode atau teknik pembelajaran tertentu yang bersifat individual. Menurut
Harvestime International Institute, “Teaching" is the act of instructing another
person. "Tactics" are methods used to achieve a goal, purpose, or objective.
Taktik bertujuan untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan memanfaatkan cara
yang spesifik (Owyang, 2013). Taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang
dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya
individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode
ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya.
Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena
memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi
kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu
elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa
taktik pembelajaran merupakan suatu gaya yang spesifik dalam pembelajaran
yang digunakan oleh pendidik untuk mencapai tujuan tertentu. Taktik dapat
digunakan agar peserta didik terlibat aktif dalam pembelajaran. Dengan perkataan
lain, taktik pembelajaran fisika adalah cara khusus atau khas yang dilakukan guru
dalam menyampaikan materi fisika agar peserta didik mudah memahami materi
fisika yang bersifat abstrak maupun konkret.
2. Karakteristik Taktik Pembelajaran Fisika
Karakteristik dari taktik pembelajaran fisika agar dalam belajar fisika
peserta didik dapat lebih memahami fisika itu sendiri ialah :
a. Bersifat individual. Artinya taktik pembelajaran yang digunakan antar guru
berbeda satu sama lain.
b. Bersifat taktis. Artinya taktik pembelajaran fisika tersusun dalam langkah-
langkah yang sesuai dengan prosedur pembelajaran.
c. Bersifat terencana. Artinya taktik pembelajaran fisika disusun secara sistematis
sesuai dengan materi yang akan diajarkan kepada peserta didik.
8

d. Bersifat kondisional dan transaksional. Artinya taktik pembelajaran fisika


disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik dalam memahami materi fisika
dan kondisi dari lingkungan belajarnya.

D. Gaya Pembelajaran Fisika


1. Pengertian Gaya Mengajar dalam Pembelajaran Fisika
Gaya adalah suatu pembawaan seseorang yang dipengaruhi oleh faktor
lingkungan dan faktor alamiah seperti karakteristik. Berikut pengertian gaya
mengajar menurut para ahli.
a. Suparman (2010: 63) mengemukakan bahwa gaya mengajar adalah cara atau
metode yang dipakai guru ketika sedang melakukan pembelajaran.
b. Menurut Thoifuri (2013:81), gaya mengajar adalah bentuk penampilan guru
saat mengajar, baik yang bersifat kurikuler maupun psikologis. Gaya mengajar
yang bersifat kurikuler adalah guru mengajar yang disesuaikan dengan tujuan
dan sifat mata pelajaran tertentu. Gaya mengajar yang bersifat psikologis
adalah guru mengajar yang disesuaikan dengan motivasi peserta didik,
pengelolaan kelas dan evaluasi hasil belajar.
c. Menurut Yamagishi (1990: 11), “Furthermore, the concept of teaching style
can help us to understand the person as a teacher acting as an "instrument of
thought" who actually shapes the reality of the classroom”.
d. Gaya mengajar didefinisikan sebagai cara khusus dari seorang guru dalam
menyampaikan materi ajar agar peserta didik bisa menerima/memahami
informasi yang didapat dari guru tersebut (Butler dalam Yamagishi, 1990: 11).
e. Ali (2010: 57) menyimpulkan bahwa gaya mengajar yang dimiliki oleh guru,
mencerminkan pada cara melaksanaakan pembelajaran, sesuai dengan
pandangannya sendiri.
Berdasarkan pengertian yang dikemukakan, disimpulkan bahwa gaya
mengajar dalam pembelajaran fisika adalah suatu cara atau bentuk penampilan
seorang guru dalam menanamkan pengetahuan, membimbing, mengubah atau
mengembangkan kemampuan, perilaku dan kepribadian peserta didik dalam
mencapai tujuan proses belajar fisika. Gaya mengajar guru merupakan faktor yang
9

penting dalam menentukan keberhasilan proses belajar peserta didik. Oleh karena
itu, apabila seorang guru memiliki gaya mengajar yang baik, maka diharapkan
hasil belajar peserta didik juga menjadi lebih baik.
2. Karakteristik Gaya Mengajar dalam Pembelajaran Fisika
Berikut ini karakteristik gaya mengajar dalam pembelajaran fisika, yaitu.
a. Gaya mengajar disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik dalam
pembelajaran fisika.
b. Guru dalam pembelajaran fisika berperan sebagai motivator, fasilitator bagi
peserta didik.
c. Gaya mengajar disesuaikan dengan pengelolaan kelas
d. Gaya mengajar disesuaikan dengan materi ajar dan sifat mata pelajaran
fisika
3. Jenis-Jenis Gaya Mengajar dalam Pembelajaran Fisika
Menurut Majid (2013: 277-280), gaya-gaya mengajar dapat dibedakan ke
dalam empat macam sebagai berikut.
a. Gaya Mengajar klasik
Proses pembelajaran dengan gaya klasik berupaya untuk memelihara dan
menyampaikan nilai-nilai lama dari generasi terdahulu ke generasi berikutnya.
Peran guru di sini sangat dominan, karena dia harus menyampaikan bahan. Oleh
karenanya guru harus ahli (expert) tentang pelajaran yang dipegangnya. Dengan
demikian proses pembelajaran bersifat pasif, yakni peserta didik diberi pelajaran.
Menurut Thoifuri (2013: 83-84) ciri-ciri gaya mengajar klasik adalah:
1) Bahan pelajaran, berupa: sejumlah informasi dan ide yang sudah populer
dan diketahui peserta didik, bersifat obyektif, jelas, sistematis dan logis.
2) Proses penyampaian materi: menyampaikan nilai-nilai lama dari generasi
terdahulu ke generasi berikutnya yang bersifat memelihara, tidak didasarkan
pada minat peserta didik, hanya didasarkan urutan tertentu.
3) Peran peserta didik: pasif, hanya diberi pelajaran untuk didengarkan.
4) Peran guru: dominan, hanya menyampaikan bahan ajar, otoriter, namun ia
benar-benar ahli.

b. Gaya Mengajar Teknologis


10

Gaya mengajar teknologis ini mensyaratkan guru untuk berpegang pada


media yang tersedia. Guru mengajar dengan memperhatikan kesiapan peserta
didik dan selalu memberi rangsangan kepada peserta didiknya untuk mampu
menjawab segala persoalan yang dihadapi. Selain itu guru memberikan
kesempatan kepada peserta didiknya untuk mempelajari pengetahuan yang sesuai
dengan minatnya sehingga dapat memberikan banyak manfaat kepada peserta
didik.
Menurut Thoifuri (2013: 84-85) ciri-ciri gaya mengajar teknologis adalah
sebagai berikut:
1) Bahan pelajaran: terprogram sedemikian rupa dalam perangkat lunak
(software) dan keras (hardware) yang ditekankan pada kompetensi peserta
didik secara individual, disusun oleh ahlinya masing-masing, materi ajar
terkait dengan data obyektif dan keterampilan peserta didik untuk
menunjang kompetensinya.
2) Proses penyampaian materi: menyampaikan sesuai dengan tingkat kesiapan
peserta didik, memberi stimulan pada peserta didik untuk dijawab.
3) Peran peserta didik: mempelajari apa yang dapat memberi manfaat pada
dirinya dan belajar dengan menggunakan media secukupnya, merespon apa
yang diajukan kepadanya dengan bantuan media.
4) Peran guru: pemandu (membimbing peserta didik dalam belajar), pengarah
(memberikan petunjuk pada peserta didik dalam belajar), fasilitator
(memberi kemudahan pada peserta didik dalam belajar).
c. Gaya Mengajar Personalisasi
Pembelajaran personalisasi dilakukan berdasarkan atas minat pengalaman
dan pola perkembangan mental peserta didik. Gaya mengajar guru menjadi salah
satu kunci keberhasilan peserta didik. Pada dasarnya guru mengajar bukan
semata-mata untuk menjadikan peserta didik pandai, tetapi juga untuk
meningkatkan kompetensinya sebagai seorang guru. Guru dengan gaya mengajar
personalisasi ini akan selalu meningkatkan belajar peserta didik dari senantiasa
memandang peserta didik seperti dirinya sendiri. Guru tidak dapat memaksakan
peserta didik untuk menjadi sama dengan gurunya, karena peserta didik tersebut
mempunyai minat, bakat, dan kecenderungan masing-masing.
11

Menurut Thoifuri (2013: 86) ciri-ciri gaya mengajar personalisasi yaitu:


1) Bahan pelajaran: disusun secara situasional sesuai dengan minat dan
kebutuhan peserta didik secara individual.
2) Proses penyampaian materi: menyampaikan sesuai dengan perkembangan
mental, emosional dan kecerdasan peserta didik.
3) Peran peserta didik: dominan dan dipandang sebagai pribadi.
4) Peran guru: membantu menuntun perkembangan peserta didik melalui
pengalaman belajar, menjadi psikolog, menguasai metode pembelajaran dan
sebagai narasumber.
d. Gaya Mengajar Interaksional
Guru dalam pembelajaran interaksional senantiasa mengedepankan
pendekatan dialogis dengan peserta didiknya sebagai bentuk interaksi yang
dinamis. Guru dengan peserta didik atau peserta didik dengan peserta didik
lainnya saling ketergantungan, artinya mereka sama-sama menjadi subjek
pembelajaran, dan tidak ada yang dianggap paling baik atau paling jelek. Hal ini
mengindikasikan guru dan peserta didik sama-sama menjadi subjek pembelajaran,
dan tidak ada yang dianggap sebagai yang paling baik atau sebaliknya paling
buruk.
Menurut Thoifuri (2013: 86-87) ciri-ciri gaya mengajar interaksionis yaitu:
1) Bahan pelajaran: berupa masalah-masalah situasional yang terkait dengan
sosio-kultural dan kontemporer.
2) Proses penyampaian materi: menyampaikan dengan dua arah, dialogis,
tanya jawab guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik.
3) Peran peserta didik: dominan, mengemukakan pandangannya tentang
realita, mendengarkan pendapat temannya, memodifikasi berbagai ide untuk
mencari bentuk baru yang lebih tajam dan valid.
4) Peran guru: dominan, menciptakan iklim belajar saling ketergantungan, dan
bersama peserta didik memodifikasi berbagai ide atau pengetahuan untuk
mencari bentuk baru yang lebih tajam dan valid.

Selain gaya mengajar yang telah dikemukakan, terdapat gaya mengajar yang
lain yang dapat dilakukan guru dalam pembelajaran, yaitu:
a. The Authority or lecture style
12

Gaya mengajar yang berpusat pada guru. Dalam pembelajaran, guru sering
menerapkan sesi ceramah atau presentasi satu arah. Peserta didik diharapkan
mencatat atau menyerap informasi. Kelebihannya ialah dapat diterapkan dalam
pembelajaran kelompok besar dan gaya mengajar ini cocok untuk mata pelajaran
berupa hapalan, seperti sejarah. Kekurangannya ialah tidak cocok jika digunakan
untuk anak-anak, karena tidak terdapat interaksi antara guru dan peserta didik.
b. The Demonstrator or coach style
Gaya mengajar yang sama dengan dosen dengan pembelajaran berupa
presentasi menggunakan multimedia, dan demonstrasi. Kelebihannya ialah
memberi kesempatan kepada guru untuk menggunakan sesi ceramah dan
presentasi. Kekurangannya ialah sulit untuk mengakomodasi kebutuhan individu
peserta didik dalam jumlah besar.
c. The Facilitator or activity style
Guru berperan sebagai fasilitator dan membantu peserta didik
mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan mempertahankan pengetahuan
yang mengarah pada aktualisasi diri. Kelebihannya ialah gaya ini melatih peserta
didik untuk mengajukan pertanyaan dan membantu mengembangkan keterampilan
untuk menemukan jawaban dan solusi melalui eksplorasi; Gaya mengajar ini
sangat ideal untuk mata pelajaran sains. Kekurangannya ialah tidak bisa mengukur
tingkat hapalan peserta didik karena dalam gaya mengajar ini peserta didik
diminta untuk menemukan sendiri tentang konsep materi ajar.
d. The Delegator or group style
Gaya delegator paling sesuai untuk kurikulum yang memerlukan kegiatan
laboratorium, seperti kimia dan biologi, atau mata pelajaran yang memberi umpan
balik dari rekan sejawat, seperti debat dan penulisan kreatif. Kelebihannya ialah
guru dalam peran pengamat dapat mendorong peserta didik untuk bekerja
bersama-sama menuju tujuan bersama. Kekurangannya ialah dianggap sebagai
gaya pembelajaran modern, kadang-kadang dikritik karena mengikis otoritas guru.
Sebagai seorang delegator, guru bertindak lebih sebagai konsultan daripada
menyampaikan materi ajar seperti guru pada umumnya.
13

e. The hybrid or blended style


Mengikuti pendekatan terpadu untuk pembelajaran yang memadukan
kepribadian dan minat guru dengan kebutuhan peserta didik dan metode yang
sesuai dengan kurikulum. Kelebihannya ialah memungkinkan guru menyesuaikan
gaya mereka dengan kebutuhan peserta didik dan materi pelajaran yang sesuai.
Kekurangannya ialah beresiko mempertanyakan banyak hal kepada peserta didik
dan melemahkan pembelajaran (Gill, 2013).
Berdasarkan beberapa jenis gaya mengajar yang telah dikemukakan,
disimpulkan gaya mengajar yang ideal digunakan dalam pembelajaran fisika ialah
gaya mengajar tipe teknologis, personalisasi, interaksional, facilitator dan
demonstrator or coach style. Kelima gaya mengajar tersebut dapat digunakan
dalam pembelajaran fisika, karena guru berperan sebagai fasilitator dan
demonstran, dimana peserta didik dalam pembelajaran dituntut secara aktif untuk
memahami materi dan menemukan sendiri konsep dengan bantuan guru dan
kedua gaya mengajar ini sesuai dengan karakteristik pembelajaran fisika pada
kurikulum 2013.

E. Metode Pembelajaran Fisika


1. Pengertian Metode Pembelajaran Fisika
Istilah metode dapat digunakan dalam berbagai bidang kehidupan,
sebab secara umum menurut kamus Purwadarminta (1976), metode adalah cara
yang telah teratur dan terfikir baik-baik untuk mencapai sesuatu maksud.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah cara
kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna
mencapai tujuan yang ditentukan. Metode berasal dari kata method (Inggris),
artinya melalui, melewati, jalan atau cara untuk memeroleh sesuatu.
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan strategi pembelajaran yang sudah direncanakan atau
disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan
pembelajaran (Sanjaya, 2008). Sedangkan menurut Iru dan Arihi (2012) metode
pembelajaran yaitu cara yang digunakan guru untuk mengimplementasikan
rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk
14

mencapai tujuan pembelajaran. Cara yang dilakukan seseorang dalam


mengimplementasikan suatu metode secara spesifik disebut teknik pembelajaran.
Menurut Reigeluth dalam Winoto (2006) mengartikan bahwa metode mencakup
rumusan tentang pengorganisasian bahan ajar, strategi penyampaian, dan
pengelolaan kegiatan dengan memperhatikan tujuan, hambatan, dan karakteristik
peserta didik sehingga diperoleh hasil yang efektif, efisien, dan menimbulkan
daya tarik pembelajaran.
Berdasarkan pengertian yang telah dikemukakan, disimpulkan bahwa
metode pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan strategi dalam pelaksanaan pembelajaran sehingga
kompetensi dan tujuan pembelajarannya tercapai. Sedangkan metode
pembelajaran fisika yaitu suatu cara yang digunakan oleh seorang pendidik untuk
mengimplementasikan strategi pembelajaran fisika sehingga peserta didik dapat
memahami materi tersebut dan tujuan pembelajaran fisika tercapai.
2. Karakteristik Metode Pembelajaran Fisika
Karakteristik (ciri-ciri) metode yang berpeluang memfasilitasi peserta didik
selama proses pembelajaran menurut Iru dan Arihi (2012), antara lain:
a. Memungkinkan terciptanya kondisi yang kondusif selama proses pembelajaran.
b. Memberikan kemudahan bagi peserta didik dalarn mempelajari bahan ajar
selama proses pembelajaran.
c. Memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi secara aktif dalam setiap
kegiatan pembelajaran.
d. Memungkinkan peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang mencakup
segenap potensi dalam dirinya secara seimbang.
e. Memungkinkan peserta didik untuk melakukan refleksi secara bebas terhadap
pengalaman belajar yang diperoleh ketika berinteraksi dengan lingkungan
sekitar (fisik dan sosial).
f. Mendorong tumbuh-kembangnya kepribadian peserta didik, utamanya sikap
terbuka, demokratis, disiplin, tanggung-jawab, dan toleran serta komitmen
terhadap nilai-nilai sosio-budaya bangsanya

3. Jenis-Jenis Metode Pembelajaran Fisika


15

a. Metode Diskusi
Metode diskusi yaitu metode mengajar yang dalam pembahasan dan
penyajian materinya melalui suatu problem atau pertanyaan yang harus
diselesaikan berdasarkan pendapat atau keputusan bersama. Metode ini sering
digunakan dalam pembelajaran kelompok atau kerja kelompok yang di dalamnya
melibatkan beberapa orang peserta didik untuk menyelesaikan pekerjaan atau
tugas atau permasalahan.
b. Metode Simulasi
Metode simulasi merupakan salah satu metode mengajar yang dapat
digunakan dalam pembelajaran kelompok. Proses pembelajrannya cenderung
bukan kegiatan yang sebenarnya, melainkan kegiatan belajar yang disimulasikan
(peniruan). Metode ini cara penyajian materi pelajaran dengan peniruan dalam
bentuk mencobakan, memperagakan, memeransertakan, memperbincangkan, dan
memainkan, sehingga memungkinkan peserta didik lebih memahami materi yang
diajarkan.
c. Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab merupakan suatu cara penyajian materi pelajaran
dalam bentuk pertanyaan dan jawaban, baik oleh guru maupun peserta didik.
Menurut Hyman dalam Winoto (2006) dalam metode tanya jawab terkandung tiga
hal, yaitu pertanyaan, respon, dan reaksi. Pertanyaan ditandai dengan kata-kata
ataut kalimat yang digunakan untuk memperoleh respon verbal. Respon sebagai
pemenuhan atas pertanyaan. Reaksi menunjuk pada perubahan dan penilaian
terhadap pertanyaan dan respon.
d. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode mengajar yang menyajikan bahan
pelajaran dengan memperunjukkan secara langsung objek atau cara melakukan
sesuatu sehingga dapat mempelajarinya secara proses. Metode ini digunakan
untuk mengkonkretkan suatu konsep atau prosedur yang abstrak, mengajarkan
bagaimana berbuat atau menggunakan prosedur secara tepat, meyakinkan bahwa
alat dan prosedur tersebut bisa digunakan, dan membangkitkan minat
menggunakan alat dan prosedur.
16

e. Metode Eksperimen
Metode eksperimen merupakan metode mengajar yang dalam penyajian atau
pembahasan materinya melalui percobaan atau mencobakan sesuatu serta
mengamati secara proses. Eksperimen dapat dilakukan secara kelompok maupun
individu di dalam laboratorium maupun di kelas atau di luar kelas. Serta kegiatan
eksperimen dimulai dari perencanaan, persiapan, pelakasaan, dan kajian hasil.
f. Metode Pemecahan Masalah
Metode ini merupakan salah satu cara yang banyak mengembangkan
kemampuan berfikir ingkat tinggi. Metode ini hakikatnya sama dengan inkuiri dan
discovery, aktivitas dalam proses belajarnya dapat dilakukan secara berkelompok
atau individu. Metode ini juga cenderung menggunakan pendekatan
konstruktivisme artinya pengetahuan, keterampilan dan sikap akan dikembangkan
dan dibangun oleh peserta didik di bawah bimbingan guru.
F. Teknik Pembelajaran Fisika
1. Pengertian Teknik Pembelajaran Fisika
Teknik pembelajaran merupakan gaya seorang guru dalam melaksanakan
metode pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Teknik menurut T Raka
Joni (1991) menunjukkan keragaman khas dalam mengaplikasikan suatu metode
sesuai dengan latar tertentu, seperti kemampuan dan kebiasaan guru, ketersediaan
sarana dan prasarana sekolah, kemampuan dan kesiapan peserta didik dsb.
Menurut Astrini (2011), “Teknik pembelajaran adalah cara yang dilakukan guru
dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik”. Teknik pembelajaran
adalah strategi seseorang yang digunakan untuk menjadi guru yang efektif. Teknik
pembelajaran disesuaikan dengan jumlah peserta didik yang dimiliki dalam setiap
kelas (Velasco, 2011). Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan dapat
disimpulkan bahwa teknik pembelajaran fisika merupakan cara seorang guru
untuk melaksanakan metode pembelajaran yang digunakan untuk mengkaji
berbagai fenomena fisika yang terjadi di alam semesta dan disesuaikan dengan
jumlah peserta didik yang terdapat di dalam kelas.
2. Karakteristik Teknik Pembelajaran Fisika
Karakteristik teknik dalam pembelajaran fisika ialah:
17

a. Teknik bersifat implementasional (pelaksanaan) dan terjadinya pada tahap


pelaksanaan pembelajaran (penyajian dan pemantapan)
b. Disesuaikan dengan metode yang akan digunakan dalam pembelajaran
fisika
c. Disesuaikan dengan jumlah peserta didik dan kebutuhan peserta didik
3. Jenis-Jenis Teknik Dalam Proses Pembelajaran Fisika
Berikut ini merupakan teknik yang digunakan untuk menjalankan metode
pembelajaran:
a. Teknik untuk menjalankan metode diskusi
1) Guru menetapkan suatu pokok atau problem yang akan didiskusikan atau
guru meminta kepada peserta didik untuk mengemukakan suatu pokok atau
problem yang akan didiskusikan.
2) Guru menjelaskan tujuan diskusi.
3) Guru memberikan ceramah dengan diselingi tanya jawab mengenai materi
pelajaran yang didiskusikan.
4) Guru mengatur giliran pembicara agar tidak semua peserta didik serentak
berbicara mengeluarkan pendapat.
5) Menjaga suasana kelas dan mengatur setiap pembicara agar seluruh kelas
dapat mendengarkan apa yang sedang dikemukakan.
6) Mengatur giliran berbicara agar jangan peserta didik yang berani dan
berambisi menonjolkan diri saja yang menggunakan kesempatan untuk
mengeluarkan pendapatnya.
7) Mengatur agar sifat dan isi pembicaraan tidak menyimpang dari
pokok/problem.
8) Mencatat hal-hal yang menurut pendapat guru harus segera dikoreksi yang
memungkinkan peserta didik tidak menyadari pendapat yang salah.
9) Guru bukan lagi menjadi pembicara utama melainkan menjadi pengatur
pembicaraan.
b. Teknik untuk menjalankan metode demonstrasi
1) Guru menyiapkan semua alat dan bahan yang akan didemostrasikan kepada
peserta didik di depan kelas
18

2) Guru bisa meminta bantuan beberapa peserta didik untuk terlibat dalam
demonstrasi
c. Teknik untuk menjalankan metode eksperimen
1) Memilih eksperimen apa yang akan ditugaskan kepada peserta didik
2) Merencanakan langkah langkah percobaan seperti, apa tujuan percobaan,
apa saja alat perlengkapan percobaan yang akan digunakan, bagaimana
menganalisis data, dan apa kesimpulannya
3) Guru mempersiapkan semua peralatan peralatan yang akan digunakan
sehingga pada saat peserta didik memulai kegiatan semuanya sudah siap dan
berjalan dengan baik.
4) Pada saat percobaan berlangsung guru berkeliling melihat bagaimana
peserta didik melakukan percobaannya dan memberikan masukan kepada
peserta didik
5) Bila saat ada alat percobaan yang sedang macet, guru bisa membantu
peserta didik untuk menjalankan/memperbaiki alat tersebut
6) Guru dapat membantu para peserta didik untuk menarik kesimpulan dengan
percobaan yang dilakukan
7) Bila peserta didik membuat laporan, guru harus melihat/mengeceknya
8) Guru sebaiknya mempersiapkan petunjuk dan langkah langkah percobaan
dalam satu lembar kerja sehingga memudahkan peserta didik berkerja.
d. Teknik untuk menjalankan meode ceramah
1) Melakukan pendahuluan sebelum bahan baru diberikan (menjelaskan tujuan
pembelajaran, mengemukakan pokok-pokok materi yang akan dibahas,
memancing pengalaman peserta didik yang cocok dengan materi yang akan
dipelajarinya).
2) Menyajikan bahan baru dengan memperhatikan faktor-faktor (perhatian
peserta didik dari awal sampai akhir pelajaran harus tetap terpelihara)
3) Menutup pelajaran pada akhir pelajaran (mengambil kesimpulan dari semua
pelajaran yang telah diberikan, memberikan kesempatan pada peserta didik
untuk menanggapi materi pelajaran yang telah diberikan terutama mengenai
hubungan dengan pelajaran lain, melaksanakan penilaian
secara komprehensif)
e. Teknik untuk menjalankan metode simulasi
1) Menentukan topik serta tujuan yang ingin dicapai
2) Memberikan gambaran tentang situasi yang akan disimulasikan
3) Membentuk kelompok dan menentukan peran masing-masing
4) Menetapkan lokasi dan waktu pelaksanaan simulasi
19

5) Melaksanakan simulasi
6) Melakukan penilaian
f. Teknik untuk menjalankan metode tanya jawab
1) Mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran khusus.
2) Menyimpulkan jawaban peserta didik sesuai dengan tujuan pembelajaran
khusus.
3) Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya pada hal-hal yang
belum dipahami.
4) Memberi pertanyaan atau kesempatan kepada peserta didik untuk
bertanya pada hal-hal yang sifatnya pengembangan atau pengayaan.
5) Memberi kesempatan pada peserta didik untuk menjawab pertanyaan yang
relevan dan sifatnya pengembangan atau pengayaan.
6) Menyimpulkan materi jawaban yang relevan dengan tujuan pembelajaran
khusus.
7) Memberi tugas kepada peserta didik untuk membaca materi berikutnya di
rumah dan menulis pertanyaan yang akan diajukan pada pertemuan
berikutnya.
g. Teknik untuk menjalankan metode pemecahan masalah
1) Menemukan permasalahannya, menyampaikan masalah secara singkat dan
jelas akan semakin baik.
2) Mencari berbagai metode penyelesaian yang memungkinkan.
3) Pertimbangkan setiap cara penyelesaian pragmatis dan dampaknya.
4) Pilih salah satu metode penyelesaian
5) Langkah penyelesaian yang kongkret.
6) Pelaksanaan metode penyelesaian tersebut
7) Menilai proses penyelesaian masalah secara keseluruhan
Turney (Majid, 2013: 233-234) mengemukakan delapan keterampilan dasar
mengajar, yaitu.
a. Keterampilan bertanya.
Bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan berpikir.
Untuk meningkatkan partisipasi peserta didik, dalam pembelajaran guru perlu
menunjukkan sikap yang baik pada wktu mengajukan pertanyaan maupun
ketika menerima jawaban peserta didik, serta harus menghindari kebiasaan
seperti menjawab pertanyaan sendiri, mengulang jawaban peserta didik,
mengulang pertanyaan sendiri, mengajukan pertanyaan dengan jawaban
20

serentak, menentukan peserta didik yang harus menjawab sebelum bertanya


dan mengajukan pertanyaan ganda.
b. Keterampilan memberikan penguatan
Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respon, baik yang bersifat
verbal maupun non-verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah
laku guru terhadap tingkah laku peserta didik, yang bertujuan memberikan
informasi atau umpan balik (feedback). Penggunaan penguatan dalam kelas
dapat mencapai atau mempunyai pengaruh sikap positif terhadap proses belajar
peserta didik dan beryjuan untuk meningkatkan perhatian peserta didik
terhadap pelajaran, merangsang dan meningkatkan motivasi belajar dan
meningkatkan kegiatan belajar serta membina tingkah laku peserta didik yang
produktif.
c. Keterampilan mengadakan variasi
Variasi stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi
belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan peserta didik
sehingga dalam situasi belaajr, peserta didik senantiasi menunjukkan
ketekunan, serta penuh partisipasi.
d. Keterampilan menjelaskan
Ciri utama kegiatan menjelaskan ialah menyampaikan informasi yang
terencana dengan baik dan disajikan dengan berurutan. Tujuan dari
memberikan penjelasan ini ialah:
 Membimbing peserta didik agar mendapat dan memahami dalil, fakta,
defines, dan prinsip secara objektif, dan bernalar
 Melibatkan peserta didik untuk berpikir dengan memecahkan masalah atau
pertanyaan
 Untuk mendapatkan feedback dari peserta didik mengenai tingkat
pemahamannya dan untuk mengatasi kesalahpahaman peserta didik
 Membimbing peserta didik untuk menghayati dan mendapat proses
penalaran dan mendapatkan bukti-bukti dalam pemecahan masalah.
e. Keterampilan membuka dan menutup pembelajaran
Membuka pelajaran dapat diartikan dengan aktivitas guru untuk menciptakan
suasana siap mental dan menimbulkan atensi peserta didik agar terpusat
terhadap apa yang akan dipelajari. Menutup pelajaran aktivitas guru untuk
21

mengakhiri kegiatan inti pembelajaran. Hal ini terkait dengan pemberian


gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari peserta didik,
mengetahui tingkat pencapaian peserta didik dan tingkat keberhasilan guru
dalam proses pembelajaran.
f. Keterampilan membimbing dalam diskusi kelompok kecil
Diskusi kelompok adalah suatuproses yang teratur melibatkan sekelompok
orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman
atau informasi, pengambilan kesimpulan atau pemecahan masalah.
Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil memiliki dua prinsip, yaitu
1) Diskusi hendaknya berlangsung dalam “iklim terbuka”. Hal ini ditandai
dengan adanya keantusiasan berpartisipasi, kehangatan hubungan antar
pribadi, kesediaan menerima dan mengenal lebih jauh topik diskusi, dan
kesediaan menghargai pendapat orang lain.
2) Perlu perencanaan dan persiapan yang matang, antara lain:
a) Topic yang dipillih sesuai dengan tujuan pembelajaran
b) Masalah sebaiknya mengandung jawaban yang kompleks, bukan jawaban
yang tunggal
c) Adanya informasi pendahuluan yang berhubungan dengan topik tersebut
g. Keterampilan mengelola kelas
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan
memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi
gangguan dalam pembelajaran.
h. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan
Pembelajaran kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan guru
memberikan perhatian terhadap setiap peserta didik serta terjadinya hubungan
yang lebih akrab antara guru dan peserta didik dengan peserta didik.
Komponen keterampilan yang digunakan adalah keterampilan mengadakan
pendekatan secara pribadi, keterampilan mengorganisasi, keterampilan
membimbing dan memudahkan belajar, dan keterampilan merencanakan dan
melaksanakan kegiatan pembelajaran.

G. Strategi Pembelajaran Fisika


22

1. Pengertian Strategi Pembelajaran Fisika


Strategi pembelajaran adalah suatu rangkaian kegiatan yang telah dirancang
guna mencapai tujuan secara efektif dan efisien yang dilakukan oleh guru dan
peserta didik. Menurut Doliente, “Teaching strategy is a long term plan of action
designed to achieve a particular goal”. Sedangkan menurut Nwmissouri,
“Teaching strategies refer to the structure, system, methods, techniques,
procedures and processes thata teacher uses during instruction”. Adapun
pengertian strategi pembelajaran menurut para ahli yaitu sebagai berikut:
a. Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran
adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan peserta
didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
b. J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi
pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada
dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan
diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.
c. Dick dan Carey (2005:7), Strategi pembelajaran adalah komponen-komponen
dari suatu set materi termasuk aktivitas sebelum pembelajaran, dan partisipasi
peserta didik yang merupakan prosedur pembelajaran yang digunakan
kegiatan selanjutnya.
d. Suparman (1997:157), Strategi pembelajaran adalah merupakan perpaduan
dari urutan kegiatan, cara mengorganisasikan materi pelajaran peserta didik,
peralatan dan bahan,dan waktu yang digunakan dalam proses pembelajran
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
e. J.R David (1996), Strategi Pembelajaran adalah perencanaan yang berisi
tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.
Berdasarkan pengertian yang telah dikemukakan, disimpulkan bahwa
strategi dalam proses belajar mengajar merupakan suatu rencana yang
dipersiapkan secara saksama untuk mencapai tujuan-tujuan yang hendak dicapai
dan telah ditargetkan dalam proses belajar. Sedangkan strategi pembelajaran fisika
merupakan langkah atau rencana yang telah dipersiapkan oleh guru untuk
memahami dan mengkaji berbagai fenomena fisika yang terjadi di alam semesta.
23

Strategi dalam pembelajaran fisika merupakan suatu rencana yang dipersiapkan


secara saksama untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran fisika yang hendak
dicapai dan telah ditargetkan dalam proses belajar.
2. Karakteristik Strategi Pembelajaran Fisika
Karakteristik strategi pembelajaran fisika sama dengan karakteristik dari
strategi pembelajaran secara umum. Menurut Dick and Carey (Sunhaji, 2008: 3),
terdapat lima komponen strategi pembelajaran, yaitu.
a. Kegiatan pembelajaran pendahuluan
Kegiatan pendahuluan sebagai bagian dari suatu sistem pembelajaran secara
keseluruhan memegang peranan penting. Pada bagian ini guru diharapkan
dapat menarik minat peserta didik atas materi pelajaran yang akan
disampaikan.
b. Penyampaian informasi
Penyampaian informasi seringkali dianggap sebagai suatu kegiatan yang
paling penting dalam proses pembelajaran, padahal bagian ini hanya
merupakan salah satu komponen dari strategi pembelajaran. Artinya, tanpa
adanya kegiatan pendahuluan yang menarik atau dapat memotivasi peserta
didik dalam belajar maka kegiatan penyampaian informasi ini menjadi tidak
berarti. Dalam kegiatan ini, guru juga harus memahami dengan baik situasi
dan kondisi yang dihadapinya. Dengan demikian, informasi yang
disampaikan dapat ditangkap oleh peserta didik dengan baik.
c. Partisipasi peserta didik
d. Tes (Evaluasi)
Serangkaian tes umum yang digunakan oleh guru untuk mengetahui; (1)
apakah tujuan pembelajaran khusus telah tercapai atau belum, dan (2) apakah
pengetahuan sikap dan keterampilan telah benar-benar dimiliki oleh peserta
didik atau belum. Pelaksanaan tes biasanya dilakukan di akhir kegiatan
pembelajaran setelah peserta didik melalui berbagai proses pembelajaran dan
penyampaian informasi berupa materi pelajaran pelaksanaan tes juga
dilakukan setelah peserta didik melakukan latihan atau praktik.
e. Kegiatan lanjutan
Kegiatan yang dikenal dengan istilah follow up dari suatu hasil kegiatan yang
telah dilakukan.
3. Jenis-Jenis Strategi Pembelajaran Fisika
24

Berikut ini merupakan strategi yang dapat digunakan dalam pembelajaran


fisika.
a. Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI)
Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI) adalah rangkaian kegiatan pembelajaran
yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawabannya dari suatu masalah yang ditanyakan. Menurut
Kunandar (Anggareni dkk, 2013), keunggulan penggunaan strategi pembelajaran
inkuiri adalah memacu keinginan peserta didik untuk mengetahui, memotivasi
mereka untuk melanjutkan pekerjaan sehingga mereka menemukan jawaban dan
peserta didik belajar menemukan masalah secara mandiri dengan memiliki
keterampilan berpikir kritis.
Strategi Inkuiri ditujukan kepada cara belajar yang menggunakan cara
penelaahan atau pencarian terhadap sesuatu objek secara kritis dan analitis,
sehingga dapat membentuk pengalaman belajar yang bermakna. Warga belajar
dituntut untuk dapat mengungkapkan sejumlah pertanyaan secara sistimatis
terhadap objek yang dipelajarinya sehingga ia dapat mengambil kesimpulan dari
hasil informasi yang diperolehnya. Peran pendidik dalam penggunaan pendekatan
Inquiry ini adalah sebagai pembimbing/fasilitator yang dapat mengarahkan
peserta didik dalam kegiatan pembelajarannya secara efektif dan efisien.
Apabila pendekatan Inquiry digunakan dalam kegiatan pembelajaran maka
banyak kelebihan yang diperoleh, diantaranya yaitu :
1) Menumbuhkan situasi keakraban diantara peserta didik, karena diberi
kesempatan untuk saling berkomunikasi dalam memecahkan suatu
permasalahan.
2) Membiasakan berfikir sistimatis dan analitis dalam mengajukan hipotesis
dan pemecahan masalah
3) Membiasakan berfikir objektif dan empirik yang didasarkan atas
pengalaman atau data yang diperoleh
4) Tumbuhnya suasana demokratis dalam pembelajaran
5) Dapat menambah wawasan bagi peserta didik dan sumber belajar karena
terjadi saling tukar pengalaman
25

Disamping kelebihan dari pendekatan ini juga tidak lepas dari kelemahan
yang mungkin timbul dalam proses pembelajaran yaitu apabila tidak ada kesiapan
dan kemampuan dari peserta didik untuk memecahkan permasalahan maka tujuan
pembelajaran tidak akan tercapai, juga kemungkinan akan terjadi pendominasian
oleh beberapa orang peserta didik yang sudah biasa dalam hal mengemukakan
pendapat.
Untuk mengurangi permasalahan yang mungkin muncul, sumber belajar
dituntut memiliki kemampuan dalam hal membimbing dan mengarahkan peserta
didik supaya mereka dapat mengembangkan kemampuannya sesuai dengan
potensi yang sudah dimilikinya.

b. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM)


Dilihat dari aspek psikologi belajar SPBM bersandarkan kepada psikologi
kognitif yang berangkat dari asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan
tingkah laku berkat adanya pengalaman belajar bukan semata-mata proses
menghafal sejumlah fakta,tetapi suatu proses interkasi secara sadar antara individu
dengan lingkungannya.
c. Stategi Pembelajaran Kontekstual (CTL)
Contextual teaching and learning (CTL) adalah konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia
nyata peserta didik, dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari.
d. Independent Study
Studi independen mengacu pada berbagai metode pembelajaran yang
sengaja diberikan untuk mendorong pengembangan inisiatif, kemandirian, dan
perbaikan diri peserta didik. Studi independen dapat diprakarsai oleh peserta didik
atau guru. Pada studi independen, pembelajaran direncanakan oleh peserta diidk
di bawah bimbingan atau pengawasan guru.
e. Experiential learning
26

Strategi Experiential learning bersifat induktif, berpusat pada peserta didik,


dan berorientasi pada aktivitas pembelajaran.
f. Indirect instruction
Strategi indirect instruction berpusat pada peserta didik. Strategi ini mencari
tingkat keterlibatan peserta didik yang tinggi dalam mengamati, menyelidiki,
menarik kesimpulan dari data, atau membentuk hipotesis. Strategi indirect
instruction memanfaatkan minat dan keingintahuan peserta didik, mendorong
peserta didik untuk menghasilkan alternatif atau memecahkan masalah. Peran
guru pada strategi ini sebagai fasilitator, pendukung, dan narasumber. (Weimer,
2015: 2).
g. Staregi Pembelajaran Kooperatif
Strategi pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran dengan
menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam
orang yang mempunyai latar belakang akademis, jenis kelamin, ras, atau suku
yang berbeda (heterogen). Sistem penilain dilakukan terhadap kelompok. Setiap
kelompok akan mendapatkan penghargaan (reward), jika kelompok mampu
menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Dengan demikian, setiap anggota
kelompok akan memiliki ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah
yang selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok
dan keterampilan interpersonal dari setiap kelompok. Setiap individu akan saling
membantu, mereka akan memiliki motivasi untuk keberhasilan kelompok,
sehingga setiap individu aakan memiliki kesempatan yang sama untuk
memberikan kontibusi demi keberhasilan kelompok.
Berdasarkan dari jenis-jenis yang telah dipaparkan diatas, dapat disimpulkan
bahwa strategi yang dapat digunakan dalam pembelajaran fisika dan sesuai
dengan kurikulum 2013 ialah strategi pembelajaran inquiri, Strategi Pembelajaran
Berbasis Masalah, Stategi Pembelajaran Kontekstual, Independent Study,
Experiential learning, Indirect instruction.

H. Pendekatan Pembelajaran Fisika


27

1. Pengertian Pendekatan Pembelajaran Fisika


Pendekatan pembelajaran menurut Sanjaya (2009: 127) adalah suatu titik
tolak atau sudut pandang mengenai terjadinya proses pembelajaran secara umum
berdasarkan cakupan teoritik tertentu. Sedangkan menurut T Raka Joni
(Depdiknas, 2006: 4) , pendekatan menunjukkan cara umum dalam memandang
permasalahan atau objek kajian, sehingga memiliki dampak dalam pembelajaran.
Menurut Velasco (2011), “A teaching approach is how you view things”.
Berdasarkan pengertian yang telah dikemukakan, disimpulkan bahwa pendekatan
pembelajaran merupakan cara atau sudut pandang dalam proses pembelajaran.
Sedangkan pendekatan pembelajaran fisika merupakan cara atau sudut pandang
dalam proses pembelajaran untuk mengkaji berbagai fenomena fisika yang terjadi
di alam semesta.
2. Karakteristik Pendekatan Pembelajaran Fisika
Karakteristik (ciri-ciri khusus) pendekatan yang berpeluang bagi peserta
didik untuk mengembangkan potensinya secara seimbang dan seoptimal mungkin,
apabila selama kegiatan pembelajaran berlangsung menunjukkan, antara lain :
a. Peserta didik melakukan kegiatan belajar yang beragam
b. Peserta didik berpartisipasi aktif, baik secara individu maupun kelompok
c. Memberikan pengalaman belajar bagi peserta didik dalam menumbuh
kembangkan potensinya
d. Interaksi yang terbangun selama proses pembelajaran menunjukkan terjadinya
komunikasi multi arah dengan menggukan berbagai macam sumber belajar,
metode, media, dan strategi pembelajaran
e. Selama proses pembelajaran guru berperan sebagi fasilitator, pembimbing dan
pemimpin. Penjelasannya sebagai berikut.
1) Sebagai fasilitator, guru memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam
belajar dengan menyediakna berbagai sarana yang deiperlukan.
2) Sebagai pembimbing, guru selalu mengajak dan mendorong peserta didik
untuk belajar serta menwarkan bantuan pada peserta didik yang mengalami
kesulitan belajar.
3) Sebagai pemimpin, guru menunjukkan arah kepada peserta didiknya yang
melakukan hal-hal kurang baik.
3. Jenis-Jenis Pendekatan Pembelajaran Fisika
28

Jenis-jenis pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran fisika,


yaitu:
a. Pendekatan Saintifik
Pendekatan saintifik menurut Musfiqon (2015: 37), “pendekatan yang
menggunakan langkah-langkan serta kaidah ilmiah dalam proses pembelajaran.
Langkah ilmiah yang diterapkan meliputi menemukan masalah, merumuskan
masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan
menarik kesimpulan (Daryanto, 2014: 51).
b. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan konstekstual berlatar belakang bahwa peserta didik belajar lebih
bermakna dengan melalui kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungan alamiah,
tidak hanya sekedar mengetahui, mengingat, dan memahami. Pembelajaran tidak
hanya berorientasi target penguasaan materi, yang akan gagal dalam membekali
peserta didik untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Dengan demikian
proses pembelajaran lebih diutamakan dari pada hasil belajar, sehingga tenaga
pendidik dituntut untuk merencanakan strategi pembelajaran yang variatif dengan
prinsip membelajarkan– memberdayakan peserta didik, bukan mengajar peserta
didik.
c. Pendekatan Sains, Teknologi, dan Masyarakat (STM)
Pada pendekatan STM peserta didik diajak untuk meningkatakan kreativitas,
sikap ilmiah, menggunakan konsep dan proses sains dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran dengan pendekatan STM haruslah diselenggarakan dengan cara
mengintegrasikan berbagai disiplin (ilmu) dalam rangka memahami berbagai
hubungan yang terjadi di antara sains, teknologi dan masyarakat.

I. Model Pembelajaran Fisika


1. Pengertian Model Pembelajaran Fisika
Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar. Menurut Musfiqon (2015: 132), “model pembelajaran
dapat diartikan rencana konseptual yang berisi strategi, pendekatan, metode,
29

teknik serta taktik pembelajaran yang telah disusun oleh tenaga pendidik”.
Berdasarkan pengertian yang dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran fisika merupakan kerangka konseptual yang berisi strategi,
pendekatan, metode, teknik serta taktik dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar fisika untuk mengkaji berbagai fenomena fisika di alam semesta.
2. Karakteristik Model Pembelajaran Fisika
Maheshwari (2013), menyatakan bahwa setiap model pembelajaran
memiliki karakteristik umum, yakni
a. Mendorong seni pembelajaran. Pembelajaran dianggap sebagai seni. Model
pembelajaran mendorong seni ini dengan menyediakan lingkungan belajar
b. Pengembangan kemampuan yang inheren. Model pembelajaran membawa
perkembangan kepribadian secara kualitatif karena membantu dalam
mengembangkan kemampuan manusia. Hal ini juga meningkatkan kompetensi
sosial guru.
c. Berdasarkan perbedaan individu. Model pembelajaran menggunakan minat
peserta didik, karena dibangun berdasarkan perbedaan individu.
d. Dipengaruhi oleh filsafat. Setiap model pembelajaran dipengaruhi oleh filsafat
pendidikan. Oleh karena itu, para guru merumuskan berbagai model
pembelajaran di bawah pengaruh filsafat yang mereka percaya
e. Jawaban pertanyaan fundamental. Dalam setiap model pembelajaran, jawaban
atas semua pertanyaan mendasar yang berkaitan dengan perilaku peserta didik
dan guru.
f. Memberikan pengalaman yang sesuai. Model pembelajaran memberikan
pengalaman yang tepat bagi guru dan peserta didik. Memilih konten dan
mempresentasikannya untuk belajar sebelum peserta didik adalah esensi utama
pembelajaran. Kesulitan ini terpecahkan saat seorang guru menyajikan
pengalaman yang sesuai di hadapan peserta didik.
g. Maksimal pembelajaran. Dasar model pembelajaran adalah maksim
pembelajaran. Mereka adalah dasar dari setiap model pembelajaran.
h. Praktek dan konsentrasi. Pengembangan model pembelajaran didasarkan pada
latihan dan konsentrasi reguler dan terus menerus. Pengembangan model
pembelajaran yang tepat bila asumsi dibuat jelas oleh pemikiran terkait.
30

Berdasarkan karakteristik model pembelajaran secara umum dan


karakteristik pembelajaran fisika, disimpulkan bahwa karakteristik model
pembelajaran fisika ialah.
a. Mengandung prosedur ilmiah. Dengan adanya prosedur ilmiah dalam model
pembelajaran fisika, dapat membantu peserta didik terlibat aktif dalam kegiatan
mengobservasi, merumuskan pertanyaan yang relevan, mengevaluasi buku dan
sumber-sumber informasi lain secara kritis, merencanakan penyelidikan atau
investigasi, mereview apa yang telah dilakukan selama pembelajaran fisika.
b. Dapat menjawab pertanyaan yang fundamental berkaitan dengan permasalahan
fisika dalam kehidupan sehari-hari
c. Dapat memberikan pengalaman belajar fisika kepada guru dan peserta didik
Sesuai dengan karakteristik model pembelajaran fisika yang telah
dikemukakan, dapat ditentukan model yang bisa digunakan dalam pembelajaran
fisika. Salah satu model yang dapat digunakan yaitu model pemrosesan informasi.
Disisi lain, Joyce & Weil dalam bukunya yang berjudul “Models of
Teaching”, menyatakan bahwa setiap model pembelajaran memiliki karakteristik
umum masing-masing yang dibedakan menurut unsur-unsur, yakni
a. Sintaks, yakni tahap-tahap kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran
menurut model tertentu.
b. Sistem sosial, yakni situasi atau suasana dan norma yang berlaku dalam model
tersebut.
c. Prinsip reaksi, yakni pola kegiatan yang menggambarkan bagaimana guru
seharusnya melihat dan memperlakukan para peserta didik termasuk
bagaimana seharusnya memberi respon kepada peserta didik.
d. Sistem pendukung, yakni segala sarana, bahan, dan alat yang diperlukan untuk
melaksanakan suatu model pembelajaran tertentu.
e. Dampak instruksional, yakni hasil belajar yang dicapai langsung dengan cara
mengarahkan para peserta didik pada tujuan yang diharapkan.
f. Dampak pengiring, yakni hasil belajar lainnya yang dihasilkan oleh suatu
proses pembelajaran, sebagai akibat terciptanya suasana pembelajaran yang
dialami langsung oleh peserta didik tanpa adanya arahan langsung dari guru.

3. Jenis-Jenis Model Pembelajaran


31

Joyce & Weil (1992) mengelompokkan model pembelajaran ke dalam empat


kelompok besar model pembelajaran, yakni:
a. The information processing source (model pemrosesan informasi)
b. The personal sources (model personal)
c. The Social Interaction Sources (model interaksi sosial)
d. Behavior modivication as a sources (model modifikasi tingkah laku)
Berdasarkan pengelompokkan model menurut Joyce & Weil, maka model
yang dapat digunakan dalam pembelajaran fisika ialah the information processing
source (model pemrosesan informasi). Salah satu contoh model pembelajaran dari
model pemrosesan informasi ini ialah model latihan penelitian (inquiry training)
oleh Richard Suchman.
Selain itu jenis-jenis model pembelajaran yang disarankan oleh kurikulum
2013 adalah sebagai berikut:
a. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah model
pembelajaran bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para
peserta didik belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah serta
memperoleh pengetahuan (Duch, 1995). Konsep PBL ini dikembangkan
berdasarkan pada teori-teori pendidikan Vygotsky, Dewey, dan teori lain yang
terkait dengan teori pembelajaran kontruktivis sosial-budaya dan desain
pembelajaran.
PBL dimulai dengan suatu masalah yang memicu ketidaksetimbangan
kognitif pada diri pebelajar. Keadaan ini dapat mendorong rasa ingin tahu
sehingga memunculkan bermacam-macam pertanyaan disekitar masalah.
Penerapan PBL dalam pembelajaran dapat mendorong pebelajar mempunyai
inisiatif untuk belajar secara mandiri. Pengalaman ini sangat diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari dimana berkembangnya pola pikir dan pola kerja seseorang
bergantung pada bagaimana dia membelajarkan dirinya. Lebih lanjut. PBL juga
bertujuan untuk membantu pebelajar belajar secara mandiri. Pembelajaran PBL
dapat diterapkan bila didukung lingkungan belajar yang konstruktivistik.
Karakteristik model pembelajaran PBL menurut Rusman (2011:232) adalah
sebagai berikut:
32

1) Permasalahan menjadi starting point dalam belajar.


2) Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata
yang tidak terstuktur.
3) Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective).
4) Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh peserta didik,
sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi
kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar.
5) Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama.
6) Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaanya, dan
evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBL.
7) Belajar adalah kolaboratif, komunikasi dan kooperatif.
8) Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama
pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari
sebuah permasalah.
9) Keterbukaan proses dalam PBL meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah
proses belajar.
10) PBL melibatkan evaluasi dan review pengalaman peserta didik dan proses
belajar.
Sintaks model pembelajaran Problem Based Learning menurut Arends (2004)
terdiri atas:
1) Fase 1: Mengorientasikan peserta didik/mahapeserta didik pada masalah
Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan
aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan. Dalam penggunaan PBL, tahapan
ini sangat penting dimana guru/dosen harus menjelaskan dengan rinci apa
yang harus dilakukan oleh pebelajar dan juga oleh dosen. Disamping proses
yang akan berlangsung, sangat penting juga dijelaskan bagaimana
guru/dosen akan mengevaluasi proses pembelajaran. Hal ini sangat penting
untuk memberikan motivasi agar peserta didik dapat terlibat dalam
pembelajaran yang akan dilakukan.
2) Fase 2: Mengorganisasikan pebelajar untuk belajar
Disamping mengembangkan ketrampilan memecahkan masalah,
pembelajaran PBL juga mendorong peserta didik/mahapeserta didik belajar
berkolaborasi. Pemecahan suatu masalah sangat membutuhkan kerjasama
33

antar anggota. Guru/dosen dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan


membentuk kelompok-kelompok peserta didik dimana masing-masing
kelompok akan memilih dan memecahkan masalah yang berbeda. Prinsip-
prinsip pengelompokan peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dapat
digunakan dalam konteks ini seperti: kelompok harus heterogen, pentingnya
interaksi antar anggota, komunikasi yang efektif, adanya tutor sebaya, dan
sebagainya. Guru/dosen sangat penting memonitor dan mengevaluasi kerja
masing-masing kelompok untuk menjaga kinerja dan dinamika kelompok
selama pembelajaran.
Setelah pebelajar diorientasikan pada suatu masalah dan telah
membentuk kelompok belajar, selanjutnya guru/dosen dan pebelajar
menetapkan subtopik-subtopik yang spesifik, tugas-tugas penyelidikan, dan
jadwal. Tantangan utama bagi guru/dosen pada tahap ini adalah
mengupayakan agar semua pebelajar aktif terlibat dalam sejumlah kegiatan
penyelidikan dan hasil-hasil penyelidikan ini dapat menghasilkan
penyelesaian terhadap permasalahan tersebut.
3) Fase 3: Membimbing penyelidikan individu dan kelompok
Inti dari PBL adalah penyelidikan. Mungkin saja setiap situasi
permasalahan memerlukan teknik penyelidikan yang berbeda, namun pada
umumnya tentu melibatkan karakter yang identik, yakni pengumpulan data
dan eksperimen, berhipotesis dan penjelasan, dan memberikan pemecahan.
Pengumpulan data dan eksperimentasi merupakan aspek yang sangat
penting. Pada tahap ini, guru/dosen harus mendorong pebelajar untuk
mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual)
sampai mereka betul-betul memahami dimensi situasi permasalahan.
Tujuannya adalah agar pebelajar mengumpulkan cukup informasi untuk
menciptakan dan membangun ide mereka sendiri. Pada fase ini seharusnya
lebih dari sekedar membaca tentang masalah-masalah dalam buku-buku.
Guru/dosen membantu pebelajar untuk mengumpulkan informasi
sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber, dan guru/dosen seharusnya
mengajukan pertanyaan pada pebelajar untuk berifikir tentang massalah dan
34

ragam informasi yang dibutuhkan untuk sampai pada pemecahan masalah


yang dapat dipertahankan. Setelah pebelajar mengumpulkan cukup data dan
memberikan permasalahan tentang fenomena yang mereka selidiki,
selanjutnya mereka mulai menawarkan penjelasan dalam bentuk hipotesis,
penjelesan, dan pemecahan. Selama pembelajaran pada fase ini, guru/dosen
mendorong pebelajar untuk menyampikan semua ide-idenya dan menerima
secara penuh ide tersebut. Guru/dosen juga harus mengajukan pertanyaan
yang membuat mahapeserta didik berfikir tentang kelayakan hipotesis dan
solusi yang mereka buat serta tentang kualitas informasi yang dikumpulkan.
4) Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan hasil karya dan
memamerkannya. Hendaknya hasil karya lebih dari sekedar laporan tertulis,
melainkan dapat berupa suatu videotape (yang menunjukkan situasi masalah
dan pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan secara fisik dari situasi
masalah dan pemecahannya), program komputer, dan sajian multimedia.
Tentunya kecanggihan hasil karya sangat dipengaruhi tingkat berfikir
pebelajar. Selanjutnya adalah memamerkan hasil karya pebelajar dan
guru/dosen berperan sebagai organisator pameran.
5) Fase 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Fase ini merupakan tahap akhir dalam PBL. Fase ini dimaksudkan
untuk membantu pebelajar menganalisis dan mengevaluasi proses mereka
sendiri dan keterampilan penyelidikan dan intelektual yang mereka
gunakan. Selama fase ini guru/dosen meminta pebelajar untuk
merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses
kegiatan belajarnya. Kapan mereka pertama kali memperoleh pemahaman
yang jelas tentang situasi masalah? Kapan mereka yakin dalam pemecahan
tertentu? Mengapa mereka dapat menerima penjelasan lebih siap dibanding
yang lain? Mengapa mereka menolak beberapa penjelasan? Mengapa
mereka mengadopsi pemecahan akhir dari mereka? Apakah mereka berubah
pikiran tentang situasi masalah ketika penyelidikan berlangsung? Apa
penyebab perubahan itu? Apakah mereka akan melakukan secara berbeda di
35

waktu yang akan datang? Tentunya masih banyak lagi pertanyaan yang
dapat diajukan untuk memberikan umpan balik dan menginvestigasi
kelemahan dan kekuatan PBL.

b. Model Pembelajaran Discovery Learning


Model Pembelajaran Discovery learning adalah model pembelajaran yang
mengatur sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang belum
diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya
ditemukan sendiri. Dalam pembelajaran discovery learning, mulai dari strategi
sampai dengan jalan dan hasil penemuan ditentukan oleh peserta didik sendiri.
Hal ini sejalan dengan pendapat Maier (Winddiharto:2004) yang menyatakan
bahwa, apa yang ditemukan, jalan, atau proses semata – mata ditemukan oleh
peserta didik sendiri.
Teori Tentang Model Pembelajaran Discovery Learning, yaitu Teori Belajar
Jerome Bruner. Teori belajar Bruner ialah belajar penemuan atau discovery
learning. Belajar penemuan dari Jerome Bruner adalah model pembelajaran yang
dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip konstruktivis. Di dalam discovery
learning peserta didik didorong untuk belajar sendiri secara mandiri. Peserta didik
terlibat aktif dalam penemuan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalaui
pemecahan masalah atau hasil abstraksi sebagai objek budaya. Guru mendorong
dan memotivasi peserta didik untuk mendapatkan pengalaman dengan melakukan
kegiatian yang memungkinkan mereka untuk menemukan konsep-konsep dan
prinsip-prinsip matematika untuk mereka sendiri. Pembelajaran ini dapat
membangkitkan rasa keingintahuan peserta didik.
Karakteristik utama belajar menemukan yaitu: (1) mengeksplorasi dan
memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi
pengetahuan; (2) berpusat pada peserta didik; (3) kegiatan untuk menggabungkan
pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada.Ada sejumlah ciri-ciri proses
pembelajaran yang sangat ditekankan oleh teori konstruktivisme, yaitu:
1) Menekankan pada proses belajar, bukan proses mengajar
2) Mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajar pada peserta didik.
36

3) Memandang peserta didik sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang ingin
dicapai.
4) Berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan menekan
pada hasil.
5) Mendorong peserta didik untuk mampu melakukan penyelidikan.
6) Menghargai peranan pengalaman kritis dalam belajar.
7) Mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami pada peserta
didik.
8) Penilaian belajar lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman peserta
didik.
9) Mendasarkan proses belajarnya pada prinsip-prinsip kognitif.
10) Banyak menggunakan terminilogi kognitif untuk menjelaskan proses
pembelajaran; seperti predeksi, inferensi, kreasi dan analisis.
11) Menekankan pentingnya “bagaimana” peserta didik belajar.
12) Mendorong peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam dialog atau
diskusi dengan peserta didik lain dan guru.
13) Sangat mendukung terjadinya belajar kooperatif.
14) Menekankan pentingnya konteks dalam belajar.
15) Memperhatikan keyakinan dan sikap peserta didik dalam belajar.

16) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membangun


pengetahuan dan pemahaman baru yang didasari pada pengalaman nyata.
Sintaks Model Pembelajaran Discovery Learning yaitu:
1) Persiapan
Langkah persiapan model pembelajaran penemuan (discovery learning) adalah
sebagai berikut:
a) Menentukan tujuan pembelajaran
b) Melakukan identifikasi karakteristik peserta didik (kemampuan awal, minat,
gaya belajar, dan sebagainya)
c) Memilih materi pelajaran.
d) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari peserta didik secara induktif
(dari contoh-contoh generalisasi)
e) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi,
tugas dan sebagainya untuk dipelajari peserta didik
f) Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang
konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik

g) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik


37

2) Pelaksanaan
a) Stimulation (stimulasi/pemberian
rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang
menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi
generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping
itu guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan,
anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada
persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk
menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan
membantu peserta didik dalam mengeksplorasi bahan.
b) Problem statement
(pernyataan/identifikasi masalah)
Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin
agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian
salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban
sementara atas pertanyaan masalah).
c) Data collection (Pengumpulan Data)
Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para
peserta didik untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang
relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244).
Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan
benar tidaknya hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan
untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan,
membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber,
melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.
d) Data Processing (Pengolahan Data)
Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan mengolah
data dan informasi yang telah diperoleh para peserta didik baik melalui
wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai
hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah,
diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara
tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu
38

e) Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan
temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing (Syah, 2004 :
244). Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan
berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman
melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.
f) Generalization (menarik
kesimpulan/generalisasi)

Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah


kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua
kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi
(Syah, 2004:244). Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-
prinsip yang mendasari generalisasi.

c. Model Pembelajaran Project Based Learning (PJBL)


Model pembelajaran berbasis proyek dalam Abidin (2007:167) (project
based learning) menjelaskan bahwa. Model pembelajaran yang secara langsung
melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran melalui kegiatan penelitian
untuk mengerjakan dan menyelesaikan suatu proyek pembelajaran tertentu.
Model pembelajaran berbasis proyek ini sebenarnya bukanlah model baru
dalam pembelajaran. Walaupun MPBP dapat dikatakan sebagai model lama,
model ini masih banyak digunakan dan terus dikembangkan karena dinilai
memiliki keunggulan tertentu dibanding dengan model pembelajaran lain.
Salah satu keunggulan tersebut adalah bahwa MPBP dinilai merupakan salah satu
model pembelajaran yang sangat baik dalam mengembangkan berbagai
keterampilan dasar yang harus dimiliki peserta didik termasuk keterampilan
berfikir, keterampilan membuat keputusan, kemampuan berkreativitas,
kemampuan memecahkan, dan sekaligus dipandang efektif untuk
mengembangkan rasa percaya diri dan manajemen diri para peserta didik.
39

Project Based Learning ialah proses pembelajaran yang secara langsung


melibatkan peserta didik untuk menghasilkan suatu proyek. Pada dasarnya model
pembelajaran ini lebih mengembangkan keterampilan memecahkan dalam
mengerjakan sebuah proyek yang dapat menghasilkan sesuatu. Dalam
implementasinya, model ini memberikan peluang yang luas kepada peserta didik
untuk membuat keputusan dalam memiliki topik, melakukan penelitian, dan
menyelesaikan sebuah proyek tertentu. pembelajaran dengan menggunakan
proyek sebagai metoda pembelajaran. Para peserta didik bekerja secara nyata,
seolah-olah ada di dunia nyata yang dapat menghasilkan produk secara realistis.
Karakteristik Model Project Based Learning dari Diffily and Sassman
dalam Abidin (2007:168) menjelaskan bahwa model pembelajaran ini memiliki
tujuh karakteristik sebagai berikut:
1) Melibatkan peserta didik secara langsung dalam pembelajaran
2) Menghubungkan pembelajaran dengan dunia nyata
3) Dilaksanakan dengan berbasis penelitian
4) Melibatkan berbagai sumber belajar
5) Bersatu dengan pengetahuan dan keterampilan
6) Dilakukan dari waktu ke waktu
7) Diakhiri dengan sebuah produk tertentu.

Sintaks model pembelajaran Project Based Learning (PjBL):


1) Menyiapkan Pertanyaan Atau Penugasan Proyek
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang
dapatmemberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas.
Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan
sebuah investigas mendalamdan topik yang diangkat relevan untuk para peserta
didik.
2) Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan
for the Project)
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta
didik. Dengan demikian peserta didik diharapkan akan merasa “memiliki” atas
proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas
yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara
mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan
bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.
3) Menyusun Jadwal (Create a Schedule)
40

Guru dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas


dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) membuat
timeline untuk menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline penyelesaian
proyek, (3)membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru, (4)
membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak
berhubungan dengan proyek,dan (5) meminta peserta didik untuk membuat
penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara.
4) Memonitor Kegiatan Dan Perkembangan Proyek
(Monitor the Students and the Progress of the Project )
Guru bertanggung jawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas
peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara
menfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain pengajar
berperan menjadi mentor bagi aktivitas peserta didik. Agar mempermudah
proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan
aktivitas yang penting.
5) Menguji Hasil (Assess the Outcome)
Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukur
ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing- masing
peserta didik,memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah
dicapai peserta didik, membantu pengajar dalam menyusun strategi
pembelajaran berikutnya.
6) Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the
Experience)

Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan


refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses
refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini
peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamanya
selama menyelesaikan proyek. Guru dan peserta didik mengembangkan diskusi
dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada
akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab
permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran

d. Model Pembelajaran Inquiry Based Learning (IBL)


41

Kata “Inquiry” berasal dari bahasa inggris yang berarti mengadakan


penyelidikan, menanyakan keterangan, melakukan pemeriksaan (Echols dan
Hassan Shadily, 2003: 323). Sedangkan menurut Gulo (2005:84) inkuiri berarti
pertanyaan atau pemeriksaan, penyelidikan. Sumantri (1999:164), menyatakan
bahwa metode inquiry adalah cara penyajian pelajaran yang memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau tanpa
bantuan guru. Metode inquiry berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir
ilmiah pada diri peserta didik, dan menempatkan peserta didik dalam suatu
peran yang menuntut inisiatif besar dalam menemukan hal-hal penting untuk
dirinya sendiri.
Menurut Carin and sund dalam Ahmadi (2005:108), metode inquiry
didefinisikan sebagai suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan
secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan
menyelidiki masalah secara sistematis, kritis, logis, dan analisis sehingga
mereka dapat merumuskan sendiri penemuan mereka dengan rasa percaya diri.
Trowbridge & Bybee (1986) mengemukakan “Inquiry is the process of
defining and investigating problems, formulating hypotheses, designing
experiments, gathering data, and drawing conculations about problems”.
Menurut mereka inquiry adalah proses mendefinisikan dan menyelidiki
masalah-masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, menemukan
data, dan menggambarkan kesimpulan masalah-masalah tersebut. Lebih
lanjut, dikemukakan bahwa esensi dari pembelajaran inkuiri adalah menata
lingkungan atau suasana belajar yang berfokus pada peserta didik dengan
memberikan bimbingan secukupnya dalam menemukan konsep-konsep dan
prinsip-prinsip ilmiah. Inquiry pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang
telah dialami, karena inquiry menuntut peserta didik untuk berpikir. Metode ini
menempatkan peserta didik pada situasi yang melibatkan mereka dalam
kegiatan intelektual. Meskipun metode ini berpusat pada kegiatan peserta
didik, namun guru tetap memegang peran penting sebagai pembuat desain
pengalaman belajar. Guru berkewajiban menggiring peserta didik untuk
melakukan kegiatan. Kadangkala guru perlu menjelaskan, membimbing
42

diskusi, memberikan intruksi-intruksi, melontarkan pertanyaan, memberikan


komentar dan saran kepada peserta didik.
National Science Education Standards (NSES) mendefinisikan inkuiri
sebagai aktivitas beraneka ragam yang meliputi observasi, membuat pertanyaan,
memeriksa buku-buku atau sumber informasi lain untuk melihat apa yang
telah diketahui; merencanakan investigasi; memeriksa kembali apa yang telah
diketahui menurut bukti eksperimen; menggunakan alat untuk
mengumpulkan, menganalisa, dan menginterpretasikan data, mengajukan
jawaban, penjelasan dan prediksi, serta mengkomunikasikan hasil. Inkuri
memerlukan identifikasi asumsi, berpikir kritis dan logis, dan pertimbangan
keterangan atau penjelasan alternatif.
Kata “Inquiry” berasal dari Bahasa Inggris yang berarti mengadakan
penyelidikan, menanyakan keterangan, melakukan pemeriksaan” (Echols dan
Hassan Shadily, 2003: 323). Sedangkan menurut “Gulo (2005:84) inkuiri berarti
pertanyaan atau pemeriksaan, penyelidikan”. Alfred Novak (Haury, 1993)
mendefinikan bahwa “inquiry merupakan usaha manusia untuk menjelaskan
secara rasional fenomena-fenomena yang memancing rasa ingin tahu”. Dengan
kata lain, inquiry berkaitan dengan aktivitas dan keterampilan aktif pencarian
pengetahuan untuk memuaskan rasa ingin tahu (Haury, 1993).
Model IBL adalah suatu model yang digunakan dan mengacu pada
suatu cara untuk mempertanyakan, mencari pengetahuan (informasi), atau
mempelajari suatu gejala. Pembelajaran dengan model IBL selalu
mengusahakan agar peserta didik selalu aktif secara mental maupun fisik.
Materi yang disajikan guru bukan begitu saja diberitahukan dan diterima
oleh peserta didik, tetapi peserta didik diusahakan sedemikian rupa sehingga
mereka memperoleh berbagai pengalaman dalam rangka “menemukan
sendiri” konsep-konsep yang direncanakan oleh guru. Inquiry Based Learning
(IBL) adalah sebuah teknik mengajar di mana guru melibatkan peserta didik
di dalam proses belajar melalui penggunaan cara-cara bertanya, aktivitas
problem solving, dan berpikir kritis. Hal ini akan memerlukan banyak waktu
dalam persiapannya. Inquiry Based Learning biasanya berupa kerja kolaboratif.
Kelas dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil. Setiap kelompok diberi
43

sebuah pertanyaan atau permasalahan yang akan mengarahkan semua anggota


kelompok bekerja bersama mengembangkan proyek berdasarkan pertanyaan
tersebut untuk menemukan jawabannya.
Inquiry based learning berbasis pertanyaan, maka guru harus
menyiapkan pertanyaan yang bersifat terbuka sehingga peserta didik dapat
mengembangkan pikirannya. Peserta didik harus diberi kesempatan untuk
mencoba menemukan sendiri konsep yang diajarkan. Lebih dari itu, jika
peserta didik juga diberi kesempatan untuk mengukur kemajuan belajarnya
sendiri, maka hal ini akan membantu mereka belajar.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa
Inquiry Based Learning (IBL) adalah sebuah teknik mengajar di mana guru
melibatkan peserta didik di dalam proses belajar melalui penggunaan cara-
cara bertanya, aktivitas problem solving, dan berpikir kritis. Hal ini akan
memerlukan banyak waktu dalam persiapannya.
Sintaks model pembelajaran Inquiry Based Learning (IBL) menurut Pedaste
dkk (2015: 54) terdiri atas:
1) Orientasi (Orientation)
Berfokus pada merangsang minat dan rasa ingin tahu terkait dengan
masalah yang dihadapi. Selama fase ini topik belajar diperkenalkan
berdasarkan lingkungan sekitar yang diberikan oleh guru atau ditemukan
sendiri oleh peserta didik. Variabel utama yang diidentifikasi selama tahap
orientasi adalah memunculkan permasalahan.
2) Konseptualisasi (conceptualization)
Fase konseptualisasi (conceptualization) merupakan proses memahami
konsep-konsep dari permasalahn masalah yang dimunculkan. Fase ini dibagi
menjadi sub-fase, questioning (pertanyaan) dan hypothesis generation
(hipotesis umum). Kedua sub-fase tersebut sama-sama menghasilkan hasil
yang belum dapat dibedakan. Pada sub-fase questioning (pertanyaan) proses
menghasilkan pertanyaan berdasarkan masalah yang muncul, sementara pada
sub fase hypothesis generation (hipotesis umum) proses menghasilkan
hipotesis terhadap masalah. Kedua sub fase ini didasarkan pada teori kebenaran
dan berisi variabel bebas dan terikat, tetapi memiliki satu perbedaan utama,
dimana hipotesis diarahkan kepada hubungan antara variabel yang diberikan
44

dalam hipotesis yang tidak muncul dalam kasus pertanyaan penelitian. Secara
umum, hipotesis adalah penyusunan pernyataan atau seperangkat pernyataan,
sementara pertanyaan adalah penyusunan pertanyaan yang dapat diinvestigasi.
Dengan demikian, hasil dari fase Konseptualisasi adalah pertanyaan penelitian
atau hipotesis yang akan diteliti atau keduanya jika pertanyaan penelitian
pertama dirumuskan dan kemudian hipotesis yang dihasilkan berdasarkan
pertanyaan.
3) Investigasi (investigation).
Fase investigasi (investigation) merupakan fase di mana rasa ingin tahu
yang berubah menjadi tindakan untuk menanggapi pertanyaan penelitian yang
muncul atau hipotesis. Sub-fase investigasi meliputi eksplorasi, eksperimentasi,
dan data interpretasi. Pada sub-fase eksplorasi, proses pembuatan data yang
sistematis dan terencana atas dasar pertanyaan penyelidikan yang muncul, sub-
fase eksperimentasi proses merancang dan melakukan percobaan untuk
menguji hipotesis sedangkan sub-fase data interpretasi, difokuskan pada proses
pembuatan makna dari data yang dikumpulkan dan mensintesis pengetahuan
baru. Hasil akhir dari fase investigasi merupakan interpretasi data (formulasi
dari hubungan antara variabel) yang akan memungkinkan kembali ke
pertanyaan penelitian atau hipotesis dan mengambil kesimpulan mengenai apa
yang dipertanyakan atau hipotesis.
4) Kesimpulan (conclusion)
Fase kesimpulan (conclusion) merupakan fase di mana kesimpulan dasar
dari pelajaran yang dilakukan. Pada fase ini peserta didik menjawab pertanyaan
penelitian atau hipotesis dan mempertimbangkan apakah ini menjawab atau
mendukung oleh hasil penelitian. Ini dapat melahirkan wawasan teoritis yang
baru. Hasil dari fase kesimpulan (conclusion) merupakan kesimpulan akhir
tentang temuan dari pembelajaran berbasis inquiry, menanggapi pertanyaan
penelitian atau hipotesis.
5) Diskusi (Discussion)
Fase diskusi (discussion) terdiri sub-fase komunikasi (communication)
dan refleksi (reflection). Komunikasi dapat dilihat sebagai proses eksternal di
mana peserta didik hadir dan berkomunikasi terhadap temuan dan kesimpulan
mereka kepada peserta didik lain, dan menerima umpan balik dan komentar
45

dari orang lain, dan kadang-kadang bisa mendengarkan orang lain dan
mengartikulasikan dengan pemahaman sendiri. Refleksi didefinisikan sebagai
proses mencurahkan apa pun yang ada dalam pikiran peserta didik, misalnya,
pada keberhasilan proses penyelidikan (inquiry) atau menyarankan bagaimana
proses pembelajaran berbasis inquiry dapat ditingkatkan kedepannya. Hal ini
dipandang sebagai proses internal (Apa yang saya lakukan? Mengapa saya
melakukannya? Apakah saya melakukannya dengan baik? Apa pilihan lain
pada situasi yang sama?). dalam proses ini, beberapa kegiatan, seperti bermain
peran, menulis buku harian atau narasi, dan membimbing pertanyaan. Dengan
demikian, refleksi sering lebih terfokus pada proses pembelajaran berbasis
inquiry dan komunikasi terfokus pada hasil yang didapatkan. Kedua sub-fase
diskusi ini dapat dilihat sebagai terjadi pada dua tingkat kemungkinan:
a) Berkomunikasi atau refleksi pada seluruh proses di akhir pembelajaran
berbasis inquiry.

b) Komunikasi dan refleksi dalam seluruh proses disetiap masing-masing fase


sebelumnya.
Kelima fase dari model Inquiry Based Learning (IBL) berlangsung secara
paralel satu sama lain yang saling berhubungan. Terutama pada fase komunikasi
yang bisa terjadi selama proses pembelajaran berlangsung.
Model Inquiry ini berangkat dari asumsi bahwa sejak manusia lahir ke
dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri
pengetahunanya. Rasa ingin tahu tentang keadaan alam disekelilingnya
merupakan kodrat manusia sejak lahir ke dunia. Sejak kecil manusia memiliki
keinginan untuk mengenal segala sesuatu melalui indra pengecapan,
pendengaran, penglihatan dan indraindra lainnya. Ada beberapa hal yang
menjadi ciri utama model pembelajaran inkuiri ini, yaitu :
1) Strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas peserta didik secara
maksimal untuk menari dan menemukan, artinya strategi inkuiri
menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar.
2) Seluruh aktivitas yang dilakukan peserta didik diarahkan untuk mencari
dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan.
46

Dengan demikian strategi pembelajaran inkuiri menempatkan guru


bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator
belajar peserta didik.
Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah
mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis.
Tujuan utama pembelajaran melalui model Inquiry Based Learning ini adalah
menolong peserta didik untuk dapat mengembangkan disiplin intelektual dan
keterampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan
mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu mereka.
47

BAB III
PEMBAHASAN

A. Matriks Perbedaan Taktik, Gaya, Teknik, Strategi, Pendekatan dan Model Pembelajaran Fisika
Tabel 1. Perbedaan Taktik, Gaya, Teknik, Strategi, Pendekatan dan Model Pembelajaran Fisika
Pendekatan Strategi Metode Teknik Taktik Gaya Model
Suatu titik tolak Serangkaian Cara yang Cara untuk Gaya guru Kekhasan guru Rangkaian yang
atau sudut kegiatan atau digunakan guru menjalankan untuk dalam utuh antara
pandang rencana kegiatan untuk metode secara menjalankan menjalankan pendekatan,
mengenai yang disusun mengimplementas spesifik teknik teknik strategi, metode,
terjadinya untuk mencapai ikan rencana yang teknik, taktik, dan
proses tujuan sudah disusun gaya
pembelajaran pembelajaran dalam bentuk
secara umum (Majid, 2013). kegiatan nyata
berdasarkan dan praktis untuk
cakupan teoritik mencapai tujuan
tertentu pembelajaran
(Sanjaya: 2009) (Arihi : 2012)
 Pendekatan  Inkuiri  Diskusi  Teknik untuk Gaya guru  Otoriter  Sintaks
Student Center  Berbasis  Simulasi menjalankan menjalankan  Demonstrator  Sistem social
masalah  Tanya Jawab metode teknik  Fasilitator  Sistem reaksi
 Pendekatan  Kontekstual  Demonstrasi diskusi eksperimen  Delegator  Informasi
Teacher (CTL)  Eksperimen  Teknik untuk yaitu dengan  Hibrid pendukung
Center  Independent  Pemecahan metode mengamati Model
Study Masalah eksperimen langsung atau Pembelajaran
 Experiential pada kelas bantuan asisten Pemrosesan
besar
48

learning  Teknik untuk Informasi yang


 Indirect metode disarankan
instruction pemecahan Kurikulum 2013:
masalah pada 1. Problem Based
kelas besar Learning
 Teknik untuk (PBL)
menjalankan 2. Discovery
merode tanya Learning
jawab 3. Project Based
Learning
(PJBL)
4. Inquiry Based
Learning (IBL)

B. Matrik Perbandingan Model, Strategi, Pendekatan, Teknik, Gaya, dan Taktik Pembelajaran Fisika
Tabel 2. Perbandingan Model, Strategi, Pendekatan, Teknik, Gaya, dan Taktik Pembelajaran Fisika
Komponen Perbandingan
Pembelajaran Pengertian Karakteristik Jenis-Jenis
Model Kerangka konseptual yang a. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu. Model Pembelajaran Pemrosesan
Pembelajaran berisi strategi, pendekatan, Misalnya model berpikir induktif dirancang untuk Informasi yang disarankan
Fisika metode, teknik serta taktik mengembangkan proses berpikir induktif. Kurikulum 2013:
dalam mengorganisasikan b. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan 5. Problem Based Learning (PBL)
pengalaman belajar fisika belajar mengajar dikelas.Misalnya model sintetikyang 6. Discovery Learning
untuk mengkaji berbagai tujuannya untuk memperbaiki kreativitas dalam 7. Project Based Learning (PjBL)
fenomena fisika di alam pelajaran mengarang. 8. Inquiry Based Learning (IBL)
semesta. c. Memiliki bagian-bagian model pelaksanaan, yaitu
1) Urutan langkah-langkah pembelajaran (sintak)
49

2) Sistem sosial
3) Adanya prinsip-prinsip reaksi
4) Sistem pendukung.
d. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model
pembelajaran. Dampak tersebut meliputi :
1) Dampak pembelajaran instruksional atau langsung
2) Dampak pengiring
a. Membuat persiapan mengajar dengan pedoman model
pembelajaran yang dipilih.
Pendekatan Cara atau sudut pandang a. Peserta didik melakukan kegiatan belajar yang a. Pendekatan Pembelajaran yang
Pembelajaran dalam proses pembelajaran beragam Berorientasi pada Peserta didik
Fisika untuk mengkaji berbagai b. Peserta didik berpartisipasi aktif, baik secara individu (Student Centered Approach).
fenomena fisika yang terjadi di maupun kelompok Yaitu pendekatan yang disarankan
alam semesta. c. Memberikan pengalaman belajar bagi peserta didik dalam pembelajaran kurikulum
dalam menumbuhkembangkan poensinya 2013. Jenis pendekatannya ialah:
d. Interaksi yang terbangun selama proses pembelajaran 1) Pendekatan saintifik
menunjukkan terjadinya komunikasi multi arah 2) Pendekatan kontekstual
dengan menggukan berbagai macam sumber belajar, 3) Pendekatan sains, teknologi,
metode, media, dan strategi pembelajaran dan masyarakat
e. Selama proses pembelajaran guru berperan sebagi
fasilitator, pembimbing dan pemimpin.
Strategi Suatu rencana yang a. Setiap tahapan kegiatan fisika memungkinkan a. Strategi pembelajaran inkuiri
Pembelajaran dipersiapkan secara saksama penggunaan berbagai macam sumber belajar, metode, b. Strategi pembelajaran
Fisika untuk mencapai tujuan-tujuan dan media pembelajaran yang cocok dalam kontekstual
pembelajaran fisika yang pembelajaran fisika c. independent study
hendak dicapai dan telah b. Selama proses pembelajaran fisika, mencerminkan d. experiental learning
ditargetkan dalam proses kegiatan belajar fisika yang beragam baik secara e. indirect instruction.
belajar. individu maupun kelompok
50

c. Dalam kegiatan pembelajaran fisika, memungkinkan


peserta didik belajar bekerja sama dan saling tukar-
menukar pengalaman
d. Setiap tahapan kegiatan pembelajaran fisika,
memberikan pengalaman belajar (teaching
experiences) yang bermakna bagi peserta didik dalam
bersikap
e. Setiap tahapan kegiatan pembelajaran fisika,
memungkinkan bagi peserta didik untuk
menumbuhkembangkan kemampuannya dalam
berpikir secara kritis, kreatif, inovatif, dan produktif
f. Setiap tahapan kegiatan pembelajaran fisika,
memotivasi peserta didik untuk mengkaji lebih jauh
tentang materi fisika yang telah dan sedang dipelajari
g. Dalam proses pembelajaran fisika, peserta didik
memperoleh berbagai fasilitas belajar untuk
melakukan kegiatan praktikum
h. Dalam proses pembelajaran fisika, peserta didik
memperoleh kesempatan untuk berdialog dengan
dirinya sendiri dan lingkungan sekitar (fisik dan
sosial) secara bebas.
Teknik Cara seorang guru untuk a. Teknik bersifat implementasional (pelaksanaan) dan a. Teknik untuk menjalankan
Pembelajaran melaksanakan metode terjadinya pada tahap pelaksanaan pembelajaran metode diskusi
Fisika pembelajaran yang digunakan (penyajian dan pemantapan) b. Teknik untuk metode eksperimen
untuk mengkaji berbagai b. Digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran fisika pada kelas besar
fenomena fisika yang terjadi di secara langsung c. Teknik untuk metode pemecahan
alam semesta dan disesuaikan c. Teknik pembelajaran ditentukan berdasarkan metode masalah pada kelas besar
dengan jumlah peserta didik yang digunakan dan selaras dengan pendekatan d. Teknik untuk menjalankan
51

yang terdapat di dalam kelas. pembelajaran yang digunakan metode tanya jawab
Gaya Mengajar Gaya mengajar dalam a. Gaya mengajar disesuaikan dengan kebutuhan peserta a. Teknologis
dalam pembelajaran fisika adalah didik dalam pembelajaran fisika. b. Personalisasi
Pembelajaran suatu cara atau bentuk b. Guru dalam pembelajaran fisika berperan sebagai c. Interaksional
Fisika penampilan seorang guru motivator, fasilitator bagi peserta didik. d. Facilitator
dalam menanamkan c. Gaya mengajar disesuaikan dengan pengelolaan kelas e. Demonstrator or coach style
pengetahuan, membimbing, d. Gaya mengajar disesuaikan dengan materi ajar dan
mengubah atau sifat mata pelajaran fisika
mengembangkan kemampuan,
perilaku dan kepribadian
peserta didik dalam mencapai
tujuan proses belajar fisika
Taktik Taktik pembelajaran fisika a. Bersifat individual a. Melihat secara langsung
Pembelajaran adalah cara khusus atau khas b. Bersifat taktis b. Menggunakan asisten
Fisika yang dilakukan guru dalam c. Bersifat terencana
menyampaikan materi fisika d. Bersifat kondisional dan transaksional
agar peserta didik mudah
memahami materi fisika yang
bersifat abstrak maupun
konkret

C. Hubungan Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, Gaya, dan Model Pembelajaran Fisika
Materi yang diambil : Keseimbangan dan Dinamika Rotasi (Momen Inersia Benda yang bergerak Meggelinding)
1. Pengertian momen inersia
2. Momen inersia benda yang bergerak menggelinding
3. Energi kinetik benda yang bergerak translasi
4. Energi kinetik benda yang bergerak rotasi
52

5. Energi kinetik benda yang bergerak menggelinding

Karakteristik materi :
1. Ukuran kelembaman suatu benda (menggeser benda yang massanya besar lebih susah dari menggeser benda yang massanya kecil)
2. Pada gerak rotasi momen inersia benda bergantung pada bentuk benda dan letak sumbu putar
3. Energi kinetik benda yang bergerak translasi sebanding dengan kecepatan gerak benda tersebut
4. Energi kinetik benda yang bergerak rotasi sebanding dengan momen inersia benda dan kecepatan rotasi gerak benda tersebut
5. Benda yang bergerak menggelinding memiliki energi kinetik translasi dan rotasi

Identitas pembelajaran :
Pendekatan Strategi Metode Teknik Taktik Gaya Model
Pendekatan Inkuiri  Demonstrasi  Demonstrasi o Taktik  Demonstrator Model Inquiry Based
Berorientasi  Peserta didik  Tanya akan memberikan  Fasilitator Learning:
pada peserta dituntun untuk Jawab dilaksanakan stimulus yang  Delegator *Sintak
didik (student mengetahui  Eksperimen o Disediakan Langkah 1: Orientasi
bisa diterima
center) o menampilkan video
masalah yang Level 3 bidang oleh seluruh
 Peserta akan bahas benda yang bergerak
 Pemecahan miring, peserta didik
didik aktif pada bidang miring
 Peserta didik masalah kelereng, yang
mencari o disediakan kelereng,
diberi motivasi tabung, dan heterogen
bahan tabung, cincin, dan
kearah cincin sehingga
mengenai bidang miring
penyelesaian o Dipilih stimulus
energi kemudian diminta 3
masalah peserta didik tersebut
kinetik orang peserta didik
sehingga peserta sebanyak 3 menjadi
benda yang untuk maju ke depan
didik orang untuk bermakna
bergerak kelas dan
menemukan memperagaka untuk memulai
menggelindi memperagakan
jawaban sendiri n pergerakan proses
ng dan menggelindingkannya
 Peserta didik ketiga benda pembelajaran
momen pada bidang miring
diarahkan untuk yang bergerak momen inersia
inersia Langkah 2:
lebih kritis menggelindin benda yang
benda yang Konseptualisasi
mengkomunikas g pada bidang bergerak pada
53

bergerak ikan miring bidang miring o meminta peserta didik


menggelindi pembelajaran  Tanya jawab untuk seluruh untuk mengemukakan
ng akan peserta didik pertanyaan terkait
 Peserta dilaksanakan: o Melihat dan dengan video dan
didik aktif o Meminta menilai peraga yang
mengamati peserta didik keaktifan ditampilkan
demonstrasi memperhatika peserta didik o membimbing peserta
dan video n demonstrasi dalam didik untuk
benda yang dan video mengemukaka merumuskan masalah
bergerak benda yang n pertanyaan yang cocok terkait
pada bidang bergerak pada berdasarkan dengan materi momen
miring dan bidang miring hasil inersia benda yang
aktif o Memberi pengamatan menggelinding pada
mengemuka stimulus secara bidang miring
kan peserta didik langsung o membimbing peserta
pertanyaan untuk aktif o Taktik didik untuk
terkait mengamati memilih merumuskan hipotesis
dengan hasil dan pertanyaan berdasarkan masalah
pengamatan mengidentifik peserta didik yang dipilih
 Peserta asi fenomena yang beragam Langkah 3: Investigasi
didik aktif pada yang sesuai o melakukan pembagian
dalam demonstrasi dengan tujuan kelompok untuk
kegiatan dan video pembelajaran kegaiatan praktikum
eksperimen benda yang yaitu menentukan momen
 Peserta bergerak pada menyelidiki inersia benda yang
didik aktif bidang miring momen inersia menggelinding pada
dalam o Memberi benda yang bidang miring
kegiatan kesempatan bergerak o melakukan pembagian
diskusi peserta didik menggelinding bahan berupa LKPD
kelompok untuk aktif o Taktik menilai untuk masing-masing
menanyakan peserta didik
54

hal-hal yang dalam setiap peserta didik dalam


ingin langkah kelompok
diketahui kegiatan o membimbing peserta
terkait hasil eksperimen didik menemukan dan
pengamatan o Taktik menilai memecahkan masalah
dari peserta didik melalui kegiatan
demonstrasi dalam setiap eksperimen
dan video kegiatan o membimbing peserta
benda yang diskusi didik mendiskusikan
bergerak pada hasil dari penemuan
bidang miring dan pemecahan
 Eksperimen masalah yang
akan diperoleh dari
dilaksanakan eksperimen
: o mengarahkan peserta
o Membagi didik dalam mengolah
peserta didik data
dalam
kelompok Langkah 4:Kesimpulan
kecil masing- o mengarahkan peserta
masing didik merumuskan
kelompok kesimpulan dari hasil
berjumlah 4 penemuan dan
orang pemecahan masalah
o Memberikan berdasarkan hasil
LKPD praktikum sehingga
tentang gerak ditemukan solusi dari
rotasi dan permasalahan
gerak o membimbing peserta
translasi pada didik
bidang miring
55

o Membimbing membandingkan
peserta didik kesimpulan dari
untuk percobaan dengan
menemukan hipotesis yang
dan dikemukakan
memecahkan sebelumnya
masalah Langkah 5:Diskusi
melalui o Meminta perwakilan
eksperimen kelompok untuk
mempresentasikan
 Diskusi akan hasil diskusinya di
dilaksanakan depan kelas untuk
: didiskusikan bersama
o Membimbing jawaban dari
peserta didik permasalahan
mendiskusika o Melakukan penilaian
n hasil dari dan refleksi terhadap
penemuan hasil kerja kelompok
dan *Sistem sosial
pemecahan o kerjasama dalam
masalah yang kelompok
diperoleh dari o toleransi dalam kerja
percobaan kelompok
o Mengarahkan *Prinsip reaksi
peserta didik o memberikan penilaian
dalam dan refleksi terhadap
mengolah hasil praktikum
data dan o memberikan pujian
merumuskan dan reward terhadap
kesimpulan peserta didik dan
kegiatan kelompok yang aktif
56

praktikum *Sistem pendukung


o Meminta o alat peraga
perwakilan o alat dan bahan untuk
kelompok praktikum
untuk o bahan ajar berupa
mempresenta LKPD
sikan hasil
diskusinya di
depan kelas
untuk
didiskusikan
bersama
jawaban dari
permasalah
o Membimbing
peserta didik
menanggapi
hasil
penemuan
pececahan
masalah
kelompok
lain yang
tampil
58

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahsan tersebut, maka dapat kesimpulannya adalah :
1. Taktik pembelajaran fisika adalah cara khusus atau khas yang dilakukan
guru dalam menyampaikan materi fisika agar peserta didik mudah
memahami materi fisika yang bersifat abstrak maupun konkret
2. Gaya mengajar dalam pembelajaran fisika adalah suatu cara atau bentuk
penampilan seorang guru dalam menanamkan pengetahuan, membimbing,
mengubah atau mengembangkan kemampuan, perilaku dan kepribadian
peserta didik dalam mencapai tujuan proses belajar fisika.
3. Teknik pembelajaran fisika merupakan cara seorang guru untuk
melaksanakan metode pembelajaran yang digunakan untuk mengkaji
berbagai fenomena fisika yang terjadi di alam semesta dan disesuaikan
dengan jumlah peserta didik yang terdapat di dalam kelas.
4. Strategi dalam pembelajaran fisika merupakan suatu rencana yang
dipersiapkan secara saksama untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran
fisika yang hendak dicapai dan telah ditargetkan dalam proses belajar.
5. Pendekatan pembelajaran fisika merupakan cara atau sudut pandang dalam
proses pembelajaran untuk mengkaji berbagai fenomena fisika yang terjadi
di alam semesta.
6. Model pembelajaran fisika merupakan kerangka konseptual yang berisi
strategi, pendekatan, metode, teknik serta taktik dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar fisika untuk mengkaji berbagai fenomena fisika di alam
semesta.
B. Saran
Dari berbagai jenis pendekatan, strategi, metode, teknik, taktik, gaya dan
model-model pembelajaran, diharapkan pendidik hendaknya mampu
mempraktekkannya untuk mengatasi semua permasalahan yang muncul dalam
upaya membentuk kepribadian anak didik sehingga nantinya memperoleh hasil
yang memuaskan dan mampu menciptakan generasi bangsa yang berkualitas.

DAFTAR PUSTAKA
59

Abidin, Zainal. 2007. Analisis Eksistensial. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Anggareni, dkk. 2013. Implementasi Strategi Pembelajaran Inkuiri Terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis Dan Pemahaman Konsep IPA Peserta didik
SMP. EJournal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha. Vol
3.
Arens, Alvin A. 2004. Auditing dan Pelayanan Verifikasi Pendekatan Terpadu.
Alih Bahasa Tim Dejacarta. Jakarta: PT. Indeks.
Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta:
Gava Media.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2007. Undang-undang No.20 Tahun
2009 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.
Duch, J.B. (1995). Problem Based Learning in Physics: The Power of Student
Teaching Student . [Online]. Tersedia: http://www.udel.edu/pbl/cte/jan95-
phys.html[02 Juni 2019].
Gill, Eric. 2013. What is Your Teaching Style? 5 Effective Teaching Methods for
Your Classroom. https://education.cu-portland.edu/blog/classroom-
resources/5-types-of-classroom-teaching-styles/ (diakses tgl 8 Februari
2019)
Gulo, W. 2005. Metodologi Penelitian . Jakarta: PT Grasindo.
Hamalik, Oemar. 2006. Proses Belajar Mengajar . Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Harvestime International Institute. Teaching Tactics. http://www.harvestime.org
(diakses tgl 8 Februari 2019)
Iru, La dan Arihi, La Ode Safiun. 2012. Pendekatan, Metode, Strategi, dan
Model-Model Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Presindo.
Joyce, Bruce & Will, Marsha. 1992. Models Of Teaching: Fourth Edition. Boston:
Allyn And Bacon
Maheswhari. 2013. Models Of Teaching. www.vkmaheshwari.com/WP/?p=1312
(diakses tgl 8 Februari 2019)
Majid, Abdul. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Musfiqon, dan Nurdyansyah. 2015. Buku Saintifik. Sidoarjo: Nizamia Learning
Center
60

Owyang, Jeremiah. 2013. The Difference Between Strategy and Tactics.


www.web-strategist.com/blog/2013/01/14/the-difference-between-strategy-
and-tactics/ (diakses tgl 8 Februari 2019)
Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Syaiful. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Media Prenada.
Sudjana.2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito
Sumantri, Mulyani, dan Permana Johar. 1998/1999. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta : Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Dirjen Dikti, Depdikbud.
Sunhaji. 2008. Strategi Pembelajaran: Konsep dan Aplikasinya. Jurnal Pemikiran
Alternatif Pendidikan. Vol 13 [2]. Hlm 3-6
Suparman. 2010. Gaya mengajar yang menyenangkan peserta didik. Yogyakarta:
Pinus Book Publisher
Syah. 2004. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja
Thoifuri. 2013. Menjadi Guru Inisiator. Semarang: Media Campus
Velasco, Harold. 2011. What is the difference between approaches, methods, and
techniques?. http://teaching-principles.blogspot.co.id/2011/09/what-is-
difference-between-approaches.html (diakses tgl 14 Februari 2018)
Weimer, Maryellen. 2015. Teaching and Learning Strategies. VIU Teaching and
Learning Handbook
Winoto, Adi S. 2006. Pendekatan, Strategi, dan Metode Pembelajaran. Malang:
Depdiknas
Yamagishi, N. Rochelle. 1990. Teachers’ Learning Style: Their Effect On
Teaching Style. Lethbrtidge: Alberta
http://www.nwmissouri.edu/dept/peu/studentteach/mopta.htm (diakses tgl 20
Februari 2018)
ctal.udel.edu/graduate-students/handbook-for-tas/teaching-techniques/ (diakses tgl
14 Februari 2018)

Anda mungkin juga menyukai